You are on page 1of 12

KAJIAN TENTANG ‘AM DAN KHAS DALAM ILMU AL-QUR’AN

NAMA: MILATUL ISLAMIA

NIM: 21.21.73.1.01.026

AL-QUR’AN WA ULUMUHU

MA’HAD ALY AN-NUR 1

MALANG

1444 H/ 2022 M

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar yang diturunkan oleh Allah kepada nabi
Muhammad SAW. Bahasa al-Qur’an, yaitu bahasa Arab memiliki berbagai macam dialek.
Dari cara pengucapannya pun para sahabat memiliki ciri khasnya masing-masing. Dari segi
tata bahasa, tentunya orang Arab terkadang berbeda dalam mema’nai isi al-Qur’an. Oleh
karena itu, para ulama’ dari berbagai fan ilmu, seperti ulama’ Tafsir, ulama’ Lughoh, ulama’
Hadist, dan juga ulama’ Ushul Fiqih telah meneliti tentang al-Qur’an. Dari penelitian tersebut
mereka menemukan kaidah-kaidah atau ketentuan-ketentuan yang bisa digunakan untuk
memahami isi al-Qur’an dengan baik dan benar. Kaidah tersebut antara lain kaidah tentang
kebahasaan, hukum, ilmu-ilmu al-Qur’an, dan lain sebagainya.

Ilmu al-Qur’an merupakan ilmu yang mempelajari tentang isi kandungan al-Qur’an,
bagi dari lafadz ataupun ma’nanya. Dalam hal kebahasaan, faktanya banyak lafadz dalam al-
Qur’an yang tidak menunjukkan pada ma’na yang sebenarnya, atau yang kita kenal dengan
sebutan majaz. Ada juga lafadz-lafadz yang ditujukan untuk istilah tertentu, seperti lafadz
‘Am, Khas, Mutlaq, dan Muqoyyad. Karena itu al-Qur’an memiliki nilai sastra yang sangat
tinggi, ilmu al-Qur’an pun menjadi salah satu ilmu yang penting untuk dipelajari agar bisa
memahami isi al-Qur’an dengan baik dan benar.

Pembahasan dalam ilmu al-Qur’an mencakup berbagai hal, mulai dari pengertian al-
Qur’an itu sendiri, Makki-Madani, Nasikh-Mansukh, Nahwu-Shorof, tajwid, gaya bahasa, dan
banyak hal lainnya. ‘Am dan Khas juga adalah salah satu bab yang dikaji dalam ilmu al-
Qur’an, pembahasan tentang ‘Am dan Khas juga dikaji dalam ilmu Ushul Fiqih karena
memiliki ma’na yang luas dan dianggap penting dalam penentuan suatu hukum. Untuk
penjelasan lebih lengkapnya akan kita bahas dalam makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan ‘Am dan Khas?


2. Apa saja lafadh-lafadh ‘Am?
3. Ada berapa saja macam-macam ‘Am?
4. Bagaimana pembagian ‘Am dan Mukhasis?

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. PENGERTIAN ‘AM DAN KHAS

1. Pengertian ‘Am

Lafadz ‘Am secara bahasa artinya umum dan merata, sedangkan secara terminologi
artinya suatu lafadz yang menunjukkan satu arti yang meliputi semua personal yang tidak
terbatas dengan jumlah tertentu. Dalam kitab Manna’ al-Qothon ‘Am adalah kata yang
digunakan untuk apa yang cocok untuknya tanpa batasan tertentu.1 Intinya ‘Am adalah lafadz
yang digunakan untuk menunjukkan ma’na banyak dengan menggunakan satu ungkapan
yang sama. Menurut ulama’ hanafiyah, ‘Am adalah setiap lafadz yang mencakup banyak hal,
baik secara lafadz maupun ma’na.2 Menurut ulama’ hanabilah, ialah lafadz yang mengumumi
dua hal atau lebih. Contohnya lafadz ‫ الن;;اس‬yang artinya manusia, maka lafadz tersebut
mencakup seluruh manusia tanpa terkecuali.

Dalam kajian Ushul Fiqih, lafadz ‘Am juga banyak dibahas. Karena lafadz ‘Am
memiliki tingkat yang luas dan menjadi perbincangan panjang di kalangan ulama’ dalam
menentukan suatu hukum. Beberapa ahli Ushul Fiqih mendefinisikan lafadz ‘Am, di
antaranya sebagai berikut: menurut Imam al-Badawi, ‘Am adalah lafadz yang meliputi semua
hal yang sesuai untuk lafadz itu dengan satu kata. Menurut Imam al-Ghozali, ‘Am adalah
suatu lafadz yang dari satu sisi memperlihatkan dua arti atau lebih.3

Lafadz ‘Am berbeda dengan isim Nakiroh walaupun sama-sama memiliki ma’na
umum, isim Nakiroh memiliki arti luas tetapi terbatas pada jenis arti yang ada, sedangkan
lafadz ‘Am bisa diartikan bebas tidak tertentu pada satu jenis arti bahasa yang ada. 4 Jadi ‘Am
adalah lafadz yang digunakan untuk menunjukkan ma’na umum tanpa dibatasi dengan
jumlah.

Secara umum, dalalah lafadz ‘Am ada tiga, yaitu umum secara qoth’iy, khusus secara
qoth’iy dan mutlak. Umum secara qoth’iy maksudnya adalah lafadz ‘Am yang mengandung
qorinah (tanda) yang menafikan takhsis.5

2. Pengertian Khas, Takhsis, dan Mukhasis

Jika ‘Am berma’na umum maka Khas adalah kebalikannya, yaitu lafadz yang
menunjukkan arti tunggal dengan menggunakan bentuk mufrad, baik itu menunjuk pada

1
“Mabahis-Fi-Ulumil-Quran-Manna-Al-Qattan, p. 221”.
2
Syamsul Hadi, "PEMAKAIAN/PENGERTIAN LAFADZ 'AM, DAN KHAS, HAQIQAT DAN MAJAZ, DZAHIR DAN
KHAFI DALAM AL-QUR'AN,” n.d., 1–29.
3
Muhammad Amin Sahib, “Lafaz Ditinjau Dari Segi Cakupannya ('AM-KHAS-MUTLAQ-MUQAYYAD),” Journal
Syariah Dan Hukum 14, no. 2 (2546).
4
Moh. Muslimin, “URGENSI MEMAHAMI LAFAZ| ‘AM DAN KHOS DALAM AL-QUR’AN,” Jurnal Pemikiran
Keislaman 23, no. 2 (2013), https://doi.org/10.33367/tribakti.v23i2.33.
5
"Penjelasan mind map al'Am dan al Khas, 2010” .

3
jenis, macam, arti perorangan ataupun isim jumlah.6 Dalam kitab Hasyiyah al-Waraqat fii
Ushul Fiqih Khas dijelaskan sebagai lafadz yang tidak dapat menerima dua arti ataupun
lebih.7 Pengertian Khas menurut beberapa ulama’:

1. Menurut Manna’ al-Qothon Khas yaitu kebalikan dari ‘Am yaitu yang tidak di
gunakan untuk apa yang cocok untuknya tanpa ada batasan.8

2. Menurut Abdul Wahhab Khallaf, Khas adalah lafadz yang digunakan untuk
menunjukkan satu orang tertentu.9

3. Menurut Mustafa Said al-Khin, Khas adalah setiap lafadz yang digunakan
untuk menunjukkan ma’na satu atas beberapa kesatuan yang diketahui.

4. Menurut Imam al-Badawi, Khas adalah setiap lafadz yang diperuntukkan


untuk satu ma’na yang menyendiri dan tidak mungkin mengandung ma’na lain.10

Takhsis secara etimologi artinya menentukan atau mengkhususkan, dan secara istilah
atau terminologi artinya memperpendek ma’na atau hukumnya lafadz ‘Am pada sebagian
satuannya. Dalam kitab Manna’ al-Qothon Takhsis artinya mengeluarkan sebagian apa yang
dicakup oleh lafadz ‘Am. Jadi jika ada lafadz ‘Am yang di Takhsis maka akan membawa
ma’na khusus. Mukhasis adalah lafadz yang bisa memberikan faidah Takhsis, disebut juga
bentuk Takhsis.

Menurut kesepakatan para ulama’, dalalah lafadz Khas menunjukkan pengertian yang
qoth’iyyah yang tidak mengandung kemungkinan lain. Dan hukum yang diperlihatkan adalah
qoth’iy (pasti) dan bukan dzanni (dugaan), asalkan tidak ada alasan yang mengalihkannya
kepada arti yang lain, contohnya ketika lafadz itu berbentuk perintah maka memberi definisi
mewajibkan sesuatu yang diperintahkan itu, selama tidak ada dalil yang memalingkan
perintah itu dari kewajiban.11

B. LAFADZ-LAFADZ ‘AM

Dalam kitab Manna’ al-Qothon ada 6 sighot ‘Am, yaitu:

1. Lafadz ‫كل‬, seperti dalam firman Allah Ta’ala:

6
Sahib, “Lafaz Ditinjau Dari Segi Cakupannya ('AM-KHAS-MUTLAQ-MUQAYYAD).”
7
Muslimin, “URGENSI MEMAHAMI LAFAZ| ‘AM DAN KHOS DALAM AL-QUR’AN.”
8
“Mabahis-Fi-Ulumil-Quran-Manna-Al-Qattan, p. 226.”
9
Yuhanin Zamrodah, "ilmu Ushul Fiqih, karangan syekh Abdul Wahhab Khalaf” 15, no. 2 (2016): 1–23.
10
Amin Syarifuddin, “Ushul Fiqh II,” 2015, 100.
11
Sardiyanah Sardiyanah and Andi Muh. Taqiyuddin BN, “KAJIAN LAFAL DARI SEGI LUAS DAN SEMPITNYA
MAKNA (Lafal ‘Ām, Khāṣ, Amr, Dan Nahiy),” Jurnal Naskhi: Jurnal Kajian Pendidikan Dan Bahasa Arab 3, no. 1
(2021): 6–21, https://doi.org/10.47435/naskhi.v3i1.479.

4
(١٨٥ -‫ ال عم;;ران‬..‫ )كل نفس دائقة الم;وت‬, dan juga (١٠٢ -‫ االنع;;ام‬..‫ )هللا خ;الق ك;ل ش;يء‬memiliki
ma’na yang sama seperti lafadz ‫ كل‬yaitu lafadz ‫جميع‬.

2. Lafadz yang di ma’rifat kan dengan al yang bukan ‘ahdiyah, contohnya:

(١٫٢ -‫ العص;;ر‬..‫ ان االنس;;ان لفي خس;;ر‬،‫ )والعص;;ر‬, yang di maksud adalah setiap manusia,
dengan dalil pada ayat setelahnya (٣-‫ العصر‬..‫)اال الذين امنوا‬، dan juga firman Allah, (‫واحل هللا‬
٢٧٥ -‫ البقرة‬..‫)البيع‬، dan juga (٣٨ -‫ المائدة‬..‫)والسارق والسارقة فاقطعوا ايديهما‬.

3. Isim Nakiroh dalam bentuk Nafi dan Nahi, seperti:

(١٩٧ -‫ البقرة‬..‫ )فال رفث وال فسوق وال جدال في الحج‬dan juga (-‫ االسراء‬..‫فال تقل لهما اف وال تنهرهما‬
٢٣) atau dalam bentuk syarat, seperti (. -‫ التوبة‬.‫وان احد من المشركين استجارك فاجره حتى يسمع كالم هللا‬
٦)

4. Lafadz ‫ الذي‬dan ‫ اتى‬serta cabang-cabangnya (Isim Maushul) seperti:

(١٧ -‫ االحق;;اف‬..‫ )والذي قال لوالديه اف لكم;;ا‬maksudnya adalah setiap orang yang berkata
demikian berdasarkan dalil ayat setelahnya dengan menggunakan sighot jama’ (‫اولئك الذين حق‬
١٨ -‫ االحقاف‬..‫ )عليهم القول‬lalu pada ayat (١٦ -‫ النساء‬..‫ )واللذان ياتيانها منكم فاذوهما‬dan juga ayat
‫والالئي يئسن من المحيض من نسائكم ان ارتبتم فعدتهن ثالثة اشهر والالئي لم يحض;;ن واوالت االحم;;ال اجلهن ان يض;;عن‬
٤ -‫ الطالق‬..‫)حملهن‬

5. Isim-isim Syarat, seperti:

(١٥٨ -‫ البقرة‬..‫ )فمن حج البيت او اعتمر فال جناح عليه ان يطوف بهما‬untuk menunjukkan umum
bagi yang berakal, dan ayat (١٩٧ -‫ البقرة‬..‫ )وما تفعل من خير يعلمه هللا‬untuk menunjukkan umum
bagi yang tidak berakal, lalu ayat (١٥٠ -‫ البق;;رة‬..‫ )وحيثما كنتم فول;;وا وج;;وهكم ش;;طرة‬menunjukkan
umum bagi yang bertempat.

6. Isim Jenis yang di mudhofkan pada Ma’rifat, seperti:

(٦٣ -‫ الن;ور‬..‫ )فليح;ذر ال;ذين يخ;الفون عن ام;ره‬yang dimaksud dari lafadz Amrihi adalah
setiap perintah Allah, lalu ayat (١١ -‫ النساء‬..‫ )يوصيكم هللا في اوالدكم‬.

C. MACAM-MACAM BENTUK ‘AM

Dalam kitab Mabahits Fii Uluum al-Qur’an, syekh Manna’ al-Qothon menjelaskan
bahwa ‘Am dibagi menjadi 3 macam12, yaitu:

12
"Mabahis-Fi-Ulumil-Quran-Manna-Al-Qattan, p.224.”

5
1. al-Baqy ‘alaa umuumihi, yaitu ‘Am yang tidak disertai qorinah yang
menghilangkan kemungkinan untuk dikhususkannya. Imam az-Zarkasyi mengatakan dalam
kitab al-Burhan bahwa ‘Am yang ini ada banyak dalam al-Qur’an13, seperti:

‫وما من دابة في االرض اال على هللا رزقها‬..


“ dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) dibumi melainkan semuanya
dijamin Allah rizqinya” (Q.S Hud: 6)

‫الم تعلم ان هللا على كل شيء قدير‬..


“ tidakkah kamu tahu bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu?” (Q.S al-
Baqarah: 106)
‫وال يظلم ربك احدا‬..
“ dan Tuhanmu tidak mendzalimi seorang pun jua” (Q.S al-Kahfi: 49)

Ayat-ayat diatas tidak mengandung kekhususan sama sekali.

2. Al-‘Am al-murod bihi al-khusus, yaitu ‘Am yang disertai qarinah yang
menghilangkan arti umum dan menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah sebagian dari
satunya, seperti:

١٧٣ -‫ ال عمران‬..‫الذين قال لهم الناس ان الناس قد جمعوا لكم فاخشوهم‬


Yang dimaksud dengan lafadz an-Nas yang pertama adalah Nu’aim ibnu Mas’ud,
sedangkan an-Nas yang kedua adalah Abu Sufyan, tidak ada keumuman dalam dua lafadz
tadi, ditunjukkan pada ayat setelahnya‫ الش;يطان انم;ا ذلكم‬diletakkan lafadz isyaroh ‫ ذلكم‬untuk
menunjukkan satu orang tertentu.

3. Al- ‘Am al-makhsus, yaitu ‘Am mutlak. ‘Am yang tidak disertai qorinah yang
menghikangkan kemungkinan dikhususkan dan menghilangkan keumumannya. Kebanyakan
nash yang didatangkan dengan sighot umum tidak disertai qorinah, baik qorinah lafdziyah
(tertulis), aqliyah (pemikiran), atau urfiyah (kebiasaan) yang menyatakan keumumannya atau
kekhususannya. Lafadz ‘Am yang seperti ini jelas menunjukkan keumumannya selama tidak
ada dalil yang mentakhsis.14 Contohnya ada banyak dalam al-Qur’an, seperti firman Allah:

‫وهلل على الناس حج البيت من استطاع اليه سبيال‬..


“dan diantara kewajiban manusia kepada Allah adalah melaksanakan haji ke
Baitullah, yaitu bagi orang yang mampu” (Q.S Ali Imron: 97), dan juga pada ayat:

‫وكلو واشربوا حتى يتبين لكم الخيط االبيض من الخيط االسود من الفجر‬..
“dan makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih
dan benang hitam yaitu fajar” (Q.S al-Baqarah: 187)

13
“Ibid.”
14
“Makalah_Am_dan_khosh,” n.d.

6
Perbedaan antara ‘Am al-murod bihi al-khusus dan ‘Am al-makhsus:15

1. ‘am al-murod bihi al-khusus tidak dimaksudkan untuk memasukkan semua


individu, tidak dari segi lafadz dan tidak dari segi hukum, tapi digunakan untuk satu individu
atau lebih. Sedangkan ‘am al-makhsus digunakan untuk umum yang mencakup semua
individu dari segi lafadz, tidak dari segi hukum.
2. ‘am al-murod bihi al-khusus sudah pasti majaz, karena menuqil lafadz dari
tempat asalnya dan menggunakannya pada sebagian individu. Sedangkan ‘am al-makhsus
menurut qoul yang shohih itu berupa hakikat, menurut sebagian ulama’ Syafi’iyyah,
Hanafiyah, dan seluruh ulama’ Hanabilah.
3. ‘am al-murod bihi al-khusus menggunakan qorinah aqliyyah secara sering dan
tidak pernah berhenti, sedangkan ‘am al-makhsus menggunakan qorinah lafdziyah dan
terkadang berhenti.

D. PEMBAGIAN ‘AM DAN MUKHASIS

1. Pembagian ‘Am

‘Am dibagi menjadi 2, yaitu:

A. Umum Syumuly

Yaitu semua lafadz yang digunakan dan di hukumkan serta berlaku bagi seluruh
pribadi, seperti:
16

‫يا ايها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة‬17..


“wahai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan
kamu dari seorang diri” (Q.S an- Nisa’: 1)

Dalam ayat tersebut semua manusia diperintahkan untuk bertaqwa kepada Allah
tanpa terkecuali, lafadz ‘Am yang seperti ini dinamakan dengan umum Syumuly.

B. Umum Badaly

Yaitu lafadz yang digunakan dan dihukumkan serta berlaku untuk sebagian afrad
(pribadi),18 seperti:

‫ياايها الذين امنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون‬..
15
“Mabahis-Fi-Ulumil-Quran-Manna-Al-Qathan, p.225.”
16
Jurnal Syariah Darussalam, “QAWA‘ID AL -LUGAWIYAH Al- ‘AMM DAN KHAS DALAM APLIKASI PENETAPAN
HUKUM KONTEMPORER Oleh : Sarmiji Aseri  Abstrak” 6, no. 2 (2021): 1–16.
17
Saudi Arabia Kementrian Agama, “Al-Qur’an Al-Karim Dan Terjemahannya,” Komplek Percetakan Al Qur’anul
Karim Kepunyaan Raja Fahd, 1971.
18
Darussalam, “QAWA‘ID AL -LUGAWIYAH Al- ‘AMM DAN KHAS DALAM APLIKASI PENETAPAN HUKUM
KONTEMPORER Oleh : Sarmiji Aseri  Abstrak.”

7
“wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian bepuasa sebagaimana
telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (Q.S al-Baqarah:
183)

Dalam ayat tersebut terdapat lafadz umum, tapi umum disini tidak digunakan untuk
seluruh manusia, melainkan hanya orang-orang yang beriman.

2. Pembagian Makhsus

Makhsus adakalanya muttasil dan adakalanya munfasil, makhsus yang muttasil ada
lima, yaitu:
19

1. Istisna’ (pengecualian), seperti firman Allah:

‫انما جزاء الذين يحاربون هللا ورسوله ويسعون فى االرض قسادا ان يقتلوا او يصلبوا او تقطع ايديهم‬
‫ اال الذين‬,‫وارجلهم من خالف او ينفو من االرض ذالك لهم حزي فى الدنيا ولهم فى االخرة عذاب عظيم‬
٣٤–٣٣ -‫ المائدة‬..‫تابو من قبل ان تقدروا عليهم‬
2. Sifat, seperti firman Allah:

٢٣ -‫ النساء‬..‫وربائكم الالتي فى حجوركم من نسائكم الالتي دخلتم بهن‬

Lafadz ‫ الالتي دخلتم بهن‬adalah sifat bagi lafadz nisaa’ikum, ma’nanya adalah anak
perempuan dari istri yang telah digauli haram dinikah oleh suami, tetapi halal jika istri
belum digauli.

3. Syarat, seperti firman Allah:

١٨٠-‫البقرة‬..‫كتب عليكم اذا حضر احدكم الموت ان ترك خيرا الوصية للوالدين واالقربين بالمعروف حقا على المتقين‬

Lafadz ‫ ان ترك خيرا‬maksudnya adalah harta, sebagai syarat dalam wasiat.

4. Ghoyah (batas sesuatu), seperti firman Allah:

١٩٦ -‫ البقرة‬..‫وال تحلقوا رؤوسكم حتى يبلغ الهدي محله‬


٢٢٢ -‫ البقرة‬..‫وال تقربوهن حتى يطهرن‬

5. Badal ba’dhu min kull, seperti firman Allah:

٩٧ -‫ ال عمران‬..‫و هلل على الناس حج البيت من استطاع اليه سبيال‬

Lafadz ‫ من اس;;;تطاع‬menjadi badal dari lafadz an-Nas, maka kewajiban haji


dikhususkan bagi orang-orang yang mampu.

19
"Mabahis-Fi-Ulumil-Quran-Manna-Al-Qattan, p. 226”

8
Adapun Makhsus yang munfasil itu ada ditempat lain dari ayat, hadist, ijma’ atau
qiyas. Yang ditakhsis al-Qur’an contohnya:

((٢٢٨ -‫ البقرة‬..‫ والمطلقات يتربصن بانفسهن ثالثة قروء‬ayat ini umum bagi setiap perempuan
yang ditalaq, sekalipun dia hamil atau tidak, sudah digauli atau tidak kemudian dikhususkan
dengan ayat ٤ -‫ الطالق‬..‫ ( )واوالت االحم;;ال اجلهن ان يض;;عن حملهن‬juga ayat (‫اذا نكحتم المؤمن;;ات ثم‬
٤٩ -‫ االحزاب‬..‫)طلقتموهن من قبل انتمسوهن فما لكم عليهن من عدة‬

Yang ditakhsis dengan hadist, contohnya:

(٢٨٥ -‫ البقرة‬..‫ )واحل هللا البيغ و حرم الربا‬dikhususkan oleh jual beli yang rusak, yang telah
disebutkan dalam hadist. Seperti dalam shohih Bukhari dari Ibnu Umar, ia berkata“
Rasulullah melarang mengambil upah dari air mani kuda jantan.” Juga dalam kitab
Shohihaini dari Ibnu Umar “ Sesungguhnya Rasulullah melarang jual beli hewan yang
masih dalam kandungan.”20

Yang ditakhsis dengan Ijma’ yaitu ayat mawarits:

(١١ -‫; النساء‬..‫ )يوصيكم هللا فى اوالدكم للذكر مثل حظ االنثيين‬dikhususkan darinya dengan Ijma’
tentang budak. Karena perbudakan bisa mencegah dari warisan.

Yang ditakhsis dengan Qiyas yaitu ayat tentang zina:

(٢ -‫ الن;;ور‬..‫ )الزانية والزاني فاجلدوا كل واحد منهما مائة جل;;دة‬dikhususkan dengan Qiyas yang
nash-nya mengkhususkan ayat umum dalam firman Allah (‫فعليهن نصف ما على المحصنات من‬
٢٥-‫ النساء‬..‫)العذاب‬

Mentakhsiskan as-Sunnah yang mutawattir dengan al-Qur’an itu boleh, begitupun


sebaliknya karena keduanya memiliki ketetapan yang pasti.21 Contohnya hadits yang
diriwayatkan dari Abi Waqid bahwa Rasulullah bersabda "‫" وما قطع من البهيمة وهي حية فهو ميت‬
hadistini ditakhsis dengan firman Allah ta’ala (..‫ومن اصوافها واوبارها واشعارها اثاثا ومتاعا الى حين‬
٨٠ -‫)النحل‬

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penjelasan diatas bisa dirangkum seperti berikut:

20
“Mabahis-Fi-Ulumil-Quran-Manna-Al-Qattan, p. 227.”
21
“Makalah_Am_dan_khosh.”

9
‘Am adalah lafadz yang menunjukkan ma’na umum, yang digunakan untuk apa yang
cocok untuknya tanpa batasan tertentu, dan bisa mencakup dua arti atau lebih. Khas adalah
kebalikan dari ‘Am, yaitu lafadz yang menunjukkan ma’na khusus, yang tidak di gunakan
untuk apa yang cocok untuknya tanpa ada batasan, dan hanya bisa mencakup satu arti saja.

Lafadz/ sighot ‘Am dalam kitab Manna al-Qothon disebutkan ada 6, ‘Am ada tiga
macam yaitu: al-baqy ‘ala umumihi, al-‘am al-murod bihi al-khusus, dan al-‘am al-
makhsus. ‘Am dibagi menjadi 2, yaitu umum syumuly dan umum Badaly.

Makhsus ada dua, adakalanya muttasil dan munfasil, yang muttasil ada 5 yaitu:
istisna’, sifat, syarat, ghoyah, serta badal ba’dhu min kull. Yang munfasil itu bisa ditakhsis
dengan ayat, hadist, ijma’ dan qiyas.

Mentakhsiskan as-Sunnah yang mutawatir dengan al-Qur’an, maupun sebaliknya


mentakhsiskan al-Qur’an dengan as-Sunnah itu boleh, karena ketetapannya pasti.

10
DAFTAR PUSTAKA

Am, A L, D A N Al, A A L Am, and Definisi Al Amm. “ٌَّ 2010 ”,‫ز ٌّ و َ ض ِ َ ل َ َ ض‬.
Darussalam, Jurnal Syariah. “QAWA‘ID AL -LUGAWIYAH Al- ‘AMM DAN KHAS
DALAM APLIKASI PENETAPAN HUKUM KONTEMPORER Oleh : Sarmiji Aseri
 Abstrak” 6, no. 2 (2021): 1–16.
Kementrian Agama, Saudi Arabia. “Al-Qur’an Al-Karim Dan Terjemahannya.” Komplek
Percetakan Al Qur’anul Karim Kepunyaan Raja Fahd, 1971.
“Makalah_Am_dan_khosh,” n.d.[online]
Muslimin, Moh. “URGENSI MEMAHAMI LAFAZ| ‘AM DAN KHOS DALAM AL-
QUR’AN.” Jurnal Pemikiran Keislaman 23, no. 2 (2013).
https://doi.org/10.33367/tribakti.v23i2.33.
“Mabahis-Fi-Ulumil-Quran-Manna-Al-Qattan,” n.d.[online]
Sahib, Muhammad Amin. “Lafaz Ditinjau Dari Segi Cakupannya ('AM-KHAS-MUTLAQ-
MUQAYYAD).” Journal Syariah Dan Hukum 14, no. 2 (2546).
Syamsul Hadi, "PEMAKAIAN/PENGERTIAN LAFADZ 'AM, DAN KHAS, HAQIQAT DAN MAJAZ, DZAHIR
DAN KHAFI DALAM AL-QUR'AN,” n.d., 1–29

Sardiyanah, Sardiyanah, and Andi Muh. Taqiyuddin BN. “KAJIAN LAFAL DARI SEGI
LUAS DAN SEMPITNYA MAKNA (Lafal ‘Ām, Khāṣ, Amr, Dan Nahiy).” Jurnal
Naskhi: Jurnal Kajian Pendidikan Dan Bahasa Arab 3, no. 1 (2021): 6–21.
https://doi.org/10.47435/naskhi.v3i1.479.
Syarifuddin, Amin. “Ushul Fiqh II,” 2015, 100.
Zamrodah, Yuhanin. “ Ilmu Ushul Fiqih karya Abdul Wahhab Khalaf” 15, no. 2 (2016): 1–
23.

11
12

You might also like