You are on page 1of 7

MAKALAH

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HADIST

Disusun oleh :

ALFI SYAHRIN (50200121055)


HUSNUL KHATIMAH (50200121057)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara garis besar ilmu hadits dibagi atas ilmu hadits riwayat dan ilmu hadits dirayat. Jika
ilmu hadits riwayat membahas materi hadits yang menjadi kandungan makna, maka ilmu
hadits yang dirayat mengambil pembahasan mengenai kaidah-kaidahnya, baik yang
berhubungan dengan sanad atau matan hadits. Kedua pengetahuan tersebut sama-sama
penting. Sebab dengan ilmu yang pertama, setiap muslim yang ingin mengikuti jejak
tingkah laku dan teladan rasulullah, harus menguasai ilmu tersebut. Sementara itu dengan
menguasai ilmu yang kedua, setiap muslim dan siapapun yang mempelajari dengan baik
akan mendapatkan informasi yang akurat dan akutable tentang hadits Rasulullah SAW.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian ilmu hadis?
2. Bagaimana proses kelahiran hadis?
3. Sebutkan cabang cabang ilmu hadis?
4. Sebutkan istilah istilah ilmu hadis?

C. PEMBAHASAN
I. PENGERTIAN ILMU HADIS
Dari segi bahasa ilmu hadis terdiri dari dua kata yakni ilmu dan hadis. Secara
sederhana ilmu artinya pengetahuan, knowledge, dan science. Hadis artinya segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik dari perkataan,
perbuatan maupun persetujuan. Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani, hadis adalah
mengetahui kaidah-kaidah yang mengetahui (keadaan) perawi dan yang diriwayatkan.
Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa, ilmu hadis adalah ilmu yang
membicarakan tentang keadaan atau sifat para perawi dan yang diriwayatkan. Perawi
adalah orang-orang yang membawa, menerima, dan menyampaikan berita dari nabi
yaitu mereka yang ada dalam sanad suatu hadis.
Ilmu hadis dibagi menjadi dua, antara lain:
 Ilmu Hadis Riwayah
Menurut bahasa, riwayah dari kata rawa, yarwi, riwayatan , yang berarti an-naql =
memindahkan dan penukilan, adz-dzikr = penyebutan, al-fatl = pemintalan. Secara
istilah menurut pendapat Dr. Shubhi Ash-Shalih, ilmu hadis riwayah adalah ilmu yang
mempelajari tentang periwayatan secara teliti dan berhati-hati bagi segala sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan,
dan maupun sifat serta segala sesuatu yang disandarkan kepada sahabat dan tabi’in.
 Ilmu Hadis Dirayah
Ilmu Hadis Dirayah, dari segi bahasa kata diraya berasal dari kata dara,yadri,
daryan,dirayatan/dirayah = pengetahuan tentang hadis atau pengantar ilmu hadis.
Secara istilah, ilmu hadis dirayah adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat
periwayatan, dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
II. MASA KELAHIRAN
Tahap ini berlangsung pada masa sahabat sampai penghujung abad pertama Hijriah
ketika Raslullah saw wafat, para sahabatlah yang membawa panji-panji islam, kafilah
ini berjalan mengawalinya demi menyelamatkan kemanusiaan dan menyampaikan
segala sesuatu yang diajarkan oleh Raslullah saw, waktu itu mereka telah menghafal
Al-Qur’an dengan sempurna seperti halnya mereka menguasai dan memelihara hadis
Nabi. Periode Rasulullah saw merupakan periode pertama sejarah pertumbuhan hadis.
Masa ini merupakan kurun waktu turunnya wahyu dan sekaligus sebagai masa
pembentukan hadis, terbentuknya sunnah pada masa Rasulullah saw. berawal dari
pengajaran beliau yang menarik perhatian para sahabat.
Sebagai salah satu bentuk ketaatan dan kepatuhan tersebut, para sahabat memberi
perhatian khusus dan bersungguh-sungguh dalam menerima dan mengamalkan segala
yang diajarkan Raslullah saw baik yang berupa wahyu Al-qur’an maupun dari hadis
sendiri, sehingga ayat-ayat Al-qur’an dan hadis dapat berimplikasi serta
mempengaruhi kepribadian dan integritas para sahabat. Mereka umumnya lebih
memperioritaskan hafalan dari pada melakukan kegiatan penulisan.

III. CABANG-CABANG ILMU HADIS


Banyak sekali jumlah cabang ilmu hadis, para ulama menghitungnya secara beragam.
Ibnu Ash-Shalah menghitungnya 65 cabang, bahkan ada yang menghitung hanya 10
hingga 6 cabang tergantung kepentingan penghitung itu sendiri ada yang
menghitungnya secara terperinci dan ada pula yang menghitungnya secara global saja.
Cabang- cabang Ilmu Hadis yang terpenting baik dilihat dari segi sanad atau matan
dapat dibagi menjadi
beberapa macam, yaitu sebagai berikut:

 Ilmu Rijal Al-Hadits


Ilmu Rijal Al- Hadits dibagi menjadi dua, yaitu Ilmu Tawarikh Ar- Ruwah dan ilmu
Al-Jarh wa Al-Ta’dil. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Ilmu Tawarikh Ar-
Ruwah adalah ilmu mempelajari waktu yang membatasi keadaan kelaharira, wafat,
peristiwa/kejadian dan lain-lain. Tujuan ilmu ini adalah untuk mengetahui
bersambung (muttasil) atau tidaknya sanad suatu hadis. Maksud persambungan sanad
adalah pertemuan langsung apakah perawi berita itu bertemu langsung dengan
pembawa berita ataukah tidak atau hanya pengakuan saja.
 Ilmu Al-Jarh wa At-Ta’dil
Dr. Shubhi Ash-Shalih memberikan definisi Ilmu Al-Jarh wa At-Ta’dil yaitu ilmu
yang membahas tentang para perawi dari segi apa yang datang dari keadaaan mereka,
dari apa yang mencela mereka atau yang memuji mereka dengan menggunakan kata-
kata khusus. Jadi ilmu ini membahas tentang nilai cacat (al-jarh) atau adilnya (at-
ta’dil) seorang perawi dengan menggunakan ungkapan kata-kata tertentu dan
memiliki hirarki tertentu.
 Ilmu ‘Ilal Al-Hadits
Dalam bahasa al-‘illah diartikan al-maradh= penyakit. Dalam istilah ilmu hadis ‘Ilmu
‘Ilal Al-Hadits adalah ilmu yang membahas tentang sebab-sebab yang samar yang
membuat kecacatan keshahihan hadis, seperti me-washalkan hadis yang munqathu
dan me-marfu-kan hadis yang mawquf, memasukan suatu hadis ke hadis yang lain.
Tujuan mempelajari ilmu ini adalah untuk mengetahui siapa diantara periwayat hadis
yang terdapat illat dalam periwayatannya, dalam bentuk apa dan dimana “illat tersebut
terjadi, dan pada sanad atau pada matan.
 ilmu Gharib Al-Hadits
‘ilmu Gharib Al-Hadits adalah ilmu yang mempelajari makna matan hadis dari iafal
yang sulit dan asing bagi kebanyakan manusia, karena tidak umum dipakai orang
arab. Tujuan ilmu ini untuk mengetahui mana katta-kata dalam hadis yang tergolong
gharib dode para ulama memberikan interpretasi kalimat gharib dalam hadis tersebut.
Apakah melalui perbandingan beberapa sanad dalam hadis yang sama atau melalui
jalan lain.
 Ilmu Mukhtalif Al-Hadist
Dr. Mahmud Ath-Thahan menjelaskan secara sederhana, bahwa Mukhthalif Al-
Hadits Adalah ilmu yang membahas hadis-hadis yang lahirnya terjadi kontradiksi
akan tetapi dapat dikompromikan, baik dengan cara di-taqyid (pembatasan) yang
mutlak, takhshish al-‘alam (pengkhususan yang umum), atau dengan yang lain.
Tujuan ilmu ini untuk mengetahui hadis mana saja yang kontra satu dengan yang lain
dan bagaimana pemecahannya atau langkah-langkah apa yang dilakukan para ulama
dalam menyikapi hadis-hadis yang kontra tersebut.
 ilmu Nasikh wa Mansukh
Menurut ulama ushul fikih, nasakh adalah pembatalan hukum syari’ (pembuat
syariat) dengan dalil syara’ yang datang kemudian ‘Ilmu Nasikh wa Mansukh adalah
ilmu yang membahas tentang hadis-hadis yang menasakh dan yang dinasakh. Tujuan
mempelajari ilmu ini untuk mengetahui salah satu proses hukum yang dihasilkan dari
Hadi dalam bentuk nasikh mansukh dan mengapa terjadi Nasikh Mansukh
 Ilmu Fann Al-Mubhamat
‘Ilmu Fann Al-Mubhamatadalah ilmu yang membicarakan tentang seseorang yang
samar namanya dalam matan atau sanad. Tujuan ilmu ini mengetahui siapa
sebenarnya nama-nama atau identitas orang-orang yang disebutkan dalam matan atau
sanad hadis yang masih samar-samar atau tersembunyi.
 ilmu Asbat Wurud Al-Hadits
‘ilmu Asbat Wurud Al-Hadits adalah ilmu yang menjelaskan tentang sebab-sebab
datangnya hadis, latar belakang dan waktu terjadinya. Tujuan mengetahui ilmu ini
mengetahui sebab-sebab dan latar belakang munculnya suatu hadis sehingga dapat
mendukung dalam pengkajian makna hadis yang dikehendaki.
 ilmu Tashhif wa Tahrif
ilmu Tashhif wa Tahrif adalah ilmu yang membahas hadis-hadis yang diubah titiknya
(mushahhaf) atau dirubah bentuknya (muharraf). Tujuannya, mengetahui kata-kata
atau nama-nama yang salah dalam sanad atau matan hadis dan bagaimana
sesungguhnya yang benajar sehingga tidak terjadi kesalahan terus menerus dalam
penakilan dan mengetahui derajat kualitas kecerdasan dan ke-dhabith-an seorang
perawi.
 Ilmu Mushthalah Al-Hadits
Ilmu Mushthalah Al-Hadits adalah ilmu yang membahas tentang pengertian istilah-
istilah ahli hadis dan yang dikenal antara mereka. Tujuannya,memudahkan para
pengkaji dan peneliti hadis dalam mempelajari dan riset hadis, karena para pengkaji
dan peneliti tidak akan dapat melakukan kegiatannya dengan mudah tanpa
mengetahui istilah-istilah yang telah disepakati oleh para ulama.

IV. ISTILAH-ISTILAH ILMU HADIS


Istilah merupakan symbol-simbol yang disepakati bersama secara terminologi untuk
mengidentifikasikan masalah dengan tujuan memudahkan pembahasan berikutnya
untuk menunjuk sesuatu yang dimaksud secara simpel dan sederhana, sehingga
sampai kepada tujuan yang dimaksud.
Jadi kata istilah mempunyai makna kesepakatan sekelompok orang tentang sesuatu
yang khusus. Kumpulan berbagai istilah Dalam ilmu hadis dihimpun secara sistematik
oleh para ulama, sehingga sebagian mereka menyebutkan sebagai ‘ilmu Musthalah
Al-Hadits. Kata musthalah diambil dari kata istilah tersebut. ‘Ilmu Musthalah Al-
Hadits adalah ilmu yang mempelajari tentang apa yang diistilahkan ulama hadis dan
dikenal menjadi uruf (kebiasaan) diantara mereka. Istilah-istilah itu dijadikan ilmu
yang berdiri sendiri kemudian ditambah dengan kaidah-kaidah dan ilmu-ilmu
pendukung lain sehingga para ulama beragam dalam memberikan nama ilmu ini.
Diantara mereka member nama ‘Ulumul Al-Hadits, ‘Ilmu Ushul Al-Hadits, Ilmu Al-
Hadit, dan lain-lain tergantung pada fokus materi yang diberikan didalamnya.

Istilah-istilah dalam Periwayatan


 Sanad
Sanad menurut bahasa adalah almu’tamadu, yaitu sesuatu yang dijadikan sandaran,
pegangan dan pedoman. Menurut istilah adalah mata ranntai para perawi hadis yang
menghubungkan smpai kepada matan hadis. Dalam bidang ilmu hadis sanad itu
merupakan salah satu neraca yang menimbang shahih atau dha’if-nya suatu hadis.
Sanad ini sangat penting dalam hadis, karena hadis terdiri dari dua unsur yaitu sanad
dan matan.
 Lambang Periwayatan
 Lambang periwayatan dipergunakan dalam metode As-Sama’ artinya seorang murid
mendengarkan penyampaian hadis dari seorang guru (Syaikh) secara langsung. Hadis
yang menggunakan lambing periwayatan tersebut dalam segala tingkatan sanad
berarti bersambung (muttashil), masing-masing periwayat dalam sanad bertemu
langsung dengan Syaikhnya.
 Lambang periwayatan dipergunakan dalam metode Al-Qira’ah atau Al-‘Ardh artinya
seorang murid membaca atau yang lain ikut mendengarkan dan didengarkan oleh
seorang guru, guru mengiyakan jika benar dan meluruskan jika terjadi kesalahan.
Dalam dunia Pesantren metode ini dikenal dengan metode sorogan.
 Lambing Periwayatan‫ ي‬dalam metode ijazah seorang guru memberikan periwayatan
kepada seorang atau beberapa orang muridnya. Murid yang diberi ijazah untuk
menyampaikan periwayatan tidak sembarang murid, akan tetapi hanya murid-murid
tertentu yang memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut.
 Lambang periwayatan: “ia berkata kepadaku” atau ia menyebutkan kepadaku”
dipergunakan dalam menyampaikan hadis metode Sama’ Al-Mudzakarah artinya
murid mendengar bacaan guru dalam kontek mudzakarah bukan dalam kontek
menyampaikan periwayatan yang tentunya tidak siap kedua belah pihak. Berbeda
dalam konteks ada’ (menyampaikan periwayatan) ,edua belah pihak siap untuk
member atau menyampaikan dan menerima hadis.
 Lambang periwayatan Menurut Jumhur ulama dapat diterima asal periwayatannya
tidak mudallis (penyimpan cacat) dan dimungkinkan adanya pertemuan dengan
gurunya. Jika tidak memenuhi dua persyaratan ini maka tidak dihukumi muttashil.
 Matan
Kata matan atau al-matan menurut bahasa berarti: keras, kuat, sesuatu yang Nampak
dan asli. Menurut istilah matan adalah sesuatu kalimat setelah berakhirnya sanad.
Matan hadis ini sangat penting karena yang menjadi topic kajian dan kandungan
syariat Islam untuk dijadikan petunjuk dalam beragama.
 Mukharrij atau Pewaris Hadis
Kata mukharrij isim fa’il dari kata takhrij atau istikharaj dan ikhraj yang dalam bahasa
diartikan : menampakkan, mengeluarkan, dan menarik. Maksud mukharraj adalah
seorang yang menyebutkan suatu hadis dalam kitabnya dengan sanadnya. Sedangkan
menurut istilah mukharrij ialah orang yang mengeluarkan, menyampaikan atau
menuliskan kedalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari
seseorang (gurunya).

Istilah-istilah dalam Kepakaran Hadis


Diantara gelar keahlian dalam bidang hadis yaitu sebagai berikut :
 Amir Al-Mu’minin
Gelar Amil Al-Mu’minin sebenarnya diberikan kepada khalifah Abu Bakar Ash-
Siddiq dan setelahnya. Gelar Amil Al-Mu’minin dalam hads tidak berkait dengan
kekhalifahan secara formal dalam politik, akan tetapi berkaitan dengan penguasaan
hadis seseorang.
 Al-Hakim
Al-Hakim yaitu, suatu gelar keahlian bagi para pakar hadis yang menguasai seluruh
permasalahan hadis baik matan yang diriwayatkan maupun sanad-nya dan mengetahui
hal ihwal para pewari hadis yang adil dan yang tercela mengetahui biogografi para
perawi, baik tentang perjalanan kepada guru-gurunya dan sifat-sifatnya yang dapat
diterima maupun ditolak.
 Al-Hujjah
Gelar Al-Hujjah diberikan kepada para pakar hadis yang kemampuan hafalan
hadisnya dapat dijadikan hujjah dan menjadi referensi bagi para penghafal lainnya.
Menurut sebagian ulama, gelar Al-Hujjah diberikan kepada para imam yang sanggup
menghafal 300.000 hadis yang diriwayatkan baik matan,sanad maupun perihal para
perawi seperti tentang keadilan, kecacatan, dan biografinya.
 Al-Hafizh
Gelar Al-Hafizh adalah gelar ahli hadis yang dapat men-shahih-kan para perawi hadis.
 Al-Muhaddits
Menurut At-Taj As-Subki dalam bukunya Maw’id An-Ni’am ialah orang yang
mengetahui sanad, illat, nama para periwayat hadis baik yang tinggi dan yang rendah.
 Al-Musnid
Al-Musnid adalah gelar keahlian yang meriwayatkan hadis beserta sanad-nya, baik ia
menguasai benar tentang keadaan sanad maupun tidak.
 Thalib Al-Hadits
Thalib Al-Hadits adalah gelar yang terendah diantara sekian gelar yang telah
dijelaskan sebelumnya. Gelar Thalib Al-Hadits diberikan kepada orang yang memulai
kariernya dalam bidang hadis yaitu orang yang mencari hadis atau yang sedang
mempelajarinya.

Berkaitan dengan Generasi Perawi


 Thabaqat
Dalam bahasa Thabaqat diartikan = kaum yang serupa atau sebaya. Menurut istilah
Thabaqat adalah kaum yang berdekatan atau sebaya dalm usia dan dalam isnad saja.
 Sahabat
Dari segi bahasa sahabat diambil dari kata ash-Shahabati dengan makna Ash-
Shuhbatu= persahabatan. Menurut istilah sahabat adalah orang yang bertemu dengan
Nabi dalam keadaan beragama islam dan mati dalam islam sekalipun dipisah murtad
ditengah tengah menurut pendapat yang benar.
 Tabi’in
Tabi’in jamak dari kata tabi’i atau tabi’ yang berarti orang yang mengikuti atau
berjalan dibelakang. Menurut istilah tabi’in adalah orang muslim yang bertemu
seorang sahabat dan mati dalam beragama islam.

V. MASA SELEKSI DAN PENYEMPURNAAN SERTA PENGEMBANGAN


SISTEM PENYUSUNAN KITAB HADIS
a. Masa penyaringan Hadis Masa seleksi atau penyaringan hadis terjadi ketika
pemerintaha dipegang oleh dinasti Bani Abbas,khususnya sejak Al-Makmun
sampai dengan Al-Muktadir(sekitar tahun 201- 300 H). Munculnya periode
ini, karena periode sebelumnya yaitu periode tadwin belum bisa memisahkan
hadis mauquf dan maqthu’ dari hadis marfu’ serta hadis dhaif dari yang
shahih. Pada masa ini para ulama bersungguh-sungguh mengadakan
penyaringan hadis dan akhirnya berhasil memisahkan hadis-hadis yang
dhaif(lemah)dan yang shahih dan hadis-hadis yang mauquf dan yang maqthu’
dari yang marfu’.
b. Masa Pengembangan dan penyempurnaan Sistem Penyusunan Kitab Hadis
Penyusunana hadis pada masa ini lebih mengarah kepada uasaha
pengembangan dengan beberapa variasi pentadwinan terhadap kitab-kitab
yang sudah ada. Di antara usaha itu ialah mengumpulkan isi kitab Bukhori dan
Muslim,seperti yang dilakukan Muhammad ibn Abdillah Al-Jauzaqi dan ibn
Al-Furat (414 H). Masa perkembangan hadis yang terakhir ini terbentang
cukup panjang,dari mulai abad keempat Hijriyah terus berlangsung beberapa
abad berikutnya sampai abad kontemporer. Dengan demikian masa
perkembangan ini melewati dua fase sejarah perkembangan Islam,yakni fase
pertengahan dan fase modern.

You might also like