You are on page 1of 9

GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK DAN TARI KONTEMPORER DI

SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULER

Dewi Triningsih, Sri Hardiyatno , Amin Sumadyo


Program Studi Arsitektur
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email : detrine77@gmail.com/ dbokers@yahoo.com

Abstract: Building performance is a building used to perform the art community, not least the
art of music and contemporary dance. The background shows the design of the building is
often the holding of contemporary music and dance performances, both nationally and
internationally. Currently there are no buildings that meet the performance criteria as a
building shows in the city of Surakarta. The purpose of the show is generating building design
concept planning and design that can accommodate all aspects of the activities in it, including
the function of the building as a means of entertainment shows, means of information and
education functions. Thus the performance of buildings can be useful for the general public
and artists. There are the problems of designing buildings contemporary music and dance
performances representative so as to accommodate all the activities in it, creating a cozy
atmosphere, decent as building performances, good acoustics and the image of the building
blend with the surrounding environment. The issue to be solved include the location of new
building, site plans, planning the mass, the space program, acoustic system, circulatory
system, mass composition, as well as the structure and utility buildings. Shows the planned
building will be expressed in the form of a building such as the building of Java, but in a more
modern context. Discussion of methods used include literature studies, empirical studies,
surveys, interviews and documentation. The result is a building design contemporary music
and dance performances that can facilitate the activities in it, and expression of the Java
architecture is more modern buildings.

Keywords: Architecture, building performance, contemporary music and dance, Neo


Vernakuler Architecture

1. PENDAHULUAN membuat sebuah gedung pertunjukkan yang


Musik dan tari kontemporer semakin dapat menampung pertunjukkan seni di kota
berkembang pada akhir-akhir ini. Dibuktikan Surakarta.
dengan banyak acara yang bertema musik Gedung pertunjukkan ini nantinya dapat
dan tari kontemporer berlangsung diberbagai memenuhi tuntutan sebuah gedung
daerah, tidak terkecuali kota Surakarta. Antara pertunjukkan yang sesuai dengan kelayakan.
lain SIPA (Solo International Performing Art), Selain itu juga mampu mengekspresikan
SIEM (Solo International Etnik Music). perwujudan musik dan tari kontemporer
Namun dalam pelaksanaannya, tempat yang dengan mempertimbangan budaya yang ada di
digunakan untuk acara tersebut berpindah- kota Surakarta. Dengan mempelihatkan sisi
pindah, karena di Solo sendiri memang belum dari musik dan tari kontemporer, yang
terdapat gedung pertunjukkan yang sesuai merupakan perwujudan seni yang berasal dari
kriteria dan dapat menampung penonton dalam tradisional. Namun dengan perwujudan yang
jumlah yang besar. Selain itu, kota Solo begitu lebih modern atau kreasi antara yang jawa dan
terkenal dengan wisata budaya, karena modern. Ekspresi gedung pertunjukkan yang
letaknya berada dalam jalur lalu lintas antar sesuai dengan jiwa musik dan tari
kota sehingga merupakan wilayah yang kontemporer adalah ekspresi gedung dengan
strategis. Kota Solo berpotensi besar untuk bangunan Jawa namun dalam bentuk yang
pendirian gedung pertunjukkan. Pemerintah lebih modern. Tidak sepenuhnya kaku dalam
kota Solo telah memiliki rencana untuk bentuk Arsitektur Jawa.
Arsitektura, Vol. 12, No. 1, April 2014

contoh-contoh objek sejenis maupun yang


2. METODE berkaitan, sehingga dapat dijadikan
Macam dan teknik pengumpulan data. perbandingan. Preseden yang diambil adalah
2.1 Input gedung pertunjukkan dan preseden bangunan
2.1.1 Survei Neo Vernakular yang akan diambil sebagai
Survei merupakan kunjungan secara dasar acuan.
langsung pada institusi musik dan tari
kontemporer di kota Solo. Kegiatan survei 2.2 Analisis
tersebut dilakukan untuk meneliti, mengetahui, Merupakan proses analisis data (fisik dan
dan memperoleh data mengenai kegiatan, non fisik) yang diperoleh baik dari survei,
kebutuhan ruang, dan permasalahan desain wawancara, studi literatur, studi empiris, dan
yang akan dipecahkan, sehingga data yang dari dokumentasi. Pemilahan dan analisis data
diperoleh bersifat objektif. yang digunakan untuk mendukung proses
penyusunan konsep gedung pertunjukkkan
2.1.2 Wawancara musik dan tari kontemporer.
Wawancara dilakukan melalui interview
(tanya jawab) dengan beberapa narasumber di 2.3 Output
lokasi survei untuk memperoleh informasi- Ouput yang diperoleh setelah analisis ada
informasi yang terkait dengan pengguna, beberapa bagian yaitu:
kegiatan yang dilakukan, dan atribusi yang 1. Perumusan konsep
dibutuhkan, sehingga data yang diperoleh Merupakan hasil dari analisis data yang
bersifat subjektif. dirumuskan kedalam konsep perencanaan
dan perancangan. Berupa perumusan
2.1.3 Dokumentasi konsep kegiatan, peruangan, tata tapak,
Dokumentasi sebagai salah satu akustik, tata massa, tata sirkulasi,
pelengkap data digunakan untuk memberi interior, lansekap, struktur dan utilitas.
ilustrasi visual mengenai objek yang 2. Transformasi desain
diobservasi. Dokumentasi dapat memperjelas Proses transformasi dari konsep sebelum
gambaran detail mengenai permasalahan yang menuju sebuah desain.
dihadapi. Dokumentasi kegiatan-kegiatan yang 3. Hasil desain
terjadi dalam gedung pertunjukkan yang Merupakan hasil akhir produk desain
disurvei, gerakan-gerakan dalam tari yang terdiri dari siteplan, situasi, denah,
kontemporer. tampak, potongan, detail arsitektur, 3D
eksterior dan interior.
2.1.4 Studi Literatur
Literatur termasuk bagian dari 3. ANALISIS
pengumpulan data yang dapat dilakukan 3.1 Analisis Program ruang
dengan kajian teori pada beberapa referensi Dasar pertimbangan program ruang dari
buku untuk memperoleh informasi berkaitan pelaku kegiatan, kegiatan yang dilakukan, dan
dengan objek yang diamati. Orientasi literatur kebutuhan ruang.
ditekankan melalui studi pustaka yang 1. Ruang penerima
berkaitan dengan gedung pertunjukkan musik a. Hall
dan tari. Sebagai acuan standart dalam konsep b. Ruang informasi
peruangan, dan teori-teori yang akan c. Loket
digunakan dalam sebuah gedung pertunjukkan. d. Parkir
Seperti teori akustik, teori Neo-Vernakular 2. Ruang utama
merupakan pendekatan yang dipakai. a. Hall
b. Panggung pertunjukkan
2.1.5 Studi Empiris c. Ruang penonton
Studi empiris sebagai pelengkap data d. Ruang latihan musik
merupakan tambahan informasi berupa e. Ruang latihan tari
preseden yang dapat dijadikan acuan. Studi f. Ruang ganti
empiris ini dilakukan dengan mengeksplorasi g. Loker
Dewi Triningsih, Sri Hardiyatmo, Amin Sumadyo, Gedung Pertunjukkan....

h. Ruang tunggu y. Lavatory


i. Ruang kostum 5. Ruang servis
j. Ruang rias a. Lavatory
k. Ruang peralatan musik b. Mushola
l. Lavatory c. Ruang panel listrik
m. Gudang d. Ruang genset
n. Ruang operator suara e. Ruang pompa
o. Ruang tata cahaya f. Ruang PABX
p. Backstage g. Ruang keamanan
q. Panggung outdoor h. Ruang CCTV
r. Area outdoor i. Gudang
3. Ruang penunjang
a. Restoran 3.2 Analisis Besaran Ruang
1) Dapur Dasar pertimbangan berasal dari
2) Area duduk kapasitas ruang, pengelompokkan fungsi
3) Lavatory ruang, kebutuhan ruang gerak.
4) Gudang
b. Perpustakaan Tabel 1. Rekapitulasi Kebutuhan Ruang
1) Administrasi Kelompok kegiatan Luas (m2)
2) Rak buku Kelompok kegiatan 6625,2 m2
3) Ruang internet penerima
4) Ruang baca Kelompok kegiatan utama 3918,36 m2
5) Ruang arsip Kelompok kegiatan 5469 m2
penunjang
6) Perpustakaan audio visual
Kelompok kegiatan 445,2 m2
c. Ruang serbaguna pengelolaan
1) Hall Kelompok kegiatan servis 349,2 m2
2) Ruang serbaguna Luas kebutuhan ruang 16499,4 m2
3) Lavatory
4. Ruang pengelolaan 3.3 Analisis Lokasi
a. Hall 3.3.1 Tujuan
b. Resepsionis Menentukan tapak yang digunakan
c. Direktur utama sebagai tempat gedung pertunjukkan yang
d. Ruang rapat akan dibangun dan sesuai dengan syarat
e. Ruang sekretaris maupun rencana tata ruang kota.
f. Direktur administrasi
g. Ruang manajer keuangan 3.3.2 Dasar Pertimbangan
h. Staff keuangan Tinjauan mengenai pemilihan site
i. Ruang tata usaha didasarkan pada beberapa hal yaitu: berakses
j. Manajer pemasaran baik, mudah dicapai kendaraan umum atau
k. Ruang staff pemasaran pribadi, mudah dalam penyediaan sarana
l. Direktur umum prasarana, serta baik secara arsitektural yang
m. Manajer personalia meliputi kondisi lahan, visual atau view,
n. Staff personalia luasan tapak yang memenuhi persyaratan
o. Ruang manajer operasional bangunan yang diprogramkan, serta
p. Ruang staff operasional infrastruktur yang menunjang. Cukup luas
q. Direktur artistik untuk area sirkulasi, mudah dalam
r. Bagian latihan pengembangannya.
s. Bagian peralatan
t. Bagian tata rias dan kostum 3.3.3 Analisis dan Hasil
u. Bagian tata suara dan cahaya Dari dasar pertimbangan di atas
v. Bagian panggung didapatkan lokasi yang terletak di jalan Adi
w. Ruang arsip Sucipto dengan kondisi tapak merupakan
x. Pantry
Arsitektura, Vol. 12, No. 1, April 2014

lahan tidak terpakai. Tapak diperkirakan


seluas 34.000 m2 dengan batas tapak sungai
kecil dan rumah penduduk.

Gambar 2 Analisis Lokasi

3.4.2 Analisis Zona Kegiatan


3.4.2.1 Tujuan
Menentukan area dalam tapak yang bisa
digunakan bersama untuk jenis kegiatan yang
Gambar 1. Analisis Lokasi berbeda. Serta pembagian area masing-masing
(google.com dan googlearth.com) kegiatan.

3.4 Analisis Pengolahan Tapak 3.4.2.2 Dasar Pertimbangan


3.4.1 Analisis Pencapaian Dasar yang digunakan untuk menentukan
3.4.1.1 Tujuan zona adalah persamaan kegiatan.
Menentukan arah pencapaian ke dalam
tapak dari alur masuk sampai alur keluar dari
tapak, menentukan main entrance serta side 3.4.2.3 Analisis dan Hasil
entrance.

3.4.1.2 Dasar Pertimbangan


Main Entance:
a) Mudah dikenali pengunjung
b) Terletak di jalan utama
c) Dilewati kendaraan umum
d) Tidak terjadi sirkulasi silang
Side Entrance:
a) Tidak mengganggu kegiatan utama
b) Terletak pada bukan jalan utama
c) Tidak padat kendaraan.
d) Digunakan untuk area pengelola maupun
drop out barang, dan sirkulasi penyaji. Gambar 3 Analisis Zona Kegiatan

3.4.1.3 Analisis 3.5 Analisis Persyaratan Ruang


3.5.1 Analisis Pencahayaan
Tabel 2 Analisis Pencapaian 3.5.1.1 Tujuan
Kondisi Potensi Menentukan sistem pencahayaan yang
dipakai, ruang mana yang menggunakan
Jalan Adi  Merupakan jalan utama.
pencahayaan alami dan mana yang buatan.
Sucipto  Terdapat akses kendaraan
umum. Mengetahui jenis lampu yang dipakai dan cara
 Berpotensi sebagai ME. penyinarannya sesuai dengan fungsi ruang.
 Mudah dikenali karena
dipinggir jalan raya. 3.5.1.2 Dasar Pertimbangan
Pelubangan cahaya dipengaruhi oleh
Hasil analisis: bentuk bangunan dan fungsi bangunan. Pada
pencahayaan buatan yang dibutuhkan adalah
Dewi Triningsih, Sri Hardiyatmo, Amin Sumadyo, Gedung Pertunjukkan....

penyebaran cahaya. Penyebaran cahaya 4. Faktor kenyamanan


ditentukan oleh arah pencahayaan dan efek 5. Kapasitas pengguna
dari tempat lampu (luminer) lampu.
3.5.2.3 Analisis dan Hasil
3.5.1.3 Analisis dan Hasil Untuk penghawaan sebagian besar
1. Untuk pencahayaan alami menggunakan bangunan menggunakan penghawaan buatan,
sinar matahari sedangkan untuk buatan karena tuntutan kenyaman ruang. Penghawaan
menggunakan lampu. buatan yang dipakai adalah sistem AC, ada 2
2. Untuk pencahayaan buatan jenis macam tipe yaitu AC sentral dan AC split.
penerangan yang dipakai adalah: Penggunaan AC sentral pada bangunan utama
Tabel 3 Kebutuhan Ruang Pengelola yang wilayah pelayanan besar. Sedangkan
Ruanga Teknik penerangan Jenis lampu untuk bangunan pengelola, perpustakaan, dan
n yang dipakai ruang serbaguna menggunakan AC split.
Untuk servis dan area restoran menggunakan
Peneri Pencahayaan Tungsen/ penghawaan alami.
ma langsung fluorescent strip

Utama Pencahayaan dari Spotlight, mini 3.5.3 Analisis Akustik Bangunan


atas, dari belakang, spot, lampu Tujuan:
dari depan halogen dan Menentukan sistem akustik panggung,
lampu tungsen area penonton, sistem penguat bunyi dan
material akustik yang digunakan dan sesuai
Penunj  Perpustakaan  Perpustakaan dengan gedung pertunjukkan.
ang Pencahayaan Tungsen/
langsung fluorescent 3.5.3.1 Analisis Akustik Panggung
strip 1. Dasar pertimbangan:
 Restoran
Pencahayaan dari  Restoran a. Jenis tari atau musik yang
atas, Cahaya Bohlam yang dipertunjukkan.
merata terarah, lilin, b. Jenis panggung yang digunakan.
lentera,obor
 Ruang Serba Guna  Ruang Serba 2. Analisis dan hasil :
Pencahayaan Guna Panggung untuk musik dan tari
langsung Tungsen/ kontemporer memiliki spesifikasi antara
fluorescent lain: memungkinkan gerakan memutar,
strip jumlah pengunjung yang lumayan banyak,
pada saat tertentu membutuhkan
Pengel Pencahayaan Tungsen/
ola langsung fluorescent strip komunikasi antara penonton dan penyaji,
jenis musik yang dinikmati sambil duduk.
Servis Pencahayaan Tungsen/ Dengan demikian, maka tipe panggung
langsung fluorescent strip yang dipakai adalah panggung terbuka.

(D.K. Ching Francis. Ilustrasi desain interior. 3.5.3.2 Analisis Akustik Area Penonton
Erlangga. Jakarta. 1996) 1. Dasar pertimbangan:
a. Jenis lantai yang dipakai
3.5.2 Analisis Penghawaan
b. Besarnya penonton yang ditampung
3.5.2.1 Tujuan
Menentukan jenis penghawaan yang c. Sistem tempat duduk yang
sesuai dengan spesifikasi tiap ruang, perlu digunakan
tidaknya penghawaan buatan.
2. Analisis dan hasil analisis:
3.5.2.2 Dasar Pertimbangan Berdasarkan pemilihan bentuk
1. Besar atau luasnya suatu ruang panggung yang dipilih yaitu panggung
2. Fungsi suatu ruangan terbuka. Karena dapat menampung
3. Ada tidaknya peralatan elektronik jumlah penonton yang banyak serta
Arsitektura, Vol. 12, No. 1, April 2014

dapat mengatasi akustik. Maka bentuk Teknik perletakan microphone


lantai penonton yang dipakai adalah yang dipakai adalah semistatis.
lantai kipas. c. Teknik perletakan pengeras suara
Teknik perletakan pengeras suara
3.5.3.3 Analisis Material Akustik yang dipakai adalah teknik terpusat,
1. Dasar pertimbangan: dengan mempertimbangkan
a. Kemudahan pemakaian dan ketinggian dan sistem lantai yang
pemasangan. dipakai.
b. Murah dan tahan lama.
c. Kemudahan perawatan

2. Analisis dan hasil analisis:


Penggunaan bahan penyerap bunyi
diterapkan pada plafon, lantai dan dinding.
a. Untuk lantai menggunakan bahan kain Gambar 5 Teknik Perletakan Pengeras Suara
karpet .
b. Pada dinding menggunakan campuran 3.6 Analisis Tata Massa Bangunan
antara 3 bahan akustik. Karena Tujuan:
percampuran ketiganya sangat efektif Menentukan bentuk dasar bangunan, pola
dalam penyerapan bunyi, yaitu: hubungannya dengan bangunan lain jika massa
menggunakan selimut isolasi, panel majemuk dan gubahan massa.
penyerap/panel selaput dan resonator
panel berlubang. 3.6.1 Analisis Penataan Massa
c. Sedangkan untuk plafon menggunakan 1. Dasar pertimbangan:
panel penyerap bunyi. a. Kemudahan pengolahan bentuk
b. Fleksibilitas
c. Bentuk tapak
d. Pendekatan yang direncanakan.

2. Analisis dan hasil analisis:


Bentuk dasar massa terdiri dari persegi
dan persegi panjang dengan penambahan
dan pengurangan pada tiap bagian.
Gambar 4 Analisis Pemakaian Material Penyerap
Bunyi

3.5.3.4 Analisis Sistem Penguat Bunyi


1. Dasar pertimbangan:
a. Jumlah penonton.
b. Di luar atau di dalam gedung.
c. Daya jangkau.
d. Tidak mudah rusak.
e. Mudah dalam perawatan dan
pemakaian.

2. Analisis dan hasil :


a. Jenis microphone
Jenis microphone yang dipakai
adalah dynamic microphone untuk
outdoor dan condenser microphone
untuk indoor.
b. Teknik perletakan microphone Gambar 6 Proses Perolehan Bentuk Dasar
Bangunan
Dewi Triningsih, Sri Hardiyatmo, Amin Sumadyo, Gedung Pertunjukkan....

Bentuk dasar massa adalah persegi dan


persegi panjang dengan massa jamak.
Bentuk persegi dan persegi panjang
diambil dari bentuk dasar bangunan
tradisional Jawa. Termasuk tatanan massa
jamak yang tersebar menjadi beberapa
bagian dan memiliki fungsi tersendiri,
semuanya adalah bagian dari bentuk tata Gambar 8 Gubahan Massa
massa bangunan tradisional Jawa. Namun
dengan konsep yang sesuai dengan fungsi 3.7 Analisis Sistem Struktur
tuntutan ruang. Tujuan:
Menentukan sistem struktur yang pas sesuai
3.6.2 Analisis Pola Tata Massa dengan jenis bangunan yang telah
1. Dasar pertimbangan: direncanakan. Baik sistem struktur pondasi,
a. Hubungan yang diinginkan antar tengah dan atap bangunan.
bangunan
b. Keadaan tapak lingkungan 3.7.1 Struktur Pondasi
1. Dasar pertimbangan:
2. Analisis dan hasil analisis: a. Keadaan tanah
a. Pola tatanan massa menggunakan b. Ketinggian bangunan
sistem terpusat dengan bangunan c. Beban yang ditanggung
utama sebagai pusat massa.
b. Antar bangunan dihubungkan ke 2. Analisis dan hasil:
bangunan utama yang merupakan Struktur yang dipakai ada 2 macam,
pusat kegiatan utama. yaitu pondasi batu kali dan footplate.
c. Antar bangunan terhubung dengan
selasar.

Gambar 7. Pola Tata Massa

3.6.3 Analisis Gubahan Massa


1. Dasar pertimbangan:
Dasar yang digunakan untuk menentukan
gubahan massa adalah dari bentuk tata
massa dan pola tata massa serta
pendekatan yang digunakan. Gambar 9 Pondasi Batu Kali dan Footplate
(Sumber: lifestyle.kompasiana.com dan
2. Analisis dan hasil analisis: sekitarduniaunik.blogspot.com )
Bentuk atap mengembangkan bentuk atap
dari bangunan Jawa yang dikembangkan Tabel 4 Spesifikasi Pemakaian Pondasi
sesuai bentuk dasar bangunan, fungsi dan Bangunan Spesifikasi Pemakaian
tuntutan struktur tiap massa bangunan. ruang sistem
pondasi
Untuk bangunan utama menggunakan atap
Joglo sedangkan lainnya menggunakan Penerima Satu lantai, Pondasi
atap panggangpe.
Arsitektura, Vol. 12, No. 1, April 2014

bentang pendek batu kali Utama Modifikasi Struktur trust


atap Joglo
Utama 2 lantai bentang Pondasi
lebar tanpa footplate Penunjang Panggangpe Struktur baja
kolom
Pengelola Panggangpe Struktur baja
Penunjang 2 lantai, bentang Pondasi
menengah footplate Servis Panggangpe Struktur baja

Pengelola 1 lantai bentang Pondasi


menengah batu kali 4. KESIMPULAN
Dari hasil analisis beberapa data di atas, maka
Servis 1 lantai bentang Pondasi diperoleh hasil dalam perencanaan dan
menegah batu kali
perancangan berupa:
Jenis bangunan : Gedung pertunjukkan
3.7.2 Struktur Tengah Lokasi : Jl. Adi Sucipto
1. Dasar pertimbangan: Luas lahan : 34.000 m2
a. Ketinggian bangunan Luas Bangunan : 15.000 m2
b. Bentangan bangunan/ luasan bangunan Daya tampung : 1600 orang
c. Fungsi bangunan Kegiatan : Pertunjukkan musik dan
tari
2. Analisis dan hasil analisis:
Sistem struktur untuk tiap bangunan adalah
sama, yaitu menggunakan sistem struktur
rangka dengan kolom-kolom.

3.7.3 Struktur Atap


1. Dasar pertimbangan:
a. Iklim di tempat pembangunan
b. Pendekatan yang dipakai
c. Bentuk dasar bangunan
d. Luasan bangunan

2. Analisis dan hasil analisis:


Sistem struktur yang dipakai mengikuti Gambar 10 Rencana Tapak
bentuk atap yang digunakan. Pemilihan
atap yang digunakan adalah atap Jawa Tapak dengan bentuk tata massa terpusat,
dengan pengembangannya. Sistem struktur dengan bangunan utama menjadi sebuah point
untuk bangunan utama adalah sistem of interest, sehingga lebih terlihat menonjol
struktur untuk bentang ruang lebar tanpa dari bangunan yang ada di sekitarnya.
menggunakan kolom pada tengah ruangan.
Maka sistem struktur yang dipakai adalah
sistem struktur trust dan baja ringan.

Tabel 5 Spesifikasi Pemakaian Struktur Atap


Bangunan Bentuk atap Kemungkinan
yang pemakaian
diinginkan struktur

Penerima Pengembang Struktur baja


an atap
pelana

Gambar 11 Denah Lantai 1Bangunan Utama


Dewi Triningsih, Sri Hardiyatmo, Amin Sumadyo, Gedung Pertunjukkan....

Bangunan utama merupakan gedung


pertunjukkan dengan menggunakan panggung
proscenium dan dengan lantai kipas. Sehingga
dapat menampung penonton dalam jumlah
banyak.

Gambar 15 Eksterior Restoran

Eksterior restoran ini merupakan restoran


yang dapat dinikmati dengan hiburan berupa
pertunjukkan outdoor. Walaupun outdoor
restoran masih terlindung dari panas dengan
Gambar 12 Potongan Gedung Pertunjukkan adanya payung dan pepohonan. Selain itu
pertunjukkan outdoot juga masih dapat
Potongan gedung pertunjukkan dengan dinikmati dari restoran indoor.
sistem panggung bertrap serta lantai bertrap
yang memudahkan dalam sistem akustik.
REFERENSI
D.K. Ching Francis. Ilustrasi desain interior.
Erlangga. Jakarta. 1996
Frick, Heinz dan setiawan puja L. Ilmu
konstruksi perlengkapan dan utilitas
bangunan. kanisius. Yogyakarta. 2002.
www.google.com
lifestyle.kompasiana.com
sekitarduniaunik.blogspot.com
Gambar 14 Eksterior Gedung Pertunjukkan www.googlearth.com
Eksterior bangunan utama dengan atap
yang masih terlihat tradisional namun bentuk
yang tidak kaku. Seperti halnya pada
bangunan Jawa.

Gambar 14 Interior Gedung pertunjukkan

Interior gedung pertunjukkan dengan


lantai bertrap, dan plafon yang bertrap. Ini
berguna untuk pengendalian bising serta untuk
mendapatkan sudut pandang yang baik.

You might also like