Professional Documents
Culture Documents
Abstract
This study aims to determine the extent to which the professionalism of TV journalists to process
information to become a debate of opinion for the local community about local phenomena. The
process of producing news is important to provide good news content to the public. The good
news is presented by journalists who understand and adhere to the journalist's code of ethics.
Because journalists are professionals who work based on rules or code of ethics journalism as an
operational handle to maintain public confidence, uphold integrity and professionalism. The
performance of journalists must uphold the code of ethics of television journalists, among other
things "not to engineer events, images or sounds to be made news" (article 5 point c) and then in
chapter 10 point c reads "as distinguish between the facts and opinions, . It relies heavily on the
quality of human resources of television journalists to produce quality news. The results obtained
in the study show that Journalists at Batu TV are not "free" individuals who produce truth
through journalistic outcomes, but rather because of the demands of corporate capitalism. Batu
TV prioritizes Profit Oriented so that the news is dominated by order news (blockingtime). Under
these circumstances, journalists are faced with a dilemma between a pure report in the
journalist's code of ethics with news of orders being polished for commercial demands.
Keywords: Code of Ethics Journalism, News, Local Journalists
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh mana profesionalisme jurnalis tv mengolah informasi
sehingga menjadi perdebatan pendapat bagi masyarakat lokal mengenai fenomena lokal. Proses
produksi berita merupakan hal yang penting untuk memberikan isi berita yang baik kepada
masyarakat. Berita yang baik disajikan oleh wartawan yang paham dan taat pada kode etik
jurnalis. Sebab wartawan adalah seorang profesional yang bekerja berdasarkan kaidah atau kode
etik jurnalistik sebagai pegangan operasional untuk menjaga kepercayaan publik, menegakkan
integritas dan profesionalisme. Kinerja para jurnalis harus menjunjung kode etik jurnalis televisi,
antara lain ‖tidak merekayasa peristiwa, gambar maupun suara untuk dijadikan berita‖(pasal 5
poin c) kemudian pada pasal 10 poin c berbunyi ‖sebisanya membedakan antara kejadian (fact)
dan pendapat (opinion). Hal ini sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia jurnalis
televisi untuk menghasilkan berita yang berkualitas. Hasil yang diperoleh dalam penelitian
menunjukkan bahwa Jurnalis di Batu TV tidak menjadi pribadi ―bebas‖ yang memproduksi
kebenaran melalui hasil jurnalistik, namun lebih karena tuntutan kapitalisme korporasi. Batu TV
mengutamakan Profit Oriented sehingga pemberitaan didominasi oleh berita pesanan
(blockingtime). Pada kondisi ini, para jurnalis dihadapkan pada dilema antara sebuah pemberitaan
murni sesuai kode etik jurnalis dengan berita pesanan yang dipoles demi tuntutan komersil.
726
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018
727
Aryo Prakoso Wibowo
itu, wartawan Indonesia menetapkan dan tetapi sebuah teknik penyajian. Atau
mentaati kode etik jurnalistik demi tepatnya teknik penulisan satu fakta yang
memelihara dan menjaga standar kualitas dikemas sedemikian rupa sehingga
pekerjaan si jurnalis bersangkutan, tetapi didalamnya ada unsur opini dengan arah
juga untuk melindungi atau menghindarkan tertentu yang lebih halus dan terencana.
khalayak masyarakat dari kemungkinkan Misalnya dengan memasukkan data-data
dampak yang merugikan dari tindakan atau sejenis dari kejadian terdahulu sehingga
perilaku keliru dari si jurnalis. (sepertinya) yang disampaikan itu benar.
Jacoeb Oetama (1995) untuk lebih Berdasarkan kaidah – kaidah
mengarahkan para wartawan dalam profesionalisme wartawan, maka dalam
melaksanakan tugas, khususnya kepada memberitakan suatu perisitiwa atau kejadian,
wartawan pemula, biasanya dibekali dengan pers dituntut untuk memberitakan secara
teknik pencarian, pengumpulan, penulisan, berimbang. Artinya dalam suatu pemberitaan
dan pelaporan berita dengan 5W + 1H. bila terdapat dua pihak yang saling
Sebuah berita dianggap memenuhi bertentangan, pers sebagai media
kelengkapan jika secara elementer komunikasi massa harus memberitakannya
memenuhi kriteria ini. Wahidin (1999), secara berimbang dari kedua belah pihak
melihat pada kemasan yang selama ini sehingga pihak yang berperkara dapat saling
dijadikan pedoman di dalam pencarian, dan mengungkapkan alasan-alasan atau
penulisan khalayak, mula – mula dikenal argumen-argumennya sehingga dirasakan
jenis reportase yang secara umum adil. Keseimbangan berita bukan berarti
dikembangkan para jurnalis, termasuk kedua belah pihak diberikan jumlah kolom
liputan dalam bidang politik. Jenis reportase atau kata yang sama tetapi yang dimaksud
dimaksud adalah : reportase faktual; berimbang adalah kedua belah pihak
reportase interpretatif; reportase jurnalisme diberitakan dalam satu kesatuan berita.
baru. Abrar (2005 : 23-29) mengatakan
Pada reportase faktual, seorang teknik pencarian berita sendiri memiliki arti
wartawan menyajikan fakta berdasar apa sebagai sebuah peristiwa atau fenomena
adanya. Semacam laporan pandangan mata sosial yang telah dikonstruksi oleh jurnalis.
yang mempersilahkan pada pemirsa, Sehingga sebelum membahas lebih jauh
pembaca, atau pendengar untuk memberikan tentang jurnalis profesional, sangatlah
penilaian sendiri terhadap materi yang penting untuk mendeskripsikan teknik
disajikan. Sementara untuk reportase mengumpulkan fakta, yang terdiri dari
interpretatif telah diberikan pemaknaan empat cara, yaitu :
tertentu dengan memasukkan unsur opini a. Observasi
pada sajian yang dikemas dalam bentuk Secara sederhana observasi merupakan
berita. Ada unsur pemaksaan kendatipun pengamatan terhadap realitas sosial. Ada
dalam intensitas kecil kepada khalayak pengamatan langsung dan pengamatan
untuk mempersepsikan suatu sajian sesuai tak langsung.
dengan arah yang diinginkan wartawan. b. Wawancara
Bentuk ketiga dikualifikasikan sebagai Wawancara adalah tanya jawab antara
bentuk jurnalisme baru atau new seorang wartawan dengan narasumber
journalisme hakikatnya bukanlah reportase untuk mendapatkan data tentang sebuah
728
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018
729
Aryo Prakoso Wibowo
730
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018
orientasi pada audiens media misalnya dengan rutinitas dan kerja media massa,
dalam nilai berita yang disusun berdasarkan kekuasaan dalam masyarakat dan bagaimana
peristiwa yang paling menarik. Kedua, kekuasaan tersebut berperan dalam media
organisasi media sebagai pemroses massa (Shoemaker & Reese, 1996:215).
informasi (prosesor). Dalam redaksi telah
terbangun sistem kerja yang menjadi Metode Penelitian
standard dan dipahami oleh semua anggota
misalnya sistem tenggat waktu (deadline) Penelitian ini merupakan penelitian
dan sistem pengkategorian berita. Ketiga, kualitatif dengan perspektif studi kasus.
sumber informasi eksternal yang biasanya Moleong (2005) studi kasus berusaha untuk
memberikan informasi kepada media baik mengungkap dan mempelajari serta
dalam bentuk wawancara, laporan memahami suatu kejadian beserta
perusahaan dan data-data lain. Media cukup konteksnya yang khas dan unik yang dialami
bergantung pada narasumber-narasumber oleh individu hingga mempengaruhi
semacam ini terutama untuk peristiwa- keyakinan individu tersebut. Dengan
peristiwa penting (shoemaker & Rese, demikian dalam mempelajari serta
1996:105-123). memahami sebuah kejadian, haruslah
Tingkatan ketiga adalah pengaruh berdasarkan sudut pandang, paradigma dan
yang diberikan oleh organisasi media keyakinan langsung dari individu tersebut
misalnya struktur organisasi media bahkan sebagai subjek yang mengalami secara
hingga tingkat kepemilikan media. langsung. Dalam penelitian ini, penulis
Kepemilikan pun akan berimbas pada melakukan analisa deskriptif terhadap
orientasi media dimana sebagai media ingin profesionalisme jurnalis televisi lokal, yang
menghasilkan keuntungan namun sebagian dalam hal ini Batu TV sebagai obyek
lainnya ingin menghasilkan karya penelitian, dimana masalah profesionalisme
berkualitas, mendapatkan pengakuan secara jurnalis TV lokal ini merupakan sebuah
professional atau melayani kebutuhan fenomena dan realitas sosial yang terjadi
publik. yang dapat berimbal balik pada kemajuan
Tingkatan keempat adalah faktor- dan perkembangan TV lokal tersebut.
faktor di luar media yang mempengaruhi Sesuai dengan topik dan fokus
konten media massa. Faktor-faktor tersebut penelitian ini, maka informannya terdiri atas
antara lain sumber informasi atau 2 orang wartawan Batu Televisi dan pemilik
narasumber media seperti misalnya Batu Televisi. Untuk memperoleh data yang
kelompok-kelompok kepentingan khusus diperlukan, peneliti menggunakan teknik
dan kampanye humas. Selain itu, sumber pengumpulan data sebagai berikut :
pemasukan financial media massa juga 1). Wawancara yang dilakukan oleh peneliti
member pengaruh seperti pengiklan, dimaksudkan untuk mengetahui lebih
audiens, institusi bisnis, pemerintah, jelas tentang berbagai hal secara langsung
lingkungan ekonomi dan teknologi dari sumber-sumber yang berkepentingan
(Shoemaker & Reese, 1996: 172). dan berkompeten serta untuk
Tingkatan kelima adalah level merekonstruksi mengenai orang,
ideologi. Pada level ini akan timbul kegiatan, kejadian, organisasi, perasaan,
pertanyaan kepentingan siapa yang terkait motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-
lain. Jenis wawancara yang akan
731
Aryo Prakoso Wibowo
dilakukan dalam penelitian ini adalah data hasil penelitian ini dikaji dengan
wawancara tak terstruktur. Dalam menggunakan konsep Kode Etik Jurnalistik.
wawancara ini informan biasanya terdiri
dari mereka yang terpilih saja karena Hasil Penelitian dan Pembahasan
sifatnya yang khas. Biasanya mereka
memiliki pengetahuan dan mendalami Penelitian ini mengkaji mengenai
situasi, dan mereka lebih mengetahui praktik jurnalistik yang dilakukan oleh para
informasi yang diperlukan. Dalam wartawan Batu TV dalam mengumpulkan
penelitian ini wawancara dilakukan berita, menulis berita dan menyiarkan berita
dengan para wartawan. tersebut. Penekanan pada kompetensi
2). Observasi. Yakni peneliti terjun langsung wartawan dilandasi oleh kesadaran bahwa
pada objek penelitian agar dapat wartawan merupakan ujung tombak
memperoleh data yang dapat pembuat berita atau peliput fakta yang harus
dipertanggungjawabkan, dalam hal ini mempunyai misi yang baik dan dapat
peneliti mengadakan pengamatan atau dipertanggungjawabkan. Wartawan terlibat
pencatatan secara sistematis terhadap langsung dalam pembuatan/produksi berita.
gejala, peristiwa ataupun perilaku obyek Karena itu, wartawan harus dapat merefleksi
yang diteliti pada perusahaan. Observasi semua realitas sosial yang benar, serta
ini bertujuan untuk mengetahui keadaan menyuarakan segala kepentingan yang ada
yang sebenarnya dan data dikumpulkan dari sebuah sistem sosial secara professional.
untuk dicocokkan dengan hasil Profesionalisme wartawan meliputi:
wawancara. (1) teknik, yaitu keterampilan memformat
3.) Dokumentasi. Teknik ini digunakan realitas sosial empirik yang memenuhi
untuk mengumpulkan data-data arsip- newsworthy dan bermanfaat untuk
arsip tertulis berupa profil perusahaan, masyarakat informasi; (2) etika, yaitu
kepemilikan dan badan hukum, struktur standar tindakan yang dipandang baik untuk
organisasi. Teknik ini untuk membimbing ketrampilan wartawan. Pada
mengumpulkan data sekunder yang titik ini, etika menjadi bagian yang tidak
mendukung perolehan data wawancara. terpisahkan dari profesionalisme.
Sebelum berita televisi ditayangkan,
Penelitian ini tidak membahas semua harus melalui proses panjang dengan
dimensi dalam Profesionalisme Wartawan melibatkan berbagai aktor/pelaku dibalik
Televisi, melainkan hanya dibatasi pada pembuatannya, seperti yang diungkapkan
beberapa dimensi: pertama, difokuskan pada oleh redaksi berita Batu TV berikut ini :
Keterampilan Teknis, meliputi : pencarian Sebelum mengkaji atau menggali seluk
fakta, analisis media, menulis pendapat , beluk proses pembuatan atau produksi
komentar. Kedua, membahas tentang sebuah berita televisi di Batu TV ini, penting
Kepatuhan Etis, meliputi : melindungi untuk mengetahui bahwa dibalik berita yang
sumber berita, menghormati hak sumber ditayangkan ada sejumlah orang yang sangat
berita, berpedoman pada perilaku etis, berperan sekaligus bertanggung jawab
menjaga kebenaran berita, menghargai terhadap tayangan tersebut. Istilahnya,
harkat dan martabat sumber berita. Ketiga, bagaimana mengangkat dan membuat
sebuah berita yang berkualitas baik dari isi,
kemasan maupun dampak/efek yang
732
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018
733
Aryo Prakoso Wibowo
734
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018
menunjukkan bias dalam penulisan berita. ujian kompetensi yang dilakukan oleh
Shoemaker & Reese (1996: 254) lembaga yang telah diverifikasi Dewan Pers,
mengatakan bahwa orang-orang yang yaitu perusahaan pers, organisasi wartawan,
memiliki kesamaan dengan jurnalis akan perguruan tinggi atau lembaga pendidikan
ditampilkan secara berbeda dengan orang- jurnalistik. Shoemaker & Reese (1996: 225)
orang yang tidak memiliki kesamaan. Hal ini mengatakan bahwa semakin lama seorang
merujuk pada karakteristik demografis jurnalis bekerja pada suatu institusi media
reporter seperti misalnya jenis kelamin, mereka akan semakin terbiasa dengan
etnis, orientasi seksual dan lain-lain. kebijakan organisasi baik tertulis maupun
Reporter perempuan akan menghasilkan tidak tertulis. Meskipun secara sadar jurnalis
tulisan yang berbeda mengenai issue Batu TV memahami bahwa regulasi dalam
perempuan bila dibandingkan dengan penyiaran menjadi pedoman utama dalam
reporter pria, begitupun dengan karakteristik menyusun isi siaran berita, akan tetapi tidak
lain yang mempengaruhi bagaimana sebuah mudah dijalankan atau diterapkan secara
issue dibingkai. profesional.
Jurnalis Batu TV dalam hal ini Bahwa dikatakan dalam
kurang menunjukkan pengetahuan dan memproduksi berita harus mempunyai
kompetensinya sebagai jurnalis sehingga standar operasional prosedur (SOP) yang
belum dapat menghasilkan konten berita digunakan sebagai dasar pembuatan berita.
yang berkualitas dan mendalam. Hal ini Dasar utama yang harus dikuasai wartawan
berkaitan erat dengan tingkat pendidikan adalah dengan adanya isi berita 5W+1H.
jurnalis itu sendiri. Disatu sisi, permasalahan Selain itu seorang wartawan di Batu TV juga
tingkat pendidikan memang tidak menjadi harus memiliki dasar, memahami teknis cara
masalah mengingat masih belum adanya mencari berita, menulis berita, bahkan
peraturan resmi yang mengharuskan jurnalis sampai teknik wawancara. Standar teknis
berpendidikan minimal strata 1. Pada tersebut merupakan standar dasar yang harus
peraturan dewan pers No.1/Peraturan- dimiliki oleh setiap jurnalis. Standar
DP/II/2010 tentang Standart Kompetensi Operasional Prosedur merupakan standar
Wartawan, dituliskan bahwa kompetensi dasar profesionalitas jurnalis. Sehingga tidak
wartawan pertama tama berkaitan dengan ada alasan sebuah media tidak memiliki SOP
kemampuan intelektual dan pengetahuan yang baku. Konsep jurnalis yang profesional
umum. Kompetensi wartawan yang yaitu jurnalis yang memahami tugasnya dan
dimaksud adalah kemampuan memahami yang memiliki ketrampilan jurnalistik.
etika dan hukum pers, konsepsi berita, Keterampilan dasar tersebut antara lain:
penyusunan dan penyuntingan berita serta melakukan reportase, wawancara, dan
bahasa. Hal yang terakhir menyangkut menulis berita yang akurat dan bagus. Tentu
keterampilan melakukannya, seperti juga saja dengan bahasa Indonesia yang baik dan
keterampilan yang bersifat teknis sebagai benar. Para jurnalis yang bertugas wajib
wartawan professional, yaitu mencari, menguasai beberapa standar teknis kinerja
memperoleh, menyimpan, memiliki, yang menjadi dasar kegiatan jurnalistiknya.
mengolah serta membuat dan menyiarkan Biasanya mengacu kepada SOP setiap
berita. Berdasarkan hal tersebut maka para lembaga pers termasuk Batu TV, yaitu:
jurnalis atau wartawan diwajibkan mengikuti
735
Aryo Prakoso Wibowo
736
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018
737
Aryo Prakoso Wibowo
738
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018
masyarakat tanpa ada seleksi yang Kovach, Bill & Tom Rosentiel. 2001.
bertangggung jawab dari para pekerja Sembilan Elemen Jurnalisme. Jakarta:
pers atas sajiannya. Pers hakikatnya Yayasan Pantau.
bukan sekedar penjual berita dengan Kusumaningrat, Hikmat. 2005. Jurnalistik :
sajian menu berdasarkan selera pasar Teori Dan Praktik. Bandung : Remaja
dan mempersilahkan pasar untuk Rosdakarya.
memberikan penilaian akhir dan Moleong Lexi J, 2005, Metode Penelitian
berikutnya menentukan pilihannya. Kualitatif, Ed. Revisi, Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya.
DAFTAR PUSTAKA Oetama, Jakoeb, 1985, Reportase
_________, Peraturan Dewan Pers Komprehensif. Jakarta : Pantja
No.1/Peraturan-DP/II/2010 tentang Simpati.
Standart Kompetensi Wartawan, Shoemaker, Pamela J dan Stephen D. Reese.
dituliskan bahwa kompetensi 1996. Mediating The Message.
wartawan. NewYork : Longman Publisher.
Abrar, Ana Nadhya. 2005. Penulisan Berita Siregar & Suarjana, I Made (eds). 1995.
Edisi Kedua. Yogyakarta: Universitas Bagaimana Mempertimbangkan
Atma Jaya Yogyakarta. Artikel Opini Untuk MediaMassa.
Anderson, R.H. 1987. Pemilihan dan Jakarta : Penerbit Kanisius.
Pengembangan Media untuk Wahidin, Samsul. 1999. Tanggung Jawab
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali. Atas Pemberitaan Pers dalam Media Cetak.
Johnson, Terence J. , 1991, Profesi dan Disertasi. Surabaya: Program Pascasarjana
Kekuasaan. Jakarta: PT. Pustaka UNAIR.
Utama Grafiti.
739