You are on page 1of 14

Aryo Prakoso Wibowo

PROPORSIONALITAS WARTAWAN TELEVISI LOKAL DI BATU TV

Aryo Prakoso Wibowo


Program Studi Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Merdeka Malang
aryo.prakoso@unmer.ac.id

Abstract

This study aims to determine the extent to which the professionalism of TV journalists to process
information to become a debate of opinion for the local community about local phenomena. The
process of producing news is important to provide good news content to the public. The good
news is presented by journalists who understand and adhere to the journalist's code of ethics.
Because journalists are professionals who work based on rules or code of ethics journalism as an
operational handle to maintain public confidence, uphold integrity and professionalism. The
performance of journalists must uphold the code of ethics of television journalists, among other
things "not to engineer events, images or sounds to be made news" (article 5 point c) and then in
chapter 10 point c reads "as distinguish between the facts and opinions, . It relies heavily on the
quality of human resources of television journalists to produce quality news. The results obtained
in the study show that Journalists at Batu TV are not "free" individuals who produce truth
through journalistic outcomes, but rather because of the demands of corporate capitalism. Batu
TV prioritizes Profit Oriented so that the news is dominated by order news (blockingtime). Under
these circumstances, journalists are faced with a dilemma between a pure report in the
journalist's code of ethics with news of orders being polished for commercial demands.
Keywords: Code of Ethics Journalism, News, Local Journalists
Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh mana profesionalisme jurnalis tv mengolah informasi
sehingga menjadi perdebatan pendapat bagi masyarakat lokal mengenai fenomena lokal. Proses
produksi berita merupakan hal yang penting untuk memberikan isi berita yang baik kepada
masyarakat. Berita yang baik disajikan oleh wartawan yang paham dan taat pada kode etik
jurnalis. Sebab wartawan adalah seorang profesional yang bekerja berdasarkan kaidah atau kode
etik jurnalistik sebagai pegangan operasional untuk menjaga kepercayaan publik, menegakkan
integritas dan profesionalisme. Kinerja para jurnalis harus menjunjung kode etik jurnalis televisi,
antara lain ‖tidak merekayasa peristiwa, gambar maupun suara untuk dijadikan berita‖(pasal 5
poin c) kemudian pada pasal 10 poin c berbunyi ‖sebisanya membedakan antara kejadian (fact)
dan pendapat (opinion). Hal ini sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia jurnalis
televisi untuk menghasilkan berita yang berkualitas. Hasil yang diperoleh dalam penelitian
menunjukkan bahwa Jurnalis di Batu TV tidak menjadi pribadi ―bebas‖ yang memproduksi
kebenaran melalui hasil jurnalistik, namun lebih karena tuntutan kapitalisme korporasi. Batu TV
mengutamakan Profit Oriented sehingga pemberitaan didominasi oleh berita pesanan
(blockingtime). Pada kondisi ini, para jurnalis dihadapkan pada dilema antara sebuah pemberitaan
murni sesuai kode etik jurnalis dengan berita pesanan yang dipoles demi tuntutan komersil.

Kata Kunci : Kode Etik Jurnalistik, Berita, Jurnalis Lokal

726
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018

PENDAHULUAN dinikmati oleh masyarakat di wilayah


tersebut.
Media massa saat ini memiliki peran Selain keterbatasan jangkauan siaran,
yang sangat penting untuk memenuhi televisi lokal juga cenderung tidak
kebutuhan akan informasi kepada memperhatikan tuntutan profesionalisme
masyarakat. Dari sekian banyak media wartawan, tidak memakai standar
massa yang muncul dan bersaing untuk kompetensi yang jelas dalam merekrut para
memproduksi sebuah informasi, televisi karyawannya. Sehingga mereka yang
nampaknya masih menjadi media unggulan terkadang tidak memiliki pengalamanpun
dengan kelebihan audio visualnya. Stasiun direkrut sebagai karyawan atau bahkan
televisi sangat bersemangat dalam berlomba pendidikan yang dimilikinya tidak
merebut perhatian pemirsa atau penonton. berhubungan sama sekali dengan
Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya pertelevisian. Langkah tersebut
program – program yang diproduksi guna menyebabkan rendahnya kualitas sumber
memenuhi sebuah informasi yang dibutuhan daya manusia dalam pertelevisian lokal.
audience, terutama program pemberitaan. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)
Tidak dapat dihitung berapa puluh dalam pertelevisian lokal memiliki korelasi
berita dalam sehari penonton disuguhi oleh positif dengan terhambatnya perkembangan
beberapa stasiun televisi. Hal yang menarik pertelevisian lokal. Demikian halnya dengan
dan perlu ditelaah adalah sejauh mana Batu Televisi (Batu TV), yaitu media televisi
informasi tersebut diproduksi dan dapat lokal di Kota Batu Jawa Timur. Masalah
didistribusikan secara cepat oleh media sumber daya manusia dalam hal penyiaran
massa kepada masyarakat. Persaingan menyebabkan kekurangan – kekurangan
televisi nasional setelah era reformasi berkaitan dengan kualitas berita (peliputan
sangatlah berkembang pesat. Mulai dari dan penyuntingan). Salah satu penyebab
jumlah media massa yang bermunculan adalah keterbatasan biaya sebab cakupannya
hingga aneka ragam bentuknya. Baik lokal sehingga iklan yang masuk juga
kemunculan perusahaan berskala nasional sifatnya lokal sehingga dalam hal tertentu
maupun lokal juga ikut meramaikan dunia kurang bisa bersaing.
media massa. Kemunculan televisi lokal Jurnalis atau wartawan adalah sebuah
menambah ragam pilihan bagi masyarakat profesi. Karena itu, seorang jurnalis atau
untuk mendapatkan kebutuhan konten wartawan terikat oleh kaidah-kaidah
program informasi, media hiburan serta nilai profesionalisme yang sesuai dengan
pemberitaan yang baru. Dengan kata lain, bidangnya. Dengan kata lain wartawan
televisi lokal harus memberikan nilai baru adalah pekerja profesional yang sudah
bagi masyarakat lokal mengenai isu-isu atau seharusnya mematuhi kode etik jurnalistik.
persoalan-persoalan lokal yang sedang Untuk menjamin kemerdekaan pers dan
dihadapi. Selain itu televisi lokal juga wajib memenuhi hak publik dalam memperoleh
membuat sebuah program untuk menjadi informasi yang benar, jurnalis Indonesia
sarana pengembangan potensi daerah. Hal memerlukan landasan moral dan etika
ini tidak terlepas dari peran televisi lokal profesi sebagai pedoman operasional untuk
yang juga mulai membuat berita sendiri. menjaga kepercayaan publik, menegakkan
Walaupun jangkauan siaran media televisi integritas dan profesionalisme. Atas dasar
lokal masih terbatas, yaitu hanya dapat

727
Aryo Prakoso Wibowo

itu, wartawan Indonesia menetapkan dan tetapi sebuah teknik penyajian. Atau
mentaati kode etik jurnalistik demi tepatnya teknik penulisan satu fakta yang
memelihara dan menjaga standar kualitas dikemas sedemikian rupa sehingga
pekerjaan si jurnalis bersangkutan, tetapi didalamnya ada unsur opini dengan arah
juga untuk melindungi atau menghindarkan tertentu yang lebih halus dan terencana.
khalayak masyarakat dari kemungkinkan Misalnya dengan memasukkan data-data
dampak yang merugikan dari tindakan atau sejenis dari kejadian terdahulu sehingga
perilaku keliru dari si jurnalis. (sepertinya) yang disampaikan itu benar.
Jacoeb Oetama (1995) untuk lebih Berdasarkan kaidah – kaidah
mengarahkan para wartawan dalam profesionalisme wartawan, maka dalam
melaksanakan tugas, khususnya kepada memberitakan suatu perisitiwa atau kejadian,
wartawan pemula, biasanya dibekali dengan pers dituntut untuk memberitakan secara
teknik pencarian, pengumpulan, penulisan, berimbang. Artinya dalam suatu pemberitaan
dan pelaporan berita dengan 5W + 1H. bila terdapat dua pihak yang saling
Sebuah berita dianggap memenuhi bertentangan, pers sebagai media
kelengkapan jika secara elementer komunikasi massa harus memberitakannya
memenuhi kriteria ini. Wahidin (1999), secara berimbang dari kedua belah pihak
melihat pada kemasan yang selama ini sehingga pihak yang berperkara dapat saling
dijadikan pedoman di dalam pencarian, dan mengungkapkan alasan-alasan atau
penulisan khalayak, mula – mula dikenal argumen-argumennya sehingga dirasakan
jenis reportase yang secara umum adil. Keseimbangan berita bukan berarti
dikembangkan para jurnalis, termasuk kedua belah pihak diberikan jumlah kolom
liputan dalam bidang politik. Jenis reportase atau kata yang sama tetapi yang dimaksud
dimaksud adalah : reportase faktual; berimbang adalah kedua belah pihak
reportase interpretatif; reportase jurnalisme diberitakan dalam satu kesatuan berita.
baru. Abrar (2005 : 23-29) mengatakan
Pada reportase faktual, seorang teknik pencarian berita sendiri memiliki arti
wartawan menyajikan fakta berdasar apa sebagai sebuah peristiwa atau fenomena
adanya. Semacam laporan pandangan mata sosial yang telah dikonstruksi oleh jurnalis.
yang mempersilahkan pada pemirsa, Sehingga sebelum membahas lebih jauh
pembaca, atau pendengar untuk memberikan tentang jurnalis profesional, sangatlah
penilaian sendiri terhadap materi yang penting untuk mendeskripsikan teknik
disajikan. Sementara untuk reportase mengumpulkan fakta, yang terdiri dari
interpretatif telah diberikan pemaknaan empat cara, yaitu :
tertentu dengan memasukkan unsur opini a. Observasi
pada sajian yang dikemas dalam bentuk Secara sederhana observasi merupakan
berita. Ada unsur pemaksaan kendatipun pengamatan terhadap realitas sosial. Ada
dalam intensitas kecil kepada khalayak pengamatan langsung dan pengamatan
untuk mempersepsikan suatu sajian sesuai tak langsung.
dengan arah yang diinginkan wartawan. b. Wawancara
Bentuk ketiga dikualifikasikan sebagai Wawancara adalah tanya jawab antara
bentuk jurnalisme baru atau new seorang wartawan dengan narasumber
journalisme hakikatnya bukanlah reportase untuk mendapatkan data tentang sebuah

728
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018

fenomena (Anderson, 1987:184). Dalam dalam hal pemberitaan, terutama tarik –


hal ini yang perlu diperhatikan adalah : menarik berbagai kepentingan yang dapat
1. Posisi narasumber dalam wawancara, mempengaruhi kinerja jurnalistiknya.
sebelum melakukan wawancara Meskipun sebuah karya jurnalistik
wartawan harus menanyakan merupakan karya tim peliputan yang terdiri
keinginan narasumber. dari reporter dan kameraman, namun hasil
2. Posisi wartawan dalam wawancara akhir hingga berita disiarkan harus melalui
Kedudukan wartawan adalah penjaga proses pengolahan yang merupakan kerja
kepentingan umum. Para wartawan bersama keredaksian. Baik reporter, redaktur
berhak mengorek informasi yang dan Batu TV secara organisasi tentu
berkaitan dengan kepentingan umum memberi pengaruh dalam membentuk setiap
dari narasumber. Menurut para ahli, berita yang akhirnya disiarkan kepada
ada tujuh jenis wawancara, yaitu man masyarakat.
in the street interview, casual, Wartawan yang profesional
personal, news peg, telephone, seharusnya mentaati dan menjalankan etika
question dan group interview jurnalistik. Kepatuhan etis wartawan
(Anderson, 1987:207-213). Indonesia itu terangkum dalam Kode Etik
3. Konferensi Pers Wartawan Indonesia (KEWI) yang sudah
Pernyataan yang disampaikan ditetapkan Dewan Pers sebagai Kode Etik
seseorang yang mewakili sebuah Jurnalistik bagi para wartawan di Indonesia.
lembaga mengenai kegiatannya Kepatuhan pada kode etik merupakan salah
kepada para wartawan. Biasanya satu ciri profesionalisme, di samping
menyangkut citra lembaga, peristiwa keahlian, keterikatan, dan kebebasan.
yang sangat penting dan bersifat Dengan berpedoman pada kode etik itu,
insidental. Pada setiap konferensi seorang wartawan tidak akan
pers, setiap wartawan memiliki hak mencampuradukkan antara realita dan opini
yang sama untuk mengajukan dalam menulis berita; tidak akan membuat
pertanyaan kepada orang yang berita fitnah, sadis, dan cabul; tidak akan
memberikan konferensi pers. ―menggadaikan profesionalisnya‖ dengan
4. Press Release menerima amplop; hanya menginformasikan
Bisa diartikan sebagai siaran pers yang benar atau faktual; dan sebagainya.
yang dikeluarkan oleh suatu lembaga, Profesionalisme wartawan meliputi:
organisasi atau seorang individu (1) teknik, yaitu keterampilan memformat
kepada wartawan. tidak ada realitas sosial empirik yang memenuhi
keharusan bagi wartawan untuk newsworthy dan bermanfaat untuk
memuat siaran pers ini. Dan juga masyarakat informasi; (2) etika, yaitu
tidak ada kesempatan wartawan standar tindakan yang dipandang baik untuk
untuk bertanya kepada pihak yang membimbing ketrampilan wartawan. Pada
mengeluarkan siaran pers. titik ini, etika menjadi bagian yang tidak
Ruang redaksi sebagai ―jantung‖ dari terpisahkan dari profesionalisme. Bahkan
segala aktivitas jurnalisme tentu memiliki keberadaan profesionalisme wartawan
kebijakan untuk mengatasi dan bertolak dari etika wartawan ini (Siregar &
mengantisipasi segala keterbatasan Batu TV Suarjana, 1991: 2-3).

729
Aryo Prakoso Wibowo

Sehubungan dengan penyajian berita 8. Jurnalis harus membuat berita yang


harus diingat bahwa posisi wartawan bukan komprehensif dan proporsional.
semata-mata sebagai pencari fakta, tetapi 9. Jurnalis harus diperbolehkan
wartawan harus sadar terhadap tanggung mendengarkan hati nurani personalnya.
jawabnya untuk menenteramkan masyarakat. Wartawan bekerja dalam suatu aturan
Sajian berita tidak hanya harus berangkat tertentu yang sering disebut dengan Kode
dari asumsi yang tidak umum, akan tetapi Etik Jurnalistik. Tujuannya agar ada
harus dikembangkan sedemikian rupa agar penghargaan terhadap hak setiap manusia
supaya informasi tersebut tidak terlihat dan wartawan bekerja dalam suatu aturan
umum. Dan supaya mempunyai nilai yang baku.Tetapi sebelum membahas
tersendiri sehingga dapat sebagai bahan tentang kode etik jurnalistik, kita akan
sajian fakta. melihat beberapa kendala dalam penulisan
Oleh karena itu, Pengurus Persatuan berita terlebih dahulu. Menurut
Wartawan Indonesia (PWI) Pusat merasa Kusumaningrat (2005 : 16), disebutkan
perlu menyelenggarakan kegiatan pelatihan mempunyai beberapa rambu-rambu dan
buat sejumlah wartawan untuk menjadi etika bagi wartawan dalam penulisan berita.
asesor, tim penilai Standar Kompetensi Memang kendala dalam menghimpun berita
Wartawan (SKW) di Bogor, 17 – 18 Juni sering kali datang dari ketentuan-ketentuan
2011. PWI Pusat memandang perlu, setiap yang tercantum dalam Kode Etik Jurnalistik
wartawan Indonesia harus memiliki standar yang merupakan undang-undangnya profesi
kompetensi sebagai perwujudan dari wartawan. Kode Etik Jurnalistik mengalami
aktifitas wartawan sebagai sebuah profesi, beberapa kali perubahan dan
sebagaimana profesi lain, apakah itu dokter, penyempurnaan.
notaris, pengacara, atau profesi lainnya. Media massa menjadi penyeimbang
Kovach dan Rosenstiel (2001:45), yang tidak dapat dianggap remeh dari
merumuskan prinsip-prinsip itu dalam 9 kekuasaan-kekuasaan lain di tataran tingkat
(Sembilan) Elemen Jurnalisme, yaitu : eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Menjadi
1. Kewajiban utama jurnalisme adalah seorang wartawan merupakan tugas sebagai
pada pencarian kebenaran. jurnalis yang sangat penting dalam sebuah
2. Loyalitas utama jurnalisme adalah pada negara. Namun wartawan sering kali
warga Negara. menemukan benturan atau permasalahan
3. Esensi jurnalisme adalah disiplin dalam prakteknya. Sering ditemui wartawan
verifikasi. yang menyalahgunakan statusnya sebagai
4. Jurnalis harus menjaga independensi jurnalis untuk kepentingan – kepentingan
dari obyek liputannya. yang menguntungkan pribadi atau sering
5. Jurnalis harus membuat dirinya sebagai melakukan kegiatan yang menimbulkan
pemantau independen dari kekuasaan. kerugian pada orang lain. Berangkat dari
6. Jurnalis harus memberi forum bagi sinilah, maka lahir apa yang disebut Kode
publik untuk saling-kritik dan Etik Jurnalistik.
menemukan kompromi. Sementara pada tingkatan rutinitas
7. Jurnalis harus berusaha membuat hal media, ada tiga sumber utama yang menjadi
penting menjadi menarik dan relevan. acuan bisa dibilang paksaan bagi media
dalam menyusun isi berita. Yang pertama,

730
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018

orientasi pada audiens media misalnya dengan rutinitas dan kerja media massa,
dalam nilai berita yang disusun berdasarkan kekuasaan dalam masyarakat dan bagaimana
peristiwa yang paling menarik. Kedua, kekuasaan tersebut berperan dalam media
organisasi media sebagai pemroses massa (Shoemaker & Reese, 1996:215).
informasi (prosesor). Dalam redaksi telah
terbangun sistem kerja yang menjadi Metode Penelitian
standard dan dipahami oleh semua anggota
misalnya sistem tenggat waktu (deadline) Penelitian ini merupakan penelitian
dan sistem pengkategorian berita. Ketiga, kualitatif dengan perspektif studi kasus.
sumber informasi eksternal yang biasanya Moleong (2005) studi kasus berusaha untuk
memberikan informasi kepada media baik mengungkap dan mempelajari serta
dalam bentuk wawancara, laporan memahami suatu kejadian beserta
perusahaan dan data-data lain. Media cukup konteksnya yang khas dan unik yang dialami
bergantung pada narasumber-narasumber oleh individu hingga mempengaruhi
semacam ini terutama untuk peristiwa- keyakinan individu tersebut. Dengan
peristiwa penting (shoemaker & Rese, demikian dalam mempelajari serta
1996:105-123). memahami sebuah kejadian, haruslah
Tingkatan ketiga adalah pengaruh berdasarkan sudut pandang, paradigma dan
yang diberikan oleh organisasi media keyakinan langsung dari individu tersebut
misalnya struktur organisasi media bahkan sebagai subjek yang mengalami secara
hingga tingkat kepemilikan media. langsung. Dalam penelitian ini, penulis
Kepemilikan pun akan berimbas pada melakukan analisa deskriptif terhadap
orientasi media dimana sebagai media ingin profesionalisme jurnalis televisi lokal, yang
menghasilkan keuntungan namun sebagian dalam hal ini Batu TV sebagai obyek
lainnya ingin menghasilkan karya penelitian, dimana masalah profesionalisme
berkualitas, mendapatkan pengakuan secara jurnalis TV lokal ini merupakan sebuah
professional atau melayani kebutuhan fenomena dan realitas sosial yang terjadi
publik. yang dapat berimbal balik pada kemajuan
Tingkatan keempat adalah faktor- dan perkembangan TV lokal tersebut.
faktor di luar media yang mempengaruhi Sesuai dengan topik dan fokus
konten media massa. Faktor-faktor tersebut penelitian ini, maka informannya terdiri atas
antara lain sumber informasi atau 2 orang wartawan Batu Televisi dan pemilik
narasumber media seperti misalnya Batu Televisi. Untuk memperoleh data yang
kelompok-kelompok kepentingan khusus diperlukan, peneliti menggunakan teknik
dan kampanye humas. Selain itu, sumber pengumpulan data sebagai berikut :
pemasukan financial media massa juga 1). Wawancara yang dilakukan oleh peneliti
member pengaruh seperti pengiklan, dimaksudkan untuk mengetahui lebih
audiens, institusi bisnis, pemerintah, jelas tentang berbagai hal secara langsung
lingkungan ekonomi dan teknologi dari sumber-sumber yang berkepentingan
(Shoemaker & Reese, 1996: 172). dan berkompeten serta untuk
Tingkatan kelima adalah level merekonstruksi mengenai orang,
ideologi. Pada level ini akan timbul kegiatan, kejadian, organisasi, perasaan,
pertanyaan kepentingan siapa yang terkait motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-
lain. Jenis wawancara yang akan

731
Aryo Prakoso Wibowo

dilakukan dalam penelitian ini adalah data hasil penelitian ini dikaji dengan
wawancara tak terstruktur. Dalam menggunakan konsep Kode Etik Jurnalistik.
wawancara ini informan biasanya terdiri
dari mereka yang terpilih saja karena Hasil Penelitian dan Pembahasan
sifatnya yang khas. Biasanya mereka
memiliki pengetahuan dan mendalami Penelitian ini mengkaji mengenai
situasi, dan mereka lebih mengetahui praktik jurnalistik yang dilakukan oleh para
informasi yang diperlukan. Dalam wartawan Batu TV dalam mengumpulkan
penelitian ini wawancara dilakukan berita, menulis berita dan menyiarkan berita
dengan para wartawan. tersebut. Penekanan pada kompetensi
2). Observasi. Yakni peneliti terjun langsung wartawan dilandasi oleh kesadaran bahwa
pada objek penelitian agar dapat wartawan merupakan ujung tombak
memperoleh data yang dapat pembuat berita atau peliput fakta yang harus
dipertanggungjawabkan, dalam hal ini mempunyai misi yang baik dan dapat
peneliti mengadakan pengamatan atau dipertanggungjawabkan. Wartawan terlibat
pencatatan secara sistematis terhadap langsung dalam pembuatan/produksi berita.
gejala, peristiwa ataupun perilaku obyek Karena itu, wartawan harus dapat merefleksi
yang diteliti pada perusahaan. Observasi semua realitas sosial yang benar, serta
ini bertujuan untuk mengetahui keadaan menyuarakan segala kepentingan yang ada
yang sebenarnya dan data dikumpulkan dari sebuah sistem sosial secara professional.
untuk dicocokkan dengan hasil Profesionalisme wartawan meliputi:
wawancara. (1) teknik, yaitu keterampilan memformat
3.) Dokumentasi. Teknik ini digunakan realitas sosial empirik yang memenuhi
untuk mengumpulkan data-data arsip- newsworthy dan bermanfaat untuk
arsip tertulis berupa profil perusahaan, masyarakat informasi; (2) etika, yaitu
kepemilikan dan badan hukum, struktur standar tindakan yang dipandang baik untuk
organisasi. Teknik ini untuk membimbing ketrampilan wartawan. Pada
mengumpulkan data sekunder yang titik ini, etika menjadi bagian yang tidak
mendukung perolehan data wawancara. terpisahkan dari profesionalisme.
Sebelum berita televisi ditayangkan,
Penelitian ini tidak membahas semua harus melalui proses panjang dengan
dimensi dalam Profesionalisme Wartawan melibatkan berbagai aktor/pelaku dibalik
Televisi, melainkan hanya dibatasi pada pembuatannya, seperti yang diungkapkan
beberapa dimensi: pertama, difokuskan pada oleh redaksi berita Batu TV berikut ini :
Keterampilan Teknis, meliputi : pencarian Sebelum mengkaji atau menggali seluk
fakta, analisis media, menulis pendapat , beluk proses pembuatan atau produksi
komentar. Kedua, membahas tentang sebuah berita televisi di Batu TV ini, penting
Kepatuhan Etis, meliputi : melindungi untuk mengetahui bahwa dibalik berita yang
sumber berita, menghormati hak sumber ditayangkan ada sejumlah orang yang sangat
berita, berpedoman pada perilaku etis, berperan sekaligus bertanggung jawab
menjaga kebenaran berita, menghargai terhadap tayangan tersebut. Istilahnya,
harkat dan martabat sumber berita. Ketiga, bagaimana mengangkat dan membuat
sebuah berita yang berkualitas baik dari isi,
kemasan maupun dampak/efek yang

732
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018

ditimbulkannya atau bagaimana kira – kira satu informasi penting untuk


respon khalayak terhadap berita tersebut. mengetahui dan mengukur kinerja
Yang saya maksudkan orang – orang penting jurnalisme di Batu TV. Peneliti berhasil
dalam proses produksi berita adalah mewawancarai dua dari empat
wartawan televisi/kameramen, Editor, wartawan Batu TV. Wartawan Batu TV
Penulis Narasi, Dubber/Pengisi Suara. Hasil dalam menentukan sebuah berita harus
kerja merekalah yang kemudian dibacakan mengetahui apa yang penting untuk
oleh presenter. Dari penjelasan tersebut, diketahui oleh masyarakat, khususnya
diketahui bahwa para pelaku dalam proses wilayah Malang Raya. Yang pertama
produksi sebuah berita televisi di Batu TV dilakukan adalah melakukan penentuan
adalah: 1) Wartawan televisi/kameramen, 2) fokus berita apa yang akan diambil oleh
Editor (berita dan gambar), 3) Penulis seorang wartawan untuk keesokan
Narasi, 4) Dubber/Pengisi Suara. harinya. Maka mereka baru dapat
Dalam proses produksi/pembuatan menentukan jenis berita. Wartawan
berita, ada beberapa hal yang harus tersebut dapat melihat jadwal seperti di
diperhatikan agar berita tersebut bermakna kantor pemkab, kantor polisi, dan
dan pesan yang disampaikan dapat diterima sebagainya. Mereka akan melihat
oleh pemirsa/penonton. Faktor – faktor yang agenda apa saja yang akan terjadi untuk
secara khusus dilihat atau dicermati dalam dapat dimasukkan dalam sebuah
penelitian ini adalah : pemberitaan. Sehingga mereka
1. Faktor Individu: menyebut dengan berita peristiwa
Individu yang dimaksud disini adalah teragenda. Ada juga wartawan yang
wartawan yang merupakan garda paling mengambil berita dengan cara pesanan.
depan dalam penentuan isi berita. Berita tersebut merupakan kegiatan dari
Wartawan merupakan orang yang sebuah kelompok yang ingin kegiatan
terkait langsung (menyaksikan) sebuah tersebut diliput oleh media. Biasanya
realitas/peristiwa yang akan berita ini disebut dengan blocking time.
dilaporkannya. Dalam hal ini kapasitas Blocking time sendiri diartikan sebagai
seorang wartawan (pendidikan, pembelian jam tayang di televisi lokal
pengalaman, suku, agama, jender, dan tersebut. Dan hal ini sangat dipengaruhi
sikap individu) dalam mencari dan oleh faktor ekonomi politik media. Dari
menemukan berita akan berpengaruh penjelasan sekilas, maka dapat
terhadap peristiwa yang akan disimpulkan bahwa media televisi
dilaporkannya. Wartawan di Batu TV sangat berpengaruh terhadap
berjumlah empat (4) orang. Dengan perkembangan masyarakat. Di Batu TV,
jumlah yang minim dan materi kerja para wartawan melakukan pengambilan
yang banyak serta ketidakjelasan berita sendiri tanpa bantuan seorang
standar operasional prodesur, membuat reporter. Dan membuat narasi sendiri
beberapa wartawan mengerjakan satu yang kemudian dilakukan pengisian
pekerjaan untk semua jenis pemberitaan. suara(dubbing) sendiri oleh wartawan
Berikut adalah petikan wawancara tersebut. Lain halnya jika di Stasiun TV
bersama salah satu jurnalis di Batu TV. lainnya, seorang wartawan dibantu oleh
Hasil wawancara ini merupakan salah seorang reporter yang berguna untuk

733
Aryo Prakoso Wibowo

mencari data yang kemudian dibuat monoton. Apabila wartawan telah


untuk narasi yang nantinya dibaca oleh melakukan kedua kegiatan tersebut,
seorang dubber yang bekerja juga mereka menyerahkan berita dan narasi
sebagai pembawa berita atau presenter. serta dubbing tersebut kepada bagian
Sehingga setiap substansi dapat bekerja redaksi. Tidak lupa juga seorang
sesuai dengan aturan dan maksimal. wartawan harus dapat membuat sebuah
2. Rutinitas Media Dalam Mengkonstruksi kepala berita atau lead berita yang
Realitas Sosial dimana hal ini berguna untuk
Setiap organisasi, termasuk Batu TV memberikan topik berita.
memiliki rutinitas yang biasa dilakukan 3. Faktor Organisasi Media
dalam mengolah peristiwa/cerita/realitas Disini dimaksudkan bahwa Batu TV
dari berbagai sumber berita, termasuk sebagai sebuah organisasi memiliki
salah satunya dari reporter. Batu TV struktur. Hal ini menggambarkan pola-
sebagai media televisi tentu berbeda pola reguler perilaku yang saling
dengan stasiun televisis lainnya dalam bertautan antara satu bagian dengan
menentukan suatu berita. Apakah bagian lainnya. Sebagai organisasi
sebuah berita layak dipublikasikan atau media massa, Batu TV memiliki visi,
tidak, biasanya ditentukan oleh rutinitas misi dan tujuan yang seringkali
sehari-hari yang menjadi prosedur memberi pengaruh pada isi berita.
standard. Untuk itu, peran wartawan Karena itu, seringkali idealisme
sebagai bagian terdepan dalam mencari wartawan/reporter/kameramen harus
dan menemukan berita, kemudian diselaraskan dengan idealisme dan
mengangkat dan mengemas peristiwa tuntutan organisasi.
atau cerita menjadi berita yang menarik Footlick (dalam Shoemaker & Reese,
dan bernilai bagi masyarakat sangat 1996: 72) mengatakan bahwa jurnalis yang
menentukan. Pekerjaan seperti itu sudah baik sedikit tau tentang banyak hal, artinya
menjadi rutinitas dengan kerangka cara jurnalis dituntut untuk menguasai banyak
kerja yang sudah ada. Untuk bisa pokok bahasan mulai dari kebijakan asing,
mengerjakan berita yang baik dan politik, sejarah, ekonomi dan lain-lain. Ini
menarik, wartawan harus mempunyai merupakan kualitas fundamental yang
ilmu di bidang tekhnik jurnalistik. diberikan institusi pendidikan tinggi
Sebab, tugas dan tanggung jawabnya khususnya komunikasi massa. Shoemaker
sangat penting, dimana wartawan melalui penelitiannya menemukan bahwa
tersebut setelah melakukan pengambilan pendidikan dasar komunikasi massa
gambar atau take gambar, mereka dirancang untuk mempersiapkan jurnalis
membuat narasi yang digunakan untuk menjadi insiders dan oursiders yang kritis
menceritakan suatu peristiwa atau terhadap berbagai institusi social termasuk
berita. Dan narasi tersebut menceritakan juga media massa. Pada akhirnya pendidikan
apa saja yang terjadi didalam berita. menentukan bagaimana cara seorang
Karena selain gambar yang reporter memandang dunia dan menggali
diperlihatkan kepada pemirsa, narasi kedalamannya.
juga dibacakan oleh wartawan tersebut, Sementara itu karakteristik
sehingga gambar tersebut tidak berjalan kepercayaan yang dianut reporter setidaknya

734
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018

menunjukkan bias dalam penulisan berita. ujian kompetensi yang dilakukan oleh
Shoemaker & Reese (1996: 254) lembaga yang telah diverifikasi Dewan Pers,
mengatakan bahwa orang-orang yang yaitu perusahaan pers, organisasi wartawan,
memiliki kesamaan dengan jurnalis akan perguruan tinggi atau lembaga pendidikan
ditampilkan secara berbeda dengan orang- jurnalistik. Shoemaker & Reese (1996: 225)
orang yang tidak memiliki kesamaan. Hal ini mengatakan bahwa semakin lama seorang
merujuk pada karakteristik demografis jurnalis bekerja pada suatu institusi media
reporter seperti misalnya jenis kelamin, mereka akan semakin terbiasa dengan
etnis, orientasi seksual dan lain-lain. kebijakan organisasi baik tertulis maupun
Reporter perempuan akan menghasilkan tidak tertulis. Meskipun secara sadar jurnalis
tulisan yang berbeda mengenai issue Batu TV memahami bahwa regulasi dalam
perempuan bila dibandingkan dengan penyiaran menjadi pedoman utama dalam
reporter pria, begitupun dengan karakteristik menyusun isi siaran berita, akan tetapi tidak
lain yang mempengaruhi bagaimana sebuah mudah dijalankan atau diterapkan secara
issue dibingkai. profesional.
Jurnalis Batu TV dalam hal ini Bahwa dikatakan dalam
kurang menunjukkan pengetahuan dan memproduksi berita harus mempunyai
kompetensinya sebagai jurnalis sehingga standar operasional prosedur (SOP) yang
belum dapat menghasilkan konten berita digunakan sebagai dasar pembuatan berita.
yang berkualitas dan mendalam. Hal ini Dasar utama yang harus dikuasai wartawan
berkaitan erat dengan tingkat pendidikan adalah dengan adanya isi berita 5W+1H.
jurnalis itu sendiri. Disatu sisi, permasalahan Selain itu seorang wartawan di Batu TV juga
tingkat pendidikan memang tidak menjadi harus memiliki dasar, memahami teknis cara
masalah mengingat masih belum adanya mencari berita, menulis berita, bahkan
peraturan resmi yang mengharuskan jurnalis sampai teknik wawancara. Standar teknis
berpendidikan minimal strata 1. Pada tersebut merupakan standar dasar yang harus
peraturan dewan pers No.1/Peraturan- dimiliki oleh setiap jurnalis. Standar
DP/II/2010 tentang Standart Kompetensi Operasional Prosedur merupakan standar
Wartawan, dituliskan bahwa kompetensi dasar profesionalitas jurnalis. Sehingga tidak
wartawan pertama tama berkaitan dengan ada alasan sebuah media tidak memiliki SOP
kemampuan intelektual dan pengetahuan yang baku. Konsep jurnalis yang profesional
umum. Kompetensi wartawan yang yaitu jurnalis yang memahami tugasnya dan
dimaksud adalah kemampuan memahami yang memiliki ketrampilan jurnalistik.
etika dan hukum pers, konsepsi berita, Keterampilan dasar tersebut antara lain:
penyusunan dan penyuntingan berita serta melakukan reportase, wawancara, dan
bahasa. Hal yang terakhir menyangkut menulis berita yang akurat dan bagus. Tentu
keterampilan melakukannya, seperti juga saja dengan bahasa Indonesia yang baik dan
keterampilan yang bersifat teknis sebagai benar. Para jurnalis yang bertugas wajib
wartawan professional, yaitu mencari, menguasai beberapa standar teknis kinerja
memperoleh, menyimpan, memiliki, yang menjadi dasar kegiatan jurnalistiknya.
mengolah serta membuat dan menyiarkan Biasanya mengacu kepada SOP setiap
berita. Berdasarkan hal tersebut maka para lembaga pers termasuk Batu TV, yaitu:
jurnalis atau wartawan diwajibkan mengikuti

735
Aryo Prakoso Wibowo

1. Menguasai keterampilan jurnalistik. wartawan tidak akan


Seorang wartawan haruslah memiliki mencampuradukkan antara fakta dan
keahlian (expertise) menulis berita opini dalam menulis berita; tidak akan
sesuai kaidah jurnalistik. Wartawan menulis berita fitnah, sadis, dan cabul;
tersebut harus menguasai teknik menulis tidak akan ―menggadaikan
berita, juga feature dan artikel. Untuk kebebasannya‖ dengan menerima
itu, wartawan setidaknya pernah amplop; hanya menginformasikan yang
mengikuti pelatihan dasar jurnalistik benar atau faktual; dan sebagainya.
sehingga terlatih dengan baik. Berbicara mengenai kode etik berarti
Keterampilan jurnalistik meliputi teknik berkaitan dengan kepatuhan dalam
pencarian berita dan bagaimana cara memproduksi berita. Berita yang terkumpul
menulis berita, selain pemahaman yang dikemas sesuai standar pemberitaan yang
baik tentang makna sebuah berita layak serta mengedepankan etika
wartawan haruslah memahami berita, profesinalisme dalam mengabarkannya. Hal-
nilai, macam-macam berita, hal yang berkaitan dengan kepatuhan etis
produksinya hingga kaidah umum antara lain: melindungi sumber berita,
penulisan. menghormati hak sumber berita,
2. Menguasai bidang liputan (beat). berpedoman pada perilaku etis, menjaga
Wartawan idealnya memahami dan kebenaran berita, dan menghargai harkat dan
menguasai segala hal, sehingga mampu martabat sumber berita. Standar etika inilah
menulis dengan baik dan cermat. yang harus dimiliki oleh para jurnalis Batu
Namun, yang terpenting seorang TV. Sebab inilah standar profesionalisme
wartawan harus menguasai bidang jurnalistik yang sesungguhnya. Kepatuhan
liputan dengan baik. Wartawan harus etis menjadi sebuah acuan dalam
menguasai istilah – istilah di bidang memproduksi berita. Seringkali terjadi
yang digelutinya. Jika tidak menguasai kekerasan kepada para jurnalis karena terjadi
ada penundaan liputan dan memilih kesalahpahaman dalam penerapan standar
bidangyang sesuaikarena ketidak etis ketika mencari fakta dan menulis berita.
tepatan tersebut akan berakibat salah Hal yang paling sering terjadi yaitu ada
tulis, salah tangkap, ataupun tidak teguran atau keluhan dari sumber berita
cermat dalam menulis berita. mengenai pemberitaan yang berlebihan atau
3. Memahami serta mematuhi etika yang tidak berdasarkan fakta ketika
jurnalistik. Wartawan yang profesional wawancara. Atau jenis berita yang
memegang teguh etika jurnalistik. sumbernya off the record tetapi ternyata
Untuk wartawan Indonesia, etika itu dalam praktiknya tetap mencantumkan nama
terangkum dalam Kode Etik Wartawan narasumber. Yang tersebutkan di atas adalah
Indonesia (KEWI) yang sudah contoh beberapa standar etis yang seringkali
ditetapkan Dewan Pers sebagai Kode terlanggar oleh para jurnalis. Hal ini sudah
Etik Jurnalistik bagi para wartawan di ditegaskan pada pasal 3 Kode Etik Jurnalis
Indonesia. Kepatuhan pada kode etik Televisi bahwa Wartawan Indonesia selalu
merupakan salah satu ciri menguji informasi, memberitakan secara
profesionalisme, di samping keahlian, berimbang, tidak mencampurkan fakta dan
keterikatan, dan kebebasan. Dengan opini yang menghakimi.
pedoman kode etik itu, seorang

736
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018

Lebih jauh, sesuai dengan hasil berita tanpa melakukan wawancara,


wawancara mengenai profesionalitas yang mengambil berita dari rekan wartawan
diterapkan di Batu TV, terdapat beberapa hal lainnya dan menulis berita sesuai
penting yang dikemudian hari akan pesanan orang yang membayar.
mengabaikan profesionalisme. Kita tahu, b. Menulis berita dengan target kuantitatif
para jurnalis adalah ―pegawai bayaran‖, dan membuat para jurnalis tidak pernah
yang membayar adalah perusahaan pers. dapat dan sempat mengembangkan diri
Ada kekhawatiran, bahwa profesi semakin dengan ―penyegaran‖, dengan
lama akan semakin tunduk pada apa yang menambah wawasan melalui pendidikan
oleh C. Wright Mills (Johnson, 1991: 11) dan pelatihan, kerjasama dengan
disebut sebagai ‗keterpaksaan manajemen‘. beberapa lembaga non-pemerintah, juga
Pekerjaan profesi jurnalis di perusahaan pers pemerintah. Bagi jurnalis di daerah yang
telah terbagi dan terstandardisasi serta perusahaan persnya belum mapan
disesuaikan dengan bentuk kehirarkian (oportunity cost) mengenai perhitungan
perusahaan menurut keahlian pendidikan keuntungan antara memilih tetap
dan kemampuan memberi pelayanan. mengejar berita dengan imbalan
Tuntutan spesialisasi yang semakin sempit honorarium, dan mengikuti penyegaran
telah menggantikan syarat-syarat seperti dengan imbalan sekadar wawasan.
kemampuan mengembangkan diri dan c. Tidak adanya peningkatan
pengetahuan yang luas. Mereka menjalankan profesionalitas jurnalis, barangkali juga
tugas-tugas yang bersifat rutin, dan yang disebabkan oleh keterpaksaan
sukses makin lama makin mendekati tipe manajemen, yakni adanya rasio yang
manajer. tidak seimbang antara jumlah pekerja
Di bawah patronase korporasi, para profesi dengan beban pekerjaan. Jumlah
jurnalis di Batu TV harus bekerja sesuai pekerja profesi yang memiliki
dengan target yang ditentukan oleh kompetensi kurang memadai untuk
manajemen, yaitu: memikul beban pekerjaan yang terlalu
a. Mereka harus menulis berita dengan besar. Meskipun dengan kondisi seperti
format ‗berita langsung‘ (straight news), ini, tetapi manajemen tetap
hanya dengan format straight news saja, memaksakannya. Jurnalis tetap menjadi
secara rutin, setiap hari, dengan target mesin birokrasi korporasi. Pengawasan
kuantitatif. Dengan ini hendak dikatakan pekerjaan sepenuhnya dilakukan oleh
bahwa rutinitas menulis berita dengan perusahaan.
target kuantitatif, membuat para jurnalis
PENUTUP
tidak dapat berkembang menjadi
profesional. Sehingga tidak sempat Simpulan
menggunakan infrastruktur jurnalisme
lain yang lebih canggih— in-depht 1. Analisis hasil penelitian ini
reporting dan investigative reporting. menunjukkan bahwa faktor
Target BT di Batu TV menjadikan para keterampilan teknis dan kepatuhan etis
jurnalis menjadi tidak kreatif. Bahkan jurnalis hanya berperan sebagai
dalam praktiknya, tidak jarang memuat prakondisi menuju profesionalisme
wartawan televisi, sebab ada tiga
komponen penting lainnya yaitu

737
Aryo Prakoso Wibowo

otoritas, pengawasan, dan pelayanan. ikatannya dengan organisasi profesi


Dari aspek keterampilan teknis, hampir amat longgar. Profesionalisme jurnalis
semua jurnalis Batu TV belajar di Batu TV tidak berkembang
jurnalisme secara otodidak, tidak sebagaimana layaknya. Konsep lembaga
didukung dengan pendidikan dan penyiaran yang profesional tidak terlihat
pelatihan secara formal. Hal ini secara nyata diterapkan, sehingga
mempengaruhi kualitas pemberitaan harapan agar lembaga penyiaran
Batu TV, yaitu : 1)Analisis Berita ; Cara berjalan sesuai standar etika jurnalistik
– cara penyiaran berita, Pengaturan yang menjunjung profesionalisme tidak
tayangan berita, Analisis kebenaran kunjung terjadi. Batu TV hanya
berita; 2) Menulis pendapat dan mememiliki empat wartawan dengan
komentar : penelusuran dari pelaku, beban pekerjaan rangkap.
penggalian pendapat dan komentar dari 4. Kurangnya pengawasan terhadap
para ahli. keterampilan teknis berakibat pula pada
2. Pada kenyataannya, media massa telah kepatuhan etis wartawan. Yang semula
dikontrol oleh korporasi dan karena itu wartawan harus mematuhi peraturan
mengaburkan makna kebebasan pers. yang telah dibuat berupa Undang –
Hubungan pekerja media dan pemilik Undang Pers maupun Kode Etik
modal tidak lagi sekedar sebagai relasi Jurnalistik Televisi, wartawan sendiri
fungsional, akan tetapi sudah harus lebih tunduk dengan aturan yang
memperlihatkan dominasi yang menjadi dibuat di Batu TV yang secara jelas
model di berbagai institusi media. tidak tertulis.
Tuntutan kapitalisme korporasi Saran
mengalahkan etika jurnalistik di Batu 1. Seharusnya para wartawan lebih tunduk
TV. Hal ini merupakan imbas tiadanya kepada aturan yang tertulis dan telah
pengawasan, regulasi dan proses disepakati oleh beberapa lembaga
manajemen yang ketat. Jurnalis di Batu profesi yang telah dilegalkan, bukan
TV tidak menjadi pribadi ―bebas‖ yang malah tunduk pada patronase korporasi
memproduksi kebenaran melalui hasil media tersebut. Pada kondisi ini,
jurnalistik, namun lebih karena tuntutan profesionalisme jurnalis sudah tidak
kapitalisme korporasi. Hal ini dapat dinilai karena wartawan tersebut
dibuktikan dengan banyaknya berita tunduk pada aturan perusahaan dan
pesanan, yang disebut blockingtime. intervensi pemilik Batu TV.
Sehingga dalam peliputan sebuah berita, 2. Aspek komersial dapat mengalahkan
para jurnalis sering merasa bingung aspek publik. Wartawan harus
antara sebuah pemberitaan murni senantiasa menyadari bahwa sajiannya
dengan berita pesanan. berpengaruh besar terhadap perubahan
3. Patronase korporasi melahirkan orang- perilaku, pola pikir, dan wawasan
orang yang ―dipelihara‖, apakah secara masyarakat. Sebuah sajian akan
langsung sebagai pekerja atau dalam menumbuhkan empaty. Tugas media
konteks kendali organisasi birokrasi massa juga mendidik masyarakat,
profesional. Dalam hal jurnalis kita, sehingga tidak adil jika filter untuk
mereka kebanyakan sebagai pekerja mencermati makna sebuah sajian
langsung perusahaan, sedangkan diserahkan sepenuhnya kepada

738
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018

masyarakat tanpa ada seleksi yang Kovach, Bill & Tom Rosentiel. 2001.
bertangggung jawab dari para pekerja Sembilan Elemen Jurnalisme. Jakarta:
pers atas sajiannya. Pers hakikatnya Yayasan Pantau.
bukan sekedar penjual berita dengan Kusumaningrat, Hikmat. 2005. Jurnalistik :
sajian menu berdasarkan selera pasar Teori Dan Praktik. Bandung : Remaja
dan mempersilahkan pasar untuk Rosdakarya.
memberikan penilaian akhir dan Moleong Lexi J, 2005, Metode Penelitian
berikutnya menentukan pilihannya. Kualitatif, Ed. Revisi, Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya.
DAFTAR PUSTAKA Oetama, Jakoeb, 1985, Reportase
_________, Peraturan Dewan Pers Komprehensif. Jakarta : Pantja
No.1/Peraturan-DP/II/2010 tentang Simpati.
Standart Kompetensi Wartawan, Shoemaker, Pamela J dan Stephen D. Reese.
dituliskan bahwa kompetensi 1996. Mediating The Message.
wartawan. NewYork : Longman Publisher.
Abrar, Ana Nadhya. 2005. Penulisan Berita Siregar & Suarjana, I Made (eds). 1995.
Edisi Kedua. Yogyakarta: Universitas Bagaimana Mempertimbangkan
Atma Jaya Yogyakarta. Artikel Opini Untuk MediaMassa.
Anderson, R.H. 1987. Pemilihan dan Jakarta : Penerbit Kanisius.
Pengembangan Media untuk Wahidin, Samsul. 1999. Tanggung Jawab
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali. Atas Pemberitaan Pers dalam Media Cetak.
Johnson, Terence J. , 1991, Profesi dan Disertasi. Surabaya: Program Pascasarjana
Kekuasaan. Jakarta: PT. Pustaka UNAIR.
Utama Grafiti.

739

You might also like