You are on page 1of 13

Buletin Psikologi ISSN 0854-7106 (Print)

2020, Vol. 28, No. 1, 72 – 84 ISSN 2528-5858 (Online)


DOI: 10.22146/buletinpsikologi.49339 https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi

Terapi Reminiscence: Memberdayakan Lansia


untuk Mencapai Successful Aging
Reminiscence Therapy: Empowering the Elderly
to Achieve Successful Aging

Timotius Iwan Susanto1, Christiana Hari Soetjiningsih2 , David Samiyono3


1,2
Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
3Fakultas Teologia, Universitas Kristen Satya Wacana

Submit 5 September 2019 Diterima 21 Oktober 2019 Terbit 19 Juni 2020

Abstract. Human aging is a complex process, starting from birth, and is influenced by many
factors. Therefore, successful aging needs to be planned well since birth. The components of
successful aging are: (1) unsusceptible to disease and its effects; (2) well-functioning cognitive
and physical capacities; (3) active involvement in life; and (4) positive spirituality.
Someelderlies are are found to be in the category of low successful aging and there is a
cultural gap between the elderly and the generations below related to technological
development. From previous studies, one of therapy approaches that has been proven
effective in increasing successful aging is reminiscence, which involves an activity of
reminiscing past memories so the elderly can accept experiences positively. Currently reminis-
cence therapy methods can be designed creatively by utilizing technological advancements
that are appropriate for elderly conditions. This literature review can be a reference in
designing a reminiscence model to improve successful aging of the elderly utilizing
technology (gerotechnology) which later can be proven through empirical research.
Keywords: elderly; literature review; successful aging; reminiscence therapy; technology

Abstrak. Penuaan manusia merupakan proses yang kompleks, dimulai sejak lahir, dan
dipengaruhi banyak faktor. Oleh karena itu penuaan yang berhasil (successful aging) perlu
dipersiapkan sebaik mungkin sejak manusia dilahirkan. Komponen successful aging yaitu: (1)
tidak rentan terjangkit penyakit dan efeknya; (2) kapasitas fungsional kognitif dan fisik yang
baik; (3) keterlibatan aktif dalam kehidupan; dan (4) spiritualitas positif. Sebagian lansia
termasuk dalam kategori successful aging rendah dan terdapat kesenjangan kultural antara
lansia dan generasi di bawahnya berkaitan dengan kemajuan teknologi. Dari penelitian
sebelumnya salah satu terapi yang terbukti efektif untuk meningkatkan successful aging adalah
reminiscence, yaitu terapi dengan aktivitas mengenang masa lalu sehingga lansia bisa
menerima pengalaman dengan positif. Saat ini metode terapi reminiscence dapat dirancang
secara kreatif dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang sesuai dengan kondisi lansia.
Kajian pustaka ini dapat menjadi acuan dalam merancang model reminiscence untuk
meningkatkan successful aging lansia dengan teknologi (gerotechnology) agar dibuktikan
melalui penelitian empiris.
Kata kunci: lansia; kajian pustaka; successful aging; terapi reminiscence; teknologi

1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat melalui: 1timotiusiwansusanto73@gmail.com,


2soetji_25@yahoo.co.id

72 Buletin Psikologi
TERAPI REMINISCENCE: LANSIA, SUCCESSFUL AGING

Pengantar yang cukup tinggi pertumbuhan pendu-


duk secara keseluruhan (BPS, 2018).
Penuaan manusia (human aging) adalah
Gambar 1 memperlihatkan penduduk
proses yang kompleks dan beragam serta
lansia di Indonesia di tahun 2010 sebesar
tidak terbatas pada penuaan sel saja tetapi
7,6% dan prevalensi sebesar 15,8% di
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
tahun 2035. Pesatnya peningkatan yang
melampaui lingkup biologis. Analisis dan
terjadi membawa konsekuensi tersendiri
pemahaman mengenai aging tidak bisa
terhadap pembangunan nasional. Di satu
dibatasi hanya pada kronologis perubahan
sisi, peningkatan jumlah penduduk lansia
pada individu (Maldonado, Martinez, &
memperlihatkan kesuksesan program-
Nunez, 2016). Sedangkan Schaie menya-
program layanan kesehatan masyarakat
takan bahwa para ahli berpendapat proses
yang telah dicanangkan pemerintah sela-
penuaan sudah dimulai sejak seseorang
ma ini. Jika kondisi penduduk lansia
lahir secara biologis (Santrock, dalam
dalam keadaan sehat, mandiri, aktif dan
Soetjiningsih, 2018). Karena itu masa
produktif, secara tidak langsung juga akan
penuaan manusia perlu dipersiapkan
memiliki pengaruhi terhadap perekono-
sebaik mungkin bahkan mulai dari sejak
mian masyarakat dan negara. Namun,
manusia dilahirkan.
ketika masa pra-lansia tidak dipersiapkan
Populasi dunia saat ini berada pada dengan baik (yang dapat mengakibatkan
masa penduduk menua dengan jumlah lansia di masa mendatang jauh dari kata
penduduk lanjut usia melebihi 7 persen sehat, mandiri, aktif dan produktif), maka
dari populasi secara keseluruhan. Menu- jumlah lansia yang meningkat menjadi
rut UU RI Nomor 13 Tahun 1998 yang tantangan tersendiri. Hal tersebut dapat
dimaksud individu lanjut usia adalah memengaruhi berbagai aspek dalam
seseorang yang telah mencapai usia 60 kehidupan, baik dalam aspek kesehatan,
(enam puluh) tahun ke atas. Secara umum, aspek sosial, aspek ekonomi, maupun
populasi lansia tumbuh lebih cepat diban- aspek lingkungan (BPS, 2018). Menurut
dingkan penduduk usia lebih muda. Hal Sukamdi (CPPS UGM, 2014) kelompok
ini mengakibatkan peningkatan jumlah usia paska produktif—lansia—menjadi isu
lansia dan menyumbangkan kontribusi kependudukan yang penting karena bisa

Tahun
Gambar 1. Data pertumbuhan lansia di Indonesia tahun 2010-2035
dalam persentase (BPS, 2015)

Buletin Psikologi 73
SUSANTO, DKK

menjadi potensi atau beban dalam siklus masih memberikan lansia kesempatan-
kehidupan manusia secara keseluruhan. kesempatan pengembangan diri serta
Secara ekonomi jika seseorang pada saat mempunyai keinginan untuk melakukan
masa usia produktif mampu melakukan sesuatu atau berarti (produktif) bagi orang
saving atau menabung, maka saat dia lain (Sulandari, 2009).
menjadi lansia atau tidak lagi produktif Menurut Santrock (Soetjiningsih,
tidak menjadi beban bagi negara. Ditam- 2018) berkaitan dengan kondisinya, maka
bahkan pula bahwa terdapat permasa- orang lanjut usia lebih banyak kemung-
lahan lain pada lansia yaitu kesenjangan kinannya tinggal di dalam institusi-insti-
kultural antara generasi tua dan yang tusi, memiliki angka morbiditas (penyakit)
lebih muda karena memiliki cara pandang yang lebih tinggi, jauh lebih besar meng-
yang berbeda terhadap permasalahan alami ketidakmampuan dibandingkan
yang ada. Salah satu faktor penyebabnya orang tua yang lebih muda. Juga kebu-
adalah kemajuan teknologi informasi yang tuhan, kapasitas, dan sumber daya lansia
berkembang pesat lebih mudah diikuti seringkali berbeda dari yang lebih muda.
oleh generasi yang lebih muda daripada
Agar lansia tetap produktif di masa
lansia. Pendapat ini diperkuat oleh
tuanya, Rowe dan Kahn (1997), yang
Widagdo (2016) yang mengatakan bahwa
kemudian direvisi oleh Crowther, Parker,
semakin tinggi usia seseorang maka
Achenbaum, Larimore, dan Koenig (2002)
semakin rendah persepsi mereka terhadap
memperkenalkan konsep successful aging,
teknologi informasi dan kurangnya dalam
yaitu kemampuan mengelola empat kom-
penggunaan teknologi informasi.
ponen perilaku, yaitu pertama, memini-
Sekarang ini banyak masyarakat yang malisasi risiko munculnya berbagai
masih berpikiran bahwa lansia sangat penyakit dan akibatnya, kedua yaitu
terbatas kemampuannya, hanya bisa mengelola dengan baik fungsi-fungsi fisik
berada di rumah, menjalani hidup sehari- dan mental, ketiga yaitu keterlibatan
hari hanya dengan bersantai saja tanpa secara aktif dengan kehidupan dan
aktivitas apa pun yang dilakukan. Usia tua keempat yaitu positive spirituality yang
seringkali dipandang sebagai masa berhubungan dengan perspektif positif
kemunduran (regresi), suatu periode di mengenai eksistensi dirinya dengan
mana para lansia mengalami adanya lingkungan di sekitarnya dan Tuhan
penurunan yang terjadi pada dirinya, baik (Soetjiningsih, 2018).
secara biologis maupun mental. Sebagian
Dari kajian yang telah dilakukan oleh
dari lansia masih melihat usia tua dengan
beberapa peneliti mengenai permasalahan
sikap yang memperlihatkan hilang harap-
di atas, ada berbagai macam intervensi
an, pasif, lemah, dan tergantung pada
lain selain terapi reminiscence yang dapat
anak atau sanak saudara, sehingga dam-
dilakukan untuk meningkatkan successful
paknya menjadi kurang berusaha untuk
aging pada lansia dan mengatasi
melakukan pengembangan diri yang
kesenjangan kultural karena kemajuan
menjadikan semakin cepat mengalami
teknologi, di antaranya adalah dengan
kemunduran, baik secara biologis maupun
melakukan Brain Exercise (Doewes, 2009),
mental. Namun, di sisi lain ada pula
Art and Music Therapy (Im & Lee, 2014),
sebagian lansia yang dapat memaknai arti
Drama Therapy (Keisari & Palgi, 2017),
penting usia tua dalam konteks eksistensi
Exergames (Chen, 2018), Counseling Therapy
manusia, yaitu sebagai masa hidup yang
(Lewis, 2006). Intervensi ini penting bagi

74 Buletin Psikologi
TERAPI REMINISCENCE: LANSIA, SUCCESSFUL AGING

lansia karena diperkirakan bahwa lebih saat ini. Aktivitas terapi ini dapat dilaku-
dari seperempat dari semua lansia meng- kan secara kelompok maupun perorangan
alami gangguan mental atau penyakit serta mampu memodifikasi perilaku,
seperti demensia, depresi, kecemasan, dan fungsi sosial dan fungsi kognitif. Fontaine
penyalahgunaan obat (Yen & Lin, 2018), (2009) menyatakan bahwa terapi remini-
yang dapat menghambat tercapainya scence dilakukan untuk menurunkan
successful aging. Menurut Mackin dan masalah depresi, harga diri yang rendah,
Arean (Wheeler, 2008) intervensi penting ketidakmampuan, keputusasaan, dan
yang dapat diberikan dalam mengatasi isolasi sosial pada lansia. Sedangkan
masalah penyesuaian diri pada lansia menurut Cappeliez (2010) terapi remini-
yaitu Cognitive Behavior Therapy (CBT), scence juga terbukti efektif untuk mening-
Reminiscence Therapy (RT) dan kombinasi katkan kepuasan hidup, mengurangi dan
Interpersonal Psycho Therapy (IPT) serta mencegah depresi, meningkatkan pera-
medikasi. Cole (Wheeler, 2008) juga watan diri, meningkatkan harga diri,
memperkuat pendapat bahwa Cognitive membantu lansia dalam transisi, krisis dan
Behavior Therapy dan Reminiscence Therapy kehilangan. Ditambahkan pula oleh
mempunyai potensi untuk mengatasi Gaggioli et al.(2014); Karimi et al. (2010);
masalah penyesuaian diri pada lansia. Watt dan Cappeliez (2000) bahwa terapi
Frazer dan Griffith (2005) telah melakukan reminiscence dapat didefinisikan sebagai
penelitian di Canberra Australia untuk recall memori peristiwa masa lalu, pikiran,
membuktikan beberapa intervensi yang dan perasaan untuk meningkatkan kuali-
efektif untuk mengatasi masalah penye- tas hidup, kesenangan, dan penyesuaian
suaian diri pada lansia yaitu intervensi dalam kehidupan.
medis, intervensi psikologis dan perubah- Jones (2003) telah melakukan peneli-
an gaya hidup (menghindari alkohol, olah tian mengenai efektivitas terapi remini-
raga, mengurangi lemak) serta terapi scence yang dilakukan pada 30 orang
alternatif (Light Therapy, Massage Therapy, partisipan lansia wanita yang mengalami
Music Therapy, vitamin). Untuk intervensi masalah penyesuaian diri lansia yang
psikologis yang telah dilakukan adalah tinggal di rumah perawatan lansia (panti
Cognitive Behavior Therapy, Dialectical wreda) di Florida. Terapi ini dilakukan
Behavior Therapy (DBT), Interpersonal dalam waktu tiga minggu dengan enam
Therapy (IT), Problem-Solving Therapy (PST), (6) sesi dan partisipannya terdiri dari 15
Reminiscence Therapy (RT), Bibliotherapy. orang lansia sebagai kelompok ekspe-
Hasil penelitian Frazer ini membuktikan rimen (yang mendapat intervensi) dan 15
bahwa terapi reminiscence efektif untuk orang sebagai kelompok kontrol. Hasil
menurunkan masalah penyesuaian diri penelitian tersebut menyatakan bahwa
pada lansia. terapi reminiscence merupakan suatu
Menurut Wilkinson (2012) terapi intervensi yang efektif untuk menurunkan
reminiscence adalah terapi untuk menge- masalah penyesuaian diri pada lansia
nang kembali kejadian di masa lampau, wanita. Hasil riset Husaini et al.(2004)
pikiran, dan perasaan yang menyenang- pada 303 lansia wanita di Nashville,
kan dan diberikan kepada lansia dengan Amerika Serikat yang dilakukan secara
bertujuan untuk meningkatkan kualitas berkelompok memperkuat efektivitas
hidup atau kemampuan penyesuaian terapi reminiscence ini.
terhadap perubahan dari suatu kejadian

Buletin Psikologi 75
SUSANTO, DKK

Menurut Butler (Wong, 2013) terapi nen successful aging yang diperlukan oleh
reminiscence memainkan peran utama lansia untuk keberhasilan penuaannya.
dalam meningkatkan successful aging dan Metode yang dilakukan bisa bervariasi,
telah mendapatkan perhatian di kalangan misalnya menggunakan gambar maupun
peneliti dan profesional. Makin banyak internet video streaming yang menggam-
pusat komunitas lansia dan rumah barkan situasi pada masa lalu yang mena-
perawatan lansia (panti wreda) yang telah rik dan ditampilkan melalui komputer dan
memasukkan intervensi kelompok diskusi LCD proyektor. Dapat pula aktivitas
sejarah hidup (remisniscence) dalam pro- reminiscence dilakukan dengan menyanyi
gram reguler mereka. Sejumlah laporan lagu-lagu kenangan masa lalu yang video
tentang manfaat nilai-nilai kenangan terus dan liriknya banyak terdapat di internet
muncul secara teratur dalam literatur. (Soetjiningsih, Samiyono, Susanto, &
Sebagai contoh, Goldstein (Wong, 2013) Pranandana, 2019).
melaporkan bahwa terapi reminiscence Dalam penelitiannya tentang hubung-
dapat meningkatkan kesejahteraan an reminiscence dan successful aging, Wong
(meningkatkan komponen psikologis pada (2013) berhasil menemukan bahwa
successful aging) dan mengurangi isolasi reminiscence berfungsi untuk merekon-
(meningkatkan komponen keterlibatan siliasi masa lalu, mencapai rasa harga diri,
sosial pada successful aging) pada pasien dan memecahkan masalah membuat
geriatri. Magee (Wong, 2013) melaporkan lansia menjadi berhasil dalam mengatasi
bahwa tema-tema puitis dalam terapi masalah-masalah penyesuaian dirinya dan
reminiscence meningkatkan makna pribadi menjadikan mereka menjadi lansia yang
(meningkatkan komponen positive spiri- sukses untuk melanjutkan hidupnya.
tuality pada successful aging) dan khusus-
Para peneliti telah melakukan studi
nya bermanfaat bagi para lansia yang
yang lebih mendalam tentang efek terapi
bermasalah dan mengalami masalah
reminiscence pada berbagai ukuran hasil
mental (meningkatkan komponen psiko-
kognitif, psikologis, sosial, perilaku, dan
logis pada successful aging).
kesehatan. Beberapa meta-analisis terbaru
Penulis tertarik mengulas terapi remi- telah menunjukkan efek utama terapi ini
niscence dalam artikel ini karena efektivitas (Bohlmeijer, Roemer, Cuijpers, Smit, 2007;
terapi ini dari hasil-hasil yang diperoleh Chin, 2007; Pinquart, Duberstein, Lyness,
dalam penelitian yang dilakukan 2007; Pinquart & Forstmeier, 2012).
terdahulu dan terapi reminiscence dapat
Dapat disimpulkan dari uraian di atas
dilakukan secara individual atau dalam
bahwa terapi reminiscence adalah terapi
kelompok, dengan kata lain terapi ini
yang memberikan perhatian terhadap
mempunyai fleksibilitas yang tinggi sesuai
kenangan terapeutik. Kegiatan untuk
dengan keadaan dan kondisi di mana
mengenang tersebut dapat dirancang dan
lansia tersebut berada. Maka terapi
dilakukan secara kreatif (sesuai dengan
reminiscence juga dapat dirancang dengan
kondisi yang ada dan tujuan yang akan
mengombinasikan perkembangan tekno-
dicapai), spontan (tidak terstruktur)
logi informasi yang ada sehingga bisa
maupun berurutan sesuai tema-tema yang
mengurangi kesenjangan kultural akibat
ada (terstruktur) dan merupakan kegiatan
perbedaan persepsi lansia dengan generasi
yang membuat para terapeutik lansia
yang lebih muda, namun tetap bertujuan
berkesan dan menyenangkan. Karena sifat
untuk meningkatkan komponen-kompo-
terapi ini yang fleksibel mengenai

76 Buletin Psikologi
TERAPI REMINISCENCE: LANSIA, SUCCESSFUL AGING

pengalaman masa lalu maka kegiatan del lain yang berpengaruh yaitu seleksi,
yang dapat dilakukan dapat dirancang optimisasi, dan kompensasi. Komponen
untuk meningkatkan komponen-kompo- pertama, seleksi, mengacu pada pengu-
nen successful aging. Penggunaan teknologi rangan atau transformasi jumlah domain
dalam aktivitas reminiscence diharapkan kehidupan untuk berkonsentrasi atau
dapat mengurangi kesenjangan kultural mempertahankan aktivitas kehidupan
yang terjadi antara lansia dan generasi yang paling dihargai. Komponen kedua,
yang lebih muda. optimisasi, merujuk pada perilaku untuk
Tujuan penulisan artikel reviu mengoptimalkan sumber daya yang
mengenai pemberian terapi reminiscence memfasilitasi keberhasilan dalam domain
yang dapat dilakukan dengan menggu- kehidupan yang dipilih ini. Akhirnya,
nakan kemajuan teknologi informasi ini elemen kompensasi mengacu pada peng-
diharapkan dapat menjadi acuan bagi para gunaan cara alternatif seperti teknologi
peneliti lainnya dalam pengembangan untuk mengompensasi kerugian dan
ilmu mengenai lansia (gerontologi) agar mencapai tujuan seseorang. Cara strategi
dapat meningkatkan kualitas hidup lansia ini "direalisasikan tergantung pada keada-
Indonesia untuk mencapai successful aging an pribadi dan sosial tertentu yang
di masa tuanya. dihadapi dan diproduksi individu ketika
mereka bertambah usia". Akibatnya,
penggunaan strategi seleksi, optimisasi
Pembahasan dan kompensasi dapat memungkinkan
individu untuk berkontribusi pada
Successful Aging successful aging atau keberhasilan penuaan
Rowe dan Kahn (1997) mengusulkan mereka sendiri.
model successful aging yang kemudian
direvisi oleh Crowtheret al. (2002) yang Terapi Reminiscence
terdiri dari empat komponen Kata reminiscence berasal dari reminiscentia
(Soetjiningsih, 2018) yaitu: 1) Low (bahasa Latin) yang berarti “tindakan
Probability of Disease and Disability, untuk mengingat”. Jadi reminiscence dapat
Kemungkinan rendah terkena penyakit diartikan sebagai “ingatan akan sesuatu
dan kemampuan untuk menghindar dari masa lalu” (Harper, 2019). Mosby Medical
risiko penyakit yang mungkin timbul pada Dictionary mendefinisikan terapi remini-
dirinya. 2) High Cognitive and Psysical scence sebagai teknik psikoterapi di mana
Functional, Mampu mempertahankan harga diri dan kepuasan pribadi dipulih-
fungsi kognitif dan fisiknya dengan baik kan, terutama pada lansia, dengan
dalam hidup sehari-hari. 3) Engagement in mendorong pasien untuk meninjau
Life, Hidup bersosial atau bermasyarakat pengalaman masa lalu yang bersifat
secara aktif dan produktif untuk membuat menyenangkan (Mosby, 2009). Terapi
dirinya lebih berarti. 4) Positive Spirituality, reminiscence adalah terapi keperawatan
Ketulusan dan kesungguhan untuk bisa independen yang digunakan dalam pera-
melakukan sesuatu yang meningkatkan watan jangka panjang, hidup berbantuan
kesejahteraan bersama dan bisa menerima (assisted living), dan hidup mandiri
keadaan dirinya dan orang lain. (Buchanan, Moorhouse, Cabico, Krock,
Paul Baltes dan Margret Baltes Campbell, Spevakow, 2002; Lin & Hwang,
(Strifler, 2011) menuliskan mengenai mo- 2003). Terapi reminiscence adalah terapi

Buletin Psikologi 77
SUSANTO, DKK

yang digunakan untuk membantu lansia Menurut Haight dan Burnside


berpikir dan berbicara tentang kehidupan (Stinson, 2009) dalam kelompok terapi
mereka. Terapi ini dapat diimplemen- reminiscence, terapis menjaga keutuhan
tasikan dalam kelompok terstruktur, kelompok, mencegah perselisihan,
dalam kelompok tidak terstruktur, atau memantau proses kelompok, melindungi
secara individual. Terapi reminiscence anggota yang paling lemah, dan
adalah proses mengingat peristiwa atau menggunakan keterampilan proses
pengalaman (Stinson, 2009). Menurut kelompok. Dapat menggunakan alat
National Guideline Clearinghouse (2008), peraga, termasuk aroma, makanan, musik,
terapi reminiscence dapat memfasilitasi gambar, lembar memo, majalah, dan
penyesuaian individu dengan proses program radio lama, memberikan
penuaan dengan membantu lansia stimulasi untuk interaksi kelompok.
memikirkan kembali dan mengklarifikasi Sedangkan menurut Latha, Bhandary,
pengalaman sebelumnya, dan beberapa Tejaswini, dan Sahana (2014) secara
penelitian telah menunjukkan adanya individual terapi reminiscence menawarkan
peningkatan kesejahteraan psikologis kesempatan untuk memeriksa kembali
setelah terapi ini. Selain itu terapi kehidupan seseorang, mengingat kembali
reminiscence telah dikaji untuk menen- peristiwa dan prestasi masa lalu, dan
tukan efeknya pada depresi (Cully, La mencari validasi pribadi. Teknik ini
Voie, Gfeller; Haight & Burnside; Rentz banyak digunakan dalam terapi konseling
dalam Stinson (2009); stres (Puentes, 2002); individual ketika orang mencari makna,
kepuasan hidup (Norris, 2001); kesejah- memecahkan masalah dan berusaha untuk
teraan psikologis (Haight dalam Stinson resolusi emosional.
(2009); kelelahan; isolasi (McDougall, Pada tahun 2010, Stinson’s Protocol for
Blixen, & Suen dalam Stinson (2009)); Structured Reminiscence (SPSR) - yang
penguasaan bahasa (Harris dalam Stinson tertulis pada Tabel 1 telah diimplemen-
(2009); dan fungsi kognitif (Goldwasser, tasikan pada lebih dari 5000 lansia (pria
Auerbach, Harkins, Hopper, & Pittiglio dan wanita) oleh Ulla Peterson
dalam Stinson (2009). Haight dan Burnside (Universitas Linnaeus, Departemen Ilmu
(Stinson, 2009) menekankan bahwa terapi Kesehatan dan Peduli, Kalmar, Swedia) di
reminiscence memiliki tiga karakteristik Karolinska Institutet di Stockholm, Swedia
yaitu: (1) ulasan hidup, yang meliputi dan hasilnya menunjukkan keberhasilan
spontanitas; (2) fokus pada ingatan yang dalam mengatasi penyesuaian diri pada
menyenangkan; dan (3) proses kelompok. lansia (Stinson & Long, 2014).

78 Buletin Psikologi
TERAPI REMINISCENCE: LANSIA, SUCCESSFUL AGING

Tabel 1.
Stinson’s Protocol for Structured Reminiscence (SPSR)

Minggu Sesi Tema Kegiatan


1 1 Perkenalan tim peneliti• Fokus pada latar belakang tiap pribadi
dan penghuni rumah • Partisipan diminta memilih simbol binatang yang
perawatan lansia paling mewakili karakter mereka
• Mereka diminta memperkenalkan diri dan bercerita
mengapa mereka memilih simbol binatang tersebut.
2 Mengingatkan masa • Partisipan diminta menceritakan sebuah lagu yang
lampau melalui lagu- mungkin punya makna khusus buat mereka
lagu lama dari tahun (mainkan lagu secara kronologis)
1920-1960 • Ajak partisipan untuk bertepuk tangan dan
bernyanyi bersama sambil membentuk lingkaran
dengan diiringi lagu yang mereka sukai.
2 3 Berbagi foto • Tunjukkan dan ceritakan peristiwa mengenai yang
membangkitkan kenangan pribadi
• Beri kesempatan partisipan untuk menjelaskan
keterangan tambahan mengenai foto-foto tersebut
4 Diskusikan • Tunjukkan gambar mengenai macam-macam
pekerjaan/kegiatan pekerjaan/kegiatan
rumah sehari-hari atau • Membangkitkan partisipan untuk mengingat
kegiatan amal di masa mengenai karir atau pekerjaan mereka (melalui foto,
lalu tanda pangkat dll)
3 5 Mengingatkan waktu • Diskusikan mengenai waktu-waktu liburan saat
liburan yang tidak masa kecil
terlupakan. • Ajak partisipan menyanyikan lagu-lagu yang biasa
dinyanyikan saat liburan
• Ceritakan mengenai makanan yang dibawa sebagai
bekal, pakaian yang dipakai, tradisi liburan.
3 6 Mengingatkan • Ajak partisipan menceritakan mengenai hari-hari
mengenai hari-hari sekolah.
sekolah. • Tunjukkan foto-foto sekolah dari tahun 1920-1960
• Diskusikan mengenai guru-guru dan gaya pakaian
mereka saat itu.
4 7 Mengingatkan mainan • Diskusikan mainan-mainan yang disukai partisipan
masa kanak-kanak masa itu.
• Diskusikan mainan-mainan yang dibikin sendiri di
rumah.
• Tunjukkan gambar-gambar mainan saat itu.
8 Mengingat kencan • Diskusikan mengenai jalannya pesta pernikahan.
pertama/pasangan/pesta • Diskusikan mengenai kehidupan pernikahan.
nikah/ kehidupan • Mainkan lagu-lagu romantis masa lalu.
pernikahan
5 9 Mengingatkan • Diskusi mengenai anak-anak, binatang kesayangan,
mengenai keluarga / dan keluarga.
binatang kesayangan • Partisipan diminta menunjukkan foto-foto keluarga
mereka dan binatang kesayangan.

Buletin Psikologi 79
SUSANTO, DKK

Minggu Sesi Tema Kegiatan


10 Mengingatkan • Diskusikan makanan favorit masa kanak-kanak,
mengenai makanan. makanan favorit saat liburan, dan bau sedap favorit.
• Partisipan diminta membawa resep favorit mereka
dan diskusikan ingatan mengenai kaitan dengan
resep tersebut.
6 11 Mengingatkan • Diskusikan waktu-waktu yang menyenangkan
mengenai teman-teman bersama teman-teman masa kecil.
• Diskusikan teman-teman di tempat fasilitas hidup
bersama sekarang (panti wreda)
12 Penutupan • Partisipan diminta bercerita mengenai pengalaman
dalam grup eksperimen ini.
• Berbagi pemikiran-pemikiran tentang topik-topik
yang didiskusikan sebelumnya,

Wong (2013) menyatakan ada enam seseorang; (4) escapist atau defensive, yaitu
jenis reminiscence (kenangan): (1) kecenderungan untuk memuliakan masa
integrative, yaitu pencapaian harga diri, lalu dan mencela masa kini. Pernyataan
koherensi, dan rekonsiliasi berkenaan yang membanggakan pencapaian masa
dengan masa lalu seseorang, meninjau lalu, melebih-lebihkan kesenangan di
kembali masa lalu mereka sebagai masa lalu; (5) obsessive, yaitu perasaan
persiapan untuk kematian. Ini mungkin, bersalah atas masa lalu seseorang.
pada kenyataannya, melibatkan perasaan Kenangan obsesif dibuktikan dengan
bersalah, kegagalan, dan depresi. Namun, pernyataan bersalah, kepahitan, dan
sejauh seseorang mampu mencapai keputusasaan atas masa lalu seseorang; (6)
integritas, reminiscence berkontribusi pada narative, yaitu merupakan deskriptif
successful aging dalam hal peningkatan mengenai ingatan interpretatif dari masa
pemahaman diri, makna pribadi, harga lalu seperti informasi biografi mengenai
diri, dan kepuasan hidup. Karakteristik tanggal dan tempat lahir dan cerita-cerita
yang menentukan dari keberhasilan terapi pengalaman masa lalu yang paling
reminiscence adalah pernyataan yang berkesan.
menunjukkan menerima masa lalu sebagai Penelitian yang dilakukan oleh Wong
sesuatu yang berharga, merekonsiliasi (2013) tentang hubungan terapi remi-
perbedaan antara ideal dan kenyataan, niscence dan successful aging, berhasil
dan menerima peristiwa kehidupan nega- menemukan bahwa lansia yang mencapai
tif dan menyelesaikan konflik masa lalu; successful aging menunjukkan bentuk
(2) instrumental, yaitu ingatan dari rencana reminiscence yang lebih integratif dan
masa lalu, kegiatan yang diarahkan pada instrumental yang terutama berfungsi
tujuan dan pencapaian tujuan, upaya masa untuk merekonsiliasi masa lalu, mencapai
lalu untuk mengatasi kesulitan, dan rasa harga diri, dan memecahkan masalah.
menarik dari pengalaman masa lalu untuk Kemudian, Webster (Wong, 2013) menya-
memecahkan masalah saat ini; (3) takan bahwa pengembangan berdasarkan
transmissive, yaitu referensi budaya dan fungsi reminiscence secara empiris menan-
praktik-praktik era yang lampau, nilai- dakan kemajuan penting dalam bidang ini.
nilai tradisional dan kebijaksanaan, dan Delapan fungsi memori diidentifikasi:
pelajaran yang dipetik melalui masa lalu identitas, pemecahan masalah, persiapan

80 Buletin Psikologi
TERAPI REMINISCENCE: LANSIA, SUCCESSFUL AGING

kematian, pemeliharaan keintiman, penga- kreatif dalam terapi reminiscence pada


jaran informasi, percakapan, kebangkitan lansia mempunyai implikasi untuk
dari kepahitan, dan pengurangan kebo- meningkatkan komponen-komponen
sanan. Cappeliez dan O’Rourke (2006) successful aging, yaitu meningkatkan
mengusulkan pengelompokan delapan kesehatan fisik untuk meminimalisasi
fungsi ini dalam tiga dimensi tingkat yang penyakit dan akibatnya dengan melaku-
lebih tinggi: fungsi mandiri yang positif kan kegiatan terapi reminiscence yang
mengacu pada mempertahankan atau melibatkan aktivitas fisik sesuai kondisi
mengembangkan kesadaran diri (terma- lansia, menurunkan masalah-masalah
suk identitas, pemecahan masalah, dan psikologis dengan memberi aktivitas yang
persiapan kematian); fungsi diri negatif menyenangkan yang membuat lansia
yang terkait dengan penyesalan tentang bahagia, mempertahankan fungsi kognitif
masa lalu dan perenungan (termasuk yang cenderung menurun dengan
kebangkitan dari kepahitan, pengurangan mengajak lansia melakukan aktivitas
kebosanan, dan pemeliharaan keintiman); terapi reminiscence yang menggunakan
dan fungsi prososial terkait dengan daya pikirnya, meningkatkan keterlibatan
mendorong hubungan dengan orang lain sosial dengan kegiatan-kegiatan terapi
(termasuk percakapan dan mengajar / reminiscence yang dilakukan secara bersa-
memberi informasi). Terapi integrative dan ma-sama, dan meningkatkan spiritualitas
instrumental reminiscence meningkatkan positif dengan aktivitas untuk saling
successful aging secara signifikan, tetapi mendukung serta menyadari eksistensi
terapi obsessive reminiscence memperoleh hidupnya dengan penerimaan diri atas
hasil sebaliknya (Wong, 2013). Tinjauan pengalaman keberhasilan dan kegagalan
literatur menunjukkan bahwa diperlukan masa lalu.
alat untuk mendukung proses, atau untuk Terapi reminiscence yang bersifat
memfasilitasi proses kelompok, fokus fleksibel dengan tetap memperhatikan
pada pengaturan suasana hati dan tujuan untuk peningkatan successful aging
memberikan suasana positif untuk inter- lansia dapat dilakukan dengan mengguna-
vensi kelompok. Untuk memberikan kan protokol kegiatan sesuai dengan
suasana yang optimal untuk proses budaya yang ada di Indonesia. Melalui
kelompok, perhatian harus difokuskan keragaman budaya lokal, terapi remini-
pada ukuran ruangan, lokasi, aksesibilitas, scence dapat dirancang sebagai aktivitas
akustik, pencahayaan, suhu, dan tempat yang menyenangkan bagi lansia di Indo-
duduk (Harrand & Bollstetter, 2000). nesia. Dengan mengenang (reminiscing)
Penggunaan teknologi dalam penerapan budaya lokal di masa lalu membuat
terapi reminiscence diharapkan dapat partisipan lebih terlibat dan terapi remini-
menjadi pengembangan terapi ini untuk scence menjadi lebih efektif.
mengurangi kesenjangan lansia dan
Untuk merancang dan melakukan
generasi di bawahnya agar tingkat efek-
kegiatan terapi reminiscence yang tepat
tivitas nya lebih tinggi untuk meningkat-
sesuai situasi dan kondisi lansia berbasis
kan successful aging pada lansia.
budaya lokal di Indonesia dan menginter-
Dari uraian successful aging dan terapi pretasi serta menganalisis hasilnya
reminiscence yang telah dipaparkan dapat diperlukan adanya training (pelatihan)
disimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan bagi para pengurus panti wreda atau bagi
yang dirancang dan dilakukan secara orang-orang yang terlibat dalam

Buletin Psikologi 81
SUSANTO, DKK

mengurus lansia yang dapat dilakukan Buchanan, D., Moorhouse, A., Cabico, L.,
oleh orang yang ahli dalam bidang Krock, M., Campbell, H.,& Spevakow,
gerontology. Pencapaian successful aging ini D. (2002). A critical review and
penting bagi lansia untuk dapat melanjut- synthesis of literature on reminiscing
kan hidup mereka menjadi individu yang with older adults. Canadian Journal of
masih berdaya dan masih mempunyai Nursing Research, 34(3), 123-139.
kesempatan untuk melakukan kegiatan Cappeliez, P., & O’Rourke, N. (2006).
yang bermanfaat dan produktif bagi Empirical validation of a comprehen-
masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. sive model of reminiscence and health
Diperlukan tinjauan literatur yang lebih in later life. Journal of Gerontology, 61,
dalam mengenai terapi reminiscence 237–244.
sehingga dapat dilakukan pengembangan
Cappeliez, P., & Robitaille, A. (2010).
desain dan model yang lebih baik lagi di
Coping mediates the relationships
masa yang akan datang sesuai dengan
between reminiscence and psycho-
budaya lokal yang ada di Indonesia.
logical well‐being among older adults.
Aging & Mental Health, 14, 807–818.
Ucapan Terima Kasih
doi: 10.1080/13607861003713307
Kami mengucapkan terima kasih kepada
Chen, C. K. (2018). Acceptance of different
Direktorat Riset dan Pengabdian Masya-
design exergames in elders. PLoS One
rakat Direktorat Jenderal Riset dan
13(7), 1-22. doi:
Pengembangan Kementerian Riset, Tekno-
10.1371/journal.pone.0200185
logi, dan Pendidikan Tinggi Indonesia
yang telah mendanai Penelitian Hibah Chin, A. M. (2007). Clinical effects of
Tesis Magister tahun 2019 berkaitan reminiscence therapy in older adults:
dengan successful aging lansia di mana A meta‐analysis of controlled trials.
kajian pustaka atau literatur review ini Hong Kong Journal of Occupational
merupakan salah satu luarannya. Therapy, 17, 10–22. doi: 10.1016/S1569-
1861(07)70003-7
CPPS UGM. (2014). Tantangan bonus
Daftar Pustaka
demografi: Perlunya respon terhadap
Bohlmeijer, E., Roemer, M., Cuijpers, P., & persoalan lansia dan tenaga kerja.
Smit, F. (2007). The effects of remi- Diakses dari:
niscence on psychological well‐being https://cpps.ugm.ac.id/en/tantangan-
in older adults: A meta‐analysis. Aging bonus-demografi-perlunya-respon-
& Mental Health, 11, 291–300. doi: terhadap-persoalan-lansia-dan-tenaga-
10.1080/13607860600963547 kerja-2/ pada tanggal 6 Maret 2020
BPS. (2015). Statistik penduduk lanjut usia. Crowther, M. R, Parker, M. W.,
Biro Pusat Statistik Indonesia. Diakses Achenbaum, W. A., Larimore, W. L., &
dari: Koenig, H. G. (2002). Rowe and Kahn’s
https://www.bps.go.id/publication model of successful aging revisited:
tanggal 7 Juli 2019. Positive spirituality-the forgotten
factor. The Gerontologist, 42(5), 613-620.
BPS. (2018). Statistik penduduk lanjut usia
2018. Biro Pusat Statistik Indonesia. Doewes, M. (2009). Exercise and brain
Diakses dari: health in elderly. Folia Medica
https://www.bps.go.id/publication Indonesiana, 45(2), 161-164.

82 Buletin Psikologi
TERAPI REMINISCENCE: LANSIA, SUCCESSFUL AGING

Fontaine. (2009). Mental health nursing care reminiscence therapies on depression


plan (6th Ed.). New Jersey: Pearson symptoms reduction in institutio-
Prentice Hall. nalized older adults: An empirical
Frazer, C. J., Christensen, H., Griffith, K. study. Aging & Mental Health, 1(14),
M. (2005). Effectiveness of treatments 881–887. doi:
for depression in older people. Medical 10.1080/13607861003801037
Journal of Australia, 182(12), 627-32. Keisari, S., & Palgi, Y. (2017). Life-
Gaggioli, A., Scaratti, C., Morganti, L., crossroads on stage: Integrating life
Stramba‐Badiale, M., Agostoni, M., review and drama therapy for older
Spatola, C. A., & Riva, G. (2014). adults. Aging & mental health, 21(10),
Effectiveness of group reminiscence 1079-1089.
for improving wellbeing of institutio- Latha, K. S., Bhandary, P. V.,Tejaswini, S.,
nalized elderly adults: Study protocol & Sahana, M. (2014). Reminiscence
for a randomized controlled trial. therapy: An Overview. Middle East
Trials, 1(15), 408. doi: 10.1186/1745- Journal of Age and Aging, 11(1), 18-22.
6215-15-408 Lewis. (2006). Counseling older adults
Harper, D. (2019). Online etymology with dementia who are dealing with
dictionary. Diakses dari: death: Innovative interventions for
http://www.etymonline.com/ practitioners. Death Studies, 30(8), 77-
tanggal 21 September 2019 87.
Harrand, A., & Bollstetter, J. (2000). Lin, Y., Dai, Y., & Hwang, S. (2003). The
Developing a community-based effect of reminiscence on the elderly
reminiscence group for the elderly. population: A systematic review.
Clinical Nurse Specialist, 14(1), 17-22. Public Health Nursing, 29(4), 297-306.
Husaini, B. A., Cummings, S., Kilbourne, Maldonado, M. L. M., Martinez, M. V.,
B. , Roback, H., Sherkat, D., Levine, R. Nunez, V. M. M. (2016). Compre-
, & Cain, V. A. (2004). Group therapy hensive gerontological development: a
for depressed elderly women. Inter- positive view on aging. Journal
national Journal of Group Psychotherapy, Gerontology & Geriatric Medicine (2), 1-
54(3), 295-319. 6. doi: 10.1177/2333721416667842
Im., Lee. (2014). Effects of art and music Mosby. (2009). Mosby’s medical dictionary,
therapy on depression and cognitive (8th Ed.). Amsterdam: Elsevier
function of the elderly. Technology and National Guideline Clearinghouse. (2008).
Health Care, 1(22), 453–458. Promoting spirituality in the older adult.
Jones, E. D. (2003). Reminiscence therapy Diakses dari
for older women with depression: http://www.guideline.gov/summary
effects of nursing intervention tanggal 7 Juli 2019.
classification in assistedliving long- Norris, T. (2001). The effectiveness and
term care. Journal of Gerontological perceived effectiveness of simple remi-
Nursing, 29(7), 26–33. niscence therapy involving photographic
Karimi, H., Dolatshahee, B., Momeni, K., prompts for determining life satisfaction
Khodabakhshi, A., Rezaei, M., & in noninstitutionalized elderly persons.
Kamrani, A. A. (2010). Effectiveness of (Disertasi tidak dipublikasikan).
integrative and instrumental

Buletin Psikologi 83
SUSANTO, DKK

Louisiana State University, New dipublikasikan). McMaster University,


Orleans. Canada.
Pinquart, M., Duberstein, P. R., & Lyness, Sulandari. (2009). Bentuk-bentuk produk-
J. M. (2007). Effects of psychotherapy tivitas orang lanjut usia (lansia).
and other behavioral interventions on Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala
clinically depressed older adults: A Psikologi UMS, 11(1), 58-68.
meta‐analysis. Aging & Mental Health, Watt, L. M., & Cappeliez, P. (2000).
11, 645–657. doi: Integrative and instrumental remi-
10.1080/13607860701529635 niscence therapies for depression in
Pinquart, M., & Forstmeier, S. (2012). older adults: Intervention strategies
Effects of reminiscence interventions and treatment effectiveness. Aging &
on psychosocial outcomes: A Mental Health, 4, 166–177. doi:
meta‐analysis. Aging & Mental Health, 10.1080/13607860050008691
16, 541–558. doi: Wheeler, K. (2008). Psychotherapy for the
10.1080/13607863.2011.651434 advanced practice psychiatric nurse. New
Puentes, W. (2002). Simple reminiscence: A York: Mosby.
stress-adaptation model of the Widagdo, P. P. (2016). Pengaruh
phenomenon. Issues in Mental Health kesesuaian teknologi terhadap tugas
Nursing, 23, 497-511. terhadap kinerja individu pada gene-
Rowe, J. W., & Kahn, R. L. (1997). rasi baby boomers (1945-1964) dalam
Successful aging. The Gerontologist, menggunakan teknologi informasi
371(4), 433-440. (Studi kasus: Universitas Mulawar-
Soetjiningsih, C. H. (2018). Potret lansia: man). Jurnal Informatika Mulawarman,
Successful aging. Jakarta: Prenada. 11(2), 54-60.

Soetjiningsih, C. H., Samiyono, D., Wilkinson, J. M. (2012). Nursing diagnosis


Susanto, T. I., Pranandana, W. (2019). with NIC Interventions and NOC
Model pemberdayaan lansia mencapai Outcomes (9th Ed.). New Jersey:
successful aging. Salatiga: SWCU Press. Pearson Prentice Hall.

Stinson, C. (2009). Structured group Wong, P. (2013). What types of reminiscence


reminiscence: An intervention for are associated with successful aging.
older adults. The Journal of Continuing Diakses dari:
Education in Nursing, 40(11), 521-528. http://www.drpaulwong.com/what-
doi: 10.3928/00220124-20091023-10 types-of-reminiscence-are-associated-
with-successful-aging/ tanggal 7 Juli
Stinson, C., & Long, E. M. (2014).
2019.
Reminiscence: Improving the quality
of life for older adults. Geriatric Yen, H. Y., & Lin, L. J. (2018). A systematic
Nursing 35, 399-404 review of reminiscence therapy for
older adults in Taiwan. The Journal of
Strifler, L. (2011). Understanding the concept
Nursing Research, 26(2), 138-150.
of successful aging. (Tesis tidak

84 Buletin Psikologi

You might also like