You are on page 1of 18

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331062601

Pengembangan Teknologi Mikroenkapsulasi Bakteri Probiotik dan


Manfaatnya untuk Kesehatan (TECHNOLOGY DEVELOPMENT OF PROBIOTIC
BACTERIA MICROENCAPSULATION AND IT BENEFIT FOR HEALTHY...

Article · December 2018


DOI: 10.19087/jveteriner.2018.19.4

CITATION READS

1 2,594

4 authors:

Harsi Dewantari Kusumaningrum Tatik Khusniati


Bogor Agricultural University Indonesian Institute of Sciences
63 PUBLICATIONS   986 CITATIONS    30 PUBLICATIONS   81 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Raden HARYO BIMO Setiarto Betty Sri Laksmi Jenie


Indonesian Institute of Sciences Bogor Agricultural University
52 PUBLICATIONS   46 CITATIONS    39 PUBLICATIONS   221 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

LIPI and IPB projects View project

LIPI project and PhD JSPS RONPAKU project View project

All content following this page was uploaded by Raden HARYO BIMO Setiarto on 13 February 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Veteriner Desember 2018 Vol. 19 No. 4 : 1-17
pISSN: 1411-8327; eISSN: 2477-5665 DOI: 10.19087/jveteriner.2018.19.4.
Terakreditasi Nasional, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, online pada http://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet
Kemenristek Dikti RI S.K. No. 36a/E/KPT/2016

Pengembangan Teknologi Mikroenkapsulasi


Bakteri Probiotik dan Manfaatnya untuk Kesehatan
(TECHNOLOGY DEVELOPMENT OF PROBIOTIC BACTERIA
MICROENCAPSULATION AND IT BENEFIT FOR HEALTHY)

Raden Haryo Bimo Setiarto*1,2, Harsi Dewantari Kusumaningrum2,


Betty Sri Laksmi Jenie2, Tatik Khusniati1

Laboratorium Mikrobiologi Pangan, Bidang Mikrobiologi,


1

Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)


Jln Raya Jakarta-Bogor Km 46, Kawasan CSC Cibinong, Jawa Barat, Indonesia
2
Program Studi Ilmu Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, Indonesia
* Email: haryobimo88@gmail.com

ABSTRACT

Probiotic based products are associated with many health benefits. However, the main prob-
lem is the low survival of these probiotic in food products as well as in gastrointestinal tract.
Providing probiotics with a physical barrier is an efficient approach to maintain microorganisms
and to deliver them into the gut. Microencapsulation is one of the most efficient methods, and it
has been under consideration and investigation by some researcher. Generally, the success of
this technology is depend on the quality of the wall material, probiotic strain, the core release
form and the encapsulation method. Therefore, in this review, some relevant microencapsulation
aspects, such as the capsule, wall material, core release forms, encapsulation methods will be
briefly discussed. In this sense, microencapsulation has gained an increasing interest, since it
has been demonstrated that it could protect the destruction of bacteria not only during its pro-
duction process but also during its delivery into gastrointestinal tract, as well as it function as a
protective effects during storage.

Keywords: probiotic; microencapsulation; lactic acid bacteria; protection

ABSTRAK

Produk berbasis probiotik banyak dikaitkan dengan manfaat kesehatan. Permasalahannya


sintasan hidup probiotik ini masih rendah dalam produk pangan dan di saluran pencernaan.
Penyajian probiotik dengan pelindung fisik merupakan pendekatan yang efisien untuk
mempertahankan kehidupan mikroorganisme dan juga mengantarkannya sampai ke dalam usus.
Mikroenkapsulasi adalah salah satu metode yang paling efisien, dan telah mendapat pertimbangan
serta penelitian khusus oleh beberapa peneliti. Keberhasilan teknologi ini secara umum karena
pilihan yang tepat dari bahan mikroenkapsulan, strain probiotik, mekanisme pelepasan probiotik
dan metode enkapsulasi. Dalam review ini dibahas beberapa aspek kriteria mikroenkapsulasi
seperti material probiotik, bahan mikroenkapsulan, karakteristik pelepasan probiotik, metode
mikroenkapsulasi. Minat penelitian terhadap teknologi mikroenkapsulasi terus meningkat, karena
dapat melindungi bakteri probiotik tidak hanya selama proses produksinya tetapi juga selama
pengirimannya ke dalam saluran pencernaan di samping memberikan efek perlindungan selama
penyimpanan.

Kata-kata kunci: probiotik; mikroenkapsulasi; bakteri asam laktat; perlindungan

1
PENDAHULUAN sistem pencernaan adalah mikroen-
kapsulasi.
Probiotik didefinisikan sebagai Mikroenkapsulasi probiotik adalah
mikroorganisme hidup yang bermanfaat suatu proses untuk menahan sel probiotik
bagi kesehatan manusia jika berada dalam dengan suatu membran enkapsulasi baik
jumlah yang cukup dengan meningkatkan dalam bentuk suspensi, emulsi maupun
keseimbangan mikrob di dalam saluran dispersi untuk menghambat pengurangan
pencernaan (Sanders 1998). Sintasan sel bakteri selama proses berlangsung (Sul-
probiotik sangat penting karena tana et al. 2000). Mikroenkapsulasi yang
memberikan efek yang menguntungkan efisien akan meningkatkan sintasan
bagi kesehatan manusia. Jumlah probiotik probiotik terhadap kondisi asam-enzimatik-
diharapkan stabil selama penyimpanan dan empedu pada saluran pencernaan.
pengolahan produk agar tetap bermanfaat Mortazavian et al. (2007) melaporkan bahwa
saat dikonsumsi. Jumlah minimum sel keuntungan mikroenkapsulasi probiotik
probiotik (cfu g-1) dalam produk pangan pada adalah meningkatkan viabilitas dan
saat konsumsi penting untuk memberi stabilitas probiotik serta membantu
efek kesehatan yang menguntungkan memperbaiki sifat sensorik produk.
(preventif maupun terapeutik). Probiotik Teknologi mikroenkapsulasi probiotik
disarankan berada dalam indeks minimum harus memenuhi beberapa kriteria di
of bio-value (MBV) atau jumlah minimal sel antaranya jenis strain probiotik (core),
probiotik (Mortazavian et al., 2007). Menurut bahan mikroenkapsulan (coating),
rekomendasi International Dairy Federation mekanisme dan karakeristik pelepasan
(IDF), indeks ini harus di atas 107 cfu g-1. probiotik (release) serta metode
Terlepas dari indeks MBV, asupan harian mikroenkapsulasi yang tepat (Burgain et
dari setiap produk makanan juga al., 2011). Polimer mikroenkapsulan
ditentukan untuk efektivitas probiotik. bertindak sebagai film pelindung yang
Jumlah minimum dari indeks yang mengisolasi probiotik dari berbagai kondisi
terakhir telah direkomendasikan sebagai lingkungan maupun proses yang tidak
asupan harian sekitar 10 9 sel per hari memadai sehingga probiotik dapat
(Mortazavian et al., 2007). Badan dilepaskan di kolon pada waktu yang ideal
Pengawasan Obat dan Makanan, Amerika (Suave 2006). Mekanisme utama yang
Serikat merekomendasikan jumlah mini- terlibat dalam pelepasan probiotik adalah
mum probiotik yaitu sebesar 106 CFU/mL difusi, penggunaan pelarut (disolusi),
(Bhadoria dan Mahapatra, 2011). degradasi (rupture) oleh pH, suhu, enzim
Berbagai laporan menunjukkan dan tekanan. Kombinasi lebih dari satu
terjadinya penurunan sintasan probiotik mekanisme pelepasan juga sangat lazim
yang hidup dalam produk yang mengandung untuk diaplikasikan (Ding dan Shah, 2007).
sel probiotik bebas tanpa enkapsulasi. Sul- Mikroorganisme probiotik yang paling
tana et al. (2000) melaporkan bahwa banyak digunakan adalah strain Lactobacil-
viabilitas probiotik tanpa enkapsulasi lus dan Bifidobacteria (Solanki et al., 2013).
mengalami penurunan sebesar 1 log CFU/ Lactobacillus acidophilus dan L. plantarum
mL selama delapan minggu penyimpanan termasuk bakteri probiotik yang mampu
dingin. Jumlah probiotik tanpa enkapsulasi melewati berbagai hambatan hingga ke
juga menurun sebesar 1-5 log CFU/mL usus dalam keadaan hidup seperti asam
setelah melewati kondisi asam (pH 2) dan lambung, enzim pencernaan, dan garam
konsentrasi garam empedu 2% sebagai empedu (Arief et al., 2010; Sulistiani et al.,
simulasi kondisi lambung dan usus halus 2018). Bakteri probiotik tersebut
pada saluran pencernaan (Sultana et al., memproduksi berbagai zat metabolit,
2000). Ketersediaan probiotik dengan seperti asam organik, hidrogen peroksida,
pelindung fisik sangat diperlukan untuk bakteriosin yang dapat menghambat
mempertahankan kehidupan probiotik dan pertumbuhan bakteri patogen (Arief et al.,
melawan kondisi lingkungan yang buruk 2014). L.acidophilus dan L. plantarum
(Kailasapathy 2006). Salah satu teknik mempunyai ketahanan terhadap asam
untuk mempertahankan sintasan probiotik lambung artifisial dengan pH 2,5 selama
selama pengolahan hingga mencapai tiga jam dan bakteriosin yang dihasilkan

2
tetap aktif pada pH 3 sampai pH 10 (Astawan digunakan sebagai probiotik disajikan pada
et al., 2011, Sulistiani et al., 2018). Tabel 1.
Keberadaan asam laktat yang dihasilkan, Perbedaan antara bakteri asam laktat
bakteri ini mampu meningkatkan efisiensi yang termasuk probiotik dengan bakteri
penyerapan kalsium, besi, dan fosfor (Arief asam laktat yang bukan probiotik adalah
et al., 2015). Dalam review ini dibahas bakteri probiotik unggul dalam penyerapan
beberapa aspek mikroenkapsulasi probiotik nutrien dan sisi penempelan pada sel epitel
yang relevan, seperti strain bakteri usus serta kemampuannya dalam
probiotik (core), bahan mikroenkapsulan menstimulasi sistem imunitas dan
(coating), mekanisme pelepasan probiotik mengubah aktivitas metabolisme mikrob
(release), metode enkapsulasi dan manfaat dalam saluran pencernaan (Sulistiani
probiotik untuk kesehatan. 2018). Mekanisme kerja probiotik dalam
membentuk proteksi terhadap bakteri
Strain Bakteri Probiotik patogen adalah menempel dan membuat
Bhadoria dan Mahapatra (2011) kolonisasi pada usus, yang dapat menekan
menyatakan bahwa probiotik memiliki pertumbuhan atau invasi epitel oleh bakteri
beberapa kriteria yang harus dipenuhi, patogen (Antarini 2011). Menurut Susanti
antara lain :1) Bersifat non patogenik dan et al. (2007) sebagian besar bakteri asam
mewakili mikrobiota normal pada usus laktat tidak hanya tumbuh lebih lambat
inangnya, serta masih aktif pada kondisi pada pH rendah, tetapi mungkin juga
asam lambung dan konsentrasi garam mengalami kerusakan dan hilangnya
empedu yang tinggi dalam usus halus; 2) viabilitas jika selnya berada pada kondisi
Dapat tumbuh dan bermetabolisme dengan pH rendah. Kondisi asam dapat
cepat serta terdapat dalam jumlah tinggi mengakibatkan kerusakan membran dan
dalam usus halus; 3) Mampu lepasnya komponen intraseluler yang dapat
mengkolonisasi pada beberapa bagian menyebabkan kematian. Bakteri yang
saluran usus inangnya; 4) Dapat tahan asam memiliki ketahanan yang
memproduksi asam-asam organik secara lebih besar terhadap kerusakan membran
efisien dan memiliki sifat antimikrob akibat penurunan pH ekstraseluler
terhadap patogen; 5) Mudah diproduksi, dibandingkan dengan bakteri yang tidak
mampu tumbuh dalam sistem produksi tahan terhadap asam. Garam empedu
skala besar, dan hidup selama kondisi berpengaruh terhadap permeabilitas sel
penyimpanan. Spesies mikrob yang umum bakteri. Sel bakteri asam laktat yang tahan

Tabel 1. Spesies mikrob yang digunakan sebagai probiotik (Burgain et al., 2011)

Bakteri Asam Laktat


Bukan spesies BAL
Lactobacillus Bifidobacterium Spesies lainnya

L. acidophilus B. adolescentis Enterococcus faecalis Bacillus cereus var. toyoi


L. casei B. animalis Enterococcus faecium Esceherechia coli Nissle
1917
L. amylovirus B. bifidum Lactococcus lactis Propionibacterium
freudenreichi
L. delbrueckii B. breve Leuconostoc Saccharomyces
subsp bulgaricus mesenteroides cerevisiae
L. gallinarum B. infantis Pediococcus acidolactici Saccharomyces boulardi
L. gasseri B. lactis Streptococcus thermophillus
L. johnsonni B. longum Sporolactobacillus inulinus
L. paracasei
L. plantarum
L. reuteri
L. rhamnosus

3
terhadap garam empedu, bila diinkubasi kapsul (Gambar 1). Sebagai contoh,
pada larutan oxgal masih terjadi emulsifikasi memungkinkan produksi
pertumbuhan dan tidak mengalami lisis, berbagai ukuran partikel yang luas dari 0,2
namun mengalami peningkatan kebocoran hingga 5000 μm sedangkan, ekstrusi
materi intraselular. Pada bakteri yang tidak memberikan ukuran kisaran yang lebih
tahan garam empedu perubahan kecil tetapi tidak memberikan partikel di
permeabilitas sel dan kebocoran materi bawah 300 μm. Pada Gambar 1 disajikan
intaselular lebih besar sehingga sel mati berbagai jenis partikel yang diperoleh (tipe
karena lisis (Sulistiani 2018). matriks maupun reservoir) oleh masing-
masing metode.
Bahan Mikroenkapsulan Bahan mikoenkapsulan probiotik yang
Secara umum kapsul dapat diklasi- ideal harus memiliki karakteristik sebagai
fikasikan menurut ukurannya: makro- berikut: stabil dan tidak reaktif dengan
kapsul (di atas 5.000 ìm), mikrokapsul (0,2 bakteri probiotik; kemampuan untuk
hingga 5.000 ìm) dan nanokapsul (di bawah menyegel dan mempertahankan probiotik
0,2 ìm). Berbagai jenis material enkapsulat di dalam struktur mikrokapsul; fleksibilitas
dapat ditemukan dalam bentuk tipe reser- dan memiliki kemampuan untuk
voir dan tipe matriks. Enkapsulat tipe res- memberikan perlindungan maksimum
ervoir memiliki cangkang di sekitar bahan terhadap bakteri probiotik dalam kondisi
inti dan inilah sebabnya ia juga bisa disebut buruk; dapat diterima secara sensorik dan
kapsul. Dalam kasus enkapsulat tipe ekonomis (Gharsallaoui et al., 2007; Nazzaro
matriks, bahan inti terdispersi pada bahan et al., 2012). Menurut Fávaro-Trindade et al.
enkapsulan dan juga dapat ditemukan di (2008), bahan mikroenkapsulan dapat
permukaan. Kombinasi dari kedua jenis dipilih dari berbagai polimer alam dan
enkapsulat ini memberikan jenis kapsul sintetis, di antaranya a) Karbohidrat: pati,
ketiga: matriks dengan komponen bahan pati termodifikasi, dekstrin, pektin,
inti dilindungi oleh lapisan mantel (coating) sukrosa, selulosa, kitosan, mucin, gum
(Zuidam dan Shimoni, 2010). Enkapsulasi arab, alginate, karboksi metil selulose,
memberikan struktur yang meningkatkan karagenan; b) Lipid: lilin, parafin,
sifat fungsional dan sistem yang inovatif monogliserida dan digliserida, minyak dan
untuk produk probiotik. Teknologi lemak terhidrogenasi; c) Bahan anorganik:
enkapsulasi sel probiotik berevolusi dari selulose asetat phtalate, kalsium sulfat dan
teknologi kultur sel terimobilisasi yang silikat; d) Protein: susu, gluten, kasein,
digunakan dalam industri bioteknologi gelatin, whey, albumin.
(Champagne dan Fustier, 2007; Zuidam dan
Shimoni, 2010). Beberapa teknologi dapat Karakteristik Pelepasan Probiotik
diterapkan untuk enkapsulasi probiotik dan Terenkaspulasi
masing-masing menyediakan mikrokapsul Teknik mikroenkapsulasi harus
dengan karakteristik yang berbeda dalam memungkinkan probiotik untuk diisolasi
hal ukuran ukuran partikel dan jenis dari lingkungan eksternal sampai

Gambar 1. Representasi skematik sistem enkapsulasi: (a) Tipe Reservoir, (b) Tipe
Matriks, dan (c) Tipe Matriks Berlapis (Sumber: Burgain et al. 2011)

4
Tabel 2. Matriks mikroenkapsulan yang diproduksi dengan teknik spray drying yang
berbeda

5
dilepaskan ke lokasi target pelepasan yang C dan pH secara otomatis dikontrol untuk
diinginkan (Gouin 2004). Difusi terjadi mempertahankan nilai pH lambung dan
ketika tingkat pelepasan probiotik diatur usus. Semua reaktor terus menerus di-
oleh sifat fisikokimia dinding maupun aduk, dan media kultur steril diumpankan
membran sel probiotik dan beberapa sifat ke reaktor lambung oleh pompa peristaltik
fisikokimia bahan mikroenkapsulan. Pada yang secara berurutan memasok reaktor
mekanisme difusi, bahan mikroenkapsulan usus (Gbassi dan Vandamme., 2012).
mengikat air sehingga menyebabkan bahan Menurut Rosen (2006), pelepasan
mengembang dan meningkatkan porositas probiotik dari bahan mikroenkapsulan
membran mikroenkapsulan sehingga sel dapat terjadi ketika enzim seperti amilase,
probiotik dapat terlepas (Ding dan Shah, protease dan lipase menghidrolisis pati, pro-
2008). Disolusi adalah pelepasan probiotik tein maupun lipid. Ketika kontak dengan
akibat penggunaan pelarut tertentu yang pelarut, bahan mikroenkapsulan dapat larut
sesuai dengan viskositas dan sifat sepenuhnya, sehingga dengan cepat dapat
kelarutan bahan mikroenkapsulan melepaskan probiotik ke lokasi target
(Azeredo 2005). Mekanisme rupture (Frascareli et al. 2012). Pelepasan probiotik
(degradasi) pada pelepasan prebiotik sangat dari bahan mikroenkapsulan dapat terjadi
dipengaruhi oleh interaksi bahan karena perubahan pH sehingga
mikroenkapsulan pada paparan pH, enzim, menghasilkan perubahan dalam kelarutan
suhu dan tekanan pada waktu tertentu. bahan mikroenkapsulan yang
Faktor yang memengaruhi pelepasan memungkinkan pelepasan probiotik.
probiotik dari bahan mikroenkapsulan Mikroorganisme probiotik dapat
adalah interaksi antara bahan dimikroenkapsulasi untuk menahan pH
mikroenkapsulan dan bakteri probiotik, asam lambung dan hanya dilepaskan dalam
viabilitas probiotik, rasio antara probiotik kondisi pH alkalin di usus (Toldrá dan
dan bahan mikroenkapsulan, ukuran Reig,2011). Perubahan suhu juga dapat
partikel dan tingkat viskositas bahan mendorong pelepasan probiotik dari bahan
mikroenkapsulan (Ding dan Shah, 2007). mikroenkapsulannya. Ada dua konsep yang
Dalam pengujian pelepasan probiotik berbeda yaitu: a) pelepasan suhu-sensitif,
terenkapsulasi, sangat penting untuk disediakan untuk bahan yang dapat
memeriksa dua kondisi yaitu harus mengembang atau runtuh ketika suhu
dipastikan bahwa material enkapsulan kritis tercapai, dan b) pelepasan yang dipicu
probiotik bersifat resisten di dalam media fusi, yang melibatkan peleburan bahan
yang mensimulasikan cairan lambung, dan mikroenkapsulan karena kenaikan suhu
kemudian memastikan bahwa probiotik (Park dan Maga, 2006). Pelepasan probiotik
terenkapsulasi dapat dilepaskan dalam karena pengaruh tekanan terjadi ketika
media yang mensimulasikan cairan usus tekanan diterapkan ke dinding
(Gbassi dan Vandamme, 2012). Model mikroenkapsulan (Wong et al., 2009).
eksperimental yang mensimulasikan
saluran pencernaan telah mengevaluasi Teknik Mikroenkapsulasi Probiotik
toleransi probiotik terhadap media asam, Sebelum memilih salah satu teknologi
empedu dan enzim. Umumnya ada dua jenis mikroenkapsulasi menurut Zuidam dan
model eksperimental, yang dikenal dengan Shimoni (2010) industri harus
nama model konvensional dan model memperhitungkan beberapa aspek berikut:
dinamis. Model dinamis berbeda dari model (a) Kondisi viabilitas probiotik; (b) Kondisi
konvensional karena semi-otomatis. Model pengolahan pangan yang digunakan; (c)
konvensional mensimulasikan kondisi di Kondisi penyimpanan dari produk pangan
lambung maupun usus. Simulasi model probiotik terenkapsulasi sebelum
konvensional terdiri dari reaktor tunggal digunakan konsumen; (d) Ukuran dan
(wadah kaca) yang mengandung cairan densitas partikel yang dibutuhkan untuk
lambung simulasi atau cairan usus formulasi dalam produk pangan; (e)
simulasi. Model dinamis terdiri dari Mekanisme pemicu dan pelepasan probiotik
serangkaian reaktor dengan volume terenkaspsulasi; (f) Biaya produksi.
masing-masing untuk lambung dan usus, Pemilihan metode yang paling sesuai
dalam hal ini suhu dipertahankan pada 37° tergantung pada jenis strain probiotik,

6
aplikasi untuk mikrokapsul, ukuran sejumlah besar minyak (fase kontinyu).
partikel yang dibutuhkan, sifat fisik dan Campuran dihomogenisasi untuk
kimia probiotik dan dinding, mekanisme membentuk emulsi air dalam minyak.
pelepasan yang diperlukan, skala produksi Setelah emulsi air dalam minyak
dan biaya (Suave 2006). Beberapa metode terbentuk, polimer yang larut dalam air
enkapsulasi probiotik adalah ekstrusi, tidak dapat dipulihkan (cross-linked) untuk
emulsi, fluid bed, enkapsulasi protein ren- membentuk partikel dalam fase minyak
net-gel, spray drying, freeze drying, sistem (Heidebach et al. 2012). Manik-manik
hibridisasi, Impinging aerosol technology, tersebut kemudian dipanen dengan filtrasi.
electrospinning. Ukuran manik-manik dikontrol dengan
kecepatan agitasi, dan dapat bervariasi
Teknik Ekstrusi antara 25 ìm dan 2 mm. Untuk aplikasi di
Teknik ekstrusi adalah metode yang bidang pangan, minyak nabati digunakan
paling populer karena sederhana, mudah sebagai fase kontinu. Beberapa penelitian
dilakukan, biaya rendah dan kondisi telah menggunakan minyak parafin putih
formulasi lembut yang menjamin viabilitas dan minyak mineral putih. Emulsi juga
sel menjadi leebih tinggi (Krasaekoopt et al. ditambahkan untuk membentuk emulsi
2003). Teknik ini melibatkan persiapan yang lebih baik, karena pengemulsi
larutan hidrokoloid, penambahan menurunkan tegangan permukaan,
mikroorganisme, dan ekstrusi suspensi sel menghasilkan partikel yang lebih kecil
melalui jarum syringe. Tetesan tersebut (Krasaekoopt et al. 2003).
diteteskan ke larutan pengeras (Heidebach
et al. 2012). Jika pembentukan tetesan Fluid Bed
terjadi dengan cara yang terkendali Dalam proses ini, suspensi sel disem-
(bertentangan dengan penyemprotan) protkan dan dikeringkan pada pembawa in-
teknik ini dikenal dengan istilah prilling. ert menggunakan sistem fluid bed berbasis
Hal ini dilakukan dengan pulsasi jet atau Wurster. Keuntungan dari proses ini adalah
getaran nosel. Penggunaan koaksial-aliran kontrol total atas suhu dan biaya sebanding
atau medan elektrostatik adalah teknik yang lebih rendah. Kelemahannya adalah
umum lainnya untuk membentuk butiran teknologi ini sulit dikuasai dan memiliki
kecil. Bidang elektrostatik diaplikasikan durasi yang relatif lebih lama. Sebelum
sehingga gaya elektrostatik akan mengering, dibutuhkan kultur probiotik
mengganggu permukaan cairan pada ujung terenkapsulasi dalam bahan pendukung
jarum, membentuk aliran tetesan kecil seperti susu skim kalsium alginat atau
yang bermuatan. Metode ini tidak lemak (Buch et al. 2009). Stummer et al.
memerlukan pelarut organik dan mudah (2010) menggunakan natrium alginat,
mengendalikan ukuran manik-manik hidroksipropil metilselulosa, dan
dengan memvariasikan potensi aplikasi. polivinilpirolidon sebagai polimer yang larut
Produksi massal manik-manik dapat dalam air, dan gliserol serta gliseril triasetat
dicapai dengan sistem multi-nosel atau sebagai plastisizer. Teknik fluidized bed
menggunakan cakram yang berputar. mudah untuk dilakukan scale up. Alasan
Proses lainnya adalah ekstrusi sentrifugal ini yang membuat teknik ini sebagai salah
yang terdiri dari sebuah proses koekstrusi. satu teknologi enkapsulasi yang paling
Teknik ini menggunakan nosel dengan banyak diterapkan secara komersial
lubang konsentris yang terletak di lingkar terhadap probiotik. Beberapa perusahaan
luar silinder putar. Bahan inti dipompa telah mengembangkan produk yang
melalui lubang dalam dan bahan cangkang menggunakan Probiocap® dan Duaolac ®
cair melalui lubang luar. Saat sistem (Burgain et al. 2011). Hal ini dapat diadaptasi
berputar, batang yang diekstrusi pecah untuk memberi lapisan multilayer juga.
menjadi tetesan yang membentuk kapsul Champagne et al. (2010) menggunakan
(Kailasapathy 2002). metode ini dengan menerapkan lapisan
dengan dua lemak berbeda.
Teknik Emulsi
Dalam teknik ini, fase terputus-putus Enkapsulasi Protein Rennet-Gel
(suspensi polimer sel) ditambahkan ke Mikrokapsul dapat diproduksi dengan

7
menggunakan enzim yang layak beku untuk melindungi kelangsungan
diaplikasikan dalam bahan pangan (rennet) hidup probiotik selama dehidrasi, seperti
dan larutan protein susu berair. Rennet susu bubuk skim, protein whey, glukosa,
adalah kompleks enzim proteolitik, yang maltodekstrin, dan trehalosa. Krioprotektan
mampu membelah molekul ´-kasein, yang dapat ditambahkan ke media sebelum
menghasilkan agregasi kasein pada misel. fermentasi untuk membantu adaptasi dari
(Heidebach et al. 2009). Ikatan silang non- probiotik ke lingkungan (Basholli-Salihu et
kovalen kemudian terbentuk secara al. 2014; Capela et al. 2006). Mekanisme
progresif antara rantai misel flokulasi krioprotektan adalah mengurangi
untuk membentuk gel akhir di atas suhu perbedaan osmotik antara internal dan
18°C (Bansal et al. 2007). Mikrokapsul ini lingkungan eksternal (Kets et al. 1996).
layak diaplikasikan pada bakteri probiotik,
tanpa kehilangan sel yang signifikan Kering Semprot (Spray Drying)
selama proses enkapsulasi. Kelangsungan Pengeringan semprot (spray drying)
hidup sel yang dapat dienkapsulasi adalah metode mikroenkapsulasi yang pal-
mungkin dapat dijelaskan dengan nilai pH ing umum digunakan dalam industri
lokal yang lebih tinggi di dalam matriks pro- makanan karena bersifat ekonomis dan
tein kapsul yang disebabkan oleh kapasitas fleksibel. Konsumsi energi pengeringan
buffer protein. Senyawa ini dapat semprot adalah 6-10 kali lebih rendah
melindungi sel selama inkubasi di bawah dibandingkan dengan pengeringan beku
kondisi simulasi lambung pada pH rendah. dan menghasilkan produk yang berkualitas.
Selanjutnya, protein ini mengurangi Prosesnya melibatkan dispersi bahan inti,
kelayakan untuk mengendalikan ukuran membentuk emulsi atau dispersi, diikuti
kapsul menjadi mikrokapsul, yang sangat homogenisasi cairan, dan kemudian
penting berkaitan dengan dampak sensorik atomisasi campuran ke dalam ruang
partikel pada produk akhir. Untuk semua pengeringan. Hal ini menyebabkan
alasan itu, teknik ini nampaknya menjadi penguapan pelarut. Penting untuk
pendekatan yang cocok untuk aplikasi digarisbawahi bahwa dalam teknik ini,
probiotik yang lebih efektif dalam bahan umpan produk, aliran gas, dan suhu harus
pangan. dikendalikan. Keuntungan dasar dari proses
Kering Beku (Freeze Drying) ini adalah dapat dioperasikan secara terus
Pengeringan beku telah digunakan menerus. Kelemahannya adalah suhu
untuk memproduksi serbuk probiotik tinggi yang digunakan dalam proses
selama beberapa dekade, namun kombinasi mungkin tidak sesuai untuk mengenkap-
pengeringan beku dan enkapsulasi sulasi kultur bakteri probiotik. Pada titik
merupakan konsep yang relatif baru. ini, suhu keluaran lebih besar dari 85-90
Prosesnya didasarkan pada sublimasi, °C sehingga dapat mematikan untuk
terjadi dalam tiga fase; pembekuan, primer, bakteri probiotik. Terlihat bahwa pada
dan pengeringan sekunder. Biasanya, sel kondisi suhu inlet yang sama, laju umpan
pertama dibekukan dan kemudian inlet yang lebih tinggi memiliki suhu
dikeringkan dengan sublimasi di bawah keluaran yang lebih rendah dan tingkat
vakum tinggi (Santivarangkna et al., 2007). kelangsungan hidup yang meningkat. Hal
Seperti kondisi pengolahannya yang terkait ini menunjukkan bahwa kelangsungan
dengan pengeringan beku lebih ringan hidup sel paling banyak terjadi tergantung
daripada pengeringan semprot, tingkat pada suhu luaran. Kerusakan panas
kelangsungan hidup probiotik yang lebih membran sel adalah salah satu kerusakan
tinggi biasanya dapat dicapai (Wang et al., target yang paling rentan selama
2004). Dalam teknik ini, pelarut dibekukan pengeringan semprot. Suhu tinggi selama
dan dikeluarkan melalui sublimasi (Solanki pengeringan semprot menyebabkan pori-
et al., 2013). Pembekuan menyebabkan pori seluler dari intraseluler sel mengalami
kerusakan pada membran sel karena kebocoran (Anekella dan Orsat, 2013).
pembentukan kristal dan menyebabkan Namun, penyesuaian dan kontrol yang tepat
kondisi stres dengan osmolaritas tinggi. terhadap kondisi pemrosesan seperti inlet
Berbagai pelindung telah ditambahkan ke dan suhu luaran dapat mencapai kultur
media pengeringan sebelum pengeringan bakteri enkapsulasi yang layak dengan

8
distribusi ukuran partikel yang diinginkan. paracasei. Partikel ini mampu memperta-
Faktor lain yang memengaruhi viabilitas hankan viabilitas tinggi selama tahap
probiotik semprot kering adalah jenis penyemprotan, pembekuan, dan
regangan dan toleransi terhadap kondisi pengeringan.
stres, pembawa, suhu pengeringan dan
waktu pemaparan terhadap panas (sebelum Ultrasonic Vacuum Spray Dryer
proses pengeringan semprot) dan aktivitas Suatu teknik yang didasarkan pada
air serta kondisi penyimpanan (setelah pengeringan semprot yang meminimalkan
proses pengeringan semprot). tegangan termal dan oksidatif selama
proses pengeringan telah dikembangkan.
Kombinasi Freeze dan Spray Drying Sistem ini menggunakan nosel ultrasonik,
Metode kombinasi freeze dan spray dry- suhu rendah dan atmosfir vakum di ruang
ing menggabungkan langkah-langkah kering. Semyonov et al. (2011) melaporkan
pemrosesan yang biasa dilakukan untuk bahwa campuran maltodekstrin dan
pengeringan beku dan pengeringan trehalosa dipilih sebagai bahan matriks,
semprot. Sel probiotik berada dalam larutan karena seperti yang ditunjukkan
yang dikabutkan menjadi fase uap dingin sebelumnya, komponen ini dapat
dari cairan kriogenik seperti nitrogen cair. meningkatkan kelangsungan hidup dengan
Langkah ini menghasilkan dispersi tetesan mempertahankan integritas membran sel
beku. Butiran beku kemudian dikeringkan probiotik selama pengeringan dan
dalam pengering beku (Amin et al. 2013). penyimpanan serta mempromosikan efek
Teknik ini menghadirkan berbagai menstabilkan protein bakteri. Hasilnya
kelebihan, seperti memberi ukuran menunjukkan bahwa kombinasi protein
terkontrol dan luas permukaan spesifik dan karbohidrat berkontribusi terhadap
yang lebih tinggi dari kapsul hasil retensi viabilitas tinggi setelah
pengeringan semprot. Selain itu, kapsul pengeringan semprot dan perpanjangan
dapat dilapisi oleh shell tambahan dengan tingkat ketahanan hidup bakteri probiotik
menggunakan metode manik-manik fluida selama penyimpanan.
untuk memberikan perlindungan terhadap
kondisi lingkungan yang merugikan Sistem Hibridisasi
(Semyonov et al., 2010). Namun, proses ini Sistem hibridisasi adalah teknik
juga memiliki beberapa kekurangan mikroenkapsulasi kering, terdiri dari rotor
termasuk penggunaan energi tinggi, waktu berputar berkecepatan tinggi dengan enam
proses yang panjang dan biayanya 30-50 kali bilah, stator, dan sirkuit resirkulasi serbuk.
lebih mahal dari pengeringan semprot Campuran serbuk (partikel induk dan tamu)
(Zuidam dan Shimoni, 2010). yang ditempatkan di kapal yang dikenai
Semyonov et al. (2010) menggunakan impaksi tinggi dalam aliran udara yang
dinding matriks berupa maltodekstrin yaitu dihasilkan oleh pisau yang berputar dengan
suatu polisakarida yang berkontribusi kecepatan tinggi. Selama proses, partikel
dalam mengurangi mobilitas sel pada fase membentuk campuran yang dipesan dengan
glass. Komponen matriks lainnya adalah menyematkan atau memfilmkan partikel
disakarida dan trehalosa, yang bertindak tamu ke permukaan partikel inang. Sistem
sebagai eksipien pelindung, yang mampu hibridisasi menghasilkan hasil mikrokap-
memperbaiki viabilitas sel selama sul tinggi dan meminimalkan kerusakan
pembekuan (krioprotektan), pengeringan bakteri akibat panas dengan menggunakan
beku, dan juga selama penyimpanan sistem pendingin yang mempertahankan
bakteri kering. Trehalose diketahui suhu di bawah 30°C (Takafumi et al., 1993).
menciptakan ikatan hidrogen dengan pro- Beberapa zat prebiotik telah diuji dengan
tein dan kelompok kepala kutub lipida pada teknik ini seperti sorbitol, manitol,
membran sel sehingga mampu mencegah laktulosa, xilitol, inulin, fruktooligoskarida,
kerusakan struktural selama dehidrasi. dan rafinosa. Hasilnya menunjukkan
Semyonov et al. (2010) membuktikan bahwa bahwa mikroenkapsulasi ganda dengan
kombinasi Freeze dan Spray Drying adalah hibridisasi berguna untuk memberi efek
proses yang tepat untuk menghasilkan probiotik secara efektif bagi manusia (Ann
mikrokapsul kering dengan Lactobacillus et al., 2007).

9
Impinging Aerosol Technology besar dalam kelangsungan hidup sel bila
Teknologi ini menggunakan dua aero- dibandingkan dengan struktur pullulan
sol terpisah. Satu dengan suspensi mikrob (López-Rubio et al., 2012).
dalam larutan alginat dan yang lainnya
dengan kalsium klorida. Campuran alginat
disuntikkan dari atas silinder, sementara PEMBAHASAN
itu kalsium klorida disuntikkan dari bagian
pangkal. Teknologi ini menghasilkan algi- Probiotik dapat menghasilkan efek
nate microbeads dengan rataan diameter menguntungkan bagi kesehatan jika
kurang dari 40 ìm (Sohail et al., 2011). terdapat dalam jumlah yang cukup di usus.
Karena tidak ada panas atau pelarut yang Probiotik telah digunakan untuk mengatur
digunakan, teknologi aerosol yang konsentrasi glukosa. Mikroorganisme
menimpanya sangat cocok untuk probiotik diketahui memiliki efek kese-
mengenkapsulasi bahan pelarut panas dan hatan dalam mengurangi kadar kolesterol
bahan pelarut sensitif. Selain itu, teknik (Bhatia et al., 2012) dan imunomodulasi
ini memiliki kapasitas produksi dalam (Kumar et al., 2011). Penelitan Bhatia et al.,
jumlah besar dan mikrob bisa dikering (2013) menggunakan Lactobacillus (LB10)
semprotkan atau dikering bekukan. Sohail terenkapsulasi yang diisolasi dari susu
et al. (2011) menunjukkan bahwa mikrob kerbau dan bakteri probiotik komersial dari
yang diperoleh dengan menabrak teknologi LeeBiotic Capsule (LCap) telah menunjuk-
aerosol dan manik-manik makro yang kan bahwa probiotik terenkapsulasi
diekstrusi (diameter sekitar 2 mm) mampu memiliki khasiat yang lebih baik sebagai
menawarkan perlindungan serupa terhadap agen antidiabetes dibandingkan probiotik
Lactobacillus rhamnosus GG dalam studi yang tidak terenkapsulasi. Mikropartikel
ketahanannya atas asam lambung dan disiapkan dengan menggunakan teknologi
empedu. ekstrusi. Pada kelompok yang diberi bakteri
probiotik (LB10) dan (LCap) tidak
Electrospinning terenkapsulasi menunjukkan penurunan
Penggunaan gabungan dua teknik yaitu kadar glukosa yang diamati adalah 37,85%
electrospray dan spinning dibuat dengan dan 36,50%. Sementara itu kelompok yang
teknik yang sangat serbaguna yang disebut menerima bakteri probiotik LB10
electrospinning. Dalam teknik ini, medan terenkapsulasi dan probiotik komersial
listrik tinggi diterapkan pada cairan yang terenkapsulasi mampu menurunkan kadar
mungkin berupa lelehan atau larutan yang glukosa sebesar 41,84% dan 40,97%. Hasil
keluar dari ujung die, yang bertindak penelitian menunjukkan bahwa bakteri
sebagai salah satu elektroda. Hal ini probiotik yang dienkapsulasi dengan teknik
menyebabkan deformasi tetesan dan ekstrusi mampu menurunkan kadar
akhirnya terjadi pengusiran jet bermuatan glukosa menjadi normal dalam waktu 14
dari ujung menuju elektroda counter yang hari. Glibenklamid mengurangi kadar
mengarah ke pembentukan serat kontinu. glukosa dalam tujuh hari. Namun, obat ini
Kelebihan teknik electrospinning adalah menciptakan kondisi hipoglikemik. Hasil
produksi serat atau kapsul yang sangat tipis ini menunjukkan bahwa teknologi
dengan urutan beberapa nanometer dengan mikroenkapsulasi meningkatkan sintasan
luas permukaan yang besar. Selain itu, probiotik dalam kondisi saluran pencernaan
kemungkinan produksi berskala besar dan menghasilkan zat yang signifikan
dikombinasikan dengan kesederhanaan untuk menurunkan kadar glukosa darah
proses membuat teknik ini sangat menarik total.
untuk berbagai aplikasi (Agarwal et al., Probiotik mampu mengkonversi asam
2008). Dalam hal ini, enkapsulasi bakteri linoleat (LA) menjadi asam linoleat
probiotik telah dilakukan melalui terkonjugasi (CLA). Asam lemak ini telah
electrospinning menggunakan matriks terbukti memiliki aktivitas antihi-
berbasis protein (konsentrat protein whey) perkolesterolemia (Schlegel et al., 2012).
dan matriks berbasis karbohidrat (pullulan). Hasil yang diperoleh Bhatia et al., (2012),
Peningkatan konsentrasi whey protein telah menunjukkan bahwa Lactobacillus sp.
membuktikan peningkatan yang lebih terenkapsulasi dan tidak terenkapsulasi

10
(diisolasi dari susu kerbau) dan juga obat dengan bahan enkapsulan lain seperti gum
(Atorvastatin) mampu mengurangi kadar arab, inulin, dan galaktooligosakarida
kolesterol. Mikropartikel dikembangkan (GOS), dengan perbandingan 5:1. Hasil ini
dengan menggunakan proses ekstrusi. mengusulkan pengembangan produk
Persentase penurunan kadar kolesterol probiotik serbuk jambu biji menggunakan
oleh probiotik terenkapsulasi tidak berbeda maltodekstrin atau maltodekstrin dan GOS
nyata dengan yang diperoleh dalam dengan teknik mikroenkapsulasi pengering
pengobatan Atorvastatin pada tikus. semprot.
Menurut Bhatia et al. (2012), hasil ini Jati et al. (2015) melaporkan bahwa
karena bakteri yang dienkapsulasi mikroenkapsulasi dengan teknik emulsi
membutuhkan waktu yang lebih lama menggunakan natrium alginat dan minyak
untuk mengerahkan efeknya karena kedelai dilakukan terhadap dua galur
dilepaskan dengan cara yang lebih lambat probiotik yaitu L. acidophilus 2B4 dan L.
namun tetap dipertahankan daripada rhamnosus R23 untuk pembuatan dodol
bakteri yang tidak terenkapsulasi. sirsak probiotik. Mikroenkapsulasi dengan
Teknik enkapsulasi probiotik telah teknik emulsi menghasilkan sintasan yang
diterapkan pada berbagai produk pangan tinggi (95-96%) pada kedua galur probiotik
seperti yogurt, susu, es krim, keju, dodol Lactobacillus sp. Mikroenkapsulasi dapat
sirsak, sari buah nanas, minuman serbuk memperbaiki sintasan probiotik secara
buah jambu biji, selai salak (Purnasari et signifikan selama pemaparan panas (60, 65,
al., 2015; Ningtyas et al., 2015; Jati et al., dan 70°C, selama 20 menit), pH rendah (pH
2015). Seleksi ini sekarang berkembang 2) dan garam empedu (0,5%). Kedua galur
menjadi jus buah, kue dan cokelat. probotik terenkapsulasi yang diaplikasikan
Pengakuan aplikasi baru dengan matriks dalam dodol sirsak juga lebih stabil selama
makanan dapat berinteraksi dengan penyimpanan dodol sirsak dalam jumlah
probiotik yang dikemas membutuhkan yang diperlukan (6 Log CFU g-1) masing-
penelitian lebih lanjut. Perusahaan yang masing selama tiga dan dua minggu
menggunakan teknik enkapsulasi probiotik dibandingkan kontrol (dodol sirsak dengan
dalam proses produksinya membutuhkan penambahan probiotik bebas) yang hanya
keahlian lebih lanjut untuk dapat bertahan selama kurang dari satu minggu
memperkirakan aplikasi komersial yang (4,3 Log CFU g-1 untuk L. acidophilus 2B4
paling menjanjikan. Dua kandidat probiotik dan 2,5 Log CFU g-1 untuk L. rhamnosus
(L. plantarum BSL dan L. plantarum 2C12) R23).
dienkapsulasi menggunakan 3% natrium Prosek dan tantangan kedepan dalam
alginat dan minyak kedelai ditambah pengembangan teknik mikroenkapsulasi
Tween 80 0,2% untuk pembuatan produk probiotik harus ditingkatkan, dimodifikasi
selai salak probiotik (Purnasari et al., 2015). dan diadaptasi. Banyak tantangan yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa harus dihadapi untuk mengembangkan
mikroenkapsulasi kedua isolat L. plantarum teknik mikroenkapsulasi ini di antaranya
dengan teknik emulsi menghasilkan mengembangkan peralatan mikroenkap-
viabilitas yang tinggi (11 Log CFU g-1). sulasi, menjelaskan prosedur mikroenkap-
Probiotik terenkapsulasi pada produk selai sulasi, memilih bahan non-toksik untuk
salak memperlihatkan viabilitas yang enkapsulasi probiotik, mengembangkan
masih baik selama penyimpanan empat kapsul maupun manik-manik dari polimer
minggu dibandingkan dengan sel bebas yang disesuaikan dengan pH saluran
yang sudah mengalami kematian pada pencernaan, menentukan mekanisme
penyimpanan dua minggu (Purnasari et al., probiotik rilis dari kapsul atau manik-
2015). manik, melakukan penelitian in vitro dan
Ningtyas et al. (2015) melaporkan bahwa in vivo dan menilai biaya mikroenkapsulasi
strain L. plantarum 2C12 dan L. plantarum (Martin et al., 2015).
BSL (1%) dalam sari buah jambu biji Tantangan dan prospek pengembangan
dimikroenkapsulasi dengan teknik peralatan mengacu pada manik-manik
pengeringan semprot menggunakan atau ukuran kapsul, yang sangat penting
beberapa jenis bahan enkapsulan, meliputi dan harus dikontrol dengan hati-hati.
maltodekstrin, kombinasi maltodekstrin Kapsul kecil atau manik-manik di bawah

11
kondisi yang terkendali tidak memenga- nakan polimer alami seperti polisakarida
ruhi tekstur produk makanan (De Prisco dan protein harganya mahal dan protein
dan Mauriello, 2016). Sebagian besar susu lebih mahal daripada karbohidrat.
prosedur teknik enkapsulasi probiotik Teknik emulsifikasi lebih mahal karena
dilaporkan melibatkan teknologi membutuhkan bahan baku tambahan
emulsifikasi dan teknologi ekstrusi (gelasi seperti minyak dan pengemulsi untuk
ionotropik). Dalam teknologi emulsifikasi, menstabilkan kapsul (Solanki et al., 2013).
emulsifier atau surfaktan yang Teknik enkapsulasi probiotik memiliki
ditambahkan dalam minyak sayur potensi besar untuk masa depan jika
digunakan untuk mempromosikan kapsul. tantangan yang diidentifikasi diselesaikan
Teknik ini mungkin tidak cocok untuk oleh para ilmuwan dan industrialis.
pengembangan produk makanan karena Teknologi pengeringan semprot, di
minyak sisa dalam bahan yang dikapsulkan masa yang akan datang merupakan
merugikan tekstur dan karakteristik teknologi yang paling efektif diaplikasikan
organoleptik, dan mungkin tidak cocok dalam enkapsulasi probiotik karena
untuk pengembangan produk susu rendah ekonomis, memiliki laju produksi tinggi,
lemak. Minyak sisa, pengemulsi, dan menghasilkan mikrokapsul berukuran
surfaktan dalam bahan yang dikapsulkan kecil dengan kapasitas retensi tinggi dalam
dapat menjadi racun bagi sel probiotik dan memerangkap probiotik. Pati resisten
dapat berinteraksi dengan komponen berpotensi digunakan kedepannya sebagai
makanan. Kapsul yang dihasilkan dianggap bahan mikroenkapsulan probiotik karena
tidak seragam. Ini dapat memengaruhi diketahui memiliki sifat ketahanan panas
tekstur rasa makanan dan karena itu tidak yang baik dan resistensi yang tinggi pada
cocok untuk dimasukkan ke dalam kondisi pH asam lambung, enzim
makanan. Kebutuhan penelitian harus pencernaan serta garam empedu sesuai
mengarah pada pengembangan mikrokapsul dengan simulasi saluran pencernaan. Pati
hanya menggunakan gel berair tanpa resisten juga memiliki viskositas yang
menggunakan emulsifier, surfaktan atau rendah dan tingkat kelarutan yang tinggi
minyak. Dalam hal penanganan kondisi sehingga mudah diaplikasikan dalam
dan persyaratan keamanan, ekstrusi formulasi produk pangan.
tampaknya lebih baik untuk enkapsulasi
probiotik. Namun, ekstrusi menghadapi
tantangan produksi manik-manik berskala SIMPULAN
besar (Rajam et al., 2012).
Tantangan lain dalam pengembangan Teknologi mikroenkapsulasi probiotik
enkapsulasi probiotik adalah menentukan harus memenuhi beberapa kriteria yaitu
karakteristik fisikokimia bahan mikroen- strain bakteri probiotik (core), bahan
kapsulasi untuk memprediksi mekanisme mikroenkapsulan (coating), mekanisme
disintegrasi atau pelepasan bakteri dan karakeristik pelepasan inti (release)
probiotik dalam berbagai kondisi pH dan serta metode mikroenkapsulasi yang tepat.
salinitas serta interaksi mereka dengan sel Bakteri probiotik berasal dari genus Lacto-
probiotik atau komponen lain yang ada di bacillus sp., Streptococcus sp., Bifidobacterium
saluran pencernaan (Rajam et al., 2015). sp., Enterococcus sp., Saccharomyces sp.
Teknik enkapsulasi probiotik menjadi memiliki sifat tahan asam lambung dan
penting dalam memberikan strain probiotik sekresi garam empedu, mampu bersaing
yang layak untuk konsumen. Tantangan dengan bakteri patogen dan mampu hidup
terakhir adalah meminimalkan biaya bertahan dalam saluran pencernaan.
teknik enkapsulasi probiotik. Pengem- Bakteri probiotik berperan penting dalam
bangan produk membutuhkan waktu dan kesehatan dengan berperan sebagai
sumber daya keuangan, fase mikroen- antihiperglikemia, antihiperkolestero-
kapsulasi probiotik menambah biaya lemia, imunomodulator, dan antitumor.
tambahan untuk pengolahan makanan. Bahan mikroenkapsulan yang banyak
Komponen biaya dapat sangat bervariasi digunakan untuk enkapsulasi probiotik
tergantung pada teknik yang digunakan adalah maltodekstrin, pati dan gum arab
dan volume produk. Enkapsulasi menggu- karena mudah larut dalam air, viskositas

12
rendah, mudah berikatan dengan dinding Ann EY, Kim Y, Oh S, Imm JY, Park DJ, Han
sel bakteri probiotik, berperan sebagai KS. 2007. Microencapsulation of Lacto-
kryoprotektan, tahan panas sehingga bacillus acidophilus ATCC 43121 with
mampu memberikan perlindungan pada prebiotic substrates using a
bakteri probiotik selama proses pengolahan hybridisation system. International Jour-
maupun di dalam saluran pencernaan. nal of Food Science and Technology 42:
Mekanisme pelepasan probiotik dari bahan 411–419.
mikroenkapsulan dapat terjadi ketika
Antarini AAN. 2011. Sinbiotik antara
enzim amilase, protease dan lipase
prebiotik dan probiotik. J Ilmu Gizi 2(2):
menghidrolisis pati, protein maupun lipid.
148-155.
Ketika kontak dengan pelarut, bahan
mikroenkapsulan dapat larut sepenuhnya Arief II, Jenie BSL, Astawan M, Witarto AB.
karena pengaruh pH, sehingga dengan 2010. Efektivitas probiotik Lactobacillus
cepat dapat melepaskan probiotik ke lokasi plantarum 2C12 dan Lactobacillus acido-
target. philus 2B4 sebagai pencegah diare pada
tikus percobaan. Media Peternakan
33(3): 137-143.
SARAN Arief II, Wulandari Z, Aditia EL, Baihaqi M,
Noraimah, Hendrawan. 2014. Physico-
chemical and microbiological properties
of fermented lamb sausages using
probiotic Lactobacillus plantarum IIA-
2C12 as starter culture. Proc Environ Sci
20: 352-356.
Arief II, Jenie BSL, Astawan M, Fujiyama
UCAPAN TERIMA KASIH K, Witarto AB. 2015.Identification and
probiotic characteristics of lactic acid
bacteria isolated from Indonesian local
beef. Asian J Anim Sci 9(1): 25-36.
Astawan M, Wresdiyanti T, Arief II,
Febiyanti D. 2011.Potency of indigenous
probiotic lactic acid bacteria as antidi-
arrheal agent and immunomodulator. J
DAFTAR PUSTAKA Food Technol Ind (Indonesia) 22: 11-16.
Agarwal S,Wendorff JH, Greiner A. 2008. Use Azeredo HMC. 2005. Encapsulação:
of electrospinning technique for bio- aplicação à tecnologia de alimentos.
medical applications. Polymer 49: 5603– Alimentos e Nutrição 16(1): 89-97.
5621. Bansal N, Fox PF, McSweeney PLH. 2007.
Amin T, Thakur M, Jain SC. 2013. Microen- Aggregation of rennet-altered casein
capsulation the future of probiotic cul- micelles at low temperatures. Journal
tures. Journal of Microbiology, Biotechnol- of Agricultural and Food Chemistry 55:
ogy and Food Sciences 3: 35–43. 3120–3126.
Ananta, Volkert M, Knorr D. 2005. Cellular Basholli-Salihu M, Mueller M, Salar-Behzadi
injuries and storage stability of S, Unger FM, Viernstein H. 2014. Effect
spraydried Lactobacillus rhamnosus GG. of lyoprotectants on â-glucosidase activ-
International Dairy Journal 15: 399–409. ity and viability of Bifidobacterium
infantis after freeze-drying and storage
Anekella K, Orsat V. 2013. Optimization of in milk and low pH juices. LWT - Food
microencapsulation of probiotics in Science and Technology 57: 276–282.
raspberry juice by spray drying. LWT —
Food Science and Technology 50: 17–24. Bhadoria PBS, Mahapatra SC. 2011. Pros-
pects, technological aspects and limita-

13
tions of probiotics a worldwide review. ture at low aw. Food Research Interna-
European J of Food Research & Review tional 50: 259–265.
1(2): 23-42.
De Prisco A, Mauriello G. 2016.
Bhatia A, Rana P, Sharma A, Singla R, Probiotication of foods: A focus on mi-
Randhawa MK. 2012. Preparation, char- croencapsulation tool. Trends in Food
acterization and hypocholesterolemic Science & Technology 48: 27-39.
effect of sodium alginate encapsulated
Ding WK, Shah NP. 2007. Acid, bile, and heat
lab isolate. Journal of Microbiology and
tolerance of free and microencapsulated
Biotechnology Research 2: 741–746.
probiotic bacteria. Journal of Food Sci-
Bhatia A, Sharma A, Sood A, Singla R. 2013. ence 72 (9): M446–M450.
Hypoglycemic effect of encapsulated
Ding WK, Shah NP. 2008. Survival of free
CLA producing probiotic isolate: An in
and microencapsulated probiotic bacte-
vivo study. Journal of Microbiology and
ria in orange and apple juices. Int Food
Biotechnology Research 3: 157–161.
Res J 15: 219-232.
Buch K, Penning M, Wächtersbach E,
Fávaro-Trindade CS. 2008. Revisão:
Maskos M, Langguth P. 2009. Investi-
microencapsulação de ingredientes
gation of various shellac grades: Addi-
alimentícios. Brazilian Journal of Food
tional analysis for identity. Drug Devel-
Technology 11(2): 103-112.
opment and Industrial Pharmacy 35: 694–
703. Frascareli EC. 2012. Effect of process condi-
tions on the microencapsulation of cof-
Burgain J, Gaiani C, Linder M, Scher J.
fee oil by spray drying. Food and
2011. Encapsulation of probiotic living
Bioproducts Processing 90(3): 413-424.
cells: From laboratory scale to industrial
applications. Journal of Food Engineer- Fritzen-Freire CB, Prudêncio ES, Amboni
ing 104: 467–483. RDMC, Pinto SS, Negrâo-Murakami AN,
Murakami FS. 2012. Microencapsula-
Capela P, Hay TK, Shah NP. 2006. Effect of
tion of Bifidobacteria by spray drying in
cryoprotectants, prebiotics and mi-
the presence of probiotics. Food Research
croencapsulation on survival of probiotic
International 45: 306–312.
organisms in yoghurt and freeze — dried
yoghurt. Food Research International 39; Gbassi GK, Vandamme T. 2012. Probiotic
203–211. Encapsulation Technology: From Mi-
croencapsulation to Release into the
Champagne CP, Fustier P. 2007. Microen-
Gut. Pharmaceutics 4: 149-163.
capsulation for the improved delivery of
bioactive compounds into foods. Food Bio- Gharsallaoui A. 2007. Applications of spray-
technology 18; 184–190. drying in microencapsulation of food in-
gredients: an overview. Food Research
Champagne CP, Raymond Y, Tompkins TA.
International 40 (9): 1107-1121.
2010. The determination of viable
counts in probiotic cultures microencap- Golowczyc MA, Gerez CL, Silva J, Abraham
sulated by spray-coating. Food Microbi- AG, De Antoni GL, Teixeira P. 2010. Sur-
ology 27; 1104–1111. vival of spray-dried Lactobacillus kefir is
affected by different protectants and stor-
Corcoran BM, Ross RP, Fitzgerald GF,
age conditions. Biotechnology Letters 33:
Stanton C. 2004. Comparative survival
681–686.
of probiotic lactobacilli spray-dried in
the presence of prebiotic substances. Gouin S. 2004. Microencapsulation: Indus-
Journal of Applied Microbiology 96: 1024– trial appraisal of existing technologies
1039. and trends. Trends in Food Science and
Technology 15: 330–347.
Dianawati D, Mishra V, Shah NP. 2013. Sta-
bility ofmicroencapsulated Lactobacillus Heidebach T, Först P, Kulozik U. 2012. Mi-
acidophilus and Lactococcus lactis ssp. croencapsulation of probiotic cells for
cremoris during storage at room tempera- food applications. Critical Reviews in Food
Science and Nutrition 52: 291–311.

14
Hsiao HC, Lian WC, Chou CC. 2004. Effect Martin JM, Lara-Villoslada F, Ruiz MA, Mo-
of packaging conditions and tempera- rales ME. 2015. Microencapsulation of
ture on viability of microencapsulated bacteria: A review of different technolo-
bifidobacteria during storage. Journal of gies and their impact on the probiotic
the Science of Food and Agriculture 84: effects. Innovative Food Science and
134–139. Emerging Technologies 27: 15–25.
Jati AUP, Jenie BSL, Suliantari. 2015. Mortazavian A, Razavi SH, Ehsani MR,
Mikroenkapsulasi Lactobacillus Sp. Sohrabvandi S. 2007. Principles and
dengan Teknik Emulsi dan Aplikasinya methods of microencapsulation of
pada Dodol Sirsak. J. Teknol. dan Industri probiotic microorganisms. Iranian Jour-
Pangan 26(2): 135-143. nal of Biotechnology 5: 1–18.
Kailasapathy K. 2002. Microencapsulation Nazzaro F. 2012. Microencapsulation in food
of probiotic bacteria: Technology and po- science and biotechnology. Current Opin-
tential applications. Current Issues in ion in Biotechnology 23(2): 182-186.
Intestinal Microbiology 3: 39–48.
Ningtyas R, Jenie BSL, Nuraida L. 2015.
Kailasapathy K. 2006. Survival of free and Mikroenkapsulasi Lactobacillus
encapsulated probiotic bacteria and plantarum dengan Berbagai Enkapsulan
their effect on the sensory properties of Pada Pengeringan Semprot Jus Jambu
yogurt. Lebensmittelwissenschaft und- Biji. J. Teknol. dan Industri Pangan 26(2):
Technologie 39: 1221–1227. 163-170.
Kets EW, Teunissen PJM, De Bont JAM. O’Riordan K, Andrews D, Buckle K, Conway
1996. Effect of compatible solutes on sur- P.2001. Evaluation of microencapsula-
vival of lactic acid bacteria subjected to tion of a Bifidobacterium strain with
drying. Applied and Environmental Micro- starch as an approach to prolonging vi-
biology 62: 259–261. ability during storage. Journal of Applied
Microbiology 91; 1059–1066.
Krasaekoopt W, Bhandari B, Deeth H. 2003.
Evaluation of encapsulation techniques Paéz R, Lavari L, Vinderola G, Audero G,
of probiotics for yoghurt. International Cuatrin A, Zaritzky N. 2012. Effect of
Dairy Journal 13: 3–13. heat treatment and spray drying on lac-
tobacilli viability and resistance to
Kumar R, Arora D, Bhatia A. 2011. Thera-
simulated gastrointestinal digestion.
peutic potential of bioconverted conju-
Food Research International 48: 748–754.
gated linoleic acid in drug induced im-
munosuppressed and infective organism Park D, Maga JA. 2006. Identification of key
induced Plasmodium berghei. Interna- volatiles responsible for odour quality dif-
tional Journal of Pharmaceutical Sciences ferences in popped popcorn of selected
3: 212–214. hybrids. Food Chemistry 99(3): 538-545.
López-Rubio A, Sanchez E, Wilkanowicz S, Picinin De Castro-Cislaghi FP, Dos Reis E
Sanz Y, Lagaron JM. 2012. Silva C, Fritzen-Freire CB, Goulart-
Electrospinning as a useful technique Lorenz J, Sant’Ánna ES. 2012.
for the encapsulation of living Bifidobacterium Bb-12 microencapsu-
Bifidobacteria in food hydrocolloids. Food lated by spray drying with whey: Survival
Hydrocolloids 28: 159–167. under simulated gastrointestinal con-
ditions, tolerance to NaCl, and viability
Malmo C, La Storia A, Mauriello G. 2013.
during storage. Journal of Food Engineer-
Microencapsulation of Lactobacillus
ing 113: 186–193.
reutieri DSM 17938 cell coated in algi-
nate beads with chitosan by spray dry- Picot A, Lacroix C. 2004. Encapsulation of
ing to use as a probiotic cell in a choco- bifidobacteria in whey protein-basee
late soufflé. Food and Bioprocess Tech- microcapsules and survival in simu-
nology, 6, 795–805. lated gastrointestinal conditions and in
yogurt. International Dairy Journal 14:
505–515.

15
Purnasari N, Jenie BSL, Nuraida L. 2015. Solanki HK, Pawar DD, Shah DA, Prajapati
Karakteristik Mikrokapsul Lactobacil- VD, Jani GK, Mulla AM. 2013. Develop-
lus plantarum dan Stabilitasnya Dalam ment of microencapsulation delivery
Produk Selai Salak. J Teknol dan Industri system for long-term preservation of
Pangan 26(1): 90-99. probiotics as biotherapeutics agent.
BioMed Research International 1–21.
Rajam R, Anandharamakrishnan C. 2015.
Microencapsulation of Lactobacillus Stummer S, Salar-Behzadi S, Unger FM,
plantarum (MTCC 5422) with Oelzant S, Penning M, Viernstein H.
fructooligosaccharide as wall material 2010. Application of shellac for the de-
by spray drying. LWT - Food Science and velopment of probiotic formulations.
Technology 60: 773-780. Food Research International 43: 1312–
1320.
Rajam R, Karthik P, Parthasarathi S, Joseph
GS, Anandharamakrishnan C. 2012. Suave J. 2006. Microencapsulação: inovação
Effect of whey protein e alginate wall em diferentes áreas. Revista Saúde e
systems on survival of microencapsu- Ambiente 7(2): 12-20.
lated Lactobacillus plantarum in simu-
Sulistiani. 2018. Selection of Potential
lated gastrointestinal conditions. Jour-
Probiotic Lactic Acid Bacteria Isolated
nal of Functional Foods 4(4): 891-898.
from Palm Sap (Borassus flabellifer
Rosen RM. 2006. Delivery system handbook Linn.) Origin Kupang, East Nusa
for personal care and cosmetic products. Tenggara. Inventing Prosperous Future
Technology, applications and formula- through Biological Research and Tropi-
tions. New York: William Andrew. cal Biodiversity Management AIP Conf.
Proc. 2002, 020059-1–020059-9; https:/
Sanders ME. 1998. Overview of functional
/doi.org/10.1063/ 1.505015.
foods: Emphasis on probiotic bacteria. In-
ternational Dairy Journal 8: 341–347. Sultana K, Godward G, Reynolds N,
Arumugaswamy R, Peiris P,
Santivarangkna C, Kulozik U, Foerst P.
Kailasapathy K. 2000. Encapsulation of
2007. Alternative drying processes for
probiotic bacteria with alginate–starch
the industrial preservation of lactic acid
and evaluation of survival in simulated
starter cultures. Biotechnology Progress
gastrointestinal conditions and in yo-
23: 302–315.
ghurt. International Journal of Food Mi-
Schlegel G, Ringseis R, Windisch W, Schwarz crobiology 62: 47–55.
FJ, Eder K. 2012. Journal of Dairy Sci-
Susanti I, Kusumaningtyas RW,
ence 95: 3905–3918.
Illaningtyas F. 2007. Uji sifat probiotik
Semyonov D, Ramon O, Kaplun Z, Levin- bakteri asam laktat sebagai kandidat
Brener L, Gurevich N, Shimoni E. 2010. bahan pangan fungsional. J Tekno. dan
Microencapsulation of Lactobacillus Industri Pangan 18 (2): 89- 95.
paracasei by spray freeze drying. Food
Takafumi I, Honda H, Koishi M. 1993. Drug
Research International 43: 193–202.
dissolution from indomethacin–starch
Semyonov D, Ramon O, Shimoni E. 2011. hybrid powders prepared by the dry im-
Using ultrasonic vacuum spray dryer to pact blending method. The Journal of
produce highly viable dry probiotics. Pharmacy and Pharmacology, 45: 770–
LWT-Food Science and Technology 44: 774.
1844–1852.
Toldrá F, Reig M. 2011. Innovations for
Sohail A, Turner MS, Prabawati EK, healthier processed meats. Trends in
Coombes AGA, Bhandari B. 2012. Evalu- Food Science & Technology 22(9): 517-
ation of Lactobacillus rhamnosus GG and 522.
Lactobacillus acidophilus NCFM encap-
Vivek KB. 2013. Use of encapsulated
sulated using a novel impinging
probiotics in dairy based foods. Interna-
aerosolmethod in fruit food products. In-
tional Journal of Food, Agriculture and
ternational Journal of Food Microbiology
Veterinary Sciences 3: 188–199.
15: 162–166.

16
Wang YC, Yu RC, Chou CC. 2004. Viability Ying DY, Phoon MC, Sanguansri L,
of lactic acid bacteria and Bifidobacteria Weerakkody R, Burgar I, Augustin MA.
in fermented soymilk after drying, sub- 2010. Microencapsulated Lactobacillus
sequent rehydration and storage. Inter- rhamnosus GG powders: Relationship of
national Journal of Food Microbiology 93: powder physical properties to probiotic
209–217. survival during storage. Journal of Food
Science, 75: 588–595.
Wong SW. 2009. Characterising the release
of flavour compounds from chewing gum Zuidam NJ, Shimoni E. 2010. Encapsulation
through HS-SPME analysis and math- technologies for active food ingredients and
ematical modeling. Food Chemistry food processing. New York. Springer.
114(3): 852-858.

17

View publication stats

You might also like