You are on page 1of 10

Jurnal Basicedu Volume 3 Nomor 3 Tahun 2019 Halaman 861-869

JURNAL BASICEDU
Research & Learning in Elementary Education
https://jbasic.org/index.php/basicedu

EVALUASI PROGRAM KEWIRAUSAHAAN DI SDK PENABUR

Gendis Woro Pawestri1, M. Syarif Sumantri2, Erry Utomo3


Universitas Negeri Jakarta, Indonesia
Email: gendis.pjj@gmail.com1

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik di SDK Penabur dalam pelaksanaan
program kewirausahaan terutama dalam penguasaan ketrampilan (skills) dan karakter serta perolehan nilai
dalam ujian nasional. Penelitian ini menggunakan metode evaluasi dengan pendekatan kualitatif. Design
model dalam penelitian ini menggunakan model CIPP. Penelitian ini dilaksakan di SDK Penabur wilayah
Jabodetabek. Hasil menunjukkan tiga aspek yang dievaluasi yakni hasil belajar siswa, respon orang tua, dan
respon siswa. Pada aspek hasil belajar, semua kriteria dinyatakan telah terpenuhi. Adapun aspek respon orang
tua dan siswa terdapat beberapa kriteria yang belum sesuai yakni kriteria orang tua dan siswa yang memahami
hakekat, maksud dan manfaat dari penyelenggaraan program entrepreneurship. Implikasi dalam penelitian ini,
diharapkan program entrepreneurship berdampak pada motivasi belajar siswa dan membudayakan kecakapan
life skill siswa sekolah dasar.
Kata Kunci : Evaluasi Program, entrepreneurship, siswa sekolah dasar.
Abstract

This study aims to determine the learning outcomes of students in SDK Penabur in the implementation of
entrepreneurship programs especially in mastering skills and character as well as obtaining scores in
national examinations. This study uses an evaluation method with a qualitative approach. The design model in
this study used the CIPP model. This research was conducted at SDK Penabur in the Jabodetabek area. The
results show three aspects evaluated, namely student learning outcomes, parental responses, and student
responses. In aspects of learning outcomes, all criteria are stated to have been fulfilled. The aspects of the
response of parents and students are several criteria that are not yet appropriate, namely the criteria of
parents and students who understand the nature, purpose and benefits of implementing entrepreneurship
programs. The implication in this study is that entrepreneurship programs are expected to have an impact on
students' learning motivation and cultivate the skills of life skills of elementary school students.
Keywords: Program Evaluation, entrepreneurship, elementary school students.

@Jurnal Basicedu Prodi PGSD FIP UPTT 2019

 Corresponding author :
Address : ISSN 2580-3735 (Media Cetak)
Email : : gendis.pjj@gmail.com ISSN 2580-1147 (Media Online)
Phone : -

Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


861 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur – Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry
Utomo

PENDAHULUAN menciptakan organisasi baru yang akan


Adanya perkembangan dan kebutuhan mengeksploitasi teknologi baru atau proses inovasi
diadakannya revisi Kurikulum 2013 pada satuan yang menghasilkan nilai untuk orang lain
pendidikan di Indonesia. Hal itu dilakukan untuk (Wijatno, 2009). Menurut (Pearson, 2014),
menyesuaikan kebutuhan dan menyiapkan peserta entrepreneurship terdapat empat aspek dasar ; (1)
didik dalam menghadapi tantangan di masa depan. entrepreneurship melibatkan proses penciptaan,
Karakteristik guru abad 21 ke dalam 5 kategori, artinya menciptakan sesuatu yang baru (2)
yaitu (1) mampu memfasilitasi dan menginspirasi entrepreneurship memerlukan waktu dan usaha,
belajar kreatifitas peserta didik (2) merancang dan para entrepreneur selalu menghargai waktu dan
mengembangkan pengalaman belajar dan berusaha menciptakan sesuatu yang baru secara
assesmen era digital (3) menjadi model cara maksmal menjadi pedoman dalam proses kegiatan
belajar dan bekerja di era digital (4) mendorong (3) entrepreneurship memiliki resiko tertentu,
dan menjadi model tanggung jawab dan bentuk resiko pada area ini antara lain resiko
masyarakat digital (5) berpartisipasi dalam keuangan, resiko psikologi dan resiko sosial (4)
pengembangan dan kepemimpinan. (Daryanto & entrepreneurship melibatkan imbalan sebagai
Karim, 2017:3). entrepreneur , imbalan yang paling penting adalah
Menurut (OECD, 2015), indepedensi, diikuti oleh kepuasan pribadi
merekomendasikan bahwa negara-negara harus (Wijaya,2017).
memiliki muatan pelajaran kewirausahaan di Entrepreneur merujuk pada pribadi yang
semua tingkat pendidikan. Pembelajaran yang berani dalam menciptakan sesuatu serta berani
terintegrasi dengan pendidikan kewirausahaan mengambil segala resiko dalam proses
tidak hanya terbatas pada konteks kognisi, tetapi entrepreneurship (Kuswantoro,2014).
juga mewujudkan sumber daya manusia yang Kewirausahaan memiliki tiga indikator utama,
memiliki life skills yang diperlukan untuk yaitu berpikir sesuatu hal yang baru (kreatif),
kehidupan sehari-hari di masa mendatang. bertindak melakukan sesuatu yang baru (inovatif),
Kecakapan hidup yang telah dimiliki peserta didik serta ingin menciptakan nilai tambah (Wijaya,
diperoleh tidak sebatas pengetahuan saja yang 2017). Secara sederhana arti wirausahawan
dihafalkan tetapi juga paham bagaimana cara (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani
menggunakan pengetahuan tersebut untuk mengambil resiko untuk membuka usaha dalam
memecahkan permasalahan sehari-hari berbagai kesempatan (Rajawali, 2009:16).
(Kasapoglu, Didin, & Life, 2019; Kurtdede-fidan, Berdasarkan arti tersebut, peserta didik diajarkan
2018). juga untuk berani mengambil resiko dalam
Kewirausahaan (entrepreneurship) mempraktekkan kegiatan entrepreneurship,
menjadi salah satu program utama yang sekalipun hasilnya kurang maksimal setidaknya
dicanangkan pemerintah Indonesia dalam bidang mereka mau mencoba membuatnya.
pendidikan saat ini. Hal ini dilakukan untuk dapat Praktik pendidikan kewirausahaan,
menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan seringkali diusulkan bahwa pembelajaran dalam
stabilitas perekonomian bangsa yang berdampak pendidikan kewirausahaan harus dilakukan melalui
pada pencapaian kesejahteraan masyarakat. proses kewirausahaan mirip dengan bagaimana
Entrepreneurship sebagai proses seseorang atau pengusaha belajar. Pedagogik yang diterapkan
sekelompok orang memikul resiko ekonomi untuk pada pendidikan kewirausahaan harus dibangun di

Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


862 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur – Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry
Utomo

atas peran aktif peserta didik dalam proses METODE


pembelajaran. Informasi harus dibuat secara Penelitian evaluatif ini dilaksakan di
kolaboratif, dan kegagalan harus diterima sebagai SDK Penabur wilayah Jabodetabek. Sekolah
bagian dari proses pembelajaran. Metode kerja ini dipilih karena baru melaksanakan program
harus mengaktifkan proses dan refleksi
entrepreneurship selama 5 tahun terakhir.
pembelajaran yang dibagikan peserta didik (Plum,
Penelitian evaluatif ini secara khusus
2014; Shavinina, 2013; Ruskovaara &Pihkala,
bertujuan untuk mengumpulkan informasi
2015)
yang terkait dengan keterlaksanaan program
Perkembangan anak sejak lahir sampai
dewasa mengalami tiga periode lamanya yang
entrepreneurship di SDK Penabur Jakarta.

didasarkan atas gejala perkembangan jasmani dan Pelaksanaan penelitian ini menggunakan
masing-masing tujuh tahun, yaitu : Fase I dari 0 metode evaluasi dengan pendekatan kualitatif.
sampai 7 tahun, masa anak kecil ke masa bermain. Model evaluasi CIPP yang dikembangkan
Fase II dari 7-0 sampai 14 tahun, masa anak oleh Stufflebeam ini merupakan model
belajar atau masa sekolah rendah. Fase III dari 14 evaluasi yang paling banyak dikenal dan
sampai 21tahun, masa remaja atau pubertas (Syah, diterapkan oleh para evaluator. CIPP adalah
2010:186). Fase II inilah peserta didik sekolah
singkatan dari huruf awal empat buah kata,
dasar mengisi masa belajarnya dengan
yaitu :Context evaluation, Input evaluation,
mengembangkan jiwa kewirausahaannya di
Process evaluation, dan Product evaluation.
sekolah. Dengan harapan, peserta didik
Keempat kata yang disebutkan dalam
memberikan ide-ide kreatif yang dimilikinya
(Anderson & Jeffery, 1998) .
singkatan CIPP merupakan sasaran evaluasi

Sekolah dasar di Jakarta yang telah yang tidak lain adalah komponen dari proses
mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan sebuah program kegiatan.
dengan kurikulum 2013 dalam proses
pembelajaran, salah satunya adalah yayasan BPK HASIL DAN PEMBAHASAN
Penabur. Dalam lima tahun terakhir ini BPK BPK Penabur adalah salah satu Yayasan
Penabur menjalankan program Entrepreneurship Pendidikan yang memiliki perhatian tinggi
di beberapa cabang sekolah, pada jenjang sekolah terhadap pendidikan entrepreneurship. Hal ini
dasar. Pelaksanaan pendidikan yang berwawasan ditunjukkan melalui pelaksanaan program
kewirausahaan ditandai dengan proses entrepreneurship di beberapa cabang sekolah,
pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada pada jenjang sekolah dasar. Menurut keterangan
peserta didiknya melalui kurikulum terintegrasi Kepala Sekolah SDK Penabur Kota Wisata,
yang dikembangkan di sekolah. Adapun masalah sekolah yang pertama kali melaksanakan program
dalam penelitian ini ialah, bagaimana hasil belajar entrepreneurship di lingkungan Penabur adalah
peserta didik di SDK Penabur dalam pelaksanaan SDK Bintaro Jaya dan SDK 9 Penabur yang ada di
program kewirausahaan terutama dalam Harimun. Implementasi program entrepreneurship
penguasaan ketrampilan (skills) dan karakter serta ini kemudian berkembang ke sekolah-sekolah lain
perolehan nilai dalam ujian nasional. seperti SDK Depok, SDK Bekasi, SDK Jababeka
dan SDK Kota Wisata.

Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


863 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur – Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry
Utomo

Agar mengevaluasi program unggulan yang membangun SDM yang terdidik, berkarakter, serta
dimiliki oleh Penabur khususnya yang berkompeten untuk meraih masa depan yang
diselenggarakan di SDK Penabur Kota Wisata, penuh harapan”. Berdasarkan hasil wawancara
maka dilakukanlah kajian terhadap tiap-tiap dengan Kepala Sekolah SDK Penabur Kota
komponen dalam program tersebut meliputi Wisata, program entreprenurship sangat relevan
konteks, input, proses, dan produk/ hasil untuk diselenggarakan demi mencapai visi yang
penyelenggaraan program unggulan tersebut. telah ditetapkan oleh sekolah terutama pada aspek
Proses evaluasi pada konteks program pembentukan karakter dan kompetensi masa
entreprenurship di SDK Penabur Kota Wisata ini depan.
berfokus pada landasan program, visi dan misi Selain itu, program entreprenurship turut
sekolah, serta tujuan dan sasaran yang akan melibatkan para pemangku pementingan dalam
dicapai dari keberlangsungan program tersebut di setiap kegiatannya. Hasil wawancara bersama
sekolah. Evaluasi pada konteks program Kepala Sekolah mengungkapkan bahwa di antara
entreprenurship berupaya memberikan gambaran pemangku kepentingan yang terlibat dalam
dan rincian terhadap kebutuhan sekolah yang ingin kegiatan entreprenurship adalah pihak yayasan dan
dipenuhi serta tujuan yang ingin dicapai (goals). orang tua melalui komite sekolah. Yayasan
Hasil wawancara bersama Kepala Sekolah, memiliki peran penting dan signifikan bagi
diperoleh keterangan bahwa landasan utama dari terselenggaranya program entreprenurship di SDK
diselenggarakannya program entreprenurship ini Penabur. Berdasarkan data yang diperoleh dari
terdiri dari dua hal, yakni kebutuhan sekolah dan kepala sekolah dan membandingkannya dengan
arahan formal berupa visi dan misi sekolah. kritera evaluasi dapat dibuktikan bahwa peran
Program entreprenurship yang diselenggarakan yayasan telah sesuai dengan criteria. Selain
sejak 5 tahun belakangan ini didasari pada yayasan, pihak yang berperan dalam pelaksanaan
kebutuhan sekolah untuk menghasilkan peserta program entreprenurship adalah Komite Sekolah.
didik yang memiliki karakter kreatif, inovatif, Komite Sekolah pada dasarnya memiliki peran
mandiri, berani, bertanggung jawab dan pantang sebagai pemberi pertimbangan, pendukung,
menyerah. Melalui penanaman kualitas-kualitas pengontrol, dan penghubung antara sekolah
entreprenurship sejak dini diharapkan siswa kelak dengan orang tua murid. Salah satu guru yang
dapat menghadapi tantangan dan peluang yang diwawancarai menjelaskan bahwa SDK Penabur
semakin tinggi intensitasnya pada era sekarang ini. Kota Wisata memiliki struktur Komite Orang Tua
Selain itu, hasil wawancara bersama guru Murid. Meski terdapat keterlibatan dalam
mengungkapkan bahwa guru memiliki pemahaman kegiatan-kegiatan entreprenurship seperti memberi
yang sama akan hakekat dan tujuan dukungan property, peran Komite dinilai belum
dilaksanakannya program entreprenurship yakni terlalu signifikan. Komite baru dilibatkan hanya
untuk membentuk karakter peserta didik bukan pada saat-saat tertentu khususnya ketika akan
sekedar untuk mencari uang, berdagang, atau diselenggarakan suatu event namun kurang
menjadi pengusaha. dilibatkan secara aktif dalam rapat-rapat
Pemikiran di atas secara langsung pengambilan keputusan dalam pelaksanaan
bersesuaian dengan pernyataan visi yang diusung program. Artinya jika dibandingkan dengan
oleh SDK Penabur yakni, “terwujudnya sekolah criteria evaluasi maka peran yang dijalankan oleh
berdasarkan nilai-nilai Kristiani dengan Komite belu

Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


864 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur – Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry
Utomo

Meski begitu, Kepala Sekolah menjelaskan bahwa secara rata-rata. Selain itu, tidak ada persyaratan
telah disusun upaya-upaya spesifik untuk usia khusus bagi calon siswa baru. Persyaratan
meningkatkan peran dan keterlibatan pemangku usia mengikuti kebijakan dan aturan dari
kepentingan khususnya dari kalangan orang tua pemerintah. Pihak Penabur menegaskan bahwa
murid. Kepala Sekolah menyatakan bahwa mulai tidak ada pengelompokkan siswa berdasarkan
tahun ini SDK Penabur Kota Wisata telah tingkat kemampuan akademisnya setiap anak
mengajak orang tua siswa untuk menyusun dikelompokkan ke dalam masing-masing kelas
proyek-proyek entreprenurship bersama siswa secara acak (random). Berdasarkan hasil penelitian
dalam satu tahun ke depan. dan membandingkannya dengan kriteria evaluasi
Proses evaluasi pada input/ masukan yang ditetapkan maka prosedur rekrutmen siswa
program entreprenurship di SDK Penabur Kota baru dinyatakan sesuai dengan kriteria kebijakan
Wisata ini berfokus pada prosedur rekruitmen dari Penabur. Artinya terdapat kesesuaian antara
peserta didik, rekruitmen tenaga pendidik, temuan di lapangan dengan kriteria evaluasi yang
pengembangan kurikulum, ketersediaan sarana dan ditetapkan.
prasarana sekolah, pengelolaan dan pembiayaan Pada aspek kurikulum, keberhasilan
dalam pelaksanaan program kewirausahaan di program entreprenurship yang terintegrasi dengan
SDK BPK Penabur. kurikulum 2013 dapat diketahui melalui
Kualitas input suatu program bergantung kesesuaiannya dengan pedoman penyusunan
pada mekanisme dan prosedur organisasi dalam kurikulum. Dokumen kurikulum di SDK Penabur
menerima masukan. Hasil wawancara bersama Kota Wisata menunjukkan bahwa program
Kepala Sekolah dan Guru, rekrutmen peserta didik entreprenurship dilaksanakan secara tematik dan
di SDK Penabur Kota Wisata memiliki mekanisme terintegrasi dengan kurikulum 2013 pada semua
rekrutmen siswa baru. Berdasarkan dokumen yang mata pelajaran khususnya pada mata pelajaran
ditunjuk oleh Kepala Sekolah, di antara Bahasa Indonesia, SBDP, dan Olahraga.
mekanisme tersebut harus memenuhi syarat Kepala Sekolah menjelaskan bahwa terdapat
administrative dan akademis. Syarat administrative perbedaan yang cukup signifikan antara program
memuat identitas diri siswa dan pengisian formulir entreprenurship yang menjadi identitas dari SDK
pendaftaran. Pemenuhan syarat akademis memiliki Penabur dengan sekolah-sekolah entreprenurship
dua cara. Bagi siswa dalam dari TK Penabur yang yang lain. Penabur memiliki satu tema besar yang
hendak melanjutkan pendidikannya di SDK menjadi payung bagi sekolah-sekolah
Penabur bisa masuk tanpa tes dan observasi entreprenurship dimana masing-masing sub tema
sedangkan siswa luar diharuskan mengikuti proses yang dikembangkan oleh masing-masing sekolah
observasi, tes psikologi dan tes materi Dasar dapat saling berkombinasi dan menghasilkan
Matematika dan Bahasa Indonesia. kreativitas yang luar biasa. Pada tahun ini,
Proses observasi dan tes yang dilaksanakan misalnya, Penabur menetapkan Go Green sebagai
ditujukan untuk memperoleh calon siswa payung besar dari tema program entreprenurship-
potensial. Kepala Sekolah menjelaskan bahwa nya . Melalui payung besar ini, sekolah-sekolah
criteria potensial di sini tidak berarti entreprenurship di lingkungan penabur dituntut
mempersyaratkan kemampuan akademik yang untuk mengembangkan proyek dan hasil yang
tinggi dari calon peserta didik, melainkan cukup variatif dan tidak sama meskipun berada dalam
dengan mengambil tingkat kemampuan anak satu tema besar yang sama. Go green yang di kota

Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


865 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur – Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry
Utomo

wisata, misalnya, akan berbeda kegiatan dan hasil Keterangan ini menunjukkan bahwa mekanisme
kegiatannya dengan berbeda dengan Go Green perekrutan guru baru di SDK Penabur tidak sesuai
yang ada di Bintaro Jaya. Berdasarkan keterangan dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
tersebut dapat dinyatakan bahwa tema dalam Meski begitu, guru baru di SDK Penabur akan
kurikulum entreprenurship sesuai dengan kriteria diikutkan ke dalam pelatihan-pelatihan. Pelatihan
evaluasi yakni memiliki keunikan dan ciri khas yang diberikan meliputi seminar, workshop
yang memebdakan SDK Penabur dengan sekolah- entreprenurship, hingga personal development
sekolah entreprenurship yang lain. atau pengembangan diri. Pelatihan yang diberikan
Data yang diperoleh dari informan kunci untuk guru baru dilaksanakan setelah proses
menunjukkan bahwa SDK Penabur memiliki rekrutmen sedangkan pelatihan guru secara
mekanisme evaluasi pada setiap jenjang. Evaluasi keseluruhan diberikan dua kali yakni satu kali di
dilakukan secara hierarkies, mulai dari evaluasi awal tahun dan satu kali di pertengahan tahun.
oleh masing-masing guru pada tiap jenjang Sarana prasarana memiliki peran yang
kemudian dilakukan evaluasi bersama Kepala sangat penting bagi keberlangsungan suatu
Sekolah dan Wakil. Kepala Sekolah menjelaskan program pendidikan. Sarana dan prasarana
bahwa evaluasi atas program entreprenurship memuat sejumlah criteria yang harus dipenuhi agar
dilakukan melalui kegiatan “Jumatan” yang program pendidikan dapat terselenggaran secara
dilaksanakan satu kali dalam satu pean. Namun, efektif. Kriteria pertama adalah ketersediaan
karena masih ada kendala pada proses sarana prasarana dalam mendukung keberlanjutan
penjadwalan maka waktu evaluasi masih bersifat program entreprenurship. Hasil evaluasi di atas
fleksibel dalam rentang waktu satu kali dalam satu menunjukkan bahwa sarana prasarana SDK
pekan. Data ini terkonfirmasi oleh dokumen Penabur sudah memadai dan sesuai dengan criteria
presensi kegiatan evaluasi yang dilaksanakan evaluasi.
dalam rentang waktu satu minggu sekali. Temuan Penyusunan anggaran dan pembiayaan SDK
di atas sesuai dengan kriteria evaluasi yakni Penabur dilaksanakan secara mandiri oleh masing-
adanya mekanisme evaluasi pada setiap kegiatan masing sekolah berdasarkan tingkat kebutuhan.
entreprenurship. Kepala Sekolah menjelaskan bahwa yang
Program entreprenurship menyasar pada berwenang menyusun anggaran sekolah adalah
kompetensi dan keahlian yang spesifik oleh sebab Kepala Sekolah dan disusun berdasarkan tingkat
itu juga mensyaratkan criteria tenaga pengajar kebutuhan program selama satu tahun. Anggaran
yang juga memiliki keahlian yang spesifik. Atas tersebut kemudian diajukan, disahkan dan
dasar pemikiran tersebut, peneliti menetapkan dialokasikan ke masing-masing sekolah oleh
profil dan proses rekrutmen yang sesuai kebutuhan Yayasan. Kriteria keberhasilan selanjutnya adalah
program sebagai salah satu kriteria keberhasilan. adanya dukungan pemerintah yang ditunjukkan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala dengan adanya bantuan operasional khusus yang
Sekolah tidak dijumpai adanya syarat khusus bagi menunjang kegiatan entrepreneurship. Menurut
calon tenaga pendidik. Rekrutmen guru di sekolah temuan di lapangan dan pernyataan Kepala
entreprenurship SDK Penabur dijalankan Sekolah sama sekali tidak ada intervensi dan
sebagaimana sekolah-sekolah lain dilingkungan bantuan operasional apapun dari pemerintah.
Penabur. Artinya, tidak ada ketentuan atau syarat- Kenyataan ini menunjukkan bahwa SDK Penabur
syarat khusus bagi calon tenaga pendidik.

Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


866 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur – Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry
Utomo

belum memenuhi salah satu criteria keberhasilan menetapkan standar berupa waktu penyelesaian,
yakni adanya bantuan operasional dari pemerintah. prosedur berupa tata cara menyelesaikan, dan
Evaluasi proses diarahkan pada seberapa kemudian mengkomunikasikan karya inovatif
jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program yang dibuat siswa melalui presentasi di depan
sudah terlaksana apakah sesuai dengan rencana. kelas.Berdasarkan keterangan di atas diketahui
Hal itu dilakukan dikarenakan ketika sebuah bahwa aspek “do” telah memenuhi criteria
program telah disetujui dan dimulai, maka keberhasilan yang ditetapkan.
dibutuhkanlah evaluasi proses dalam menyediakan Pada aspek ini peneliti mengevaluasi
umpan balik (feedback) bagi orang yang beberapa criteria keberhasilan di antaranya
bertanggung jawab dalam melaksanakan program dilaksanakannya kegiatan merangkum, merefleksi,
tersebut. menerima umpan balik, dan menindaklanjuti hasil
Pada aspek ini peneliti mengevaluasi pembelajaran. Selama melakukan proses observasi
beberapa criteria keberhasilan di antaranya terhadap proses pembelajaran di SDK Penabur
dilaksanakannya kegiatan eksplorasi, observasi, Kota Wisata peneliti melihat adanya proses
penemuan gagasan, dan formulasi gagasan dalam evaluasi yang dilakukan oleh guru. Proses evaluasi
proses pembelajaran. Pelaksanan discovery juga dilakukan untuk member perbaikan-perbaikan
terbukti telah memenuhi criteria observasi. terhadap proses dan hasil yang diperoleh siswa
Kenyataan ini terkonfirmasi melalui kajian selama melaksanakan proyek entrepreneurship
terhadap RPP dan pengamatan di kelas. Guru secara tematik dan terintegrasi. Kenyataan ini
selalu member perbandingan di kelas antara menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan
konsep yang dipelajari siswa di kelas dengan entrepreneurship pada aspek evaluasi juga
potret-potret kenyataan empiris yang disampaikan memenuhi criteria keberhasilan.
ke dalam contoh dan permisalan yang menarik. Evaluasi produk bertujuan mengukur dan
Menurut hasil pengamatan di kelas didapati mengintrepretasikan capaian-capaian program.
keterangan yang menunjukkan bahwa gagasan Evaluasi produk menunjukkan perubahan-
yang diformulasikan oleh siswa pada aspek perubahan yang terjadi pada input.
sebelumnya dikembangkan ke dalam proyek Aspek hasil belajar memuat beberapa
entrepreneurship dengan melahirkan produk criteria keberhasilan di anataranya adalah
kreatif berupa pengolahan bahan bekas yang mekanisme pelaporan hasil belajar dan tingkat
ramah lingkungan. Gagasan ini kemudian perkembangan peserta didik. Menurut keterangan
ditindaklanjuti dengan menelusuri tahap-tahap Kepala Sekolah SDK Penabur Kota Wisata,
yang harus dilewati untuk mengolah bahan bekas mekanisme pelaporan hasil belajar
dan melakukan perkiraan biaya dan manfaat dari entrepreneurship tidak memiliki perbedaan dengan
proyek pengolahan bahan bekas tersebut. sekolah lain yakni melalui pembagian raport.
Berdasarkan hasil observasi di atas diperoleh Kepala Sekolah dan beberapa guru yang
keterangan bahwa aspek design telah memenuhi diwawancarai sepakat bahwa trend perkembangan
masing-masing criteria keberhasilan yang telah hasil belajar peserta didik sangat dinamis karena
ditetapkan. beragamnya minat dan bakat peserta didik ke
Melalui hasil observasi dan wawancara dalam berbagai tema dan mata pelajaran. Meski
diketahui bahwa setelah merancang proyek begitu trend menunjuk pada arah yang positif
entrepreneurship siswa diminta oleh guru untuk dimana siswa keas 6 SDK Penabur

Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


867 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur – Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry
Utomo

entrepreneurship memiliki daya saing yang tinggi. Wisata mengaku tidak menjumpai kesulitan yang
Ini terbukti dengan semakin tingginya jumlah berarti baik dalam menyusun maupun
peserta didik yang mampu bersaing di tingkat mengimplementasikan kurikulum ke dalam
selanjutnya. Hasil temuan evaluasi di atas pembelajaran di kelas.
menunjukkan bahwa evaluasi produk pada aspek Hasil wawancara bersama Kepala Sekolah
hasil belajar telah memenuhi criteria keberhasilan dan guru juga menunjukkan bahwa masih ada
yang ditetapkan. beberapa masalah dan kendala yang dihadapi
Berdasarkan hasil temuan penelitian SDK Penabur dalam menyelenggarakan program
Penabur Kota Wisata telah menetapkan landasan entrepreneurship yakni manajemen waktu,
formal yang jelas berupa buku pedoman, prosedur, kapasitas tenaga pendidik, dan kemampuan siswa.
dan petunjuk teknis pelaksaan program Pada aspek manajemen waktu, Kepala Sekolah dan
entrepreneurship di sekolah. Inti dari tujuan guru menyatakan masih sangat kesulitan membagi
diselenggarakannya program entrepreneurship di waktu secara efektif antara mengejar ketuntasan
sana bukan untuk mengarahkan jalan hidup siswa materi dengan melaksanakan program
agar menjadi pengusaha melainkan untuk entrepreneurship. Kesulitan-kesulitan dalam
membentuk karakter siswa yang kreatif, inovatif, membagi waktu ini berdampak pada penyelesaian
mandiri, berani mengambil risiko, dan materi yang tidak tuntas sehingga dikhawatirkan
bertanggungjawab. Temuan tersebut juga akan memberi kerancuan pada siswa dalam
diperkuat oleh (Gofen & Blomqvist, 2013; Hegarty memahami hakekat dan tujuan diselenggarakannya
& Jones, 2008; Siregar, 2018) yang menegaskan program entrepreneurship itu sendiri (Connor &
bahwa program entrepreneurship dikreasikan atas Connor, 2015; Plum, 2014).
dasar kebutuhan yang tinggi akan pembentukan Kendala lain adalah dari segi kapasitas
karakter peserta didik yang memiliki kualitas tenaga pendidik dan terdapatnya kerancuan
entrepreneurship sebagaimana yang telah pemahaman orang tua siswa dan siswa akan
disebutkan di atas karena munculnya tantangan- hakekat dan tujuan dari penyelenggaraan program
tantangan baru sebagai konsekuensi atas entrepreneurship. Hal ini diperkuat oleh (Lee &
bergeraknya revolusi industri global menuju Lai, 2010; Longman et al., 2015; Schmitt, 2004)
generasi ke empat. Selain daripada itu, hasil studi yang menyatakan bahwa kolaboratif dalam
dokumen menunjukkan bahwa penyelenggaraan pelaksanaan entrepreneurship akan merasa
program entrepreneurship sejalan dan selaras nyaman jika kemitraan seperti peran orang tua dan
dengan visi dan misi yang diusung oleh SDK lingkungan yang mendukung
Penabur.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, SIMPULAN
kurikulum di SDK Penabur Kota Wisata adalah Berdasarkan hasil evaluasi program
kurikulum nasional plus dimana di dalam entrepreneurship di SDK Penabur dengan
kurikulum 2013 diintegrasikan sejumlah muatan- menggunakan model CIPP diperoleh
muatan entrepreneurship yang tersaji dalam
kesimpulan sebagai berikut: Pada komponen
format tematik. Meski memiliki sejumlah
konteks terdapat satu aspek tidak sesuai
perbedaan mendasar dari sisi konsepsional dan
dengan satu kriteria yang ditetapkan yaitu
teknis dengan sekolah regular, sekolah
peran pemangku kepentingkan sedangkan dua
entrepreneurship khususnya SDK Penabur Kota

Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


868 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur – Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry
Utomo

aspek lainnya telah sesuai dengan yang Daryanto, & Karim, S. (2017). Pembelajaran
Abad 21. Jakarta: Gava Media.
ditetapkan. Pada komponen input pada aspek
Gofen, A., & Blomqvist, P. (2013). Parental
peserta didik terdapat kriteria yang tidak entrepreneurship in public education : a
terpenuhi yaitu adanya batasan usia peserta social force or a policy problem ? Journal of
Education Policy, 29(4), 546–569.
didik. Sedangkan pada aspek kurikulum ada https://doi.org/10.1080/02680939.2013.8582
75
satu kriteria yang tidak terpenuhi yaitu adanya
pemantauan dari dinas pendidikan. Pada aspek Hegarty, C., & Jones, C. (2008). Graduate
entrepreneurship : more than child ’ s play.
tenaga pendidikan kriteria yang tidak Emerald, 50(7), 626–636.
https://doi.org/10.1108/00400910810909072
terpenuhi adalah adanya persyaratan khusus
Kasapoglu, K., Didin, M., & Life, M. (2019). Life
bagi calon tenaga pendidik. Aspek
Skills as a Predictor of Psychological Well-
pembiayaan tidak memenuhi kriteria tidak Being of Pre-Service Pre-School Teachers in
Turkey. International Journal of
adanya pembiayaan dari pemerintah. Hasil Contemporary Educational Research
evaluasi menunjukkan bahwa semua kriteria Volume, 6(1), 70–85.

sarana prasarana dinyatakan telah sesuai. Pada Kurtdede-fidan, N. (2018). Life Skills from the
Perspectives of Classroom and Science
komponen proses hasil evaluasi menunjukkan Teachers. International Journal of
Progressive Education, 14(1), 32–55.
bahwa masing-masing aspek seluruhnya telah
https://doi.org/10.29329/ijpe.2018.129.4
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Pada
Lee, L., & Lai, C. (2010). An Exploratory Survey
aspek produk semua kriteria dinyatakan telah of Prospective Childcare Givers ’
Entrepreneurial Potential in Taiwan. In
terpenuhi. Adapun aspek respon orang tua dan International Conference on Business and
siswa terdapat beberapa kriteria yang belum Information (pp. 1–11). Kitakyushu, Japan.

sesuai yakni kriteria orang tua dan siswa yang Longman, P., Mundy, L., Black, R., Bornfreund,
L., Byrum, G., Cramer, R., … Mccarthy, M.
memahami hakekat, maksud dan manfaat dari A. (2015). The Case for Building a Social
penyelenggaraan program entrepreneurship. Policy Centered on Families. In Family
Centered Social Policy (pp. 1–22).

OECD. (2015). PISA 2015 Results (Volume IV):


DAFTAR PUSTAKA Students’ Financial Literacy (Vol. IV).
Daryanto, & Karim, S. (2017). Pembelajaran https://doi.org/10.1787/9789264270282-en
Abad 21. Jakarta: Gava Media.
Pearson, R. (2014). Social Enterprises and Social
M.L.Carcamo-Solís et al. Teaching and Teacher Sector Workforces. In Workforce Initiatives
Education, 64:291-304,2017. Diakses dari Discussion (pp. 1–4). Social Change Group.
https://www.journals.elsevier.com/teaching-
and-teacher-education Plum, M. (2014). A ‘globalised’ curriculum –
international comparative practices and the
Anderson, K., & Jeffery, V. (1998). What Are preschool child as a site of economic
Good Child Outcomes ? Education optimisation. Studies in the Cultural Politics
Resources Information Center, 1–40. OfEducation, 35(4), 570–583.
https://doi.org/10.1080/01596306.2013.8712
Connor, D. O., & Connor, D. O. (2015). The 39
golden thread : educator connectivity as a
central pillar in the development of creativity Rajawali. (2009). Kewirausahaan. Jakarta:
through childhood education . An Irish life Rajawali Pers.
history study history study. International
Journal of Primary, Elementary and Early Ruskovaara, E., & Pihkala, T. (2015).
Years Education ISSN:, 3(13), 1–12. Entrepreneurship Education in Schools:
https://doi.org/10.1080/03004279.2014.9993 Empirical Evidence on the Teacher’s Role.
43 The Journal of Educational Research,
108(3), 236–249.

Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


869 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur – Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry
Utomo

https://doi.org/10.1080/00220671.2013.8783
01

Schmitt, E. (2004). Pathways to successful


entrepreneurship : Parenting , personality ,
early entrepreneurial competence , and
interests, 65, 498–518.
https://doi.org/10.1016/j.jvb.2003.10.007

Shavinina, L. (2013). How to develop innovators ?


Innovation education for the gifted. Gifted
Education International, 29(1), 54–68.
https://doi.org/10.1177/0261429412440651

Siregar, Y. E. Y. (2018). Self Regulation ,


Emotional Intelligence acWith Character
Building In Elementary School. In Advances
in Social Science, Education and Humanities
Research (Vol. 251, pp. 315–318). Atlantis
Press.

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan


Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Wijatno, S. (2009). Pengantar Entrepreneurship.


Jakarta: PT. Grasindo.

Wijaya, D. (2017). Pendidikan Kewirausahaan.


Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147

You might also like