You are on page 1of 155

PENGARUH PERAN KOMITE SEKOLAH DAN PROGRAM BANTUAN

OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) TERHADAP MUTU PENDIDIKAN DI


SMA NEGERI 1 BANYUASIN III KABUPATEN BANYUASIN

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Magister Manajemen Pendidikan (M.Pd)
Pada
Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana
Universitas PGRI Palembang

Oleh :

RUKANTO
2016 6013 011

PROGRAM PASCASARJA

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2018
ABSTRACT

Rukanto. 2018. “Effect of Role School Committee and Bantuan Operasional


Sekolah (BOS) On Quality of Education In SMA Negeri 1 Banyuasin III”.
Graduate Program of Management Education Universitas PGRI Palembang.
Advisor Dr. Yasir Arafat, M.M, and Dr. Edi Harapan, M.Pd

This study aimed at determining whether there is influence and how big the
influence of school committee and BOS program to the quality of education. This
research was conducted in SMA Negeri 1 Banyuasin III Banyuasin. While the
method was partial correlation method. The sample in this study were educators
which consist of 45 people. Data collection technique in this study was
questionnaires. The results showed that 1) there is significant relationship
between school committee role variables with BOS program; 2) there is
significant influence between the role of school committee on the quality of
education; 3) there is significant influence between the operational school asisten
fee (BOS) on the implementation of the quality of education; and 4) there is
significant influence jointly between the school committee and BOS on the quality
of education in SMA Negeri 1 Banyuasin III Banyuasin Regency. Based on the
Anova test obtained F count of 3239.781> F table (3239.781> 4.07) so that Ho4
in rejected. The big influence of school committee role and BOS on the quality of
education in SMA Negeri 1 Banyuasin III together 99.4% and the remaining 0.6%
influenced by other factors not examined in this research.

Keywords: School Committee Role, BOS Program, Quality of Education


ABSTRAK

Rukanto. 2018. “Pengaruh Peran Komite Sekolah Dan Program Bantuan


Operasional Sekolah (Bos) Terhadap Mutu Pendidikan Di SMA Negeri 1
Banyuasin III Kabupaten Banyuasin”. Program Pascasarjana Manajemen
Pendidikan Universitas PGRI Palembang. Pembimbing Utama Dr. Yasir
Arafat, M.M,dan Pembimbing Pendamping Dr. Edi Harapan, M.Pd

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh dan seberapa besar
pengaruh peran komite sekolah dan program BOS terhadap mutu pendidikan.
Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Sedangkan metode dalam
peneltian ini menggunakan metode korelasi parsial. Sampel dalam penelitian ini
adalah pendidik dan tenaga pendidik yang ada di sekolah berjumlah 45 orang.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Hasil
penelitian ini mengemukakan bahwa 1) terdapat hubungan yang signifikan antara
variabel peran komite sekolah dengan program BOS; 2) terdapat pengaruh yang
signifikan antara peran komite sekolah terhadap mutu pendidikan;, 3) terdapat
pengaruh yang signifikan antara program BOS terhadap pelaksanaan mutu
pendidikan; dan 4) terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
antara peran komite sekolah dan program BOS terhadap mutu pendidikan.
Berdasarkan uji Anova diperoleh F hitung sebesar 3239,781 > F tabel (3239,781
> 4,07) sehingga Ho4 di tolak. Adapun besar pengaruh peran komite sekolah dan
program BOS terhadap mutu secara bersama-sama sebesar 99,4% dan sisanya
0,6% di pengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti di dalam penelitian ini.

Kata Kunci : Peran Komite Sekolah, Program BOS, Mutu Pendidikan


PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Tesis ini saya persembahkan kepada Ayah dan Ibunda yang telah
memberikan support yang sangat besar baik moral maupun material selama
menempuh program pascasarjana. Istriku yang selalu memberikan dukungan
baik moral maupun material selama menempuh program pascasarjana. Anak
anakku yang selalu menjadi penyemangat dalam setiap detak jantung dan
hembusan nafasku. Saudara-saudaraku yang juga selalu memberikan support
dan semangat untuk mencapai keberhasilan. Almamaterku Universitas PGRI
Palembang. Dosen-dosen program Pascasarjana PGRI Palembang khususnya
program Manajemen Pendidikan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Teman-teman program Pascasarjana Manajemen Pendidikan khususnya
Manajemen Pendidikan angkatan-2 yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu.

MOTTO
“Di mana ada kemauan disitu ada jalan”
KATA PENGANTAR

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah syarat untuk mencapai gelar
Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Manajemen Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang. Dengan selesainya tesisi
ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Yasir Arafat, M.M, dan Dr. Edi
Harapan, M.Pd selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama
penulisan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Bukman
Lian, M.M., M.Si, Rektor Universitas PGRI Palembang, Asisten Direktur I
Pascasarjana Universitas PGRI Palembang Dr. Mulyadi, M.A, dan ketua Program
Studi Manajemen Pendidikan Universitas PGRI Palembang Dr. Edi Harapan,
M.Pd, yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi
penulisan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi Sumatera Selatan, Kepala Sekolah dan Pendidik serta Tenaga
Kependidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin yang telah
memberikan kemudahan dalam pengumpulan data, serta pihak lain yang telah
memberikan bantuannya sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan. Mudah
mudahan tesis ini dapat bermanfaat bagi pengajaran bidang Studi Manajemen
Pendidikan di Pascasarjana Universitas PGRI Palembang.

Palembang, Maret 2018


Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. ii
HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PENGUJI ………………………. iii
HALAMAN BUKTI TELAH MEMPERBAIKI TESIS …….…………….. iv
HALAMAN SURAT PERNYATAAN …………………………………….. v
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO …………………………… vi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… vii
DAFTAR ISI …….………………………………………………………….. viii
ABSTRACT ………………………………..……………….………………. ix
ABSTRAK ……………………………………..…………………………… x
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xii

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………………….. 15
C. Pembatasan Masalah ………………………………………….. 19
D. Perumusan Masalah ……………………………………………. 19
E. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 20

II. KAJIAN TEORITIK


A. Deskripsi Teoritik ………………………………………………… 21
1 Mutu Pendidikan ……………………………………………. 21
2 Komite Sekolah ……………………………………………… 33
3 Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan ……………………………………………………. 43
4 Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) …………... 47
B. Hasil Penelitian yang Relevan …………………………………… 53
C. Hipotesis Penelitian …………..…………………………………… 56

III. METODE PENELITIAN


A. Kerangka Berfikir ……………………………………………………. 58
B. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 59
C. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………… 60
D. Metode Penelitian …………………………………………………… 60
E. Populasi dan Sampel ……………………………………………….. 61
1. Populasi Penelitian …………………………………………… 61
2. Sampel Penelitian …………………………………………….. 61
F. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………… 62
1. Defenisi Konseptual …………………………………………… 62
2. Defeisi Operasional …………………………………………… 63
3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ………………………………… 66
4. Kalibrasi ………………………………………………………… 68
a). Pengujian Validitas …………………………………….. 68
b). Perhitungan Reabilitas ………………………………… 71
G. Uji Persyaratan Data ………………………………………………. 72
1. Uji Normalitas ………………………………………………… 73
2. Uji Homogenitas ……………………………………………… 73
3. Uji Linieritas …………………………………………………… 74
H. Teknik Analisis Data ……………………………………………… 74
I. Hipotesis Statistik ………………………………………………….. 76

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data …………………………………………………….. 77
1. Deskripsi Data Variabel Peran Komite Sekolah Di SMA
Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin ………….... 78
2. Deskripsi Data Program bantuan oprasional sekolah
(BOS) Di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten
Banyuasin …………………………………………………..... 80
3. Deskripsi Data Mutu pendidikan di SMA Negeri 1
Banyuasin III Kabupaten Banyuasin ………………………. 83
B. Uji Persyaratan Data ……………………………………………... 86
1. Uji Normalitas ………………………………………………... 86
2. Uji Homogenitas …………………………………………….. 87
3. Uji Linieritas …………………………………………………. 88
C. Pengujian Hipotesis ……………………………………………… 86
1. Hubungan Antara Peran Komite Sekolah Dengan
Program BOS Di SMA Negeri 1 Banyuasin III
Kabupaten Banyuasin ………………………………………. 89
2. Pengaruh Peran komite sekolah Terhadap Mutu
pendidikan Di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten
Banyuasin ……………………………………………………. 90
3. Pengaruh Program bantuan oprasional sekolah
(BOS)Terhadap Mutu pendidikan di SMA Negeri 1
Banyuasin III Kabupaten Banyuasin ………………………. 91
4. Pengaruh Secara Bersama-Sama Antara Peran komite
sekolah dan Program bantuan oprasional sekolah
(BOS)Terhadap Mutu pendidikan Di SMA Negeri 1
Banyuasin III Kabupaten Banyuasin ……………………….. 92
D. Pembahasan ……………………………………………………….. 95
E. Keterbatasan Penelitian …………………………………………... 98

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN


A. Simpulan ……………………………………………………………. 97
B. Implikasi …………………………………………………………….. 98
C. Saran ………………………………………………………………… 99

Daftar Pustaka ......................................................................................... 100

Lampiran ………………………………………………………………………. 101

Riwayat Hidup Penulis ……………………………………………………… 141


Daftar Tabel

Tabel 2.1. Komponen Pembiayaan BOS ………………………….. 49


Tabel 3.1. Jadwal Penelitian ………………………………………… 60
Tabel 3.2. Populasi Penelitian ………………………………………. 61
Tabel 3.3. Daftar Pembobotan Peran Komite Sokolah …………... 64
Tabel 3.4. Daftar Pembobotan BOS ……………………………….. 64
Tabel 3.5 Daftar Pembobotan Mutu Pendidikan …………………. 65
Tabel 3.6. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ………………………….. 66
Tabel 3.7. Hasil Uji Coba Validitas Variabel X1 …………………… 69
Tabel 3.8. Hasil Uji Coba Validitas Variabel X2 …………………… 70
Tabel 3.9. Hasil Uji Coba Validitas Variabel Y …………………….. 71
Tabel 3.10. Hasil Reliabelitas Variabel Penelitian ………………….. 72
Tabel 3.11. Rentangan Norma ……………………………………….. 74
Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Variabel X1 …………………………. 78
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Variabel X1 ………………… 79
Tabel 4.3. Kategori Persentase Variabel X1 ……………………… 79
Tabel 4.4. Statistik Deskriptif Variabel X2 …………………………. 80
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Variabel X2 ………………… 81
Tabel 4.6. Kategori Persentase Variabel X2 ……………………… 82
Tabel 4.7. Statistik Deskriptif Variabel Y ………………………….. 83
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Data Variabel Y ………………….. 83
Tabel 4.9. Kategori Persentase Variabel Y ……………………….. 84
Tabel 4.10. Uji Normalitas ……………………………………………. 85
Tabel 4.11. Uji Homogenitas …………………………………………. 86
Tabel 4.12. Uji Linieritas ……………………………………………… 86
Tabel 4.13. Uji Linieritas ……………………………………………… 87
Tabel 4.14. Uji Korelasi ……………………………………………….. 88
Tabel 4.15. Signifikansi Pengaruh Variabel X1 dan Y ……………... 89
Tabel 4.16. Signifikansi Pengaruh Variabel X2 dan Y ……………... 90
Tabel 4.17. Hasil Analisis Regresi Ganda Variabel X1 dan X2
terhadap Y ……………………………………………….. 92
Tabel 4.18. Koefisien Determinasi …………………………………… 92
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu ………………… 29


Gambar 2 : Kerangka Berpikir Penelitian ……………………………… 59
Gambar 3 : Histogram Statistik Deskriptif Variabel X1 ……………….. 80
Gambar 4 : Histogram Statistik Deskriptif Variabel X2 ……………….. 82
Gambar 5 : Histogram Statistik Deskriptif Variabel Y ………………… 84
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Penelitian …………………………………………. ............... 106


Lampiran 2 Skor Total Angket Uji Coba Variabel X1 ......................................... 111
Lampiran 3 Skor Total Angket Uji Coba Variabel X2 ......................................... 112
Lampiran 4 Skor Total Angket Uji Coba Variabel Y ........................................... 113
Lampiran 5 Uji validitas dan reabilitas variabel penelitian ................................. 114
Lampiran 6 Skor Total Angket Variabel X1 ........................................................ 124
Lampiran 7 Skor Total Angket Variabel X2 ........................................................ 125
Lampiran 8 Skor Total Angket Variabel Y .......................................................... 126
Lampiran 9 Uji Statistik Deskripsi Data .............................................................. 127
Lampiran 10 Uji Persyaratan Data...................................................................... 129
Lampiran 11 Uji Analisis Data ............................................................................. 131
Lampiran 12 Lembar Pengajuan Judul & SK Pembimbing ................................ 132
Lampiran 13 Lembar Validitas expert ................................................................ 133
Lampiran 14 Surat Izin Penelitian ....................................................................... 137
Lampiran 15 Daftar Riwayat Hidup ..................................................................... 141
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh lahirnya kewenangan penyelenggaraan

pendidikan dan alokasi sumber daya pendidikan melalui Manajemen Berbasis

Sekolah (School Based Manajement) sebagai tuntutan diterapkannya kebijakan

desentralisasi dan otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Pertimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (Machali dan Hidayat, 2016: 58).

Secara konseptual, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai

sebuah model pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan

tanggung jawab) yang lebih besar kepada sekolah, memberikan keluwesan-

keluwesan kepada sekolah, dan mendorong secara langsung warga sekolah

(guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh

masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dan sebagainya) untuk meningkatkan mutu

sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta perundang-undangan

yang berlaku (Depdiknas, 2007: 12).

Dari kebijakan inilah kemudian mendorong munculnya konsep Manajemen

Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (MPMBS) sebagai pendekatan

baru di Indonesia, yang merupakan bagian dari desentralisasi pendidikan yang

sedang dikembangkan. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis

Sekolah (MPMBS) merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan

yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah (Hamzah,

2013). Dipilihnya konsep Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis

Sekolah (MPMBS) sebagai model desentralisasi pendidikan untuk pendidikan


dasar dan menengah karena diyakini model ini akan mempermudah pencapaian

tujuan pendidikan. Ciri-ciri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis

Sekolah (MPMBS) adalah adanya otonomi yang kuat pada tingkat sekolah,

peran aktif masyarakat dan menjunjung tinggi akuntabilitas dan transparansi

dalam setiap kegiatan pendidikan (Hasri, 2008: 19).

Dalam implementasi konsep Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan

Berbasis Sekolah (MPMBS), sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengelola

dirinya berkaitan dengan permasalahan administrasi, keuangan dan fungsi setiap

personil sekolah di dalam kerangka arah dan kebijakan yang telah dirumuskan

oleh pemerintah. Bersama-sama dengan orang tua dan masyarakat (para aktor-

aktor/stakeholders) yang terkait, sekolah harus membuat keputusan, mengatur

skala prioritas disamping harus menyediakan lingkungan kerja yang lebih

profesional (Hamzah, 2013).

Kewenangan penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya

pendidikan melalui Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Manajement)

sebagai tuntutan diterapkannya kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah

yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah dan Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pertimbangan Keuangan Pusat dan

Daerah, sekolah sebagai lembaga pendidikan ditingkat mikro dapat

meningkatkan efisiensi dan mutu pendidikan melalui Manajemen Peningkatan

Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (MPMBS) dengan memaksimalkan

pengelolaan pendidikan baik itu berkaitan dengan masalah administrasi,

keuangan, maupun fungsi dari setiap personel sekolah dan peran serta

masyarakat.
Hal ini sejalan dengan kebijakan pembangunan pendidikan dalam kurun

waktu 2010-2014 dituangkan di dalam Visi Kemendiknas 2014 yaitu

terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional untuk membentuk insan

indonesia cerdas komprehensif. Adapun yang dimaksud dengan layanan prima

pendidikan nasional adalah layanan pendidikan yang 1) tersedia secara merata

di seluruh pelosok nusantara; 2) terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat; 3)

berkualitas/bermutu dan relevan dengan kebutuhan kehidupan bermasyarakat,

dunia usaha, dan dunia industrI; 4) setara bagi warga Negara Indonesia dalam

memperoleh pendidikan berkualitas dengan memperhatikan keberagaman latar

belakang sosial-budaya,ekonomi, geografi, gender, dan sebagainya; dan 5)

menjamin kepastian bagi warganegara Indonesia mengenyam pendidikan dan

menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri

(Dewi, dkk, 2015).

Mutu dalam konteks pendidikan mencakup input, proses, dan output

pendidikan (Depdiknas, 2011). Input pendidikan adalah segala sesuatu yang

harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Proses

pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain dengan

mengintegrasikan input sekolah sehingga mampu menciptakan situasi

pembelajaran yang menyenangkan, motivasi dan minat belajar yang tinggi.

Output pendidikan merupakan kinerja sekolah yang dapat diukur dari

kualitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, dan moral kerjanya.

Dalam konsep yang lebih luas, mutu pendidikan mempunyai makna sebagai

suatu kadar proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan yang ditetapkan

sesuai dengan pendekatan dan kriteria tertentu (Surya, 2012).


Ada empat prinsip yang menjadi landasan dalam menterjemahkan konsep

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) sesuai dengan

tujuannya yaitu otonomi, fleksibelitas, partisipasi, dan inisiatif (Depdiknas, 2007).

Otonomi diartikan sebagai kemandirian yaitu kemandirian dalam mengatur dan

mengurus dirinya sendiri. Fleksibelitas diartikan sebagai keluwesan yang

diberikan kepada sekolah untuk mengelola, memanfaatkan, dan

memberdayakan sember daya sekolah seoptimal mungkin untuk meningkatkan

mutu sekolah. Partisipasi adalah penciptaan lingkungan yang terbuka dan

demokratik. Warga sekolah dan masyarakat di dorong untuk terlibat langsung di

dalam penyelenggaraan pendidikan, dan inisiatif dikonotasikan dinamis dan

menganggap serta memperlakukan manusia di sekolah sebagai aset yang

sangat penting dan memiliki potensi untuk terus dikembangkan (Machali dan

Hidayat, 2016: 60).

Dari pembahasan di atas, dapat dikemukakan bahwa partisipasi

masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan merupakan salah satu prinsip

dalam menterjemahkan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

(MPMBS), dengan kata lain peran serta masyarakat mulai dari pengambilan

keputusan, pelaksanaan pendidikan dan evaluasi pendidikan diharapkan dapat

meningkatkan mutu pendidikan. Sejalan dengan pendapat Sagala (2011: 234)

yang mengemukakan bahwa masyarakat akan menjadi tumpuan atas

peningkatan dan pelayanan mutu pendidikan yang diselenggarakan oleh

sekolah, sehingga hubungan yang harmonis antara sekolah dengan masyarakat

akan memberikan dampak yang berarti bagi peningkatan mutu pendidikan.

Kemudian Hariwibowo (2015) mengemukakan bahwa upaya peningkatan

partisipasi orang tua dan masyarakat dalam pengelolaan dan peningkatan mutu
sekolah dikukuhkan dengan mencantumkan Dewan Pendidikan dan Komite

Sekolah/Madrasah dalam bagian ketiga pasal 56 Undang-Undang Republik

Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional.

Kemudian pendapat Ansori (2008) yang mengemukakan bahwa Komite

Sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan

hierarkis dengan sekolah maupun lembaga pemerintah lainnya. Komite Sekolah

dan sekolah memiliki kemandirian masing-masing, tetapi tetap sebagai mitra

yang harus saling bekerja sama sejalan dengan konsep manajemen berbasis

sekolah (MBS). Selain itu komite juga berperan dalam meningkatkan mutu

pelayanan baik dalam memberikan pertimbangan, arahan, dukungan sarana

prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

Pendapat diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulkifli

(2015) dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa komite sekolah memiliki

peran yang sangat penting untuk memberikan kontribusi yang positif kepada

sekolah-sekolah yang ada di Indonesia, baik itu dalam upaya pemberdayaan

(empowerment) dan Pengembangan (development) partisipasi masyarakat

dalam dunia pendidikan maupun dalam membangun pendidikan di satuan

pendidikan.

Dari beberapa hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa peran komite

sekolah sebagai manifestasi dari peran serta masyarakat dalam pendidikan

sangat memberikan pengaruh terhadap tata kelola lembaga pendidikan.

Pengawasan terhadap kegiatan operasional sekolah dapat meningkatkan mutu

pendidikan. sehingga kerjasama antara sekolah dengan komite dapat

berimplikasi lebih terjaminnya keberadaan dan kelangsungan lembaga sekolah

dalam meningkatkan mutu, melalui kerjasama komite sekolah, maka masyarakat


lebih dapat menilai dan mengontrol terhadap program yang dilakukan sekolah.

Kemudian masyarakat juga akan lebih peduli dan akan lebih mendukung

program sekolah agar lebih bermanfaat bagi masyarakat, termasuk mendukung

sumber dana dan pembangunan fisik sekolah. Cucu (2014), peran komite

sekolah/madrasah sangat diharapkan guna peningkatan kualitas pendidikan di

sekolah, apalagi dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Peningkatan kinerja komite sekolah dapat diupayakan dengan mengoptimalkan

peran dari setiap anggota komite sekolah, keterlibatan semua unsur dalam

organisasi komite sekolah serta pembagian tugasyang sesuai dengan kapasitas

personil akan mampu meningkatkan kinerja komite sekolah.

Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Larasati (2009)

dengan hasil penelitian yaitu peran komite sekolah sebagai pemberi

pertimbangan diwujudkan dalam bentuk pemberian pertimbangan terhadap

penyediaan dan penggunaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh

sekolah. Komite sekolah juga memberikan pertimbangan terhadap penggunaan

dan pemanfaatan anggaran atau dana yang diperoleh sekolah, memberikan

masukan tentang rancangan anggaran pendapatan dan belanja sekolah

(RAPBS). Peran sebagai pengontrol dengan melakukan pengawasan terhadap

alokasi anggaran untuk pelaksanaan program sekolah dan melakukan

pengawasan terhadap partisipasi sekolah pada program sekolah. Komite sekolah

juga berperan serta dalam rangka transparansi penggunaan alokasi dana

pendidikan yang berasal dari pusat agar lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat dikemukakan bahwa partisipasi

masyarakat dapat diikutil angsung oleh warga masyarakat melalui lembaga

seperti komite sekolah sebagai lembaga mandiri yang dibentuk dan berperan
dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan

pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta

pengawasan pendidikan. Kedua hal tersebut tentunya dapat mendukung

terciptanya mutu layanan pembelajaran yang lebih optimal dan berdampak pada

meningkatnya pencapaian hasil belajar siswa sebagai output pendidikan di

sekolah.

Selain peran komite sekolah, salah satu upaya untuk meningkatkan akses

masyarakat terhadap pendidikan bermutu adalah program Bantuan Operasional

Sekolah (BOS). Tujuan utama program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

adalah memberikan layanan pendidikan terjangkau dan bermutu terutama bagi

siswa miskin (Rencana Strategi Kemenbud 2010-2014 2013: 3). Program

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) difokuskan pada peningkatan layanan

peserta didik dengan pemberian Bantuan Operasional Sekolah Menengah

(BOSSM), menyediakan daya tampung pendidikan menengah melalui

pembangunan. Unit Sekolah Baru (USB), Ruang Kelas Baru (RKB) dan

rehabilitasi gedung sekolah, penyediaan dan peningkatan kualitas guru melalui

peningkatan kerjasama dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

(LPTK) atau Perguruan Tinggi (PT) dalam penyediaan guru produktif dan

pengusulan pengangkatan guru sekolah menengah (Amini, 2016). Hal ini

mempertegas bahwa pemerintah secara umum memberikan Dana BOS SMA

untuk mewujudkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu bagi semua

lapisan masyarakat.

Kemudian pendapat Irsan (2012) yang menyatakan dalam rangka

peningkatan mutu pendidikan, maka program-program BOS yang dimulai sejak

Juli 2005 dikelompokkan menjadi tiga, yaitu program pemerataan dan perluasan
akses, program peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, serta program

tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. Meskipun tujuan utama program

BOS adalah untuk pemerataan dan perluasan akses, program BOS juga

merupakan program untuk peningkatan mutu, relevansi dan daya saing serta tata

kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik.

Berdasarkan pengelompokkan program BOS menurut hasil penelitian

sebelumnya program tersebut merupakan program yang sanga ideal dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonnesia terutama sekolah-sekolah

yang masih memiliki sarana dan prasarana yang sangat minim. Kebutuhan dan

penggunaan terhadap dana BOS akan sangat terasa manfaatnya bagi sekolah,

kepala sekolah, guru dan terutama bagi para siswa yang membutuhkan bantuan

dalam bentuk fasilitas sekolah. Dengan adanya dana BOS pemerintah

mengharapkan program pendidikan nasional dapat dirasakan secara merata

diseluruh lapisan masyarakat. Dengan adanya program dana BOS diharapkan

tidak ada anak yang putus sekolah lagi dan dapat melanjutkan pendidikan

minimal 9 tahun, seperti yang telah diprogramkan oleh pemerintah.

Kemudian hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadiyanto (2015) dengan

hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Implementasi Kebijakan Pemberian

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) memberi pengaruh secara positif dan

signifikan terhadap partisipasi orang tua siswa dalam peningkatan prestasi

belajar siswa. Dengan adanya kerjasama yang positif antara sekolah dengan

orangtua maka sekolah dengan orangtua siswa harus berpengaruh secara positif

dan signifikan terhadap mutu pendidikan sebesar 27,81% dan diketahui juga

bahwa kebijakan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) berpengaruh secara


positif dan signifikan sebesar 71,19% terhadap peningkatan prestasi belajar

siswa.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Darmanto (2016) dengan hasil

penelitian yang mengemukakan bahwa kontribusi dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) bagi siswa miskin di sekolah swasta di Jakarta Timur, secara

umum bisa disimpulkan bahwa bagi pihak sekolah, keberadaan dana BOS ini

telah membantu meringankan beban operasional di sekolah swasta. Sekolah

swasta merasa sangat terbantu dalam penyediaan sarana dan prasarana proses

belajar mengajar disekolah swasta. Seperti penyediaan buku mata pelajaran,

perangkat komputer, LCD, dan laboratorium.

Dari hasil pembahasan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa komite

Sekolah memiliki peran yang sangat besar terhadap peningkatan mutu

pendidikan apabila difungsikan dan diberdayakan dengan baik oleh lembaga

pendidikan. Kemudian program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) juga

memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan mutu pendidikan

apabila dikelola dengan baik dan dialokasikan sesuai dengan sasaran dan

pemanfaatan dana BOS tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten

Banyuasin. Peneliti memilih sekolah tersebut sebagai tempat penelitian

dikarenakan SMA Negeri 1 Banyuasin III merupakan salah satu sekolah yang

berdiri di Kabupaten Banyuasin maupun di Kotamadya Palembang. Secara

umum SMA Negeri 1 Banyuasin III adalah SMA yang memiliki tenaga pendidik

dan fasilitas yang cukup baik. Akan tetapi, SMA Negeri 1 Banyuasin III belum

memiliki prestasi yang dicapai oleh sekolah maupun prestasi siswa, baik itu di

level lokal maupun nasional. Kemudian, lulusan di SMA Negeri 1 Banyuasin III
sebagian besar belum melanjutkan keperguruan tinggi. Melihat dari kondisi ini

maka peneliti memutuskan untuk melaksanakan penelitian di SMA Negeri 1

Banyasin III Kabupaten Banyuasin.

Dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10 Juni

2017 di SMA Negeri 1 Banyuasin III, peneliti menemukakan beberapa indikator

yang menyatakan keterlibatan langsung komite sekolah terhadap

penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III. Hal ini terlihat

dimana komite sekolah memberikan perhatian dan membangun komitmen

dengan masyarakat untuk mendukung program-program sekolah yang bertujuan

meningkatkan mutu SMA Negeri 1 Banyuasin III. Selain itu komite sekolah juga

berperan menjadi penghubung kerjasama kemitraan antara perusahaan dan

instansi pemerintah dengan SMA Negeri 1 Banyuasin III melalui kegiatan praktek

kerja lapangan dan juga membangun sarana dan prasarana untuk meningkatkan

mutu pendidikan yang dikukuhkan melalui memorandum of understanding

(MOU). Kemudian komite sekolah di SMA Negeri 1 Banyuasin III juga berperan

dalam menampung ide-ide dan aspirasi masyarakat terutama menyangkut

peningkatan mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III.

Akan tetapi, ada beberapa permasalahan yang ditemui oleh peneliti, terkait

dengan peran komite sekolah di SMA Negeri 1 Banyuasin III, seperti hanya

sebagian pengurus komite sekolah aktif ikut melakukan monitoring kegiatan PBM

di sekolah, begitu juga dalam rapat paripurna komite sekolah yang diadakan di

sekolah, hal ini mengindikasikan kurangnya dukungan dari sebagian komite

sekolah terhadap mutu pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa rapat

komite yang dilaksanakan oleh pihak sekolah, perserta yang hadir hanya 198

orang dari 510 orang anggota komite sekolah atau hanya 38,8 % dari total
keseluruhan komite sekolah yang ada di SMA Negeri 1 Banyuasin III. Kemudian

sebagian pengurus komite sekolah ada yang mengharapkan mendapat

keuntungan atau di berikan upah (gaji) dalam mejalankan perannya sebagai

komite sekolah. Hal ini menandakan bahwa sebagian komite sekolah belum

memahami peranya sebagai komite sekolah.

Permasalahan selanjutnya adalah sering terjadi ketidaksamaan persepsi

antara kepala sekolah dan sebagian komite sekolah dalam hal pelaksanaan

kegiatan sekolah. Zulkifli (2015) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa

dalam menjalankan proses pendidikan tersebut, juga tidak akan berjalan dengan

baik kalau tidak adanya kerjasama antara semua pihak. Dalam hal ini, pihak-

pihak yang terkait saling membantu sama sama lain dan punya tugas dan peran

masing-masing seperti kepala sekolah, majlis guru, komite sekolah, dan

masyarakat. Dari pendapat ini, jelas dalam upaya peningkatan mutu pendidikan,

komite sekolah dan kepala sekolah harus menjalin hubungan dengan baik.

Permasalahan yang ditemukan oleh peneliti didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Solihat (2017) dengan hasil penelitian yang mengemukakan

bahwa partisipasi masyarakat melalui komite madrasah pada Madrasah

Ibtidaiyah Swasta di Kota Bandung, apabila melihat keempat dimensi komite

madrasah, maka dimensi yang paling tinggi adalah pemberi pertimbangan

dengan indikator identifikasi sumber daya pendidikan dalam masyarakat,

memberikan masukan dalam penyusunan RKAS, ikut mengesahkan RKAS

bersama kepala madrasah dan memberikan masukan terhadap proses

pengelolaan pendidikan. Sedangkan dimensi yang paling rendah adalah

pendukung dengan indikator memobilisasi guru sukarelawan untuk

menanggulangi kekurangan guru di madrasah dan memobilisasi tenaga


kependidikan (bukan guru) untuk mengisi kekurangan di madrasah. Agar dimensi

tersebut dapat meningkat, maka komite sekolah harus berperan aktif dalam

mendukung setiap program-program madrasah, terutama dalam kegiatan

pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Makmun, Sumadi, dan Ambarita (2014)

menyatakan bahwa Komite SMK Negeri 2 Metro memang sudah mengupayakan

perannya dalam peningkatan mutu sekolah, namun hanya beberapa pengurus

yang memiliki komitmen dalam melaksanakan perannya secara tugas dan

fungsinya. Alasan klasik Komite Sekolah tidak mendapatkan bayaran (gaji) bagi

sebagian anggota merasa beban kerja dan tanggung jawab belum sebanding. Di

samping itu, kecenderungan pengurus komite SMK Negeri 2 Metro belum

memahami tugas dan fungsinya secara benar. Sehingga peran yang diberikan

untuk peningkatan mutu sekolah tidak maksimal.

Cucu (2014) dengan hasil penelitian yaitu peran komite sekolah/madrasah

sangat diharapkan guna peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Apalagi

dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Peningkatan kinerja

komite sekolah dapat diupayakan dengan mengoptimalkan peran dari setiap

anggota komite sekolah, keterlibatan semua unsur dalam organisasi komite

sekolah serta pembagian tugas yang sesuai dengan kapasitas personil akan

mampu meningkatkan kinerja komite sekolah.

Selain itu, peneliti juga menemukan indikator pengelolaan dana program

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SMA Negeri 1 Banyuasin III antara lain

adalah perencanaan RKAS SMA Negeri 1 Banyuasin III disusun oleh

timanggaran sekolah, untuk merencanakan anggaran kerja sekolah selama satu

tahun. Anggaran disusun berdasarkan kumpulan kegiatan/kebutuhan dari guru


dan karyawan masing-masing bidang. Rencana sementara yang telah tersusun

kemudian dikomunikasikan dengan Komite Sekolah untuk dimintai pertimbangan

yang perlu dilaksanakan dalam tahun anggaran tersebut. Kemudian pembukuan

dana BOS dibuat meliputi buku kas umum, buku pembantu bank, dan buku

pembantu pajak. Penyetoran pajak atas Pengelolaan Dana BOS SMA meliputi

PPN, PPh pasal 21 dan 22. Selain itu juga pengawasan dan evaluasi

Pengelolaan Dana BOS SMA Negeri 1 Banyuasin III dilaksanakan oleh pihak

internal dan ekternal. Pengelolaan Dana BOS dilaporkan kepada Dinas

Pendidikan Kabupaten, Provinsi dan Pusat.

Seperti halnya peran komite sekolah, ada beberapa permasalahan yang

ditemui oleh peneliti terkait pengelolaan Dana BOS, antara lain 1) pengelolaan

Dana BOS masih belum bisa maksimal, dikarenakan Dana BOS masih belum

memadai untuk mencakup seluruh kebutuhan operasional sekolah; 2)

pengelolaan Dana BOS masih belum transparan; 3) masih melakukan

pemrosesan pengolahan/pencatatan laporan keuangan BOS secara manual,

Sehingga peluang terjadi human error seperti kesalahan dalam penginputan data

sangat memungkinkan; dan 4) masih terjadi keterlambatan pencairan dana BOS

ke sekolah.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adawiyah,

Darmanto, Ubaid, dan Sarifudin (2016) mengenai Kontribusi Dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) Bagi Siswa Miskin di Sekolah Swasta Di Jakarta

Timur dengan hasil penelitian menyatakan bahwa meskipun sekolah swasta

telah mendapat dukungan dana BOS, hampir semua sekolah yang diteliti masih

menerapkan pungutan terhadap siswanya. Bagi sekolah swasta alasan untuk

tetap memungut beberapa komponen biaya adalah karena dana BOS dianggap
masih kurang memadai untuk mencakup seluruh kebutuhan operasional sekolah.

Hal inilah yang menjadi salah satu alasan sekolah swasta memungut biaya pada

semua siswa, meskipun jumlah biaya ini tidak penuh.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Amborowati, Marco (2016)

dengan hasil penelitian yang mengemukakan bahwa khususnya di daerah

Istimewa Yogyakarta, BOS diberikan dan dikelola oleh sekolah dengan diawasi

oleh berbagai pihak, baik instansi resmi maupun masyarakat (komite sekolah).

Dalam pelaksana program BOS, pihak sekolah masih mengalami kesulitan

dalam melakukan pembukuan penggunaan dana BOS, serta kerepotan

memenuhi tuntutan bentuk standar format laporan dana BOS. Saat ini, pihak

sekolah masih melakukan pemrosesan pengolahan/pencatatan laporan

keuangan BOS secara manual. Sehingga terjadi human error seperti kesalahan

dalam pengimputan data yang menyebabkan data menjadi tidak akurat dan

relevan, sangatlah mungkin terjadi, serta tidak adanya transparasi dalam

pelaporan dan penggunaan dana BOS selama ini.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Bhawa, Haris, dan Artana (2014)

dengan hasil penelitian yaitu 1) masalah yang dihadapi seluruh sekolah dasar di

Kecamatan Sukadana yaitu dana BOS datang tidak tepat waktu, dan komite

kurang memahami pengelolaan dana BOS; 2) upaya yang dilakukan seluruh

sekolah dasar yaitu melakukan pinjaman dana serta berbelanja secara kredit,

dan melakukan penguatan pada komite terkait dana BOS.

Dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di atas, maka peneliti

dapat mengemukakan bahwa peran komite sekolah belum berjalan dengan baik

dan pengelolaan dana program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) belum

dapat dikelola dengan baik, apabila dilihat dari beberapa masalah yang dihadapi
menyangkut peran komite sekolah dan pengelolaan Dana BOS seperti yang

telah dikemukakan di atas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut, apakah peran komite sekolah dan pengelolaan dana program Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyusin

memberikan pengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan, serta seberapa

besar pengaruhnya terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah tersebut.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti apakah peran komite sekolah dan

pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang telah berjalan

dengan baik di SMA Negeri 1 Banyuasin III berpengaruh terhadap mutu

pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Komite Sekolah di SMA Negeri 1 Banyuasin III belum berjalan dengan

baik sesuai dengan peran dan fungsinya, terlihat dari sebagian pengurus

komite sekolah belum aktif ikut melakukan monitoring kegiatan PBM di

sekolah, begitu juga dalam rapat paripurna komite yang diadakan di

sekolah. Kemudian, sebagian pengurus komite sekolah masih ada yang

mengharapkan mendapat keuntungan atau diberikan upah (gaji) dalam

mejalankan perannya sebagai komite sekolah, masalah lain yang

ditemukakan adalah sering terjadi ketidaksamaan persepsi antara kepala

sekolah dan sebagian komite sekolah dalam hal pelaksanaan kegiatan

sekolah.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Zulkifli (2015)

dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dalam menjalankan proses

pendidikan tersebut, juga tidak akan berjalan dengan baik kalau tidak
adanya kerjasama antara semua pihak. Dalam hal ini, pihak-pihak yang

terkait saling membantu sama sama lain dan punya tugas dan peran

masing-masing seperti kepala sekolah, majlis guru, komite sekolah, dan

masyarakat.

Solihat (2017) dengan hasil penelitian yang mengemukakan bahwa

partisipasi masyarakat melalui komite madrasah pada Madrasah

Ibtidaiyah Swasta di Kota Bandung, apabila melihat keempat dimensi

komite madrasah, maka dimensi yang paling tinggi adalah pemberi

pertimbangan dengan indikator identifikasi sumberdaya pendidikan dalam

masyarakat, memberikan masukan dalam penyusunan RKAS, ikut

mengesahkan RKAS bersama kepala madrasah dan memberikan

masukan terhadap proses pengelolaan pendidikan. Sedangkan dimensi

yang paling rendah adalah pendukung dengan indikator memobilisasi

guru sukarelawan untuk menanggulangi kekurangan guru di madrasah

dan memobilisasi tenaga kependidikan (bukan guru) untuk mengisi

kekurangan di madrasah. Agar dimensi tersebut dapat meningkat, maka

komite sekolah harus berperan aktif dalam mendukung setiap program-

program madrasah, terutama dalam kegiatan pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Makmun, Sumadi, dan Ambarita

(2014) dengan kesimpulan penelitian antara lain adalah (1) Komite SMK

Negeri 2 Metro memang sudah mengupayakan perannya dalam

peningkatan mutu sekolah, namun hanya beberapa pengurus yang

memiliki komitmen dalam melaksanakan perannya secara tugas dan

fungsinya. Alasan klasik Komite Sekolah tidak mendapatkan bayaran

(gaji) bagi sebagian anggota merasa beban kerja dan tanggung jawab
belum sebanding. Di samping itu, kecenderungan pengurus komite SMK

Negeri 2 Metro belum memahami tugas dan fungsinya secara benar,

sehingga peran yang diberikan untuk peningkatan mutu sekolah tidak

maksimal.

Cucu (2014) dengan hasil penelitian yaitu peran komite

sekolah/madrasah sangat diharapkan guna peningkatan kualitas

pendidikan di sekolah, apalagi dalam implementasi Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS). Peningkatan kinerja komite sekolah dapat diupayakan

dengan mengoptimalkan peran dari setiap anggota komite sekolah,

keterlibatan semua unsur dalam organisasi komite sekolah serta

pembagian tugas yang sesuai dengan kapasitas personil akan mampu

meningkatkan kinerja komite sekolah.

2. Pengelolaan Dana BOS masih belum bisa maksimal, dikarenakan Dana

BOS masih belum memadai untuk mencakup seluruh kebutuhan

operasional sekolah dan masih terjadi keterlambatan pencairan dana

BOS ke sekolah. Pengelolaan Dana BOS masih belum transparan.

Pemrosesan pengolahan/pencatatan laporan keuangan BOS secara

manual, Sehingga peluang terjadi human error seperti kesalahan dalam

penginputan data sangat memungkinkan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adawiyah,

Darmanto, Ubaid, dan Sarifudin(2016) mengenai Kontribusi Dana

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Bagi Siswa Miskin di Sekolah

Swasta Di Jakarta Timur dengan hasil penelitian menyatakan bahwa

meskipun sekolah swasta telah mendapat dukungan dana BOS, hampir

semua sekolah yang diteliti masih menerapkan pungutan terhadap


siswanya. Bagi sekolah swasta alasan untuk tetap memungut beberapa

komponen biaya adalah karena dana BOS dianggap masih kurang

memadai untuk mencakup seluruh kebutuhan operasional sekolah. Hal

inilah yang menjadi salah satu alasan sekolah sekolah swasta memungut

biaya sekolah pada semua siswa, meskipun jumlah biaya ini tidak penuh.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Amborowati, Marco

(2016) dengan hasil penelitian yang mengemukakan bahwa khususnya di

daerah Istimewa Yogyakarta, BOS diberikan dan dikelola oleh sekolah

dengan diawasi oleh berbagai pihak, baik instansi resmi maupun

masyarakat (komite sekolah). Dalam pelaksana program BOS, pihak

sekolah masih mengalami kesulitan dalam melakukan pembukuan

penggunaan dana BOS, serta kerepotan memenuhi tuntutan bentuk

standar format laporan dana BOS. Saat ini, pihak sekolah masih

melakukan pemrosesan pengolahan/pencatatan laporan keuangan BOS

secara manual, Sehingga terjadi human error seperti kesalahan dalam

penginputan data yang menyebabkan data menjadi tidak akurat dan

relevan, sangatlah mungkin terjadi,serta tidak adanya transparasi dalam

pelaporan dan penggunaan dana BOS selama ini.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Bhawa, Haris, dan

Artana (2014) dengan hasil penelitian yaitu 1) masalah yang dihadapi

seluruh sekolah dasar di Kecamatan Sukadana yaitu dana BOS datang

tidak tepat waktu, dan komite kurang memahami pengelolaan dana BOS;

2) upaya yang dilakukan seluruh sekolah dasar yaitu melakukan pinjaman

danaserta berbelanja secara kredit, dan melakukan penguatan pada

komite terkait dana BOS.


3. SMA Negeri 1 Banyuasin III memiliki mutu pendidikan yang belum baik.

Hal ini berdasarkan prestasi yang dicapai oleh SMA Negeri 1 Banyuasin

III, baik itu prestasi sekolah maupun prestasi siswa. Kemudian, lulusan di

SMA Negeri 1 Banyuasin III sebagian besar belum melanjutkan

keperguruan tinggi.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak keluar dari pembahasan yang telah ditetapkan oleh

peneliti, maka peneliti memberikan batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Peran Komite Sekolah dalam mendukung, mengontrol, memberikan

masukan terhadap program kegiatan sekolah

2. Pengalokasian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

3. Mutu Pendidikan.

D. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat ditentukan rumusan

permasalahannya. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara peran Komite Sekolah

dengan Program BOS di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten

Banyuasin?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara peran Komite Sekolah

terhadap mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten

Banyuasin?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Program

BOS terhadap mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III

Kabupaten Banyuasin?

4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara peran Komite Sekolah

dan Program BOS secara bersama-sama terhadap mutu pendidikan di

SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin?

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Komite Sekolah

Penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan bagi komite sekolah

untuk menjalankan perannya dalam meningkatkan mutu pendidikan.

2. Bagi Pemerintah Daerah

Penelitian ini juga di harapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah

daerah dalam merumuskan kebijakan terkait Dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) dan Komite Sekolah sebagai bagian dari upaya untuk

meningkatan mutu pendidikan.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan yang dapat memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,

khususnya disiplin ilmu Manajemen Pendidikan.


BAB II
KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi TeorItik

Dalam penelitian ini masing-masing variabel akan disajikan secara rinci.

Variabel-variabel tersebut adalah 1) Mutu Pendidikan (Y); 2) Komite Sekolah

(X1); dan 3) Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) (X2).

1. Mutu Pendidikan

Penyelenggaraan layanan belajar bagi peserta didik biasanya dikaji

dalam konteks mutu pendidikan yang erat hubungannya dengan kajian

kualitas manajemen dan sekolah efektif. Komite Sekolah/Madrasah sebagai

lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan

dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan

prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan

(Pasal 56, ayat 3 UU Nomor 20 Tahun 2003).

Hal ini untuk menjadikan organisasi tetap bertahan dan terus

melangsungkan kehidupannya masalah mutu harus menjadi perhatian

termasuk dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, masalah mutu dalam

dunia pendidikan harus menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah,

sekolah dan masyarakat. Mengingat masih diperlukan upaya yang serius

guna meningkatkan mutu pendidikan serta persaingan global dalam bidang

pendidikan yang menunjukkan kecenderungan makin meningkat dengan baik.

Merosotnya mutu pendidikan di Indonesia secara umum dan mutu pendidikan

secara spesifik dilihat dari persepsi masyarakat luas dapat disebabkan oleh

buruknya sistem pendidikan nasional dan rendahnya sumberdaya manusia.

Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari

21
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan

kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat (Rini, 2011: 81). Mutu

mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil

kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible (dapat

dipegang) maupun yang intangible (tidak dapat dipegang) (Suryosubroto,

2010: 210).

Sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standar yang sangat

tinggi yang tidak dapat diungguli. Produk yang bermutu adalah sesuatu yang

dibuat dengan sempurna dan dengan biaya yang mahal. Produk tersebut

dapat dinilai serta membuat puas dan bangga para pemiliknya. Mutu dalam

pandangan ini digunakan untuk menyampaikan keunggulan status dan posisi,

dan kepemilikan terhadap barang yang memiliki mutu akan membuat

pemiliknya berbeda dari orang lain yang tidak mampu memilikinya (Sallis,

2006: 52) Mutu berarti sesuatu yang dinilai dari tingkat keunggulan. Mutu

dalam konsep yang absolut berarti harus high quality atau top quality. Mutu

yang absolut ialah mutu yang idealismenya tinggi dan harus dipenuhi,

berstandar tinggi, mahal, sangat mewah, dan jarang dimiliki orang. Misalnya

rumah mewah, mobil mewah, perhiasan mewah, meubel mewah, perabot

mewah.

Pengertian mutu dalam konteks pendidikan mengacu pada proses

pendidikan dan hasil pendidikan. Proses pendidikan yang bermutu melibatkan

berbagai input seperti bahan ajar, metode pembelajaran, sarana sekolah,

dukungan administrasi, dan sarana prasarana serta sumber daya lainnya

untuk penciptaan suasana sekolah yang kondusif. Mutu dalam pendidikan

untuk menjamin kualitas input, proses, produk/output, dan outcome sekolah


sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas sekolah. Input pendidikan

dinyatakan bermutu jika siap diproses. Proses pendidikan yang bermutu

apabila mampu menerapkan PAKEM yang efektif. Output dinyatakan bermutu

jika hasil belajar akademik dan non akademik peserta didik tinggi. Outcome

dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar

atau sesuai, dan semua pihak mengakui kehebatan lulusan dan merasa puas

dengan kompetensi yang dimiliki oleh lulusan.

Mutu dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang

dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai

atau hasil pendidikan (student achivement) dapat berupa hasil tes

kemampuan akademis. Dapat pula prestasi di bidang lain, seperti prestasi di

cabang olahraga, seni, keterampilan, dan lain-lain. Bahkan prestasi sekolah

dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible), seperti suasana

disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dan sebagainya

(Sowiyah, 2010: 24).

Rendahnya mutu pendidikan menurut Deming secara umum disebabkan

oleh beberapa sumber yang mencakup desain kurikulum yang lemah,

bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem

dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampangan,

sumberdaya yang kurang, dan pengembangan staf yang tidak memadai.

Sebab-sebab khusus masalah mutu bisa mencakup kurangnya motivasi,

kegagalan komunikasi, atau masalah yang berkaitan dengan perlengkapan

perlengkapan (Sallis, 2006: 103).

Pandangan secara umum banyak faktor yang mempengaruhi mutu

pendidikan, diantaranya faktor kurikulum, kebijakan pendidikan, fasilitas


pendidikan, aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia

pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran di kelas, di labratorium,

dan lingkup belajar lainnya melalui fasilitas internet, aplikasi metode, strategi,

dan pendekatan pendidikan yang mutakhir dan modern, metode evaluasi

pendidikan yang tepat, biaya pendidikan yang cukup, manajemen pendidikan

yang dilakukan secara profesional, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

yang professional.

Standar nasional pendidikan yang tepat untuk seluruh kalangan

penyelenggara pendidikan perlu ditetapkan sebagai acuan norma dalam

pendidikan. Pandangan masyarakat secara sempit atau khusus, faktor

dominan yang berpengaruh dan berkontribusi besar terhadap mutu

pendidikan adalah guru yang profesional dan guru yang sejahtera. Oleh

karena itu, guru harus secara profesional melaksanakan tugasnya dalam

proses pembelajaran, pembimbingan dan pelatihan terhadap peserta didik

agar berkompeten.

Pelaku-pelaku dunia pendidikan menyadari keharusan mereka untuk

meraih mutu tersebut dan menyampaikannya pada pelajar dan anak didik.

Sesungguhnya, ada banyak sumber mutu dalam pendidikan, misalnya sarana

gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian

yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis,

dan komunitas lokal, sumberdaya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir,

kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajar dan anak

didik, kurikulum, yang memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor

tersebut (Sallis, 2006: 30-31).


Banyak aspek yang berkaitan dengan mutu pendidikan, dan banyak

pula pandangan yang komprehensif mengenai mutu pendidikan. Hal ini

penting untuk melihat kondisi pendidikan secara utuh, meskipun secara

praktis fokus dalam melihat mutu bisa berbeda-beda sesuai dengan maksud

dan tujuan suatu kajian atau tinjauan. Mutu pendidikan bukan sesuatu yang

terjadi dengan sendirinya atau tanpa disadari, namun ini merupakan hasil dari

suatu proses pendidikan. Jika proses pendidikan berjalan dengan baik, efektif

dan efisien, maka terbuka peluang yang sangat besar untuk memperoleh hasil

pendidikan yang berkualitas.

Mutu pendidikan mempunyai kesesuaian dari rendah ke tinggi sehingga

berkedudukan sebagai suatu variable. Pendidikan sebagai suatu sistem,

variabel kualitas pendidikan dapat dipandang sebagai variabel bebas yang

dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kepemimpinan, iklim organisasi,

kualitas guru, anggaran, kelengkapan fasilitas belajar, dan sebagainya.

merasa tetap kesulitan ketika mendiskripsikan dan menjelaskannya. Meskipun

tidak ada definisi mengenai mutu/kualitas yang dapat diterima secara

universal, dari definisi-definisi yang ada terdapat persamaan dalam faktor-

faktor antara lain 1) mutu meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan

pelanggan; 2) mutu mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan;

3) mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap

merupakan kualitas saat ini, mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa

mendatang).

Upaya peningkatan mutu dan perluasan pendidikan membutuhkan

sekurang-kurangnya tiga faktor utama, yaitu 1) kecukupan sumber-sumber

pendidikan dalam arti kualitas tenaga kependidikan, biaya dan sarana belajar;
2) mutu proses belajar mengajar yang mendorong siswa belajar efektif; dan

3) mutu keluaran dalam bentuk pengetahuan, sikap keterampilan, dan nilai-

nilai. Jadi kecukupan sumber, mutu proses belajar mengajar, dan mutu

keluaraan akan dapat terpenuhi jika dukungan biaya yang dibutuhkan dan

tenaga profesional kependidikan dapat disediakan di sekolah (Fattah, 2009:

90).

Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 dinyatakan bahwa pendidikan

di Indonesia menggunakan delapan standar yang menjadi acuan dalam

membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan. Standar Nasional

Pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh

wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia, ada delapan standar

yang menjadi kriteria minimal tersebut yaitu 1) standar isi; 2) standar proses;

3) standar kompetensi lulusan; 4) standar pendidik dan tenaga kependidikan;

5) standar sarana dan prasarana; 6) standar pengelolaan; 7) standar

pembiayaan; 8) standar penilaian pendidikan.

Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan

nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk

watak serta keberadaan bangsa yang bermartabat. Mutu bermanfaat bagi

dunia pendidikan karena 1) meningkatkan pertanggungjawaban (akuntabilitas)

sekolah kepada masyarakat dan atau pemerintah yang telah memberikan

semua biaya kepada sekolah; 2) menjamin mutu lulusan; dan 3) bekerja lebih

profesional; serta 4) meningkatkan persaingan yang sehat (Usman, 2009:

513-514). Namun dalam kenyataannya, perhatian dunia pendidikan akan

kualitas/mutu pendidikan menjadi sesuatu hal yang baru jika dibandingkan

dengan dunia bisnis. Oleh karena itu, mutu dan penjaminan mutu dapat
dipandang sebagai inovasi dalam pendidikan. Sosialisasi menjadi hal yang

penting dalam mendukung keberhasilan implementasi penjaminan mutu

pendidikan.

Setiap orang tua berpengharapan agar putra putrinya dapat diterima

atau melanjutkan sekolah pada sekolah favorit dan mempunyai mutu yang

bagus. Tidak mengherankan jika setiap awal tahun pelajaran orang tua

disibukkan dengan urusan mencari sekolah untuk putra putri mereka. Tidak

jarang orang tua rela mengeluarkan biaya yang cukup tinggi asalkan putra-

putri mereka dapat diterima di sekolah yang bagus mutunya (Sunarko, 2009:

177). Kemudian Trimantara (2007: 1) mengemukakan lima aspek yang

dipertimbangkan ketika orang tua memilih sekolah bagi putra-putri mereka

yaitu 1) kemampuan guru dalam mengajar; 2) lingkungan pergaulan peserta

didik; 3) fasilitas/sarana; 4) citra sekolah; dan 5) penanaman nilai-nilai

keagamaan. Sebagian besar orang tua akan memilih sekolah bagi putra-

putrinya kesekolah yang bermutu dengan melihat prestasi akademik sekolah,

kegiatan ekstrakurikuler, dan kejuaraan lomba baik akademik maupun non

akademik sekolah yang bersangkutan.

Dari fenomena di atas, maka mutu pendidikan merupakan keniscayaan

bagi lembaga pendidikan untuk mempertahankan eksistensi lembaga

pendidikan tersebut. Mutu adalah gambaran karakteristik menyeluruh dari

barang ataujasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan

kebutuhan yang diharapkan oleh pelanggan. Menurut Arcaro (2007: 1) mutu

adalah sebuah proses terstruktur untuk menghasilkan keluaran yang

dihasilkan. Sedang Hidayat dan Machali (2012: 298) menyatakan mutu


adalahtotalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang

kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang ditetapkan.

Mutu pendidikan mengacu pada standar yang telah ditetapkan dalam

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (SNP).Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang

sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berfungsi sebagai dasar bagi perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan pendidikan pada setiap satuan pendidikan dalam rangka

mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu (Dewi, dkk, 2015).

Kemudian Sagala (2013: 169) menyatakan bahwa mutu berkenaan

dengan penilaian bagaimana suatu produk memenuhi kriteria, standar atau

rujukan tertentu. Menurut Peter dan Waterman (1982) semua organisasi yang

ingin mempertahankan keberadaannya harus berobsesi pada mutu. Mutu

harus sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pelanggan. Mutu adalah

keinginan pelanggan bukan keinginan sekolah. Tanpa mutu yang sesuai

dengan keinginan pelanggan, sekolah akan kehilangan pelanggannya

danakan tutup atau bubar.

Selanjutnya Sallis (2011: 51-56) mengemukakan bahwa mutu dapat

diartikan dalam konsep yang absolut dan relatif. Mutu dalam konsep absolut

mempunyai pengertian bahwa mutu merupakan idealisme yang tidak dapat

dikompromikan dan bagian dari standar tinggi yang tidak dapat diungguli,

lebih tepat disebut high quality atau top quality. Dalam konsep relatif, mutu

memiliki dua aspek yaitu menyesuaikan diri dengan spesifikasinya dan

memenuhi kebutuhan pelanggan.Jika definisi mutu dipandang dari pelanggan


adalah suatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan

pelanggan.

Pandangan mengenai mutu di atas mengimplikasikan bahwa barang

atau jasa yang diproduksi harus selalu mengutamakan kesesuai antara

kebermutuan dalam perspektif absolut dan relatif. Artinya, setiap barang atau

jasa yang diproduksi harus memuaskan pelanggan dan memenuhi spesifikasi

yang dimiliki produsen (Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas

Pendidikan Indonesia, 2010: 293-294).

Adapun faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan menurut Soedijarto

(2008) meliputi proses pendidikan yang dialami peserta didik, ketersediaan

sumber daya pendidikan termasuk didalamnya tenaga pendidik, anggaran

pendidikan, dan kebijakan yang merupakan hasil dariproses politik. Hal ini

dipertegas oleh Sukmadinata (2008: 7) yang menyatakan bahwa sekolah

bermutu dipengaruhi oleh proses pendidikan yang bermutu dengan faktor

pendukung, saranadan prasarana, biaya yang mencukupi, manajemen yang

tepat, serta lingkungan yang mendukung. Faktor-faktor yang mempengaruhi

mutu pendidikan digambarkan sebagai berikut.

Instrumen Input

Raw (Input) Proses Mutu Lulusan


siswa Pendidikan

Environmental Input

Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu (Sukmadinata, 2008: 7)


Input pendidikan adalah komponen yang meliputi sumber daya manusia

dan sumber daya lainnya yang harus tersedia, karena merupakan komponen
dasar yang dapat mempengaruhi berjalannya proses pendidikan. Input

pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu input sumber daya manusia

(SDM), input material, dan input lingkungan (Depdikbud, 2011: 24). Menurut

Bafadal (2009: 6-8), yang termasuk ke dalam sumber daya manusia meliputi

seluruh personel yang ada di dalam sekolah seperti kepala sekolah, guru,

siswa dan pesuruh sekolah. Input material meliputi kurikulum, dana, dan

segala komponen sekolah selain manusia atau yang dapat disebut sebagai

sarana dan prasarana sekolah. Sementara input lingkungan mencakup

organisasi-organisasi lain di luar sekolah seperti pusat pelatihan guru, badan

akreditasi, masyarakat, Komite Sekolah, penerbit buku dan lain sebagainya.

Input pendidikan yang bermutu menurut Machali dan Hidayat (2016:

373) meliputi 1) memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas; 2)

sumber daya tersedia dan siap; 3) staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi;

4) memiliki harapan prestasi yang tinggi; 5) fokus pada pelanggan; dan 6)

input manajemen, input manajemen yang dimaksud adalah tugas yang jelas,

rencana yang terpekrinci dan sistematis, program yang mendukung bagi

pelaksanaan rencana, ketentuan (aturan main) yang jelas sebagai panutan

bagi warga sekolah untuk bertindak, dan adanya system pengendalian mutu

yang efektif dan efisien untuk meyakinkan agar sasaran yang telah disepakati

dapat dicapai.

Kemudian proses pendidikan diartikan sebagai berubahnya sesuatu

menjadi sesuatu yang lain setelah melalui suatu tahap-tahap tertentu

(Depdikbud, 2011: 25). Machali dan Hidayat (2017: 369) mengemukakan

bahwa sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik

proses yaitu 1) proses belajar mengejar yang efektifitasnya tinggi; 2)


kepemimpinan sekolah yang kuat; 3) lingkungan sekolah yang aman dan

tertib; 4) pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif; 5) sekolah yang

memiliki budaya mutu; 6) sekolah yang memiiliki teamwork yang kompak,

cerdas dan dinamis; 7) sekolah memiliki kewenangan (kemandirian),

partisipasi yang tinggi dari warga masyarakat; 8) sekolah memiliki

keterbukaan (transparansi) manajemen; 9) sekolah memiliki kemauan untuk

berubah (psikologi dan fsikis); 10) sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan

secara berkelanjutan; 11) sekolah responsive dan antisifatif terhadap

kebutuhan; 12) sekolah memiliki komunikasi yang baik; 13) sekolah memiliki

akuntabilitas, 14) sekolah memiliki kemampuan manajemen subtainabilitas.

Dari proses yang efektif maka sekolah akan memiliki output yang

diharapkan yaitu prestasi sekolah. Depdikbud (2011: 25) mengemukakan

bahwa output pendidikan merupakan kinerja sekolah. Kinerja tersebut dapat

berupa prestasi yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Output dapat

dikatakan bermutu apabila prestasi siswa, khususnya prestasi peserta didik

dapat mencapai prestasi yang tinggi baik dalam bidang akademik maupun

non akademik.

Kemudiaan untuk menghasilkan mutu pendidikan yang di harapkan.

Manajemen sekolah harus mengelola sumber daya yang dimiliki oleh sekolah

secara keseluruhan. Adapun sumber daya sekolah tersebut menurut Machali

dan Hidayat (2016: 13) adalah man (peserta didik, pendidik, dan tenaga

kependidikan), money (biaya/pembiayaan), materials (kurikulum, informasi),

methods (metode, teknik, strategi), machines (sarana dan prasarana), market

(lulusan, pengguna lulusan/user), dan minutes (waktu). Hal ini didukung oleh

pendapat Hadiyanto (2014: 100) yang mengemukakan bahwa proses


pembelajaran tidak hanya komponen guru, peserta dan kurikulum saja,

kehadiran sarana dan prasarana pendidikan sudah menjadi suatu keharusan

dalam mencapai keberhasilan pembelajaran.

Kemudian Hamalik (2011: 22), mengemukakan bahwa sarana dan

prasarana pendidikan, merupakan media belajar atau alat bantu yang pada

hakekatnya akan lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru

dan siswa dalam proses pendidikan. Sanjaya (2015: 5) mengemukakan

bahwa kurikulum merupakan komponen substansi yang utama di sekolah.

Prinsip dasar dari adanya kurikulum ini adalah berusaha agar proses

pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian

tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus

menyempurnakan strategi pembelajarannya. Kemudian pendapat Hadiyanto

(2008: 100), lingkungan berpengaruh terhadap aktivitas baik terhadap guru,

siswa termasuk didalamnya aktivitas pembelajaran.

Untuk mengelola sumber daya sekolah secara menyeluruh maka proses

manajeman pendidikan memiliki peran yang sangat penting di dalam proses

pengelolaan sumber daya sekolah dalam mencapai mutu pendidikan yang

diharapkan. Hadis dan Nurhayati (2010: 100) mengemukakan secara garis

besar, ada dua faktor utama yang mempengaruhi mutu proses dan hasil

belajar mengajar dikelas, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun

yang termasuk kedalam faktor internal berupa faktor psikologis, sosiologis,

dan fisiologis yang ada pada diri siswa dan guru. Sedangkan yang termasuk

kedalam faktor eksternal ialah semua faktor yang mempengaruhi proses hasil

belajar mengajar di kelas selain faktor siswa dan guru. Dari aspek

manajemen, sekolah diorganisasikan untuk memudahkan pencapaian tujuan


pembelajaran yang berkualitas dalam melayani peserta didik secara efektif

dan efisien (Sagala, 2007: 87).

Menurut Hadis dan Nurhayati (2010: 70) tolok ukur pendidikan bermutu

dari sebuah institusi pendidikan adalah dari kemampuan institusi tersebut

dapat melahirkan sumber daya manusia yang bermutu. Sumber daya manusia

yang bermutu atau yang berdaya menurut Depdikbud (2011: 11) adalah yang

memiliki ciri-ciri 1) merasa bahwa pekerjaannya adalah miliknya dan

merupakan bagian dari hidupnya; 2) setiap pekerjaannya memiliki kontribusi

bagi orang lain dan lingkungannya; 3) dia tahu di mana posisinya baik dalam

lingkungan maupun tempat kerjanya; 4) mampu mengendalikan pekerjannya

sehingga sesuai dengan visi, misi, dan target yang diharapkan; 5) memiliki

tanggung jawab yang tinggi terhadap apa yang menjadi tugasnya.

Dari pernyataan di atas, dapat dikemukakan bahwa peningkatan mutu

pendidikan dapat dipengaruhi oleh faktor input pendidikan dan faktor proses

manajemen pendidikan. Dengan kata lain bahwa Input pendidikan adalah

segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya

proses untuk menghasilkan output yang diharapkan yaitu sumber daya

manusia yang bermutu.

2. Komite Sekolah

Sebelum orde reformasi, antara orangtua dan pihak sekolah diwadahi

dalam lembaga Persatuan Orangtua Murid dan Guru (POMG). Kemudian

pada tahun 1993, POMG berubah menjadi Badan Pembantu Pelaksanaan

Pendidikan (BP3). Badan tersebut berperan dan menjalankan fungsinya lebih

berbentuk sebagai lembaga penggalangan dana sekolah atau aspek finansial

(Pantjastuti, 2009). Sejak tahun 2002, secara resmi konsep komite sekolah
digulirkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. Proses kelahiran Dewan

Pendidikan dan Komite Sekolah adalah Kepmendiknas Nomor 044/U/2002

tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Salah satu landasan hukum

lahirnya Kepmendiknas tersebut adalah UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Program Pembangunan Nasional Tahun 2001-2005 (Mujtahid, 2010).

Sejak diluncurkannya konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

Sekolah dalam sistem manajemen sekolah, komite sekolah sebagai

organisasi mitra sekolah memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya

turut serta mengembangkan pendidikan di sekolah. Kehadirannya tidak hanya

sekedar sebagai organisasi yang khusus memungut biaya dari orang tua

siswa, namun lebih jauh komite sekolah harus dapat menjadi sebuah

organisasi yang benar-benar dapat mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta

prakarsa dari masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan

program pendidikan di sekolah serta dapat menciptakan suasana dan kondisi

transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan

pelayanan pendidikan yang bermutu di sekolah (Sudrajat, 2008)

Itulah sebabnya dalam pelaksanaan urusan pendidikan, Kemendiknas

termasuk Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota harus melibatkan

komponen masyarakat termasuk kepala sekolah di satuan pendidikan harus

menjalin hubungan kerjasama dengan komite sekolah sebagai mitra sekolah

dan mediator antara masyarakat dengan pemerintah. Berdasarkan lampiran

nomor II dalam Keputusan Mendiknas No. 044/2002, Komite sekolah adalah

badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka

meningkatkan mutu, pemerataan, efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan

pendidikan, baik pra-sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur luar


sekolah.

Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010 pasal 197 ayat 1 memuat

tentang Komite Sekolah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali

peserta didik, tokoh masyarakat yang peduli pada pendidikan, dan pakar

pendidikan yang relevan. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama

antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Komite sekolah berada di

tengah-tengah mereka untuk menjembatani kepentingan di dalam dan luar

sekolah. Bentuk peran serta masyarakat untuk peningkatan mutu pendidikan

pada tingkat satuan pendidikan adalah melalui komite sekolah. Sejak tahun

2002, secara resmi konsep Komite Sekolah digulirkan oleh Menteri

Pendidikan Nasional. Proses kelahiran Dewan Pendidikan dan Komite

Sekolah diatur dalam Kepmendiknas No 044/U/2002 tentang Dewan

Pendidikan dan Komite Sekolah.

Salah satu landasan hukum yang melahirkan Kepmendiknas tersebut

adalah UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional

Tahun 2001-2005. Pada Bab VII tentang Pendidikan dalam UU tersebut

diuraikan bahwa untuk melaksanakan desentralisasi bidang pendidikan perlu

dibentuk “Dewan Sekolah” di setiap kabupaten/kota, yang kemudian lebih

dikenal dengan nama “Dewan Pendidikan”, dan di setiap satuan pendidikan

dibentuk “Komite Sekolah/Madrasah”. Lahirnya Kepmendiknas tentang Dewan

Pendidikan dan Komite Sekolah sesungguhnya tidak terlepas dari perubahan

paradigma pelaksanaan urusan pemerintahan di Indonesia sejak

diberlakukannya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,

dimana hampir semua urusan pemerintahan telah diserahkan sepenuhnya

kepada pemerintah daerah kabupaten/kota, kecuali tiga urusan yaitu politik


luar negeri, keuangan, dan agama. Masalah pendidikan tentunya sudah

menjadi urusan pemerintah daerah kabupaten/kota.

Oleh karena itu, untuk melaksanakan urusan dalam bidang pendidikan,

komponen masyarakat harus ikut berbicara dan dilibatkan mulai dari

memberikan masukan dalam perencanaan dan juga dalam pengawasan serta

penilaian program pendidikan. Itulah sebabnya dalam pelaksanaan

pendidikan, Kementerian Pendidikan Nasional, termasuk Dinas Pendidikan

Provinsi dan Dinas Kabupaaten/Kota harus melibatkan komponen masyarakat

sebagai mitra kerjasama. Termasuk satuan pendidikan, kepala sekolah juga

harus menjalin hubungan dan kerjasama dengan pihak masyarakat yang

bergabung dalam komite sekolah.

Komite sekolah diharapkan bekerjasama dengan kepala sekolah

sebagai partner yang baik untuk mengembangkan kualitas sekolah dengan

menggunakan konsep manajemen berbasis masyarakat dan masyarakat yang

demokratis, transparan, dan akuntabel. Komite sekolah adalah lembaga

mandiri yang dibentuk dan dan berperan penting dalam peningkatan mutu

pelayanan pendidikan. Peran serta masyarakat dapat dimulai dari

penyelenggaraan dan pengendalian mutu pendidikan, penyelenggaraan

satuan pendidikan, sampai dengan peran serta untuk peningkatan mutu

pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program

pendidikan. Ada lima permasalahan yang harus dipecahkan bersama yaitu

mutu pendidikan, efisiensi pengelolaan, pemerataan, peran serta masyarakat,

dan akuntabilitas pendidikan.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan

Nasional dinyatakan bahwa ada tiga tantangan besar dalam pendidikan di


Indonesia yaitu 1) mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan

yang telah dicapai; 2) mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang kompeten

dan mampu bersaing dalam pasar kerja global; 3) sejalan dengan

diberlakukannya otonomi daerah maka sistem pendidikan nasional dituntut

untuk melakukan perubahan dan penyesuaian sehingga dapat mewujudkan

proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keragaman,

memperhatikan kebutuhan daerah dan peserta didik, serta mendorong

peningkatan partisipasi masyarakat. Keharmonisan kerjasama antara komite

sekolah dengan pihak sekolah sebagai mitra Dunia Usaha atau Dunia Industri

merupakan bentuk upaya dalam peningkatan mutu pendidikan. Masyarakat

adalah sumber pendidikan, pelaksana pendidikan, dan pengguna hasil

pendidikan.

Komite Sekolah merupakan dampak dari Otonomi Pendidikan, melalui

Demokratisasi Pendidikan. Wujud dari dampak ini, yakni diberikan

kesempatan kepada masyarakat untuk berperan aktif dan partisipasi aktif di

dalam menumbuhkembangkan pendidikan. Hal ini sejalan dengan apa yang

disebut dengan Community Based Education, dan secara tidak langsung

imbas dari School Based Management. Sejalan dengan apa yang digariskan

pemerintah melalui Dasar Hukum sebagaimana telah diterbitkan Keputusan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang

Dewan Pendidikandan Komite Sekolah, kemudian Keputusan Dirjen

Dikdasmen Nomor 559/C/Kep/PG/2002 tentang Tim Pengembangan Dewan

Pendidikan dan Komite Sekolah (Naziardi dan Nilawati, 2016).

Komite sekolah merupakan organisasi mandiri. Namun tidak sedikit

sekolah yang membentuk komite sekolah hanya sebagai formalitas saja.


Sekolah dan komite sekolah sama-sama tidak menyadari bahwa sebagai

mitra mereka saling membutuhkan satusama lain. Salah satu tujuan komite

sekolah sesuai dengan yang tertulis pada Kepmendiknas Nomor 044/U/2002

yaitu menciptakan kondisi yang transparan, akuntabel, dan demokratis

dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan di satuan pendidikan

(Widyaningsih, 2016).

Komite Sekolah berkedudukan di satuan pendidikan, baik satuan

pendidikan maupun luarsatuan pendidikan. Satuan pendidikan dalamberbagai

jenjang, jenis, dan jalur pendidikan, mempunya penyebaran lokasi yang amat

beragam. Ada satuan pendidikan tunggal dan ada satuan pendidikan yang

berada dalam satu kompleks. Komite Sekolah merupakan badan yang bersifat

mandiri tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan satuan pendidikan

maupun lembaga pemerintah lainnya. Komite Sekolah dan satuan pendidikan

memiliki kemandirian masing-masing, tetapi tetap sebagai mitra yang harus

saling bekerja sama sejalan dengan konsep manajemen berbasis sekolah

(MBS) (Naziardi dan Nilawati, 2016).

Tujuan dibentuknya Komite Sekolah sebagai suatu organisasi

masyarakat satuan pendidikan sebagai berikut 1) mewadahi dan menyalurkan

aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional

dan program pendidikan di satuan pendidikan; 2) meningkatkan tanggung

jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di

satuan pendidikan; 3) menciptakan suasana dan kondisi transparan,

akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan

yang bermutu di satuan pendidikan (Naziardi dan Nilawati, 2016).

Keberadaan Komite Sekolah harus bertumpu pada landasan partisipasi


masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di

satuan pendidikan. Oleh karena itu, pembentukannya harus memperhatikan

pembagian peran sesuai posisi dan otonomi yang ada. Adapun peran komite

sekolah menurut Hasbullah (2009: 32) sebagai berikut 1) masyarakat

berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi

perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan

pendidikan, komite sekolah/komite madrasah; 2) dewan pendidikan sebagai

lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam meningkatkan mutu dan

pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan, dan

dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan di

tingkat nasional, profinsi, dan kabupaten/kota yang tidak memiliki hubungan

hirarkis; 3) komite sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan

berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dan memberikan pertimbangan,

arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan

pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

Kemudian menurut Naziardi dan Nilawati, 2016) peran yang dijalankan

Komite Sekolah adalah sebagai berikut 1) pemberi pertimbangan (advisory

agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan

pendidikan; 2) pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial,

pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan

pendidikan; 3) pengontrol (controlling agency} dalam rangka transparansi dan

akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan;

4) mediator antara pemerintah (eksekutif) dan Dewan (Legislatif) dengan

masyarakat disatuan pendidikan.

Kemudian menurut Misbah (2009: 8) KomiteSekolah sebagai badan


pertimbangan dalam perencanaan memiliki peran mengidentifikasi sumber

daya pendidikan, serta memberi masukan dan pertimbangan dalam

penetapan RAPBS. Pengelolaan sumber daya pendidikan seperti SDM,

sarana prasarana, dan alokasi anggaran memerlukan peran Komite Sekolah

sebagai penasehat dalam mengidentifikasi potensi sumberdaya pendidikan di

masayarakat. Ketika sekolah kurang memiliki fasilitas yang memadai, maka

Komite Sekolah berfungsi memfasilitasi kebutuhan sarana dan prasarana.

Komite Sekolah sebagai pengawas harus melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan program. Komite Sekolah sebagai mediator yaitu penghubung

sekolah dengan masyarakat atau sekolah dengan Dinas Pendidikan.

Untuk menjalankan perannya itu, Komite Sekolah memiliki fungsi

sebagai berikut 1) mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen

masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; 2)

melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia

usaha/duniaindustri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu; 3) menampung dan menganalisis aspirasi, ide,

tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat;

4) mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan

guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan; 5)

menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan

pendidikan disatuan pendidikan; 6) melakukan evaluasi dan pengawasan

terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di

satuan pendidikan (Naziardi dan Nilawati, 2016).

Kemudian Hasbullah, 2009: 93-94) mengemukakan bahwa komite

sekolah berfungsi sebagai 1) mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen


masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; 2)

melakukan upaya kerjasama dengan masyarakat (perorangan, organisasi,

dunia usaha, dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; 3) menampung dan menganalisis

aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh

masyarakat; 4) memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi

kepada satuan pendidikan.

Lebih lanjut Hasbullah (2009) mengemukakan bahwa pertimbangan

yang diberikan oleh komite sekolah kepada satuan pendidikan dapat berupa

1) kebijakan dan program pendidikan; 2) rencana anggaran pendidikan dan

belanja sekolah (RAPBS); 3) kriteria kinerja satuan pendidikan, d) kriteria

tenaga pendidikan; 4) kriteria fasilitas pendidikan; 5) hal-hal yang berkaitan

dengan pendidikan; 6) mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi

dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan

pendidikan, menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; 7) melakukan evaluasi dan

pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran

pendidikan di satuan pendidikan.

Dalam melaksanakan peran dan fungsinya, komite sekolah mempunyai

tanggung jawab sebagai berikut 1) komite sekolah menyampaikan hasil kajian

pelaksanaan program sekolah kepada stakeholder secara periodik, baik yang

berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan

sasaran program sekolah; 2) menyampaikan laporan pertanggungjawaban

bantuan masyarakat baik berupa materi (dana, barang tak bergerak, maupun

barang yang bergerak), maupun non materi (tenaga dan pikiran) kepada
masyarakat dan pemerintah setempat (Khaeruddin, dkk, 2007: 249 38).

Hal ini sejalan dengan pendapat Naziardi dan Nilawati, (2016)

mengemukakan bahwa akuntabilitas yang harus dilakukan oleh komite

sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya adalah sebagai berikut 1) Komite

Sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program satuan pendidikan

kepada stakeholder secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun

kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program satuan pendidikan;

2) menyampaikan laporan pertanggungjawaban bantuan masyarakat baik

berupa materi (dana, barang tak bergerak maupun bergerak), maupun non

materi (tenaga, pikiran) kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Karena

umumnya lembaga pendidikan mulai dari SD sampai SMA/SMK sebagian

besar sudah membentuk Komite Sekolah pada kesempatan ini kita, tidak

membicarakan tentang keanggotaan, kepengurusan, anggaran dasar dan

rumah tangga, pembentukan (prinsip pembentukan, mekanisme, dan

penetapan pembentukan) dan tata hubungan komite sekolah.

Berdasarkan peran tersebut dapat diketahui bahwa dalam

penyelenggaraan pendidikan diperlukan adanya peran serta masyarakat

melalui komite sekolah sebagai perencana, pengawas, dan evaluator program

yang dilaksanakan sekolah. Oleh karena itu, lembaga sekolah harus

menyadari adanya peran komite sekolah yang terdiri dari masyarakat,

orangtua, dan organisasi pendidikan.

3. Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Komite sekolah berperan menjembatani kepentingan antara masyarakat

dan penyelenggara pendidikan. Komite sekolah diharapkan mampu


membantu kinerja kepala sekolah guna meningkatkan mutu pendidikan dan

menjadi wadah pemecahan masalah bersama yang dihadapi penyelenggara

pendidikan. Penyelenggara pendidikan dan komite sekolah saling

bekerjasama secara sinergis untuk membangun kualitas layanan pendidikan.

Peran dan dukungan masyarakat perlu dilibatkan secara aktif dalam

menentukan kebijakan dan program sekolah. Komite sekolah diharapkan

menjadi mitra sekolah yang dapat menyalurkan aspirasi serta prakarsa

masyarakat dalam melahirkan kebijkan operasional dan program pendidikan.

Komite sekolah merupakan perwujudan partisipasi masyarakat dalam

pendidikan, dengan kata lain, bahwa masyarakat tidak lagi hanya sebagai

pengguna (user) akan tetapi juga menjadi pengelola, penyelenggara, dan

pengontrol mutu pendidikan di sekolah.

Masyarakat yang luruh dimaksud adalah seluruh unsur di dalam

masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan

dengan pendidikan (Rini, 2011: 69). Undang-undang tentang Sistem

Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pada bab XV tentang Peran Serta

Masyarakat dalam Pendidikan pasal 54 diamanatkan bahwa 1) peran serta

masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok,

keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan

dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan; 2)

masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna

hasil pendidikan.

Pasal 56 ayat 1 diuraikan tentang masyarakat berperan dalam

peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan,

pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan


komite sekolah/madrasah. Dalam ayat 3 diuraikan tentang Komite

sekolah/madrasah sebagai lembaga yang mandiri, dibentuk dan berperan

dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan,

arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan

pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

Peran serta masyarakat dirumuskan dalam PP Nomor 17 Tahun 2010

Pasal 188 ayat 2 bahwa masyarakat menjadi sumber pelaksana, dan

pengguna hasil pendidikan. Oleh karena itu, masyarakat mempunyai peran

dalam bentuk a) penyediaan sumber daya pendidikan; b) penyelenggaraan

satuan pendidikan; c) pengguna hasil pendidikan; d) pengawasan

penyelenggaraan pendidikan; e) pengawasan pengelolaan pendidikan; f)

pemberian pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berdampak

pada pemangku kepentingan pendidikan pada umumnya; g) pemberian

bantuan atau fasilitas kepada satuan pendidikan dan/atau penyelenggara

satuan pendidikan dalam menjalankan fungsinya.

Keberadaan komite sekolah sebagai mitra kepala sekolah di dalam

menatalaksana dan menumbuhkembangkan organisasi dan manajemen

sekolah tidak akan pernah terlepas dari perantanggungjawab moralnya. Apa

yang disebutkan di atas, menunjukan betapa besar dan berat tugas yang

diemban oleh komite sekolah.

Naziardi dan Nilawati, (2016) mengemukakan setidak-tidaknya ada 5

(lima) hal pokok yang menjadi tanggungjawab komite sekolah di dalam

mewujudkan sekolah bermutu dalam kerangka pendidikan berbasis sekolah,

yakni 1) komite sekolah memiliki kewajiban didalam menjalin kerjasama dan

kemitraan dengan berbagai pihak, baik dengan dunia industri dan dunia
usaha, maupun dengan pemerintah; 2) di dalam menumbuh kembangkan

komite sekolah, maka semua komponen didalamnya harus peka untuk

menampung aspirasi, ide, dan tuntutan yang disampaikan oleh masyarakat

terutama menyangkut peningkatan mutu pendidikan; 3) komite sekolah

bersama-sama dengan orangtua, masyarakat menjadi garda terdepan untuk

mendukung program peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan oleh

kepala sekolah beserta jajarannya; 4) di dalam pelaksanaan pendidikan

berbasis sekolah, peran komite sekolah sebagai penggalang dana sangat

menentukan terhadap jalannya proses pembelajaran. Dana merupakan salah

satu faktor pendukung di dalam meningkatkan mutu pendidikan; 5) komite

sekolah di dalam perannya sebagai mitra sejajar dengan jajaran sekolah

berkewajiban memberikan evaluasi atau pengawasan terhadap jalannya

proses pembelajaran dan program pembangunan sekolah.

Untuk itu strategi yang dapat dilakukan di dalam peningkatan kualitas

pendidikan melalui beberapa cara, yaitu 1) meningkatkan ukuran prestasi

akademik melalui Ujian Akhir Nasional (UAN) atau Ujian Akhir Sekolah (UAS)

yang menyangkut kompetensi dan pengetahuan, memperbaiki tes bakat

(scholastic aptitude test), sertifikasi kompetensidan profil portopolio (portopolio

profile); 2) membentuk kelompok sebaya untuk meningkatkan gairah

pembelajaran melalui belajar secarak ooperatif (kooperatif learning); 3)

menciptakan kesempatan belajar baru di sekolah dengan merubah jam belajar

di sekolah menjadi pusat belajar sepanjang hari (fullday) dan tetap membuka

sekolah pada jam-jam libur; 4) meningkatkan pemahaman dan penghargaan

atas pencapaian akademik guru maupun kepala sekolah; 5) membantu para

lulusan memperoleh pekerjaan dengan menawarkan kursus-kursus yang


berkaitan dengan keterampilan memperoleh pekerjaan, bertindak sebagai

sumber kontak informal tenaga kerja kepada pihak terkait; 6) implementasi

tentang total quality management atau manajemen mutu terpadu, yakni suatu

pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk

memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas

produksi, jasa manusia, proses,dan lingkungan (Naziardi dan Nilawati,

2016).

Namun, pendekatan TQM hanya dapat dicapai dengan memperhatikan

karakteristiknya, yaitu 1) fokus pada pelanggan baik internal maupun

eksternal; 2) memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas; 3) menggunakan

pendekatan ilmiah; 4) memiliki komitmen jangka panjang; 5) membutuhkan

kerjasama tim; 6) memperbaiki proses secara berkesinambungan; 7)

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan; 8) memberikan kebebasan yang

terkendali; 9) memiliki kesatuan tujuan; 10) adanya keterlibatan dan

pemberdayaan semua komponen (Naziardi dan Nilawati, 2016).

Adapun peran komite sekolah secara khusus yang termuat dalam

Kepmendiknas No 044/U/2002 adalah sebagai berikut 1) Pemberi

pertimbangan (advisory agency) dalam perencanaan dan pelaksanaan

kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; 2) Pendukung (supporting agency)

baik yang berwujud financial, pemikiran, maupun tenaga dalam

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; 3) Pengontrol (controlling

agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan

keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa komite sekolah memiliki peran penting

dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dengan demikian, peran


komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu mendapat

dukungan dari seluruh komponen pendidikan, baik guru, kepala sekolah,

siswa, orangtua/ wali, masyarakat, institusi pendidikan. Oleh karena itu perlu

kerjasama dan koordinasi yang erat di antara komponen pendidikan tersebut

sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan yang dilaksanakan dapat efektif

dan efisien.

4. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Program BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah

untuk penyediaan pendanaan biaya non personalia bagi satuan pendidikan

dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Menurut PP 48 tahun 2008

tentang pendanaan pendidikan, biaya non personalia adalah biaya untuk

bahan atau alat pelajaran pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung

berupa langganan daya dan jasa serta pemeliharan sarana dan prasarana

(Kemendikbud, 2012: 2).

Dalam bidang pendidikan, para orang tua akan mengalami kesulitan

dalam membiayai pendidikan anaknya. Atas dasar pertimbangan tersebut,

pemerintah sejak tahun 2006 mengalihkan sebagian dari subsidi BBM

tersebut untuk membantu murid dari keluarga kurang mampu melalui Program

Kompensasi Pengurangan Subsidi (PKPS) BBM bidang pendidikan, dalam

bentuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Bantuan untuk murid di bawah

Departemen Pendidikan Nasional diintegrasikan melalui BOS (Departemen

Pendidikan Nasional, 2003: 8).

Dalam buku petunjuk teknis penggunaan dana bantuan operasional

sekolah (BOS) dan laporan keuangan bantuan operasional sekolah tahun

anggaran 2012 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dijelaskan bahwa tujuan dari

program BOS antara lain 1) secara umum, program BOS bertujuan untuk

meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam

rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu; 2) secara khusus, program BOS

ini bertujuan agar murid ditingkat dasar dan menengah, yang berasal dari

keluarga kurang/tidak mampu dapat membiayai keperluan sekolahnya.

Adapun sasaran program BOS adalah semua sekolah SD/SDLB dan

SMP/SMPLB/SMPT, termasuk SD-SMP Satu Atap (SATAP) dan Tempat

Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik

negeri maupun swasta di seluruh provinsi Indonesia. Besar biaya satuan BOS

yang diterima oleh sekolah termasuk BOS buku, dihitung berdasarkan jumlah

siswa dengan ketentuan 1) SD/SDLB sebesar Rp 800.000,-/siswa/tahun; 2)

SMP/SMPLB/SMPT/SATAP sebesar Rp 1000.000,-/siswa/tahun; dan

SMA/SMALB BOS sebesar Rp 1.400.000,-/siswa/tahun. (Permendikbud No.8,

2017). Berkaitan dengan prinsip pengelolaan dana BOS SMA menurut

Direktorat Pembinaan SMA (2015) mengacu pada konsep manajemen

berbasis sekolah yaitu 1) swakelola dan partisipatif; 2) transparan; 3)

akuntabel; 4) demokratis; 5) efektif dan efisien; 6) tertib administrasi dan

pelaporan; dan 7) saling percaya.

Dana BOS yang diterima oleh sekolah, dapat digunakan untuk

membiayai komponen kegiatan-kegiatan sebagai berikut:


Tabel 2.1. Komponen Pembiayaan BOS
No Komponen Item Pembiayaan Penjelasan
Pembiayaan
1 Pembelian/ a. Mengganti yang Perhatikan Peraturan
Penggandaa rusak Mendiknas No. 2 Tahun
n buku teks b. Menambah 2008 Tentang Buku
pelajaran kekurangan untuk
memenuhi rasio satu
siswa satu buku
2 Kegiatan a. Biaya pendaftaran Termasuk untuk
dalam rangka b. Penggandaan fotocopy, konsumsi
penerimaan formulir panitia, dan uang
siswa baru c. Administrasi lembur dalam rangka
pendaftaran penerimaan siswa baru
d. Pendaftaran ulang
e. Pembuatan spanduk
sekolah bebas
pungutan
3. Kegiatan a. PAKEM (SD) Termasuk untuk honor
pembelajaran b. Pembelajaran jam mengajar tambahan
dan ekstra Kontekstual (SMP) di luar jam pelajaran dan
kurikuler c. Pengembangan
biaya transportasinya,
siswa pendidikan karakter
d. Pembelajaran biaya transportasi dan
remedial akomodasi siswa/guru
e. Pembelajaran dalam rangka mengikuti
pengayaan lomba, fotocopy,
f. Pemantapan membeli alat olahraga,
persiapan ujian alat kesenian, dan biaya
g. Olahraga, kesenian,
pendaftaran mengikuti
karya ilmiah remaja,
pramuka, palang lomba
merah remaja
Usaha kesehatan
sekolah (UKS)
4 Pembelian a. Buku tulis, kapur tulis,
bahan-bahan pensil, spidol, kertas,
habis pakai nahan praktikum, buku
induk siswa, buku
inventaris
b. Langganan Koran,
majalah pendidikan,
majalah ilmiah dan
majalah sastra
c. Minuman dan makanan
d. ringan untuk kebutuhan
sehari-hari di sekolah
No Komponen Item Pembiayaan Penjelasan
Pembiayaan
5 Langganan a. Listrik, air dan telepon, Penggunaan
daya dan jasa internet (fixed/mobile internet dengan
modem) baik dengan cara mobile modem
berlangganan maupun
dapat dilakukan
prabayar
b. Pembiayaan penggunaan untuk mekasimal
internet termasuk untuk pembelian voucher
pemasangan baru sebesar Rp.
c. Membeli genset atau jenis 250.000 perbulan
lainnya yang lebih cocok
di daerah tertentu
misalnya panel surya,
jika di sekolah yang tidak
ada jaringan listrik

6 Perawatan a. Pengecatan, perbaikan Kamar mandi dan


sekolah atap bocor, perbaikan WC siswa harus
pintu dan jendela dijamin berfungsi
Perbaikan mebeler, dengan baik. Jika
perbaikan sanitasi dalam keadaan
sekolah(kamar mandi dan mendesak dan
WC), perbaiakan lantai tidak ada sumber
ubin/keramik dan dana lainnya, dana
perawatan fasilitas BOS dapat
sekolah lainnya digunakan untuk
pembelian meja
dan kursi siswa jika
meja dan kursi
yang ada sudah
rusak berat

7 Pembayaran a. Guru honorer (hanya untuk


honorarium memenuhi SPM)
bulanan guru b. Pegawai administrasi
(termasuk administrasi
honorer dan
untuk SD)
tenaga c. Pegawai perpustakaan
kependidikan d. Penjaga sekolah
honorer e. Satpam
f. Pegawai kebersihan

8 Pengembang KKG/MGMP dan Khusus untuk


an profesi KKKS/MKKS sekolah yang
guru memperoleh
hibah/block grant
pengembangan
No Komponen Item Pembiayaan Penjelasan
Pembiayaan

KKG/MGMP atau
sejenisnya pada
tahun anggaran
yang sama hanya
diperbolehkan
menggunakan
dana BOS untuk
biaya transportasi
kegiatan apabila
tidak disediakan
oleh hibah/block
grant tersebut.
9 Membantu a. Pemberian tambahan
siswa miskin bantuan biaya transportasi
bagi siswa miskin yang
menghadapi masalah biaya
transportasi dari dan ke
sekolah
b. Membeli alat transportasi
sederhana bagi siswa
miskin yang menjadi barang
inventaris sekolah
(misalnya sepeda, perahu
penyebrangan, dll)
c. Pemberian tambahan
bantuan biaya transportasi
bagi siswa miskin yang
menghadapi masalah biaya
transportasi dari dan ke
sekolah

10 Membantu a. Membeli alat transportasi


siswa miskin sederhana bagi siswa
miskin yang menjadi
barang inventaris sekolah
(misalnya sepeda,
perahu penyebrangan,
dll)
b. Membeli seragam,
sepatu dan alat tulis bagi
siswapenerima subsidi
siswa miskin (SSM)
sebanyak penerima SSM,
baik dari pusat, provinsi
maupun kabupaten/kota
No Komponen Item Pembiayaan Penjelasan
Pembiayaan

11 Pembiayaan a. Alat tulis kantor (ATK


pengelolaan termasuk tinta printer, Cd
BOS dan flash disk)
b. Penggandaan,
suratmenyurat, insentif
bagi bendahara dalam
rangka penyusunan
laporan BOS dan baiay
transportasi dalam rangka
mengambil dana BOS di
bank/PT Pos

12 Pembelian a. Desktop/work station Masing-masing


perangkat b. Printer atau printer plus maksimal 1 unit
computer scanner dalam satu tahun
anggaran.
Peralatan computer
tersebut harus ada
di sekolah
13 Biaya lainnya a. Mesin ketik b. Peralatan Tidak boleh
jika seluruh UKS menggunakan
komponen 1 dana BOS untuk
s.d 12 terlah membeli alat
terpenuhi peraga/media
pendanaanny pembelajaran IPS,
a dari BOS IPA dan Lab.
Bahasa.

Sumber: Petunjuk Teknis BOS Sekolah Menegah Atas (Kemendikbud, 2015)

Kemudian untuk mewujudkan akuntabilitas dan transfaransi

pelaksanaan program BOS SMA, maka perlu dilaksanakan pemantauan dan

supervisi. Pemantauan bertujuan untuk memantau perkembangan

pelaksanaan BOS SMA. Sedangkan supervisi bertujuan untuk mengetahui

tingkat manfaat BOS SMS bagi sekolah. Setelah dilakukan pengawasan dan

supervisi, salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam pelaksanaan

program BOS SMA, sekolah menyusun laporan hasil pelaksanaan program

kepada pihak terkait (Direktorat Pembinaan SMA, 2015).


Dari penjelasan di atas, maka dapat di simpulkan bahwa BOS

merupakan program yang menyediakan bantuan bagi sekolah dengan tujuan

membebaskan biaya pendidikan bagi siswa yang tidak mampu dan

meringankan beban bagi siswa yang lain dalam rangka mendukung

pencapaian Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun. Melalui program ini,

pemerintah pusat memberikan dana kepada sekolah-sekolah untuk

membantu Activity Costing Sistem Aktivitas Biaya Anggaran Biaya Tidak

Langsung Biaya Langsung mengurangi beban biaya pendidikan yang harus

ditanggung oleh orang tua siswa. BOS diberikan kepada sekolah untuk

dikelola sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah pusat,

besarnya dana untuk tiap sekolah ditetapkan berdasarkan jumlah siswa.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih (2016) dengan hasil penelitian

sebagai berikut 1) komite SDN Serayu telah melaksanakan perannya sebagai

badan pemberi pertimbangan (Advisory Agency) dalam pengelolaan sarana

pembelajaran dengan cara memberikan masukan, ide, dan saran dalam

perencanaan di rapat RAPBS; 2) komite SDN Serayu telah melaksanakan peran

sebagai pendukung (Supporting Agency) dalam pengelolaan sarana

pembelajaran melalui kepanitiaan dalam pengadaan, pengumpulan dana, dan

pemberian bantuan, serta penggunaan sarana pembelajaran; 3) komite SDN

Serayu telah berperan sebagai pengawas (Controlling Agency) dalam

pengelolaan sarana pembelajaran yaitu dengan mengawasi anggaran dalam

RAPBS untuk pengadaan sarana pembelajaran dan mengawasi penggunaan

sarana pembelajaran; dan 4) komite SDN Serayu telah melaksanakan perannya

sebagai mediator yaitu menjadi penghubung antara sekolah dengan orang tua,
masyarakat, dan dinas dalam pengadaan sarana, penyalur dana serta penyalur

aspirasi dari pihak luar.

Dewi, dkk (2015) dengan hasil penelitian yang mengemukakan bahwa 1)

Efektivitas program BOS di SMP 4 Seririt ditinjau dari komponen konteks

(konteks) termasuk dalam kategori sangat baik dengan frekuensi positif 60,91%;

2) Efektivitas program BOS di SMP 4 Seririt ditinjau dari komponen konteks

(input) termasuk dalam kategori sangat baik dengan frekuensi positif 60,91%; 3)

Efektivitas program BOS di SMP 4 Seririt ditinjau dari komponen konteks

(proses) termasuk dalam kategori sangat baik dengan frekuensi positif 52,62%;

4) Efektivitas program BOS di SMP 4 Seririt ditinjau dari komponen konteks

(produk) termasuk dalam kategori baik dengan frekuensi positif 59,52%; 5)

Efektivitas program BOS di SMP 4 Seririt ditinjau dari komponen konteks,

masukan/input, proses, dan hasil/produk adalah sangat baik; 6) Kendala

kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan BOS di SMP 4 Seririt adalah terkait

dengan kemampuan kepala dalam menyalurkan dana BOS.

Ahmad (2014) dengan hasil penelitian the study found that the usage of

BOS funding in Junior High School (SMP) in Makassar isn’t maximized in

teaching and learning process as its main goal. The funding is still used to

finance the implementation of School Based Management Programs.

Furthermore, the usage of free education program funding and BOPP isn’t clear.

Constructing Planning of School Work and Finance (RKAS) and managing the

school operational funding do not involve teachers and school committee

members so that its usage is not effective.

Darmanto, dkk (2016) dengan hasil penelitian yang menyetakan bahwa

kontribusi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi siswa miskin disekolah
swasta di Jakarta Timur, secara umum bisa disimpulkan bahwa bagi pihak

sekolah, keberadaan dana BOS ini telah membantu meringankan beban

operasional di sekolah swasta. Sekolah swasta merasa sangat terbantu dalam

penyediaan sarana dan prasarana proses belajar mengajar disekolah swasta.

Seperti penyediaan buku mata pelajaran, perangkat komputer, LCD, dan

laboratorium.

Wiratno (2016) dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa

penggunaan manajemen terbuka dansistem evaluasi partisipatif merupakan ciri-

ciri partisipasi masyarakat yang ada di SDN Jeruk III Kecamatan Bandar

Kabupaten Pacitan yaitu manajemen terbuka merupakan bentuk pelibatan

masyarakat mulai proses merencanakan, menentukan, menjalankan, mengawasi

dan melakukan evaluasi partisipatif. Upaya yang dilakukan sekolah dalam

menggalang partisipasi masyarakat yaitu dengan membangun citra sekolah,

melalui penggunaan tokoh, kegiatan silaturrahmi, melalui himbauan atau ajakan.

Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat terhadap sekolah berupa partisipasi

berbentuk finansial/material bagi masyarakat atau orangtua yang memiliki anak

sekolah di SDN JerukIII, partisipasi berbentuk ide-ide atau gagasan pemikiran

bagi masyarakat yang memiliki tingkat pemikiran dan wawasan kependidikan dan

memegang kebijakan di Pacitan dan partisipasi berbentuk do’a bagi masyarakat

dan orang tua siswa SDN Jeruk III yang memiliki kepedulian secara moral

terhadap SDN Jeruk III.

Suryono, dkk, 2013 dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa

pemberdayaan komite sekolah, dimana 1) fungsi dan tugas komite sekolah baru

pada penyusunan dan pengesahan RAPBS; 2) komite sekolah, kepala sekolah

dan guru tidak menghendaki keterlibatan komite sekolah dalam masalah


kebijakan teknispendidikan di sekolah; 3) komite sekolah dengan sekolah belum

memiliki sistem kemitraan hubungan kerja yang jelas; 4) tidak tersedianya

anggaran komite sekolah; dan 5) keterbatasan sumberdaya manusia komite

sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Permata (2012), dengan hasil penelitian

yaitu bantuan operasional sekolah telah membantu dalam meringankan biaya

pendidikan di sekolah tersebut, karena penggunaan dana BOS dialokasikan

pada pos-pos yang tepat sesuai dengan RAPBS yang telah ditetapkan

sebelumnya.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis 1

Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara peran komite sekolah dan

program BOS terhadap mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin

III Kabupaten Banyuasin

Ho1: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara peran komite sekolah

dan program BOS terhadap mutu pendidikan di SMA Negeri 1

Banyuasin III Kabupaten Banyuasin.

Hipotesis 2

Ha2: Terdapat pengaruh yang signifikan antara Program BOS terhadap

mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten

Banyuasin

Ho2: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Program

BOS terhadap mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III

Kabupaten Banyuasin

Hipotesis 3
Ha3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara peran komite sekolah dan

program BOS secara bersama sama terhadap mutu pendidikan di

SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin

Ho3: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara peran Komite Sekolah

dan program BOS secara bersama sama terhadap muut pendidikan

di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Berfikir

Organisasi pendidikan akan dapat berjalan dengan baik dan lancar dalam

mencapai tujuan pendidikan jika di dukung oleh masyarakat. Dukungan

masyrakata melalui komite sekolah memberi pengaruh yang besar dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan, karena komite sekolah dapat memeberikan

masukan, dan control terhadap penyelenggaraan pendidikan di lembaga

ssekolah.dengan demikian, peran komite sekolah yang berjalan dengan baik

akan meningkatkan mutu pendidikan.

Dana bos memiliki peran dalam meningkatkan mutu pendidikan, dana BOS

yang di kelola dengan baik, dan transfaran akan memberikan dampak fositif

terhadap kelangsungan penyelenggaraan pendidikan. Dengan demikian dapat

diduga bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara peran komite sekolah

dan dana BOS terhadap peningkatan mutu pendidikan sekolah menengah atas.

Kerangka berpikir di atas dapat dijelaskan bahwa peran komite sekolah dan dana

BOS diduga berpengaruh positif dan signifikan pada peningkatan mutu

pendidikan yang dapat digambarkan dalam model kerangka berpikir penelitian

sebagai berikut.
Peran Komite X1-Y
Sekolah (X1)
Mutu
Pendidikan
X1 X2-Y (Y)

Program
Bantuan
Operasional X2-Y
Sekolah ( X2)
Keterangan :

: Mempengaruhi.

X1-Y : Pengaruh variabel X1 terhadap variabel Y

X2-Y : Pengaruh variabel X2 terhadap variabel Y

X1 X2-Y : Pengaruh variabel X1 dan X2 secara berasama-

sama terhadap variabel Y

Gambar 2. Kerangka Berfikir Penelitian

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui terdapat pengaruh yang signifikan antara peran komite

sekolah terhadap mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III

Kabupaten Banyuasin

2. Untuk mengetahui terdapat pengaruh yang signifikan antara program

BOS terhadap mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten

Banyuasin.

3. Untuk mengetahui terdapat pengaruh yang signifikan antara komite

sekolah dengan program BOS secara bersama sama terhadap mutu

pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Banyuasin.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten

Banyuasin. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus

hingga 23 September 2017. Adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada table 2

berikut ini.
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
Bulan / Minggu
No Kegiatan Agust Sept Okt Nov Des
2017 2017 2017 2017 2017
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan √ √ √ √ √ √ √ √
2 Pengumpulan Data √ √ √ √
3 Analisis Data √ √ √ √
4 Penyusunan Laporan √ √ √ √

D. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu menurut Musfiqon,

2012: 59) penelitian yang difokuskan pada kajian fenomena objektif untuk dikaji

secara kuantitatif. Penelitian pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif.

Sedangkan metode peneltian ini menggunakan metode korelasi parsial, korelasi

parsial digunakan untuk analisis atau pengujian hipotesis apabila peneliti

bermaksud mengetahui pengaruh atau hubungan variabel independen dengan

dependen, dimana salah satu variabel independennya dikendalikan (dibuat tetap)

(Sugiyono, 2007: 224).

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generaliasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008).

Sedangkan menurut Arikunto (2010: 173) populasi adalah keseluruhan dari

subjek penelitian. Akbar (2006: 181), populasi ialah semua nilai baik hasil

perhitungan maupun pengukuran, baik kuantatif maupun kualitatif, dari pada


karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas.

Kemudian menurut Riduwan (2012: 10), populasi merupakan objek atau

subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat

tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Adapun populasi pada

penelitian ini adalah pendidik dan tenaga kependidikan di SMA Negeri 1

Banyuasin III Kabupaten Banyuasin yang terdiri dari 45 orang. Adapun

jumlah populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2. Populasi Penelitian


Jenis Kelamin Status
No L P
1 7 14 PNS
2 10 14 Non PNS
Jumlah 17 28 45
Sumber: Dokumentasi SMA Negeri 1 Banyuasin III Tahun 2017.

2. Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2014: 81) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sedangkan Arikunto (2010: 109)

mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang

akan diteliti. Karena jumlah populasi dibawah 100 maka peneliti mengambil

seluruh jumlah populasi untuk dijadikan sampel penelitian yaitu 45 orang. Hal

ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2010: 112) yang mengemukakan bahwa

jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika

subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25%

atau lebih.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket atau

kuisioner. Menurut Widoyoko (2012: 33), angket atau kuisioner merupakan


metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pernyataan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan respon

sesuai dengan permintaan pengguna. Skala data yang digunakan adalah skala

likert. Apabila ada kesulitan dalam memahami kuisioner, resonden bisa langsung

bertanya kepada peneliti. Angket ini digunakan untuk mendapatkan data

mengenai komite sekolah, program BOS dan mutu pendidikan dengan skala

likert.

1. Definisi Konseptual

Menurut Singarimbun dan Effendy (2003: 98) definisi konsep adalah

pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan peneliti

untuk mengoperasikan konsep tersebut di lapangan. Berdasarkan pengertian

tersebut maka definisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Peran Komite sekolah

Peran komite sekolah dalam penelitian ini adalah peran badan

mandiri yang mewadahi peran sertamasyarakat yang terbentuk dalam

komite sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan

efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan yaitu SMA Negeri

Banyuasin III Kabupaten Banyuasin.

2) Proram Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam penelitian ini adalah

dana yang diberikan oleh pemerintah sebagai wujud kompensasi bagi

sekolah dalam penyelenggaran proses pendidikan. Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah dalam

peningkatan mutu sekolah.


3) Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan dalam penelitian ini adalah standar kelayakan

yang dimiliki oleh sekolah mencakup prestasi lulusan (pencapaian siswa),

sarana dan prasarana, kompetensi pendidik dan tenaga pendidik. Tolak

ukur mutu pendidikan adalah kepuasan pelanggan terhadap layanan

satuan pendidikan tersebut.

2. Definisi Operasional

Dimaksud definisi operasional pada penelitian ini adalah penjelasan

secara aplikatif perihal hubungan langsung antarvariabel yang digunakan

dalam penelitian, secara detail perihal definisi operasional dapat dijelaskan

seperti berikut.

1) Peran Komite Sekolah

Peran komite sekolah adalah skor keseluruhan dari berbagai

macam aspek yang berkaitan dengan peran komite sekolah, yang

meliputi peran serta dalam mengontrol program kegiatan sekolah.Terdiri

dari 23 butir pernyataan. Variabel Komite Sekolah pada penelitian ini

akan diukur dengan menggunakan instrumen berupa angket berisi

pernyataan dengan menggunakan skala Likert, dilengkapi alternatif

jawaban S (Selalu), SS (sangat sering), S (Sering), KK (Kadang-kadang),

dan TP (Tidak Pernah). Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang

fenomena sosial (Sugiyono, 2009: 93). Adapun pernyataan diberikan

dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang bersifat positif dan

negatif. Setiap pilihan jawaban menggunakan bobot penilaian sebagai

berikut.
Tabel 3.3. Daftar pembobotan penilaian Peran Komite Sekolah

No Alternatif Jawaban Bobot Penilaian


1 (S) Selalu 5
2 (SS) Sangat Sering 4
3 (S) Sering 3
4 (KK) Kadang-kadang 2
5 (TP) Tidak Pernah 1
Sumber: Sugiyono (2009: 93).

2) Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Definisi operasional variabel Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

adalah skor total yang diperoleh dari kuesioner Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) yang meliputi aspek penyelenggaraan alokasi dana

Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Terdiri dari 23 butir pernyataan.

Variabel kepemimpinan kepala sekolah pada penelitian ini akan diukur

dengan menggunakan instrumen berupa angket berisi pernyataan

dengan menggunakan skala Likert, dilengkapi alternatif jawaban S

(Selalu), SS (sangat sering), S (Sering), KK (Kadang-kadang), dan TP

(Tidak Pernah). Adapun pernyataan diberikan dalam bentuk pertanyaan

atau pernyataan yang bersifat positif dan negatif. Setiap pilihan jawaban

menggunakan bobot penilaian sebagai berikut.

Tabel 3.4. Daftar pembobotan penilaian Bantuan Operasional Sekolah


(BOS)

No Alternatif Jawaban Bobot Penilaian


1 (S) Selalu 5
2 (SS) Sangat Sering 4
3 (S) Sering 3
4 (KK) Kadang-kadang 2
5 (TP) Tidak Pernah 1
Sumber: Sugiyono (2009: 93).
3) Mutu Pendidikan

Definisi operasional variabel mutu pendidikan adalah skor total yang

diperoleh dari kuisioner mutu pendidikan yang terdiri dari 23 butir

pernyataan. Variabel mutu pendidikan dalam penelitian ini akan diukur

menggunakan skala Likert, dengan lima pilihan, yaitu S (Selalu), SS

(sangat sering), S (Sering), KK (Kadang-kadang), dan TP (Tidak Pernah).

Masing-masing pilihan diberi nilai dengan pembobotan seperti tertera pada

tabel di bawah ini.

Tabel 3.5 Daftar pembobotan penilaian Mutu Pendidikan


No Alternatif Jawaban Bobot Penilaian
1 (S) Selalu 5
2 (SS) Sangat Sering 4
3 (S) Sering 3
4 (KK) Kadang-kadang 2
5 (TP) Tidak Pernah 1
Sumber: Sugiyono (2009: 93)

3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Dalam penenlitian ini data diperoleh melalui angket dengan model skala

likert. Angket yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu angket pendidik

dan tenaga kependidikan. Selanjutnya alat ukur atau instrument penelitian ini

disebut angket yang menggunakan alternatife jawaban dan pilihan jawaban

terdiri atas lima pilihan. Pernyataan-pernyataan yang digunakan dalam

angket menunjukkan dukungan terhadap indikator dari variable yang akan

dibuktikan.
Tabel 3.6. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

No Variabel Indikator Butir


pertanyaan
1 Peran Komite 1. Pemberi pertimbangan (advisory 1,2,3,4,5,6
Sekolah. agency) dalam penentuan dan
(Naziardi dan pelaksanaan kebijakan
Nilawati, pendidikan di satuan pendidikan.
2016) 2. Pendukung (supporting agency),
baik yang berwujud finansial, 7,8,9,10
pemikiran, maupun tenaga 11,12
dalam penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan.
3. Pengontrol (controlling agency}
dalam rangka transparansi dan 13,14,15
akuntabilitas penyelenggaraan 16,17,18
dan keluaran pendidikan di 19,20
satuan pendidikan. 21, 22,23
4. Mediator antara pemerintah
(eksekutif) dan Dewan (Legislatif)
dengan masyarakat disatuan
pendidikan
2 Program BOS 1. Pengelolaan dana BOS, 1,2,3,4,5,6,7
(Direktorat mengacu pada konsep : (1) ,8,9,10,11
Pembinaan swakarsa dan partisipatif, 2)
SMA, 2015) transparan, 3) akuntabel, 4)
demokratis, 5) efektif dan efisien, 12,13,14,15,
6) tertib administrasi. 1617
2. Pemantauan pelaksanaan 18,19,20,21,
program 22,23

3. Pertanggungjawaban
penggunaan (pelaporan)

3 Mutu 1. Input, meliputi 1) memiliki 1,2,3,4,5,6


Pendidikan kebijakan, tujuan, dan sasaran
(Machali dan mutu yang jelas; 2) sumber daya
Hidayat, 2016). tersedia dan siap; 3) staf yang
kompeten dan berdedikasi tinggi;
4) memiliki harapan prestasi yang
tinggi; 5) fokus pada pelanggan;
dan 6) input manajemen.

2. Proses, meliputi 1) proses belajar 7,8,9,10


mengejar yang efektifitasnya
11,12,
tinggi; 2) kepemimpinan sekolah
yang kuat; 3) lingkungan sekolah 13,14,15
yang aman dan tertib; 4)
16,17,
pengelolaan tenaga kependidikan
yang efektif; 5) sekolah yang 18,19,
No Variabel Indikator Butir
pertanyaan

memiliki budaya mutu; 6) sekolah


yang memiiliki teamwork yang
kompak, cerdas dan dinamis; 7)
sekolah memiliki kewenangan
(kemandirian), partisipasi yang
tinggi dari warga masyarakat; 8)
sekoleh memiliki keterbukaan
(transparansi) manajemen; 9)
sekolah memiliki kemauan untuk
berubah (psikologi dan fsikis); 10)
sekolah melakukan evaluasi dan
perbaikan secara berkelanjutan;
11) sekolah responsive dan
antisifatif terhadap kebutuhan; 12)
sekolah memiliki komunikasi yang
baik; 13) sekolah memiliki
akuntabilitas; 14) sekolah memiliki
kemampuan manajemen
20,21,
subtainabilitas.
22,23
3. Output, meliputi Prestasi Siswa

Sumber: Sugiyono (2009: 106).

4. Kalibrasi

Penggunaan instrumen untuk mendapatkan data pada sampel yang

telah ditentukan harus diuji coba terlebih dahulu karena instrumen yang

digunakan tergolong non baku. Instrumen yang digunakan didesain dan

dikembangkan oleh peneliti dengan memodifikasi instrumen yang telah ada.

Beberapa syarat instrumen dapat digunakan dalam penelitian dan mampu

menggali data yang diharapkan.Nasution (2004: 169) memberi ciri-ciri harus

memenuhi dua persyaratan penting, yakni valid dan reliabel.

a) Pengujian Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas

internal. Menurut Arikunto (2008: 65) Validitas ini merupakan validitas yang
dicapai manakala terdapat kesesuaian antarbagian instrumen secara

keseluruhan. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila instrumen

tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Validitas merupakan

parameter yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu

instrumen. Pengujian validitas alat ukur terlebih dahulu dilakukan

penentuan harga korelasi antarbagian dari alat ukur secara keseluruhan

dengan cara mengorelasikan tiap alat ukur dengan skor total yang

merupakan jumlah setiap skor item soal. Uji validitas ini diujikan kepada 20

responden yang di ambil secara acak dari sampel penelitian yang terdiri

dari pendidik dan tenaga kependidikan di SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III

Kabupaten Banyuasin.

Validitas instrumen pada penelitian ini diukur dengan menggunakan

sofwer SPSS 22.00 dengan langkah langkah analisis adalah dengan

menggunakan analyze, correlate, bivariette. Kesesuaian harga rxy yang

diperoleh melalui perhitungan menggunakan Sofwer SPSS 22.00 tersebut

kemudian dikonsultasikan kepada tabel r kritik Product Moment dengan

kaedah keputusan sebagai berikut. Jika rhitung> rtabel, maka instrumen

tersebut dikategorikan valid. Tetapi sebaliknya, manakala rhitung< rtabel,

maka instrumen tersebut dikategorikan tidak valid dan tidak layak untuk

digunakan pengambilan data. Adapun hasil uji validitas pada setiap

variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Dari hasil uji validitas di bawah ini, maka dapat diketahui bahwa

terdapat tiga butir pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan 1 dan 3.

Jadi, hanya 21 butir pertanyaan yang dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data dalam penelitian ini.


Tabel 3.7. Hasil Uji Coba Validitas Variabel X1
No Butir Pertanyaan r hitung r tabel Ket
1 Pertanyaan 1 0,404 0,468 Tidak Valid
2 Pertanyaan 2 0,629 0,468 Valid
3 Pertanyaan 3 0,330 0,468 Tidak Valid
4 Pertanyaan 4 0,580 0,468 Valid
5 Pertanyaan 5 0,933 0,468 Valid
6 Pertanyaan 6 0,932 0,468 Valid
7 Pertanyaan 7 0,647 0,468 Valid
8 Pertanyaan 8 0,932 0,468 Valid
9 Pertanyaan 9 0,710 0,468 Valid
10 Pertanyaan 10 0,480 0,468 Valid
11 Pertanyaan 11 0,853 0,468 Valid
12 Pertanyaan 12 0,723 0,468 Valid
13 Pertanyaan 13 0,489 0,468 Valid
14 Pertanyaan 14 0,796 0,468 Valid
15 Pertanyaan 15 0,563 0,468 Valid
16 Pertanyaan 16 0,576 0,468 Valid
17 Pertanyaan 17 0,759 0,468 Valid
18 Pertanyaan 18 0,907 0,468 Valid
19 Pertanyaan 19 0,565 0,468 Valid
20 Pertanyaan 20 0,886 0,468 Valid
21 Pertanyaan 21 0,850 0,468 Valid
22 Pertanyaan 22 0,533 0,468 Valid
23 Pertanyaan 23 0,525 0,468 Valid
Sumber: Pengolahan Data Menggunakan SPSS 19.00

Dari hasil uji validitas di bawah ini, maka dapat diketahui dari 23 butir

instrument variable program dana BOS (X2) tiga butir pertanyaan yang

tidak valid r hitung < r tabel , yaitu pertanyaan 1, 2, dan 22. Jadi, hanya 20 butir

pertanyaan yang dianggap valid sehingga dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data.

Uji validitas instrument untuk variabel program dana BOS (X2)

diperoleh dari program SPSS versi 19.00.


Tabel 3.8. Hasil Uji Coba Validitas Variabel X2
No Butir Pertanyaan r hitung r tabel Ket
1 Pertanyaan 1 0,183 0,468 Tidak Valid
2 Pertanyaan 2 0,231 0,468 Tidak Valid
3 Pertanyaan 3 0,469 0,468 Valid
4 Pertanyaan 4 0,713 0,468 Valid
5 Pertanyaan 5 0,802 0,468 Valid
6 Pertanyaan 6 0,671 0,468 Valid
7 Pertanyaan 7 0,688 0,468 Valid
8 Pertanyaan 8 0,659 0,468 Valid
9 Pertanyaan 9 0,716 0,468 Valid
10 Pertanyaan 10 0,632 0,468 Valid
11 Pertanyaan 11 0,699 0,468 Valid
12 Pertanyaan 12 0,711 0,468 Valid
13 Pertanyaan 13 0,642 0,468 Valid
14 Pertanyaan 14 0,646 0,468 Valid
15 Pertanyaan 15 0,602 0,468 Valid
16 Pertanyaan 16 0,610 0,468 Valid
17 Pertanyaan 17 0,602 0,468 Valid
18 Pertanyaan 18 0,728 0,468 Valid
19 Pertanyaan 19 0,731 0,468 Valid
20 Pertanyaan 20 0,772 0,468 Valid
21 Pertanyaan 21 0,688 0,468 Valid
22 Pertanyaan 22 0,286 0,468 Tidak Valid
23 Pertanyaan 23 0,573 0,468 Valid
Sumber : Pengolahan Data Menggunakan SPSS 19.00

Dari hasil uji validitas di bawah ini, maka dapat diketahui bahwa

terdapat tujuh butir pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan 3, 11 dan

12. Jadi, hanya 20 butir pertanyaan yang dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data.

Uji validitas instrument untuk variabel Mutu Pendidikan (Y) diperoleh

dari program SPSS versi 19.00.


Tabel 3.9. Hasil Uji Coba Validitas Variabel Y

No Butir r hitung r tabel Ket


Pertanyaan
1 Pertanyaan 1 0,575 0,468 Valid
2 Pertanyaan 2 0,658 0,468 Valid
3 Pertanyaan 3 0,238 0,468 Tidak Valid
4 Pertanyaan 4 0,818 0,468 Valid
5 Pertanyaan 5 0,746 0,468 Valid
6 Pertanyaan 6 0,589 0,468 Valid
7 Pertanyaan 7 0,788 0,468 Valid
8 Pertanyaan 8 0,675 0,468 Valid
9 Pertanyaan 9 0,519 0,468 Valid
10 Pertanyaan 10 0,689 0,468 Valid
11 Pertanyaan 11 0,419 0,468 Tidak Valid
12 Pertanyaan 12 0,238 0,468 Tidak Valid
13 Pertanyaan 13 0,470 0,468 Valid
14 Pertanyaan 14 0,788 0,468 Valid
15 Pertanyaan 15 0,590 0,468 Valid
16 Pertanyaan 16 0,650 0,468 Valid
17 Pertanyaan 17 0,575 0,468 Valid
18 Pertanyaan 18 0,716 0,468 Valid
19 Pertanyaan 19 0,760 0,468 Valid
20 Pertanyaan 20 0,575 0,468 Valid
21 Pertanyaan 21 0,803 0,468 Valid
22 Pertanyaan 22 0,692 0,468 Valid
23 Pertanyaan 23 0,620 0,468 Valid
Sumber : Pengolahan Data Menggunakan SPSS 19.00

b) Perhitungan Reabilitas

Reliabilitas bermakna bahwa suatu instrumen terpercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data. Menurut Arikunto, 2008: 86).

Suatu instrumen dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi

manakala instrumen tersebut dapat memberikan hasil yang tetap atau ajeg.

Menurut Arikunto (2010: 50), Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian

bahwa sesuatu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument


tersebut sudah baik. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini

menggunakan uji reliabelitas internal yang diperoleh dengan cara

meganalisis data dari suatu hasil uji coba dengan rumus Alpha Cronbach.

Adapun perhitungan uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan

sofwer SPSS 22.00 dengan langkah langkah analisis adalah analyze,

scale, reliabilility analysis. Kriteria pengujian jika nilai alpha Cronbach >

nilai r tabel (0,468) maka alat ukur tersebut reliabel. Begitu pula sebaliknya,

jika < maka alat ukur tersebut tidak reliabel. Adapun hasil analisis reabilitas

variabel penelitian ini menyatakan bahwa seluruh alat ukur pada tiap tiap

variabel penelitian dinyatakan reliabel. Adapun hasil analisis adalah

sebagai berikut.

Tabel 3.10. Hasil uji reliabilitas Variabel Penelitian


Variabel Cronbach's Ket
Alpha N of Items
X1 .951 23 Reliabel
X2 .924 23 Reliabel
Y .926 23 Reliabel
Sumber: Pengolahan Data Menggunakan SPSS 22.00

G. Uji Persyaratan Data

Persyaratan uji analisis data penelitian menggunakan uji normalitas dan

homogenitas.Hal ini dilakukan sebagai prasyarat untuk menggunakan analisis

korelasi product moment dan korelasi berganda karena korelasi product moment

merupakan statistik parametrik.

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas data adalah untuk mengetahui kondisi data yang

didapatkan berdistribusi normal atau sebaliknya. Pengujian ini dilakukan

terhadap data efektivitas sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, budaya


organisasi, dan profesionalisme guru. Uji normalitas data dilakukan dengan

menggunakan sofwer SPSS 22.00 dengan langkah langkah analisis

menggunakan analyze, descrivtipe statistics, explore, plots, normalIty plots

with test, Kolmogrof smirnov Test (Z). Kriteria pengujian ini adalah jika

signifikansi yang diperoleh > , maka sampel berasal dari populasi

berdistribusi normal. Jika signifikansi yang diperoleh < α, maka sampel bukan

berasal dari populasi berdistribusi normal. Taraf signifikansi uji adalah = 0,05.

Hipotesis yang diuji adalah.

Ho : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

Ha : sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

Hal ini bermakna Ho diterima jika data berdistribusi normal dengan

indikasi jika Asyimtotis Significance lebih besar dari taraf nyata α = 0.05.

tetapi sebaliknya Ho ditolak jika distirbusi data tidak normal.

2. Uji Homogenitas

Tujuan uji homogenitas sampel adalah untuk mengetahui kondisi data

sampel yang diperoleh merupakan sampel berasal dari populasi bervarian

homogen atau tidak homogen.Pengujian homogenitas data dari sampel

menggunakan sofwer SPSS 22.00 dengan langkah langkah analisis yaitu

compare means, one-way anova, options, homogeneity of variance test.

Kriteria uji homogenitas data dari sampel adalah jika nilai signifikansi > 0,05,

maka variansi setiap sampel homogen dan (H 1) ditolak, dan jika nilai

signifikansi < 0,05, maka variansi setiap sampel tidak homogen dan (H0)

diterima. Kriteria pengujian terima hipotesis nol jika Asimtotik Significance

lebih besar dari = 0,05 dan terima lainnya.


3. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi

yang ada merupak persamaan linier atau berupa persamaan non linier. Uji

linieritas dalam penelitian ini menggunakan sofwer SPSS 22.00 dengan

langkah langkah analyze, compare means, means, options, test of linierity.

Hipotesis yang digunakan untuk menguji linieritas garis regresi tersebut

dinyatakan sebagai berikut.

H0 : Model regresi berbentuk non linier

H1 : Model regresi berbentuk liner

Untuk menyatakan apakah garis regresi tersebut linier atau tidak, ada

satu cara, yaitu dengan menggunakan harga koefisien F hitung pada test of

linierity. Bila Jika F hitung> F tabel atau nilai Sig < (0,05 ), maka H0 diterima,

atau model regresi berbentuk linier.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data deskriptif dalam penelitian ini menggunakan pengukuran

kategori yang menggunakan pengukuran menurut Sudijono (2008: 174-

175) yaitu menggunakan teknik kategori yaitu sangat baik, baik, cukup

baik, tidak baik dan sangat tidak baik. Rumus yang digunakan untuk

menyusun kategori adalah sebagai berikut.

Tabel 3.11. Rentangan Norma


No Rentan Norma Kategori
1 ≥ Mean + 1,5 SD Sangat baik
2 Mean + 0,5 SD s/d < Mean + 1,5 SD Baik
3 Mean - 0,5 SD s/d > Mean + 0,5 SD Cukup
4 Mean – 1,5 SD s/d < Mean – 0,5 SD Kurang
5 < Mean - 1,5 SD Sangat Kurang
Sumber: Sudijono (2008: 175).
Untuk analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Regresi

ganda merupakan regresi dengan jumlah variabel bebasnya lebih dari satu

(Suharsaputra, 2012: 145). Ridwan (2013: 155) menyatakan bahwa regresi

ganda merupakan suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh variabel bebas

atau lebih terhadap variabel terikat.

Persamaan regersi berganda dapat dinyatakan dalam pernyataan sebagai

berikut.

Y = a + b1X1 + b2X2 +..............bnXn

Keterangan :

Y = Subjek variabel terikat yang diproyeksikan

X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan

a = Nilai konstanta

b = Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukan

nilai peningkatan (+) atau nilai penuruna (-) variabel Y (Kesumawati dan

Aridanu, 2017: 132).

Teknik perhitungan analisa data penelitian, peneliti menggunakan SPSS

22.00 analyze, Regression Linier untuk mengetahui nilai Fhitung dan nilai thitung

sebagai alat ukur analisis data dalam penelitian ini. Adapun untuk mencari

hubungan antara variabel X1 dan X2, peneliti menggunakan SPPS 17.00 correlate

bivariate untuk mengetahui nilai r hitung sebagai alat ukur seberapa signifikan

hubungan antara kedua variabel tersebut.

I. Hipotesis Statistik

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah pengaruh variabel bebas

Peran Komite Sekolah (X1), Program BOS (X2), terhadap variabel Mutu

pendidikan (Y) baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.


Hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut.

Hipotesis 1

H01 ditolak jika nilai Sig < 0.05

H01 diterima jika nilai Sig > 0.05

Hipotesis 2

H02 ditolak jika thitung > ttabel

H02 diterima jika thitung ≤ ttabel

Hipotesis 3

H03 ditolak jika thitung > ttabel

H03 diterima jika thitung ≤ ttabel

Hipotesis 4

H04 ditolak jika Fhitung > Ftabel

H04 diterima jika Fhitung ≤ Ftabel.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Adapun alat pengumpul data

yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang sebelumnya telah

terlebih dahulu di validitas oleh expert yang meliputi ketepatan bahasa serta

keterwakilan pada tiap-tiap indikator varibael penelitian. Setelah di validasi oleh

expert kemudian alat pengumpul data berupa kuesioner di uji cobakan kepada

20 responden yang terdiri dari pendidik dan tenaga pendidik di SMA Plus Negeri

2 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin hingga kuesioner di nyatakan layak untuk

di jadikan alat pengumpul data dalam penelitian ini. Adapun variabel yang diteliti

dalam penelitian ini adalah peran komite sekolah (variabel X1), program bantuan

Operasional sekolah (BOS) (variabel X2), dan mutu pendidikan (variabel Y).

Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten

Banyuasin. Untuk mempermudah proses analisis, maka proses analisis data

pada penelitian ini menggunakan program SPSS 22.00 For Windows. Adapun

deskripsi data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Deskripsi Data Variabel Peran Komite Sekolah Di SMA Negeri 1


Banyuasin III Kabupaten Banyuasin

Pada variabel ini, terdapat empat indikator untuk mengetahui

pelaksanaan peran komite sekolah di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten

Banyuasin yakni pemberi pertimbangan (advisory agency), pendukung

(supporting agency), pengontrol, controlling agency), mediator. Akan tetapi,

data pada variabel ini akan di deskripsikan secara keseluruhan atau tidak

77
perindikator. Seluruh indikator dimuat dalam 21 butir pertanyaan. Adapun

hasil analisis deskriptif variabel peran komite sekolah di SMA Negeri 1

Banyuasin III Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Peran komite sekolah di SMA Negeri 1


Banyuasin III Kabupaten Banyuasin
N Valid 45
Missing 0
Mean 74.8667
Median 74.0000
Std. Deviation 6.48635
Variance 42.073
Minimum 64.00
Maksimum 86.00
Sumber: Pengelolaan Data Menggunakan SPSS 22.00

Dari tabel di atas, maka dapat dijelaskan bahwa nilai mean adalah 74, 8,

nilai median sebesar 74, nilai standar deviation sebesar 6.4, nilai minimum

sebesar 51 dan nilai maksimum sebesar 86.

Dengan melakukan pengukuran kategori berdasarkan tabel di bawah ini,

maka dapat di ketahui bahwa peran komite sekolah yang memiliki kategori

sangat baik berjumlah 4 atau 11,1%, kategori baik berjumlah 12 atau 26,6 %,

kategori cukup baik sebesar 13 atau 28,9 %, dan kategori kurang sebesar 15

atau 33,4%.

Adapun distribusi frekuensi data variabel peran komite sekolah di SMA

Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut.


Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Peran komite sekolah Di SMA Negeri 1
Banyuasin III Kabupaten Banyuasin

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 64.00 3 6.7 6.7 6.7
66.00 4 8.9 8.9 15.6
67.00 1 2.2 2.2 17.8
69.00 2 4.4 4.4 22.2
70.00 3 6.7 6.7 28.9
71.00 2 4.4 4.4 33.3
72.00 2 4.4 4.4 37.8
73.00 4 8.9 8.9 46.7
74.00 2 4.4 4.4 51.1
75.00 1 2.2 2.2 53.3
76.00 3 6.7 6.7 60.0
77.00 1 2.2 2.2 62.2
79.00 3 6.7 6.7 68.9
80.00 1 2.2 2.2 71.1
81.00 5 11.1 11.1 82.2
82.00 2 4.4 4.4 86.7
83.00 1 2.2 2.2 88.9
84.00 3 6.7 6.7 95.6
85.00 1 2.2 2.2 97.8
86.00 1 2.2 2.2 100.0
Total 45 100.0 100.0
Sumber: Pengolahan Data Menggunakan SPSS 22.00

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa peran komite sekolah dalam

kategori baik atau telah dilaksanakan dengan baik. Adapun hasil

pengkategorian dapat di lihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3. Kategori Persentasi


No Rentan Norma Kategori
1 ≥ 84 Sangat baik
2 78 s/d < 84 Baik
3 72 s/d < 78 Cukup
4 62 s/d < 72 Kurang
5 < 62 Sangat Kurang
Sumber: Sudijono (2008: 175).

Adapun histogram distribusi data variabel peran komite sekolah di SMA


Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut.

Gambar 3. Histogram Statistik Deskrptif Peran Komite Sekolah SMA Negeri 1


Banyuasin III Kabupaten Banyuasin

2. Deskripsi Data Program bantuan Operasional sekolah (BOS) Di SMA


Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin

Pada variabel ini, terdapat empat indikator untuk mengetahui program

bantuan Operasional sekolah (BOS) di SMA Negeri 1 Banyuasin III

Kabupaten Banyuasin yakni pengelolaan dana BOS, pemantauan

pelaksanaan program, pertanggungjawaban penggunaan (pelaporan).

Seluruh indikator dimuat dalam 20 butir pertanyaan. Adapun hasil analisis

deskriptif variabel program bantuan Operasional sekolah (BOS) di SMA

Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut.

Tabel 4.4. Statistik Deskriptif Variabel Program bantuan operasional


sekolah (BOS) Di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin
BOS
N Valid 45
Missing 0
Mean 75.2444
Median 75.0000
Std. Deviation 6.23464
Variance 38.871
Minimum 64.00
Maximum 86.00
Sumber: Pengolahan Data Menggunakan SPSS 22.00
Dari tabel di atas, maka dapat dikemukakan bahwa nilai mean adalah

75,2 nilai median sebesar 75, nilai standar deviation sebesar 6,2 nilai
minimum sebesar 64 dan nilai maksimum sebesar 86. Adapun distribusi

frekuensi data variabel program bantuan Operasional sekolah (BOS) di SMA

Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut.

Tabel 4.5. Distribusi Prekuensi Variabel Program bantuan Operasional


sekolah (BOS) Di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 64.00 3 6.7 6.7 6.7
66.00 1 2.2 2.2 8.9
67.00 1 2.2 2.2 11.1
68.00 3 6.7 6.7 17.8
69.00 1 2.2 2.2 20.0
70.00 3 6.7 6.7 26.7
71.00 3 6.7 6.7 33.3
73.00 2 4.4 4.4 37.8
74.00 3 6.7 6.7 44.4
75.00 3 6.7 6.7 51.1
76.00 3 6.7 6.7 57.8
77.00 1 2.2 2.2 60.0
78.00 5 11.1 11.1 71.1
80.00 1 2.2 2.2 73.3
81.00 2 4.4 4.4 77.8
82.00 1 2.2 2.2 80.0
83.00 7 15.6 15.6 95.6
86.00 2 4.4 4.4 100.0
Total 45 100.0 100.0
Sumber: Pengolahan Data Menggunakan SPSS 22.00

Dari hasil pengkategorian berdasarkan tabel di atas, menunjukkan

bahwa program BOS yang memiliki kategori sangat baik berjumlah 2 atau

4,4%, kategori baik berjumlah 16 atau 35,6 %, kategori cukup baik sebesar

15 atau 33,4%, dan kategori kurang sebesar 12 atau 26,8%, dan kategori

sangat kurang sebesar 3 atau 6,8%. Hasil analisis tersebut menunjukkan

bahwa sekolah dasar di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin

telah memiliki program bantuan Operasional sekolah (BOS) dengan baik.


Adapun hasil pengkategorian dapat di lihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6. Kategori Persentasi Variabel Program BOS

No Rentan Norma Kategori


1 ≥ 84 Sangat baik
2 78 s/d < 84 Baik
3 72 s/d < 78 Cukup
4 66 s/d < 72 Kurang
5 < 66 Sangat Kurang
Sumber: Sudijono (2008: 175).

Adapun histogram distribusi data variabel program BOS di SMA Negeri

1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut.

Gambar 4. Histogram Program bantuan Operasional sekolah (BOS) Di SMA


Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin

3. Deskripsi Data Mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III


Kabupaten Banyuasin

Pada variabel ini, terdapat empat indikator untuk mengetahui mutu

pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin, yakni input,

proses, dan output. Seluruh indikator dimuat dalam 20 butir pertanyaan.

Adapun hasil analisis deskriptif variabel mutu pendidikan di SMA Negeri 1

Banyuasin III Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut.


Tabel 4.7. Statistik Deskriptif Mutu pendidikan Di SMA Negeri 1 Banyuasin
III Kabupaten Banyuasin
Mutu Pendidikan
N Valid 45
Missing 0
Mean 77.4444
Median 77.0000
Std. Deviation 6.52811
Variance 42.616
Minimum 66.00
Maximum 88.00
Sumber: Pengolahan Data Menggunakan SPSS 22.00

Dari tabel di atas, maka dapat dikemukakan bahwa nilai mean adalah

77,4 nilai median sebesar 77, nilai standar deviation sebesar 6,5 nilai

minimum sebesar 66 dan nilai maksimum sebesar 88. Adapun distribusi

frekuensi data variabel mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III

Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut.

Tabel 4.8. Distribusi Prekuensi Mutu pendidikan di SMA Negeri 1


Banyuasin III Kabupaten Banyuasin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 66.00 2 4.4 4.4 4.4
67.00 1 2.2 2.2 6.7
68.00 2 4.4 4.4 11.1
69.00 2 4.4 4.4 15.6
70.00 1 2.2 2.2 17.8
71.00 1 2.2 2.2 20.0
72.00 2 4.4 4.4 24.4
73.00 4 8.9 8.9 33.3
75.00 3 6.7 6.7 40.0
76.00 3 6.7 6.7 46.7
77.00 2 4.4 4.4 51.1
78.00 3 6.7 6.7 57.8
79.00 1 2.2 2.2 60.0
80.00 2 4.4 4.4 64.4
81.00 2 4.4 4.4 68.9
83.00 2 4.4 4.4 73.3
84.00 4 8.9 8.9 82.2
85.00 2 4.4 4.4 86.7
86.00 3 6.7 6.7 93.3
87.00 1 2.2 2.2 95.6
88.00 2 4.4 4.4 100.0
Total 45 100.0 100.0
Sumber: Pengolahan Data Menggunakan SPSS 22.00

Dari hasil pengkategorian berdasarkan tabel di atas, dapat di


kemukakan bahwa mutu pendidikan yang memiliki kategori sangat baik

berjumlah 2 atau 4,7 %, kategori baik berjumlah 14 atau 31,8 %, kategori

cukup baik sebesar 17 atau 38,6 %, dan kategori kurang sebesar 7 atau

15,9%, dan kategori sangat kurang sebesar 3 atau 7%. Hasil analisis tersebut

menunjukkan bahwa mutu pendidikan telah berjalan dengan baik. Adapun

hasil pengkategorian adalah sebagai berikut.

Tabel 4.9. Kategori Persentasi Variabel Mutu Pendidikan

No Rentan Norma Kategori


1 ≥ 87 Sangat baik
2 81 s/d < 87 Baik
3 74 s/d < 81 Cukup
4 68 s/d < 74 Kurang
5 < 68 Sangat Kurang
Sumber: Sudijono (2008: 175).

Adapun histogram distribusi data mutu pendidikan di SMA Negeri 1

Banyuasin III Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut.

Gambar 5. Histogram Mutu pendidikan Di SMA Negeri 1 Banyuasin III


Kabupaten Banyuasin

B. Uji Persyaratan Data

Uji persyaratan data merupakan salah satu bagian yang diperlukan dalam

menganalisis data. Adapun uji persyaratan data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.
1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov

dengan menggunakan SPSS 22.00. Adapun hasil analisis uji normalitas

dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10.Tests Of Normality


Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Komite Sekolah .114 45 .178
BOS .093 45 .200*
Mutu Pendidikan .114 45 .178
Sumber: Pengolahan Data Menggunakan SPSS 22.00

Dari tabel di atas, maka dapat dikemukakan bahwa seluruh nilai sig

pada tiap variabel lebih besar dari 0.05, dengan demikian dapat dinyatakan

bahwa seluruh data berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dalam penelitian ini dengan menggunakan test of

homogenity of variances dengan menggunakan SPSS 22.00. dengan asumsi

sebagai berikut.

a. Jika probabilitas atau nilai signifikan ≥ 0.05, maka varians sampel

dinyatakan homogen

b. Jika probabilitas atau nilai signifikan ≥ 0.05, maka varians sampel

dinyatakan homogeny (Basrowi, dkk, 2007: 98-106).

Adapun hasil analisa data dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.11. Test of Homogeneity of Variances

Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.170 2 132 .844
Sumber: Pengolahan Data Menggunakan SPSS 22.00
Dari hasil analisa data menggunakan SPSS 22.00 maka dapat

dikemukakan bahwa nilai sig lebih besar dari nilai probabilitas (0,844 ≥ 0,05)

dengan demikian data tersebut dinyarakan homogen.

3. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi

yang ada merupak persamaan linier atau berupa persamaan non linier.

Hipotesis yang digunakan untuk menguji linieritas garis regresi tersebut

dinyatakan sebagai berikut.

H0 : Model regresi berbentuk non linier

H1 : Model regresi berbentuk liner

Untuk menyatakan apakah garis regresi tersebut linier atau tidak, ada

satu cara, yaitu dengan menggunakan harga koefisien F hitung pada linierity.

Bila Jika F hitung> F tabel atau nilai Sig < (0,05 ), maka H0 diterima, atau model

regresi berbentuk linier. Adapun hasil pengujian adalah sebagai berikut.

Tabel 4.12. Uji Linieritas Variabel X1 dan Y


ANOVA Table
Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
Var Betw (Combined) 1866.978 19 98.262 302.035 .000
Y* een Linearity 1860.14
1860.144 1 5717.656 .000
Var Grou 4
X1 ps Deviation
from 6.834 18 .380 1.167 .354
Linearity
Within Groups 8.133 25 .325
Total 1875.111 44
Sumber: Pengelolahan Data Menggunakan SPSS 22.00
Tabel 4.13. Uji Linieritas Variabel X2 dan Y
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
VAR Between (Combined) 106.66
1813.216 17 46.527 .000
Y* Groups 0
VAR Linearity 1780.6
1780.619 1 776.743 .000
X2 19
Deviation
from 32.597 16 2.037 .889 .588
Linearity
Within Groups 61.895 27 2.292
Total 1875.111 44
Sumber: Pengelolahan Data Menggunakan SPSS 22.00

Dari tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa seluruh nilai linierity pada

tiap tiap variabel adalah 0.00 < 0.05, artinya. H0 diterima, atau model regresi

berbentuk linier.

C. Pengujian Hipotesis

Setelah di nyatakan bahwa data sudah memenuhi persyaratan untuk di uji.

Maka selanjutnya di lakukan uji hipotesis dengan uji t dan uji F untuk mengetahui

pengaruh secara simulutan dan secara parsial.

1. Hubungan Antara Peran Komite Sekolah Dengan Program BOS Di

SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin

Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut.

Ha1 : Terdapat hubungan antara peran komite sekolah dan program

BOS di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin

H01 : Tidak terdapat hubungan antara peran Komite Sekolah dan

program BOS di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten

Banyuasin.

Adapun hasil pengujian adalah sebagai berikut.


Tabel 4.14. Correlations
Mutu Komite
Pendidikan Sekolah BOS
Pearson Mutu
1.000 .996 .974
Correlation Pendidikan
Komite
.996 1.000 .969
Sekolah
BOS .974 .969 1.000
Sig, 1- Mutu
. .000 .000
tailed) Pendidikan
Koite
.000 . .000
Sekolah
BOS .000 .000 .
N Mutu
45 45 45
Pendidikan
Komite
45 45 45
Sekolah
BOS 45 45 45
Sumber: Pengelolahan Data Menggunakan SPSS 22.00

Dari hasil analisa di atas, maka dapat di ketahui bahwa nilai signifikan

antara variabel peran komite sekolah dengan variabel program BOS sebesar

0.00 < dari 0.05. maka dapat di nyatakan bahwa terdapat hubungan antara

variabel peran komite sekolah dengan program BOS di SMA Negeri 1

Banyuasin III Kabupaten Banyuasin.

2. Pengaruh Peran komite sekolah Terhadap Mutu pendidikan Di SMA

Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin

Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut.

Ha2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara peran komite sekolah

terhadap mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III

Kabupaten Banyuasin.

Ho2 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara peran komite

sekolah terhadap pelaksanaan mutu pendidikan SMA Negeri 1

Banyuasin III Kabupaten Banyuasin.


Model hubungan peran komite sekolah terhadap mutu pendidikan

dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi Y= 1.481 + 0,848 X1. Uji

signifikansi persamaan regresi dapat disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.15 Signifikansi Pengaruh Peran komite sekolah (X1) Terhadap


Mutu pendidikan (Y) Di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten
Banyuasin
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta T Sig.
1 (Constant) 1.481 .980 1.511 .138
Peran Komite
.848 .050 .843 16.930 .000
Sekolah
Sumber: Pengolahan Data Menggunakan SPSS 22.00

Berdasarkan uji signifikansi variabel peran komite sekolah terhadap

mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin

diperoleh nilai t hitung sebesar 16.930 > dari harga t tabel sebesar 0,679

dimana harga t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho1 ditolak, sehingga

terdapat pengaruh yang signifikan antara peran komite sekolah terhadap mutu

pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin.

3. Pengaruh Program bantuan Operasional sekolah (BOS)Terhadap

Mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin

Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut.

Ha3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara program bantuan

Operasional sekolah (BOS) terhadap mutu pendidikan SMA

Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin.

Ho3 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara program bantuan

Operasional sekolah (BOS) terhadap mutu pendidikan di SMA

Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin.


Model hubungan program BOS sekolah terhadap mutu pendidikan

dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi Y= 1.481 + 0.165. X2 Uji

signifikansi persamaan regresi dapat disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.16. Signifikansi Pengaruh Program BOS (X2) Terhadap Mutu


pendidikan (Y) Di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta T Sig.
1 (Constant) 1.481 .980 1.511 .138
Budaya Sekolah .165 .052 .158 3.171 .003
a. Dependent Variable: Mutu Pendidikan
Sumber : Pengolahan Data Menggunakan SPSS 22.00

Berdasarkan uji signifikansi variabel program bantuan Operasional

sekolah (BOS) terhadap mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III

Kabupaten Banyuasin diperoleh nilai t hitung sebesar 3,171 ≥ harga t tabel

sebesar 0,679 dimana harga t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho2 ditolak,

sehingga terdapat pengaruh yang signifikan antara program bantuan

Operasional sekolah (BOS) terhadap pelaksanaan mutu pendidikan di SMA

Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin.

4. Pengaruh Secara Bersama-Sama Antara Peran komite sekolah dan

Program bantuan Operasional sekolah (BOS)Terhadap Mutu

pendidikan Di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin

Berdasarkan hasil uji regresi berganda, maka diperoleh nilai konstanta

persamaan regresi (a) sebesar 10.038 dan nilai koofisien variabel bebas (b 1)

sebesar 0.001 dan nilai (b2) sebesar 0,871, maka diperoleh persamaan

regresi sebagai berikut.

Y = a + b1X1 + b2X2
Y = 1.481 + 0.848.X1 + 0.165. X2

Artinya, mutu pendidikan mengalami peningkatan secara positif melalui

peran komite sekolah dan budaya sekolah. Untuk mengetahui kebenaran

pengujian hipotesis, maka dilakukan uji simulutan dengan menggunakan uji F

untuk mengetahui pengaruh variabel peran komite sekolah dan program

bantuan Operasional sekolah (BOS) terhadap variabel mutu pendidikan.

Adapun kriteria pengujian adalah sebagai berikut.

a. Jika nilai probabilitas (signifikan) < 0.005, maka Ho3 di tolak

b. Jika nilai probabilitas (signifikan) > 0.005, maka Ho3 di terima

Kemudian untuk uji F, kriteria pengujian adalah sebagai berikut.

Ha4 diterima jika Fhitung > Ftabel

H04 diterima jika Fhitung ≤ Ftabel.

Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut.

Ha3 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara

peraan komite sekolah dan program bantuan Operasional sekolah

(BOS) terhadap mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III

Kabupaten Banyuasin.

Ho3 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama

antara peran komite sekolah dan program bantuan Operasional

sekolah (BOS) terhadap mutu pendidikan. di SMA Negeri 1

Banyuasin III Kabupaten Banyuasin.

Untuk hasil analisis regresi berganda dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.17. Hasil analisis Regresi Ganda X1 dan X2 terhadap Y
ANOVAb
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1863.035 2 931.518 3239.781 .000b
Residual 12.076 42 .288
Total 1875.111 44
a. Predictors: (Constant), X1, X2
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Pengelolaan Data Menggunakan SPSS 22.00

Dari uji Anova di atas, diperoleh F hitung sebesar 3239,781 dengan

tingkat signifikansi 0,000 < nilai probabilitas α 0,05 sementara F tabel sesuai

dengan taraf signifikansi 0,05 (2,42) sebesar 3,22 sehinga F hitung > F tabel

(3239,781 > 4,07) sehingga Ho4 di tolak, artinya terdapat pengaruh yang

signifikan secara bersama-sama antara peraan komite sekolah dan program

bantuan Operasional sekolah (BOS) terhadap mutu pendidikan di SMA Negeri

1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin. Untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simulutan

dapat di lihat pada tabel model summary berikut.

Tabel 4.18. Koefisien Diterminasi


Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
a
1 .997 .994 .993 .53621
a. Predictors: (Constant), Variabel X2, X1
Sumber: Pengelolahan Data Menggunakan SPSS 22.00

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diperoleh nilai R squere sebesar

0,994 dengan demikian koefisien diterminasinya sebesar 99,4% sehingga

dapat disimpulkan bahwa besar pengaruh peran komite sekolah dan program

bantuan Operasional sekolah (BOS) terhadap mutu pendidikan di SMA


Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin secara bersama-sama sebesar

99,4% dan sisanya 0,6% di pengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti di

dalam penelitian ini.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat dikemukakan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara variabel peran komite sekolah dengan

program BOS di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin, berdasarkan

nilai signifikan antara variabel komite sekolah dengan variabel program BOS

sebesar 0.00 > dari 0.05. Kemudian terdapat pengaruh yang signifikan antara

peran komite sekolah terhadap mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III

Kabupaten Banyuasin. Berdasarkan uji signifikansi variabel peran komite sekolah

terhadap mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin

diperoleh nilai t hitung sebesar 16.930 > dari harga t tabel sebesar 0,679 dimana

harga t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho1 diterima.

Kemudian terdapat pengaruh yang signifikan antara program bantuan

Operasional sekolah (BOS) terhadap pelaksanaan mutu pendidikan di SMA

Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin.Berdasarkan uji signifikansi variabel

program bantuan Operasional sekolah (BOS) terhadap mutu pendidikan di SMA

Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin diperoleh nilai t hitung sebesar

3,171 ≥ harga t tabel sebesar 0,679 dimana harga t hitung lebih besar dari t tabel

maka Ho2 diterima.

Pada pengujian hipotesis terakhir, dapat di kemukakan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara peraan komite sekolah

dan program bantuan Operasional sekolah (BOS) terhadap mutu pendidikan di

SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin. Berdasarkan uji Anova


diperoleh F hitung sebesar 3239,781 dengan tingkat signifikansi 0,000 < nilai

probabilitas α 0,05 sementara F tabel sesuai dengan taraf signifikansi 0,05 (1,42)

sebesar 4,08 sehinga F hitung > F tabel (3239,781 > 3,22) sehingga Ho4 di totak.

Adapun besar pengaruh peran komite sekolah dan program bantuan Operasional

sekolah (BOS) terhadap mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III

Kabupaten Banyuasin secara bersama-sama sebesar 99,4% dan sisanya 0,6%

di pengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti di dalam penelitian ini. Hal ini

berdasarkan nilai R squere sebesar 0,994 dengan demikian koefisien

diterminasinya sebesar 99,4%.

Hasil penelitian ini di dukung oleh hasil penelitian sebelumnya antaralain

penelitian yang di lakukan oleh Hadiyanto (2015) dengan hasil pengujian

hipotesis utama menunjukkan bahwa Implementasi Kebijakan Pemberian

Bantuan Operasional Sekolah memberi pengaruh secara secara positif dan

signifikan terhadap peningkatan kinerja guru dan partisipasi orang tua siswa

dalam peningkatan prestasi belajar siswa yaitu sebesar 27,81%, sedangkan

pengaruh di luar Implementasi Kebijakan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

adalah sebesar 72,19%. Adapun hasil pengujian sub-sub hipotesis menunjukkan

bahwa diantara masing-masing variabel memberikan pengaruh secara secara

positif dan signifikan.

Makmun, Sumadi dan Ambarita (2013) dengan hasil penelitian

menunjukkan bahwa pembentukan komite telah mngacu pada ketentuan

peraturan perundangan dan melibatkan unsur dewan guru, masyarakat,

pemerintah dan kalangan dunia usaha dan industri. Peran komite sekolah yang

menonjol terkait dengan pemberian pertimbangan dan dukungan, sedangkan

peran komite sebagai pengontrol masih terbatas dalam penggunaan anggaran


sekolah dan kurang menyentuh pada masalah akademik dan evaluasi kinerja

sekolah. Begitu juga peran mediasi didukung oleh stakeholder, mengingat SMK

memerlukan kerjasama dengan banyak unsur. Komite sekolah sebagi organisasi

independen sangat membantu dalam mewujudkan pendidikan di SMK Negeri 2

Metro yang bermutu.

Larasati (2009) dengan hasil penelitian dapat diketahui bahwa belum atau

tidak semua peran komite sekolah dilakukan. Dalam menjalankan tugas dan

perannya masih ada kekurangan. Peran komite sekolah sebagai pemberi

pertimbangan diwujudkan dalam bentuk pemberian pertimbangan terhadap

penyediaan dan penggunaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh

sekolah. Komite sekolah juga memberikan pertimbangan terhadap penggunaan

dan pemanfaatan anggaran atau dana yang diperoleh sekolah, memberikan

masukan tentang rancangan anggaran pendapatan dan belanja sekolah

(RAPBS). Peran komite sekolah sebagai pendukung berupa dukungan materiil

dan moril.

Bhawa, Haris, dan Artana (2014) dengan hasil penelitian menunjukkan

bahwa 1) pengelolaan dana BOS pada seluruh sekolah dasar sudah sesuai

dengan Permendiknas No. 76 tentang Petunjuk Teknis Pengunaan dan

Pertangungjawaban Keuangan dana BOS Tahun 2013; 2) tingkat efektivitas

pengelolaan dana BOS pada seluruh sekolah dasar mencapai 87%, berada

dalam kriteria sangat efektif; 3) masalah yang dihadapi seluruh sekolah dasar

yaitu dana BOS datang tidak tepat waktu, dan komite kurang memahami

pengelolaan dana BOS; 4) upaya yang dilakukan seluruh sekolah dasar yaitu

melakukan pinjaman dana serta berbelanja secara kredit, dan melakukan

penguatan pada komite terkait dana BOS


E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diupayakan dengan cermat dan teliti, namun

bagaimanapun juga penelitian ini tidak terlepas dari kelemahan dan

keterbatasan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu alat pengumpul

data yang tidak dapat di gunakan untuk memperoleh gambaran yang luas dan

mendalam tentang pengaruh peran komite sekolah dan program BOS terhadap

mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin. Dengan

kata lain bahwa di dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan satu teknik

pengumpulan data yaitu kuesioner sebagai alat pengumpul data. Kemudian

keterbatasan waktu pelaksanaan penelitian yang dimiliki oleh peneliti selama 1

bulan menjadi salah satu keterbatasan dalam penelitian ini. Keterbatasan waktu

dan alat pengumpul data tersebut juga terkait pada keterbatasan perhatian

peneliti terhadap faktor-faktor lain yang menyebabkan pengaruh variabel

dependen terhadap variabel independen dalam penelitian ini.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel peran komite sekolah

dengan program BOS di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten

Banyuasin, berdasarkan nilai signifikan antara variabel komite sekolah

dengan variabel program BOS sebesar 0.00 < dari 0.05.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara peran komite sekolah terhadap

mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin.

Berdasarkan uji signifikansi variabel peran komite sekolah terhadap mutu

pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin diperoleh

nilai t hitung sebesar 16.930 > dari harga t tabel sebesar 0,679 dimana

harga t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho1 diterima.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara program bantuan Operasional

sekolah (BOS) terhadap pelaksanaan mutu pendidikan di SMA Negeri 1

Banyuasin III Kabupaten Banyuasin.Berdasarkan uji signifikansi variabel

program bantuan Operasional sekolah (BOS) (X2) terhadap mutu

pendidikan (Y) di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin

diperoleh nilai t hitung sebesar 3,171 ≥ harga t tabel sebesar 0,679 dimana

harga t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho2 diterima.

4. Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara peraan

komite sekolah dan program bantuan Operasional sekolah (BOS) terhadap

mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten Banyuasin.


Berdasarkan uji Anova diperoleh F hitung sebesar 3239,781 dengan tingkat

signifikansi 0,000 < nilai probabilitas α 0,05 sementara F tabel sesuai

dengan taraf signifikansi 0,05 (1,42) sebesar 4,08 sehinga F hitung > F

tabel (3239,781 > 3,22) sehingga Ho4 di totak. Adapun besar pengaruh

peran komite sekolah dan program bantuan Operasional sekolah (BOS)

terhadap mutu pendidikan di SMA Negeri 1 Banyuasin III Kabupaten

Banyuasin secara bersama-sama sebesar 99,4% dan sisanya 0,6% di

pengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti di dalam penelitian ini. Hal ini

berdasarkan nilai R squere sebesar 0,994 dengan demikian koefisien

diterminasinya sebesar 99,4%.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian terdapat implikasi positif dari Pengaruh Peran

Komite Sekolah Dan Program Bantuan Operasional Sekolah (Bos) Terhadap

Mutu Pendidikan Di SMA Negeri 1 Banyuasin Iii Kabupaten Banyuasin. Adapun

implikasi yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah sebagai berikut 1) peran

komite sekolah menjadi sangat penting sebagai pengawas dalam pengelolaan

dana bos. Hal ini tentunya membutuhkan komite sekolah yang memiliki komitmen

dan wawasan yang luas terhadap kebutuhan sekolah; 2) sekolah perlu memiliki

kerjasama yang berkesinambungan dengan komite secara terbuka dan

transparan sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan; 3) adanya program

dana BOS tentu sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan operasional

sekolah sehingga mutu pendidikan dapat sesuai dengan standar kurikulum

nasional; dan 4) adanya kerjasama antara komite sekolah, kepala sekolah dan

semua warga sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.


C. Saran

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, maka ada beberapa saran yang

dapat dikemukakaan sebagai berikut

1. Peran komite sekolah yang sudah baik selama ini perlu dipertahankan

untuk terus dapat meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 1

Banyuasin III Kabupaten Banyuasin.

2. Program BOS memiliki peran yang sangat penting dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan, oleh karena itu pengelolaan dana BOS

harus di laksanakan dengan transparan dan akuntabel.

3. Perlu ada penelitian selanjutnya terhadap faktor-faktor yang menyebabkan

adanya pengaruh antara peran komite sekolah serta program BOS

terhadap mutu pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, Sa’diyah, Darmanto, U,Abdullah A S, (2016). Management Kontribusi


Dana Bos Terhadap Siswa Miskin Di Lima Sekolah Swasta Di Kecamatan
Cakung Jakarta Timur, Journal of Islamic Education Vol. 2 No. 1: 121-
140.

Ahmad, Lokman Mohd. Tahir, (2014).School Operational Funding to Support


School. Activities. Vol.3, No.1. 66-78.

Akbar, Setiadi, (2006). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Amini, Nadira Sukma, (2016). Analisis Pengelolaan Dana Bantuan Operasional


Sekolah (Bos) Di SMA Negeri Jumapolo. Universitas Negeri Yogyakarta.
Jurnal Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Edisi 6. 70-84.

Amborowati, Armadyah, Marco, Robert, (2016). Analisis Pengelolaan Dan


Monitoring Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Menggunakan
Sistem InformasiBerbasis Website Pada SLTP Di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Ilmiah DASI Vol. 17 No. 1 Maret 2016 : 6-14.

Ansori, (2008). Pemberdayaan Komite Sekolah dalam Mengimplementasikan


Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Jurnal INOVASI, Volum 5, Nomor
2. 14-28.

Arcaro,S Joremo, (2007). Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip Prinsip Perumusan


dan tata Langkah Penerapan. Jakarat: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bafadol, Ibrahim, (2006). Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah dasar, Jakarta:


PT Bumi Aksara.

Bafadal, Ibrahim, (2009). Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar Dari


Sentralisasi Menuju Desentralisasi.Jakarta: PT Bumi Aksara.

Bhawa, G. A, Semara, Haris, I A, dan Artana, M, (2014). Efektivitas Pengelolaan


Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Sekolah Dasar di
Kecamatan Sukasada. Jurnal Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Vol: 4 No: 1.

Cucu, (2014). Kontribusi Kepemimpinan Tranformasional Kepala Sekolah dan


Kinerja Komite Sekolah terhadap Efektivitas Implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Ligung
Kabupaten Majalengka.Tesis Administrasi Pendidikan UPI Bandung.

Darmanto, Sa’diyah el Adawiyah, Dkk, (2016). Kontribusi Dana Bos Terhadap


Siswa Miskin Di Lima Sekolah Swasta Di Kecamatan Cakung Jakarta
Timur.Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah. Journal of
Islamic Education Management. 69-83.

Depdiknas, (2007). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta:


Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan


Dasar dan Menengah Kegiatan Peningkatan Kegiatan dan Usaha
Manajemen Pendidikan, (2006). Perberdayaan Komite Sekolah Modul 2 :
Peningkatan Kemampuan Organisasional Komite Sekolah.Jakarta:
Depdiknas.

Departemnen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan


Menengah, (2003). Acuan Operasional dan Indikator Kinerja Komite
Sekolah, Jakarta : Depdiknas.

Departemen Pendidkan Nasional Direktorat Jenderal Manjemen Pendidkan


Dasar dan Menengah Kegiatan Peningkatan Kegiatan dan usaha
manajemen Pendidkan, (2006). Pemberdayaan Komite Sekolah Modul 1 :
Penguatan Kelembagaan Komite Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas, (2004).Acuan Operasional dan Indikator Kinerja Komite Sekolah.


Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas, (2012). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Konsep


Dasar. Jakarta: Ditjen Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (2011). Undang-undang No 20 Tahun


2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdikbud.

Dewi, Ayu Komang Ratna, Dkk, (2015).Efektivitas Program Bantuan Operasional


Sekolah(BOS) Pada SMP Negeri 4 Seririt Kabupaten Buleleng. e-Journal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi
Administrasi Pendidikan Volume 6. 102-114.

Direktorat Pembinaan SMA, (2015). Petunjuk Teknis Bantuan Operasional


Sekolah (BOS) Sekolah Menengah Atas Tahun 2015. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA.

Hadiyanto, Nahdi, (2015). Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemberian Bantuan


Operasional Sekolah (Bos) Terhadap Peningkatan Kinerja Guru Dan
Partisipasi Orang Tua Siswa Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Garut. Jurnal
Pendidikan Universitas Garut Vol. 09, No. 01: 103-116.
Hadiyanto, (2014), Mencari sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di
Indonesia. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Hadis, Abdul dan Nurhayati, (2010). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung:


Alfabeta.

Hamalik, Oemar, (2011). Evaluasi Kurikulum. Bandung: Penerbit Remaja Rosda


karya.

Hamzah, (2013). Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah


STAIN. Jurnal Studia Islamika Datokarama Vol. 10 : 151-175.

Hariwibowo Herwindo, (2015). Evaluasi Peran Komite Sekolah dalam


Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal Hasil Penelitian. 80-95.

Hasri, Salfen, (2008). Kepemimpinan Kepala Sekolah dari Kerangka


Desentralisasi dan Otonomi Sekolah. Edisi Khusus-HUT FEUM.

Hasbullah, (2009). Otonomi Pendidikan. Jakarta: Penerbit raja wali pendidikan.

Irsan, (2012). Keefektifan Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah


(Bos) Tingkat SD Negeri Di Kota Medan. Jurnal PPSD Prodi Pgsd FIP
Unimed: 201-2017.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2017). Petunjuk Teknis


Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan
Laporan Keuangan Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran
2017. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian
Pendidikan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2009).Pedoman Operasional BOS


provinsi Jawa Barat. Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Larasati, Siska Yuni, (2009). Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Di SMA Ronggolawe Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Hukum
dan kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri
Semarang.

Leni, (2005).Pengaruh Model Pembelajaran Children Learning In Science


(Clis) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Getaran Dan
Gelombang Di Mts Sa’adatul Mahabbah Pamulang. Tesis.

Machali, Imam dan Hidayat, Ara, (2016). The Handbook Of Education


Manajement Teori dan Praktik Pengelolaan Sekolah/Madrasah di
Indonesia. Jakarta: Prenada Media.

Majid, Abdul, (2003). Peran Bantuan Operasional Sekolah dalam


Meningkatkan Minat Menyekolahkan Anak. Skripsi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Makmun, Sumadi, Alben Ambarita, (2013). Peran Komite Sekolah Dalam
Peningkatan Manajemen Mutu Pendidikan .Stusi Kasus di SMK Negeri 2
Metro. Bandar Lampung. FKIP Unila.

Maknun, Lulu Il, (2006). Efektifitas Bantuan Operasional Sekolah (BOS)


dalam peningkatan mutu pendidikan di SMP Al-Madzhab Ciheulang
Bogor. Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.

Misbah. M, (2009). Peran dan Fungsi Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan. Insania Vol. 14 No. 1: 68-91.

Mulyasa, (2011). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Naziardi dan Nilawati, (2016). Komite Sekolah dan Mutu Pendidikan.Mewujudkan


Pendidikan Berbasis Sekolah. Jurnal Ilmu-ilmu Sejarah, Budaya dan
Sosial.70-86.

Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2010-2014 (2013).


Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Riduwan (2012). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, Peneliti.


Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rini, Riswanti (2011), Manajemen Berbasis Sekolah dan Hasil Penelitian,


Universitas Lampung, Lampung.

Sudjana, Nana dan Ibrahim, (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan,


Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sukirno, (2006). Pedoman Kerja Komite Sekolah. Yogyakarta: Pustaka


Widyatama.

Suryono, Arief, Rahmad Santosa dan Haryadi, (2013). Implementasi


PeraturanPemerintah Nomor 66 Tahun 2010 terhadap Pemberdayaan
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Jurnal Dinami. 118-122.

Sagala, Syaiful, (2013). Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu


Pendidikan Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi dan Pemberdayaan
Potensi Sekolah Dalam Sistem Otonomi Sekolah. Bandung: Alfabeta.

Sagala, Syaiful, (2011). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu


Pendidikan, Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi dan Pemberdayaan
Potensi Sekolah dalam Sistem Otonomi Sekolah. Bandung: Alfabeta.

Sallis, Edward, (2011). Total Quality Management in Education. Yogyakarta:


IRCiSoD.
Sholihat, S, Saniyyah, (2017) Pengelolaan Biaya Pendidikan, Partisipasi
Masyarakat, Dan Mutu Layanan Pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah
Swasta. Jurnal Administrasi Pendidikan Vol. XXIV No.1. 1-10.

Sudijono, A, (2008). Pengantar Statistik Pendidikan.Jakarta PT Raja Grafindo


Persada.

Sugiyono, (2014). Metode penelitian pendidikan, pendekatan kuantitatif, kualitatif,


R&D. Bandung: Alpha Beta.

Sugiyono, (2009). Metode penelitian pendidikan, pendekatan kuantitatif, kualitatif,


R&D. Bandung: Alpha Beta.

Sugiyono, (2008). Metode penelitian pendidikan, pendekatan kuantitatif, kualitatif,


R&D. Bandung: Alpha Beta.

Sugiyono, (2007). Metode penelitian pendidikan, pendekatan kuantitatif, kualitatif,


R&D. Bandung: Alpha Beta.

Sukmadinata, Nana Syaodih, (2008). Pengendalian mutu pendidikan sekolah


menengah: konsep, prinsip, dan instrumen. Bandung: Refika Aditama.

Supeni, Siti dan Yusuf, (2015).Optimalisasi Tingkat Partisipasi Masyarakat


Terhadap Pengelolaan Dana BOS di Sd Negeri Joglo Surakarta
Tahun2015/2016. Jurnal FKIP UNISRI Surakarta Volume XXVIII No.:
235-246.

Surya, Dharma, (2012). Paradigma Baru: Manajemen Sumber daya Manusia.


Yogyakarta: Amara Books.

Undang-undang RI No. 20 Tahun (2003), Sistem Pendidikan Nasional.


Jakarta: Sinar Grafika.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 101


Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan dana BOS Tahun Anggaran 2014.

Peraturan Meneteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 44


Tahun 2012 Tentang Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan Pada
Satuan Pendidikan Dasar.

Peraturan Pemerintah, (2013). Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Permata, Sinta Dwi, (2011). Study Pengelolaan Dana Bantuan Operasional


Sekolah dalam Mensukseskan Wajib Belajar Sembilan Tahun di MTs
Unwaanunnajah Pondok Aren Tangerang Selatan. Skripsi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah (BOS SMA) Sekolah Menengah
Atas, (2014). Direktorat Pembinaan SMA: Direktorat Jenderal Pendidikan
Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Widyaningsih, Eni, (2016). Peran Komite Sekolah Dalam Pengelolaan Sarana
Pembelajaran Di SDN Serayu Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 10. 83-97.

Wiratno, Budi, (2016). Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan .Universitas


Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 26, No.1.
124-138.

Zulkifli, (2015). Komite Sekolah Di Antara Cita dan Realita. Jurnal Potensia vol.14
Edisi 1. 99-127.
LAMPIRAN
ANGKET PENELITIAN PERAN KOMITE SEKOLAH

A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Guru/ Bindang Studi :
Hari/ Tanggal :

B. PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ANGKET


1. Angket ini dimaksudkan untuk memperoleh data objektif mengenai Pengaruh
Peran Komite Sekolah dan Program Dana Bos Terhadap Mutu Pendidikan.
2. Sebelum Bapak/Ibu menjawab daftar pernyataan pada angket, terlebih
dahulu isi daftar identitas yang telah disediakan.
3. Pilihlah jawaban Bapak/Ibu di bawah ini dengan cara memberi tanda ( √)
pada kolom yang dianggap paling sesuai dengan ketentuan dan usahakan
tidak ada yang kosong.
Keterangan :
S : Selalu
SS : Sangat Sering
S : Sering
KK : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah
4. Isilah angket dengan jujur sesuai dengan keadaan sebenarnya serta penuh
ketelitian.
No Item Pertanyaan Alternatif Pertanyaan
S SS S KK TP
1. Komite sekolah berperan dalam penentuan
dan pelaksanaan kebijakan sekolah

2. Pertimbangan yang diberikan komite sekolah


berdampak bagi pengambilan keputusan
dalam merumuskan kebijakan sekolah
3. Dalam memutuskan kebijakan, sekolah selalu
meminta pertimbangan dari komite sekolah
4. Komite sekolah secara finansial, dalam
penyelenggaraan pendidikan
5. Komite sekolah memberi dukungan pemikiran
bagi penyelenggaraan pendidikan pendidikan.
6. Komite sekolah memberi dukungan tenaga
dalam penyelenggaraan pendidikan
pendidikan.
7. Dukungan komite sekolah berperan besar
terhadap penyelenggaraan pendidikan
8. Penyelenggaraan pendidikan selalu melibatkan
komite sekolah
9. Komite sekolah selalu terlibat dalam
mensukseskan penyelenggaraan pendidikan
10. Komite sekolah memberikan kontrol terhadap
penyelengaraan pendidikan
11 Komite sekolah berperan dalam transparansi
pelaksanaan penyelengaraan pendidikan
12 Komite sekolah berperan terhadap
akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan
13. Komite sekolah ikut mengevaluasi
penyelengaraan pendidikan
14 Komite sekolah memberikan masukan untuk
memperbaiki program sekolah
15 Komite sekolah ikut mengawasi pelaksanaan
program sekolah
16 Komite sekolah berperan langsung dalam
terwujudnya keberhasilan pelaksanaan
program sekolah
17 Komite sekolah berperan sebagai mediator
antara sekolah dan pemerintah
18 Komite sekolah berperan sebagai mediator
antara sekolah dan legislatif
19 Komite sekolah berperan sebagai mediator
antara sekolah dengan masyarakat
20 Komite sekolah memiliki hubungan yang luas
dengan pemerintah dan masyarakat
21 Komite sekolah dapat menjalin hubungan
kerjasama yang baik dengan perusahaan
ANGKET PROGRAM DANA BOS

No Item Pertanyaan Alternatif Pertanyaan


S SS S KK TP
1 Pengelolaan dana BOS mengacu pada konsep
fartisifatif
2. Pengelolaan dana BOS dikelola dengan
akuntabel
3. Pengelolaan dana BOS mengacu pada azas
demokratis
4. Dana BOS dikelola dengan efektif
5 Dana BOS dikelola dengan prinsif efisiensi
6 Alokasi dana BOS efektif membantu program
sekolah
7 Aspirasi stake holder ditampung dalam
merumuskan alokasi dana BOS
8 Alokasi dana BOS sudah menyentuh setiap
sasaran
9 Alokasi dana BOS menggunakan prinsif
prioritas
10 Pelaksanaan program yang menggunakan
dana BOS memiliki laporan tertulis
11 Pelaksanaan program yang menggunakan
dana BOS memiliki pertanggungjawaban
tertulis
12 Pemantauan pelaksanaan program yang
menggunakan dana BOS dilakukan oleh
seluruh stakeholder sekolah
13. Kepala sekolah memberikan keterangan terkait
penggunaan dana BOS
14. Laporan Dana BOS sudah memenuhi keriteria
dan syarat ketentuan
15. Pemantauan program yang menggunakan
dana BOS dilakukan sejak perencanaan
hingga realisasi Program
16 Pertanggungjawaban penggunaan dana BOS
dilaksanakan dengan ketentuan yang berlaku
17 Sekolah memiliki tim khusus yang
merumuskan pertanggungjawaban dana BOS
melalui pelaporan pertanggungjawaban
18. Pertanggungjawaban penggunaan dana BOS
sudah sesuai dengan perencanaan dan
realisasi
19 Pertanggungjawaban penggunaan dana BOS
tidak menemui kejanggalan
20 Pertanggungjawaban penggunaan (pelaporan)
dana BOS sudah sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang berlaku
ANGKET MUTU PENDIDIKAN

No Item Pertanyaan Alternatif Pertanyaan


S SS S KK TP
1. Sekolah memiliki kebijakan, tujuan, dan
sasaran mutu yang jelas,
2. Sekolah memiliki sumber daya tersedia dan
siap
4. Sekolah memiliki harapan prestasi yang tinggi.
5. Sekolah mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat
6. Sekolah mampu meningkatkan kualitas sesuai
dengan kebutuhan pelanggan
7. Sekolah memiliki proses belajar mengejar yang
efektifitasnya tinggi,
8. Sekolah memiliki kepemimpinan sekolah yang
kuat,
9. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib
10. Tenaga kependidikan dikelola dengan efektif.
11 Sekolah memiliki kewenangan (kemandirian),
partisipasi yang tinggi dari warga masyarakat,
12 Sekolah memiliki keterbukaan (transparansi)
manajemen
13. Sekolah memiliki kemauan untuk berubah
(psikologi dan fsikis),
14 Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan
secara berkelanjutan,
15 Sekolah responsive dan antisifatif terhadap
kebutuhan,
16 Sekolah memiliki komunikasi yang baik,
17 Sekolah memiliki akuntabilitas,
18 Sekolah memiliki kemampuan manajemen
yang baik
19 Sekolah menghasilkan siswa yang berprestasi
dan mampu meneruskan pendidikan ke
perguruan tinggi bereputasi
20 Sekolah memiliki banyak penghargaan terkait
prestasi belajar siswa
SKOR TOTAL ANGKET UJI COBA VARIABEL X1

RESPONDEN BUTIR PERTANYAAN


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 TOTAL
1 4 4 5 5 5 4 3 5 4 4 5 4 4 5 3 3 5 4 5 3 5 5 4 98
2 3 3 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 3 4 2 3 4 3 4 2 4 4 3 76
3 3 3 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 3 4 2 2 4 3 5 2 4 5 3 77
4 4 4 4 4 5 4 3 5 4 3 5 4 4 5 3 2 4 3 4 3 4 4 4 89
5 4 4 5 5 5 4 3 5 3 4 5 3 4 5 2 3 5 4 5 3 5 5 4 95
6 3 4 5 5 5 4 3 5 4 4 5 4 4 5 3 3 5 4 5 3 5 5 4 97
7 4 4 5 5 5 4 2 5 4 4 5 4 3 5 2 2 5 4 5 3 5 5 4 94
8 4 4 4 5 4 3 2 4 3 3 4 3 3 4 2 2 5 3 4 3 5 5 4 83
9 3 3 4 5 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 2 3 5 3 4 2 4 4 3 80
10 3 3 5 4 5 4 3 5 4 4 5 4 4 5 3 3 5 4 5 3 5 5 3 94
11 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 4 3 5 2 4 4 4 80
12 4 4 4 5 5 4 3 5 4 4 5 3 4 5 3 3 5 4 5 3 5 5 4 96
13 3 3 5 4 4 4 2 5 4 4 4 4 3 4 2 2 5 4 5 3 5 5 3 87
14 3 3 4 5 5 4 3 5 4 3 5 4 4 5 3 3 5 4 5 3 5 5 3 93
15 4 4 4 5 5 4 3 5 4 4 4 4 3 5 3 3 5 4 5 3 5 4 4 94
16 3 3 5 4 4 3 2 4 3 3 4 3 3 5 2 2 4 3 4 2 4 4 3 77
17 4 4 5 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 2 2 4 3 4 2 4 5 4 81
18 4 4 4 5 5 4 3 5 4 4 5 4 4 5 2 3 5 4 5 3 5 5 4 96
19 4 4 5 5 5 4 3 5 3 4 5 4 4 5 3 3 5 4 5 3 5 5 4 97
20 4 4 5 4 5 4 3 5 4 4 5 4 3 5 3 3 5 4 4 3 5 5 4 95

SKOR TOTAL ANGKET UJI COBA VARIABEL X2


RESPONDEN BUTIR PERTANYAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 TOTAL
1 4 3 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 3 5 101
2 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 5 4 3 3 5 82
3 3 2 4 3 4 3 3 5 3 4 5 4 3 4 5 4 5 3 4 4 3 2 4 84
4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 88
5 4 3 5 4 5 3 3 5 4 5 5 3 3 5 5 3 5 3 5 4 3 2 5 92
6 4 3 5 4 5 3 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 3 4 98
7 4 2 5 4 5 4 4 5 3 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 2 5 97
8 4 2 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 2 4 79
9 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 2 4 79
10 3 3 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 3 5 99
11 4 2 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 80
12 4 3 5 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 2 4 82
13 3 2 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 2 5 97
14 3 3 5 4 4 3 4 4 3 4 5 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 87
15 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 89
16 3 2 4 3 5 3 3 5 3 5 5 3 3 5 5 3 5 3 4 5 3 2 5 87
17 4 2 4 3 5 3 3 5 3 5 5 3 3 5 5 3 5 3 5 5 3 2 5 89
18 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 90
19 4 3 5 4 5 4 3 4 4 4 5 4 4 4 5 3 5 3 5 5 3 3 5 94
20 4 3 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 3 5 4 4 4 4 5 5 4 3 5 98

SKOR TOTAL ANGKET UJI COBA VARIABEL Y

RESPONDEN BUTIR PERTANYAAN


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 TOTAL
1 5 4 3 4 5 5 4 4 3 5 3 3 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 97
2 4 3 3 4 5 4 3 3 3 5 3 3 4 3 3 4 3 4 5 4 4 4 4 85
3 4 3 2 3 4 4 3 3 2 4 2 2 5 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 75
4 4 3 3 3 4 4 3 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 77
5 5 4 2 4 5 5 4 4 2 5 3 2 5 4 4 5 3 4 5 4 4 5 4 92
6 5 4 3 4 5 5 4 4 3 5 3 3 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 97
7 4 3 2 4 5 4 3 4 2 4 2 2 5 3 4 5 4 4 5 5 4 5 4 87
8 5 4 3 3 4 4 3 3 2 4 2 2 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 77
9 4 3 2 3 4 4 3 3 2 4 2 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 75
10 5 4 3 4 5 5 4 3 3 5 3 3 5 4 3 5 4 4 5 5 4 5 4 95
11 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 5 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 79
12 4 4 2 3 4 4 4 4 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 84
13 5 4 2 4 5 5 4 4 2 5 2 2 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 3 92
14 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88
15 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 85
16 5 3 2 3 5 5 3 3 2 5 2 2 5 3 3 5 3 3 4 5 3 5 3 82
17 5 3 3 3 4 5 3 3 2 5 2 2 5 3 3 5 3 3 5 5 3 5 3 83
18 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 85
19 5 4 3 4 5 4 4 4 3 5 3 3 5 4 4 5 3 4 5 5 4 5 4 95
20 5 4 3 4 5 5 4 4 3 5 2 3 5 4 3 4 4 3 5 4 4 5 3 91

UJI VALIDITAS DAN REABILITAS VARIABEL X1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
VA Pearso
R1 n
Correla 1 .792** .000 .287 .375 .257 .257 .257 .082 .287 .287 .082 .082 .257 .204 -.042 .134 .167 .043 .356 .257 .134 .899** .404
tion
Sig. (2-
.000 1.000 .220 .103 .274 .274 .274 .731 .220 .220 .731 .731 .274 .388 .862 .574 .482 .858 .123 .274 .574 .000 .077
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
2 n
.792** 1 .204 .492* .583** .471* .257 .471* .287 .492* .492* .287 .287 .471* .204 .167 .356 .375 .043 .579** .471* .356 .899** .629**
Correla
tion
Sig. (2-
.000 .388 .027 .007 .036 .274 .036 .220 .027 .027 .220 .220 .036 .388 .482 .123 .103 .858 .007 .036 .123 .000 .003
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R03 n
.000 .204 1 -.101 .204 .314 -.105 .314 .101 .503* .302 .302 .101 .314 .000 .000 .218 .408 .105 .218 .314 .436 .105 .330
Correla
tion
Sig. (2-
1.000 .388 .673 .388 .177 .660 .177 .673 .024 .196 .196 .673 .177 1.000 1.000 .355 .074 .660 .355 .177 .054 .660 .155
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n
.287 .492* -.101 1 .492* .390 .390 .390 .192 .394 .394 .192 .394 .390 .101 .492* .724** .492* .390 .504* .601** .285 .390 .580**
004 Correla
tion
Sig. (2-
.220 .027 .673 .027 .089 .089 .089 .418 .086 .086 .418 .086 .089 .673 .027 .000 .027 .089 .023 .005 .223 .089 .007
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n
.375 .583** .204 .492* 1 .899** .685** .899** .698** .698** .903** .698** .492* .899** .612** .583** .579** .792** .471* .802** .685** .356 .471* .933**
005 Correla
tion
Sig. (2-
.103 .007 .388 .027 .000 .001 .000 .001 .001 .000 .001 .027 .000 .004 .007 .007 .000 .036 .000 .001 .123 .036 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n * ** * 1.000 ** ** ** ** ** * * ** ** * ** **
.257 .471 .314 .390 .899 1 .560 ** .811 .811 .811 .811 .390 .780 .524 .471 .663 .899 .560 .892 .780 .435 .341 .932**
006 Correla
tion
Sig. (2-
.274 .036 .177 .089 .000 .010 .000 .000 .000 .000 .000 .089 .000 .018 .036 .001 .000 .010 .000 .000 .055 .142 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n
.257 .257 -.105 .390 .685** .560* 1 .560* .390 .390 .601** .390 .601** .560* .734** .685** .435 .471* .341 .435 .341 -.023 .341 .647**
007 Correla
tion
Sig. (2-
.274 .274 .660 .089 .001 .010 .010 .089 .089 .005 .089 .005 .010 .000 .001 .055 .036 .142 .055 .142 .924 .142 .002
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n 1.000
.257 .471* .314 .390 .899** ** .560* 1 .811** .811** .811** .811** .390 .780** .524* .471* .663** .899** .560* .892** .780** .435 .341 .932**
008 Correla
tion
Sig. (2-
.274 .036 .177 .089 .000 .000 .010 .000 .000 .000 .000 .089 .000 .018 .036 .001 .000 .010 .000 .000 .055 .142 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n
.082 .287 .101 .192 .698** .811** .390 .811** 1 .596** .596** .798** .192 .601** .503* .287 .504* .698** .390 .724** .601** .285 .179 .710**
009 Correla
tion
Sig. (2-
.731 .220 .673 .418 .001 .000 .089 .000 .006 .006 .000 .418 .005 .024 .220 .023 .001 .089 .000 .005 .223 .450 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n
.287 .492* .503* .394 .698** .811** .390 .811** .596** 1 .596** .596** .192 .601** .302 .492* .724** .903** .601** .724** .811** .504* .390 .840**
010 Correla
tion
Sig. (2-
.220 .027 .024 .086 .001 .000 .089 .000 .006 .006 .006 .418 .005 .196 .027 .000 .000 .005 .000 .000 .023 .089 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n
.287 .492* .302 .394 .903** .811** .601** .811** .596** .596** 1 .596** .596** .811** .503* .492* .504* .698** .390 .724** .601** .504* .390 .853**
011 Correla
tion
Sig. (2-
.220 .027 .196 .086 .000 .000 .005 .000 .006 .006 .006 .006 .000 .024 .027 .023 .001 .089 .000 .005 .023 .089 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n ** ** ** ** ** ** ** * * ** ** **
.082 .287 .302 .192 .698 .811 .390 .811 .798 .596 .596 1 .192 .601 .503 .287 .504 .698 .390 .724 .601 .285 .179 .723**
012 Correla
tion
Sig. (2-
.731 .220 .196 .418 .001 .000 .089 .000 .000 .006 .006 .418 .005 .024 .220 .023 .001 .089 .000 .005 .223 .450 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n
.082 .287 .101 .394 .492* .390 .601** .390 .192 .192 .596** .192 1 .390 .302 .492* .285 .287 .179 .285 .179 .285 .179 .489*
013 Correla
tion
Sig. (2-
.731 .220 .673 .086 .027 .089 .005 .089 .418 .418 .006 .418 .089 .196 .027 .223 .220 .450 .223 .450 .223 .450 .029
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n
.257 .471* .314 .390 .899** .780** .560* .780** .601** .601** .811** .601** .390 1 .524* .471* .435 .685** .341 .663** .560* .206 .341 .796**
014 Correla
tion
Sig. (2-
.274 .036 .177 .089 .000 .000 .010 .000 .005 .005 .000 .005 .089 .018 .036 .055 .001 .142 .001 .010 .384 .142 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n
.204 .204 .000 .101 .612** .524* .734** .524* .503* .302 .503* .503* .302 .524* 1 .408 .218 .408 .314 .436 .314 .000 .314 .563**
015 Correla
tion
Sig. (2- 1.00
.388 .388 1.000 .673 .004 .018 .000 .018 .024 .196 .024 .024 .196 .018 .074 .355 .074 .177 .054 .177 .177 .010
tailed) 0
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n
-.042 .167 .000 .492* .583** .471* .685** .471* .287 .492* .492* .287 .492* .471* .408 1 .579** .583** .257 .356 .471* .134 .043 .576**
016 Correla
tion
Sig. (2-
.862 .482 1.000 .027 .007 .036 .001 .036 .220 .027 .027 .220 .027 .036 .074 .007 .007 .274 .123 .036 .574 .858 .008
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n ** ** ** ** * ** * * ** ** ** ** *
.134 .356 .218 .724 .579 .663 .435 .663 .504 .724 .504 .504 .285 .435 .218 .579 1 .802 .435 .762 .892 .524 .206 .759**
017 Correla
tion
Sig. (2-
.574 .123 .355 .000 .007 .001 .055 .001 .023 .000 .023 .023 .223 .055 .355 .007 .000 .055 .000 .000 .018 .384 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
*
R00 n .579
.167 .375 .408 .492* .792** .899** .471* .899** .698** .903** .698** .698** .287 .685** .408 .583** .802** 1 .685** .802** .899** * .257 .907**
018 Correla
tion
Sig. (2-
.482 .103 .074 .027 .000 .000 .036 .000 .001 .000 .001 .001 .220 .001 .074 .007 .000 .001 .000 .000 .007 .274 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n * * * ** ** *
.043 .043 .105 .390 .471 .560 .341 .560 .390 .601 .390 .390 .179 .341 .314 .257 .435 .685 1 .435 .560 .435 .121 .565**
019 Correla
tion
Sig. (2-
.858 .858 .660 .089 .036 .010 .142 .010 .089 .005 .089 .089 .450 .142 .177 .274 .055 .001 .055 .010 .055 .612 .009
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n
.356 .579** .218 .504* .802** .892** .435 .892** .724** .724** .724** .724** .285 .663** .436 .356 .762** .802** .435 1 .892** .524* .435 .886**
020 Correla
tion
Sig. (2-
.123 .007 .355 .023 .000 .000 .055 .000 .000 .000 .000 .000 .223 .001 .054 .123 .000 .000 .055 .000 .018 .055 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
*
R00 n .663
.257 .471* .314 .601** .685** .780** .341 .780** .601** .811** .601** .601** .179 .560* .314 .471* .892** .899** .560* .892** 1 * .341 .850**
021 Correla
tion
Sig. (2-
.274 .036 .177 .005 .001 .000 .142 .000 .005 .000 .005 .005 .450 .010 .177 .036 .000 .000 .010 .000 .001 .142 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n
.134 .356 .436 .285 .356 .435 -.023 .435 .285 .504* .504* .285 .285 .206 .000 .134 .524* .579** .435 .524* .663** 1 .206 .533*
022 Correla
tion
Sig. (2-
.574 .123 .054 .223 .123 .055 .924 .055 .223 .023 .023 .223 .223 .384 1.000 .574 .018 .007 .055 .018 .001 .384 .016
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n
.899** .899** .105 .390 .471* .341 .341 .341 .179 .390 .390 .179 .179 .341 .314 .043 .206 .257 .121 .435 .341 .206 1 .525*
023 Correla
tion
Sig. (2-
.000 .000 .660 .089 .036 .142 .142 .142 .450 .089 .089 .450 .450 .142 .177 .858 .384 .274 .612 .055 .142 .384 .018
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VA Pearso
R00 n
.404 .629** .330 .580** .933** .932** .647** .932** .710** .840** .853** .723** .489* .796** .563** .576** .759** .907** .565** .886** .850** .533* .525* 1
024 Correla
tion
Sig. (2-
.077 .003 .155 .007 .000 .000 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .029 .000 .010 .008 .000 .000 .009 .000 .000 .016 .018
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.951 23

UJI VALIDITAS DAN REABILITAS VARIABEL X2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 TOTAL
VAR Pearson
* -
000 Correlati 1 .043 .453 .257 .105 .242 .105 -.105 .314 -.043 -.171 .179 .032 -.043 -.032 -.105 .242 .105 .032 .105 .105 -.105 .183
.105
01 on
Sig. (2-
.858 .045 .274 .660 .303 .660 .660 .177 .858 .471 .450 .895 .858 .660 .895 .660 .303 .660 .895 .660 .660 .660 .439
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
* ** -
000 Correlati .043 1 .533 .583 .000 .123 .204 -.204 .408 -.167 -.042 .082 .123 .042 .082 -.204 .123 .204 -.082 .204 .408 .000 .231
.204
02 on
Sig. (2-
.858 .015 .007 1.000 .605 .388 .388 .074 .482 .862 .731 .605 .862 .388 .731 .388 .605 .388 .731 .388 .074 1.000 .327
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
* * ** *
000 Correlati .453 .533 1 .739 .302 .192 .302 .101 .302 .082 .328 .212 .394 .082 .101 .212 .101 .192 .302 .192 .302 .101 .101 .469
03 on
Sig. (2-
.045 .015 .000 .196 .418 .196 .673 .196 .731 .158 .369 .086 .731 .673 .369 .673 .418 .196 .418 .196 .673 .673 .037
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
** ** * ** ** * * * * ** **
000 Correlati .257 .583 .739 1 .408 .533 .612 .204 .612 .250 .375 .492 .533 .250 .204 .492 .204 .533 .408 .328 .612 .204 .204 .713
04 on
Sig. (2-
.274 .007 .000 .074 .015 .004 .388 .004 .288 .103 .027 .015 .288 .388 .027 .388 .015 .074 .158 .004 .388 .388 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
** ** ** ** .800 ** ** ** ** **
000 Correlati .105 .000 .302 .408 1 .302 .200 .800 .400 .816 .816 .302 .302 .816 ** .101 .800 .302 .800 .905 .200 .000 .800 .802
05 on
Sig. (2-
.660 1.000 .196 .074 .196 .398 .000 .081 .000 .000 .196 .196 .000 .000 .673 .000 .196 .000 .000 .398 1.000 .000 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
* ** ** ** ** ** ** ** **
000 Correlati .242 .123 .192 .533 .302 1 .704 .101 .704 .287 .123 .818 .596 .082 .101 .616 .101 .798 .302 .394 .704 .302 .302 .671
06 on
Sig. (2-
.303 .605 .418 .015 .196 .001 .673 .001 .220 .605 .000 .006 .731 .673 .004 .673 .000 .196 .086 .001 .196 .196 .001
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
** ** ** ** ** ** ** 1.000 **
000 Correlati .105 .204 .302 .612 .200 .704 1 .200 .600 .204 .204 .704 .704 .204 .000 .905 .000 .905 .200 .302 ** .400 .000 .688
07 on
Sig. (2- 1.00
.660 .388 .196 .004 .398 .001 .398 .005 .388 .388 .001 .001 .388 .000 1.000 .000 .398 .196 .000 .081 1.000 .001
tailed) 0
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
** ** ** ** .800 ** ** ** ** **
000 Correlati -.105 -.204 .101 .204 .800 .101 .200 1 .200 .816 .816 .302 .101 .816 ** .302 .800 .302 .600 .704 .200 -.200 .600 .659
08 on
Sig. (2-
.660 .388 .673 .388 .000 .673 .398 .398 .000 .000 .196 .673 .000 .000 .196 .000 .196 .005 .001 .398 .398 .005 .002
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
** ** ** ** * * ** ** **
000 Correlati .314 .408 .302 .612 .400 .704 .600 .200 1 .204 .204 .704 .503 .408 .200 .503 .200 .704 .400 .302 .600 .400 .200 .716
09 on
Sig. (2-
.177 .074 .196 .004 .081 .001 .005 .398 .388 .388 .001 .024 .074 .398 .024 .398 .001 .081 .196 .005 .081 .398 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
** ** ** ** .612 ** ** ** ** **
000 Correlati -.043 -.167 .082 .250 .816 .287 .204 .816 .204 1 .667 .123 .082 .792 ** .123 .612 .287 .612 .698 .204 -.204 .816 .632
10 on
Sig. (2-
.858 .482 .731 .288 .000 .220 .388 .000 .388 .001 .605 .731 .000 .004 .605 .004 .220 .004 .001 .388 .388 .000 .003
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
** ** ** ** .816 ** ** ** ** **
000 Correlati -.171 -.042 .328 .375 .816 .123 .204 .816 .204 .667 1 .287 .328 .667 ** .287 .816 .123 .612 .739 .204 .000 .612 .699
11 on
Sig. (2-
.471 .862 .158 .103 .000 .605 .388 .000 .388 .001 .220 .158 .001 .000 .220 .000 .605 .004 .000 .388 1.000 .004 .001
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
* ** ** ** ** ** ** ** **
000 Correlati .179 .082 .212 .492 .302 .818 .704 .302 .704 .123 .287 1 .616 .123 .302 .798 .302 .818 .302 .414 .704 .302 .101 .711
12 on
Sig. (2-
.450 .731 .369 .027 .196 .000 .001 .196 .001 .605 .220 .004 .605 .196 .000 .196 .000 .196 .069 .001 .196 .673 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
* ** ** * ** ** ** ** **
000 Correlati .032 .123 .394 .533 .302 .596 .704 .101 .503 .082 .328 .616 1 .082 .302 .616 .302 .596 .302 .394 .704 .302 .101 .642
13 on
Sig. (2-
.895 .605 .086 .015 .196 .006 .001 .673 .024 .731 .158 .004 .731 .196 .004 .196 .006 .196 .086 .001 .196 .673 .002
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
** ** ** ** .612 ** ** ** ** **
000 Correlati -.043 .042 .082 .250 .816 .082 .204 .816 .408 .792 .667 .123 .082 1 ** .123 .612 .287 .612 .698 .204 .000 .612 .646
14 on
Sig. (2-
.858 .862 .731 .288 .000 .731 .388 .000 .074 .000 .001 .605 .731 .004 .605 .004 .220 .004 .001 .388 1.000 .004 .002
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson *
** ** ** ** ** 1.000 ** ** ** **
000 Correlati -.105 -.204 .101 .204 .800 .101 .000 .800 .200 .612 .816 .302 .302 .612 1 .101 * .101 .600 .704 .000 -.200 .600 .602
15 on
Sig. (2-
.660 .388 .673 .388 .000 .673 1.000 .000 .398 .004 .000 .196 .196 .004 .673 .000 .673 .005 .001 1.000 .398 .005 .005
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
* ** ** * ** ** ** ** **
000 Correlati -.032 .082 .212 .492 .101 .616 .905 .302 .503 .123 .287 .798 .616 .123 .101 1 .101 .818 .101 .212 .905 .302 -.101 .610
16 on
Sig. (2-
.895 .731 .369 .027 .673 .004 .000 .196 .024 .605 .220 .000 .004 .605 .673 .673 .000 .673 .369 .000 .196 .673 .004
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
** ** ** ** ** 1.00 ** ** ** **
000 Correlati -.105 -.204 .101 .204 .800 .101 .000 .800 .200 .612 .816 .302 .302 .612 ** .101 1 .101 .600 .704 .000 -.200 .600 .602
0
17 on
Sig. (2-
.660 .388 .673 .388 .000 .673 1.000 .000 .398 .004 .000 .196 .196 .004 .000 .673 .673 .005 .001 1.000 .398 .005 .005
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
* ** ** ** ** ** ** ** **
000 Correlati .242 .123 .192 .533 .302 .798 .905 .302 .704 .287 .123 .818 .596 .287 .101 .818 .101 1 .302 .394 .905 .302 .101 .728
18 on
Sig. (2-
.303 .605 .418 .015 .196 .000 .000 .196 .001 .220 .605 .000 .006 .220 .673 .000 .673 .196 .086 .000 .196 .673 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
** ** ** ** ** .600 ** ** ** **
000 Correlati .105 .204 .302 .408 .800 .302 .200 .600 .400 .612 .612 .302 .302 .612 ** .101 .600 .302 1 .704 .200 .200 .800 .731
19 on
Sig. (2-
.660 .388 .196 .074 .000 .196 .398 .005 .081 .004 .004 .196 .196 .004 .005 .673 .005 .196 .001 .398 .398 .000 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
** ** ** ** ** .704 ** ** ** **
000 Correlati .032 -.082 .192 .328 .905 .394 .302 .704 .302 .698 .739 .414 .394 .698 ** .212 .704 .394 .704 1 .302 .101 .704 .772
20 on
Sig. (2-
.895 .731 .418 .158 .000 .086 .196 .001 .196 .001 .000 .069 .086 .001 .001 .369 .001 .086 .001 .196 .673 .001 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson *
** ** 1.000 ** ** ** ** ** **
000 Correlati .105 .204 .302 .612 .200 .704 * .200 .600 .204 .204 .704 .704 .204 .000 .905 .000 .905 .200 .302 1 .400 .000 .688
21 on
Sig. (2- 1.00
.660 .388 .196 .004 .398 .001 .000 .398 .005 .388 .388 .001 .001 .388 .000 1.000 .000 .398 .196 .081 1.000 .001
tailed) 0
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
-
000 Correlati .105 .408 .101 .204 .000 .302 .400 -.200 .400 -.204 .000 .302 .302 .000 .302 -.200 .302 .200 .101 .400 1 .000 .286
.200
22 on
Sig. (2-
.660 .074 .673 .388 1.000 .196 .081 .398 .081 .388 1.000 .196 .196 1.000 .398 .196 .398 .196 .398 .673 .081 1.000 .221
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
** ** ** ** ** .600 ** ** ** **
000 Correlati -.105 .000 .101 .204 .800 .302 .000 .600 .200 .816 .612 .101 .101 .612 ** -.101 .600 .101 .800 .704 .000 .000 1 .573
23 on
Sig. (2-
.660 1.000 .673 .388 .000 .196 1.000 .005 .398 .000 .004 .673 .673 .004 .005 .673 .005 .673 .000 .001 1.000 1.000 .008
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR Pearson
* ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** .602 ** ** ** ** ** ** **
000 Correlati .183 .231 .469 .713 .802 .671 .688 .659 .716 .632 .699 .711 .642 .646 ** .610 .602 .728 .731 .772 .688 .286 .573 1
24 on
Sig. (2-
.439 .327 .037 .000 .000 .001 .001 .002 .000 .003 .001 .000 .002 .002 .005 .004 .005 .000 .000 .000 .001 .221 .008
tailed)
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.924 23

UJI VALIDITAS DAN REABILITAS VARIABEL Y

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 TOTAL
VAR0 Pearson *
** .816 .800 .612 ** ** ** .704 **
0001 Correlati 1 .408 .204 .204 .600 ** .400 .200 .000 ** .000 -.204 ** .400 .000 .704 .000 .000 .600 .612 .204 * -.101 .575
on
Sig. (2-
.074 .388 .388 .005 .000 .081 .398 1.000 .000 1.000 .388 .004 .081 1.000 .001 1.000 1.000 .005 .004 .388 .001 .673 .008
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson *
** .816 ** - .816 ** ** ** .583 * **
0002 Correlati .408 1 .167 .583 .204 .250 ** .612 .408 .204 .204 .167 ** .612 .123 .612 .583 .204 .042 * .287 .492 .658
.042
on
Sig. (2-
.074 .482 .007 .388 .288 .000 .004 .074 .388 .388 .482 .862 .000 .004 .605 .004 .007 .388 .862 .007 .220 .027 .002
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson
** ** ** - -
0003 Correlati .204 .167 1 .167 .000 .042 .000 -.204 .612 .204 .612 .583 .000 -.204 -.082 .000 -.042 .204 .042 .167 .082 .238
.042 .123
on
Sig. (2- 1.00 1.00
.388 .482 .482 1.000 .862 .388 .004 .388 .004 .007 .862 .388 .731 1.000 .862 .388 .862 .482 .605 .731 .313
tailed) 0 0
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson * *
.583 ** .612 ** ** .612 ** ** ** ** .792 ** **
0004 Correlati .204 * .167 1 .612 .250 ** .612 .612 .408 .408 .375 .167 ** .612 .328 .612 .792 .612 .250 * .287 .698 .818
on
Sig. (2-
.388 .007 .482 .004 .288 .004 .004 .004 .074 .074 .103 .482 .004 .004 .158 .004 .000 .004 .288 .000 .220 .001 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson * *
** ** .612 .800 .612 ** ** ** .612 .704 **
0005 Correlati .600 .204 .000 .612 1 ** .400 .400 .200 ** .200 .000 ** .400 .200 .704 .200 .408 .800 .612 * * .302 .746
on
Sig. (2-
.005 .388 1.000 .004 .004 .081 .081 .398 .000 .398 1.000 .004 .081 .398 .001 .398 .074 .000 .004 .004 .001 .196 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson *
** ** .816 .667 ** ** ** .739 **
0006 Correlati .816 .250 .042 .250 .612 1 .408 .204 .000 ** .000 -.167 ** .408 .000 .698 .204 .042 .612 .583 .250 * -.082 .589
on
Sig. (2-
.000 .288 .862 .288 .004 .074 .388 1.000 .000 1.000 .482 .001 .074 1.000 .001 .388 .862 .004 .007 .288 .000 .731 .006
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson * *
.816 ** ** 1.00 ** ** ** .612 * * **
0007 Correlati .400 * .000 .612 .400 .408 1 .800 .400 .400 .200 .204 .204 ** .600 .302 .600 .612 .400 .204 * .503 .503 .788
0
on
Sig. (2-
.081 .000 1.000 .004 .081 .074 .000 .081 .081 .398 .388 .388 .000 .005 .196 .005 .004 .081 .388 .004 .024 .024 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson * *
.612 ** .800 .800 ** ** ** .612 * * **
0008 Correlati .200 * -.204 .612 .400 .204 ** 1 .200 .200 .000 .000 .204 ** .800 .302 .600 .612 .400 .204 * .503 .503 .675
on
Sig. (2-
.398 .004 .388 .004 .081 .388 .000 .398 .398 1.000 1.000 .388 .000 .000 .196 .005 .004 .081 .388 .004 .024 .024 .001
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson
** ** ** ** - * *
0009 Correlati .000 .408 .612 .612 .200 .000 .400 .200 1 .200 .600 .816 .000 .400 .200 -.101 .400 .408 .200 .000 .408 .503 .519
.101
on
Sig. (2- 1.00 1.00
1.000 .074 .004 .004 .398 .081 .398 .398 .005 .000 .081 .398 .673 .081 .074 .398 1.000 .074 .673 .024 .019
tailed) 0 0
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson *
** ** .816 .612 ** ** ** .704 **
0010 Correlati .800 .204 .204 .408 .800 ** .400 .200 .200 1 .200 .000 ** .400 .000 .704 .000 .204 .800 .612 .408 * .101 .689
on
Sig. (2-
.000 .388 .388 .074 .000 .000 .081 .398 .398 .398 1.000 .004 .081 1.000 .001 1.000 .388 .000 .004 .074 .001 .673 .001
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson
** ** ** - *
0011 Correlati .000 .204 .612 .408 .200 .000 .200 .000 .600 .200 1 .612 .000 .200 .200 .101 .000 .408 .200 .000 .408 .503 .419
.101
on
Sig. (2- 1.00 1.00
1.000 .388 .004 .074 .398 .398 1.000 .005 .398 .004 .398 .398 .673 1.000 .074 .398 1.000 .074 .673 .024 .066
tailed) 0 0
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson
** - ** ** - -
0012 Correlati -.204 .167 .583 .375 .000 .204 .000 .816 .000 .612 1 .204 .000 -.287 .204 .167 .000 -.167 .167 .287 .238
.167 .250 .328
on
Sig. (2- 1.00
.388 .482 .007 .103 1.000 .482 .388 1.000 .000 .004 .288 .388 1.000 .220 .388 .482 1.000 .482 .482 .158 .220 .313
tailed) 0
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson *
** - ** .667 .612 ** ** ** .698 *
0013 Correlati .612 -.042 .167 .612 ** .204 .204 .000 ** .000 -.250 1 .204 .000 .739 .000 -.042 .612 .667 .167 * -.123 .470
.042
on
Sig. (2-
.004 .862 .862 .482 .004 .001 .388 .388 1.000 .004 1.000 .288 .388 1.000 .000 1.000 .862 .004 .001 .482 .001 .605 .037
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson * *
.816 ** 1.00 ** ** ** ** .612 * * **
0014 Correlati .400 * .000 .612 .400 .408 ** .800 .400 .400 .200 .204 .204 1 .600 .302 .600 .612 .400 .204 * .503 .503 .788
0
on
Sig. (2-
.081 .000 1.000 .004 .081 .074 .000 .000 .081 .081 .398 .388 .388 .005 .196 .005 .004 .081 .388 .004 .024 .024 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson * *
.612 ** .600 ** .600 ** ** .612 ** **
0015 Correlati .000 * -.204 .612 .200 .000 ** .800 .200 .000 .200 .000 .000 ** 1 .302 .600 .816 .200 .204 * .302 .704 .590
on
Sig. (2- 1.00 1.00 1.00
1.000 .004 .388 .004 .398 .005 .000 .398 .398 1.000 .005 .196 .005 .000 .398 .388 .004 .196 .001 .006
tailed) 0 0 0
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson *
** ** .698 .704 .739 ** ** .818 **
0016 Correlati .704 .123 -.082 .328 .704 ** .302 .302 -.101 ** .101 -.287 ** .302 .302 1 .101 .328 .704 .903 .328 * .212 .650
on
Sig. (2-
.001 .605 .731 .158 .001 .001 .196 .196 .673 .001 .673 .220 .000 .196 .196 .673 .158 .001 .000 .158 .000 .369 .002
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson * *
.612 ** .600 ** .600 ** ** .612 * **
0017 Correlati .000 * .000 .612 .200 .204 ** .600 .400 .000 .000 .204 .000 ** .600 .101 1 .612 .200 .204 * .302 .503 .575
on
Sig. (2- 1.00 1.00
1.000 .004 1.000 .004 .398 .388 .005 .005 .081 1.000 .388 .005 .005 .673 .004 .398 .388 .004 .196 .024 .008
tailed) 0 0
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson * *
.583 ** .612 ** - .612 ** ** .792 ** **
0018 Correlati .000 * -.042 .792 .408 .042 ** .612 .408 .204 .408 .167 ** .816 .328 .612 1 .408 .250 * .287 .903 .716
.042
on
Sig. (2-
1.000 .007 .862 .000 .074 .862 .004 .004 .074 .388 .074 .482 .862 .004 .000 .158 .004 .074 .288 .000 .220 .000 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson * *
** ** ** .612 .800 .612 ** ** .612 .704 **
0019 Correlati .600 .204 .204 .612 .800 ** .400 .400 .200 ** .200 .000 ** .400 .200 .704 .200 .408 1 .612 * * .302 .760
on
Sig. (2-
.005 .388 .388 .004 .000 .004 .081 .081 .398 .000 .398 1.000 .004 .081 .398 .001 .398 .074 .004 .004 .001 .196 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson *
** ** .583 .612 .667 ** ** .739 **
0020 Correlati .612 .042 .042 .250 .612 ** .204 .204 .000 ** .000 -.167 ** .204 .204 .903 .204 .250 .612 1 .250 * .123 .574
on
Sig. (2-
.004 .862 .862 .288 .004 .007 .388 .388 1.000 .004 1.000 .482 .001 .388 .388 .000 .388 .288 .004 .288 .000 .605 .008
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson *
.583 ** ** .612 ** .612 ** ** ** ** * ** **
0021 Correlati .204 * .167 .792 .612 .250 ** .612 .408 .408 .408 .167 .167 ** .612 .328 .612 .792 .612 .250 1 .492 .698 .803
on
Sig. (2-
.388 .007 .482 .000 .004 .288 .004 .004 .074 .074 .074 .482 .482 .004 .004 .158 .004 .000 .004 .288 .027 .001 .000
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson
** ** .739 .503 * .704 .698 .503 ** ** ** * **
0022 Correlati .704 .287 -.123 .287 .704 ** * .503 -.101 ** -.101 -.328 ** * .302 .818 .302 .287 .704 .739 .492 1 .192 .692
on
Sig. (2-
.001 .220 .605 .220 .001 .000 .024 .024 .673 .001 .673 .158 .001 .024 .196 .000 .196 .220 .001 .000 .027 .418 .001
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson *
* ** - .503 * * * - .503 ** * ** .698 **
0023 Correlati -.101 .492 .082 .698 .302 * .503 .503 .101 .503 .287 * .704 .212 .503 .903 .302 .123 * .192 1 .620
.082 .123
on
Sig. (2-
.673 .027 .731 .001 .196 .731 .024 .024 .024 .673 .024 .220 .605 .024 .001 .369 .024 .000 .196 .605 .001 .418 .004
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
VAR0 Pearson * * *
** .658 ** ** .589 .788 ** * .689 .470 .788 ** ** ** ** ** ** .803 .692 **
0024 Correlati .575 * .238 .818 .746 ** ** .675 .519 ** .419 .238 * ** .590 .650 .575 .716 .760 .574 * * .620 1
on
Sig. (2-
.008 .002 .313 .000 .000 .006 .000 .001 .019 .001 .066 .313 .037 .000 .006 .002 .008 .000 .000 .008 .000 .001 .004
tailed)

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.926 23
SKOR TOTAL ANGKET VARIABEL X1

RESPOND BUTIR PERTANYAAN


EN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 TOT
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 AL
1 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 3 5 5 4 83
2 3 4 4 3 5 4 3 3 4 3 3 4 2 3 4 3 4 2 4 4 3 72
3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 2 4 3 3 64
4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 64
5 4 5 5 4 3 5 3 4 5 3 4 5 2 3 5 4 4 3 3 3 4 81
6 4 5 5 4 3 5 4 4 5 4 4 5 3 3 5 4 4 3 3 3 4 84
7 4 5 5 4 2 5 4 4 5 4 3 5 2 2 3 4 3 3 3 3 3 76
8 4 5 4 3 2 4 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 66
9 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 64
10 3 4 5 4 3 5 4 4 5 4 4 5 3 3 5 3 3 3 5 3 3 81
11 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 66
12 4 5 5 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 73
13 3 4 4 4 2 5 4 4 4 4 3 4 2 2 5 4 5 3 5 5 4 80
14 3 5 5 4 3 5 4 3 5 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
15 4 5 5 4 3 5 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 73
16 3 4 4 3 2 4 3 3 4 3 3 5 2 2 4 3 4 4 4 4 3 71
17 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 2 2 4 3 4 3 4 5 4 71
18 4 5 5 4 3 5 4 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 73
19 4 5 5 4 3 5 3 4 5 4 4 5 3 3 5 4 3 3 3 3 3 81
20 4 4 5 4 3 5 4 4 5 4 3 5 3 3 3 4 4 3 3 3 3 79
21 4 5 5 4 3 5 4 4 5 4 4 5 3 3 5 4 5 3 5 3 3 86
22 3 4 4 3 2 4 3 3 4 3 3 4 2 3 4 3 4 3 4 4 3 70
23 3 4 4 3 2 4 3 3 4 3 3 4 2 2 4 3 5 2 4 5 3 70
24 4 4 5 4 3 5 4 3 5 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 74
25 4 5 5 4 3 5 3 4 5 3 4 5 2 3 5 4 3 3 3 3 3 79
26 4 5 5 4 3 5 4 4 5 4 4 5 3 3 5 4 3 3 3 3 3 82
27 4 5 5 4 2 5 4 4 5 4 3 5 2 2 5 4 5 3 4 3 3 81
28 4 5 4 3 2 4 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 66
29 3 5 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 66
30 3 4 5 4 3 5 4 4 5 4 4 5 3 3 5 4 5 3 5 3 3 84
31 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 4 3 3 2 3 3 3 67
32 4 5 5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
33 3 4 4 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4 3 82
34 3 5 5 4 3 5 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
35 4 5 5 4 3 5 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 76
36 3 4 4 3 2 4 3 3 4 3 3 5 4 3 4 3 4 3 4 4 3 73
37 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 2 3 4 4 4 4 4 5 4 76
38 4 5 5 4 3 5 4 4 5 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 74
39 4 5 5 4 3 5 3 4 5 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 79
40 4 4 5 4 3 5 4 4 5 4 3 5 3 3 3 4 4 4 4 5 4 84
41 3 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 81
42 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 2 2 4 5 4 5 4 5 4 77
43 4 5 5 4 3 5 4 4 5 4 4 5 2 3 5 4 4 3 5 3 4 85
44 4 5 5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
45 4 4 5 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 70
SKOR TOTAL ANGKET VARIABEL X2

RESPONDE BUTIR PERTANYAAN


N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 TOTA
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 L
1 3 4 5 5 4 4 3 5 3 3 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 83
2 3 4 5 4 3 3 3 5 3 3 4 3 3 4 3 4 5 4 4 4 74
3 2 3 4 4 3 3 2 4 2 2 5 3 3 4 3 3 4 4 3 3 64
4 3 3 4 4 3 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 66
5 2 4 5 5 4 4 2 5 3 2 5 4 4 5 3 4 5 4 4 4 78
6 3 4 5 5 4 4 3 5 3 3 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 83
7 2 4 5 4 3 4 2 4 2 2 5 3 4 5 4 4 5 5 4 4 75
8 3 3 4 4 3 3 2 4 2 2 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 64
9 2 3 4 4 3 3 2 4 2 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 64
10 3 4 5 5 4 3 3 5 3 3 5 4 3 5 4 4 5 5 4 4 81
11 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 5 3 3 4 3 3 4 4 3 3 68
12 2 3 4 4 4 4 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 71
13 2 4 5 5 4 4 2 5 2 2 5 4 4 5 4 4 5 5 4 3 78
14 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76
15 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 73
16 2 3 5 5 3 3 2 5 2 2 5 3 3 5 3 3 4 5 3 3 69
17 3 3 4 5 3 3 2 5 2 2 5 3 3 5 3 3 5 5 3 3 70
18 2 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 73
19 3 4 5 4 4 4 3 5 3 3 5 4 4 5 3 4 5 5 4 4 81
20 3 4 5 5 4 4 3 5 2 3 5 4 3 4 4 3 5 4 4 3 77
21 3 4 5 5 4 4 3 5 3 3 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 83
22 3 4 5 4 3 3 3 5 3 3 4 3 3 4 3 4 5 4 4 4 74
23 2 3 4 4 3 3 2 4 2 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 71
24 3 3 4 4 3 3 2 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 75
25 2 4 5 5 4 4 2 5 3 2 5 4 4 5 3 4 5 4 4 4 78
26 3 4 5 5 4 4 3 5 3 3 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 83
27 2 4 5 4 3 4 3 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 83
28 3 3 4 4 3 3 2 4 2 2 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 67
29 2 3 4 4 3 3 2 4 2 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 68
30 3 4 5 5 4 3 3 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 86
31 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 5 3 3 4 3 3 4 4 3 3 68
32 2 3 4 4 4 4 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 71
33 2 4 5 5 4 4 2 5 3 5 5 4 4 5 4 5 3 5 5 4 83
34 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76
35 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 5 4 5 5 4 4 76
36 2 3 5 5 3 3 2 5 2 2 5 3 3 5 5 4 4 5 4 4 74
37 3 3 4 5 3 3 2 5 2 3 5 3 5 5 3 5 5 5 5 4 78
38 2 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 5 4 5 4 4 4 4 3 4 75
39 3 4 5 4 4 4 3 5 3 3 5 4 4 3 4 4 5 5 4 4 80
40 3 4 5 5 4 4 3 5 2 3 5 4 3 4 5 5 5 5 5 4 83
41 2 4 5 5 4 4 2 5 2 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 82
42 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 78
43 3 4 4 4 3 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 86
44 2 3 5 5 3 4 2 5 2 2 5 3 3 5 3 3 4 5 3 3 70
45 3 3 4 5 3 3 2 5 2 2 5 3 3 5 3 3 5 5 3 3 70
SKOR TOTAL VARIABEL Y

RESPONDE BUTIR PERTANYAAN


N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 TOTA
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 L
1 5 4 4 5 5 4 4 3 5 3 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 86
2 4 3 4 5 4 3 3 3 5 3 3 3 4 3 4 5 4 4 4 4 75
3 4 3 3 4 4 3 3 2 4 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 66
4 4 3 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 67
5 5 4 4 5 5 4 4 2 5 3 4 4 5 3 4 5 4 4 5 4 83
6 5 4 4 5 5 4 4 3 5 3 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 86
7 4 3 4 5 4 3 4 2 4 2 3 4 5 4 4 5 5 4 5 4 78
8 5 4 3 4 4 3 3 2 4 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 68
9 4 3 3 4 4 3 3 2 4 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 66
10 5 4 4 5 5 4 3 3 5 3 4 3 5 4 4 5 5 4 5 4 84
11 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 68
12 4 4 3 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 76
13 5 4 4 5 5 4 4 2 5 2 4 4 5 4 4 5 5 4 5 3 83
14 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 78
15 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 75
16 5 3 3 5 5 3 3 2 5 2 3 3 5 3 3 4 5 3 5 3 73
17 5 3 3 4 5 3 3 2 5 2 3 3 5 3 3 5 5 3 5 3 73
18 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 76
19 5 4 4 5 4 4 4 3 5 3 4 4 5 3 4 5 5 4 5 4 84
20 5 4 4 5 5 4 4 3 5 2 4 3 4 4 3 5 4 4 5 3 80
21 4 3 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 3 5 88
22 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 5 4 3 3 5 72
23 3 2 3 4 3 3 5 3 4 5 4 5 4 5 3 4 4 3 2 4 73
24 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 76
25 4 3 4 5 3 3 5 4 5 5 5 5 3 5 3 5 4 3 2 5 81
26 4 3 4 5 3 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 3 4 85
27 4 2 4 5 4 4 5 3 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 2 5 84
28 4 2 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 2 4 69
29 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 2 4 69
30 3 3 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 3 5 87
31 4 2 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 70
32 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 2 4 71
33 3 2 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 2 5 85
34 3 3 4 4 3 4 4 3 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 75
35 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 78
36 3 2 3 5 3 3 5 3 5 5 5 5 3 5 3 4 5 3 2 5 77
37 4 2 3 5 3 3 5 3 5 5 5 5 3 5 3 5 5 3 2 5 79
38 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 77
39 4 3 4 5 4 3 4 4 4 5 4 5 3 5 3 5 5 3 3 5 81
40 4 3 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 3 5 86
41 5 4 4 5 4 4 4 3 5 3 4 4 5 3 4 5 5 4 5 4 84
42 5 4 4 5 5 4 4 3 5 2 4 3 4 4 3 5 4 4 5 3 80
43 4 3 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 3 5 88
44 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 5 4 3 3 5 72
45 3 2 3 4 3 3 5 3 4 5 4 5 4 5 3 4 4 3 2 4 73
UJI STATISTIK DESKRIPSI DATA

Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003
N Valid 45 45 45
Missing 0 0 0
Mean 74.8667 75.2444 77.4444
Median 74.0000 75.0000 77.0000
Std. Deviation 6.48635 6.23464 6.52811
Variance 42.073 38.871 42.616
Minimum 64.00 64.00 66.00
Maximum 86.00 86.00 88.00

VAR00001
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 64.00 3 6.7 6.7 6.7
66.00 4 8.9 8.9 15.6
67.00 1 2.2 2.2 17.8
69.00 2 4.4 4.4 22.2
70.00 3 6.7 6.7 28.9
71.00 2 4.4 4.4 33.3
72.00 2 4.4 4.4 37.8
73.00 4 8.9 8.9 46.7
74.00 2 4.4 4.4 51.1
75.00 1 2.2 2.2 53.3
76.00 3 6.7 6.7 60.0
77.00 1 2.2 2.2 62.2
79.00 3 6.7 6.7 68.9
80.00 1 2.2 2.2 71.1
81.00 5 11.1 11.1 82.2
82.00 2 4.4 4.4 86.7
83.00 1 2.2 2.2 88.9
84.00 3 6.7 6.7 95.6
85.00 1 2.2 2.2 97.8
86.00 1 2.2 2.2 100.0
Total 45 100.0 100.0

VAR00002
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 64.00 3 6.7 6.7 6.7
66.00 1 2.2 2.2 8.9
67.00 1 2.2 2.2 11.1
68.00 3 6.7 6.7 17.8
69.00 1 2.2 2.2 20.0
70.00 3 6.7 6.7 26.7
71.00 3 6.7 6.7 33.3
73.00 2 4.4 4.4 37.8
74.00 3 6.7 6.7 44.4
75.00 3 6.7 6.7 51.1
76.00 3 6.7 6.7 57.8
77.00 1 2.2 2.2 60.0
78.00 5 11.1 11.1 71.1
80.00 1 2.2 2.2 73.3
81.00 2 4.4 4.4 77.8
82.00 1 2.2 2.2 80.0
83.00 7 15.6 15.6 95.6
86.00 2 4.4 4.4 100.0
Total 45 100.0 100.0
VAR00003
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 66.00 2 4.4 4.4 4.4
67.00 1 2.2 2.2 6.7
68.00 2 4.4 4.4 11.1
69.00 2 4.4 4.4 15.6
70.00 1 2.2 2.2 17.8
71.00 1 2.2 2.2 20.0
72.00 2 4.4 4.4 24.4
73.00 4 8.9 8.9 33.3
75.00 3 6.7 6.7 40.0
76.00 3 6.7 6.7 46.7
77.00 2 4.4 4.4 51.1
78.00 3 6.7 6.7 57.8
79.00 1 2.2 2.2 60.0
80.00 2 4.4 4.4 64.4
81.00 2 4.4 4.4 68.9
83.00 2 4.4 4.4 73.3
84.00 4 8.9 8.9 82.2
85.00 2 4.4 4.4 86.7
86.00 3 6.7 6.7 93.3
87.00 1 2.2 2.2 95.6
88.00 2 4.4 4.4 100.0
Total 45 100.0 100.0
UJI PERSYARATAN
UJI PERSYARATAN VARIABEL X1
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
VAR00003 .114 45 .178 .955 45 .076
a. Lilliefors Significance Correction

UJI PERSYARATAN VARIABEL X2


Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
VAR00002 .093 45 .200* .959 45 .109
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

UJI PERSYARATAN VARIABEL Y


Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
VAR00009 .114 45 .178 .955 45 .076
a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances


NILAI
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.170 2 132 .844

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
VAR00003 * Between (Combined) 1866.978 19 98.262 302.035 .000
VAR00001 Groups Linearity 5717.65
1860.144 1 1860.144 .000
6
Deviation from
6.834 18 .380 1.167 .354
Linearity
Within Groups 8.133 25 .325
Total 1875.111 44

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
VAR00003 * Between (Combined) 1813.216 17 106.660 46.527 .000
VAR00002 Groups Linearity 1780.619 1 1780.619 776.743 .000
Deviation from
32.597 16 2.037 .889 .588
Linearity
Within Groups 61.895 27 2.292
Total 1875.111 44
UJI ANALISIS DATA

Correlations
VAR00003 VAR00001 VAR00002
Pearson Correlation VAR00003 1.000 .996 .974
VAR00001 .996 1.000 .969
VAR00002 .974 .969 1.000
Sig. (1-tailed) VAR00003 . .000 .000
VAR00001 .000 . .000
VAR00002 .000 .000 .
N VAR00003 45 45 45
VAR00001 45 45 45
VAR00002 45 45 45

Model Summary
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .997a .994 .993 .53621
a. Predictors: (Constant), VAR00002, VAR00001

a
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


b
1 Regression 1863.035 2 931.518 3239.781 .000

Residual 12.076 42 .288

Total 1875.111 44

a. Dependent Variable: VAR00003


b. Predictors: (Constant), VAR00002, VAR00001

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 1.481 .980 1.511 .138
VAR00001 .848 .050 .843 16.930 .000
VAR00002 .165 .052 .158 3.171 .003
a. Dependent Variable: VAR00003

a
Collinearity Diagnostics
Variance Proportions
Model Dimension Eigenvalue Condition Index (Constant) VAR00001 VAR00002
1 1 2.995 1.000 .00 .00 .00
2 .005 25.543 .97 .02 .01
3 .000 117.082 .03 .98 .99
a. Dependent Variable: VAR00003
BIOGRAFI RUKANTO, S.Pd.

Rukanto, M.Pd, lahir di Wedarijaksa


Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah pada
tanggal 15 Desember 1970. Merupakan anak ke-4
dari pasangan Kasun (almarhum) dengan Warisah
(almarhumah). Suami dari Wagini, S. Pd. (Guru
SMPN 1 Rantau Bayur) yang menikah pada
tanggal 18 Agustus 1996 ini dikaruniai 3 orang
anak, yaitu :
1. Arief Fathurrahman Wahid (Kelas XII SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III)
2. Ilham Fajri Nurrahman (Kelas I SMPN 1 Banyuasin III Pangkalan Balai)
3. Khalisha Nurrahmah Pratiwi (Kelas IV SDN 40 Percontohan Pangkalan Balai)
Pengalaman menempuh pendidikan diawali di SDN Pasucen II
Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah yang tamat pada
Tahun Pelajaran 1982/1983. Setamat dari SDN Pasucen II melanjutkan
pendidikan di SMPN Wedarijaksa sampai pada bulan Maret 1984. Kemudian
pindah ke SMPN Air Sugihan IV hingga tamat pada Tahun Pelajaran 1985/1986.
Setamat dari SMPN Air Sugihan IV kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN
Air Sugihan I-V, mengambil Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial dan tamat pada Tahun
Pelajaran 1988/1889. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Sriwijaya
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Progam Studi Pendidikan Moral
Pancasila-Kewarganegaraan dan tamat pada tahun 1995. Pernah mengenyam
pendidikan di Program Pasca Sarjana pada salah satu perguruan tinggi swasta di
Palembang.
Bercita-cita menjadi guru Sekolah Dasar, diangkat sebagai Pegawai Negeri
Sipil pada tahun 1998. Pengalaman mengajar dimulai pada saat duduk di
semester III, yaitu mengajar di SMP/SMA Tri Dharma Palembang dari tahun
1990 sampai dengan tahun 1996. Setelah diangkat sebagai PNS, pengalaman
mengajar pada :
1. SMPN 7 Banyuasin III (Sekarang SMPN 2 Sembawa Kab. Banyuasin) dari
Tahun 1998 – 2004.
2. SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III dari tahun 2004 – 2011 dan dipercaya
menjadi Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan selama 8 tahun.
3. SMPN 1 Pulau Rimau dari Tahun 2011 – sekarang sebagai Kepala Sekolah
Sebelumnya pernah juga mengajar di SMPN 6 Banyuasin I dan SMAN 2
Banyuasin I pada tahun 1996-1997. Pernah juga mengajar di SMPN 2
Banyuasin I pada tahun 1997-1999.
Sebelum menjadi Kepala SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III, pernah menjadi
Kepala SMP Negeri 1 Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin (15 Nopember 2011 –
7 April 2015).
Prestasi yang pernah diraih di antaranya adalah:
1. Peraih Nilai Tertinggi pada Uji Kompetensi Guru PKn SMP Provinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2004.
2. Peserta Training Of Trainer (ToT) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Mata Pelajaran PKn Tingkat nasional di Jogjakarta pada tahun 2004.
3. Instruktur KBK Mata Pelajaran PKN SMP Provinsi Sumatera Selatan pada
tahun 2005
4. Beberapa kali terpilih sebagai Guru Favorit versi Siswa SMA Plus Negeri 2
Banyuasin III.
5. Pada tahun 2008 mendapatkan sertifikat sebagai guru professional pada
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
6. Peringkat Ke-5 Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) Tahun 2013 yang
diadakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuasin.
7. Instruktur Nasional Kurikulum 2013 mewakili Kab. Banyuasin
8. Peserta Bimtek Program Induksi Guru Pemula Tingkat Nasional di Denpasar
Bali Tahun 2014.
9. Peraih Indonesian Figure of Education Award 2015 dari Yayasan Citra
Prestasi Anak Bangsa Jakarta.
Selama menjadi guru, pernah melakukan perjalanan ke berbagai provinsi
di Indonesia antara lain ke Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Daerah Istimewa Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, Bangka Belitung, Lampung,
Jambi, Riau, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau dan Bengkulu.
Negara yang pernah dikunjungi antara lain adalah Singapura, Malaysia dan
Thailand.

You might also like