You are on page 1of 7

150

Volume 6 No. 3 Juli 2021


p-ISSN: 2477-8192 dan e-ISSN: 2502-2776

TINGKAT KERENTANAN BENCANA ALAM DI WILAYAH PESISIR


KABUPATEN MUNA

La Harudu1, La Ode Restele2, La Ode Amaluddin3, Andrias4


1
Jurusan Pendidikan Geografi
Universitas Halu Oleo
Email: laharudu@uho.ac.id
2
Program Studi Magister Geografi
Pascasarjana Universitas Halu Oleo
Email: laoderestele@uho.ac.id
3
Jurusan Pendidikan Geografi
Universitas Halu Oleo
Email: laode.amaluddin@uho.ac.id
4
Jurusan Pendidikan Geografi
Universitas Halu Oleo
Email: andrias.fkip@uho.ac.id
(Received: 16 Juni 2021; Accepted: 14 Juli 2021; Published: 19 Juli 2021)

©2019 – Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi. Ini adalah artikel dengan


akses terbuka dibawah licenci CC BY-NC-4.0 (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0).

ABSTRACT
The coastal area is a meeting area between the sea and the land so that it has the potential to be
vulnerable to the dangers of various types of natural disasters. The purpose of this study was to
analyze: 1) vulnerability to natural disasters in the coastal area of Muna Regency; 2) the level of
vulnerability to potential tsunami hazards in the coastal areas of Muna Regency; and 3) the level of
vulnerability to extreme waves in the coastal area of Muna Regency. The data in this study include
topographic maps, geological maps, slope maps, land use maps, landsat images, as well as information
deemed necessary. Furthermore, data analysis was carried out by means of spatial interpolation,
buffering, and overlay analysis using geographic information system technology. The results show that:
1) based on the Indonesian disaster index, the types of natural disasters that threaten Muna Regency
are from the high category, namely extreme waves, abrasion, land and forest fires, earthquakes, and
tsunamis. Furthermore, those included in the category to high, namely extreme weather disasters,
floods, while for the moderate category, namely landslides; 2) 15 subdistricts are in the low category of
potential tsunami hazard while the other 2 subdistricts, namely Maligano and subdistricts are in the
medium to high category; and 3) 21 subdistricts are categorized as moderate to the potential danger of
extreme wave disasters.

Keywords: Vulnerabilities; Natural Disasters; Coastal Area; Muna Regency.

ABSTRAK
Kawasan pesisir merupakan kawasan pertemuan antara lautan dan daratan sehingga memiliki
potensi rentan terhadap bahaya berbagi jenis bencana alam. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis: 1) kerentanan bencana alam di wilayah pesisir Kabupaten Muna; 2) tingkat kerentanan
pontensi bahaya tsunami di wilayah pesisir Kabupaten Muna; dan 3) tingkat kerentanan bahaya
gelombang ekstrim di wilayah pesisir Kabupaten Muna. Data dalam penelitian ini meliputi peta
topografi, peta geologi, peta lereng, peta penggunaan lahan, citra landsat, serta informasi yang
dianggap perlu. Selanjutnya, analisis data dilakukan dengan cara interpolasi spasial, buffer, dan
analisa overlay dengan menggunakan teknologi sistem informasi geografi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1) berdasarkan indeks bencana Indonesia, jenis bencana alam yang mengancam
151

Kabupaten Muna dari kategori tinggi yaitu gelombang ekstrim, abrasi, kebakaran lahan dan hutan,
gempa bumi, serta tsunami. Selanjutnya yang termasuk dalam kategori hingga tinggi, yaitu bencana
cuaca ekstrim, banjir, sedangkan untuk kategori sedang yaitu tanah longsor; 2) 15 kecamatan masuk
dalam kategori rendah terhadap potensi bahaya tsunami sedangkan 2 kecamatan lainnya yaitu
Kecamatan Maligano dan Kecamatan masuk dalam kategori sedang hingga tinggi; dan 3) 21
kecamatan termasuk kategori sedang terhadap potensi bahaya bencana gelombang ekstrim.

Kata Kunci: Kerentanan; Bencana Alam; Wilayah Pesisir; Kabupaten Muna.

PENDAHULUAN
Indonesia Negara kepulauan terbesar di Pasal 44 juga dijelaskan tentang kesiapsiagaan
dunia dengan letak geografinya diapit oleh dua dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat
buah benua yaitu benua Asia dan benua dan tepat dalam menghadapi kejadian berbagai
Australia serta dua samudra yaitu samudra jenis bencana alam yang terjadi. Badan Pusat
Hindia dan samudra Pasifik sehingga terjadi Statistik (2018) mencatat bencana alam yang
gerakan dan proses dinamis yang sering terjadi di Kabupaten Muna antara lain
menyebabkan terjadinya punggung banjir, kebakaran, angin topan, dan lainnya,
laut/pematang (mid ocean ridge). Gerakan- sehingga dalam perencanaan penanggulangan
gerakan tersebut mengakibatkan adanya bencana digunakan pendekatan dengan
pergerakan lempeng–lempeng di seluruh dunia memperhatikan tingkat ancaman bencana,
khususnya pada kawasan Indonesia bagian tingkat kerentanan kawasan terancam dan
timur terjadi pertemuan tiga lempeng tektonik, tingkat kapasitas kawasan yang terancam.
yaitu lempeng Indo-Australian, lempeng Kabupaten Muna merupakan kawasan
Eurasia, dan lempeng Pasifik yang selalu pesisir yang berada pada pulau-pulau yang
subduksi pada Indonesia bagian barat letaknya diapit oleh dua benua, yaitu benua
akibatnya Negara kepulauan Indonesia Asia dan Australia serta dua samudra yaitu
menjadi wilayah seismik yang sangat aktif samudra Hindia dan samudra Pasifik.
dengan tingkat kegempaan yang sangat tinggi Selanjutnya, Kabupaten Muna memiliki
diikuti tsunami yang telah menghancurkan perbandingan luas lautan dan daratan yaitu
beberapa wilayah pasisir di Indonesia. 76,50 : 23,52 % (Bapeda TK 1, 2006).
Bencana tsunami telah terjadi di beberapa Menurut Supriharyono (2007) wilayah pesisir
wilayah di Indonesia, yaitu: Flores (1992), merupakan wilayah pertemuan antara daratan
Banyuwangi (1994), Biak (1995), Aceh dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi
(2004), terakhir di Palu (2019). Menurut bagian daratan maupun terendam air yang
Maplecroft (2010) Negara Indonesia masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti
ditempatkan pada urutan ke-2 setelah pasang-surut, angin laut, dan perembesar air
Bangladesh sebagai negara yang mengalami asin, sedangkan ke arah laut wilayah pesisir
bencana alam cukup tinggi (Dahuri 1996). mencakup wilayah bagian laut yang masih
Dalam Undang-Undang Nomor 24 dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi
Tahun 2007 Tentang Penanggulangan didaratan seperti sedimentasi dan aliran air
Bencana, dijelaskan bahwa bencana sebagai tawar, maupun yang disebabkan karena
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang kegiatan manusia di darat seperti pengundulan
mengalami, mengganggu kehidupan hutan dan pencemaran.
masyarakat disebabkan oleh faktor alam atau Sulasdi (2001) menyatakan
faktor non alam. Mengingat kondisi wilayah pembangunan di wilayah pesisir dapat
yang rawan bencana, maka pemerintah ditententukan dengan memperhatikan
Kabupaten Muna melakukan kajian mitigasi kesesuanian penggunaan setiap unit. Maka
bencana alam dengan melibatkan seluruh solusi yang dapat ditempuh untuk kegiatan
pemerintahan masyarakat, pihak terkait lain pembangunan wilayah pesisir Kabupaten
yang bergerak dalam penanganan kebencanaan Muna, yaitu dengan melakukan kegiatan
dengan memetakan indeks kelas ancaman inventarisasi pemetaan potensi sumber daya
bencana dalam tiga kategori, yaitu rendah, alam pesisir agar tersedia data-data akurat
sedang, dan tinggi (BNPB, 2012). Lebih lanjut untuk rencana pembangunan wilayah pesisir.
dijelaskan, dalam Undang-Undang Nomor 24
tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
152

METODE PENELITIAN bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang


Waktu dan Lokasi Penelitian dari utara ke selatan di antara 04°15’–05°15’
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke
2019 hingga Juni 2019 di Kabupaten Muna, Timur di antara 122°30’ – 123°15’ Bujur
Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara Timur.
astronomis, Kabupaten Muna terletak di

Alat dan Bahan Penelitian


Tabel 1. Alat dan Bahan Penelitian
Bahan Alat
Peta Geologi Kabupaten Muna GPS (Global Positioning System)
Peta Administratif Kabupaten Muna Laptop
Peta Ketinggian Kabupaten Muna Kamera Digital
Grafik Indeks Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Current Meter
Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Muna
Data curah hujan Software ENVI
Dara Arus dan Gelombang Laut
a. Interpretasi citra pengindraan jauh
Jenis dan Sumber Data berdasarkan hasil kerja lapangan untuk
Data yang dibutuhkan untuk mencocokkan hasil interpretasi sebelumnya
menganalisis tingkat kerentanan bencana alam sehingga dapat meminimalisir terjadinya
wilayah pesisir Muna terbagai atas dua (2) data kesalahan dalam melengkapi data awal.
yaitu data primer dan data sekunder. Data b. Reproduksi peta dan data sekunder
primer diperoleh melalui survey lapangan diantaranya adalah registrasi, retrifikasi,
seperti kecepatan arus gelombang ekstrim, dan digitasi peta-peta tematik.
tipologi pantai, tutupan vegetasi, kelerengan c. Analisa data dengan melakukan interpolasi
bentuk pantai, penggunan lahan dan morfologi spasial, buffer, dan overlay untuk
lahan. Selanjutnya data sekunder merupakan menganalisis bencana dengan
data dokumentasi dari Dinas Perikanan dan menggunakan teknologi sistem informasi
Kelautan Kabupaten Muna, data-data statistik geografi (ArcGIS 10.2) dengan
dari BPS Kabupaten Muna, peta tematik, peta menggunakan metode scoring yang terbagi
topografi/RBI, peta geologi, peta penggunaan menjadi 3 (tiga) klasifikasi, yaitu kategori
lahan dari Badan Informasi Geospasial (BIG), sangat rawan bencana, kategori rawan
BAPPEDA Kabupaten Muna, data iklim, serta bencana, dan kategori tidak rawan bencana.
laporan-laporan studi terdahulu yang relevan
dengan penelitian ini. HASIL PENELITIAN
Wilayah pesisir merupakan wilayah
Tahap Pelaksanaan Kegiatan yang paling rawan terhadap perubahan iklim
1. Tahap Persiapan mulai dari pandangan air akibat banjir
Tahap persiapan meliputi pengumpulan bandang, abrasi dan erosi hingga infrusi air
data peta-peta tematik yang mencakup peta laut yang mengancam kawasan wilayah
topografi/RBI, peta geologi, peta lereng, peta pesisir, yang akan menimbulkan kerugian
penggunaan lahan, citra landsat, serta (Rositasari, 2011). Berdasarkan data yang
informasi yang dianggap perlu. diperoleh dari indeks resiko bencana
Indonesia, Kabupaten Muna masuk dalam
2. Tahap Kerja Lapangan kategori kelas resiko tinggi untuk ancaman
Tahap kerja lapangan meliputi: 1) multi bencana. Posis Kabupaten Muna berada
mengenal batas geologi, lereng, dan pada peringkat 151 dalam indeks resiko
penggunaan lahan; dan 2) pengukuran arus, bencana multi ancaman kabupaten/kota se-
gelombang, kecepatan, angin, curah hujan, Indonesia dengan total skor 174. Selanjutnya
suhu, dan lain sebagainya. pada skala Provinsi Sulawesi Tenggara,
Kabupaten Muna menduduki urutan ke-5 pada
3) Tahap Pengolahan Data indeks bencana perKabupaten/kota se-Provinsi
Tahap pengolahan data meliputi: Sulawesi Tenggara.
153

Tabel 2. Jenis Bencana Yang Mengancam Kabupaten Muna


No. Jenis Ancaman Peringkat Skor Kelas Resiko
1. Banjir 350 12 Sedang
2. Cuaca ekstrim 209 14 Sedang
3. Gelombang ekstrim dan abrasi 39 36 Tinggi
4. Gempa bumi 213 22 Tinggi
5. Kebakaran lahan dan hutan 237 36 Tinggi
6. Kekeringan 223 24 Tinggi
7. Tanah longsor 388 12 Sedang
8. Tsunami 119 19 Tinggi
9. Multi ancaman 151 174 Tinggi
Sumber: Indeks Resiko Bencana Indonesia, 2013.
Tabel 2 di atas menunjukkan jenis dan abrasi, gempa bumi, kebakaran lahan dan
bencana yang mengancam Kabupaten Muna hutan, kekeringan, tsunami, dan bencana multi
yang telah dianalisis dengan pengklasifikasian ancaman berada dalam kelas resiko tinggi.
resiko kebencanaan menunjukkan bahwa Selanjutnya, ancaman sebaran jenis bencana
potensi jenis ancaman bencana banjir, cuaca potensi bahaya tsunami yang ada di Kabupaten
ekstrim, dan tanah longsor berada pada kelas Muna disajikan pada table 3 berikut.
resiko sedang, sedangkan gelombang ekstrim

Tabel 3. Potensi Bahaya Tsunami di Kabupaten Muna


No. Kategori Kelas
Kecamatan
Rendah Sedang Tinggi
1. Batalaiworu 45 0 0
2. Batukara 74 0 0
3. Duruka 53 0 0
4. Kabangka 50 0 0
5. Kabawo 22 0 0
6. Katobu 25 0 0
7. Lasalepa 75 0 0
8. Lohia 56 0 0
9. Maligano 75 1 3
10. Marobo 37 0 0
11. Napabalano 61 0 0
12. Parigi 88 0 0
13. Pasi Kolaga 83 0 0
14. Pasir Putih 111 7 4
15. Tongkuno 185 0 0
16. Towea 234 0 0
17. Wakorumba Selatan 72 0 0
Total 1346 8 7
Sumber: BNPB Kabupaten Muna, 2019.
Tabel 3 di atas menunjukkan sebaran Maligano dan Pasir Putih memiliki kerentanan
potensi tsunami yang ada di Kabupaten Muna bencana alam mulai dari kelas rendah, sedang
terlihat bahwa ada 17 kecamatan mulai dari dan tinggi. Selanjutnya ancaman sebaran jenis
kelas resiko rendah, sedang, dan tinggi dimana bencana potensi gelombang ekstrim dan abrasi
15 kecamatan berada pada kelas rendah. per kecamatan di Kabupaten Muna di sajikan
Sedangkan 2 kecamatan lainnya, yaitu pada Table 4 berikut.
154

Tabel 4. Potensi Gelombang Ekstrim dan Abrasi PerKecamatan di Kabupaten Muna


No. Kecamatan Kelas (ha)
Rendah Sedang Tinggi
1. Batalaiworu 0 29 0
2. Batukara 0 371 0
3. Bone 0 95 0
4. Duruka 0 553 0
5. Kabangka 0 870 0
6. Kabawo 0 295 0
7. Katobu 0 167 0
8. Kontu Kowuna 0 258 0
9. Kontunaga 0 153 0
10. Lasalepa 0 498 0
11. Lohia 0 351 0
12. Maligano 0 351 0
13. Napabalano 0 432 00
14. Parigi 0 282 0
15. Pasi Kolaga 0 151 0
16. Pasir Putih 0 680 0
17. Tongkuno 0 336 0
18. Tongkuno Selatan 0 508 0
19. Towea 0 54 0
20 Wakorumba Selatan 0 152 0
21. Watopute 0 251 0
Total 0 6838 0
Sumber: BNPB Kabupaten Muna, 2019.
Tabel 4 di atas menunjukkan sebaran tertinggi dan terendah tahunan pada sepanjang
jenis bencana potensi gelombang ekstrim dan pantai pesisir Kabupaten Muna, yang memiliki
abrasi terlihat ada 21 kecamatan di Kabupaten fungsi sebagai pengimbang lingkungan pantai
Muna dengan klasifikasian berada pada kelas yang dilestarikan melalui reboisasi tanaman
sedang untuk semua kecamatan. bakau. Rencana penetapan untuk kawasan
hutan pantai pada wilayah pesisir meliputi:
PEMBAHASAN 1. Kawasan hutan pantai Kecamatan
Kawasan sempadan pantai merupakan Napabalano.
kawasan yang mempunyai manfaat penting 2. Kawasan hutan pantai Kecamatan Lasalepa.
untuk mempertahankan kelestarian pantai jika 3. Kawasan hutan pantai Kecamatan
ada bencana alam yang mengacam kawasan Maligano.
pesisir. Kriteria penetapan sempadam pantai 4. Kawasan hutan pantai Kecamatan
dari daratan sepanjang tepian pantai minimal Wakorumba Selatan.
100 meter dari titik pasang tertinggi kearah 5. Kawasan hutan pantai Kecamatan Parigi
darat. Hamparan kawasan perlindungan pantai 6. Kawasan hutan pantai Kecamatan Marobo.
di Kabupaten Muna tersebar pada Kecamatan 7. Kawasan hutan pantai Kecamatan
Parigi, Kecamatan Marobo, Kecamatan Pasikolaga.
Towea, Kecamatan Wakorumba Selatan, 8. Kawasan hutan pantai Kecamatan
Kecamatan Napabalano, Kecamatan Pasir Kebangka.
Putih, Kecamatan Batalaiworu, Kecamatan 9. Kawasan hutan pantai kecamatan
Tongkuno, Kecamatan Lohia, dan Kecamatan Batalaiworu.
Lasalepa. Selain kawasan sempadam pantai Selanjutnya terdapat pula kawasan terumbu
juga ada kawasan hutan pantai yang sering karang. Kawasan ini merupakan kawasan
disebut dengan ekosistem mangrove dan konsurvasi sumber daya ikan yang tersebar
tempat berkembagannya berbagai biota laut, pada semua kecamatan wilayah pesisir pantai
serta perlindungan pantai dari pengikisan air yaitu: Kecamatan Parigi, Kecamatan Marobo,
laut. Kawasan hutan pantai ini jaraknya dari Kecamatan Towea, Kecamatan Wakorumba
garis air surut terendah kearah darat sebesar Selatan, Kecamatan Napabalano, Kecamatan
130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang Pasir Putih, Kecamatan Batalaiwooru,
155

Kecamatan Tongkuno, Kecamatan Lohia, dan deras. Sementara abrasi merupakan proses
Kecamatan Lasalepa. Terdapat tiga hamparan pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut
kawasan (kawasan sempadam pantai, kawasan dan arus laut yang bersifat merusak yang
hutan pantai/ ekosistem mangrove, dan disebut dengan erosi pantai.
kawasan terumbu karang) semuannya
digunakan untuk kawasan perikanan yang KESIMPULAN
secara administratif terletak di Pulau Muna dan Berdasarkan hasil analisis data
Pulau Buton serta pulau-pulau kecil berjumlah penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai
203 buah pulau. Pulau tersebut terbagi dalam berikut: 1) berdasarkan indeks bencana
tiga kelompok, yaitu: 7 buah pulau masuk
Indonesia, jenis bencana alam yang
kategori pulau kecil berpenghuni, 4 buah pulau
masuk pulau berpenghuni tidak tetap, 192 buah mengancam Kabupaten Muna dari kategori
pulau masuk kategori kecil tidak berpenghuni. tinggi yaitu gelombang ekstrim, abrasi,
Selain itu, berdasarkan data Badan Pusat kebakaran lahan dan hutan, gempa bumi, serta
Statistik Kabupaten Muna (2016) Kabupaten tsunami. Selanjutnya yang termasuk dalam
Muna memiliki 9 desa, 1 desa terapung dan 55 kategori hingga tinggi, yaitu bencana cuaca
desa pesisir. Panjang garis pantai Kabupaten
ekstrim, banjir, sedangkan untuk kategori
Muna adalah 337 km2 dan luas lautnya 2.559,4
km2. sedang yaitu tanah longsor; 2) 15 kecamatan
Hasil analisis indeks bencana indonesia masuk dalam kategori rendah terhadap potensi
(2013) Rawannya bencana alam pada kawasan bahaya tsunami sedangkan 2 kecamatan
pesisir Kabupaten Muna berada pada kategori lainnya yaitu Kecamatan Maligano dan
tinggi dan sedang dimana kategori tinggi, yaitu Kecamatan masuk dalam kategori sedang
bencana alam multi ancaman bencana, bencana hingga tinggi; dan 3) 21 kecamatan termasuk
gelombang ekstrim dan abrasi, bencana
kategori sedang terhadap potensi bahaya
kebakaran hutan dan lahan, bencana tsunami,
sedangkan kategori sedang, yaitu bencana bencana gelombang ekstrim.
cuaca ekstrim, bencana banjir, dan tanah
longsor (Tabel 2). SARAN
Secara umum, bencana yang sering Untuk mengatasi pontensi tingkat
terjadi pada kawasan pesisir adalah tsunami. kerentanan bancana alam di pesisir Kabupaten
Tsunami disebabkan oleh gempa bumi di dasar Muna, pihak pemerintah, masyarakat,
laut dengan dengan kedalaman kurang dari 60 lembanga-lembaga sumber daya masyarakat,
km dan magnitude lebih dari 6 SR. Selain itu serta semua pihak harus berperan aktif dengan
juga disebabkan oleh longsoran dasar laut, melihat tingkatan-tingkatan potensi bencana
letusan gunung berapi, dasar laut, jatuhnya bahaya Tsunami dan gelombang ekstrim.
meteor ke dasar laut.
Potensi bahaya gelombang ektrim dan UCAPAN TERIMA KASIH
abrasi semua kecamtan pesisir Kabupaten Ucapan terima kasih kepada tim reviewer
Muna menunjukan berada dalam kelas sedang/ dan editor Jurnal Penelitian Pendidikan
kategori sedang (Pada tabel 4). Hal ini berarti Geografi.
walaupun bahaya bencana yang mengancam
Kabupaten Muna berada pada peringkat ke 39 DAFTAR PUSTAKA
dengan skor 39 kelas resiko tinggi tetap sampai Aronoff, Stan. (1989). Geographic Information
menyebabkan terjadinya tsunami kategori System; A Management Perspecetive.
tinggi, karena pulau Muna diapit oleh Pulau Ottawa: WDC Publications.
Sulawesi, Pulau Buton, dan Pulau Kabaena. Badan Penanggulangan Bencana Nasional.
Gelombang ekstrim merupakan (2012). Peraturan Kepala Badan
gelombang tinggi yang ditimbulkan karena Penanggulangan Bencana Nasional
efek terjadinya siklon tropis disekitar wilayah Nomor 02 Tahun 2012 Tentang
Indonesia dan berpontensi kuat menimbulkan Pedoman Umum Pengkajian Resiko
bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan Bencana. Jakarta.
tropis tetapi keberadaan siklon tropis akan Badan Perencaanan Nasional dan Badan
menimbulkan pengaruhi terjadinya angin Kordinasi Nasional Penanggulangan
kencang, gelombang tinggi di sertai hujan Bencana. (2006). Rencana Aksi
156

Nasional Pengurangan Resiko Bencana


2006-2009.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Muna.
(2018). Kabupaten Muna Dalam Angka.
https://munakab.bps.go.id/publication/2
018/08/16/9e09b0ebd7463b6badd26549
/kabupaten-muna-dalam-angka-
2018.html
BAPPEDA. (2006). Rencana Strategis
Pengelolaan Sumber Wilayah Pesisir
dan Laut Provinsi Sulawesi Tenggara.
Dahuri, R, J, Rais, Sp, Ginting M.J. Sitepu.
(1996). Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir dan Laut Seccara
Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita.
Rachmat, A.R., dan Adjie Pamungkas. (2014).
Faktor-Faktor Kerentanan Yang
Berpengaruh Terhadap Bencana Banjir
di Kecamatan Manggala Kota Makassar.
Jurnal Teknik Pomits 3(2): 60-68.
Rahman, A. (2010). Penggunaan Sistem
Informasi Geografi untuk Pemetaan
Kerawanan Longsor di Kabupaten
Purworejo. Jurnal Bumi Lestari 10(2):
191-199.
Rostasari (2011). Kajian Dan Prediksi
Kerentanan Pesisir Terhadap Perubahan
Iklim. Studi Kasus di Pesisir Cirebon.
Jurnal Illmu dan Teknologi Kelautan
Tropis, 3 (1): 52-64.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana.
https://bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_200
7.pdf
Wyatt and Ralphs. (2003). GIS in Land and
Property Management. New York: Spon
Press.

You might also like