Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Coastal Vulnerability Index (CVI) was used to analyse the physical vulnerability to
coastal disaster of the coastal areas of Makassar City. CVI will consider six
variables namely geology, geomorphology, erosion and accretion, tidal range,
average wave height and elevation. Geologically, coastal areas of Makassar
comprise sand, gravel, clay and coral limestone. Geomorphologically, alluvial plain,
sandy to gravelly beaches are predominant in the coastal areas. Both erosion and
accretion occurred in the coastal areas in which accretion predominantly found in
the southern part whereas erosion in the northern part of the city. Using Digital
Elevation Model it can be observed that the elevation of the coastal areas of
Makassar City is between 0 – 0.5 meter which is very vulnerable to sea level rise.
Average tidal range was between 1.1 to 2 meter and wave height between 0 to 2.9
meter. CVI analyses showed that the coastal areas of Makassar City is vulnerable
to sea level rise and hence to the coastal disaster. In addition, according to the
analyses, Wajo, Biringkanaya and Tamalanrea districts are very vulnerable to sea
level rise and coastal disaster. Coastal development planning in these very
vulnerable areas will need special attention and specific measures.
Kata kunci: pesisir, geomorfologi, geologi, range pasang surut, erosi, akresi,
elevasi, kerentanan fisik
________________________________________________________________________________________________________________
82 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 13, No. 2, Agustus 2011 Hlm.82-87
Diterima 16 Juni 2011; terima dalam revisi terakhir 15 Juli 2011; layak cetak 5 Agustus 2011
kerentanan pesisir datu dengan lainnya. Salah penting untuk pengembangan wilayah pesisir Kota
satu metoda yang paling banyak diterapkan Makassar. Langkah dan strategi untuk menghadapi
adalah metode Gornitz et al (1991, 1997) untuk kondisi kerentanan kemudian diperlukan untuk
menentukan Coastal Vulnerability Index (CVI). meminimalisasi dampak yang akan terjadi.
Setelah Gornitz, analisis kerentanan fisik telah
pula dilakukan oleh beberapa peneliti baik di 2. BAHAN DAN METODE
dunia maupun di Indonesia. Diantaranya adalah
Di Paola (2011), Abuodha dan Woodroffe (2006), Beberapa metode dilakukan dalam melaksanakan
Thieler, E. R. dan Hammar-Klose, E. S. (2000) pengkajian kerentanan fisik yaitu terdiri dari:
dan Khrisnasari (2008). Hasil analisis kerentanan o Pengumpulan dan analisis terhadap data yang
fisik tersebut telah berhasil memberikan telah ada baik data sekunder maupun dari
gambaran tentang daerah atau segmen pesisir penelitian terdahulu.
mana saja yang memiliki tingkat kerentanan yang o Melakukan pengamatan lapangan.
tinggi dan yang rendah. Di Indonesia penelitian o Membuat dan menganalisis data secara
kerentanan pesisir diantaranya dilakukan oleh spasial dengan Sistem Informasi Geografis
Rositasari et al (2010) yang telah melakukan (SIG).
penelitian kerentanan pesisir Cirebon terhadap o Menganalisis kondisi kerentanan fisik Kota
penggenangan (inundation) dan pengasaman Makassar dengan metode Gornitz (1991) yang
(acidification) air laut serta seberapa besar alih dimodifikasi.
fungsi lahan berpotensi menjadi pemicu Analisis kerentanan fisik atau physical
peningkatan gas rumah kaca. Khrisnasari (2008) vulnerability analyses dilakukan secara spasial.
juga telah melakukan pengkajian kerentanan Pembagian didasarkan pada kecamatan di Kota
terhadap kenaikan muka laut di Jakarta Utara. Makassar khususnya yang berada pada daerah
Diposaptono et al (2009) juga telah mengkaji pesisir. Analisis kerentanan fisik dilakukan dengan
bahaya, kerentanan dan risiko kenaikan muka laut menerapkan metoda Gornitz (1991) dimana
akibat pemanasan global di Kota Semarang dan kerentanan fisik dihitung berdasarkan enam
Pekalongan. variabel yaitu elevasi, jenis batuan atau geologi,
Harris (2011) telah dapat menggambarkan range pasang surut, tinggi gelombang rata-rata
kerentanan pesisir hubungannya dengan serta perubahan garis pantai berdasarkan
ancaman erosi dan terlampauinya gumuk pasir perkembangan erosi dan akresi pantai di Kota
oleh naiknya muka laut di masa yang akan dating. Makassar. Masing-masing variabel diklasifikasikan
Secara umum analisis kerentanan fisik dapat dengan tingkat kelas kerentanan sebagai berikut:
memberikan gambaran seberapa besar kondisi sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat
kerentanan daerah pesisir terhadap kenaikan tinggi seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.
muka laut dan bencana pesisir. Untuk mengetahui tingkat kerentanan maka
Kota-kota di wilayah pesisir Indonesia tidak dilakukan perhitungan Coastal Vulnerability Index
luput dari ancaman kenaikan muka laut dan (CVI) menggunakan rumus sebagai berikut:
bencana pesisir termasuk di Indonesia bagian
timur. Kota Makassar sebagai kota terbesar di CVI = √ ((a*b*c*d*e*f)/6
kawasan Indonesia bagian timur diprediksi akan
mengalami dampak kenaikan muka laut. Bencana a = ranking jenis batuan atau geologi
banjir, erosi dan akresi, perubahan ekosistem b = ranking geomorfologi
pantai, kenaikan muka laut akibat pemanasan c = ranking erosi dan akresi
global dan gelombang ekstrim mengancam Kota d = ranking range pasang surut
Makassar. e = rangking tinggi gelombang rata-rata
Pengkajian kerentanan fisik akan memberikan f = ranking elevasi
gambaran kondisi fisik pesisir terhadap ancaman
kenaikan muka laut dan bencana pesisir. Untuk Tingkat kerentanan kemudian diklasifikasikan
selanjutnya, masukan hasil analisis dan menjadi tiga kelas atau indeks berdasarkan hasil
pengkajian ini akan menjadi bahan pertimbangan perhitungan CVI (Coastal Vulnerability Index) ini.
penting dalam pengembangan kawasan pesisir Pembagian tersebut adalah indeks satu kurang
daerah Kota Makassar. rentan, indeks dua rentan dan indeks tiga sangat
Dalam tulisan ini akan dibahas uraian analisis rentan.
dan kajian kerentanan fisik wilayah pesisir Kota
Makassar dan ditujukan sebagai bahan masukan
_______________________________________________________________________________________________________________
Pengkajian Kerentanan Fisik Untuk...............(Iwan G. Tejakusuma) 83
Diterima 16 Juni 2011; terima dalam revisi terakhir 15 Juli 2011; layak cetak 5 Agustus 2011
Tabel 1. Parameter untuk analisis kerentanan fisik dan klasifikasinya (modifikasi Gornitz, 1991).
Sangat
Tingkat Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Rendah
Parameter 1 2 3 4 5
Geomorfologi Bertebing Bertebing Bertebing Bangunan pantai, Pantai berpasir,
Tinggi Sedang rendah, salt estuary, laguna, pantai berkerikil,
marsh, coral dataran aluvial delta
reef, mangrove
Rata-Rata Range 1 1,1 – 2,0 2,1 – 4,0 4,1 – 6,0 > 6,0
Pasang Surut (m)
Tinggi Gelombang
0 – 2,9 3,0 – 4,9 5,0 – 5,9 6,0 – 6,9 > 6,9
Rata-Rata (m)
Elevasi (m) > 30,0 20,1 – 30,0 10,1 – 20,0 5,1 – 10,1 5-0
Sedimen Sedimen Tidak
Jenis Batuan atau Plantonik, Batuan Batuan
terkonsolidasi, Terkonsolidasi,
geologi Vulkanik Konglomerat Sedimentasi
lempung, lumpur Kerikil, Pasir
Perubahan Garis >2 1,0 – 2,0 -1,0 - -2,0 < -2,0
-1,0 – 1,0 stabil
Pantai (m/tahun) akresi akresi erosi erosi
________________________________________________________________________________________________________________
84 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 13, No. 2, Agustus 2011 Hlm.83 -87
Diterima 16 Juni 2011; terima dalam revisi 15 Juli 2011; layak cetak 5 Agustus 2011
maka dilakukan pengklasan menjadi lima klas penduduk setempat serta informasi dari Badan
berdasarkan klasifikasi seperti pada Tabel 1. Meteorologi Geofisika dan Klimatologi Kota
Berdasarkan analisis ini didapatkan bahwa Makassar. Tinggi gelombangnya termasuk dalam
wilayah pesisir Kota Makassar hampir seluruhnya klasifikasi antara 0 hingga 2,9 meter atau termasuk
berada pada elevasi 0 – 0.5 m. dalam klasifikasi sangat rendah.
Gambar 2. Kelas akresi dan erosi Kota Makassar Gambar 3. Kelas geologi Kota Makassar
berdasarkan hasil analisis. berdasarkan hasil analisis.
Data geologi diperoleh dari Peta Geologi Lembar Analisis kerentanan fisik didapatkan dari hasil
Ujungpandang, Benteng dan Sinjai, Sulawesi penggabungan atau overlay parameter-parameter
dengan skala 1:250.000 tahun 1982 (Sukamto di atas yang sudah diklasifikasikan sebelumnya.
dan Supriatna, 1982). Peta Geologi yang sudah Seluruh parameter kerentanan fisik dimasukkan ke
dalam bentuk JPEG tersebut ditransformasikan dalam rumus CVI (Coastal Vulnerability Index)
koordinatnya agar sesuai dengan koordinat di untuk mengetahui tingkat atau indeks kerentanan
bumi. Kemudian peta geologi tersebut dideliniasi fisik daerah tersebut. Hasil perhitungan CVI
sesuai dengan jenis batuan yang ada di Kota (Coastal Vulnerability Index) ini kemudian dibagi
Makassar. Setiap jenis batuan yang ada menjadi tiga tingkatan dimana indeks satu kurang
diklasifikasikan sesuai klasifikasi pada Tabel 1. rentan, indeks dua rentan dan indeks tiga sangat
Berdasarkan analisis jenis batuan, wilayah pesisir rentan. Berdasarkan analisis, sebagian besar
di kota Makassar didominasi oleh klas lima wilayah pesisir Kota Makassar termasuk dalam
yaitu sangat rentan, hal ini disebabkan luasan indeks dua atau rentan dan sebagian kecil memiliki
jenis batuan yang berupa pasir, kerikil, lempung indeks sangat rentan.
lumpur, serta batugamping koral yang Berdasarkan analisis CVI diketahui bahwa luas
mendominasi Kota Makassar. Kelas geologi dapat wilayah yang sangat rentan, rentan dan kurang
dilihat pada Gambar 3. rentan masing-masing adalah 14,5; 63,96 dan
40,94 kilometer persegi. Derah dengan klasifikasi
3.5. Rata-Rata Range Pasang Surut sangat rentan terdapat di Kecamatan Tamalanrea,
Biringkanya dan Wajo. Seluruh Kecamatan Wajo
Rata-rata range pasang surut didapatkan dari masuk dalam wilayah sangat rentan sedangkan
data prediksi pasang surut untuk Kota Makassar Kecamatan Tamalate, Mariso, Ujungpandang dan
2008 (BAKOSURTANAL, 2007). Berdasarkan Ujungtanah seluruh daerahnya masuk dalam
data tersebut rata-rata range pasang surut di Kota klasifikasi kurang rentan. Daerah Kecamatan Wajo,
Makassar adalah sekitar satu meter sehingga Tamalanrea dan Biringkanaya yang memiliki
menurut klasifikasi sesuai Tabel 1, rata-rata range kerentanan sangat tinggi, sangat rawan terhadap
pasang surut termasuk klasifikasi sangat rendah. kenaikan muka laut, erosi dan bencana pesisir
lainnya. Daerah ini memerlukan perhatian dan
3.6. Tinggi Gelombang Rata-Rata langkah spesifik dalam pengembangan wilayah
pesisir Kota Makassar seperti dalam perencanaan
Tinggi gelombang rata-rata Kota Makassar pembuatan pelabuhan, infrastruktur jalan,
didapatkan dari prediksi berdasarkan informasi
_______________________________________________________________________________________________________________
Pengkajian Kerentanan Fisik Untuk...............(Iwan G. Tejakusuma) 85
Diterima 16 Juni 2011; terima dalam revisi terakhir 15 Juli 2011; layak cetak 5 Agustus 2011
jembatan, permukiman, kawasan ekonomi dan
ekosistem.
Gambar 4. Peta indeks kerentanan fisik wilayah pesisir Kota Makassar hasil analisis.
Tabel 3. Indeks kerentanan fisik dan luasnya per kecamatan di pesisir Kota Makassar.
________________________________________________________________________________________________________________
86 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 13, No. 2, Agustus 2011 Hlm.82-87
Diterima 16 Juni 2011; terima dalam revisi terakhir 15 Juli 2011; layak cetak 5 Agustus 2011
o Secara Geologi daerah pesisir Kota Raga Perairan Laut, Badan Koordinasi Survei
Makassar merupakan pasir, kerikil, dan Pemetaan Nasional.
lempung lumpur, serta batugamping koral
dengan klasifikasi sangat rentan. Di Paola, G., Alberico I., Aucelli P., Pappone G. dan
o Rata-rata range pasang surut dan tinggi Rosskopf C., A new GIS based methodology to
gelombang rata-rata termasuk dalam assess coastal vulnerability by using a Modified
klasifikasi tingkat kerentanan sangat Coastal Vulnerability Index (MCVI), Geophysical
rendah. Research Abstracts, Vol. 13, EGU2011-8980-1,
o Berdasarkan elevasinya yang berkisar 2011.
antara 0 hingga 5 meter, pesisir Kota
Makassar memiliki tingkat kerentanan Diposaptono, S., Budiman dan Agung F., 2009,
sangat tinggi. Menyiasati Perubahan Iklim Di Wilayah Pesisir
o Perubahan garis pantai Kota Makassar Dan Pulau-Pulau Kecil, P.T. Sarana Komunikasi
menunjukkan terjadinya erosi dan akresi Utama, 359 halaman.
selam kurun waktu antara 1999 hingga
2009. Wilayah pesisir bagian selatan Gornitz, V. M., Beaty, T. W. dan Daniels, R. C.,
didominasi oleh akresi sedang wilayah 1997, A Coastal Hazards Data Base For The
pantai bagian utara didominasi oleh erosi. U.S. West Coast, U.S. Department of Energy
Wilayah erosi ini mempunyai tingkat Environmental Sciences Division Publication No.
kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan 4590.
dengan akresi.
o Berdasarkan analisis CVI diketahui bahwa Gornitz, V., 1991: Global Coastal Hazards From
luas wilayah yang sangat rentan adalah Future Sea Level Rise. Palaeogeogr.
14,5 kilometer persegi sedangkan wilayah Palaeoclimat. Palaeoecol., 89, 379-398,
yang rentan 63,96 kilometer persegi dan doi:10.1016/0031-0182(91)90173-O.
wilayah kurang rentan 40,94 kilometer
persegi. Daerah dengan klasifikasi sangat Harris, Erica L., 2011, Assessing Physical
rentan terdapat di Kecamatan Tamalanrea, Vulnerability Of The Coast In Light Of A
Biringkanya dan Wajo. Changing Climate : An Integrated, Multi-hazard,
o Seluruh Kecamatan Wajo termasuk dalam Multi-timescale Approach, Oregon State
wilayah sangat rentan sedangkan University, Thesis Master of Science.
Kecamatan Tamalate, Mariso,
Ujungpandang dan Ujungtanah seluruh Khrisnasari, Andrena, 2008, Kajian Kerentanan
daerahnya masuk dalam klasifikasi kurang Terhadap Kenaikan Muka Laut Di Jakarta Utara,
rentan. Thesis, Program Studi Teknik Kelautan, Institut
o Daerah Kecamatan Wajo, Tamalanrea dan Teknologi Bandung.
Biringkanaya yang memiliki kerentanan
sangat tinggi sangat rawan terhadap Rositasari R., Suyarso, Suratno dan Prayuda B.,
kenaikan muka laut , erosi dan bencana 2010, Kerentanan Pesisir Cirebon Terhadap
pesisir lainnya memerlukan perhatian dan Perubahan Iklim, Oseanologi dan Limnologi di
langkah spesifik dalam hal pengembangan Indonesia 36 (3): 377-392, ISSN 0125-9830,
wilayah pesisir. Seperti untuk perencanaan Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI.
pelabuhan, infrastruktur jalan, jembatan,
permukiman, kawasan ekonomi dan Sukamto, Rab dan Supriatna, S., 1982, Peta
ekosistem. Geologi Lembar Ujung Pandang, Banteng dan
Sinjai, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Departemen Pertambangan dan
DAFTAR PUSTAKA Energi.
Abuodha, P. A. dan Woodroffe, C. D., 2006, Thieler, E. R. dan Hammar-Klose, E. S., 2000,
Assessing vulnerability of coasts to climate National Assessment of Coastal Vulnerability to
change: A review of approaches and their Sea-Level Rise: Preliminary Results for the U.S.
application to the Australian coast 2006, Gulf of Mexico Coast
http://ro.uow.edu.au/scipapers/161. U.S. Geological Survey Woods Hole,
Massachusetts, OPEN-FILE REPORT 00-179.
BAKOSURTANAL, 2007, Prediksi Pasang Surut
2008 Untuk Survei Dan Pemetaan,
Pengelolaan Pantai, Pariwisata Dan Olah
_______________________________________________________________________________________________________________
Pengkajian Kerentanan Fisik Untuk...............(Iwan G. Tejakusuma) 87
Diterima 16 Juni 2011; terima dalam revisi terakhir 15 Juli 2011; layak cetak 5 Agustus 2011