You are on page 1of 35

TUGAS TUTORIAL 7

DIABETIC NEPPHROPATHY

Disusun oleh : Kelompok


A4

Pembimbing Tutor : dr. Heru Setiawan., M.Imun

Ketua Kelompok : Hana Indi Tisyria Cipto Palupi 19700097

Sekretaris Kelompok : Ni Putu Ayu Yusita Dewi 19700019

Anggota :

1. Kadek Divya Bramesta Ari Suarya 19700021


2. I Made Agus Virdian Adinata 19700023
3. Fadila Putri Masita 19700020
4. Sayidati Cindy Dwi Lestari 19700022
5. Elva Rahayu 19700024
6. Intan Purnama Sari 19700095
7. Dika Ananda Nursyafa 19700099
8. Nur Afidah 19700096
9. Rizal Fauzi Nurdianto 19700098
10. Tarisyafiqah Melya Rosyida 19700100
11. Herlin Dianing 19700154

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI ……………….………………………………………………………………....... 2
SKENARIO …………………………………………………………………………………….. 3
BAB 1 KATA SULIT ………………………………………………………………………….. 4
1.1 Kata Sulit …………………………………………………………………………... 4
1.2 Klarifikasi ………………………………………………………………………… 4
BAB 2 DAFTAR MASALAH ………………………………………………………………….. 5
BAB 3 BRAINSTORMING ………………………………………………………………….. 6
3.1 Jawaban Daftar Masalah …………………………………………………………. 6
3.2 Info Lain …………...………………...…………..................................................... 8
3.3 Saya Tidak Tahu …………………………………………………………..…….. 9
BAB 4 PETA MASALAH ………………………………………………………………... 10
BAB 5 TUJUAN PEMBELAJARAN ………………...……………………………………….. 11
BAB 6 TINJAUAN PUSTAKA ……………………………..……………...….. 12
BAB 7 PETA KONSEP …………...………………………………………...………….. 35
BAB 8 DAFTAR PUSTAKA ………………………...…………………………………….... 36

2
SKENARIO

History of present illness;

Diabetic nephropathy

Mr. Hasan, 45 years old man, came to visit his family doctor due to feeling of restlessness. He had this
feeling since a month ago. He noted that since 6 month ago, he always felt thirsty, and he need more
water drink. He also said that recently, during the night he went to the toilet 4 to 5 times, which he had
never had before. His parents and his older brother known as a diabetic patients.

Pshycal examination;

Beide high blood pressure (150/100 mmHg), no other other normalities were found

Laboratory examinations;

 Fasting blood glucose : 180 mg/dL (N: 70-110)


 2 hrs PP blood glucose : 300 mg/dL (N: < 140)
 Total cholesterol : 280 mg/dL (N: 150-220)
 HDL – cholesterol : 24 mg/dL (N: > 35)
 LDL – cholesterol : 200 mg/dL (N: 100-150)
 Trygliceride : 300 mg/dL (N: 150-250)
 Urine glucose : +++
 Urine protein : +++

From the history, physical examination and laboratory evaluation, doctor diagnosed this man as having
diabetic nephropathy. Doctor plan to give oral antidiabetic with diet of 2000 cal/day and performed
more exercise.

3
BAB I

KATA SULIT

1. Diabethic nephropathy
2. Anti diabetes oral
3. Gula darah puasa
4. Urine protein
5. Urine glukosa
6. HDL cholesterol
7. LDL cholesterol
8. Trigliserida
9. Total kolesterol

KLARIFIKASI

1. Jenis penyakit ginjal progresif yang terjadi pada orang dengan diabetes.
2. Obat yang bekerja dengan cara menurunkan produksi glukosa di hati dan meningkatkan
sensitivitas tubuh terhadap insulin, sehingga tubuh Anda bisa menggunakan insulin lebih
efektif.
3. Tes gula darah puasa yang dilakukan setelah Anda berpuasa selama 8 jam.
4. Suatu kondisi di mana urin mengandung jumlah protein yang tidak normal.
5. Suatu kondisi di mana urin mengandung jumlah glukosa yang tidak normal.
6. HDL cholesterol disebut juga dengan kolesterol baik.
7. LDL cholesterol disebut juga dengan kolesterol jahat.
8. Salah satu jenis lemak yang banyak ditemukan di dalam darah.
9. Keseluruhan jumlah kolesterol yang ditemukan dalam darah, terdiri dari kolesterol LDL,
kolesterol HDL, dan 20% Trigliserida.

4
BAB II

DAFTAR MASALAH

1. Apakah riwayat penyakit keluarga ada hubungannya dengan penderita diabetes?

2. Apakah sering merasa haus dengan seringnya buang air kecil merupakan tanda dari adanya
penyakit diabetes ?

3. Mengapa penderita diabetes harus melakukan diet 2000 kalori/hari dan olahraga ?

4. Apakah hipertensi ada hubungannya dengan penyakit diabetes?

5
BAB III
BRAINSTORMING

1. Iya ada. Riwayat penyakit keluarga dapat menjadi pendeteksi bagi orang yang memiliki keluarga
dengan diabetes. Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit kronis yang komplikasinya dapat
mengancam jiwa. Diabetes mellitus dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, ada faktor yang tidak
dapat di ubah dan faktor yang dapat diubah. Keturunan merupakan salah satu faktor yang tidak dapat
diubah. Faktor yang tidak dapat diubah diantaranya adalah riwayat penyakit keluarga atau keturunan,
dimana jika dalam keluarga orang tersebut ada yang memiliki penyakit diabetes mellitus maka orang
tersebut beresiko 4 kali lebih besar untuk menderita diabetes mellitus.

2. Sering merasa haus dan seringnya buang air kecil pada malam hari (Nokturia) dapat disebabkan
oleh gaya hidup atau kondisi medis. Gejala yang ditimbulkan oleh nokturia adalah produksi urin
yang berlebihan, frekuensi buang air kecil yang sering, dan merasa ingin buang air kecil, namun
urin yang dikeluarkan sedikit.

Salah satu penyebab nokturia adalah diabetes. Orang yang menderita diabetes pada malam hari,
akan terjadi peningkatan glukosa pada ginjal, sehingga menarik banyak cairan ke dalam urin. Hal ini
dapat meningkatkan pembentukan urin sehingga akan terjadi gangguan buang air kecil pada malam
hari.

3. Karena dengan melakukan diet dan olahraga dapat mengurangi tingkat gula darah dan dapat untuk
mempertahankan berat badan yang sehat. Selain itu olahraga dapat meningkatkan efisiensi insulin,
menurunkan tekanan darah, mengurangi kolesterol jahat, membangun kekuatan otot serta mengontrol
gula darah yang dimiliki. Oleh karena itu dengan olahraga dan diet bisa membantu mengontrol
penyakit agar tidak parah.

4. Ada. Diabetes yang terus dibiarkan tanpa pengobatan lama-lama menyebabkan kerusakan
pembuluh darah dan peningkatan penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah. Penumpukan
lemak ini dapat meningkatkan risiko pembuluh darah menyempit karena tersumbat hingga akhirnya
mengeras. Kondisi ini disebut aterosklerosis. Aliran darah yang kencang dari jantung jadi terhambat
karena tidak semuanya bisa melewati pembuluh yang sempit. Akibatnya, jantung harus bekerja lebih
keras lagi untuk memompa darah. Inilah yang menyebabkan tekanan darah lama-lama meningkat
kalau Anda punya diabetes. Efek resistensi insulin akibat diabetes dapat menyebabkan hipertensi.
Selain itu, resistensi

6
insulin memicu ketidakseimbangan kadar garam dan kalium yang menyebabkan peningkatan volume
cairan tubuh. Hal ini dapat menyebabkan penyempitan arteri, yang lama lama menaikkan tekanan darah
hingga berisiko hipertensi.

7
INFO LAIN

Pemeriksaan Laboratorium :

• Fasting blood glucose adalah tes gula darah puasa yang dilakukan setelah Anda berpuasa
selama 8 jam.
• 2 hrs PP blood glucose adalah memeriksa kadar gula darah setelah 2 jam makan.
• Total cholesterol adalah keseluruhan jumlah kolesterol yang ditemukan dalam darah, terdiri
dari kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan 20% Trigliserida.
• HDL – cholesterol adalah kolesterol baik
• LDL – cholesterol adalah kolesterol jahat
• Trygliceride adalah salah satu jenis lemak yang banyak ditemukan di dalam darah.
• Urine glucose adalah suatu kondisi di mana urin mengandung jumlah glukosa yang tidak
normal.
• Urine protein adalah suatu kondisi di mana urin mengandung jumlah protein yang tidak
normal.

8
SAYA TIDAK TAHU

 Gula darah acak atau gula darah sewaktu adalah jenis pemeriksaan gula darah yang dilakukan
kapanpun tanpa memperhatikan wkatu maupun kondisi seseorang. GDA ini bisa di lakukan saat
pasien bangun tidur, sedang beraktifitas, setelah makan ngemil dan lain-lain. Pagi sore malam
pun tidak ada masalah. Oleh karena itulah disebut pengukuran gula darah acak. Biasanya jika
normal, maka akan di temukan angka gula darah yang ada didalam batas normal. Adapaun
angkanya bisa berubah kapanpun, sesuai dengan aktifitas dan jenis makanan yang dia makan
sebelum tes. Namun pada umumnya kadar normal gula darah berada di angka 80-120 mg/dL atau
4.4-6.6 mmol/L jika melakukan tes sebelum makan atau setelah bangun tidur dan angka normal
adalah 100-140 mg/dL atau 5.5-7.7 mmol/L Jika melakukan tes pada waktu ingin tidur.

9
BAB IV

PETA MASALAH

Pak Hasan, 45 tahun

Anamnesis :

- Merasa gelisah - Poliuria

- Polidipsi - Riwayat keluarga DM +

Poliuria

Pemeriksaan Fisik :

Tekanan Darah tinggi

Pemeriksaan Lab :

Glukosa Puasa : 180 mg/dL (N: 70-110)

Glukosa 2 jam pp : 300 mg/dL (N: <140)

Kolesterol total : 280 mg/dL (N: 150 – 220 )

HDL – Cholesterol : 24 mg/dL (N: >35)

LDL – Cholesterol : 200 mg/dL (N: 100 – 150 )

Trigliserida : 300 mg/dL (N: 150 – 250 )

Glukosa Urine : +++

Protein Urine : +++

DIABETIC NEPHROPATY

10
BAB V

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Menjelaskan pengumpulan urin


2. Menjelaskan teknik pengumpulan urin
3. Menjelaskan penyimpanan dan pengawetan urin
4. Menjelaskan pengumpulan cairan serebrospinal, sinovial cairan, cairan pleura, perikardial, dan
cairan peritoneum.
5. Jelaskan transportasi spesimen
6. Jelaskan komponen urinalisis dasar (rutin)
7. Jelaskan pemeriksaan sedimen urin
8. Jelaskan pemeriksaan cairan serebrospinal
9. Jelaskan pemeriksaan cairan sinovial
10. Jelaskan pemeriksaan cairan pleural
11. Jelaskan pemeriksaan cairan perikardium
12. Jelaskan pemeriksaan cairan peritoneum
13. Lakukan urinalisis rutin
14. Hubungkan masalah bioetika dan humaniora dengan kasus ini
15. Hubungkan konsep CRP dengan kasus ini
16. Hubungkan masalah kesehatan masyarakat dengan kasus ini

11
BAB VI

TINJAUAN PUSTAKA

1. Urine Sewaktu ( Random )


- Dapat dikumpulkan sewaktu-waktubila dibutuhkan pemeriksaan
- Lebih baik menggunakanurine pagi hari mengingatkonsentrasi analittertentu akan tinggipada
pagi hari dan penurunan pH oleh karena menurunnya respiration rate selamatidur
- Dapat dikumpulkan pada tempat penampung yang bermulut lebar, bebas bahan kimia, dapat
terbuat dari bahan kaca atau plastik.
Urine Porsi Tengah ( Cleancatch )
- Penting untuk pemeriksaan ada tidaknya bakteri
- Cara: Pertama bersihkan bagianluar dari genital denganantiseptic, pasien mulaiberkemih,
berhenti pada tengahurine dan buang bagianawalurine, tampungbagiantengah, apabila hendak
berakhir segera tarik tempat penampungan urine tersebut.
Urine Tampung 24 jam
- Ditampung selama 24 jam.
- Sangat sulit dilakukan dan membutuhkan kerjasama dengan pasien.
- Permasalahan yang sering terjadi: waktu seringkali tidak 24 jam, urine terlalu banyak.
- Dapat diatasi dengan menuliskan dan menjelaskan jam dimulainya penampungan hingga
selesainya penampungan. Pasien diingatkan untuk membuang urine pagi hari, baru kemudian
setiap kali berkemih di tamping sampai 24 jam.
- Akhir penampungan ditulis volume urine selama 24 jam.
- Disiapkan untuk aliquot 40ml untuk pemeriksaan urine.
- Untuk pemeriksaan urobilinogen (berhubungan dengan penyakit liver) sangat dipengaruhi oleh
variasi diurnal dimana kadar paling tinggi diperoleh pada sore hari, sehingga pengambilan sampel
urine untuk pengukuran kadar urobilinogen dapat diambil pk 14.00-16.00.
2. Urethtral Catether
- Catether sendiri dapat menyebabkan infeksi(Hati-hati!!)
- Untukcatethertidak boleh diambil dari bag urine, cara yang dapat dilakukan adalah ketika
dimasukkan catether, urine dapat dikumpulkandan diperiksa, setelah itu dilanjutkandengan
pencuciandari bladder atau dapat diambil dari pungsi suprapubic.
Urine dari pelvis renalis
- Melalui cystoscopy tetapi harusdituliskanan/kiri.
Urine pagi hari

12
- Penting untuk pemeriksaan tertentu (kehamilan), pemeriksaan sitologi Anak-anak (pediatric)

- hindari kontaminasi feces atau dapat menggunakan pediatric urine bag collection.

3. - Pengawetanurine dibutuhkan apabila urine tidak segera diperiksa.


- Urine yang tidak diawetkanakan mengalamiperubahan mikrobiologi dan kimiawi.

Perubahan yang Terjadi Penyebab perubahan


Perubahan warna Pemecahan atau perubahan chromogen atau analit
dari urine (misal: hemoglobin, melanin,
homogentisic acid, porphyrins).
Perubahan bau Pertumbuhan bakteri, penguraian
pH rendah palsu Glukosa di ubah menjadi asam dan alkohol oleh
bakteri yang memproduksi ammonia ; kehilangan
karbondioksida.
pH tinggi palsu Pemecahan urea oleh bakteri, pembentukkan
ammonia.
Negatif palsu glukosa Penggunaan glukosa oleh bakteri
Negatif palsu bilirubin & urobilinogen Terpapar oleh cahaya
Positif palsu nitrit Nitrit akan dihasilkan oleh bakteri pada
pemeriksaan urine yang tertunda pemeriksaannya.
Negatif palsu nitrit Nitrit akan terurai menjadi bitrogen dan menguap.
Peningkatan bacteriura Penggandaan bakteri akibat urine yang tertunda
pemeriksaannya.
Rusaknya sel / silinder Lingkungan yang tidak stabil, terutama pada urine
yang alkalis, urine yang hipotonis atau keduanya.

Pengawet Test atau Jenis Pemeriksaan


Penyimpanan di refrigerator ( tanpa Amino acids, amylase, calcium, citrat copper,
pengawet ) creatinine, delta ALA, glucose, 5-HIAA, heavy
metals (arsenic, lead, mercury), sodium, urea, uric
acid, xylose toleran.
Asam Borat 10 g Aldosterone, Cortisol.
10 ml Hcl 6N Catecholamines, cystine, homovanilli
hydroxyproline, metanephrines.
Natrium Fluoride 0,5g Glukosa.
Jika pemeriksaan lebih dari 2 jam ( dapat Pemeriksaan sitologi
ditambahkan 50% alkohol, fiksasi saccomano,
dan surepath atau pengawet CT )

13
4. –

5. Transport Sampel Urine

Transport sampel dara, urine, cairan tubuh dan jaringan sangat menentukan pemeriksaan. Yang harus
dihindari waktu transport : tidak boleh diguncang terlalu hebat (missal darah) karena akan menyebabkan
hemolysis, tidak boleh terpapar cahaya langsung missal pemeriksaan bilirubin, untuk pemeriksaan yang
tidak stabil (ammonia) aktifitas plasma renin sampel disimpan pada suhu 4 C dan waktu pengiriman
sampel harus diberikan ice.

Pengiriman spesimen urine


Pemeriksaan urinalisis yang baik harus dilakukan pada saat urine masih segar (kurang dari 1 jam),
atau selambat-lambatnya dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan. Penundaan ketika berkemih dan
pemeriksaan urine dapat mempengaruhi stabilitas spesimen dan validitas hasil pemeriksaan. Spesimen
urine yang tidak dapat dikirim dan diuji dalam waktu 2 jam harus didinginkan atau diberi bahan
pengawet yang tepat (Riswanto, dan Rizki, 2015).

6. Pemeriksaan Urine Dasar

A. MAKROSKOPIS
URINE Jumlah (volume)
urine

Mengukur jumlah urine bukan merupakan pemeriksaan rutin, tetapi dikerjakan bila terdapat
indikasi tertentu.

Pemeriksaan ini berguna untuk ikut menentukan adanya gangguan faal ginjal, kelainan dalam
kesetimbangan cairan badan dan untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau
semikuantitatif dengan urine (mis. berapa gram proteinuria dalam 24 jam).

14
Jumlah normal urine 24 jam dipengaruhi antara lain oleh; umur, berat badan, minuman, suhu
lingkungan, aktifitasnya.

Jumlah urine 24 jam rata-rata : 800-1300 ml untuk dewasa.

Jika diperhitungkan per kg berat badan, jumlah urine anak-anak relatif lebih besar, yaitu 3-4 kali
dari orang dewasa.

Warna
urine

Urine normal berwarna kuning pucat sampai tua tergantung encer atau pekatnya urine, warna
ini disebabkan oleh warna urochrom.

Warna abnormal :

1. Kuning tua dan bila urine dikocok buihnya berwarna kuning, kemungkinan
mengandung bilirubin ( pada hepatitis )

2. Kemerahan keruh , kemungkinan suatu hematuria.

3. Kemerahan jernih, kemungkinan hemoglobinuria atau myoglobinuria

4. Coklat kehitaman, kemungkinan hemoglobinuria / hematuria dalam suasana urine asam.

Bau urine

Urine segar yang normal tidak berbau (tergantung makanan).

Berbau ammonia (akibat urea dipecah oleh bakteri), kemungkinan terdapat infeksi traktus
urinarius.

Berbau manis seperti buah, kemungkinan terdapat ketonuria (pada DM).


Berbau busuk kemungkinan tedapat kanker buli-buli.

B. URINALISA (KIMIAWI
URINE) Berat jenis

Berat jenis normal : 1.015 – 1.025 Berat jenis urine tergantung dari diuresis (jumlah produksi
urine) , semakin besar diuresis makin
15
rendah berat jenis dan sebaliknya. Bila seseorang setelah makan sore tidak diberi lagi minum semalam
dan urine malam hari dibuang, bila berat jenis urine pagi hari > 1.025, berarti fungsi pemekatan ginjal
baik (dengan syarat tidak ada glukosuria atau proteinuria). Isosthenuria adalah berat jenis urine selalu
sekitar 1.010.

Derajad keasaman (pH):

pH urine normal: 4,5 – 8,5

pH urine dapat memberikan informasi yang penting tentang status asam-basa penderita jika
digabungkan dengan gejala klinik dan data laboratorium yang lain.

Mis. pH turun (asam) terdapat pada diarrhea berat, dehidrasi, fever.

Pada penderita renal tubular acidosis, tubuli ginjal gagal mengeluarkan ion H, sehingga
pH urine akan tetap netral walaupun didalam tubuh terjadi acidosis.

pH naik (alkali) terdapat pada penyakit ginjal akut atau kronik, muntah-muntah
berat, alkalosis respirasi.

Tetapi urine alkali juga dapat terjadi jika terdapat kuman yang memecah ureum
menjadi amonia (urine > 2 jam), atau memang terdapat infeksi pada traktus
urogenetalis.

Proteinuria.

Protein plasma umumnya tidak terfiltrsi karena dipertahankan oleh membrana basalis
glomeruli, tetapi protein kecil dengan BM kurang 40.000 difiltrasi oleh glomeruli tetapi akan
direabsorpsi lagi oleh sel-sel tubuli dan kurang dari 1% nya keluar bersama protein yang disekresi
tubuli dalam urine. Sebagian dari proteinuria normal terdiri atas α1 - microglobulin dan protein
Tamm-Horsfall yang disekresi oleh sel-sel tubulus, dimana protein Tamm-Hosrfall merupakan
matrik dasar dari silinder ( cast ).

Proteinuria merupakan indikator yang sangat penting untuk mengetahui adanya kelainan ginjal,
karena proteinuria sering terdapat pada sebagian besar penyakit ginjal. Urine normal mengandung
protein kurang dari 100 mg/l , dimana kadar albuminnya hanya 10 – 15% dan jumlah ini tidak
terdeteksi dengan pemeriksaan biasa, pemeriksaan proteinuria dengan test strips baru terdeteksi
bila kadar proteinuria lebih 150 – 300 mg/l

16
Microalbuminuria adalah albuminuria ringan persisten dimana terdapat kadar albumin dalam
urine 20 – 200 mg/l. Microalbuminuria ini memberi petunjuk dini bahwa mulai terjadi
nefropatia

pada penderita diabetes mellitus maupun hipertensi.

Pemeriksaan untuk menentukan keberadaan microalbuminuria adalah Micral-Test

Penyebab proteinuria :

1. Terjadi kerusakan membran kapiler glomeruli yang menyebabkan protein BM tinggi


dapat terfiltrasi ( mis. Glomerulonefritis, DM )

2. Terjadi peningkatan sekresi protein oleh sel-sel tubulus kedalam lumen ( mis.

Pielonefritis ) .

3. Terjadi peningkatan kadar protein BM rendah dalam plasma yang melebihi nilai
ambang reabsorpsi tubuli ( mis. protein Bence Jones yang terdapat pada Mieloma
multipel)

4. Terjadi penurunan daya reabsorpsi tubuli terhadap protein BM rendah yang telah
difiltrasi oleh glomeruli ( mis. Renal tubular acidosis, acute renal failure )

Protein Bence Jones yang terdiri atas rantai kappa atau lamda dari imunoglobulin yang bersifat
menggumpal pada suhu 40 – 60 C, tetapi pada suhu lebih tinggi atau lebih rendah dari suhu
tersebut protein ini akan larut kembali.

Glukosuria

Dalam keadaan normal glukosa yang difiltrasi glomeruli, semuanya akan direabsropsi secara
aktip oleh tubulus proksimalis. Bila kadar glukosa darah sangat tinggi seperti pada diabetes
mellitus, maka proses reabsorpsi akan terhenti dan glukosa filtrat akan keluar bersama urine.

17
Nilai ambang (Renal threshold) terhadap glukosa adalah kadar glukosa darah yang dapat
menyebabkan terhentinya reabsorpsi glukosa di tubuli (normal: 160 – 180 mg/dl).

Glukosuria terdapat pada:

• Diabetes mellitus

• Gangguan reabsorpsi pada tubulus seperti:

- Sindroma Fanconi

- Penyakit ginjal yang parah

• Kerusakan otak

• Sindroma Cushing

Ketonuria

Benda keton merupakan hasil metabolisme intermediet lemak yang terdiri atas aseton, asam
aseto-asetik dan asam beta hidroksi butirat. Apabila metabolisme berjalan sempurna akan
terbentuk air dan CO2, maka di dalam urine tidak terdapat keton. Tetapi apabila penggunaan
karbohidrat sebagai sumber energi terhambat atau tidak ada, maka lemak tubuh akan dimetabolisir
dan akan menimbulkan ketouria.

Ketonuria terdapat pada:

• Diabetes melitus

• Muntah-muntah yang parah

• Pada kelaparan atau program penurunan berat badan yang tidak mendapat karbohidrat
sama sekali.

Pemeriksaan keton urine di klinik terutama untuk pengelolaan penderita diabetes melitus.

Hematuria

Gross hematuria adalah suatu keadaan dimana terdapat eritrosit


di dalam urine yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

Microskopic hematuria adalah suatu keadaan dimana terdapat eritrosit di dalam urine, tetapi
hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop.
18
Hematuria berhubungan sangat erat dengan kelainan traktus urogenetalis sebagai akibat trauma
atau iritasi pada organ tersebut.

Hematuria terdapat pada:

• Urolitiasis

• GNA (Glomerulo nefritis akuta)

• Trauma traktus UG

• Tumor traktus UG

• Radang kandung kemih (Cystitis)

• Keracunan bahan kimia atau obat-obatan

Hemoglobinuria

Pada peristiwa hemolitik intravaskuler akan terbebas hemoglobin dan masuk ke dalam plasma,
dan bila jumlahnya berlebihan akan difiltrasi oleh glomeruli dan keluar bersama urine.

Hemoglobinuria terdapat pada:

• Reaksi transfusi hemolitik

• Luka bakar yang luas

• PNH ( Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria )

• Malaria tropika.

Bilirubinuria

Bilirubinuria memberi petunjuk adanya penyakit hati jauh sebelum gejala klinik ikterus terlihat
jelas. Bilirubin ini merupakan bilirubin direk/glukoronat yang bersifat larut dalam air dan
dialirkan dari hati ke dalam usus lewat saluran empedu

19
Bila terjadi kerusakan atau sumbatan pada salurannya, bilirubin ini akan masuk sirkulasi
kemudian difiltrasi oleh glomeruli dan keluar bersama urine.

Bilirubinuria terdapat pada :

• Hepatitis

• Sumbatan saluran empedu (mis. Karsinoma caput pankreas)

• Sirosis hepatis.

Urobilinogenuria / Urobilinuria

Bilirubin di dalam usus akan dirubah menjadi urobilinogen dan sterkobilinogen.

Uroblinogen diabsorbsi oleh dinding usus masuk sirkulasi kemudian difiltrasi oleh glomeruli
dan keluar bersama urine. Jadi dalam keadaan normalpun urobilinogen terdapat di dalam urine.
Urobilinogen dan sterkobilinogen bila teroksidasi berubah menjadi urobilin dan sterkobilin.
Urobilinogenuria meningkat terutama pada peristiwa hemolitik seperti :

• AIHA (Auto immun hemolytic anemia)

• Thalassemia

• Malaria

Nitrit

Tes nitrit yang terdapat pada reagen strip digunakan untuk tes penyaring adanya infeksi traktus
UG. Sebagian besar infeksi traktus urogenetalis bermula dari infeksi kandung kemih dan
seringkali tanpa gejala klinik. Infeksi ini disebabkan oleh kontaminasi bakteri dari luar dan
secara retrograde naik lewat ureter ke pelvis renalis menuju tubuli renalis menjadi pielonefritis
dengan segala komplikasinya.

Pemeriksaan nitrit urine untuk:

• Penyaring infeksi traktus urogenetalis (mis. Cystitis, Pielonefritis)

• Evaluasi terapi antibiotik pada infeksi saluran kemih

• Memantau pasien yang sangat mudah mengalami infeksi saluran kemih (mis. diabetes
mellitus)

20
• Penyaring kultur urine Urine yang diperiksa harus segar, apabila yang diperiksa urine
terlalu lama akan terjadi positip palsu (akibat terkontaminasi bakteri dari luar)

C. Mikroskopis urine (Sedimen Urine)

Hasil pemeriksaan mikroskopi harus ada korelasi dengan pemeriksaan makroskopi dan
kimiawi, bila tidak cocok perlu dilihat kemungkinan ada kesalahan tehnik atau administrasi.

Pada pemeriksaan mikroskopi, karena objek yang diperiksa mempunyai indek refraksi rendah,
maka diafragma harus dikecilkan untuk mengurangi cahaya, agar sedimen mudah dilihat.

Apabila sedimen dicat Sternheimer-Malbin, maka sel-sel darah, epitel dan silinder menjadi lebih
jelas strukturnya serta lebih kontras inti dan sitoplasmanya.

Eritrosit

Dalam keadaan normal eritrosit urine: 0-2/lpb (lapangan pandang besar = 400 X )

Jumlah eritrosit yang meningkat memberi petunjuk adanya kerusakan membran glomerulus atau
pembuluh darah traktus urogenetalis.

Hematuria terdapat pada:

• Glomerulonefritis

• Batu ginjal

• Trauma traktus urogenetalis

• Infeksi akut, keracunan, reaksi imunologis, keganasan atau kelainan darah yang
menimbulkan kerusakan pembuluh darah kapiler ginjal.

Perlu diingat bahwa pada wanita, hematuria dapat terjadi karena urine terkontaminasi darah
menstruasi

21
Leukosit

Dalam keadaan normal lekosit urine : 0-5/lpb

Peningkatan jumlah lekosit urine memberi petunjuk adanya keradangan pada traktus
urogenetalis seperti:

• Pielonefritis

• Prostatitis

• Uretritis

• Cystitis

Epitel

Peningkatan luar biasa epitel tubulus dalam urine memberi petunjuk adanya nekrosis tubuli
seperti bila terjadi reaksi penolakan pada transplantasi ginjal. Apabila lipid atau kholesterol
terfiltrasi glomerulus seperti yang terjadi pada sindroma nefrotik, maka sel-sel epitel tubuli akan
menyerap lipid tersebut, dan bila sel-sel tadi lepas di dalam urine, akan terlihat sel-sel epitel
tubuli yang dipenuhi titik-titik lipid yang disebut Oval fat bodies.

Silinder

Silinder atau casts yang terbentuk terutama di dalam tubulus distalis dan duktus coligentes,
dapat memberi gambaran tentang keadaan nefron.

Bahan utama silinder adalah mucoprotein Tamm-Horsfall, dan agar dapat terbentuk silinder
diperlukan kondisi urine tertentu yaitu:

• pH rendah

• peningkatan kadar solut

• penurunan kecepatan aliran urine (stasis)

Bentuk silinder tergantung dimana ia tercetak, bila terbentuk di duktus coligentes akan tampak
besar-besar, sedangkan bila terbentuk di loop of Henle atau tubulus kelok distal akan terlihat
seperti berekor disebut silindroid dan mempunyai makna sama. Karena silinder yang akan
22
terbentuk dipengaruhi oleh sel-sel yang terjerat disitu dan lama tinggal silinder di dalam tubuli,
maka terdapat berbagai macam silinder yaitu:

1. Silinder Hialin

Dalam keadaan normal: 0-2/lpk (lapangan pandang kecil =


100X) Jumlahnya meningkat pada :

• Latihan jasmani yang berat (mis. pelari maraton)

• Dehidrasi

• GNA, Pielonefritis

• Congestive heart failure

2. Silinder Eritrosit

Bila di dalam urine terdapat silinder ini, memberi petunjuk bahwa telah terjadi perdarahan
di nefron.nSilinder ini terutama berhubungan erat dengan penyakit GNA atau latihan
jasmani yang berat, tetapi juga dapat terlihat pada kerusakan glomerulus, tubulus dan
kapiler renalis.

3. Silinder Lekosit

Bila di dalam urine terdapat silinder ini, memberi petunjuk bahwa telah terjadi infeksi
atau keradangan di nefron, seperti pada Pielonefritis.

4. Silinder Epitel

Bila pada saat terbentuk silinder hialin bersamaan terjadi kerusakan tubuli, maka sel epitel
tubuli yang lepas ikut terperangkap dan akan terbentuk silinder epitel.

5. Silinder granuler

Apabila silinder seluler (epitel tubuli atau lekosit) tinggal lama di dalam tubuli akibat terjadi

23
stasis aliran urine, maka sel-selnya akan mengalami disintegrasi menjadi granula dan
terbentuklah silinder granuler.

6. Silinder lilin (Waxy)

Silinder ini merupakan tahap lanjut dari silinder hialin, tampak refraktil dan mudah
patah, sehingga sering terlihat dalam bentuk fragmen. Arti klinis silinder ini
memberi petunjuk adanya stasis aliran urine yang cukup lama, dan prognose
penyakit kurang baik.

7. Silinder lemak (Fat)

Silinder ini berasal dari silinder epitel tubuli yang mengandung lemak ( oval fat bodies )
yang karena tinggal lama di dalam tubuli kemudian mengalami disintegrasi sel-selnya
dan akan terlihat butir-butir lemak dalam silinder. Silinder ini dapat dijumpai pada
Sindroma nefrotik.

Kristal

Dalam keadaan normal bila suasana urine asam terdapat kristal urat dalam berbagai bentuk
dan warna dari kuning sampai coklat kemerahan, dan ca-oxalat. Sedangkan dalam suasana
alkali akan

dijumpai kristal fosfat. Kebanyakan kristal urine ini tidak mempunyai arti klinik.

Kristal patologik yang dapat


dijumpai:

• Cystine

• Cholesterol

• Leucin

• Tyrosine

7. Pemeriksaan Sedimen Urine

Metode Pemeriksaan sedimen urine :

 Mikroskop cahaya ( Brightfield microscope)

 Mikroskop fase kontras ( Phase-contrast microscope)

24
 Mikroskop Polar ( Polarized microscope)

 Jumlah Kuantifikasi sel

Pemeriksaan dibawah mikroskop

 Pemeriksaan dalam bidang daya rendah (100x -200x) - 30 bidang: enumerasi gips, lender dan
sel epitel skuamosa

 Pemeriksaan di bawah bidang daya tinggi (400x) -20 bidang: penghitungan semua yang
lainpartikel, penilaian jenis gips.

Gambar A. Middle of the coverslip Gambar B. Edge of the coverslip

• Pencacahan partikel

o Jumlah partikel per HPF - eritrosit, leukosit, sel epitel tubular

o Enumerasi semi kuantitatif (0 - 4+): bakteri, jamur, lendir

o Dismorphism eritrosit - menghitung 100 eritrosit - persentase eritrosit dysmorphic

25
o Penting untuk membandingkan hasilnya dengan dipstick uji
Gambar C. Phase Contrast gambar D. Bright field

Phase Contrast Microscopy

C D

Glovanni B. Fogazzi. The Urinary Sediment. An integrated View. 3 rd edition. 2009 Copyright
Elsevier

Polarised light microscopy

26
Glovanni B. Fogazzi. The
rd
Urinary Sediment. An integrated View. 3 edition. 2009 Copyright Elsevier

 Identifikasi struktur yang mempolarisasi cahaya

o Kristal

o Lemak

 Tidak dilakukan secara rutin pada setiap sampel, hanya untuk identifikasi kristal atau pada
sampel yang dicurigai mengalami lipiduria.

27
Polarised light microscopy

8. Cairan Otak ( Cerebrospinal Fluid)

 Perlu dilakukan suatu Lumbal Pungsi (LP) untuk mengetahui apakah terjadi suatu
infeksi /meningitis (bakteri, jamur, mycobacterium atau amoeba), keganasaan,
perdarahan subarachnoid, multiple sclerosis atau penyakit demyelinisasi

 Lumbal puncture harus dibedakan dengan pegambilan sumsum tulang.

28
 Lumbal Pungsi dilakukan di L3-L4 atau L4-L5

 Pengambilan sumsum tulang / bone marrow pada orang dewasa dilakukan di spina
iliaca posterior superior, spina iliaca anterior superior atau sternum

 Efek LP : terjadi herniasi otak dan peningkatan tekanan intracranial otak, kelumpuhan
(paralysis)

 Kontraindikasi LP : infeksi kulit sekitar pengambilan selulitis atau abses epidural

Di siapkan 3 tabung pada LP :

 Tabung 1: digunakan untuk pemeriksaan kimia klinik yaitu glukosa dan


protein atau pemeriksaan immunologi/serologi

 Tabung 2: Digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi yaitu kultur dan


pengecatan gram

 Tabung 3: Digunakan untuk pemeriksaan hematologic yaitu pemeriksaan


jumlah sel, tabung 3 biasanya paling akhir, karena sangat sedikit kontaminasi
darah saat

tindakan LP

29
9. Synovial Fluid

Cairan Sendi (Synovial Fluid)

 Cairan sendi akan berbeda dengan cairan tubuh lain karena mengandung asam hyaluronat
(mucin) dan dapat mengandung kristal.
 Dapat diambil dengan arthocentesis (mengambil dengan syringe), kemudian ditambahkan
antikoagulan (25 unit heparin per ml cairan sendi), Tidak boleh digunakan antikoagulan
Oxalate, serbuk EDTA maupun lithium heparin
 Dapat dilakukan pemeriksaan: kultur mikrobiolog hematologic (hitung jenis), dan kimia
klinik

Cairan Sendi/Sinovial (Arthrocentesis)

Pra analitik :
Persiapan alat & bahan
Persiapan petugas dan pasien
Pengambilan sampel cairan sendi 10 – 20 mL, dibagi ke 4 tabung :
tabung 1 = tanpa antikoagulan (makroskopis, viskositas, tes musin)
Tabung 2 = dengan antikoagulan EDTA (mikroskopis, hitung jenis leukosit, jumlah sel
Tabung 3 = mikrobiologi
Tabung 4 = tanpa antikoagulan (kimia, imunologi/serologi)

10. Pleura Fluid

Cairan Pleura (Pleura Fluid)

Rongga pleura = antara pleura visceralis-pleura parietalis


Mengandung cairan 1- 10 mL cairan pleura (normal)
Sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura saat bernafas

Pleura = membran tipis, terdiri dari 2 lapis


1. Pleura visceralis (membungkus paru paru)
2. Pleura parietalis (melapisi rongga dada)

Keseimbangan cairan di rongga pleura, balance = tekanan koloid osmotik kapiler, permeabilitas
dinding kapiler, tekanan hidrostatik

30
 Cairan pleura: ultrafiltrasi plasma darah,terbentuk terus menerus dalam rongga pleura, normal
memproduksi cairan 1-10 ml diproduksi oleh pleura parietalis pada dinding dada dan pleura
visceralis yang menutupi paru.
 Cairan pleura berfungsi sebagai pelicinalami untuk kontraksi dan pengembangan paru selama
respirasi dan diabsorbsi oleh sistem limfe dan venula di pleura

Efusi Pleura

Definisi = akumulasi cairan pleura abnormal


1. Peningkatan permeabilitas kapiler krn inflamasi (pneumonia, pleuritis)
2. Penurunan tekanan koloid osmotik (hipoproteinemia)
3. Peningkatan tek. Hidrostatik (tekanan vena meningkat misal : hipertensi vena pd payah jantung)
4. Hambatan aliran limfe (tumor, inflamasi, fibrosis)
5. Tekanan negatif intrapleura (atelektasis)
6. Perpindahan cairan dari rongga peritoneum ke rongga pleura
7. Obat-obatan

Indikasi pengambilan cairan pleura

1. Mengetahui etiologi efusi (transudat atau eksudat)


2. Mengurangi gejala (dyspneu/ sesak nafas)
3. Menghindari kumpulan darah atau nanah
4. Mengurangi cairan pleura, memasukkan obat

11. Pericardium Fluid

Cairan Perikardium

 Definisi = cairan yg berada di dalam ruang perikardium (diantara perikardium viseralis dan
perikardium parietalis)

 Normal + jernih atau kuning pucat, jumlah 10 - 50 mL, steril


Sebagai pelumas, bantalan, mengurangi gesekan karena gerakan memompa jantung

 Indikasi pemeriksaan cairan perikardium


Akumulasi cairan berlebihan di rongga perikardium, evaluasi pengobatan tamponade jantung,
monitoring tekanan jantung pada kasus penyakit dg timbunan cairan di dlm ruang
perikardium

31
Perikardiosintesis

Jarum suntik: penusukan di sela iga V atau sela iga VI garis sternum kiri , dengan bantuan
ekokardiografi.

Cairan perikardium dimasukkan ketiga tabung :


1. Pemeriksaan Makroskopis dan mikroskopis
2. Pemeriksaan mikrobiologi
3. Pemeriksaan kimia dan serologi

Efusi Perikardium

Yaitu penumpukan cairan abnormal dalam rongga normal: 15-50 ml ada transudat (non inflamasi),
eksudat(inflamasi), pioperikardium, atau hemoperikardium.

 Inflamasi perikarditis akut


 Non inflamasi hipotiroid berat, gagal jantung kongestif, sirosis dan sindrom nefrotik.

14. PHOP

• Beneficence : Memberi nasehat atau pelayanan kepada pasien dengan baik

• Non – maleficence : Memberi obat atau saran pemeriksaan yang pasien perlukan

• Respect for Autonom : Menghargai pasien dalam mengambil keputusan

• Justice : melayani semua pasien tanpa memandang SARA

15

Faktor Host : Faktor genetik atau Gaya hidup Mr. Hasan

32
Faktor Agent : Kelebihan glukosa

Faktor Environment : Gaya hidup orang” disekitar Mr.Hasan

16. Five level of prevention diabetes nefropati

Promosi
Disability
Kesehatan Early Diagnosis
Primer Sekunder limitation
Tersier
Spesific Prom treatment
Cure/Dead
Protection

• Promosi Kesehatan  Penyuluhan tentang perilaku hidup yang baik

• Spesifik protection  Penyuluhan tentang risiko genetik

• Early diagnosis  Dilakukan pemeriksaan glukosa darah

• Prompt traetment  Pemeriksaan lebih lanjut serta pengobatan

• Disability limitation  bisa sembuh dengan penanganan yang tepat

BAB VII
PETA KONSEP

Diabetes
Tipe 2

Hiperglikem Intraglomeru Hipertensi


ia lar

Anamnesis :
Merasa gelisa
Polidipsia
Poliuria
Riwayat penyakit Keluarga DM +

Tekanan
Darah
33
Pemeriksaan Lab :
Glukosa Puasa : 180 mg/dL (N: 70-110)
Glukosa 2 jam pp : 300 mg/dL (N: <140)
Kolesterol total : 280 mg/dL (N: 150 – 220 )
HDL – Cholesterol : 24 mg/dL (N: >35)
LDL – Cholesterol : 200 mg/dL (N: 100 – 150 )
Trigliserida : 300 mg/dL (N: 150 – 250 )
Glukosa Urine : +++
Protein Urine : +++

Diabetic
Nephropaty

Oral Diet of 2000 More


Antidiabetic cal / day Exercise

34
BAB VIII

DAFTAR PUSTAKA

1. Bernard Henry J.MD, Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Method, WB


Saunders Co.18th Ed., 1991.

2. R.Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, Cetakan ke 6 , Jakarta, PT. Dian Rakyat,

1989.

3. Ross, Doris L, Neely, Ann.E, ; Textbook of Urinalysis and Body Fluids,Connecticut, Appleton

Century Crofts, 1987.

35

You might also like