You are on page 1of 12

Wa Ode Sifatu, Hasniah, Kearifan Lokal Suku Wanonii sebagai Salah satu Media Pendidikan Kebangsaan

KEARIFAN LOKAL SUKU WAWONII SEBAGAI SALAH SATU


MEDIA PENDIDIKAN KEBANGSAAN

(LOCAL WISDOMS OF WAWONII PEOPLE AS A MEDIUM OF


NATIONHOOD EDUCATION)

Wa Ode Sifatu
Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo
Jl. Syaikh Muhammad Al-Khidhir, Kambu, Kota Kendari,
Sulawesi Tenggara, Indonesia
E-mail: sifawaode@yahoo.co.id

Hasniah
Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo
Jl. Syaikh Muhammad Al-Khidhir, Kambu, Kota Kendari,
Sulawesi Tenggara, Indonesia
E-mail: hasniahantro67@gmail.com

Naskah diterima: 14/08/2019; direvisi akhir: 11/12/2019; disetujui: 01/17/2019

Abstract
Indonesia has been continuously facing some threats of national disintegration thanks to the
widespread of cultural misunderstandings among its people. Every Indonesian need to adapt to
its nation’s diversity and understand the local wisdom possessed by every ethnic group, including
that of Wawonii in Southeast Sulawesi. Other ethnic groups in Southeast Sulawesi have been
used to stereotype the Wawonii as having magical practices. The purpose of this article is to
analyze how the Wawonii people use their local wisdom in adapting to other ethnic groups. The
study adopts Bourdieu’s theory (1983) of forms of capital in analyzing the data collected from an
ethnographic method. The results show that among the Wawonii local wisdoms can be seen from
the ways they adapt to other ethnic groups. In expressing their high value of tolerance in any
daily interaction with other groups, they will trade off their identity by identifying themselves as
members of other ethnic groups. Wawonii people are known for their magical practices, which
are intended to maintain harmony so that everyone behaves with good attitudes in social life.
For Wawonii people, Government functions as protector, savior, and inspiration for their people.
However, when the government stands for mining companies entering their territory, the Wawonii
people can show a very strong response. Hence, the externalization stand the Wawonii people have
taken against the government is due to the government-mining companies’ alliance in Wawonii
Island.

Keywords: externalization, Wawonii people, nationality education.

Abstrak
Negara Indonesia terus menghadapi masalah disintegrasi bangsa, sehingga membutuhkan
cara beradaptasi yang digali dari kearifan lokal suku bangsanya, termasuk suku Wawonii di
Sulawesi Tenggara. Bagaimana pola adaptasi sosial suku Wawonii terhadap suku-suku lain yang
memandang mereka kental dengan praktik magis? Tujuan artikel ini untuk mengungkapkan
kearifan lokal suku Wawonii dalam beradaptasi terhadap suku-suku lain. Data dibaca dengan
pemikiran Bourdieu (1983) tentang form of capital dengan metode etnografi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kearifan lokal suku Wawonii dapat dilihat dari pola adaptasinya terhadap
suku-suku lain, yaitu rasa toleransi dengan menyatakan dirinya sebagai anggota dari suku lain
dalam berinteraksi. Orang Wawonii kental dengan praktik magis yang dimaksudkan untuk

103
Jurnal Kebudayaan, Volume 14, Nomor 2, Desember 2019

menjaga harmoni agar setiap orang bersikap dan berperilaku yang baik dalam kehidupan sosial.
Bagi mereka, Pemerintah adalah sebagai pelindung, penyelamat, sekaligus pemberi inspirasi bagi
masyarakat. Namun, ketika pemerintah memihak kepada pengusaha tambang yang masuk ke
wilayahnya, maka orang Wawonii bisa bertindak frontal. Jadi, sikap eksternalisasi orang Wawonii
terhadap pemerintah adalah sebagai dampak dari keberpihakan pemerintah kepada pengusaha
tambang di Pulau Wawonii.

Kata Kunci: eksternalisasi, orang Wawonii, pendidikan kebangsaan.

A. PENDAHULUAN orang Wawonii memiliki kelakuan yang baik yang


Masalah disintegrasi (lihat Polsby, 1794) dapat dicontoh, yaitu orang lain yang berkunjung
bangsa Indonesia seperti terjadinya berbagai ke wilayahnya tidak mengalami kehilangan
kerusuhan sosial di Aceh, Kalimantan, Poso, barang bawaannya meskipun tersimpan di rumah
Buton, Maluku, dan Papua karena Partai Politik tanpa pengaman. Kebiasaan tersebut dapat
yang bertugas sebagai penyelenggara negara menjadi materi pendidikan muatan lokal dalam
belum menggunakan ideologi Pancasila sebagai menghindari konflik antar-individu dan atau
aktual kesehariannya. Melalui media massa, antar-kelompok sehingga tercipta keharmonisan
masyarakat Indonesia sering diperlihatkan antarmasyarakat seperti yang dicita-citakan oleh
tindakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pendiri negara.
melakukan kegiatan Operasi Tangkap Tangan Pendidikan kebangsaan yang dimaksud
(OTT) terhadap kepala daerah, pengusaha, dan dalam artikel ini adalah upaya pemerintah
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) karena membangkitkan dan memupuk rasa dan
tersangkut tindakan kejahatan korupsi terhadap kesadaran masyarakat terhadap keterikatannya
uang negara. Mengatasi masalah tersebut menjadi kepada tanah air, adat-istiadat leluhur, serta
tugas seluruh lapisan masyarakat Indonesia mulai penguasa lokal yang dapat dijadikan panutan
dari pemimpin tertinggi hingga masyarakat kecil oleh masyarakat di manapun di seluruh wilayah
di desa-desa. Salah satu bentuk upayanya adalah Indonesia. Selama ini di Indonesia, pendidikan
menggali kearifan lokal semua suku bangsa (lihat kebangsaan diberlakukan melalui lembaga
Barth, 1969) di Indonesia agar dapat menjadi pendidikan formal mulai dari Sekolah Dasar (SD)
materi pendidikan kebangsaan (Mufid, 2019), hingga Perguruan Tinggi (PT). Melalui wadah
seperti pada suku Bangsa Wawonii di Sulawesi pendidikan formal inilah pendidikan kebangsaan
Tenggara. dijabarkan dalam kurikulum yang dikenal
Suku bangsa lain di Sulawesi Tenggara dengan nama, seperti “Pendidikan Pancasila,
memiliki pandangan negatif terhadap orang Pendidikan Kewarganegaraan, dan Pendidikan
Wawonii terkait dengan isu praktik magis. Namun Agama”. Penerapan pendidikan kebangsaan
orang Wawonii ternyata memiliki kearifan lokal melalui kurikulum nasional nampaknya relatif
(lihat Geertz, 1957: 421-437) berkenaan dengan belum cukup. Sehingga perlu upaya penerapan
interaksi sosial (lihat Goffmann, 1959) dengan muatan lokal dengan menggali kearifan lokal agar
suku bangsa lainnya. Jika berinteraksi dengan diterapkan di masing-masing suku bangsa yang
suku Muna misalnya, maka orang Wawonii bersangkutan.
mengaku sebagai suku Muna. Jika berinteraksi Kearifan lokal lainnya pada orang Wawonii
dengan orang Buton, maka orang Wawonii terdapat dalam bidang politik. Misalnya, dalam
mengaku sebagai suku Buton. Ketika berinteraksi proses pemilihan gubernur Sulawesi Tenggara
dengan pengusaha tambang yang masuk ke tahun 2017 yang lalu, calon gubernur Ali Mazi
wilayahnya untuk mengelola tambang nikel, sebagai orang yang berasal dari suku Buton.
orang Wawonii berlaku sopan dan baik. Namun, Orang Wawonii berhasil memenangkan Ali Mazi
setelah merasakan dampak negatif dari tambang, menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara dengan
maka orang Wawonii berlaku frontal. Di sisi lain, harapan bahwa pelindung, penyelamat, dan

104
Wa Ode Sifatu, Hasniah, Kearifan Lokal Suku Wanonii sebagai Salah satu Media Pendidikan Kebangsaan

pemberi inspirasi, berasal dari masa lalu yang Orientasi perusahaan batu bara pada umumnya
sama dengan orang Wawonii, yaitu merupakan memproduksi sebesar-besarnya dan menjualnya
bagian dari Kesultanan Buton. Namun kenyataan ke luar negeri (ekspor) dengan harga pasar. Ini
tidak seperti harapan. Ali Mazi yang dengan susah berdampak pada pembukaan lahan yang seluas-
payah berhasil diperjuangkan, ternyata tidak dapat luasnya menyebabkan degradasi, erosi, dan
membuktikan janjinya saat kampanye. Ketika Ali deforestrasi wilayah hutan. Menurut data dari
Mazi memihak kepada pengusaha tambang, salah Walhi Kaltim, setidaknya terdapat 166 perusahaan
seorang tokoh masyarakat Wawonii bernama La yang kini melakukan pinjam pakai kawasan hutan
Jila; mengatakan “Saya menyesal memilih Ali dan berisiko tinggi merusak konservasi dan
Mazi menjadi gubernur”. ekosistem hutan alam.
Masyarakat Wawonii juga menolak Tuaputy dan kawan-kawan (2014: 72)
kehadiran tambang di Pulau Wawonii melalui meneliti kegiatan pertambangan emas di
unjuk rasa pada bulan Maret 2019 lalu. Dalam Kabupaten Buru. Hasil penelitian mereka secara
unjuk rasa tersebut, orang Wawonii meminta langsung membawa perubahan pada lingkungan,
kepada Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali sosial dan ekonomi. Kegiatan pertambangan juga
Mazi agar menghentikan aktivitas tambang di menimbulkan eksternalitas terhadap lingkungan,
wilayahnya dan mencabut sebanyak 15 Izin Usaha sosial dan ekonomi masyarakat Kabupaten
Pertambangan (IUP). Dalam unjuk rasa tersebut, Buru. Dampak positif yang dirasakan oleh
sebagian IUP dicabut dan sebagian lainnya hanya masyarakat, yaitu kenaikan pendapatan, namun
dibekukan sementara. Saat ini, perusahaan yang pada kenyataanya dampak negatif lebih dominan
dibekukan telah beroperasi kembali dan dilindungi dibandingkan dampak positif.
oleh pemerintah dengan dalih Pendapatan Asli Mahrudin (2010: 205-206) meneliti kebijakan
Daerah (PAD) dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra). izin pertambangan di Kecamatan Talaga Kabupaten
Buton Sulawesi Tenggara. Warga Talaga melakukan
B. KAJIAN LITERATUR protes karena dalam pengambilan kebijakan
Telah banyak kajian mengenai kerja tentang penambangan, pemerintah melakukannya
sama pemerintah dengan pengusaha tambang. secara sepihak, bertentangan dengan UU 11/1967
Ramadhan dan kawan-kawan (2014: 92-93) tentang Ketentuan Pokok Pertambangan pada
melakukan penelitian di Kecamatan Naga Juang, Pasal 26 dinyatakan bahwa kegiatan pertambangan
Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Provinsi harus melibatkan masyarakat. Tidak terdapat satu
Sumatera Utara. Hasilnya menjelaskan bahwa pun hasil penelitian di atas yang menunjukkan
terdapat banyak kasus ketidakpuasan publik yang pemerintah memihak masyarakat, melainkan
bermunculan berakhir dengan konflik antara pemerintah selalu memihak pengusaha tambang
masyarakat dengan PT. Sorik Mas Mining (PT. sehingga merugikan masyarakat dengan dalih
SMM), pencemaran lingkungan, serta eksploitasi PAD.
besar-besaran terhadap energi dan sumber daya Cara mengejar PAD tidak harus melalui
alam (SDA) yang menyebabkan kerusakan alam. penggalian kekayaan alam secara ekstraktif,
Pemerintah menyelesaikan konflik yang terjadi tetapi dapat menggalinya melalui upaya kreatif
melalui pendekatan hubungan kekuatan fisik dan masyarakat (Nasution dan Wa Ode Sifatu,
kekuasaan, sehingga terdapat seorang anggota 2014: 1-2) seperti negara Singapura. Di Negara
masyarakat yang tertembak. Singapura saat ini tersedia 8.941 lowongan kerja.
Suharto dan kawan-kawan (2015: 128) Padahal Singapura tidak memiliki kekayaan
meneliti pengelolaan tambang batu bara di alam yang memadai bila dibandingkan dengan
Kalimantan dan Sumatra. Hasilnya menunjukkan Indonesia.
bahwa sifat eksplorasi batu bara memiliki Novianti (2017: 82) mengutip Indonesia
pola yang cenderung primitif dan destruktif. Kreatif, 2013 menjelaskan sebagai berikut.

105
Jurnal Kebudayaan, Volume 14, Nomor 2, Desember 2019

“Istilah “Ekonomi Kreatif” mulai dikenal karena belakangan masyarakat daerah tersebut
secara global sejak munculnya buku “The sering melakukan perlawanan secara frontal
Creative Economy: How People Make Money kepada pengusaha tambang yang beroperasi di
from Ideas” (2001) oleh John Howkins. Howkins sana. Lokasi penelitian yang menjadi fokus ada
menyadari lahirnya gelombang ekonomi baru dua desa di Kecamatan Wawonii Barat yang
berbasis kreativitas setelah melihat pada tahun terletak di pusat ibukota kabupaten, yaitu Desa
1997 Amerika Serikat menghasilkan produk- Langara Iwawo dan Desa Tanjung Batu, serta
produk Hak Kekayaan Intelektual (HKI) senilai Desa Tekonea di Kecamatan Wawonii Utara.
414 miliar dollar yang menjadikan HKI ekspor Kecamatan Wawonii Barat dipilih karena selain
nomor 1 Amerika Serikat. Howkins dengan berada di pusat kota, daerah ini dulunya adalah
ringkas mendefinisikan ekonomi kreatif, yaitu desa tertua di Wawonii. Sedangkan Desa Tekonea
“The creation of value as a result of idea”. Kecamatan Wawonii Utara dipilih karena
Untuk memperluas cakrawala pembaca, merupakan desa yang paling jauh dari ibukota
perlu juga ditampilkan contoh hasil penelitian Kabupaten Konawe Kepulauan.
yang berdampak positif terhadap perkembangan
ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan 2. Sumber Data
kreativitas masyarakatnya. Hasil penelitian Data penelitian ini terdiri atas dua sumber
dimaksud seperti, Seungil Yum (2019: 282) dan yaitu sumber data sekunder dan sumber data
Daubaraitė, Ugne, & Gražina Startienė (2015: primer. Sumber data sekunder terdiri atas buku,
129). Hasil penelitian di atas menggambarkan jurnal, naskah, dan internet. Sedangkan data
bagaimana menggali kreativitas masyarakat primer bersumber dari hasil wawancara mendalam
menjdi industri kreatif dan dapat menambah dan pengamatan berpartisipasi.
pendapatan masyarakat. Para peneliti sosial telah
mengkaji masyarakat Wawonii di antaranya Hos 3. Prosedur Pengumpulan Data
dan kawan-kawan (2016), Syafruddin dan Rahayu Data dikumpulkan dan diintegrasikan
Puji Suci (2019); Ibrahim (2016), namun tidak dalam proses analisis, disajikan secara narasi
mengkaji kearifan lokal masyarakat Wawonii. sedemikian rupa untuk mendukung tema utama
Berbeda dengan penelitian ini, mengkaji tentang fokus penelitian, sehingga hasilnya merupakan
bagaimana pola adaptasi sosial suku bangsa konstruksi terpisah sebagai produk interaksi antara
Wawonii yang suku bangsa lain memandangnya informan dan peneliti. Teknik pengumpulan data
kental dengan praktik magis? Tujuan penelitian yang digunakan, meliputi wawancara mendalam,
ini adalah untuk mengungkapkan kearifan pengamatan, dan studi dokumen.
lokal dalam beradaptasi sosial suku bangsa Dalam wawancara mendalam, informan
Wawonii terhadap suku bangsa lain dan terhadap penelitian adalah: Abdul Majid dan Armin
pemerintah. Ukbadar dari Desa Tekonea; Ruslamin, Maamun.
dan Muhammad Amin dari Desa Langara Iwawo;
C. METODE Yunus Munandar dan Parmin dari Desa Tanjung
Penelitian ini pertama dilakukan pada Batu; dan Dadam sebagai putera tertua dari
Agustus 2018 dan dilanjutkan pada bulan Juli Ketua DPRD Kabupaten Konawe Kepulauan.
2019. Penelitian menggunakan pendekatan emik- Wawancara mendalam ditujukan kepada informan
etik dengan panduan pemikiran dari Bourdieu kunci, yaitu Abdul Majid dan Ruslamin karena
mengenai “form of capital” dengan metode semua informasi mengenai keberadaan Wawonii
etnografi (Bourdieu, 1983). dulu dan sekarang serta penduduknya berasal
1. Lokasi Penelitian dari mereka. Informasi diperoleh darinya selain
Lokasi penelitian ini ditentukan secara menjelaskan informasi tentang dirinya, kegiatan
sengaja, yaitu Kabupaten Konawe Kepulauan urusan pribadinya, kehidupan keluarga, interaksi

106
Wa Ode Sifatu, Hasniah, Kearifan Lokal Suku Wanonii sebagai Salah satu Media Pendidikan Kebangsaan

dengan suku di luar Wawonii, pandangan Dalam keterpaduan data, secara terperinci
hidupnya, juga dibimbing untuk menjelaskan dan mendalam tentang latar belakang kehidupan
hal-hal di luar dirinya terutama pada kondisi sosial budaya masyarakat Wawonii asli, suku
generasi milenial dan penekanan kelembagaan Muna, suku Buton, dan suku Bajo melalui analisis
sosial kemasyarakatan, ekonomi, budaya dan dan ketersediaan informasi yang memadai
keagamaan orang Wawonii. sehingga mencerminkan karakteristik masyarakat
Pengamatan atau observasi dilakukan dengan terhadap sikap kebangsaan dan interaksi sosial
dua cara, yaitu, observasi biasa dan observasi masyarakat.
berpartisipasi. Melalui pengamatan biasa Dalam kolaborasi, selain melibatkan
diperoleh data mengenai aktivitas masyarakat orang lain untuk pemeriksaan keberadaan topik
berkenaan dengan praktik interaksi sehari-hari. yang dipelajari di lokasi penelitian, dipilih
Untuk mendapatkan data yang membutuhkan juga para informan untuk memeriksa data dan
keterlibatan peneliti, peneliti telah diantar informasi yang dikumpulkan oleh peneliti sambil
oleh Abdul Majid dan Armin Ukbadar untuk mempertahankan konsistensi hasil penelitian
mengunjungi tempat-tempat wisata alam pantai dengan kesimpulan yang dirumuskan.
dan air terjun, wisata kerajinan anyaman, makan Dalam konfirmasi, peneliti juga melakukan
bersama di rumah dan di restoran, memasak refleksi diri dan pemikiran kritis dengan
dan mencuci piring, mempersiapkan makan di menguraikan asumsi dasar nilai-nilai budaya dalam
meja makan bersama ibu-ibu rumah tangga, hubungannya dengan kehidupan kebangsaan dan
berlangsung pula bermain bersama anak-anak interaksi sosial. Kegiatan ini bertujuan untuk
muda, dan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku. mencapai kepercayaan terhadap hasil penelitian.
Studi dokumen dilakukan oleh peneliti Aktivitas konfirmasi data ini dilakukan dari awal
dengan mengkaji sejumlah sumber tertulis, baik berlangsungnya pengambilan data hingga proses
yang berkaitan dengan subjek maupun lokasi penulisan laporan penelitian.
untuk mendapatkan data primer dan sekunder.
5. Teknik Analisis Data
4. Validasi Data Data penelitian ini dianalisis secara
Konteks ini menemukan empat kriteria deskriptif kualitatif melalui interpretasi dan
penilaian data, yakni kredibilitas data, keterpaduan pengertian. Catatan lapangan diberi kode, memo,
data, kolaborasi, dan konfirmasi. Adapun tema, dan teori sesuai masalah. Pengkodean data
keempat kriteria tersebut adalah sebagai berikut. berdasarkan hasil kritik yang dibuat, data yang
Dalam kredibilitas data, validasi data internal sesuai dipisahkan oleh kode tertentu. Data yang
dilakukan dengan cara mencocokkan temuan diperoleh dianalisis secara komparatif melalui tiga
saat wawancara terhadap informan dengan: tahap, (1) Proses reduksi data kasar dari catatan
(1) hasil pengamatan terus-menerus terhadap lapangan, dipilih yang relevan dengan fokus
fakta-fakta penting, kroscek, dan penjelasan penelitian; (2) Data disajikan dalam bentuk teks
teori untuk menginterpretasi gejala yang terjadi naratif; (3) Menggambar kesimpulan yang ditarik
selama penelitian, (2) melakukan pertemuan secara bertahap hingga diperoleh kesimpulan
dengan semua informan dan masyarakat serta umum menggunakan metode induktif. Artinya,
ilmuwan yang mengetahui kepulauan Wawonii penelitian ini tidak menguji hipotesis, tetapi
dan tambang, sehingga mendapatkan bukti persiapan abstraksi berdasarkan bagian-bagian
otentik terhadap asumsi yang muncul selama yang telah dikumpulkan dan dikelompokkan
penelitian, (3) peneliti melakukan konfirmasi dengan membuat analisis yang komprehensif dan
informasi terhadap data, kategori, interpretasi dan holistik dari semua elemen yang menjadi masalah
kesimpulan diuji bersama dengan informan yang utama dalam penelitian.
terlibat sejak awal hingga akhir penelitian.

107
Jurnal Kebudayaan, Volume 14, Nomor 2, Desember 2019

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Peta Kesultanan Buton masa lalu lebih luas
1. Suku Wawonii di Kabupaten Konawe dari pada Buton Raya yang sekarang sedang giat-
Kepulauan giatnya diperjuangkan menjadi Provinsi Buton
Kepulauan Wawonii terletak di bagian Timur Raya. Bandingkan dengan peta Provinsi Sulawesi
Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Daerah ini Tenggara pada gambar 3.
memiliki luas 867 km persegi, merupakan salah Perkembangan selanjutnya, di era kemer­
satu pulau kecil di Sulawesi Tenggara ditinjau dekaan Republik Indonesia, Kepulauan Wawonii
dalam UU No. 1 tahun 2014 tentang Pengelolaan menjadi bagian dari Kabupaten Kendari. Se­
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Republik lanjutnya, Kabupaten Kendari mekar menjadi
Indonesia. Adapun posisi Kepulauan Wawonii di Ka­bupaten Konawe dan Kota Kendari. Untuk
Sulawesi Tenggara adalah seperti gambar berikut. Kepulauan Wawonii masuk ke dalam Kabupaten
Konawe. Sekarang, Kepulauan Wawonii telah
berdiri sendiri menjadi salah satu kabupaten di
Provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu Kabupaten
Konawe Kepulauan.
Penduduk Kabupaten Konawe Kepulauan
berjumlah 29.164 jiwa. Kabupaten ini merupakan
hasil pemekaran dari Kabupaten Konawe yang
disahkan dalam sidang paripurna DPR RI pada 12
April 2013 di gedung DPR RI tentang Rancangan
UU Daerah Otonomi Baru (DOB). Dasar Hukum
Gambar 1. Peta Kabupaten Konawe Kepulauan1 berdirinya Kabupaten Konawe Kepulauan adalah
UU No. 13 tahun 2013, yang terdiri atas tujuh ke­
Pada era kerajaan dan kesultanan hingga camatan, yaitu: Wawonii Barat, Wawonii Selatan,
era Kolonial Belanda, Kepulauan Wawonii Wawonii Tengah, Wawonii Tenggara, Wawonii
merupakan salah satu wilayah kekuasaan Timur, Wawonii Timur Laut, dan Wawonii Utara.
Kesultanan Buton. Adapun posisi Kepulauan Belakangan, sejumlah media memberitakan
Wawonii sebagai bagian dari Kesultanan Buton, orang-orang Wawonii berunjuk rasa atau
terlihat pada gambar berikut. menggelar aksi demonstrasi. Warga Mosolo Raya
bernama La Jila menyatakan sebagai berikut:
“Saya menyesal pilih Ali Mazi Jadi Gubernur
karena hingga saat ini belum menepati janjinya
saat kampanye di Kabupaten Konkep. Dari 15 IUP,
hanya 9 IUP saja yang dicabut oleh Pemerintah
Provinsi (Pemprov) Sultra. Sedangkan 6 IUP
lainnya hanya berstatus dibekukan sementara
dengan alasan pendapatan asli daerah untuk
kemajuan masyarakat Wawonni. Keenam IUP
tersebut sekarang telah beroprasi kembali”.
Telah menjadi rahasia umum, kegiatan
pertambangan di Indonesia dilakukan oleh
Gambar 2: Peta Kesultanan Buton2 pengusaha tambang. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan barang tambang dan keuntungan
1 Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_ dari hasil tambang atas persetujuan atau kebijakan.
Konawe_Kepulauan, diunduh tgl 25 Juli 2019.
Pertambangan demikian sebagai usaha yang legal
2 Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/
Kesultanan_Buton, diunduh 2 April 2019 karena sesuai peraturan perundang-undangan.

108
Wa Ode Sifatu, Hasniah, Kearifan Lokal Suku Wanonii sebagai Salah satu Media Pendidikan Kebangsaan

Gambar 3: Peta Propinsi Sulawesi Tenggara3

Pemberlakuan Undang-Undang Pertambangan ditimbulkannya cukup besar, seperti kasus luapan


sering menimbulkan konflik antara masyarakat lumpur Lapindo di Sidoarjo dan pencemaran
dengan pengusaha tambang (pemegang izin) atau Teluk Buyat di Sulawesi Utara, banjir bandang
antara masyarakat dengan pemerintah (termaksud dan tanah longsor tahun 2019, dan pencemaran air
pemerintah daerah). Konflik-konflik tersebut pada laut di sejumlah wilayah kabupaten terjadi sejak
umumnya berkaitan dengan lahan (khususnya tahun 2008.
lahan yang diperuntukkan bagi hutan atau Musibah menyemburnya lumpur panas PT.
kawasan lindung) dan dengan ketidaksetujuan Lapindo Brantas, Porong, Sidoarjo berlarut-larut
sebagian warga masyarakat terhadap penambang. akibat kelalaian sebuah perusahaan. Bahkan
Telah terdapat banyak kasus pertambangan yang perusahaan berdalih dialihkan menjadi publik
menimbulkan sengketa lingkungan serius di loss yang dipersamakan dengan bencana alam
Indonesia karena kerugian dan kerusakan yang sehingga beban pertanggungannya dipikul oleh
pemerintah. Contoh lain adalah pencemaran
3 Sumber: https://www.sejarah-negara.com/2017/05/peta- lingkungan laut di Teluk Buyat terjadi akibat
provinsi-sulawesi-tenggara-lengkap.html diunduh 2
April 2019. pembuangan limbah. Industri tambang emas yang

109
Jurnal Kebudayaan, Volume 14, Nomor 2, Desember 2019

terjadi di Teluk Buyat telah menimbulkan penyakit meludah etikanya mereka di sini kan kaya kita
yang ditengarai sebagai penyakit “minamata”, jijik dengan dia padahal kan itu tidak sengaja.
suatu jenis penyakit yang menakutkan yang Rumah ini semua kan berdekatan, kadang orang
pernah terjadi di Jepang akibat makanan yang ada semua di pinggir jalan kadang kita meludah
dikonsumsi terkontaminasi logam berat berupa kan yaaa... nda bisa dijamin itu, karena dia itu
arsen dan merkuri (Wijoyo, dkk., 2013). Penulis ada yang lewat angina ada yang dilepas yang
juga melakukan konfirmasi kepada Ruslamin dilangkahi.
sebagai putera dari Tomas Wawonii. Namun Ilmu gaib yang asli dari Wawonii disebut
Ruslamin menyatakan bahwa sudah sulit disikapi bontiti. Ilmu ini menggunakan ikan kembung
karena terdapat masyarakat yang telah menerima sebagai medianya. Efek yang ditimbulkan dari
uang pembebasan lahan dengan pertimbangan ilmu ini adalah perut yang membesar dan mengecil
bahwa dengan beroperasinya tambang selama mengikuti pasang surutnya air laut. Jika air laut
30 tahun di Wawonii akan tersedia lapangan sedang pasang, maka perut orang yang terkena
pekerjaan, selain bertani dan nelayan. Masyarakat ilmu gaib ini akan membesar layaknya orang
tidak memahami jika tambang akan merugikan sedang hamil sembilan bulan. Sebaliknya, jika air
juga masyarakat Wawonii. laut sedang surut maka perut korban akan kembali
mengecil. Dan jika pelaku ingin membunuh
2. Kearifan Lokal Masyarakat Wawonii korban, maka pelaku akan memecahkan perut
Di Desa Tanjung Batu, kami mendapatkan dari ikan kembung yang menjadi media ilmu gaib
informasi bahwa sejak lama di Wawonii sangat tersebut.”
terkenal dengan mitos-mitos dan ilmu gaibnya. Selain ilmu bontiti, masyarakat Wawonii juga
Hingga saat inipun, masyarakat di sana masih mengenal ilmu yang membuat kepala menjadi
mempercayai hal tersebut. Ilmu gaib di Wawonii lunak layaknya ubur-ubur. Tetapi ilmu ini bukanlah
sangat terkenal digunakan untuk mencelakakan ilmu asli Wawonii, melainkan ilmu orang Wanci
seseorang yang dianggap menghina, yang tinggal di Wawonii sehingga ilmu tersebut
mempermalukan, atau merugikan. Kecemburuan dipelajari oleh orang Wawonii. Media dari ilmu
sosial masih tinggi di Wawonii. Yang paling ini adalah kelapa. Jika pelaku ingin langsung
sering terkena ilmu gaib adalah orang-orang yang membunuh korban, maka ia akan membelah
baru mendapat jabatan pekerjaan. Selain karena kelapa muda. Tetapi jika pelaku ingin menyiksa
kecemburuan sosial, penyebab seseorang terkena korban dengan rasa sakit, ia akan menggunakan
ilmu gaib adalah karena rasa sakit hati pemberi kelapa tua dan dipukul-pukul sehingga korban
ilmu gaib tersebut. Perilaku yang tidak sopan akan merasakan sakit di kepalanya. Kedua ilmu
seperti meludah sembarangan, berkata kasar dan ini terdapat pula di Desa Tanjung Batu, tetapi yang
tidak sopan adalah alasan yang paling banyak memilikinya sudah jarang, karena masyarakat
menyebabkan seseorang terkena ilmu gaib. di sana sudah banyak yang berpendidikan dan
Bahkan seseorang yang pengetahuan spiritualnya orang-orang tua yang memiliki ilmu tersebut juga
kuat pun masih memiliki kemungkinan untuk sudah banyak yang meninggal. Hal tersebut sesuai
terkena ilmu gaib. Sehingga siapapun yang datang dengan yang dikatakan oleh Parmin (49 tahun),
ke Wawonii, harus menjaga sikap perilaku dan sebagai berikut.5
tutur kata mereka. Niat baik akan mendapatkan “Banyak yang bilang kalau kasi lembe
balasan yang baik pula. Kepala Desa Tanjung kepala itu ilmu dari Wawonii, sebenarnya bukan.
Batu menjelaskan sebagai berikut.4 Itu kasi lembe kepala sebenarnya orang Wanci
“Meludah pun juga rawan itu, maksudnya punya ilmu. Tapi karena orang Wanci datang ke
kita lewat ada orang di sampingnya kita baru kita Wawonii, tinggal di sini mereka bawa juga itu

5 Wawancara dengan Parmin, 49 tahun, tanggal 19 Juli


4 Wawancara dengan Kepala Desa Tanjung Batu, 18 Juli 2019.
2019.

110
Wa Ode Sifatu, Hasniah, Kearifan Lokal Suku Wanonii sebagai Salah satu Media Pendidikan Kebangsaan

ilmunya. Jadi orang di sini belajar juga ilmunya orang Bajo tetangga mereka yang berprofesi
orang Wanci. Di Wanci juga itu ada ilmu bontiti, sebagai nelayan. Selain itu, orang Bajo juga tidak
nah itu ilmunya orang Wawonii. Orang Wawonii memiliki lahan untuk bertani. Orang Bajo merasa
yang pindah ke Wanci, orang Wanci belajar juga risih dengan orang Wawonii yang tidak berlatar
itu ilmunya orang Wawonii. Jadi kaya betukar belakang nelayan kemudian pergi menjadi
ilmu.” nelayan di sekitar laut dangkal.
Penulis juga memiliki ingatan kolektif suku- Cara orang Wawonii menghilangkan image
suku bangsa di bekas Kesultanan Buton tentang ilmu magis yang menakutkan dengan mengaku
orang Wawonii sebelum tiba di Desa Langaran bagian dari suku lawan interaksinya saat itu.
Iwawo. Dalam ingatan kolektif dimaksud bahwa Tulisan ini terinspirasi oleh pengalaman penulis
orang Wawonii yang paling ditakuti karena sebagai suku Muna, yang pernah membimbing
kepemilikan magisnya yang dapat tampak oleh KKN dari UHO pada tahun 2017, dan selama tiga
mata orang lain. Misalnya, orang Wawonii hari mendampingi mahasiswa dalam melakukan
dapat memperjalankan kemaluan manusia di Praktik Kuliah Lapangan (PKL) di Kecamatan
plafon rumah. Ketika penulis menjadi peserta Wawonii Barat. Selama dalam kegiatan tersebut,
Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas penulis sempat berinteraksi secara intensif dengan
Halu Oleo (UHO), Kendari, pada tahun 1986, sejumlah orang di Wawonii. Mereka terdiri atas:
teman seangkatan yang lokasi KKN-nya di Pulau empat orang kepala desa, satu orang nenek renta
Wawonii bercerita bahwa mereka biasa ketakutan penganyam tikar dari daun kolosua, satu orang
dengan bantal guling di tempat tidurnya yang petani, satu nelayan, delapan orang pemuda
sudah dirapikan, tiba-tiba berjoget di atas tempat yang mengantar dan menjemput kami dari vila
tidur. Melihat kejadian tersebut, mahasiswa tempat kami menginap ke posko mahasiswa, dan
hanya menangis sambil saling berpelukan. Joget sejumlah ibu-ibu rumah tangga. Dari empat orang
bantal dan guling berhenti setelah dilaporkan kepala desa, dua orang mengaku sebagai orang
kepada kepala desa. Kejadian tersebut berulang, Muna, dua orang mengaku sebagai orang Wawonii
sehingga kepala desa meminta warga agar tidak asli. Satu orang petani dan satu orang nelayan
memperlihatkan permainan magisnya kepada mengaku sebagai orang Muna. Penulis merasa
mahasiswa karena mahasiswa datang untuk bangga karena terdapat orang Muna di lokasi
membimbing masyarakat kita. PKL yang berlatar belakang sama dengan penulis
Pengakuan orang Wawonii kekinian bahwa dan sebagian warga serta kepala desa. Namun
magis telah ditinggalkan, dan menggantinya kepala desa di pos penulis langsung menurunkan
dengan pendidikan. Berita pertambangan melalui rasa bangga peneliti karena menjelaskan bahwa
media massa hingga ingatan kolektif masyarakat mereka yang mengaku sebagai orang Muna adalah
di bekas Kesultanan Buton mengenai orang orang Wawonii asli. Tujuan mereka mengaku
Wawonii, hampir semua menakutkan. Namun sebagai bagian dari lawan interaksi adalah antara
ternyata di balik berita yang menakutkan, orang lain menghilangkan image mengenai magis orang
Wawonii juga memiliki cara sendiri dalam Wawonii yang menakutkan, dan menyakinkan
berinteraksi sosial di masyarakat. Berikut akan lawan interaksinya bahwa saat ini aman, sama
dipaparkan cara orang Wawonii berinteraksi dengan orang lainnya di bekas Kesultanan Buton.
sosial. Dua orang yang berprofesi sebagai nelayan
dan petani serta mengaku sebagai orang Muna
3. Cara Orang Wawonii Berinteraksi Sosial sempat memperlihatkan parang tua yang tinggal
Orang Wawonii mengaku tidak mempelajari setengah karena termakan usia yang didapatnya
keterampilan dalam mata pencaharian nelayan di dalam gua. Saat parang itu diambil tercampur
agar orang Bajo yang bekerja sebagai nelayan dengan tulang-belulang manusia yang berserakan.
di Wawonii agar tetap tersedia mata pencaharian Pemilik parang mengakui bahwa parang tersebut

111
Jurnal Kebudayaan, Volume 14, Nomor 2, Desember 2019

telah dibawa ke pandai besi untuk diolah kembali. letaknya di Laut Banda, maka Pulau Wawonii
Namun tidak seorang pun pandai besi yang sangat strategis menjadi tempat persinggahan para
bersedia mengolahnya karena belum pernah pelintas dan para pelaut. Budaya pemerintahan
menemukan besi seperti itu. Orang-orang yang dominan adalah budaya pemerintahan
Wawonii percaya bahwa tulang-belulang di dalam Kesultanan Buton. Suku-suku di bekas Kesultanan
gua adalah tulangnya bajak laut, bukan tulangnya Buton memahami orang-orang di Pulau Wawonii.
orang Wawonii karena ruas lengan dan paha lebih Perbedaan budaya tidak membuat masyarakat
panjang dari pada ruas tulang orang Wawonii. Wawonii saling menggunjing atau menghina.
Cerita seperti itu menakutkan bagi pendatang di Mereka hidup rukun dan harmonis. Bahkan setiap
Wawonii. bertemu dengan orang yang baru berkunjung ke
Selain itu, terdapat juga kejadian yang Wawonii, mereka juga mengkategorikan diri
mengagumkan dan membuat kami sebagai peserta sebagai berasal dari suku lawan interaksinya. Pada
PKL terkesimak, ternyata tidak terdapat pencuri proses pencarian mata pencaharian masyarakat
di wilayah tersebut. Kejadiannya di saat kami Desa Langara Iwawo saling membantu satu
merasa panik mengetahui tempat kami menginap sama lain, seperti adanya gotong royong ketika
tidak terkunci, sementara barang-barang bawaan memanen hasil perkebunan mereka, membantu
kami berupa laptop dan tas pakaian berada di masyarakat nelayan memindahkan sampan
dalam penginapan itu. Ketika kepala desa di posko atau bodi nelayan Bajo dari darat ke pantai.
kami mengetahui kepanikan tersebut, ia langsung Masyarakat Wawonii sepenuhnya menjalankan
meyakinkan, “Tidak perlu khawatir, bahwasanya ajaran Agama Islam. Hal tersebut dapat diperkuat
semua barang bawaan tidak mungkin hilang, dari hasil wawancara dengan La Owo (54 tahun),
karena jarang terdapat pencuri di sini.” Kami pun seorang suku Muna di Desa Langara Iwawo, yang
sempat bertanya, “Apakah itu betul di sini tidak menjelaskan sebagai berikut:6
terdapat pencuri? Hal ini bisa juga disebabkan “Masyarakat Wawonii telah sepenuhnya
orang Wawonii percaya bahwa jika mengambil menjalankan ajaran Agama Islam. Pikiran kami
barang tidak halal dan membawa masuk ke hanya semata-mata menginginkan kehidupan
dalam rumah dengan niat untuk dimiliki, dapat yang baik ingin melihat anak-anak kami sekolah
membawa sial bagi segala isi rumah. Menurut sampai sukses. Isu-isu bahwa orang Wawonii
kepala desa setempat, meyakinkan bahwa tas terkenal dengan ilmu magisnya hanyalah
tidak akan hilang karena tidak terdapat pencuri di sebuah mitos pada masa-masa kecil kami.
situ. Dengan adanya ajaran Agama Islam di Wawonii
Informan kami menanggapi bahwa itu membuat masyarakat di sini sadar dan berubah
kepercayaan orang Muna pada masa lalu, tapi menginginkan hal-hal yang baik.”
sayangnya telah berubah. Kepercayaan itu dalam Tampak sangat jauh berbeda dengan kondisi
bahasa Muna disebut dengan haku naasi yang masyarakat orang Wolio di Kota Baubau sebagai
artinya “tidak boleh mengambil milik orang lain pusat Kesultanan Buton, dapat dilihat dari hasil
tanpa izin pemiliknya”. Informan yang lain juga penelitian disertasi Tasrifin dari Universitas
mengatakan bahwa mereka khawatir, suatu saat Indonesia (2010: 1), “Karombumu, komo miana
kemudian orang dari luar suku Muna menganggap Katobengke! “Kabarimu ukande, komo miana
bahwa semua orang Muna sudah berubah (mau Katobengke! “Imateakanamo miana Katobengke,
mengambil barang milik orang lain), meskipun kumbimu yitu! (Kotormu, seperti orang
tidak semuanya. Katobengke, Porsi makanmu banyak, seperti
Menurut informasi dari Ruslamin, penduduk orang Katobengke, Penyakit kudis penyebab
asli Pulau Wawonii atau Kabupaten Konawe kematian, seperti orang Katobengke).
Kepulauan disebut dengan suku Torete. Sebagai
bagian dari kekuasaan Kesultanan Buton, dan 6 Wawancara dengan La Owo, 21 Juli 2019.

112
Wa Ode Sifatu, Hasniah, Kearifan Lokal Suku Wanonii sebagai Salah satu Media Pendidikan Kebangsaan

Isi hinaan di atas dialami juga oleh seorang mengambil barang orang lain menjadi miliknya
Katubengke bernama LA Izu (32 Tahun) yang tanpa seizin pemilik barang. Namun, orang
telah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) Wawoni juga punya sikap yang frontal karena
dan bertugas di Ambon. Namun pada masa terdorong oleh rasa cinta terhadap tanah dan air.
mudanya tidak dapat membalas hinaan tersebut Pemerintah sebaiknya berlaku bijaksana dalam
dan hanya disimpannya dalam hati. Setelah La menghadapi masyarakat maupun pengusaha, agar
Izu menjadi TNI baru mampu membalas dengan orang Wawonii dalam berinteraksi dapat berlaku
kekerasan fisik. baik kepada semua pihak.
Selain informasi tentang perbedaan orang
Wawonii dengan orang Wolio dalam cara DAFTAR PUSTAKA
berinteraksi sosial, orang Wawonii memiliki
Barth, Frederik. 1969. “Introduction”.
kesadaran terhadap tanah airnya sebagai sikap
Ethnic Group and Boundaries, The social
kebangsaan melebihi suku-suku lainnya. Kondisi
Organotation of Culture Difference.
itu dapat dicontoh menjadi pelajaran sikap
Boston: Litle Brown and Company.
kebangsaan dan interaksi sosial oleh wilayah
lainnya di Kesultanan Buton. Seperti: wilayah Bourdieu, Pierre. 1983. Form of Capital.
Buton, Kabaena, Bombana, dan Konawe. Originally Published as «Ökonomisches
Semua wilayah dimaksud merupakan wilayah Kapital, kulturelles Kapital, soziales
pertambangan, namun tidak terdapat sekelompok Kapital.» in Soziale Ungleichheiten
masyarakat memberontak menolak kehadiran (Soziale Welt, Sonderheft 2), edited by
tambang di wilayahnya. Dalam kenyataan, Reinhard Kreckel. Goettingen: Otto
kehadiran tambang di wilayahnya telah Schartz & Co. pp. 183-98. Translated by
menyebabkan banjir bandang, tanah longsor, Richard Nice.
pencemaran air laut yang mematikan seluruh biota Daubaraitė, Ugne, Gražina Startienė. 2015.
laut terutama rumput laut tanaman warga pesisir, “Creative Industries Impact on National
dan berbagai kerugian lainnya akibat tambang. Economy in Regard to Sub-sectors”.
Procedia-Social and Behavioral
E. PENUTUP Sciences. Vol. 213,  pp. 129-134
Berdasarkan atas uraian di atas dapat
Geertz, Clifford. 1957. “Ethos, World-View
disimpulkan bahwa kearifan lokal masyarakat
and the Analysis of Sacred Symbols”. The
Wawoni merupakan modal sosial, modal
Antioch Review, Vol. 17, No. 4, pp. 421-437.
budaya, dan modal simbolik orang Wawonii
dalam beradaptasi kepada suku bangsa lain dari Goffman, Erving. 1959. The Presentation
bekas Kesultanan Buton diinternalisasi sebagai of Self in Everyday Life. Chicago:
pembawa keselamatan, kesejahteraan, dan Doubleday.
inspirasi. Kearifan lokal dapat dilihat dari pola Hos, Jamaludin, Juhaepa, dan Mukrimin.
adaptasi orang Wawonii terhadap suku bangsa 2016. “Dampak Minuman Keras di
lain patut ditiru, dilestarikan, dan disosialisasikan Kalangan Remaja di Desa Langara
kepada generasi melalui pendidikan formal yaitu Iwawo, Kecamatan Wawonii Barat,
rasa toleransi antara sesama suku bangsa yang Kabupaten Konawe Kepulauan”. Jurnal
berdomisili di wilayah Wawonii. Orang Wawonii Neo societal, Vol.1; No. 1 pp. -100.
selalu mengaku sebagai bagian dari suku bangsa
dengan orang yang berinteraksidengannya Ibrahim. 2016. “Dampak Pertambangan terhadap
sebagai upaya untuk menjalin kerukunan dan Sosial Ekonomi Masyarakat dalam Perspektif
harmoni dengan lingkungannya. Orang Wawoni Islam (Studi Kasus Pertambangan Desa
juga mempunyai kearifan yaitutidak pernah Batulu Raya, Kecamatan Wawonii Tenggara,
Kabupaten Konawe Kepulauan)”.  Tesis,

113
Jurnal Kebudayaan, Volume 14, Nomor 2, Desember 2019

IAIN Kendari, belum diterbitkan. and the disintegration of families. https://


www.merriam-webster.com/dictionary/
Kabupaten Konawe Kepulauan. https://
disintegration, diunduh tanggal 12 Desember
id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_ Konawe_
2019.
Kepulauan, diunduh tgl 25 Juli 2019
Ramadhan, Dian Taufik, Arif Budimanta,
Kesultanan Buton. https://id.wikipedia.org/wiki/
dan Soemarno Witoro Soelarno. 2014.
Kesultanan_Buton, diunduh 2 April 2019 .
“Resolusi Konflik Antara Masyarakat Lokal
Mahrudin. 2010. “Konflik Kebijakan dengan Perusahaan Pertambangan (Studi
Pertambangan Antara Pemerintah dan Kasus: Kecamatan Naga Juang, Kabupaten
Masyarakat di Kabupaten Buton”. Jurnal Mandailing Natal, Provinsi Sumatera
Studi Pemerintahan Vol.1 No.1 Agustus Utara)”. Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol 12 No.
2010 p. 203-222. http://dx.doi.org/10.18196/ 2, 2014. hlm. 92-104.
jgp.2010.0011.
Suharto, Rahmad Budi, Rian Hilmawan, dan
Mufid, Ahmad Syafii. 2019. Pendidikan Rizky Yudaruddin. 2015. “Sumber daya
Kebangsaan dan Pancasila harus Diberikan Alam untuk Kesejahteraan Penduduk Lokal:
dari Pendidikan Dasar sampai Perguruan Studi Analisis Dampak Pertambangan Batu
Tinggi. Diunduh dari laporan Tony Bara di Empat Kecamatan Area Kalimantan
Brahmantoro dalam Detik.com. https:// Timur, Indonesia”. Jurnal Organisasi dan
www.tribunnews.com/nasional/2017/11/21/, Manajemen, Volume 11, Nomor 2, September
diunduh tanggal 11 Desember 2019. 2015. Hlm. 127-137
Nasution dan Wa Ode Sifatu. 2014. Pengelolaan Suparto, Wijoyo. 2013. Pengkajian Hukum tentang
Usaha Jasa MICE and Events, Jakarta: Perlindungan kepada Masyarakat dalam
Raharsa Utama Nusantara. Sengketa Lingkungan Hidup. Jakarta: Badan
Novianti, Ririn. 2017. “Peran Ekonomi Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian
Kreatif terhadap Pengembangan Jiwa Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Entrepreneurship di Lingkungan Pesantren: Indonesia.
Studi Kasus di Pondok Modern Darussalam Syafruddin dan Rahayu Puji Suci. 2019. “Pengaruh
Gontor Putri 1”. Jurnal Penelitian Ilmiah Gaya Kepemimpinan dan Disiplin terhadap
Intaj Vol. 1, hlm. 77- 99. Motivasi Kerja Pegawai di Kecamatan
Peta Provinsi Sulawesi Tenggara Lengkap. Wawonii Tengah, Kabupaten Konawe”.
https://www.sejarah-negara.com/ 2017/05/ Jurnal Ilmu Managemen  Vol 5, No 1.
peta-provinsi-sulawesi-tenggara-lengkap. Tahara, Tasrifin. 2010. “Reproduksi Stereotipe
html. diunduh 2 April 2019. dan Resistensi Orang Katobengke dalam
Polemik Serobot Lahan di Konkep Kian Memanas, Struktur Masyarakat Buton”. Disertasi.
Marwah Bantah Pernyataan Marlion dan Ali Depok: Departemen Antropologi, Fakultas
Mazi. https://potretsultra.com/polemik-serobot- Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
lahan-di-konkep-kian-memanas-marwah- Indonesia.
bantah-pernyataan-marlion-dan-ali-mazi/. Tuaputy, Una Selvi; Eka Intan Kumala Putri, dan
Diunduh tanggal 25 Agustus 2019. Zuzy Anna. 2014. “Eksternalitas Pertambangan
Polsby, Daniel D. 1974. Loss of unity or integrity Emas Rakyat di Kabupaten Buru, Maluku”.
by or as if by breaking into parts; over the Journal of Agriculture, Resource, and
long run, however, there is no substitute for Environmental Economics (JAREE) 1 p. 71-
addressing the root causes of crime—bad 86. http://www.jobfinder.com.sg/jobs?: 2017,
education and lack of job opportunities diunduh tanggal 25 juli 2019.

114

You might also like