You are on page 1of 9

Cita Ilmu, Edisi 26 Vol.

xiii, Oktober 2017

RASM USMANI DAN METODE PENULISANNYA


(Telaah Kodifikasi Al-Quran dan Perkembangan Rasm Usmani
Dari Zaman Usman Hingga Sekarang)

Muhammad Khoirul Anwar


Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta
Jl. I.H. Juanda, No. 70, Ciputat, Indonesia
E-mail:

Abstract
Rasm Usmani as a guideline for khath or the writing of the Qur’an has an important role as a treasure of the science of the
Qur’an. For writing in accordance with Rasm Usmani is not the same as the writing of ‘immaterial’, which has become the
standard composition of hijaiyah letters. And Rasm Usmami has six self-written guidelines that have been patents into the rules
of writing in accordance with the codification of Al-Quran in Usman bin Affan era. Namely: throwing letters, adding letters,
writing hamzah, replacement letters, washal and fashal, lafadz which has two kinds of reading or more. And it was all under
the control of Usman bin Affan from a copy of Mushaf owned by Hafsah. Then after the codification was completed, Usman
ordered that it be sent to various Islamic areas that experienced a dispute by sending also a delegation to explain the guideline
written in the Mushaf. Along with the times, Rasm Usmani has improved from time to time. Starting from the improvement
of the form of letters and giving harakat. And it remains in accordance with the correct rules and to maintain the existence of
Rasm Al-Quran. This research is the result of library research, with descriptive analysis approach from various related data.
And this study as a form of study of the science of Al-Quran to analyze more related to the guidelines of writing the letter of the
Qur’an in accordance with the correct rules.
Key Words:

Abstrak
Rasm Usmani sebagai pedoman untuk khath atau penulisan Al-Quran memiliki peran penting sebagai khazanah ilmu ke-
Al-Quran-an. Sebab penulisan yang sesuai dengan Rasm Usmani tidak sama dengan penulisan imlai’, yang sudah menjadi
standar susunan huruf hijaiyah. Dan Rasm Usmami memiliki enam pedoman penulisan sendiri yang sudah paten menjadi
kaidah penulisan yang sesuai dengan kodifikasi Al-Quran zaman Usman bin Affan. Yaitu: membuang huruf, menambah
huruf, penulisan hamzah, penggantian huruf, washal dan fashal, lafadz yang memiliki dua macam bacaan atau lebih. Dan
semuanya dilakukan di bawah pengawasan Usman bin Affan dari salinan Mushaf yang dimiliki oleh Hafsah. Kemudian setelah
kodifikasi sudah rampung, Usman memerintahkan agar dikirimkan ke berbagai wilayah Islam yang mengalami pertikaian
dengan mengirimkan juga delegasi untuk menjelaskan pedoaman yang ditulis dalam mushaf. Seiring dengan perkembangan
zaman, Rasm Usmani mengalami perbaikan dari masa ke masa. Mulai dari perbaikan bentuk huruf dan pemberian harakat.
Dan itu tetap sesuai dengan kaidah yang benar dan untuk menjaga eksistensi Rasm Al-Quran. Penelitian ini sebagai hasil
dari penelitian pustaka library research, dengan pendekatan analisa diskriptif dari berbagai data yang berkaitan. Dan kajian
ini sebagai bentuk kajian ilmu Al-Quran untuk menganalisa lebih jauh terkait dengan pedoman penulisan huruf Al-Quran
yang sesuai dengan kaidah yang benar.
Kata Kunci: Rasm Usmani, Kodifikasi Alquran, Kaidah Penulisan, Mushaf.

149
Rasm Usmani dan Metode Penulisannya – Muhammad Khoirul Anwar

Pendahuluan Islam yang sedang berperang di kawasan Armeni dan


Pada masa pemerintahan Usman bin Affan, terdapat Azerbaijan (Uni Soviet),2 mereka yang berperang itu
beberapa masalah pelik yang harus segera dituntaskan, adalah prajurit dari Irak yang cara membacanya mereka
termasuk diantaranya pencatatan ulang al-Quran untuk mengikuti sahabat Nabi yang bermukim di Irak. Ada
kedua kalinya. Meluasnya wilayah di bawah pimpinan juga prajurit dari Syiria yang cara membaca al-Quran
Khalifah Umar sebelumnya memberi peluang kepada juga berasal dari sahabat Nabi yang dikirim ke Syiria.
para sahabat untuk berbondong-bondong mendatangi Dan kedua bacaan itu memang terdapat perbedaan
daerah penaklukan untuk memgajarkan Islam dan karena Nabi memang mengajarkan bacaan yang
membaca al-Qur’an. Ataupun banyak diutus seorang berebeda dengan tujuan untuk mencari kemudahan.
pengajar ke daerah baru di wilayah Islam baik ketika Karena mempertimbangkan bahwa dialek suku Arab
di bawah pimpinan Khalifah Umar maupun di bawah yang berbeda-beda. Namun, setelah sampai pada
pemerintahan Ustman bin Affan. generasi tabi’in, perbedaan dalam bacaan al-Quran itu
justru memicu pertikaian, dan masing-masing tabi’in
Di samping itu terdapat akibat lain yang ditimbulkan
mengklaim bahwa bacaannya lah yang paling benar.
dari pengajaran baik oleh sebagian sahabat maupun
Begitu juga para tabi’in yang lain.3 Karena mereka belajar
pengajar lainnya, yaitu berbedanya cara membaca al-
dengan para sahabat yang diajarkan ragam bacaannya
Quran, sehingga pada akhirnya ejekan itu semakin
oleh Nabi. Seperti penduduk Syam mengikuti bacaan
meruncing dan tidak jarang saling mengkafirkan satu
Ubay bin Kaab dan masyarakat Kufah mendapatkan
sama lainnya. Sehingga sering terjadi perselihan antara
bacaan dari Abdullah bin Masud. Dan yang lainnya
murid seseorang dengan murid lainnya karena masing-
dari Abu Musa al-Asyari. Sehingga berita tentang
masing berbeda dalam membaca al-Quran.1
pertikaian ini sampai kepada sahabat Usman bin Affan
Maka dari permasalahan yang semakin genting
di Madinah, dan akhirnya Usman menggelorakan
tersebut mendorong sahabat Usman bin Affan untuk
adanya penulisan mushaf al-Quran dengan tujuan agar
menuliskan Mushaf guna mempersatukan para sahabat
kaum muslim mempunyai rujukan tulisan al-Quran
yang sedang mengalami pertikaian. Dan ini merupakan
yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Dengan
kebijakan yang dimiliki oleh Usman bin Affan untuk
kata lain, Usman hendak mempersatukan MuṢḥāf yang
menjaga keutuhan Islam agar tidak terjadi perselisihan
ada (Tauhidul MaṢāḥif).4
yang fatal. Maka dari itu, dalam makalah ini akan
Ketika terjadi peperangan tersebut, Usman
membahas terkait dengan perumusan serta faktor yang
sebelumnya mendapatkan rujukan dari Hudzaifah
menjadi motifasi kodifikasi al-Quran pada masa Usman,
bin al-Yaman yang datang menghadap kepada Usman
dan eksistensinya hingga saat ini.
karena telah menyaksikan adanya perbedaan membaca
al-Quran di kalangan orang muslimin pada saat itu,
Motivasi dan Latar Belakang Kodifikasi Pada
yang masing-masing melihatnya sebagai bacaan yang
Masa Usman
tidak fasih, dan berebeda dalam membaca beberapa
Kodifikasi al-Quran pada masa sahabat Usman
bin Affan (25 H) merupakan ketiga kalinya al-Quran
dituliskan kembali. Penyebabnya adalah adanya
perbedaan cara baca al-Quran di antara para prajurit
2
Subhi Shalih, Mabahits fi ‘Ulum al-Quran, (Baerut: Dâr Ilmi
al-Malayîn, 1985, cet ke-16), 99.
1
Az-Zarqani, Manahil al-Irfan Fi ‘Ulum al-Quran, (Baerut: Dâr 3
Az-Zarqani, Manahil al-Irfan Fi ‘Ulum al-Quran, 255.
al-Fikr, T.th), 254. 4
Ahmad Fathoni, Ilmu Rasm Usmani, (Jakarta: PTIQ, 2013), 4.

150
Cita Ilmu, Edisi 26 Vol. xiii, Oktober 2017

kata. Sehingga mereka saling mengkafirkan.5 Hużaifah sehingga ada yang tertulis berbeda pada setiap MuṢḥāf
berkata, “Amirul mukminin, persatukanlah segera umat yang dikirimkan ke berbagai tempat. Seperti pada kata
ini sebelum mereka berselisih mengenai kitab al-Quran, ‫ وأويص‬yang ada di dalam surat al-Baqarah ayat 132
sebagaimana yang terjadi di kalangan Yahudi dan mempunyai qiraat lain, sehingga di dalam MuṢḥāf
Nasrani. Kemudian Usman bin Affan mengirim surat Madani dan Syami ditulis dengan ‫وأويص‬.11
kepada Hafsah, yang berisi permintaan agar Hafsah
mengirimkan MuṢḥāf yang ia miliki atau MuṢḥāf yang Team Kodifikasi al-Quran Pada Masa Usman
disimpannya untuk disalin menjadi beberapa naskah. Dalam penyusunan MuṢḥaf, Usman bin Affan
Kemudian Hafsah pun mengirimkan MuṢḥāf yang ia memilih beberapa orang yang diberikan amanah untuk
miliki sesuai dengan permintaan Usman bin Affan.6 melakukan kodifikasi dengan teliti, di antara orang yang
Perbedaan bacaan al-Quran pada masa Usman ditunjuk oleh Usman bin Affan antara lain: Abdullah
juga disampaikan oleh para guru yang mengajarkan al- bin ‘Amr bin Ash, Abdullah bin Zubair, Abdurrahman
Quran. Karena ketika ada seorang murid yang berguru bin Haris bin Hisyam, Zaid bin Sabit.12, Ibnu Abbas.13
kepada seorang guru kemudian mendapatkan cara Kepada mereka, Usman bin Affan berpesan jika
bacaan yang berbeda, sehingga akibatnya ketika bertemu mereka mendapati kesulitan di dalam penulisan,
dengan orang lain yang memiliki bacaan tidak sama hendaknya menuliskannya dengan Bahasa Quraiys
dengannya, maka terjadilah saling mengkafirkan di karena al-Quran turun menggunakan bahasa mereka.
antara mereka.7 Dan ini merupakan faktor terpenting Adapun tiga orang yang pertama adalah orang Quraiys
yang mendorong Usman bin Affan untuk membuat sedangkan hanya Zaid bin Sabit yang bukan berasal dari
al-Quran dengan satu macam bentuk bacaan (harfun suku Quraiys.14 Dan pekerjaan ini memiliki metode
wāḥid).8 Adapun yang dimaksudkan dengan satu macam khusus yang diberikan oleh Usman,15 Sehingga para
bentuk bacaan (harfun wāḥid) adalah menuliskan dengan ulama menyebutnya hasil kodifikasi yang dilakukan
satu bentuk tulisan yang memungkinkan bisa mencakup oleh Usman bin Affan adalah ar-Rasmul Usmani li al-
dari berbagai macam bacaan (Sab’ah Aḥruf) sebagaimana MuṢḥāf, yaitu dengan dinisbahkan kepada Usman.
al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad. Maka Hal ini bukan karena pembuatan Rasm ini menyalahi
jika terdapat hal demikian di dalam Rasm Usmani tidak atau berbeda dengan yang dituliskan pada zaman Nabi.
ditulis dengan tulisan yang berbeda. Contoh: Pada kata Melainkan dinisbahkan kepada Usman karena beliau
َ ْ
‫ يَك ِذبُون‬di dalam surat al-Baqarah ayat 10, memiliki lah yang memulai dan menyebarkan tulisan ini setelah
َ ْ ُ ِّ َ ُ
bacaan lain ‫ يكذبون‬maka hanya ditulis dengan kata ia memindah dari MuṢḥāf Abu Bakar, di antaranya juga
‫يكذبون‬.9 Dengan tidak diberikan titik dan harakat.10 dari yang dimiliki oleh para sahabat yang menyaksikan
Berbeda dengan lafaẓ yang memiliki dua qiraat atau langsung dari Rasulullah.16 Tetapi kemudian para
lebih yang tidak memungkinkan untuk ditulis di dalam ulama berbeda pendapat tentang status hukum Rasm
satu bentuk tulisan di masing-masing MuṢḥāf Usmani,
11
Ahmad Fathoni, Ilmu Rasm Usmani, 13
5
Manna’ Khalil al-Qatthan, Mabahits Fi ‘Ulum al-Quran, (T.tp: 12
Manna’ Khalil al-Qatthan, Mabahits Fi ‘Ulum al-Quran,130.
Maktabah al-Ma’arif, 2000, cet ke-3), J. I, 129. 13
Ibnu Katsir, Fadlail al-Quran, hal. 39.
6
Subhi Shalih, Mabahits fi ‘Ulum al-Quran, 99. 14
Manna’ Khalil al-Qatthan, Mabahits Fi ‘Ulum al-Quran, 131.
7
Manna’ Khalil al-Qatthan, Mabahits Fi ‘Ulum al-Quran, 130. 15
Terkait dengan metode penulisan mushaf yang dijadikan
8
Az-Zarqani, Manahil al-Irfan Fi ‘Ulum al-Quran, 254. pedoman oleh Usman akan menjadi pembahasan pada sub tema
9
Ahmad Fathoni, Ilmu Rasm Usmani, hal. 13. berikutnya.
10
Ibnu Katsir, Fadlail al-Quran, (Kairo: Maktabah Ibnu Taimiyah, 16
Abdul Karim Ibrahim Shalih, International Conference On The
2003), 39. Holy Qur’an, (Jakarta: LPQ, 2016),10.

151
Rasm Usmani dan Metode Penulisannya – Muhammad Khoirul Anwar

Usmani, antara lain: pertma, sebagian ulama ada yang Kedua, banyak ulama berpendapat bahwa Rasm
mengatakan bahwa Rasm ‘Usmani dalam penulisan ‘Usmani bukan tauqifî dari Nabi, tetapi hanya satu
al-Quran sifatnya adalah tauqîfi yang wajib dipakai cara yang disetujui oleh Usman dan diterima oleh
dalam penulisan al-Quran dan harus sungguh-sungguh umat dengan baik, sehingga menjadi suatu keharusan
disucikan. Dan mereka menisbahkan pendapat itu dan kewajiban yang harus dijadikan suatu pegangan
berdasarkan dengan apa yang telah disampaikan oleh yang tidak boleh dilanggar. Namun, tetap ada catatan
Nabi: sebagaimana yang terjadi pada Malik yang pernah
ditanya, “Apakah MuṢḥāf boleh ditulis menurutn ejaan
:‫ أحد كتبة الويح‬,‫فذكروا أنه قال ملعاوية‬ yang diadakan orang?” Kemudian ia menjawab, “Tidak,
ِّ ،‫“ألق ادلواة‬
،‫ وانصب ايلاء‬،‫وحرف القلم‬ kecuali menurut tata cara penulisan yang pertama.”
(Riwayat Abu ‘Amr ad-Dani dalam al-Muqni’).19
ِّ
،‫وحسن اهلل‬ ِّ ‫ وال‬،‫وفرق السني‬
،‫تعور امليم‬ ِّ
Dan mereka para pengumpul MuṢḥāf diberikan

‫ وضع قلمك‬،‫وجود الرحيم‬ ِّ ،‫ومد الرمحن‬ tugas agar teliti menyalin lembaran-lembaran itu. Dan
ketika telah selesai pengumpulan itu, maka Usman
”‫ فإنه أذكر لك‬،‫ىلع أذنك اليرسى‬ mengembalikan MuṢḥāf miliki Hafsah yang telah
dipinjam. Kemudian ia memerintahkan agar MuṢḥāf
“Mereka menyebutkan bahwa Nabi Muhammad
pernah berkata kepada Muawiyah salah seorang penulis - MuṢḥāf yang lainnya dibakar, termasuk mushaf Abu
wahyu, “Letakkanlah tinta, pergunakanlah pena, Bakar. Dalam penyalinan ini Zaid menceritakan bahwa
tegakkanla huruf “Ya’”, bedakan “Sin,” jangan kamu dirinya pernah ingat jika di satu ayat di dalam surat al-
miringkan huruf mim, dan baguskanlah tulisan “Allah”, Ahzab ayat 23 yang tidak ada, sehingga ia mencarinya
panjangkanlah kata “Ar-Rahmân”, baguskanlah kata dan menemukan di dalam MuṢḥāf Khuzaimah bin
“ar-Rahîm” dan letakkanlah penamu pada telinga
Tsabit al-Anshari,20 yaitu:
kirimu, karena yang demikian akan lebih dapat dengan
َ ُ ٌ
‫ني ِر َجال َص َدقوا َما َعه ُدوا‬ َ ‫م َن ال ْ ُم ْؤمن‬
ِِ ِ
mudah mengingatkanmu.”17

ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ
‫الل َّ َعليْ ِه ف ِمن ُه ْم َم ْن قض نبَه َو ِمن ُه ْم َم ْن‬
َ
Ibnu Mubârak dengan mengutip dari pendapat
gurunya, Abdul ‘Azîz ad-Dabbâq yang mengatakan
ً َ ُ َّ ْ
bahwa para sahabat maupun orang lain tidak ‫يَنتَ ِظ ُر َو َما بَدلوا تبْ ِديل‬
mencampuri di dalam penulisann Rasm Usmani,
“Di antara orang-orang mukimin itu ada yang menepati
meskipun hanya seujung rambut pun. Melainkan apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan
semuanya adalah dari Rasulullah. Karena dialah yang di antara mereka adapula yang gugur, dan di antara
memerintahkan menuliskan dengan ketentuan yang mereka ada pula yang menunggu-nunggu, dan mereka
sangat jelas, dengan menambah alif dan menguranginya, sedikitpun tidak mengubah janjinya.”
yang semuanya terdapat rahasia yang tidak bisa
Dengan ke-tawadlu’an para pengumpul al-Quran,
dijangkau oleh akal. Demikian itu merupakan rahasia
mereka mengikuti apa yang telah diperintahkan oleh
Allah yang secara khusus diberikan di dalam al-Quran
Usman, sehingga mereka tidak berani menuliskan
yang tidak diberikan kepada kitab-kitab Samawî yang
di dalam MuṢḥāf melainkan setelah dibenarkan
lainnya. Sehingga dalam pengumpulan al-Quran sebagai
oleh Usman. Dan mereka menyakini jika Usman
mukjizat maka dalam Rasm pun juga sebagai mukjizat.18

17
Manna’ Khalil al-Qatthan, Mabahits Fi ‘Ulum al-Quran, 147. 19
Manna’ Khalil al-Qatthan, Mabahits Fi ‘Ulum al-Quran, 148.
18
Manna’ Khalil al-Qatthan, Mabahits Fi ‘Ulum al-Quran, 147. 20
Az-Zarqani, Manahil al-Irfan Fi ‘Ulum al-Quran....,255.

152
Cita Ilmu, Edisi 26 Vol. xiii, Oktober 2017

mendapatkan kebenarannya itu, ia dapatkan dari nabi disebutkan sebelumnya, yaitu antara lain: Pertama,
Muhammad. Semua itu dilakukan untuk memastikan membuang Huruf. Di antara rumusan pembahasan
bahwa yang ditulis adalah benar merupakan bagian dari pada kaidah ini adalah bawa semua lafadz ‫ كتاب‬ditulis
ayat al-Quran, serta tilawahnya tidak dinasakh pada dengan membuang alif sesudah huruf ta’, kecuali di
kesempatan yang lain, (Al-‘Ardhah al-Akhirah). Seperti empat tempat, yaitu surat ar-Ra’d ayat 38, surat al-hijr
yang terjadi pada ayat, ‫ اهلل ذكر إىل فامضوا‬yang dinaskh ayat 4, surat al-Kahfi 27 dan surat an-naml 1.26
َْ َ َ َ َ ْ ُ َ
dengan ayat ‫فاسعوا‬. Kemudian pada kalimat ‫اءهم َوكن‬
َ ‫َور‬ Kedua, penambahan Huruf. Yaitu yang merupakan
ٌ ُ ُ ْ َّ ُ َ ً ْ َ
‫ غصبا َس ِفين ٍة ك يَأخذ َم ِلك‬pada mulanya terdapat kata
salah satu kaidah dalam perumusan ini adalah jika
sesudah waw Jama’, yang ada di akhir fiil, maka harus
‫صاحلة‬.21 ّ
ditambah dengan alif, kecuali pada kata ‫جاءو‬-‫عدوو‬
Kemudian MuṢḥāf Usmani dibuat beberapa adapun yang terjadi penambahan huruf alif seperti
MuṢḥāf untuk dikirimkan ke beberapa daerah yang
َْ َ
pada kata, ‫سعوا‬, surat Saba’ ayat 5.27 Tetapi ada juga
sesuai dengan bacaan yang berlaku di daerah tersebut. penambahan yang terjadi pada Rasm Usmani adalah
Adapun perbedaan pada MuṢḥāf yang dikirimnya hanya penambahan kalimat, yang masih ditemukan pada
terjadi pada membuang, menetapkan huruf, dan badal qira’at Syażah seperti yang terjadi pada ayat:
atau menggantikan huruf,22 awal dan akhir, ta’wil, yang
ْ‫اح أَ ْن تَبْتَ ُغوا فَ ْض ًل من‬ ُ َْ َ َ َْ
ٌ َ‫ك ْم ُجن‬ ‫ليس علي‬
ditetapkan bersama dengan turunnya al-Quran.23 ِ
28 ْ ُ
Pedoman Penulisan Al-Quran Pada Mashahif
‫َر ِّبكم‬
Utsmaniyah Di dalam MuṢḥāf - MuṢḥāf yang dimiliki oleh as-
Secara bahasa kata Rasm berarti bekas, tulisan, Sajastani tertulis seperti berikut:
khath,24zubur, dan raqm. Dan dibagi menjadi dua ْ‫ك ْم أَ ْن تَبْتَ ُغوا فَ ْض ًل من‬
ُ َْ َ ٌ َ ُ َ
‫ال جناحعلي‬
macam, yaitu qiyasi dan istilahi. Rasm Qiyasi yang biasa
ِ
ُ
disebut juga dengan Rasm Imlai adalah peggambaran ‫َر ِّبك ْم‬
lafadz yang menggunakan huruf hijaiyah, dengan tetap
Adapun di dalam MuṢḥāf Abdullah bin az-Zubair
memperhatikan standarisasi ibtida’ dan waqaf yang ada
dan Ibnu Abbas tertulis seperti berikut:
ْ‫ك ْم أَ ْن تَبْتَ ُغوا فَ ْض ًل من‬
pada penulisan itu. Sedangkan yang dimaksud dengan
ُ َْ َ ٌ َ ُ َ
Rasm Istilahi, yang juga disebut sebagai Rasm Usmanii,
ِ ‫ال جناحعلي‬
ْ َ ْ ْ ُ ِّ َ
‫ف َموا ِس ِم احلج‬
adalah model tulisan sahabat yang dipakai untuk
29 ِّ َ
menulis MuṢḥāf if Usmaniyah.25 ِ ‫ربكم‬
Pedoman di dalam kodifikasi yang dilakukan oleh
Ketiga, Penulisan Hamzah. Pada umumnya huruf
Usman bin Affan, para ulama mengklasifikasikan
Hamzah yang ada pada akhir kalimat tidak dituliskan
dengan beberapa kaidah sebagaimana yang telah
atau dibuang, kecuali yang terjadi pada lafadz dalam

21
Az-Zarqani, Manahil al-Irfan Fi ‘Ulum al-Quran..., 257.
22
Az-Zarqani, Manahil al-Irfan Fi ‘Ulum al-Quran, 258.
23
Abdul Fattah Ismail as-Tsalabi, Rasm al-Mushaf al-‘Usmani, 26
As-Suyuthi, Al-Itqan Fi al-‘Ulum al-Quran, (Kairo: Maktabah
(Jeddah: Dâr al-Munirah, t.th), 14. Wa Matba’ah, 1987), 147-156.
24
Az-Zarqani, Manahil al-Irfan Fi ‘Ulum al-Quran....,255. 27
Ahmad Fathoni, Ilmu Rasm Usmani...,10.
25
Al-Hammad, Rasbul Mushaf Dirasiyah Lughawiyah Tarikhiyah, 28
Di dalam Mushaf yang kami miliki tertulis demikian.
(Bagdad: 1982, t.th)...,12. 29
Abdul Fattah Ismail as-Tsalabi, Rasm al-Mushaf al-‘Usmani...,3.

153
Rasm Usmani dan Metode Penulisannya – Muhammad Khoirul Anwar

surat al-Qashas ayat 76, ‫وء‬


ُ َ
ُ ‫ َلن‬, dan pada lafadz yang Madani al-‘Am (MuṢḥāf untuk penduduk Madinah),
َ ُ‫ َتب‬.
dalam surat al-Maidah ayat 29, ‫وء‬ dan MuṢḥāf Madani al-Khas (MuṢḥāf yang disimpan
Usman untuk diri sendiri). Biasanya mushaf ini disebut
Keempat, Penggantian huruf. Di antara yang terjadi
dengan “MuṢḥāf Imam,” karena ada dugaan jika mushaf
pada kaidah ini yaitu ketika ada huruf alif pada lafadz
inilah yang pertama kali ditulis.31
‫احلياة‬, ‫ الزاكة‬-‫ الربا‬yang tidak dimudlafkan maka diganti
dengan huruf waw. Keenam MuṢḥāf yang ditulis sebanayak enam buah
tesebut memiliki perbedaan atau tidak sama dalam
Kelima, Washl (disambung) dan Fashl (dipisah),
penulisannya antara yang satu dengan yang lainnya.
yang terjadi pada beberapa kata, di antaranya: pertama,
َّ Karena hal terebut terjadi bahwa al-Quran diturunkan
semua lafadz ‫ ِإما‬yang dibaca dengan kasrah pada
dengan macam-macam bacaan (sab’atu ahruf).32 Sehingga
hamzahnya, maka ditulis dengan washl kecuali yang
perbedaan itu untuk mencakup semua bacaan yang
ada di dalam surat ar-Ra’d ayat 40, karena ia ditulis
ْ َ َ َّ َ ُ
dengan Fashl ‫ن ِرينك ما َوإِن‬. Kedua, semua kalimat ‫أين‬
sudah diajarkan oleh Nabi kepada para sahabat, yang
saat itu sudah menyebar luas di beberapa wilayah Islam.
‫ ما‬ditulis dengan fashl kecuali yang terdapad di dalam
surat an-Nahl ayat 76 dan surat al-Baqarah ayat 115, Tetapi terkait dengan jumlah MuṢḥāf yang
َ‫يُ َو ِّج ْهه أَ ْينَما‬, ‫تُ َولُّوا فَأَ ْينَ َما‬. disosialisasikan terdapat banyak perbedaan. Sebagian
riwayat ada yang mengatakan hanya 4 mushaf, yaitu
Kelima, Tentang Lafadz yang memiliki dua macam MuṢḥāf yang dikirimkan untuk penduduk Bashrah,
qiraat atau lebih. Kufah, Syam dan Madinah sendiri. Ada juga yang
Adapun di antara lafadz/kalimat yang memiliki mengatakan 5 mushaf, yang ditambah untuk penduduk
dua macam bacaan atau lebih dan yang tidak termasuk Makah. Ada yang mengatakan 6 mushaf, dengan
pada qiraat syadzah, yaitu seperti yang terjadi pada menambahkan mushaf untuk penduduk Bahrain.
lafadz, ‫ ملك‬ada yang membacanya dengan alif dan Ada yang mengatakan 7 dan 8, dengan menambahkan
tidak. Maka ia hanya ditulis dengan kata ‫ ملك‬tanpa MuṢḥāf untuk penduduk Yaman dan Mushaf yang
alif sesudah mim. Begitu juga yang terjadi pada kata ditulis untuk sahabat Usman sendiri, yang disebut
َْ َ
‫ ي َد ُعون َو َما‬ada yang membacanya dengan ‫خيدعون وما‬ sebagai MuṢḥāf Induk.
maka hanya ditulis dengan kata ‫ خيدعون وما‬tanpa alif Semua pendapat tersebut sebenarnya bisa
sesudah huruf kha’.30 disamakan, yaitu jika penulisan untuk gelombang
pertama sebanyak 4 MuṢḥāf, saha dan dikirimkan
Sosialisasi Mashahif Usmaniyah ke Kota-kota ke negeri yang dilanda pertikaian. Lalu setelah itu
Besar Wilayah Islam ditulis lagi MuṢḥāf untuk negeri yang lainnya seperti
Sebagaimana yang populer bahwa MuṢḥāf yang Makah, Bahrain, dan Yaman. Dan semua pengirimin ke
ditulis Usman dan para sahabatnya, ada banyak muṢḥāf beberapa wilayah tersebut, sahabat Usman menyertakan
yang dengan sengaja dijadikan dengan berbeda. Adapun delegasi yang diutus untuk mendampingi MuṢḥāf yang
muṢḥāf - muṢḥāf yang terkenal antara lain: Mushaf dikirimkan, antara lain: Mughirah bin Syihab yang
Basrah (MuṢḥāf yang dikirim ke kota Bashrah), MuṢḥāf ditunjuk untuk mendampingi MuṢḥāf yang dikirimkan
Kufah (MuṢḥāf yang dikirim ke kota Kufah), MuṢḥāf ke Syam, Abdurrahman as-Sulami untuk MuṢḥāf yang
Syam (MuṢḥāf yang dikitim ke kota Syam), MuṢḥāf dikirimkan ke Kufah, Amir bin Qaisya untuk MuṢḥāf
Makah (MuṢḥāf yang dikirim ke kota Makah), MuṢḥāf
31
Ahmad Fathoni, Ilmu Rasm Usmani...,12.
30
Ahmad Fathoni, Ilmu Rasm Usmani...,11. 32
Ahmad Fathoni, Ilmu Rasm Usmani...,14.

154
Cita Ilmu, Edisi 26 Vol. xiii, Oktober 2017

yang dikirimkan ke Basrah, Abdullah bin Sa’ib untuk ketika Ziyad bin Samiyah menjadi Gubernur Basrah
Mushaf yang dikirimkan ke Makkah. Adapun untuk pada masa pemerintahan Khalifah Mu’awiyah bin Abi
di Madinah sendiri sahabat Usman meminta Zaid bin Sufyan (40-60 H). Ia melihat telah terjadi kesalahan di
Tsabit menjadi guru pengajar al-Quran. Dan untuk kalangan kaum muslim dalam membaca al-Qur’an.35
Mushaf yang dikirimkan ke Bahrain dan Yaman tidak Sebagai contoh, kesalahan dalam membaca firman
ada riwayat yang menjelaskannya. Allah dalam surat at-Taubah ayat 3 yang berbunyi:
Dan semua delegasi tersebut merupakan dari ُ ُ َ َ َ ْ ُ ْ َ ٌ َ َ َّ َّ َ
ُ‫ول‬
kebijakan Usman yang disuruh untuk menjelaskan ‫شك ِني ورس‬
ِ ‫أن الل ب ِريء مِن الم‬
bagaimana persoalan yang ada di dalam muṢḥāf yang ia “Sesungguhnya Allah dan Rasulnya bersih dari orang-
tuliskan dan dikirimkan ke beberapa wilayah tersebut.33 orang musyrik.”

Terhadap ayat di atas, ada di antara kaum muslimin


Eksistensi Rasm Usmani dari Masa ke Masa
waktu itu yang membaca sebagai berikut:
َ ‫يء م َِن ال ْ ُم ْشك‬ َ َّ ‫أَ َّن‬
Sebagaimana yang telah menjadi pembahasan
ِ ‫ِني َو َر ُس‬
ِ‫ول‬ ٌ ‫الل بَر‬
sebelumnya bahwa Rasm Usmani adalah tulisan al-Quran
ِ ِ
yang tidak menggunakan tanda baca dan harakat.
Sehingga artinya menjadi, “Sesungguhnya Allah berlepas
Sehingga seiring berkembangnya zaman menibulkan dari orang-orang musyrik dan RasulNya.”
beberapa perbedaan bacaan yang menyebabkan adanya
perbaikan. Namun, terkait keberadaan Rasm Usmani Melihat kenyataan seperti itu, Ziyah bin Saiyah
sendiri ada yang mengatakan jika Rasm yang dibuat meminta Abu Aswad Al-Duali (w. 69 H/638 M) untuk
oleh sahabat Usman bin Affan sudah tidak ada lagi. memberikan syakal. Ia memberi tanda fathah atau
Melainkan yang tersisa hanya ilmunya saja, yaitu ilmu tanda bunyi (a) dengan membubuhkan satu titik di
Rasm Usmani untuk membuat duplikat penulisan atas huruf, tanda kasrah atau tanda bunyi (i) dengan
Usmani yang ditulis pada zaman Usman.34 membubuhkan satu titik di bawah huruf, tanda ḍammah
atau tanda bunyi (u) dengan membubuhkan satu titik
Adapun terkait dengan dimulainya penggunaan
terletak di antara bagian-bagian huruf, sementara tanda
harakat dan tanda baca sudah menjadi pembahasan
sukun atau tanda bunyi konsonan (huruf mati) ditulis
pada pemakalah sebelumnya. Sehingga seiring
dengan cara tidak membubuhkan apa-apa pada huruf
berjalannya waktu, Rasm Usmani mengalami perbaikan.
yang bersangkutan.
Pada masa itu, tulisan hanya terdiri atas beberapa
simbol dasar, hanya melukiskan struktur konsonan Tanda baca Abu Aswad tersebut disempurnakan
dari sebuah kata yang sering menimbulkan kekaburan lagi pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan (65-
lantaran hanya berbentuk garis lurus semata. Ketika 86 H) dengan perantara Gubernur Hajjaj bin Yusuf,
bahasa Arab mulai mendapat pengaruh dari luar diperintahkan supaya masing-masing huruf al-Quran
karena bercampur dengan bahasa lainnya, maka para yang serupa diberi tanda secukupnya, sebagai contoh
penguasa mulai melakukan perbaikan-perbaikan yang huruf “ba”, “ta”, “tsa” dan lain sebagainya, dengan
membantu cara baca yang benar. Perlunya pembubuhan tujuan agar tidak timbul kekeliruan dalam bacaan.
tanda baca dalam penulisan al-Quran mulai dirasakan Maka oleh Nashar bin Ashim dan Yahya bin Ya’mar,
yang kedua-duanya itu murid Abu Aswad, direncanakan
33
Ahmad Fathoni, Ilmu Rasm Usmani, hal. 6-7. tanda-tanda untuk membedakan satu persatunya huruf
34
Terkait keterangan ini penulis dapatkan dalam mata
perkuliahan. Dan sampai saat ini Penulis masih dalam proses 35
Nur Faizah, Sejarah Al-Qur’an, (Jakarta: CV. Artha Rivera,
mencari rujukan. 2008), 192-194

155
Rasm Usmani dan Metode Penulisannya – Muhammad Khoirul Anwar

dari ayat-ayat al-Quran seperti huruf “ba” diberi tanda Ka’bah menyebut gaya ini merupakan variasi gaya
titik satu bawah, huruf “ta” diberi tanda titik dua di Hiran (khas kota Herat/Hirah), yang datang ke Hijaz
atas, huruf “tsa” diberi tanda titik tiga di atas dan dari Irak pada masa sekitar awal ketika menteri dan
demikianlah seterusnya. Sebagaimana yang ada sekarang para sahabat Nabi belajar membaca dan menulis gaya
ini. Dan di adakan pula tanda titik di awal dan akhir tersebut kepada Rabi, seorang ulama terkemuka pada
tiap-tiap ayat. masa itu. Menurut Issa J. Boullata, gaya tulisan kufi
Pada tahun 162 H karena banyak kekeliruan orang berasal dari tulisan Nabataen dan jenis huruf yang ada
dalam membaca ayat-ayat al-Quran, seperti bacaan yang di Syria sebelum hijriah. Karena baik dalam tulisan
mestinya panjang dibaca pendek, yang harus dibaca Kufi maupun Suriah, huruf alif tidak akan ditulis bila
syiddah tidak dibaca syiddah dan lain sebagainya, karena muncul dalam pertengahan kata. Sebagai contoh kata
tanda baris yang telah ada belum begitu mencukupi kitâb, rahmân, dan ismaîl ditulis tanpa alif antara ta dan
maka oleh Imam Kalil bin Ahmad di kota Bashrah, ba, min, dan nun serta mim dan ‘ain.
direncanakan pula tanda yang lebih terang. Yakni oleh Namun demikian, gaya tulisan selain kufi ada juga
beliau diadakan lagi tanda baris (harakat), tanda harus di Hijaz pada masa Nabi, yakni tulisan Nabataen yang
dibaca panjang, tanda harus dibaca tebal, tanda harus darinya nanti berkembang gaya tulisan Naskhi. Tulisan
dibaca mati dan demikianlah seterusnya, sebagaimana Nabataen memang lebih mudah, lebih biasa digunakan
tanda yang terpakai hingga sekarang. kecuali oleh orang-orang Arabia.37
Adapun tulisan ayat-ayat al-Qur’an yang ada Kedua, Model Naskhi. Dengan berkembangnya
sekarang ini, bukan lagi dari tulisan ”Kufi”, karena ilmu pengetahuan dan seni dalam Islam, khususnya
tulisan yang model kufi itu dari satu masa ke masa yang pada masa Abbasiyah, karakter tulisan juga mengalami
lain telah diperbagus dan diperbaiki, sehingga di masa perkembangan. Serangkaian untuk seni kaligrafi. Dan
seorang wazir dari pemerintahan Abbasiyah, yaitu al para pakar pun muncul dalam bidang seni kaligrafi.
Wasir Ibnu Muqlab di Baghdad pada tahun 272 H. Tulisan gaya Naskhi lantas mendapat perhatian serius,
Beliau ini yang mengatur dan membentuk tulisan ayat- pasalnya gaya tulisan naskhi lebih sederhana ketimbang
ayat al-Quran seperti yang ada sekarang ini. Tentang gaya kufi sehingga mendapat perhatian, baik dari
membagi al-Quran menjadi 30 juz, dan pada tiap-tiap para ahli kaligrafi maupun masyarakat kebanyakan.
juz diadakan tanda niṣfu (separuh), dan pada tiap-tiap Sekelompok ahli kaligrafi bahkan memberi perhatian
nishfu diadakan tanda rubu’ (seperempat), itu adalah dari khusus pada perbaikan tulisan gaya naskhi, misalnya
inisiatif Gubernur Hajjaj bin Yusuf tersebut.36 Demikian Muhammad bin Ali bin Husain bin Muqlah (272-328
singkatnya riwayat huruf dan tulisan al-Quran dan H). Ibnu Muqlah diyakini sebagai penemu tulisan gaya
pembagian juz-juznya seperti yang ada sekarang ini, yang Naskhi. Pada masa ini, al-Qur’an pun mulai dituliskan
semuanya ini untuk menjaga kesucian al-Quran, dan dalam gaya Naskhi ini masih bisa dijumpai di Astanah-
juga untuk memudahkan cara membacanya. Adapun ye Quds-e Radhawi dan al-Quran yang di pelihara di Dâr
berkaitan dengan model tulisan yang digunakan dapat al-Kutub, Kairo, di perpustakaan Jamaat al-Qarwiyyin di
diketahui sebagaimana berikut: Pertama, Model Kufi. Fas, dan di perpustakaan museum Topkapi Istanbul.38
Model ini yang digunakan pada masa Nabi Muhammad,
sahabat, dan tabi’in ditulis dalam gaya Kufi. Rifal

36
Moenawar Kholil, Al-Qur’an dari Masa ke Masa, (Solo: 37
Nur Faizah, Sejarah Al-Qur’an....,195-196
Ramadhani, 1994), 28. 38
Nur Faizah, Sejarah Al-Qur’an....,196-197.

156
Cita Ilmu, Edisi 26 Vol. xiii, Oktober 2017

Kesimpulan sahabat Usman bin Affan pada saat ini sudah tidak
Kodifikasi al-Quran pada masa sahabat Usman ditemukan lagi. Hanya saja ilmu untuk memahami cara
bin Affan (25 H) merupakan ketiga kalinya al-Quran penulisan atau untuk membuat duplikat Rasm Usmani
dituliskan kembali. Penyebabnya adalah adanya masih banyak yang menguasai dan sampai saat ini masih
perbedaan cara baca al-Quran di antara para prajurit banyak yang meriwayatkan.
Islam yang sedang berperang di kawasan Armeni dan
Azerbaijan (Uni Soviet), mereka yang berperang itu
Daftar Pustaka
adalah prajurit dari Irak yang cara membacanya mereka Fathoni, Ahmad. Ilmu Rasm Usmani, Jakarta: PTIQ,
mengikuti sahabat Nabi yang bermukim di Irak. Ada 2013.
juga prajurit dari Syiria yang cara membaca al-Quran Fattah Ismail as-Tsalabi, Abdul. Rasm al-Mushaf al-
juga berasal dari sahabat Nabi yang dikirim ke Syiria. ‘Usmani, Jeddah: Dâr al-Munirah, t.th.
Sehingga ada sahabat Usman yang mendesak dirinya Faizah, Nur. Sejarah Al-Qur’an, Jakarta: CV. Artha
agar membuat upaya untuk mempersatukan mereka. Rivera, 2008.
Kemudian pedoman yang ia gunakan dalam Al-Hammad, Rasbul Mushaf Dirasiyah Lughawiyah
penulisan Rasm yang digarap oleh Usman dan para Tarikhiyah, Bagdad: 1982, t.th.
sahabatnya, tidak keluar dari enam kaidah, yang di Khalil al-Qatthan, Manna’. Mabahits Fi ‘Ulum al-Quran,
antaranya yaitu: membuang huruf, menambah huruf, T.tp: Maktabah al-Ma’arif, 2000.
penulisan hamzah, penggantian huruf, washal dan
Katsir, Ibnu. Fadlail al-Quran, Kairo: Maktabah Ibnu
fashal, lafadz yang memiliki dua macam bacaan atau
Taimiyah, 2003.
lebih. Dan semuanya dilakukan di bawah pengawasan
Usman bin Affan dari salinan Mushaf yang dimiliki oleh Karim Ibrahim Shalih, Abdul. International Conference
Hafsah. Kemudian setelah kodifikasi sudah rampung, On The Holy Qur’an, Jakarta: LPQ, 2016.
Usman memerintahkan agar dikirimkan ke berbagai Kholil, Moenawar. Al-Qur’an dari Masa ke Masa, Solo:
wilayah Islam yang mengalami pertikaian dengan Ramadhani, 1994.
mengirimkan juga delegasi untuk menjelaskan duduk Shalih, Subhi. Mabahits fi ‘Ulum al-Quran, Baerut: Dâr
perkara yang ada di dalam penulisan Rasm Usmani. Ilmi al-Malayîn, 1985.
Namun, hingga saat ini eksistensi Rasm Usmani As-Suyuthi, Al-Itqan Fi al-‘Ulum al-Quran, Kairo:
mengalami perbaikan seiring dengan berjalannya waktu, Maktabah Wa Matba’ah, 1987.
dari memberikan tanda baca dan syakal. Adapun terkait Az-Zarqani. Manahil al-Irfan Fi ‘Ulum al-Quran, Baerut:
dengan keberadaan Rasm Usmani yang ditulis oleh Dâr al-Fikr, T.th.

157

You might also like