You are on page 1of 12

PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG KEMIRI, KELAPA SAWIT DAN KELAPA HIBRIDA

SEBAGAI GRAFENA OKSIDA (GO) DARI HASIL PERKEBUNAN SULAWESI TENGGARA

Rahmin
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo
Kampus Hijau Bumi Tridarma, Kendari, Sulawasi Tenggara
Email: rahminkimia99@gmail.com
Abstract

Research related to the utilization of waste of candlenut, oil palm, and hybrid coconut shells as graphene oxide (GO) from
plantation products in Southeast Sulawesi has been carried out. This study aims to synthesize the waste of candlenut, oil palm and
hybrid coconut shells as graphene oxide (GO) to characterize the Physico-chemical properties and to determine the adsoption
power of GO. First, the modified Hummers method was used to synthesize GO. The resulting graphene oxide was then tested for
adsoption capacity and characterized using XRD, SEM, and FTIR. The results obtained showed that GO of candlenut, oil palm
and hybrid coconut shells had been well synthesized
The XRD GO diffraction pattern of candlenut shell indicates the appearance of 2θ, 11.89°, 27.02° and 44.04° respectively.
GO of oil palm shell 12.39°, 26.58° and 44.04° respectively and GO hybrid coconut shell 11.37°, 26.80° and 44.044° respectively.
The results of SEM GO analysis of candlenut, oil palm and hybrid coconut shells using SEM showed that each sample displayed a
different pore size, with an average of 2,69, 1,76 dan 1,99 µm respectively. The results of FTIR GO analysis of candlenut, oil palm
and hybrid coconuts shells were indicated for absorption for O–H strain with wave numbers of 3421 cm-1, 3417 cm-1 and 3425 cm-
1
respectively, for aliphatic C–H strain has wave numbers 2835 cm-1, 2829 cm-1 and 2881 cm-1 respectively. For C=O strain has
wave numbers 1714 cm-1, 1708 cm-1 and 1710 cm-1 respectively and C=C strain has wave numbers 1591 cm-1, 1581 cm-1and 1597
cm-1 respectively. The adsorption capacity of GO of candlenut, palm and hybrid coconut shells were 6,06 mg/g, 6,24 mg/g and
5,51 mg/g respectively. Adsorption of GO of oil palm shells on methylene blue followed the Langmuir isothermal and pseudo
second order reaction kinetics.

Key words: Shell, Modified Hummers Method, Graphene oxide, Adsorption, Methylene Blue

Abstrak

Penelitian terkait pemanfaatan limbah cangkang kemiri, kelapa sawit dan kelapa hibrida sebagai grafena oksida (GO) dari
hasil perkebunan Sulawesi Tenggara telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mensitesis limbah cangkang kemiri, kelapa
sawit dan kelapa hibrida sebagai grafena oksida (GO), mengkarakterisasi sifat fisiko-kimia serta mengetahui daya adsorpsi dari
GO. Dalam penelitian ini metode sintesis GO yang digunakan adalah metode Hummers termodifikasi. Grafena oksida yang
dihasilkan kemudian diuji daya adsorpsi serta dikarakterisasi menggunakan XRD, SEM dan FTIR. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa GO cangkang kemiri, kelapa sawit dan kelapa hibrida telah disintesis dengan baik.
Pola difraksi XRD GO cangkang kemiri diinkasikan dengan munculnya 2θ berturut-turut yakni 11,89° , 27,02° dan 44,04
° , GO cangkang kelapa sawit yakni 12,39° , 26,58° dan 44,04° sert a GO cangkang kel apa hi bri da 11,37° , 26,80° dan
44,044° . Hasil analisis GO cangkang kemiri, kelapa sawit dan kelapa hibrida menggunakan SEM menunjukkan bahwa masing-
masing sampel tersebut menampilkan ukuran pori yang berbeda, dengan rata-rata ukuran pori berturut-turut yakni 2,69, 1,76 dan
1,99 µm. Hasil analisis FTIR GO cangkang kemiri, kelapa sawit dan kelapa hibrida masing-masing terindikasi pada serapan
-1 -1 -1 -1 -1
bilangan gelombang 3421 cm , 3417 cm dan 3425 cm untuk regangan O–H, bilangan gelombang 2835 cm , 2829 cm dan
-1 -1 -1 -1
2881 cm untuk regangan C–H alifatik, bilangan gelombang 1714 cm , 1708 cm dan 1710 cm untuk regangan C=O serta
-1 -1 -1
regangan C=C bilangan gelombang 1591 cm , 1581 cm dan 1597 cm . Kapasitas adsorpsi GO cangkang kemiri, sawit dan
kelapa hibrida berturut-turut 6,06 mg/g, 6,24 mg/g dan 5,51 mg/g. Adsorpsi GO cangkang kelapa sawit terhadap methylene blue
mengikuti isotermal Langmuir dan kinetika reaksi pseudo orde dua.

Kata Kunci : Cangkang, Metode Hummers Termodifikasi, Grafena oksida, Adsorpsi, Methylene Blue

1
1. PENDAHULUAN hidrotermal. Namun hasil yang diperoleh Berdasarkan hasil
XRD, sampel yang telah sonikasi masih berbentuk grafit
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki oksida. Hal ini didukung dengan hasil karakterisasi raman,
kekayaan sumber daya alam tak terbatas (Khadifah and dan tidak terdeteksinya titik 2D. Sujiono et al (2020) dengan
Nurisal, 2017). Kondisi ini membuat negara Indonesia menggunakan metode Hummers termodifikasi tanpa
penggunaan HCl untuk mensintesis grafena oksida dari
memiliki lahan perkebunan yang luas (Kharisma, 2016).
tempurung kelapa. Hasilnya grafena oksida (GO) berbasis
Tanaman perkebunan bercangkang keras seperti kemiri,
limbah tempurung kelapa berhasil disintesis menggunakan
kelapa hibrida dan kelapa sawit merupakan jenis tanaman
metode Hummers yang dimodifikasi, dan GO yang
perkebunan yang banyak dihasilkan dan dijumpai di
diperoleh dikonfirmasi menggunakan XRD, FTIR,
Indonesia, khususnya Sulawesi Tenggara (Otih Rostiana et
spektroskopi Raman, spektroskopi UV-Vis, dan SEM-EDX.
al., 2017). Berdasarkan data statistik perkebunan Indonesia Pada penelitian ini penulis mencoba memodifikasi
tahun 2018-2020, jumlah produksi kemiri sebesar 13.514 metode-metode dari peneliti sebelumnya yaitu
ton, kelapa hibrida 594.121 ton dan kelapa sawit sebanyak menggunakan modifikasi dari metode Hummers
137.862.013 ton (Perkebunan, 2020). menggunakan ultrasonifikasi. Metode ini memiliki beberapa
Sulawesi Tenggara juga merupakan salah satu daerah kelebihan dibanding metode Hummers pada umumnya yang
yang memiliki hasil produksi tanaman perkebunan melibatkan beberapa asam kuat seperti H 2SO4, HNO3, HCl,
bercangkang keras. Menurut Badan Statistik Provinsi dan KMnO4 dalam jumlah besar. Proses ini dalam skala
Sulawesi Tenggara dalam rentang tahun 2013-2019 produksi industri tidak ramah terhadap lingkungan sebab
tanaman kemiri, kelapa hibrida dan kelapa sawit di provinsi menghasilkan limbah asam kuat yang banyak. Untuk
Sulawesi Tenggara yaitu kemiri sebesar 7.731 ton, kelapa meminimalkan penggunaan asam yang terlalu banyak maka
hibrida 25.206 ton, dan kelapa sawit 11.700 ton. Kemiri sebagian prosesnya biasanya diganti dengan eksfoliasi
memiliki dua lapis kulit, dimana setiap kilogram benih akan secara fisik menggunakan gelombang ultrasonik atau dengan
menghasilkan 30% inti kemiri dan 70% cangkang pemanasan pada suhu tinggi (Agusu and Yuliana, 2017).
(Tambunan et al., 2014). Hasil neraca massa limbah sawit Metode ini juga telah dilakukan beberapa peneliti untuk
menunjukkan bahwa total limbah padat cangkang yang mendapatkan grafena oksida dengan sifat yang lebih unggul
dihasilkan setiap pengolahan 1 ton tandan buah segar adalah ditambah metode sintesis yang sederhana serta biaya
65 kg (Susanto et al., 2017). Sementara berat tempurung produksi yang lebih murah (Taufantri et al., 2016). Seperti
kelapa hibrida berkisar 11,3% dari berat keseluruhan buah yang pernah dilakukan oleh Pei and Cheng (2012),
kelapa hibrida (Nurhayati and Syahri, 2015). Ramadhan et al (2019) dan Chen et al (2013).
Berdasarkan data-data di atas maka jumlah limbah yang Berdasarkan pemaparan di atas maka melalui
diproduksi khususnya untuk wilayah Sulawesi Tenggara penelitian ini diharapkan limbah-limbah organik (cangkang
dalam rentan tahun 2013-2019 yakni cangkang kemiri kemiri, kelapa hibrida dan kelapa sawit) dapat dimanfaatkan
5.411.700 kg, kelapa hibrida 2.848.278 kg dan kelapa sawit menjadi material yang berguna dan bernilai jual tinggi yakni
760.500 kg. Cangkang kemiri memiliki kadar karbon grafena oksida dengan tingkat konduktivitas dan
permeabilitas yang lebih tinggi dibandingkan grafena oksida
sebesar 53,6 % (Taslim et al., 2018), kelapa hibrida 18,29 %
yang dibuat dari grafit murni serta dapat memberikan
(Budi et al., 2012) dan kelapa sawit 20,5 % (Singgih sumbangsih perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Hartanto and Ratnawati, 2010). Jumlah yang sangat besar khususnya dalam sintesis grafena oksida dari bahan alami.
serta mengingat bahwasanya cangkang-cangkang tersebut
memiliki struktur yang keras sehingga sulit untuk terurai 2. METODOLOGI PENELITIAN
maka sangat berpotensi menjadi limbah apabila tidak diolah Alat dan Bahan
lebih lanjut. Kandungan karbon yang tinggi membuat
cangkang-cangkang tersebut berpotensi untuk dijadikan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara
lain timbangan (Exploler Ohaus: maks. 210 g dan min. 0,01
sebagai bahan dasar produksi grafena oksida. (Zakir et al.,
mg), mortal, alu, ayakan 200 mesh, blender, loyang, gelas
2019) kimia (Iwaky Pyrex) 50 mL, 100 mL dan 250 mL, 500 mL
Grafena oksida dapat diproduksi dengan berbagai dan 1000 mL, labu ukur (Iwaky Pyrex) 100 mL, 250 mL,
metode. Upaya penelitian yang telah dilakukan untuk 500 mL dan 100 mL, oven (Gallen kamp England),
membuat grafena oksida dari limbah cangkang buah keras Erlenmeyer (Iwaky Pyrex) 150 mL dan 250 mL, Gelas Ukur
hasil perkebunan yaitu tempurung kelapa menggunakan (Iwaky Pyrex) 100 mL, 25 mL dan 10 mL, pipet tetes,
beberapa metode. Penelitian tersebut dilakukan oleh spatula, hot plate stirrer, ice bath, sonikator, batang
Honorisal et al (2020) dengan metode sonikasi dan pengaduk, botol semprot, dan peralatan karakterisasi yang

2
meliputi X-Ray Diffraction (XRD) (Shimadzu 6000), mL HCl 37%. Masing-masing larutan grafit oksida
Fourier Transform InfraRed . (FTIR) (Shimadzu 8400), kemudian dicuci dengan air suling berulang kali hingga pH
Scanning Electron Microscope (SEM sharp), dan netral. Grafit oksida cangkang kemiri, kelapa hibrida dan
Spektrofotometer UV-Vis ( DB-20R). kelapa sawit yang telah netral kemudian dikeringkan dalam
oven dengan suhu 105 ℃ selama 12 jam untuk
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini
menghilangkan kadar airnya (Agusu and Yuliana, 2017).
adalah cangkang kemiri, cangkang kelapa hibrida, cangkang
kelapa sawit, kalium permanganat (KMnO4), asam sulfat
(H2SO4) 98%, hidrogen peroksida (H2O2), asam klorida
(HCl) 37%, Methylene blue (C16H18ClN3S), kertas pH,
Sintesis Grafena oksida
akuades dan air suling, aluminium foil, dan kertas saring
Grafit oksida cangkang kemiri, kelapa hibrida dan
whatman.
kelapa sawit ditimbang masing – masing 0,4 gram lalu
Preparasi Cangkang Kemiri, Kelapa Hibrida dan dilarutkan dalam 100 mL akuades hingga homogen. Setelah
homogen, larutan diultrasonikasi selama 3 jam. Selanjutnya
Kelapa Sawit
sampel dikeringkang dalam oven dengan suhu 105 ℃
Preparasi cangkang kemiri, kelapa hibrida dan kelapa
selama 12 jam untuk menghilangkan kadar airnya.
sawit meliputi pencucian, pengeringan, pembakaran dan
penghalusan. Cangkang kemiri, kelapa sawit dan kelapa
Uji Adsorpsi GO Cangkang Kemiri, Kelapa
hibrida yang telah dibersihkan kemudian keringkan di
Hibrida dan Kelapa Sawit
bawah sinar matahari selama 3-4 hari. Cangkang kemiri,
kelapa sawit dan kelapa hibrida yang telah kering masing- a. Pembuatan Larutan Induk 1000 ppm
masing dimasukkan dalam media pembakaran untuk proses
Sebanyak 0,1 gram methylene blue dimasukkan ke
pembakaran. Pembakaran ini bertujuan untuk membuat
dalam gelas kimia 100 mL. Kemudian dimasukkan 10 mL
cangkang-cangkang tersebut menjadi arang dan untuk
akuades dan diaduk hingga homogen. Selanjutnya larutan
menghilangkan kadar air pada cangkang. Pembakaran
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan diatambahkan
dilakukan sampai cangkang kemiri, kelapa sawit dan kelapa
akuades sampai tanda tera lalu dihomogenkan.
hibrida berhenti mengeluarkan asap. Hal ini menandakan
bahwa arang dari cangkang kemiri, kelapa sawit dan kelapa b. Pengenceran Larutan dengan Menggunakan
hibrida telah menjadi arang. Arang yang telah jadi kemudian
Pengenceran Bertingkat
di tumbuk dan dihaluskan menggunakan mortal, alu dan
blender lalu disaring dengan saringan ukuran 200 mesh. Larutan induk 1000 ppm diencerkan menggunakan
Sarbuk yang telah lolos saringan 200 mesh kemudian siap rumus pengenceran, C1 × V1 = C2 × V2. Larutan induk
masuk dalam tahap selanjutnya. diencerkan menjadi beberapa konsentrasi yaitu 500 ppm,
250 ppm, 100 ppm, 50 ppm dan 30 ppm. Untuk larutan
Sintesis Graphite Oksida (GO)
dengan konsentrasi 500 ppm, sebanyak 50 mL larutan induk
Graphite oksida disintesis dengan menggunakan 1000 ppm diambil dengan menggunakan pipet tetes dan
metode Hummers termodifikasi. Proses sintesis dengan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL lalu ditambahkan
metode ini menggunakan serbuk arang cangkang kemiri, akuades sampai tanda tera, lalu dihomogenkan. Kemudian
kelapa sawit dan kelapa hibrida yang telah lolos saringan dilakukan hal yang sama untuk larutan dengan konsentrasi
200 mesh, KMnO4, NaNO3, dan H2SO4 sebagai bahan dasar. 250 ppm, 100 ppm, 50 ppm dan 30 ppm dengan volume
Proses sintesis dimulai dengan pengadukan 2 g serbuk arang larutan mengikuti rumus pengenceran yang telah dipaparkan
cangkang kemiri, kelapa hibrida dan kelapa sawit dan 4 g di atas.
NaNO3 dengan 98 mL H2SO4 98 % ke dalam masing-
masing gelas kimia ukuran 1000 mL selama 4 jam dengan c. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
kecepatan tinggi di dalam ice bath. Setelah proses
Larutan methylene blue 50 ppm diambil secukupnya
pengadukan berjalan selama 1 jam, sebanyak 8 g KMnO 4
dengan menggunakan pipet tetes dan dimasukkan ke dalam
mulai ditambahkan sedikit demi sedikit secara bertahap ke
kuvet. Selanjutnya dianalisis menggunakan
dalam masing-masing gelas kimia. Kemudian, dilanjutkan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 500-700
proses pengadukan pada temperatur 25oC selama 20 jam.
nm dan dicatat panjang gelombang optimumnya.
Selanjutnya 200 mL akuades ditambahkan secara bertahap
ke dalam larutan grafit cangkang kemiri, kelapa hibrida dan d. Pembuatan Larutan Standar
juga kelapa sawit lalu diaduk beberapa menit sampai
Larutan standar dibuat menjadi enam variasi
masing-masing larutan tersebut homogen. Setelah larutan
konsentrasi yaitu, 0, 5, 10, 15, 20 dan 25 ppm. Masing-
homogen, ditambahkan 15 mL hidrogen peroksida (H2O2)
masing larutan juga dibuat dengan menggunakan rumus
secara bertahap sambil diaduk. Setelah itu ditambahkan 10

3
pengenceran sebagaimana yang telah dipaparkan Grafena oksida kemiri, kelapa hibrida dan kelapa sawit
sebelumnya. Untuk larutan dengan konsentrasi 25 ppm, yang telah dikeringkan siap dikarakterisasi dengan X-Ray
diambil sebanyak 80 mL larutan methylene blue 300 ppm diffraction untuk mengetahui kemurnian dan struktur kristal
dengan menggunakan pipet tetes. Kemudian dimasukkan ke dari grafena oksida yang telah disintesis.
dalam labu ukur 100 mL, dan ditambahkan akuades sampai
b. Analisis morfologi grafena oksida (GO)
tanda tera lalu dihomogenkan. Kemudian dilakukan hal yang
sama untuk larutan dengan konsentrasi 20, 15, 10, 5, dan 0
menggunakan SEM
ppm dengan volume larutan mengikuti rumus pengenceran Grafena oksida kemiri, kelapa hibrida dan kelapa
yang telah dipaparkan di atas. sawit yang telah dikeringkan siap dikarakterisasi dengan
Scanning Electron Microscope (SEM) untuk mengetahui
e. Pengujian Adsorpsi GO Cangkang Kemiri,
morfologi dari grafena oksida yang telah disintesis
Kelapa Hibrida dan Kelapa Sawit
c. Analisis gugus fungsi grafena oksida (GO)
Larutan methylene blue 25 ppm diambil sebanyak 25
mL dengan menggunakan pipet tetes dan dimasukkan ke
menggunakan FTIR
dalam 3 erlenmeyer 250 mL yang berbeda. Selanjutnya Grafena oksida kemiri, kelapa hibrida dan kelapa
masing-masing larutan dikontakkan dengan GO cangkang sawit yang sudah jadi dikeringkan selama 12 jam pada suhu
kemiri, kelapa hibrida dan kelapa sawit sebanyak 0,1 gram. 105 ℃ lalu grafena oksida siap dikarakterisasi dengan
Campuran larutan dengan masing-masing GO kemudian Fourier Transform Infrared (FTIR) digunakan untuk
diaduk menggunakan shaker selama 2 jam dengan mengetahui gugus fungsional dari grafena oksida yang telah
kecepatan 200 rpm. Selanjutnya larutan disaring dengan disintesis.
menggunakan kertas saring whatman. Larutan yang telah
disaring kemudian diukur absorbansinya pada panjang 3. Hasil dan Pembahasan
gelombang maksimum 665 nm.
Sintesis Grafena Oksida dari Limbah Cangkang
Uji Waktu Optimum Adsorpsi GO Cangkang Kelapa
Kemiri, Kelapa Sawit dan Kelapa Hibrida
Sawit
a. Pembuatan Arang
Larutan methylene blue 25 ppm diambil sebanyak
25 mL dengan menggunakan pipet tetes dan dimasukkan ke Arang merupakan bahan padat berpori yang
dalam 4 erlenmeyer 250 mL yang berbeda. Selanjutnya dihasilkan melalui pembakaran dengan suhu tinggi dan
masing-masing larutan dikontakkan dengan GO cangkang proses karbonisasi, yakni proses pembakaran tidak
kelapa sawit sebanyak 0,1 gram. Campuran larutan sempurna, sehingga bahan hanya terkarboninasi dan tidak
kemudian diaduk menggunakan shaker selama 45 menit teroksidasi. Karenanya, sebagian besar pori - pori pada
dengan kecepatan 200 rpm. Selanjutnya larutan disaring arang masih tertutup dengan hidrokarbon, ter dan senyawa
dengan menggunakan kertas saring whatman. Larutan yang organik lainnya (Siahaan et al., 2013).
telah disaring kemudian diukur absorbansinya pada panjang Proses pengolahan arang pada penelitian ini diawali
gelombang maksimum 665 nm dan ditentukan waktu dengan proses pembersihan cangkang agar cangkang bersih
optimum adsorpsi GO cangkang kelapa sawit. dari kotoran-kotoran yang menempel, lalu dikeringkan
selama 3-4 hari di bawah sinar matahari untuk mengurangi
Variasi Adsorben GO Cangkang Kelapa Sawit kadar air pada cangkang. Cangkang yang telah dikeringkan
kemudian akan dibuat menjadi arang melalui proses
Sebanyak 25 mL larutan methylene blue 25 ppm
pembakaran yakni dengan pembakaran sederhana. Pada
diambil dan dimasukkan ke dalam 4 erlenmeyer 250 mL
proses pengarangan ini unsur–unsur yang bukan karbon
yang berbeda. Selanjutnya masing-masing larutan
seperti hidrogen dan oksigen akan hilang hingga
dikontakkan dengan GO cangkang kelapa sawit dengan
menyisakan sebanyak mungkin unsur karbon.
variasi 0.005, 0.1, 0.2 dan 0.3 gram. Campuran larutan
Arang yang telah dibuat selanjutnya digerus hingga
kemudian diaduk menggunakan shaker selama 2 jam dengan
memiliki ukuran partikel 200 mesh (74 µm) untuk
kecepatan 200 rpm. Selanjutnya larutan disaring dengan
memperbesar luas permukaannya. Hal ini juga dilakusakan
menggunakan kertas saring whatman. Larutan yang telah
untuk mempermudah proses oksidasi, sehingga akan terjadi
disaring kemudian diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum 665 nm. proses interkalasi antar lapisan grafena pada grafit (Hidayat
et al., 2018).
Karakterisasi
b. Sintesis Grafena oksida
a. Analisis struktur kristal menggunakan XRD Secara umum proses sintesis grafena dapat
dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya metode

4
penumbuhan grafena dari silikon karbida (SiC) serta yang lebih larut dalam air seperti garam-garam (Mcallister
Chemical Vapor Deposition (CVD) pada logam Ni dan Cu. et al., 2007).
Namun metode-metode ini dinilai kurang efisien dan
membutuhkan biaya yang relatif mahal dalam proses
sintesisnya. sehingga dikembangkan metode sintesis
sederhana yang mampu memproduksi grafena secara murah
dan berskala besar (Taufantri et al., 2016). Adapun cara lain
untuk melakukan sintesis grafena adalah menggunakan
metode sintesis secara kimia melalui sintesis grafena oksida
(GO) terlebih dahulu kemudian ikatan oksida pada GO
direduksi dengan menggunakan suatu senyawa kimia agen
pereduksi. Sintesis GO secara kimia menggunakan bubuk
graphite atau serbuk arang tinggi karbon yang dioksidasi
dengan asam kuat disebut dengan metode Hummer’s Gambar 1. Mekanisme Oksidasi grafit menjadi Grafena
(Rafitasari et al., 2016). Proses sintesis dengan metode ini oksida (Garg et al., 2014)
menggunakan beberapa bahan diantaranya serbuk grafit
Sebelum masuk tahapan sonikasi larutan grafit
sebagai prekursor terbentuknya grafena oksida, kalium
oksida dipanaskan menggunakan oven pada suhu 105°C.
permanganat (KMnO4) sebagai agen pengoksidasi, natrium
Tujuan dari proses pemanasan ini adalah untuk
nitrat (NaNO3) sebagai katalis dan asam sulfat (H2SO4)
mengeringkan grafit oksida sehingga diperoleh serbuk grafit
sebagai pelarut. Proses oksidasi hanya dapat berlangsung
oksida. Selanjutnya adalah proses ultrasonikasi yang
dalam keadaan asam, sehingga peran H2SO4 tidak hanya
merupakan proses pengelupasan grafit oksida menjadi
sebagai pelarut dari graphite, tetapi juga berperan sebagai
grafena oksida secara mekanik (Honorisal et al., 2020).
pembuat suasana asam (Dreyer et al., 2014). Mekanisme
Proses pengelupasannya diawali dengan adanya gaya geser
reaksi oksidasi dapat dinyatakan dalam persamaan (1) dan
pada grafit oksida akibat interaksi dengan gelombang
(2) (Gao, 2015) ultrasonik. Getaran yang dihasilkan dari gelombang
KMnO4 + 3H2SO4 → K+ + MnO3+ + H3O+ + 3HSO4-(1) ultrasonik mampu merusak atau merenggangkan rantai
MnO3++ MnO4- → Mn2O7 (2) karbon pada grafena serta karena adanya proses pengikisan
Reaksi oksidasi yang berlangsung dalam suasana pada saat sonikasi sehingga menyebabkan terjadinya
asam akan menghasilkan campuran berwarna coklat tua pengelupasan grafit oksida menjadi grafena oksida
(Hidayat et al., 2018). Dalam proses ini terjadi suatu (Wisnuwijaya, 2016). Terakhir, larutan hasil sonikasi
perubahan dari warna hijau menjadi coklat tua akibat reaksi dikeringkan menggunakan oven pada suhu 105°C. Tujuan
antara grafit, H2SO4 dan KMnO4. Selama proses ini akan dari proses ini adalah untuk mengeringkan grafena-oksida
terbentuk gugus fenol, gugus epoksi, gugus keton, gugus sehingga diperoleh serbuk grafena oksida.
karboksil dan gugus karbonil kemudian terikat pada grafit
(Pei and Cheng, 2012). Gugus fungsi ini menyebabkan grafit Hasil Karaktersasi
oksida bersifat sangat hidrofilik dan nantinya akan mudah
c. Analisis Struktur Kristal Menggunakan X-Ray
terkelupas menjadi grafena oksida.
Difraction (XRD)
Setelah proses oksidasi selesai, dilanjutkan dengan
penambahan H2O2 yang berfungsi untuk menghentikan Analisis X-Ray Diffraction (XRD) dilakukan untuk
proses oksidasi. Hal ini ditunjukkan melalui perubahan mengetahui struktur kristal dari grafena oksida cangkang
warna pada larutan menjadi kuning cerah yang kemiri, kelapa sawit dan kelapa hibrida yang telah disintesis
mengindikasikan terjadinya proses oksidasi yang baik pada dengan menggunakan metode Hummers termodifikasi.
grafit. Proses selanjutnya yaitu proses pencucian dengan Pengujian X-Ray Diffraction (XRD) dilakukan pada sudut
menggunakan larutan HCl encer. Tujuan dari proses ini 2θ= 15-80ᴼ dan λ cu-ka= 1.54059 Å.
yaitu untuk menghilangkan ion logam sisa yang dihasilkan
selama proses oksidasi dimana diharapkan sisa logam tadi
akan larut dalam asam kuat seperti HCl. Kemudian dicuci
dengan akuades berlebih hingga pH netral. pH berpengaruh
terhadap sifat hidrofilik grafena oksida. Pada pH rendah
gugus karboksil terprotonisasi seperti lembaran grafena
menjadi kurang hidrofilik dan akan terbentuk agregat. Pada
pH tinggi gugus karboksil terdeprotonisasi sehingga sangat
hidrofilik seperti lembaran-lembaran individu (terpisah)

5
GO Kelapa Hibrida
GO Kelapa Sawit
d. Analisis Morfologi Grafena Oksida (GO)
GO Kemiri Menggunakan SEM
1400 26,8
11,37
44,04
(a)
1200

26,58
1000
Intensity (a.u)

12,39 44,04
800

600
27,02

400 11,89
44,04

200

0
10 15 20 25 30 35 40 45 50
2(Degree)

Gambar 2. Pola Difraksi XRD GO Cangkang Kemiri,


Kelapa Sawit dan Kelapa Hibrida

Gambar 14 menunjukkan puncak intensitas dari (b)


grafena oksida masing-masing cangkang. Pada GO
cangkang kemiri terindikasi beberapa puncak pada sudut 2
yakni 11,89, 27,02 dan 44,04 dengan jarak dspacing
berturut-turut 7,434 Å, 3,297 Å, 2,054 Å. GO cangkang
kelapa sawit terindikasi pada sudut 2 yakni 12,39, 26,58
dan 44,04 dengan jarak dspacing berturut-turut 7,138 Å, 3,350
Å dan 2,054 Å. Sementara GO cangkang Kelapa Hibrida
terindikasi pada sudut 2 yakni 11,37, 26,80  dan 44,044
dengan jarak dspacing berturut-turut 7,773 Å, 3,323 Å dan
2,0543 Å. Penelitian sebelumnya memberikan informasi
bahwa rGO memiliki pita 2θ pada 25-28 °, sedangkan
grafena oksida memiliki pita 2θ pada 10 -12° (Sujatmiko,
2020). Kemudian penelitian dari Sujiono et al (2020) yang Gambar 2. SEM Grafena Oksida (GO) Cangkang Kemiri
mendapatkan hasil puncak dominan pada sudut 2θ dari (a) Magnitifikasi 500 kali (b) Magnitifikasi 2500 kali
23,97° dan 43,04°. Puncak yang dimaksud cenderung
menunjukkan bahwa sampel mengandung fase grafena (a)
oksida (rGO) tereduksi. Berdasarkan hasil di atas, maka
dapat diindikasikan bahwasa kristal yang disintesis
merupakan grafena oksida yang mengandung fase grafena
oksida (rGO) tereduksi.

6
(b) dan 4 dengan magnitifikasi 500, 2500 dan 5000 kali.
Morfologi permukaan 2, 3 dan 4 terlihat jelas bahwa
permukaan sampel dari masing-masing GO memiliki banyak
partikel granular dan mengandung pori-pori dengan ukuran
yang berbeda.
Data digital hasil karakterisasi SEM juga dapat
diolah lebih lanjut untuk mendapatkan ukuran diameter pori
menggunakan software pengolah data digital Image-J
menggunakan fitur Analyze Particles. Gambar hasil
karakterisasi SEM yang digunakan untuk analisis ukuran
partikel adalah sampel GO cangkang kemiri, kelapa sawit
dan kelapa hibrida, masing-masing dengan magnitifikasi
5000 kali. Hasil pengolahan data menggunakan Image-J
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Diameter Pori Rata-Rata GO Cangkang Kemiri,
Gambar 3. SEM Grafena Oksida (GO) Cangkang Kelapa Kelapa Sawit dan Kelapa Hibrida
Sawit (a) Magnitifikasi 500 kali (b) Magnitifikasi 2500 kali Jenis Sampel Diameter Pori Rata-
Rata (µm)
(a) GO Cangkang Kemiri 2,69

GO Cangkang Kelapa Sawit 1,76

GO Cangkang Kelapa Hibrida 1,99

Berdasarkan tabel diatas, GO cangkang kelapa


sawit memiliki ukuran rata-rata pori yang lebih besar
dibandingkan dengan dua sampel GO lainnya. Oleh karena
itu, sampel-sampel GO yang telah disintesis sangat
berpotensi dijadikan sebagai adsorben.

Analisis Gugus Fungsi Menggunakan Fourier


Transform Infrared (FTIR)
% (GO Kelapa Hibrida)
% (GO Kelapa Sawit)
% (GO Kemiri)
(b) 2881
C-H

3425
1710
O-H 1597
C=O
C=C
Transmittan

2829
C-H

1708
3417 C=O
1581
O-H
C=C

2835
C-H
3421
O-H 1714
C=O 1591
C=C

4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000


-1
Bilangan Gelombang (cm )
Gambar 4. SEM Grafena Oksida (GO) Cangkang Kelapa
Hibrida (a) Magnitifikasi 500 kali (b) Magnitifikasi 5000 Gambar 5. Spektra FTIR GO Kemiri, Kelapa Sawit dan
kali Kelapa Hibrida
Gambar 5 menunjukkan bahwa pada spektrum FTIR
Gambar SEM di atas menunjukkan morfologi grafena oksida memiliki gugus fungsi O‒H, C‒H, C¿C dan
permukaan sampel GO kemiri, kelapa sawit dan kelapa C¿O. Data spektrum FTIR GO Cangkang kemiri, kelapa
hibrida yang masing-masing ditunjukkan pada Gambar 2, 3 sawit dan kelapa hibrida dapat dilihat pada Tabel 2.

7
Tabel 2. Data spektrum FTIR grafena oksida (GO) semua larutan methylene blue konsenrasi 25 ppm yang
Cangkang Kemiri, Kelapa Sawit dan Kelapa Hibrida digunakan dalam uji adsorpsi mengalami perubahan visual
dari kepekatan warna. Namun terdapat perbedaan derajat
Cangkang Cangkang Cangkang kepekatan warna antara larutan yang menggunakan adsorben
Kemiri Kelapa Sawit Kelapa Hibrida
GO cangkang kemiri, kelapa sawit dan kelapa hibrida.
Gugus Bilangan Bilangan Bilangan Perubahan tersebut dapat dilihat pada gambar 6.
Fungsi Gelombang Gelombang Gelombang
O‒H 3421 3417 3425 a
C¿O 1714 1708 1710
C¿C 1591 1581 1597
C‒H 2835 2829 2881
Gugus-gugus fungsional antara grafena oksida
kemiri, kelapa sawit dan kelapa hibrida yang ditunjukkan
Tabel 2 memiliki spektrum yang berbeda. Pada spektrum
grafena oksida cangkang kemiri, kelapa sawit dan kelapa b
hibrida masing-masing terdapat serapan pada bilangan
gelombang 3421 cm-1, 3417 cm-1 dan 3425 cm-1 yang
diidentifikasi sebagai vibrasi O‒H stretching. Kemudian C–
H alifatik bending pada GO cangkang kemiri, kelapa sawit
dan kelapa hibrida berturut-turut teridentifikasi pada
bilangan gelombang 2835 cm-1, 2829 cm-1 dan 2881 cm-1.
Kemudian C¿O bending dari gugus fungsi COOH pada
teridentifikasi pada GO cangkang kemiri, kelapa sawit dan
kelapa hibrida berturut-turut pada bilangan gelombang 1714
cm-1, 1708 cm-1 dan 1710 cm-1. C¿C stretching pada GO Gambar 6. Adsorpsi GO Cangkang Kemiri, Kelapa Sawit,
cangkang kemiri, kelapa sawit dan kelapa hibrida berturut- dan Kelapa Hibrida (a) Sebelum Adsorpsi (b) Setelah
turut teridentifikasi pada bilangan gelombang 1591 cm-1, Adsorpsi
1581 cm-1 dan 1597 cm-1. Berdasarkan gugus-gugus fungsi Gambar 6 menunjukkan penampakan larutan MB
yang dipaparkan pada Tabel 2, maka dapat diindikasikan sebelum dan sesudah uji adsorpsi. Dapat dilihat bahwa
bahwa grafena oksida telah terbentuk. warna larutan masih berwarna biru pekat. Setelah dilakukan
Berdasarkan hasil di atas juga dapat dilihat bahwa adsorpsi dengan GO kemiri, kelapa sawit dan kelapa hibrida
grafena oksida dari kelapa sawit merupakan hasil grafena Gambar 6 terlihat dengan jelas bahwa derajat kepekatan
oksida terbaik dibandingkan dengan GO cangkang kemiri berkurang drastis bahkan tak terlihat lagi warna biru pada
dan kelapa hibrida. Hal ini dapat dilihat dari gugus fungsi larutan uji adsorpsi untuk GO cangkang kelapa sawit. Hal
oksigen biasanya memberikan ikatan yang kuat. Ikatan yang ini juga dapat dibuktikan melalui analisis spektrofotometer
kuat biasanya ditandai dengan dalamnya lembah yang UV-Vis, dimana hasil absorbansi yang diperoleh untuk
dihasilkan pada spektrum FTIR dan hal tersebut terjadi pada masing-masing adsorben GO cangkang kemiri, kelapa sawit
grafena oksida kelapa sawit (Hidayat et al., 2018). dan kelapa hibrida berturut-turut yakni 0.2408 Abs, 0,1424
Abs, dan 0.5413 Abs. Dimana, absorbansi berbanding lurus
Uji Adsorpsi Grafena Oksida Kemiri, Kelapa Sawit
dengan konsentrasi, sehingga semakin tinggi konsentrasi
dan Kelapa Hibrida terhadap Methylene Blue suatu larutan maka absorbansinya akan semakin tinggi. dan
Adsorpsi merupakan teknik penghilangan zat warna begitu pula sebaliknya. Semakin rendah konsentrasi suatu
pada limbah yang paling populer, karena metode tersebut larutan maka semakin rendah pula absorbansinya.
cukup efektif, mudah dilakukan, dan relatif murah. Uji Maka dapat diindikasikan bahwa GO cangkang
adsorpsi pada grafena oksida cangkang kemiri, kelapa sawit kelapa sawit memiliki daya adsorpsi paling besar ditinjau
dan kelapa hibrida dimulai dengan proses pemanasan dari serapan yang diperoleh melalui analisis spekrofotometri
masing-masing grafena oksida pada suhu 105 ℃ selama UV-Vis. Hal ini disebabkan konsentrasi larutan methylene
satu jam. Hal ini berfungsi untuk menghilangkan pengotor- blue semakin berkurang dari sebelumnya karna aktivitas
pengotor yang ada dalam grafena oksida. Setelah proses adsorpsi yang terjadi sehingga absorbansi yang dihasilkan
pemanasan selesai grafena oksida disimpan didinginkan juga lebih kecil dan kepekatan warna dari methylene blue
selama 30 menit dalam desikator agar tidak terjadi yang semakin bening serta telah dibuktikan melalui data
kontaminan dengan lingkungan luar. kuantitatif bahwasanya kapasitas adsorpsi GO cangkang
Uji adsorpsi GO cangkang kemiri, kelapa sawit dan kelapa sawit mencapai 6,24 mg/g lebih tinggi dibanding GO
kelapa hibrida terhadap larutan methylene blue (MB) cangkang kemiri dan kelapa hibrida yakni 6,06 mg/g dan
kemudian dilakukan. Setelah uji adsorpsi selesai, hampir 5,51 mg/g, serta kapasitas adsorpsi GO cangkang kemiri,
8
kelapa sawit dan kelapa hibrida berturut-turut, 97,01 % mencapai 99,5% dengan kapasitas adsorpsi sebesar 6,220
99,88 %, dan 88.22%. mg/g.
Hal ini juga didukung oleh hasil karakterisasi SEM
dari GO cangkang kemiri, kelapa sawit dan kelapa hibrida.
Dimana, hasil SEM menunjukkan bahwa pori dari GO 100

cangkang kelapa Hibrida lebih sedikit dibandingkan dengan


pori dari GO cangkang kemiri dan kelapa sawit. Ukuran 99
pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil

% Efisiensi Adsorpsi
ukuran pori adsorben maka luas permukaan semakin tinggi 98
sehingga jumlah molekul yang teradsorpsi akan bertambah
oleh karena itu efisiensi dan kapasitas adsorpsi pada GO 97
cangkang kelapa sawit lebih besar dibandingkan dua sampel
GO lainnya.
96
Tabel 3. Data Kapasitas Adsorpsi dan Efisiensi Adsorpsi
Sampel GO Abs EA (%) qe (mg/g) 95
Cangkang Kelapa Sawit 0,1424 99,88 6,24 10 20 30 40 50 60

Cangkang Kemiri Waktu Kontak (Menit)


0,2408 97,01 6,06
Cangkang Kelapa Hibrida 0,5413 88,22 5,51 Gambar 7. Hubungan Waktu Kontak Terhadap Efisiensi
Adsorpsi Methylene Blue
Berdasarkan pengamatan visual serta hasil analisis Dari Gambar 7 dapat dilihat dengan semakin
kuantitatif maka dapat disimpulkan bahwa pengurangan meningkatnya waktu kontak antara adsorben dengan
derajat kepekatan warna serta kapasitas adsorpsi dari methylene blue, maka efisiensi penyerapan methylene blue
masing-masing GO yakni GO cangkang kelapa sawit yang semakin besar, dan akan tetap konstan saat tercapainya
memiliki kapasitas adsorpsi sebesar 6,24 mg/g dengan kesetimbangan. Kesetimbangan akan terjadi saat jumlah
warna larutan bening. Kemudian GO cangkang kemiri methylene blue yang diserap oleh adsorben tidak berubah
dengan kapasitas adsorpsi 6,06 mg/g dan warna larutan secara signifikan atau konstan, ini menandakan bahwa GO
cukup bening. Terakhir, GO cangkang kelapa hibrida cangkang sawit telah jenuh mengadsorp zat warna
dengan kapasitas adasopsi sebesar 5,51 mg/g dan warna methylene blue. Dari Gambar 7 setelah menit ke-60
larutan tidak bening. diperoleh penurunan efisiensi methylene blue yang tidak
terlalu signifikan yaitu sebesar 99,4 % dengan kapasitas
Pengaruh Waktu Kontak Adsorpsi Grafena Oksida
adsorpsi 6,21 mg/g. Oleh karena itu kesetimbangan adsorpsi
Cangkang Kelapa Sawit Terhadap Methylene Blue tercapai pada saat menit ke-45.
Pada penelitian ini, saat menit-menit pertama
Salah satu parameter penting dalam adsorbs adalah
banyak sisi adsorben yang kosong sehingga kecenderungan
waktu kontak. Waktu kontak terkait dengan laju reaksi yang
methylene blue untuk terserap ke adsorben semakin tinggi.
dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi spesi terhadap
Dengan bertambahnya waktu kontak, jumlah adsorbat yang
waktu. Penentuan waktu kontak digunakan untuk
terserap pada permukaan adsorben semakin meningkat
mendapatkan waktu pengadukan optimum selama proses
hingga tercapai titik setimbang. Waktu kontak antara
batch sehingga adsorben dapat mengadsorpsi adsorbat
adsorben dengan adsorbat yang terlalu lama dapat
hingga batas maksimal. Beberapa variasi waktu kontak
menyebabkan kondisi adsorben menjadi jenuh.
digunakan pada penelian ini, guna menunjukkan waktu yang
dibutuhkan agar kesetimbangan adsorpsi tercapai serta
Penentuan Isoterm Adsorpsi dan Kinetika Adsorpsi
mengetahui kemampuan maksimal GO cangkang kelapa
sawit dalam menyerap zat warna methylene blue. Isoterm Adsorpsi
Adapun variasi waktu kontak yang digunakan Perubahan konsentrasi adsorbat oleh proses
dalam penelitian ini yaitu 15, 30, 45 dan 60 menit. Dari hasil adsorpsi sesuai dengan mekanisme adsorpsinya dapat
pengujian dengan konsentrasi awal methylene blue 25 ppm, dipelajari melalui penentuan isoterm adsorpsi. Isoterm
pada 15 menit pertama uji adsorpsi diperoleh efisiensi adsorpsi yang biasa digunakan adalah isoterm Langmuir dan
adsorpsi methylene blue sebesar 95,3% dan kapasitas Freundlich.
adsorpsi 5,96 mg/g. Untuk waktu kontak 30 menit terjadi Pengujian model kesetimbangan dilakukan untuk
peningkatan jumlah methylene blue yang terserap hingga menentukan model kesetimbangan yang sesuai digunakan
pada waktu kontak 45 menit terjadi peningkatan tajam pada suatu penelitian. Penentuan isoterm adsorpsi dilakukan
terhadap kenaikan efisiensi adsorpsi methylene blue dengan merubah persamaan isoterm Langmuir dan
Freundlich menjadi kurva kesetimbangan garis lurus.

9
Penentuan model kesetimbangan tergantung pada harga sisi aktif pada permukaannya bersifat heterogen (Cahyani,
koefisien determinan (R) dengan harga yang tinggi. 2020). Peristiwa ini disebabkan oleh proses adsorpsi yang
Kesetimbangan adsorpsi merupakan suatu penjabaran terjadi pada permukaan heterogen dan setiap sisi memiliki
matematika suatu kondisi isotermal yang khusus untuk energi yang berbeda-beda sehingga memiliki kemampuan
setiap adsorben (Sanjaya and Agustine, 2015). adsorpsi yang berbeda-beda pula (Ramadhan, 2020). Grafik
Isotermal Langmuir dan Freundlich isotermal adsorpsi Freundlich ditunjukan pada Gambar 9
Isotermal adsorpsi Langmuir merupakan isotermal dan parameternya ditampilkan pada Tabel 5.
adsorpsi yang menunjukan bahwa proses adsorpsi terjadi
secara kimia. Isotermal adsorpsi ini terjadi karena adanya
interaksi kimia antara gugus-gugus aktif dari adsorben 2,6

dengan adsorbat (Ramadhan, 2020). Isoterm Langmuir 2,4

mengasumsikan bahwa adsorpsi yang terjadi akan 2,2

membentuk lapisan tunggal (monolayer), yang semua sisi 2,0 y = 14,51x + 17,726
R² = 0,9248
dan permukaannya bersifat homogen (Cahyani, 2020). 1,8

ln qe
1,6
Grafik isotermal adsorpsi Langmuir dapat dilihat pada
1,4
Gambar 21 dan parameter-parameter isotermal adsorpsi
1,2
Langmuir pada adsorben GO Cangkang Kelapa Sawit
1,0
ditampilkan pada Tabel 4.
0,8

0,6

-1,20 -1,18 -1,16 -1,14 -1,12 -1,10 -1,08 -1,06 -1,04


0,5
ln Ce

0,4
y = 1,1021x - 3,1018 Gambar 9. Grafik isotermal adsorpsi Freundlich GO
0,3
R² = 0,9727 Cangkang Sawit
1/qe

Tabel 5. Parameter isotermal adsorpsi Freundlich pada


0,2 adsorben GO Cangkang Sawit
Model Isotermal Freundlich
Adsorben
0,1 KF (L/mg) n R2
GO Cangkang
4,99 × 104 0,069 0,9248
0,0 kelapa Sawit
2,85 2,90 2,95 3,00 3,05 3,10 3,15 3,20 3,25 3,30
1/Ce
Parameter isotermal adsorpsi Freundlich yang
Gambar 8. Grafik isotermal adsorpsi Langmuir GO ditampilkan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa konstanta
Cangkang Sawit isotermal adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi methylene blue
dengan menggunakan adsorben GO cangkang kelapa sawit
Tabel 4. Parameter isotermal adsorpsi Langmuir pada sebesar 4,99 × 104 L/mg dengan nilai n 0,069. Nilai n
adsorben GO Cangkang Kelapa Sawit memberikan informasi tentang interaksi partikel yang
Model Isotermal Langmuir terjadi ketika proses adsorpsi berlangsung. Dimana,
Adsorben
KL (L/mg) qmax (mg/g) R2 parameter regresi linear isotermal Freundlich yakni 0,9248
GO ini berarti bahwa 92% interaksi partikel dalam proses
2,8 × 10-3 0,3223 0,9727 adsorpsi dapat terjadi secara fisika atau proses adsorpsi
Cangkang
kelapa Sawit kemungkinan dapat terjadi pada permukaan yang heterogen.
Sementara parameter regresi linear isotermal Langmuir
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa adsorpsi yakni 0,9727. Hal ini berarti bahwa 97% interaksi partikel
methylene blue dengan menggunakan adsorben GO dalam proses adsorpsi terjadi secara kimia atau terjadi pada
cangkang kelapa sawit jika digambarkan dengan model permukaan yang homogen dan membentuk lapisan tunggal.
isotermal Langmuir memiliki koefisien regresi linear Parameter regresi linear adsorpsi Freundlich oleh GO
0,9727. Konstanta Langmuir untuk adsorben GO cangkang cangkang kelapa sawit memiliki nilai yang lebih kecil
sawit diperoleh sebesar 2,8 × 10-3 L/mg dengan kapasitas dibandingkan regresi linear isotermal adsorpsi Langmuir,
adsorpsi maksimum sebesar 0,3223 mg/g. sehingga dapat disimpulkan bahwa proses adsorpsi tidak
Sementara Isoterm Freundlich merupakan model sesuai dengan isotermal adsorpsi Freundlich melainkan
isotermal adsorpsi yang mengasumsikan bahwa suatu Isotermal Langmuir. Hal ini sesuai dengan penelitian dari
adsorpsi yang berlangsung secara fisika dan adsorpsi yang Zhang et al (2013) dan Chia et al (2013) yang menyatakan
terjadi akan membentuk lapisan-lapisan (multilayer), namun bahwa isotermal adsorpsi GO terhadap methylene blue
10
cenderung mengikuti isotermal Langmuir dengan regresi
linear yang mereka peroleh sebesar 0,999. b
Kinetika Adsorpsi GO Cangkang Kelapa Sawit 10

Terhadap Methylene Blue 9

Tingkat kecepatan penyerapan adsorben terhadap 8


y = 0,1589x + 0,1049
adsorbatnya dapat ditentukan melalui kinetika adsorpsi. R² = 0,9999
7
Untuk mengetahui kinetika adsorpsi GO cangkang kelapa

t/qt
6
sawit pada methylene blue, data yang diperoleh dianalisis
menggunakan penentuan orde reaksi secara eksperimen. 5

Model kinetika yang digunakan yaitu persamaan pseudo 4


orde satu, dan persamaan pseudo orde dua. Melalui beberapa 3
model kinetika tersebut, konstanta (k) ditentukan melalui
2
besar keofisien regresi (R2) tertinggi pada salah satu model
10 20 30 40 50 60
kinetika tersebut. Jika diperoleh nilai regresi yang mendekati
Waktu (menit)
1, maka semakin tinggi keberhasilan adsorpsi yang
dilakukan (Atkins, 1990).
Gambar 10. Grafik perbandingan kinetika reaksi (a) Pseudo
Ada tiga proses yang dilibatkan dalam proses
orde satu dan (b) Pseudo Orde dua
penyerapan adsorbat oleh adsorben yaitu migrasi partikel
adsorbat ke permukaan adsorben (difusi lapisan), zat warna Tabel 6. Parameter-parameter Kinetika Adsorpsi Pseudo
berpindah melalui mikro dan makro pori partikel adsorben Orde Satu Adsorben GO Cangkang Kelapa Sawit
(difusi pori) dan reaksi antara jenis adsorbat dan adsorben
yang berlangsung di permukaan (Tahir and Rauf, 2006). Pseudo Orde Satu
Grafik dan parameter-parameter kinetika reaksi orde Adsorben Qe K1 R2
pertama semu dan orde kedua semu ditampilkan pada (mg/g) (g/mg.menit)
Gambar 10 dan perbadingan grafik kinetika reaksi pseudo GO Cangkang
0,374 7,71 × 10-2 0,7406
orde satu dan pseudo orde ditabulasikan pada Tabel 6 dan Kelapa Sawit
Tabel 7.
Tabel 7. Parameter-parameter Kinetika Adsorpsi Pseudo
a Orde Dua Adsorben GO Cangkang Kelapa Sawit
-0,4

-0,6
Pseudo Orde Dua
-0,8
Adsorben qe K2 R2
-1,0

-1,2 y = -0,0335x - 0,4274


(mg/g) (g/mg.menit)
log qe - qt

R² = 0,7406 GO Cangkang
-1,4
6,293 2,41 × 10-1 0,9999
-1,6 Kelapa Sawit
-1,8

-2,0

-2,2 Berdasarkan Gambar 10 hasil dari nilai regresi linear


-2,4
adsorben GO cangkang sawit lebih cenderung mengikuti
10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
pseudo orde dua dengan nilai 0,9999 yang artinya 99%
interaksi partikel lebih cenderung mengikuti kinetika pseudo
orde dua dengan nilai konstanta 2,41 × 10-1 dibandingkan
pseudo orde satu dengan nilai regresi linear dan nilai
konstanta berturut-turut 0,7406 dan 7,71 × 10-2. Hal ini
sesuai dengan penelitian dari Zhang et al (2013) dan Chia et
al (2013) yang menyatakan bahwa kinetika adsorpsi GO
terhadap methylene blue cenderung mengikuti kinetika
pseudo orde dua dengan regresi linear yang mereka peroleh
sebesar 0,999.

4. KESIMPULAN

GO cangkang kemiri, kelapa sawit dan kelapa


hibrida telah berhasil disintesis dengan menggunakan
metode Hummers termodifikasi. GO cangkang kelapa sawit
memiliki kualitas lebih tinggi bila dibandingkang dengan
11
GO cangkang kemiri dan kelapa hibrida ditinjau dari hasil reduced graphene oxide. Presented at Prosiding
karakterisasi fisika-kimia serta uji adsorpsi yang telah Seminar Nasional Fisika (E-Journal).
dilakukan. Ramadhan, M. 2020. Adsorpsi Ion Logam Cd2+
Menggunakan Material Magnetik Pasir Besi Dan
Material Magnetik Pasir Besi Terlapis Silika,
DAFTAR PUSTAKA
Skripsi,Kimia Halu Oleo, Kendari.
Sanjaya, A. S., and Agustine, R. P. 2015. Studi Kinetika
Agusu, L., and Yuliana. 2017. Fabrikasi Komposit
Adsorpsi Pb Menggunakan Arang Aktif Dari Kulit
Graphene/TiO2/PAni sebagai Bahan Elektroda
Pisang. Konversi, 4(1), 17-24.
Baterai Lithium-ION (LI-ION). Jurnal Aplikasi
Siahaan, S., Hutapea, M., and Hasibuan, R. 2013. Penentuan
Fisika, 13(1).
kondisi optimum suhu dan waktu karbonisasi pada
Budi, E., Nasbey, H., Budi, S., Handoko, E., Suharmanto,
pembuatan arang dari sekam padi. Jurnal Teknik
E., Sinansari, R., and Sunaryo. 2012. Kajian
Kimia USU, 2(1), 26-30.
Pembentukan Karbon Aktif Berbahan Arang
Singgih Hartanto, and Ratnawati. 2010. Pembuatan Karbon
Tempurung Kelapa. Seminar Nasional Fisika 2012,
Aktif Dari Tempurung Kelapa Sawit Dengan
62-66.
Metode Aktivasi Kimia. Indonesian Journal of
Cahyani, R. D. 2020. Kinetika Dan Isoterm Adsorpsi Zat
Materials Science, 12(1), 12-16.
Warna Rhodamin B Menggunakan Butiran Kitosan
Sujatmiko, F. 2020. Biosintesis Komposit Grafena Oksida
Terikatsilang Tripolifosfat (TPP) Dan
Tereduksi/SnO2 Menggunakan Ekstrak Daun
Glutaraldehid (GLA), Skripsi,Kimia Universitas
Matoa (Pometia pinnata) Untuk Degradasi
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.
Fotokatalitik Biru Metilena, Skripsi,Kimia
Dreyer, D. R., Todd, A. D., and Bielawski, C. W. 2014.
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Harnessing The Chemistry Of Graphene Oxide.
Susanto, J. P., Santoso, A. D., and Suwedi, N. 2017.
Chemical Society Reviews, 43(15), 5288-5301.
Perhitungan Potensi Limbah Padat Kelapa Sawit
Gao, W. 2015. The chemistry of graphene oxide. Graphene
untuk Sumber Energi Terbaharukan dengan
oxide, 61-95.
Metode LCA. Jurnal Teknologi Lingkungan, 18(2),
Hidayat, A., Soni Setiadji, and Hadisantoso, E. P. 2018. 165-172.
Sintesis Oksida Grafena Tereduksi (rGO) dari Tahir, S., and Rauf, N. 2006. Removal Of A Cationic Dye
Arang Tempurung Kelapa (Cocos nucifera). al- From Aqueous Solutions By Adsorption Onto
Kimiya, 5(2), 68-73. Bentonite Clay. Chemosphere, 63(11), 1842-1848.
Honorisal, M. B. P., Nurul Huda, Tri Partuti, and Sholehah, Tambunan, B., Saptoadi, H., and Syamsiro, M. 2014. A
A. 2020. Sintesis dan Karakterisasi Grafena Oksida Preliminary Study on Use of Candlenut Shell as a
dari Tempurung Kelapa dengan Metode Sonikasi Renewable Source of Energy, Min Indonesia.
dan Hidrotermal. TEKNIKA: Jurnal Sains Dan Journal of Ocean, Mechanical and Aerospace, 9.
Teknologi, 16(1), 1-11. Taslim, Okta Bani, Iriany, Novi Aryani, and Kaban, G. S.
Khadifah, F. M., and Nurisal, R. 2017. Sintesis Graphene 2018. Preparation of Activated Carbon-Based
Berbasis Arang Tempurung Kelapa dengan Metode Catalyst from Candlenut Shell Impregnated with
Hummers Termodifikasi. Teknik Kimia. KOH for Biodiesel Production. Key Engineering
Kharisma, N. 2016. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Materials, 777, 262-267.
Kelapa Hibrida di Pesisir Selatan Desa Sidoharjo Taufantri, Y., Irdhawati, I., and Asih, I. 2016. Sintesis dan
Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen. Geo Karakterisasi Grafena dengan Metode Reduksi
Educasia-S1, 1(8). Grafit Oksida Menggunakan Pereduksi Zn. Jurnal
McAllister, M. J., Li, J.-L., Adamson, D. H., Schniepp, H. Kimia VALENSI, 2(17-23).
C., Abdala, A. A., Liu, J., Herrera-Alonso, M., Wisnuwijaya, R. I. 2016. Preparasi dan Sintesis Graphene
Milius, D. L., Car, R., and Prud'homme, R. K. Oxide dengan Metode Liquid Sonication
2007. Single Sheet Functionalized Graphene By Exfoliation dan Random Collision Marbles
Oxidation And Thermal Expansion Of Graphite. Shaking dengan Bahan Dasar Graphite Limbah
Chemistry of materials, 19(18), 4396-4404. Baterai Zinc-Carbon Berdasarkan Uji
Nurhayati, T., and Syahri, M. 2015. Pembuatan Arang Aktif Spektrofotometer Uv-Vis, Skripsi, Universitas
Dari 3 Macam Bahan Baku dan Penggunaannya Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Sebagai Penyerap pada Pemurnian Minyak Goreng. Zakir, M., Fauziah, S., and Sumpala, A. Adsorption Of
Buletin Penelitian Hasil Hutan, 15(1), 68-78. Chromium Ions by Candlenut Shell Based Carbon
Otih Rostiana, Wawan Haryudin, and Darajat, J. 2017. Activated With H3PO4. Presented at Journal of
Penyebaran Benih Varietas Unggul Jambu Mete di Physics: Conference Series.
Kawasan Timur dan Barat Indonesia. Bul. Littro,
28(1), 1-14.
Pei, S., and Cheng, H.-M. 2012. The Reduction of Graphene
Oxide. Carbon, 50(9), 3210-3228.
Perkebunan, D. 2020. Statistik Perkebunan Indonesia.
Ditjen Bina Produksi Perkebunan, Deptan.
Jakarta.
Rafitasari, Y., Suhendar, H., Imani, N., Luciana, F., Radean,
H., and Santoso, I. Sintesis graphene oxide dan
12

You might also like