You are on page 1of 5

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 5 No.

3 Juli 2021

PENGARUH AKTIVITAS FISIK RUMAHAN TERHADAP TEKANAN DARAH


PADA IBU RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI RIWAYAT
HIPERTENSI DI KELURAHAN TITI KUNING

1GARBIE SYAHLY AGUNG, 2AHMAD HANDAYANI


1,2UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

ABSTRACT
Based on data from the World Health Organization, it is stated that 972 million or 26.4% of people worldwide have
hypertension. This high blood pressure can lead to coronary heart disease, heart failure, and stroke. According to the World
Health Organization (WHO), hypertension is a non-communicable disease suffered by people in Indonesia with a fairly high
percentage (57.6%). Physical inactivity can increase the risk of uncontrolled hypertension by increasing stimulation of the
sympathetic system and plasma levels of catecholamines which can increase blood pressure. Housewives tend to lack
physical activity or exercise and are only limited in doing physical activities at home, especially with the current pandemic
conditions which require people to do activities at home. To determine the relationship of home physical activity to blood
pressure in housewives who have a history of hypertension. This study was conducted using a categorical analytic method
with a cross-sectional study design from September 2020 to January 2021 in Titi Kuning Village, Medan Johor District,
Medan. Based on the results of the analysis, it was found that the most demographic characteristics of the age group were
found at the age of 26-35 years, namely 12 people (40%), the highest blood pressure category was in the 1st-degree
hypertension group, namely 15 people (50%), moderate physical activity category being the most found, namely as many as
16 people (53.3%) with a value of p = 0.001. There is a significant relationship between home physical activity on blood
pressure in housewives who have a history of hypertension.

Keywords : Home Physical Activity, Blood Pressure, Housewife, Hypertension

LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan kondisi meningkatnya tekanan darah sistolik hingga lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90
mmHg. Berdasarkan data dari World Health Organization menyatakan bahwa 972 juta atau 26,4% orang di seluruh dunia ini
mengalami hipertensi. Tingginya tekanan darah ini dapat berkembang menjadi penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan
stroke. Menurut World Health Organization (WHO) hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang diderita oleh
masyarakat di Indonesia dengan persentase yang cukup tinggi (57,6%). Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018
menyatakan peningkatan prevalensi hipertensi di Indonesia sebanyak 6,3% dibandingkan pada tahun 2013.
Untuk di Sumatera Utara sendiri prevalensinya mencapai 6,7% dan jumlah orang yang menderita hipertensi sekitar 12,42
juta jiwa, dan hipertensi menjadi suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh lansia dengan prevalensi 57,6% disusuli
penyakit artritis 51,9% dan stroke 46,1%. Menurut guideline American Heart Association (AHA) menyatakan bahwa penyakit
kardiovaskuler menyebabkan hampir 18 juta kematian tiap tahunnya, bahkan 30% dari kematian secara global disebabkan
oleh penyakit kardiovaskular. Berdasarkan guideline ini 1,5 milliar orang di dunia akan diprediksikan menderita hipertensi
pada sepuluh tahun mendatang. The European Hypertension Guidelines mengidentifikasi bahwa orang asia tergolong
kategori risiko tinggi dan paling rentan terhadap peningkatan tekanan darah dan ditambah lagi dengan adanya insiden
diabetes yang meningkat akan memperparah prospek beban penyakit kronis yang semakin memburuk.
Hipertensi terbagi menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi
sekunder yang disebabkan oleh penyakit komorbiditas seperti penyakit ginjal, endokrin dan jantung. Ketidakaktifan fisik
dapat meningkatkan risiko hipertensi yang tidak terkontrol dengan cara meningkatkan stimulasi sistem simpatis dan kadar
plasma katekolamin yang dapat meningkatkan tekanan darah. Ibu rumah tangga cenderung kurang dalam beraktivitas fisik
atau berolahraga dan hanya terbatas dalam melakukan aktivitas fisik rumahan saja apalagi dengan kondisi pandemi saat ini
29
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 5 No. 3 Juli 2021

yang mewajibkan orang untuk melakukan kegiatan di rumah. Selain itu ibu rumah tangga juga dikaitkan dengan stres yang
dapat memicu peningkatan hormon adrenalin. Berbagai hal tersebut termasuk kedalam faktor risiko terjadinya hipertensi,
dan ditambah dengan berbagai faktor tambahan lainnya yang tidak bisa dimodifikasi seperti faktor genetik.
Oleh karena itu penting untuk mencegah kejadian hipertensi ini dengan cara mengontrol tekanan darah secara rutin,
memodifikasi gaya hidup seperti melakukan latihan dan aktifitas fisik, karena hal ini berpengaruh terhadap mekanisme
tekanan darah. Melihat banyaknya faktor risiko pada ibu rumah tangga yang memiliki riwayat hipertensi dengan kondisi
pandemi saat ini membuat peneliti tertarik dan ingin mengetahui apakah ibu rumah tangga yang memiliki riwayat hipertensi
dengan melakukan aktivitas fisik rumahan dapat terkontrol tekanan darahnya. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Titi
Kuning, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan berdasarkan persetujuan Komisi Etik dengan Nomor :
483/KEPK/FKUMSU/2020. Jenis penelitian yang digunakan yaitu dengan metode analitik kategorik dengan desain penelitian
cross-sectional, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari aktifitas fisik rumahan terhadap tekanan darah pada Ibu
Rumah Tangga yang memiliki riwayat hipertensi. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2020 s/d Januari 2021.
Responden penelitian ini diperoleh dari masyarakat Kelurahan Titi Kuning, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan pada
bulan September 2020, yaitu ibu rumah tangga berusia 20-55 tahun yang berjumlah 30 orang. Perbandingan tekanan darah
dan aktivitas fisik rumahan pada responden diukur menurut hasil Baecke Physical Activity Questionnaire (BPAQ).

HASIL
Distribusi frekuensi responden penelitian yaitu ibu rumah tangga berusia 20-55 tahun yang berjumlah 30 orang, yang
merupakan masyarakat Kelurahan Titi Kuning, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan berdasarkan usia sebagai berikut :

Tabel 1. Karakteristik Demografi Responden Penelitian


Karakteristik Jumlah Persentase
Demografi (n) (%)
Usia
15-25 2 6.7%
26-35 12 40%
36-45 11 36.6%
46-55 5 16.7%
Total 30 100%

Berdasarkan tabel diatas, dari 30 responden, kelompok usia terbanyak dijumpai pada usia 26-35 tahun yaitu sebanyak 12
orang (40%), diikuti oleh kelompok usia 36-45 tahun sebanyak 11 orang (36.6%), kemudian kelompok usia 46-55 sebanyak
5 orang (16.7%) dan kelompok usia 15-25 sebanyak 2 orang (6.7%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Darah


Kategori Jumlah Persentase
(n) (%)
Prehipertensi 9 30%
Hipertensi 15 50%
Derajat 1
Hipertensi 6 20%
Derajat 2
Total 30 100%

Pada tabel 2, kategori tekanan darah terbanyak dijumpai pada kelompok hipertensi derajat 1 yaitu sebanyak 15 orang
(50%), disusul oleh prehipertensi sebanyak 9 orang (30%) dan hipertensi derajat 2 sebanyak 6 orang (20%).

30
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 5 No. 3 Juli 2021

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik Rumahan


Jumlah Persentase
Kategori
(n) (%)
Aktivitas Ringan 14 46.7%
Aktivitas Sedang 16 53.3%
Total 30 100%

Berdasarkan tabel 3, didapati kategori aktivitas fisik sedang menjadi yang terbanyak dijumpai yaitu sebanyak 16 orang
(53.3%), diikuti aktivitas fisik ringan sebanyak 14 orang (46.7%). Setelah didapati hasil kategori aktivitas fisik rumahan dan
tekanan darah dari masing masing responden penelitian, untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna
diantara variabel tersebut maka akan di uji dengan analisis uji statistik menggunakan metode Chi Square tabel 2x3 dengan
syarat expected cells tidak boleh ada yang kurang dari lima. Pada penelitian ini, terdapat 4 sel dengan nilai expected
dibawah lima, maka syarat Chi-Square tidak terpenuhi. Maka dilakukan uji alternatif untuk penelitian uji komparatif kategorik
tidak berpasangan yaitu menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 4. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Tekanan Darah

Pada tabel 4.4, tampak bahwa responden dengan aktivitas ringan dengan hipertensi derajat 1 sebanyak 8 orang (57.1%),
hipertensi derajat 2 sebanyak 6 orang (42.9%) dan tidak ditemukan responden dengan aktivitas ringan ditemukan dengan
prehipertensi (0%). Sedangkan untuk aktivitas sedang, dijumpai 9 responden dengan prehipertensi (56.3%), 7 responden
dengan hipertensi derajat 1 (43.8%) dan tidak dijumpai responden dengan aktivitas sedang ditemukan dengan hipertensi
derajat 2 (0%). Tingkat kemaknaan yang dipakai adalah α= 0,05. Nilai p ditemukan sebesar 0.001. Variabel akan dikatakan
berhubungan secara signifikan apabila nilai p< 0,05. Hal ini bermakna bahwa terdapat hubungan yang signifikan dari
aktifitas fisik rumahan terhadap tekanan darah pada Ibu Rumah Tangga yang memiliki riwayat hipertensi.

PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel karakteristik demografi penelitian, dari 30 responden, kelompok usia terbanyak dijumpai pada usia 26-35
tahun yaitu sebanyak 12 orang (40%), diikuti oleh kelompok usia 36-45 tahun sebanyak 11 orang (36.6%), kemudian
kelompok usia 46-55 sebanyak 5 orang (16.7%) dan kelompok usia 15-25 sebanyak 2 orang (6.7%). Hal ini sesuai dengan
data demografik yang peneliti temukan yang menyatakan bahwa kelompok usia terbesar pada pasien dengan hipertensi
adalah <40 tahun, sebesar 62.2%. Pada penelitian lain juga menyebutkan bahwa usia rata-rata pasien hipertensi dengan
aktivitas ringan-sedang yaitu 47 tahun. Hal ini dapat dijelaskan dari data yang ditemukan bahwa pada rentang usia lebih
muda, memiliki risiko 3.88 kali lebih besar dibandingkan kelompok usia lainnya. Hal ini didukung oleh penelitian yang
menyatakan bahwa pada usia produktif maka kebiasaan melakukan aktivitas fisik juga kian besar, karena semakin
bertambahnya usia seseorang maka transisi juga dihadapi. lebih dan lebih, seperti perubahan kesehatan dan kemampuan
fungsional. Hal ini menyebabkan timbulnya kebutuhan dalam hal pemenuhan komponen dalam kehidupan, sehingga
tingginya ketergantungan untuk melakukan aktivitas tertentu. Alasan dari penemuan ini mungkin dapat menjelaskan
insidensi dari penyakit hipertensi yang menjadi faktor prediktif dari ansietas terhadap pasien dengan kategori umur lebih tua
dengan penyakit kronik. Terlebih lagi, pada usia muda cenderung memiliki mekanisme adaptasi terstruktural seperti
31
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 5 No. 3 Juli 2021

neurohormonal dan adaptasi vaskular yang dapat dipicu oleh aktifitas fisik yang lebih banyak dibandingkan dengan
kelompok usia tua. Hal ini dapat dijelaskan dengan mekanisme aksis hipotalamus-pituitari-adrenal sebagai respon stress
fisiologis yang paling berperan besar didalam tubuh kita. Ketika terjadi disfungsi aksis tersebut, maka peningkatan sekresi
hormon steroid menyebabkan retensi cairan dan sodium, sehingga meningkatkan tekanan darah. Pada tabel hubungan
aktivitas fisik dan tekanan darah, tampak bahwa responden dengan aktivitas ringan dengan hipertensi derajat 1 sebanyak 8
orang (57.1%), hipertensi derajat 2 sebanyak 6 orang (42.9%) dan tidak ditemukan responden dengan aktivitas ringan
ditemukan dengan prehipertensi (0%). Sedangkan untuk aktivitas sedang, dijumpai 9 responden dengan prehipertensi
(56.3%), 7 responden dengan hipertensi derajat 1 (43.8%) dan tidak dijumpai responden dengan aktivitas sedang ditemukan
dengan hipertensi derajat 2 (0%). Tingkat kemaknaan yang dipakai adalah α= 0,05. Nilai p ditemukan sebesar 0.001.
Variabel akan dikatakan berhubungan secara signifikan apabila nilai p< 0,05. Hal ini bermakna bahwa terdapat hubungan
yang signifikan dari aktifitas fisik rumahan terhadap tekanan darah pada Ibu Rumah Tangga yang memiliki riwayat
hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan
tekanan darah pada masyarakat di Desa Naben, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen dengan p=0,013 (<0,05).
Aktivitas fisik yang teratur membantu meningkatkan efisiensi jantung secara keseluruhan. Mereka yang secara fisik aktif
umumnya mempunyai tekanan darah yang lebih rendah dan lebih jarang terkena tekanan darah tinggi. Mereka yang secara
fisik aktif cenderung untuk mempunyai fungsi otot dan sendi yang lebih baik, karena organ-organ demikian lebih kuat dan
lebih lentur. Aktivitas yang berupa gerakan atau latihan aerobik bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan
kebugaran, ketahanan kardio-respirator. Contoh dari latihan-latihan aerobik adalah seperti berjalan, jogging, berenang,
bersepeda. Latihan aerobik membuat otot-otot tubuh bekerja. Berbagai penelitian membuktikan bahwa orang-orang yang
rendah tingkat kebugarannya, tidak banyak bergerak. Bila setiap harinya rata-rata naik tangga 25 sampai 30 anak tangga, 5
kali seminggu dalam waktu 12 sampai 30 minggu dapat secara nyata meningkatkan kebugaran kardo-respirator.
Olahraga secara teratur dan terukur dapat menyerap atau menghilangkan endapan kolestrol pada pembuluh darah nadi.
Kegiatan fisik yang dilakukan secara teratur menyebabkan perubahan-perubahan misalnya jantung akan bertambah kuat
pada otot polosnya sehingga daya tampung besar dan kontruksi atau denyutannya kuat dan teratur, selain itu selastisitas
pembuluh darah akan bertambah karena adanya relaksasi dan vasodilarasi sehingga timbunan lemak akan berkurang dan
meningkatkan kontraksi otot dinding pembuluh darah tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dengan hasil
bahwa terdapat perubahan yang signifikan dalam perubahan penurunan tekanan darah sistolik pada responden setelah
dilakukannya intervensi jalan pagi sebanyak 40 kali dalam waktu 8 minggu.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis diperoleh karakteristik demografik kelompok usia terbanyak dijumpai pada usia 26-35 tahun yaitu
sebanyak 12 orang (40%). Pada responden, kategori tekanan darah terbanyak dijumpai pada kelompok hipertensi derajat 1
yaitu sebanyak 15 orang (50%), kategori aktivitas fisik sedang menjadi yang terbanyak dijumpai yaitu sebanyak 16 orang
(53.3%). Terdapat hubungan yang signifikan dari aktifitas fisik rumahan terhadap tekanan darah pada Ibu Rumah Tangga
yang memiliki riwayat hipertensi (p=0.001).

REFERENSI

Yonata A, Satria APP. Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya Stroke. Majority. 2016;5(2):17.
Ansar J, Dwinata I MA. Determinan Kejadian Hipertensi Pada Pengunjung Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas
Ballaparang Kota Makassar. J Nas Ilmu Kesehat. 2019;1:28–35.
Suryani irma. Profil kesehatan kota medan. Profil Kesehat sumatra utara. 2016;51.
Chopra HK, Ram CVS. Recent Guidelines for Hypertension: A Clarion Call for Blood Pressure Control in India. Circ Res.
2019;124(7):984–6.
Tarigan AR, Lubis Z, Syarifah S. Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Keluarga Terhadap Diet Hipertensi Di Desa
Hulu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016. J Kesehat. 2018;11(1):9–17.
Nuraini B. Jurnal Majority Faculty of Medicine, University of Lampung. Risk Factors Hypertension.2015;4(5):10-9.
Cushman WC, Ford CE, Cutler JA, Margolis KL, Davis BR, Grimm RH, et al. Success and predictors of blood pressure
control in diverse North American settings: The antihypertensive and lipid-lowering treatment to prevent heart attack trial
(ALLHAT). J Clin Hypertens 2002;4:393-404.

32
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 5 No. 3 Juli 2021

Méndez-Chacón E, Santamaría-Ulloa C, Rosero-Bixby L. Factors associated with hypertension prevalence, unawareness


and treatment among Costa Rican elderly. BMC Public Health 2008;8:275 doi:10.1186/1471-2458-8-275.
Mora S, Cook N, Buring JE, Ridker PM, Lee IM. Physical activity and reduced risk of cardiovascular events: potential
mediating mechanisms. Circulation 2007;116:2110-8.
Nelson MR, Alkhateeb AM, Ryan P, Willson K, Gartlan JG, Reid CM on behalf of the Second Australian National Blood
Pressure Management Committee. Physical activity, alcohol and tobacco use and associated cardiovascular morbidity and
mortality in the second Australian national blood pressure study cohort. Age Ageing 2010;39:112– 39.
McNeill AM, Katz R, Girman CJ, Rosamond WD, Wagenknecht LE, Barzilay JI, et al. Metabolic syndrome and cardiovascular
disease in older 181 people: the cardiovascular health study. J Am Geriatr Soc 2006;54:1317–24.
Pitsavos C, Panagiotakos DB, Chrysohoou C, Kavouras S, Stefanadis C. The associations between physical
activity,inflammation, and coagulation markers, in people with metabolicsyndrome: the ATTICA study. Eur J Cardiovasc Prev
Rehabil 2005;12:151–8.
Bianchi G, Rossi V, Muscari A, Magalotti D, Zoli M and the Pianoro Study Group. Physical activity is negatively associated
with the metabolic syndrome in the elderly. Q J Med 2008; 101:713–21.
Budiono. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Astatus Kesehatan Hipertensi pada Lanjut Usia di Desa Ngabean
Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen. Skripsi, Program Studi S1 Keperawatan, 2015. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Gombong.
Puar THK, Mok Y, Debajyoti R, Khoo J, How CH, Ng AKH. Secondary hypertension in adults. Singapore Med J.
2016;57(5):228-232. doi:10.11622/smedj.2016087
Akbarpour, S. et al. Lifestyle patterns in the Iranian population: self-organizing map application. Caspian J Intern Med. 9(3),
268–275 (2018).
Chobanian, A. V. et al. The seventh report of the joint national committee on prevention, detection, evaluation, and treatment
of high blood pressure: the JNC 7 report. Jama. 289(19), 2560–2571 (2003).
John, U. et al. Smoking status, obesity and hypertension in a general population sample: a cross-sectional study. J Assoc
Physicians. 99(6), 407–415 (2006).
Leone, A. Does smoking act as a friend or enemy of blood pressure? Let release Pandora’s box. Cardiol Res Pract. 2011, 1–
8 (2011)
Al Thani, M. et al. Lifestyle patterns are associated with elevated blood pressure among qatari women of reproductive age: A
crosssectional national study. J. Nutr. 7(9), 7593–7615 (2015).
Khajedaluee, M. et al. The prevalence of hypertension and its relationship with demographic factors, biochemical, and
anthropometric indicators: A population-based study. ARYA Atheroscler. 12(6), 259–265 (2016).

33

You might also like