Professional Documents
Culture Documents
Abstract: Study the nature of magnetism in rocks that has been carried out at the
research of peridotite rocks in Awang Bangkal Banjar Regency has not finished,
still need to do further research. More specific details of research has been done is
about the characterization of the magnetic minerals in peridotite rocks in the area
Awang Bangkal, Banjar Regency, South Kalimantan, which aims to identify the
type of magnetic minerals, characterize magnetic minerals including multidomain,
single domain or pseudo single domain and the estimate magnetic mineral’s grain
size. This study uses XRD test to find out the existing content of magnetic minerals
in peridotite samples, the method of King (the ratio between the magnetic
susceptibility with the anhysteretic susceptibility) and decay Anhysteretic
Remanent Magnetization (ARM) to estimate the grain size of magnetic minerals in
peridotite samples. XRD results show that the magnetic minerals contained in the
peridotite samples are hematite and magnetite. The ARM decaying curve showed
that the estimated peridotite rocks in the research are multidomain to pseudo-
single domain and the size are big. While the distribution of grain size between
below 0.1 μm up to ≈ 5 μm.
Titik
Pengambila
n Sampel Km : Formasi Manunggul
Mgb : Gabro
Mub : Batuan Ultramafik
Tabel 2. Komposisi Mineral pada Sampel Batuan Peridotit dari daerah Awang Bangkal,
Kabupaten Banjar.
Persentasi Jenis
Sampel Jenis Mineral Komponen Kimia
Mineral (%) *
6 Clinochrysotile Mg3 Si2 O5 (OH)4 44
Antigorite 3 Mg O !2 Si O2 !2 H2O 11
Enstatite, ordered Mg Si O3 8
Forsterite Mg2 Si O4 12
Antigorite Mg3 Si2 O5 (OH)4 17
Enstatite, ferroan Mg1.8 Ca.037 Al.014 Fe.13 23
Cr.017 Ti.003 Si2 O6
sampel 3 memiliki nilai intensitas NRM Stalagmit tumbuh di daerah karst yang
tertinggi. Hal ini berarti bahwa sampel 3 sangat jarana mengandung mineral
memiliki sifat magnetik yang paling kuat magnetik dan sedimen laut mengandung
dibandingkan sampel-sampel yang lain. mineral magnetik yang kebanyakan
terbawa oleh organik (Purnama, 2003).
Tabel 3. Intensitas NRM sampel batuan
peridotit Kestabilan mineral magnetik bergantung
pada ukuran bulir. Beberapa eksperimen
Sampel Intensitas NRM
(mA/m) menunjukkan perbedaan respon
1 2680,53 berbagai ukuran mineral magnetik
2 5472,46 terhadap peluruhan ARM ini (Dunlop dan
3 5699,75 Ozdemir, 1997).
4 5036,17
Berdasarkan kurva peluruhan
5 5156,99
ARM (Gambar 4), mineral magnetik
6 5077,40
7 5094,68 batuan peridotit ternyata ada yang tidak
stabil dan ada yang stabil. Intensitas
Secara umum dapat diketahui ARM berkurang cukup drastis pada
bahwa intensitas NRM untuk batuan medan demagnetisasi yang relatif
beku lebih besar dibandingkan stalagmit rendah. Ini berarti bahwa mineral
dan sedimen laut. Hal ini jelas bahwa magnetik yang terkandung dalam sampel
batuan beku lebih banyak mengandung batuan peridotit di daerah Awang
mineral magnetik yang berasal dari perut Bangkal didominasi oleh bulir-bulir
bumi, sementara stalagmit dan sedimen magnetik berukuran besar dan bersifat
laut, bahan dasar dan proses antara multidomain hingga pseudo single
pembentukannya dipermukaan bumi. domain.
Subiyantoro, A., 2006, Mekanisme Tarling , D. H & Hrouda, F., 1993, The
Pembentukan Intrusi Melapis, Magnetic Anisotropy of Rocks,
Universitas Gajah Mada, Chapman & Hall, London.
Yogyakarta.
Widiyastuti, D. A., 2010, Analisa
Sudarningsih, 2000, Anisotropi Struktur Batuan Aranio
Magnetik Batuan Diorit dari Kabupaten Banjar, Skripsi,
Trenggalek, Jawa Timur, Program Studi Fisika Fakultas
Tesis, Program Pasca Sarjana Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas
Institut Teknologi Bandung, Lambung Mangkurat, Banjarbaru,
Bandung, (tidak (tidak dipublikasikan).
dipublikasikan).
Yulianto, A., 2006, Kajian sifat magnetik
Sukesi, 2010, Penentuan Derajat pasir besi dan optimasi
Anisotropi Suseptibilitas Magnetik pengolahannya menjadi magnet
Batuan Peridotit dari Desa Awang ferit, Institut Teknologi Bandung,
Bangkal Barat Kabupaten Banjar Bandung.
Propinsi Kalimantan Selatan,
Skripsi, Program Studi Fisika