You are on page 1of 11

Karakterisasi Mineral Magnetik Batuan Peridotit Daerah Awang

Bangkal Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan


Menggunakan Metode XRD dan King

Shinta Khalidah1, Sudarningsih2 dan Ibrahim Sota2

Abstract: Study the nature of magnetism in rocks that has been carried out at the
research of peridotite rocks in Awang Bangkal Banjar Regency has not finished,
still need to do further research. More specific details of research has been done is
about the characterization of the magnetic minerals in peridotite rocks in the area
Awang Bangkal, Banjar Regency, South Kalimantan, which aims to identify the
type of magnetic minerals, characterize magnetic minerals including multidomain,
single domain or pseudo single domain and the estimate magnetic mineral’s grain
size. This study uses XRD test to find out the existing content of magnetic minerals
in peridotite samples, the method of King (the ratio between the magnetic
susceptibility with the anhysteretic susceptibility) and decay Anhysteretic
Remanent Magnetization (ARM) to estimate the grain size of magnetic minerals in
peridotite samples. XRD results show that the magnetic minerals contained in the
peridotite samples are hematite and magnetite. The ARM decaying curve showed
that the estimated peridotite rocks in the research are multidomain to pseudo-
single domain and the size are big. While the distribution of grain size between
below 0.1 μm up to ≈ 5 μm.

Keywords: peridotite, grain size, magnetic mineral, x-ray difraction, anhysteretic,


susceptibility.

PENDAHULUAN Kabupaten Banjar, Kalimantan


Potensi batuan ultrabasa di Selatan termasuk dalam formasi
Kalimantan Selatan cukup besar yakni manunggul yang merupakan
sekitar 11 milyar ton (Subiyantoro, konglomerat aneka bahan, berwarna
2006). Sebagian besar batuan kelabu kemerahan dengan komponen
ultrabasa di Indonesia merupakan batuan mafik, ultramafik, rijang,
batuan peridotit dimana sebagian dari kuarsit, sekis dan batuan sedimen.
itu telah mengalami serpentinisasi. Dalam satu dekade terakhir,
Batuan peridotit yang berasal metode sifat magnetik batuan (rock
dari daerah Awang Bangkal magnetic methods) telah banyak
Kabupaten Banjar mempunyai potensi digunakan dalam kajian mineral
besar dan memiliki karakteristik. magnetik pada batuan peridotit.
Berdasarkan Sikumbang dan Sukesi (2010)meneliti batuan paridotit
Heryanto (1994), keadaan geologi asal Desa Awang Bangkal dan
daerah Awang Bangkal Barat, mengindikasikan mineral magnetik
121 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 9 No.2, Agustus 2012 (120 – 130)

yang terkandung pada batuan suseptibilitas magnetik (AMS) dan


tersebut adalah hematite berdasarkan suseptibilitas anhisteretik) untuk
nilai suseptibilitas. Ghofallena (2011) menentukan distribusi ukuran bulir.
dengan batu dari daerah yang sama Hasil analisa penelitian ini menentukan
mengidentifikasikan bahwa jenis sifat magnetik batuan yang dapat
mineral magnetik pada batuan memberikan petunjuk dalam melacak
tersebut adalah magnetite (Fe3O4). sifat batuan terkait dengan cocok
Penelitian lain yang dilakukan oleh tidaknya suatu batuan untuk
Reida tahun 2009 juga mengemukaan kepentingan kajian paleomagnetik.
hasil estimasinya, bahwa batuan
peridotit didominasi oleh multidomain METODE PENELITIAN
dan berukuran besar dengan distribusi Penelitian dilakukan di
ukuran bulir lebih dari 200 µm. Laboratorium Geofisika FMIPA Unlam
Kajian sifat kemagnetan batuan untuk persiapan sample dan uji ARM
yang telah dilakukan pada penelitian (pemberian, pengukuran dan
batuan peridotit di daerah Awang peluruhan ARM) sedangkan untuk uji
Bangkal, Kabupaten Banjar belum XRD dilakukan di Laboratorium Pusat
selesai, masih perlu dilakukan Survey Geologi Bandung.
penelitian lanjut seperti penentuan Pengambilan sampel batuan
ukuran bulir beserta domain dan peridotit dilakukan di daerah Awang
memperkuat identifikasi komposisi Bangkal, Kabupaten Banjar,
mineral magnetik yang pernah Kalimantan Selatan. Gambar 1
dilakukan oleh Ghofallena (2011) dan merupakan peta lokasi penelitian
Sukesi (2010). Penelitian ini pengambilan sampel. Peralatan yang
merupakan penelitian lanjutan yang diperlukan dalam penelitian ini antara
lebih spesifik untuk karakterisasi lain kompas, GPS, Magnetik
mineral magnetik batuan peridotit asal Measurement Portable Rock Drill
daerah Awang Bangkal, Kabupaten (MMPRD), Palu Geologi, Lumpang,
Banjar dengan uji XRD untuk sampel holder, X-Ray Difractometer,
menentukan jenis mineral magnetik, Molspin Alternating Field,
peluruhan ARM untuk penentuan Demagnetizer, Minispin
ukuran bulir sekaligus domainnya dan Magnetometer, Partial Anhysteretic
metode King (perbandingan anisotropi Remanent Magnetization (PARM).
Khalidah, S., dkk., Karakterisasi Mineral Magnetik ............. 122

Titik
Pengambila
n Sampel Km : Formasi Manunggul
Mgb : Gabro
Mub : Batuan Ultramafik

Gambar 1. Letak Daerah Pengambilan Sampel (Sikumbang dan Heryanto, 1994).

A. Pengambilan Sampel Positioning System (GPS). Kemudian


Sampel batuan peridotit sampel diambil dalam bentuk silinder
berasal dari daerah Awang Bangkal, core berdiameter 2,54 cm dengan
Kabupaten Banjar. Teknik menggunakan Magnetik
pengambilan sampel, pada dasarnya Measurement Portable Rock Drill
mengikuti standar sampling (MMPRD) Model D026-C.
paleomagnetik yang lazim. Sebelum B. Preparasi Sampel XRD
sampel diambil, sampel diorientasikan Tahap pertama yang
terlebih dahulu arah utaranya dengan dilakukan, yaitu pada sampel batuan
menggunakan kompas dan ditentukan padat diperlukan penggerusan sampel
titik-titiknya menggunakan Global terlebih dahulu untuk membuat
123 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 9 No.2, Agustus 2012 (120 – 130)

sampel bubuk. Penggerusan C. Preparasi Sampel ARM


dilakukan menggunakan lumpang. Sampel yang diambil dari
Tingkat kehalusan butir yang lokasi dalam bentuk silinder core
disyaratkan adalah berkisar antara (Gambar 2) dilakukan pemotongan
5 – 10 um atau sekitar 200 mesh. sampel dengan ukuran standar
Kemudian sampel yang berupa bubuk sampel yang siap diukur yaitu dalam
tersebut diambil diratakan dan bentuk silinder core berdiameter 2,54
diletakkan pada sample holder untuk cm dan panjang 2,2 cm (ukuran
kemudian siap diuji (Widiyastuti, standar) (Gambar 3) (Tarling dan
2010). Hrouda, 1993).

Gambar 2. Sampel sebelum dilakukan


pemotongan

Gambar 3. Sampel setelah pemotongan (a) menurut Tarling dan Hrouda


pada 1993 (b) Foto hasil pemotongan sampel.
Khalidah, S., dkk., Karakterisasi Mineral Magnetik ............. 124

D. Pengukuran medan searah. Proses ini dilakukan


1) Komposisi mineral magnetik dengan menggunakan Molspin AF
dengan XRD
Demagnetizer yang dimodifikasi
Pada pengolahan data ini, dengan lapisan tambahan yang terdiri
sampel yang diuji berada pada dari gulungan kawat untuk
kondisi diam (statis). Proses yang memberikan medan searah 0,1 mT.
dijalankan melalui komputer sesuai Demagnetizer memberikan medan
dengan prosedur yang ada dan bolak-balik 80 mT yang berkurang
nantinya secara otomatis peralatan secara lambat menuju nol
utama XRD akan melakukan (Sudarningsih, 2000), dan medan
perekaman data sprektrum XRD yang searah 0,1 mT diberikan oleh
sesuai dengan parameter tertentu. instrumen yang disebut PARM (Partial
Sebagai tanda bahwa peralatan XRD Anhysteretic Remanent
aktif maka jendela peralatan akan Magnetization). Magnetisasi yang
terkunci secara otomatis dan diperoleh diukur dengan Minispin
menimbulkan bunyi klik cukup keras. Magnetometer.
Di lain pihak, bunyi tersebut secara Peluruhan secara bertahap
otomatis juga terdengar apabila terhadap intensitas magnetisasi ini
proses perekaman telah selesai, dilakukan dengan memberikan medan
kemudian jendela peralatan XRD bolak-balik menggunakan Molspin AF
boleh dibuka untuk mengganti Demagnetizer. Pemberian medan
sampel. Proses interpretasi data demagnetisasi mulai dari 5, 10, 15 mT
dilakukan dengan komputer, yaitu dan seterusnya sampai intensitas
menganalisis spektrum yang timbul magnetisasi turun hingga sekitar
dan muncul di layar komputer dan 1 – 5 % dari intensitas mula-mula
membandingkannya dengan data (Mufit dkk, 2006).
pada file powder difraction yang ada, Setiap sampel yang telah
sehingga spektrum yang muncul diberi medan bolak-balik
sesuai ARM (Anhysteretic Remanent (demagnetisasi) kemudian diukur
Magnetization) intensitasnya menggunakan Minispin
Proses pemberian ARM Magnetometer. Pengukuran dilakukan
yaitu proses pemberian dua dengan mengubah empat posisi
jenis medan sekaligus kepada sampel yang merupakan langkah
sampel yaitu medan bolak-balik dan terakhir pada perlakuan sampel.
125 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 9 No.2, Agustus 2012 (120 – 130)

2) Ukuran Bulir Mineral Magnetik merupakan hasil plot antara


dengan Metode King
perbandingan intensitas dengan
Estimasi ukuran bulir mineral
intensitas awal (I/Io) terhadap medan
magnetik dilakukan dengan memplot
bolak-balik (H) yang diberikan.
perubahan nilai parameter
suseptibilitas anhisteretik dan 3) Analisa metode King
Berdasarkan hasil
suseptibilitas magnetik dari batuan
suseptibilitas yang terukur pada
yang diuji, dan dihubungkan terhadap
penelitian Sukesi (2010) dan hasil
perubahan ukuran bulir magnetite
suseptibilitas anhisteretik pada
menurut metode King dkk.
penelitian ini yang kemudian diplot
Analisa Data menunjukkan apakah ada
1) Analisa komposisi mineral kecendrungan linieritas antara kedua
magnetik
parameter tersebut berdasarkan
Setelah spektrum timbul dan ukuran bulir magnetite. Semakin kecil
muncul di layar komputer kemudian ukuran bulir menunjukkan kemiringan
dibandingkan dengan data pada file yang tajam. Kemudian dapat
powder difraction yang ada, sehingga ditentukan ukuran bulir dan domain
spektrum yang muncul sesuai dengan bulir mineral magnetik (single domain
karakteristik yang ada. Kemudian atau multidomain). Sebagai contoh
dapat ditentukan jenis mineral pada magnetite akan bertipe single
magnetik yang terkandung pada domain jika diameternya < 0.1 µm
batuan peridotit. dan bertipe multidomain jika
2) Analisa peluruhan ARM diameternya > 10 µm.
Sebelum diberikan ARM,
terlebih dahulu dilakukan pengukuran HASIL DAN PEMBAHASAN

intensitas magnetik awal sampel A. Analisa Komposisi Mineral


Magnetik
(intensitas NRM). Setelah sampel
Berdasarkan hasil analisa X-Ray
peridotit diberikan ARM, kemudian Difraction yang telah dilakukan terhadap
intensitas awal ARM diukur. sampel batuan peridotit yang berasal dari
Berdasarkan hasil peluruhan daerah Awang Bangkal Kabupaten
ARM yang telah dilakukan terhadap Banjar, Kalimantan Selatan diperoleh
sampel diperoleh kurva peluruhan komposisi mineral yang terkandung
ARM. Kurva peluruhan ARM ini dalam batuan peridotit tersebut (Tabel 2).
Khalidah, S., dkk., Karakterisasi Mineral Magnetik ............. 126

Mineral-mineral dari hasil uji mineralogi manunggul yang keadaan geologinya


tersebut banyak mengandung Mg dan Fe terdapat batuan ultramafik contohnya
sesuai dengan keadaan geologi lokasi peridotit yang banyak mengandung Mg
penelitian termasuk dalam formasi dan Fe.

Tabel 2. Komposisi Mineral pada Sampel Batuan Peridotit dari daerah Awang Bangkal,
Kabupaten Banjar.

Persentasi Jenis
Sampel Jenis Mineral Komponen Kimia
Mineral (%) *
6 Clinochrysotile Mg3 Si2 O5 (OH)4 44

Antigorite 3 Mg O !2 Si O2 !2 H2O 11

Diopside ferroan (Mg0.992 Fe0.008) 27


(Ca0.962 Mg0.038) (Si2 O6)

Enstatite, ordered Mg Si O3 8

Iron diiron (III) Fe3 O4 10


oxide (Magnetite)

7 Clinochrysotile Mg3 Si2 O5 (OH)4 40

Forsterite Mg2 Si O4 12
Antigorite Mg3 Si2 O5 (OH)4 17
Enstatite, ferroan Mg1.8 Ca.037 Al.014 Fe.13 23
Cr.017 Ti.003 Si2 O6

Iron (III) oxide -$-alpha Fe2 O3 8


(Hematite, syn)
Keterangan * Berdasarkan perbandingan bahan yang berbentuk kristal.

Hasil uji mineralogi tersebut terkandung dalam batuan peridotit


(Tabel 2) memperlihatkan bahwa batuan tersebut dari hasil pengukuran
peridotit yang berasal dari daerah Awang suseptibilitas. Karena batuan peridotit
Bangkal mengandung mineral magnetik tersebut mengandung mineral magnetik
yaitu magnetite dan hematite. Hasil ini maka dapat dikatakan bahwa batuan
telah membuktikan penelitian dari peridotit tergolong bahan feromagnetik.
Ghofallena (2011) yang mengindikasikan
mineral magnetite terkandung dalam B. Analisa Karakterisasi berdasarkan
Nilai Peluruhan ARM
sampel batuan peridotit dari daerah
Dari hasil intensitas NRM (Tabel
Awang Bangkal berdasarkan data
3) dapat dilihat bahwa sampel 1 memiliki
saturasi IRM dan Sukesi (2010) yang
nilai intensitas NRM terendah dan
mengindikasikan mineral hematite
127 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 9 No.2, Agustus 2012 (120 – 130)

sampel 3 memiliki nilai intensitas NRM Stalagmit tumbuh di daerah karst yang
tertinggi. Hal ini berarti bahwa sampel 3 sangat jarana mengandung mineral
memiliki sifat magnetik yang paling kuat magnetik dan sedimen laut mengandung
dibandingkan sampel-sampel yang lain. mineral magnetik yang kebanyakan
terbawa oleh organik (Purnama, 2003).
Tabel 3. Intensitas NRM sampel batuan
peridotit Kestabilan mineral magnetik bergantung
pada ukuran bulir. Beberapa eksperimen
Sampel Intensitas NRM
(mA/m) menunjukkan perbedaan respon
1 2680,53 berbagai ukuran mineral magnetik
2 5472,46 terhadap peluruhan ARM ini (Dunlop dan
3 5699,75 Ozdemir, 1997).
4 5036,17
Berdasarkan kurva peluruhan
5 5156,99
ARM (Gambar 4), mineral magnetik
6 5077,40
7 5094,68 batuan peridotit ternyata ada yang tidak
stabil dan ada yang stabil. Intensitas
Secara umum dapat diketahui ARM berkurang cukup drastis pada
bahwa intensitas NRM untuk batuan medan demagnetisasi yang relatif
beku lebih besar dibandingkan stalagmit rendah. Ini berarti bahwa mineral
dan sedimen laut. Hal ini jelas bahwa magnetik yang terkandung dalam sampel
batuan beku lebih banyak mengandung batuan peridotit di daerah Awang
mineral magnetik yang berasal dari perut Bangkal didominasi oleh bulir-bulir
bumi, sementara stalagmit dan sedimen magnetik berukuran besar dan bersifat
laut, bahan dasar dan proses antara multidomain hingga pseudo single
pembentukannya dipermukaan bumi. domain.

Gambar 4. Kurva Peluruhan ARM Sampel


Khalidah, S., dkk., Karakterisasi Mineral Magnetik ............. 128

C. Interpretasi Ukuran Bulir dengan dkk. (1982) sehingga disebut metode


Metode King
King. Gambar 5 merupakan hasil plot
Metode King merupakan
antara anhysteretic susceptibility dengan
perbandingan Anisotropi Suseptibilitas
DC susceptibility pada 7 sampel batuan
Magnetik (AMS) dan Suseptibilitas
peridotit dari daerah Awang Bangkal.
Anhisteretik. Dari hasil plot antara
menunjukkan bahwa sebagian besar
anhysteretic susceptibility terhadap DC
sampel cenderung berukuran kecil antara
susceptibility, akan diperoleh diagram
0,1 µm sampai ≈ 5 µm termasuk pseudo
ukuran bulir mineral magnetik yang
single domain. Pada sampel 7, bulir
menunjukan distribusi ukuran bulir. Plot
magnetik berukuran lebih kecil yaitu <
tersebut berupa hasil eksperimen King
0,1 µm dan bersifat single domain.

Gambar 5. Hasil plot sampel yang diberi perlakuan ARM.

Sampel yang cocok untuk bersifat antara pseudosingle domain


kepentingan kajian paleomagnetik adalah hingga single domain.
sampel yang memiliki bulir magnetik Interpretasi dari kurva peluruhan
berukuran kecil dan bersifat single ARM menunjukkan mineral magnetik
domain atau pseudo single domain pada batuan peridotit cendrung tidak
(Dunlop dan Ozdemir, 1997). Hal ini memiliki stabilitas yang tinggi tetapi ada
berarti bahwa sampel batuan peridotit satu sampel yang stabil sehingga bersifat
yang berasal dari Awang Bangkal sangat multidomain hingga pseudo single
cocok untuk kepentingan kajian domain. Namun, hasil dari King’s plot
paleomagnetik karena hasil dari King’s menunjukkan bahwa mineral magnetik
plot menunjukkan bahwa mineral cenderung berukuran kecil antara
magnetik cenderung berukuran kecil dan dibawah 0,1 µm sampai ≈ 5 µm. Hal ini
129 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 9 No.2, Agustus 2012 (120 – 130)

sangat mungkin diakibatkan karena pada DAFTAR PUSTAKA


sampel batuan peridotit di daerah Awang
Dunlop, D.J. & Ozdemir, O., 1997, Rock
Bangkal terdapat mineral magnetik Magnetism, Cambridge University
Press, Canada.
magnetite yang bersifat multidomain dan
Ghofallena, W. H., 2011, Penentuan
hematite yang bersifat single domain
Nilai Saturasi Magnetik Batuan
dengan diameter  15 µm (Yulianto, Peridotit dari Desa Awang
Bangkal Barat Kabupaten Banjar
2006). Garis-garis pada King’s plot Kalimantan Selatan, Skripsi,
diberikan oleh mineral magnetite murni Program Studi Fisika Fakultas
Matematika Dan Ilmu
yang diproduksi secara sintetis. Pengetahuan Alam Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarbaru,
(tidak dipublikasikan).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
King, J., Banerjee, S.K, Marvin, J., dan
karakterisasi mineral magnetik pada Ozdemir, O., 1982, A
batuan peridotit di daerah Awang Comparison of different magnetic
methods for determining the
Bangkal Kabupaten Banjar Kalimantan relative grain size of magnetite in
Selatan dapat disimpulkan: natural material : some result
from lake sediment, Eart
1. Dari hasil XRD diperoleh mineral Planetary Science Leter 59, 404-
magnetik yang terkandung pada 419.
batuan peridotit di daerah Awang
Mufit, F.F., H. Amir dan S. Bijaksana,
Bangkal, Kabupaten Banjar, 2006, Kajian tentang sifat
Kalimantan Selatan yaitu hematite Magnetik Pasir Besi dari Pantai
Sanur, Pariaman, Sumatera
dan magnetite. Barat.
2. Berdasarkan bentuk kurva
peluruhan ARM menunjukkan Purnama, W., 2003, Pengukuran
magnetisasi remanen pada
bahwa sampel batuan peridotit di
batuan beku Andesit dari
daerah tersebut memiliki ukuran Daerah Istimewa Yogyakarta,
bulir mineral magnetik yang Tesis, Program Pasca Sarjana
Institut Teknologi Bandung,
didominasi oleh bulir-bulir magnetik Bandung, (tidak
berukuran besar dan bersifat antara dipublikasikan).
multidomain dengan pseudo single
Reida, R., 2009, Estimasi Ukuran Bulir
domain.
Mineral Magnetik Pada Batuan
3. Hasil plot antara anhysteretic Peridotit Berdasarkan Peluruhan
Anhysteretic Remanent
suseptibility terhadap DC
Magnetization (ARM), Skripsi,
susceptibility dari 7 sampel batuan Program Studi Fisika Fakultas
Matematika Dan Ilmu
peridotit, diperoleh distribusi ukuran
Pengetahuan Alam Universitas
bulir antara di bawah 0.1 µm sampai Lambung Mangkurat, Banjarbaru,
(tidak dipublikasikan).
dengan ≈ 5 µm.
Khalidah, S., dkk., Karakterisasi Mineral Magnetik ............. 130

Sikumbang, N. & Heryanto, R., 1994, Fakultas Matematika Dan Ilmu


Peta Geologi Lembar Pengetahuan Alam Universitas
Banjarmasin, Kalimantan 1: Lambung Mangkurat, Banjarbaru,
250.000, P3G, Bandung. (tidak dipublikasikan).

Subiyantoro, A., 2006, Mekanisme Tarling , D. H & Hrouda, F., 1993, The
Pembentukan Intrusi Melapis, Magnetic Anisotropy of Rocks,
Universitas Gajah Mada, Chapman & Hall, London.
Yogyakarta.
Widiyastuti, D. A., 2010, Analisa
Sudarningsih, 2000, Anisotropi Struktur Batuan Aranio
Magnetik Batuan Diorit dari Kabupaten Banjar, Skripsi,
Trenggalek, Jawa Timur, Program Studi Fisika Fakultas
Tesis, Program Pasca Sarjana Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas
Institut Teknologi Bandung, Lambung Mangkurat, Banjarbaru,
Bandung, (tidak (tidak dipublikasikan).
dipublikasikan).
Yulianto, A., 2006, Kajian sifat magnetik
Sukesi, 2010, Penentuan Derajat pasir besi dan optimasi
Anisotropi Suseptibilitas Magnetik pengolahannya menjadi magnet
Batuan Peridotit dari Desa Awang ferit, Institut Teknologi Bandung,
Bangkal Barat Kabupaten Banjar Bandung.
Propinsi Kalimantan Selatan,
Skripsi, Program Studi Fisika

You might also like