Professional Documents
Culture Documents
Jurnal - Fis - An.85 18 Put P
Jurnal - Fis - An.85 18 Put P
ABSTRACT
The purpose of this study to describe the implementation of participatory governance, conducted in Bojonegoro District
on “Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 30 Tahun 2013” about The Management of Development Innovation based on
Public Participation, and to describe the increase of public trust through participatory governance in Bojonegoro District.
This study uses qualitative research method with descriptive research type. While the data collection techniques has been
done by observation, study documents, and in-depth interview with informants. Determination of informants is done by
purposive sampling technique that is party who considered to know more about the implementation process of “Peraturan
Bupati Bojonegoro Nomor 30 Tahun 2013” about The Management of Development Innovation based on Public
Participation. Then, to ensure the validity of the data in this study used triangulation techniques. Furthermore, data
analysis techniques has been done by way of data reduction, data presentation and conclusion.The results of this study
indicate that the implementation process of “Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 30 Tahun 2013” about The Management
of Development Innovation based on Public Participation, is relative participatory. This is because of the eight
characteristics attached to the characteristics of participatory governance, there are six of them already reflected in the
implementation process, and there are still two characteristics of participatory governance that have not been fully optimal.
Beside of that, the public trust of government in political, tend to increase. But, the public trust in social, tend to don‟t be
optimal yet.
Tabel 1.2
Jumlah aduan dalam LAPOR Kabupaten Bojonegoro
Tahun 2014-2018
Berdasarkan jumlah aduan LAPOR di Bojonegoro Berdasarakan hasil survey yang tersajikan dalam
diketahui tidak kurang dari 14 laporan yang masuk tiap tabel 1.3 diketahui bahwa Pemerintah Kelurahan/Desa
bulannya hingga tahun 2018. Hal tersebut dikarenakan merupakan institusi yang paling dipercaya (71.8%).
masyarakat telah mulai percaya kepada pemerintah, Selanjutnya adalah pengurus RT (68.2%) dan Lembaga
bahwa apa yang menjadi aduan ditanggapi oleh Keagamaan (66.6%). Sedangkan pemerintah Kabupaten
pemerintah, dan ditindaklanjuti oleh SKPD rata-rata 3 mendapat kepercayaan sebesar (44.0%). Hasil survey
hari kerja. Konsistensi Kabupaten Bojonegoro dalam kepercayaan publik menunjukan bahwa institusi
mewujudkan daerah yang transparan dan partisipatif pemerintah yang lebih dekat dengan rakyat memiliki
terbukti dengan berbagai prestasi yang pernah diraihnya tingkat kepercayaan yang lebih tinggi dari mayarakat.
khususnya dalam hal transparansi diantaranya TOP IT Konsep pemerintahan partisipatif dengan
Implemetation on Open Government Smart City 2017, kepercayaan masyarakat memiliki timbal balik yang
TOP Digital transformation readliness, TOP Leader on sepadan. Apabila pemerintahan partisipatif dapat
IT Leadership dan TOP IT Manager 2017 dilaksanakan dengan baik akan mampu meningkatkan
(Jawapos.com). kepercayaan masyarakat, begitu juga jika diawali dengan
Inovasi yang dilakukan oleh Kabupaten Bojonegoro kepercayaan masyarakat yang tinggi implementasi
dalam mendekatkan pemerintahan kepada masyarakat pemerintahan partisipatif akan dapat berjalan efektif.
menyisakan berbagai permasalahan. Salah satunya yaitu Bojonegoro merupakan lokus yang ideal untuk melihat
efektifitas keterlibatan masyarakat dalam program kinerja pemerintahan partisipatif jika disandingkan
tersebut dan dampak dari program tidak nampak secara dengan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap
signifikan baik dari sisi kemampuan untuk berdaya pemerintah.
maupun intensitas keterlibatan publik (public Berdasarkan studi terdahulu, riset yang dilakukan
engagement) menuju kemandirian. Secara teoritik oleh Wahyuwono (2012) berjudul Kajian Trust pada
pemerintahan partisipasi dapat menguatkan demokrasi, Program Dialog Publik di Kabupaten Bojonegoro
menumbuhkan efisiensi dan meningkatkan transparansi menemukan bahwa kondisi yang tercipta dalam dialog
sehingga terbangun suatu struktur kooperatif yang publik merupakan formalitas belaka. Masyarakat
diposisikan dalam inveted space, suatu kondisi yang meningkatkan kepercayaan publik dengan lokus
diciptakan untuk memposisikan masyarakat sebagai Kabupaten Bojonegoro yang merupakan kabupaten
undangan bukan sebagai pemilik aspirasi, sehingga dengan mekanisme pemerintahan yang terbuka bagi
muncul kesan pakewuh, sehingga partisipasi yang masyarakatnya untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
terbangun bukan partisipasi yang didasari atas kesadaran Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat
dan pemahaman namun lebih pada intervensi baik secara akademis maupun praktis. Adapun manfaat
administratif. yang diharapkan dari penelitian ini adalah
Kajian dengan fokus yang serupa dilakukan oleh 1. Manfaat Akademis
Kim & Kim (2010). Mereka mengkaji peningkatan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
kepercayaan publik melalui pemerintahan partisipatif di memberikan kontribusi keilmuan yang
Korea Selatan. Penelitian ini berfokus pada tata kelola berhubungan dengan kajian kepercayaan publik
dan prinsip-prinsip managerial dalam pemerintahan dan pemerintahan partisipatif.
partisipatif dengan menggunakan sistem informasi dan 2. Manfaat Praktis
komunikasi. Penelitian Kim & Kim (2010) menunjukkan Secara praktis manfaat penelitian ini diharapkan
bahwa pemerintahan partisipatif memberikan suatu dapat memberikan informasi kepada pihak yang
stimulus bagi masyarakat untuk turut serta mengambil berkepentingan yang berkaitan dengan
keputusan dan sangat berdampak pada tumbuhnya pengelolaan pemerintahan partisipatif untuk
kepercayaan publik. meningkatkan kepercayaan publik. Disamping
Kajian selanjutnya juga dilakukan oleh Yuliana itu, penelitian ini diharapkan mampu
(2013) dalam skripsinya yang berjudul Tata memberikan sumbangan praktis bagi pengambil
Penyelenggaraan Pemerintah Desa Wiladeg dalam kebijakan agar senantiasa memperhatikan tata
Penguatan Kepercayaan Publik (Studi Kasus Desa kelola pemerintahan yang berbasis partisipatif
Wiladeg KarangMojo Gunung Kidul). Penelitian ini dengan mempertimbangkan unsur kepercayaan
mengungkap bahwa terdapat penguatan kepercayaan publik sebagai suatu variabel yang penting
publik di wilayah desa Wiladeg. Penguatan kepercayaan didalamnya. Khususnya bagi pemerintah
publik tersebut ditandai dengan terdapat nilai-nilai Kabupaten Bojonegoro, hasil dari penelitian ini
kebersamaan antar warga untuk membangun desa secara diharapkan mampu membantu pemerintah
bersama-sama. Hal itu tercermin dari warga yang dalam meningkatkan kualitas program
senantiasa mendukung kebijakan pemerintah desa partisipatif serta menjaga kepercayaan publik
setempat. Selain itu, faktor yang menentukan penguatan yang selama ini menjadi titik perubahan bagi
kepercayaan publik yakni menciptakan ruang-ruang pembangunan di Kabupaten Bojonegoro.
interaktif, konsistensi menjaga hubungan dan nilai Penelitian ini menggunakan metode penelitian
partisipasi masyarakat dalam merumuskan kebijakan. kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan datanya
Penelitian lain yakni yang dilakukan Zhao & Hu menggunakan metode observasi, studi dokumen
(2015) yang berjudul Determinants of Public Trust in dan wawancara secara mendalam. Penentuan informan
Government Emperical Evidence from China dilakukan dengan purposive. Teknik analisis data
mengungkapkan bahwa terdapat penurunan kepercayaan dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data dan
publik yang lebih rendah dari studi terdahulu di China. penarikan kesimpulan. Triangulasi sumber data
Kemudian peneliti mencari faktor determinan untuk digunakan untuk menguji keabsahan data.
menguatkan kepercayaan publik. Adapun beberapa faktor
determinan yang dapat menguatkan kepercayaan publik Pemerintahan Partisipatif
seperti kepuasan masyarakat dengan kualitas pelayanan Pemerintahan partisipatif merupakan model
publik, demokrasi secara umum, pemerintahan pemerintahan yang berasal dari sistem negara demokrasi.
partisipatif, dan transparansi pemerintahan. Dalam buku karangan Hubert Heinelt (2010) yang
Pemerintahan yang baik terjadi apabila terdapat berjudul Governing Modern Society: Toward
korespondensi yang tinggi antara apa yang dikehendaki Participatory Governance, memaparkan bahwa elemen
masyarakat dengan yang dilakukan oleh pemerintahnya utama dari demokrasi adalah partisipasi penduduk.
(Hikmawati, 2013). Penerapan pemerintahan partisipatif Sehingga, dapat dikatakan bahwa negara demokrasi yang
yang dilakukan oleh kabupeten Bojonegoro memiliki baik adalah negara yang dapat menyediakan ruang
semangat yang sama dalam mewujudkan kedekatan kepada penduduknya, agar dapat berpartisipasi dalam
pemerintah dengan rakyat, agar rakyat dapat memahami sebuah tatanan pemerintahan. Dalam kebermanfaatannya,
proses-proses pemerintahan yang berlangsung. Suatu titik pemerintahan partisipatif memiliki fungsi yang akan
kritis yang perlu mendapatkan kajian lebih mendalam dapat berkontribusi dalam tiga cara yang berbeda untuk
yaitu tentang pelaksanaan pemerintahan yang terbuka memperbaiki kualitas pembuatan keputusan.
dan partisipatif mampu mendorong kepercayaan Diantaranya, (1) mereka mempertinggi kesempatan-
masyarakat untuk percaya kepada pemerintahan. kesempatan untuk saling melakukan akomodasi melalui
Mendasar dari uraian empiris dan kajian teoritik pertukaran argumen-argumen; (2) mereka menyajikan
sebelumnya. Perlu kiranya suatu kajian yang sebuah tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi dari
menunjukkan bagaimana pemerintahan partisipatif dapat kepercayaan diantara yang berpartisipasi; (3)
mengizinkan mereka untuk memperkenalkan sebuah mengambil keputusan yang mempengaruhi kualitas
waktu yang lebih lama di dalam perhitungan mereka hidup mereka. Pemerintahan partisipatif memiliki nilai
untuk keputusan-keputusan di masa sekarang dan di instrumental, karena keterlibatan warga Negara dapat
masa depan (Gbikpi and Grote 2002: 21, referring to meningkatkan kualitas kebijakan publik yang berdasar
Schmitter 2002: 53–4 dalam Heinelt, 2010: 8). pada kenyataan. Pandangan yang serupa juga
Pergeseran paradigma dari government ke disampaikan oleh Wampler & McNulty (2011) yang
governance memiliki konsekuensi logis untuk menyatakan bahwa pemerintahan partisipatif terdiri dari
menyiapkan sarana melibatkan individu dan organisasi proses institusional yang disetujui negara dan
diluar pemerintah dalam suatu struktur yang dapat memungkinkan warga negara untuk menggunakan suara
mendukung efektifitas hubungan antar masyarakat, (voice) dan hak pilih (vote), yang kemudian
sektor privat dan sektor publik untuk berkolaborasi menghasilkan implementasi kebijakan publik yang dapat
dalam mengambil keputusan (Edwards, 2005 : 12). Jika menghasilkan perubahan dalam masyarakat.
dikaitkan dengan makna demokrasi akan mencapai suatu
keselarasan makna dalam bernegara, dimana demokrasi Karakteristik Pemerintahan Partisipatif
menuntut otoritas masyarakat dalam menentukan Pemerintahan partisipatif memiliki beberapa
nasibnya, dan secara manajemen organisasi konsep karakteristik yang melekat didalamnya. Karakteristik
governance mewadahi keterlibatan pihak non pemerintah pemerintahan partisipatif menurut Hill & Hupe dalam
dalam pengambilan keputusan. Pemerintahan partisipatif Krina (2003: 21) antara lain yaitu sebagai berikut:
adalah suatu langkah penting untuk menentukan tujuan 1. Pemerintah memiliki fokus dalam memberikan
bersama, serta memfasilitasi tercapainya tujuan arah dan mengundang orang lain untuk
bersamaan dengan penguatan kapasitas dan motivasi berpartisipasi.
untuk merefleksi, mengatur dan mengoreksi diri (Jessop, 2. Menjalankan pemerintahan berdasarkan
2002). konstitusi dan mandat demokratis.
Pemerintahan partisipatif pada dasarnya adalah 3. Pemerintah hanya bertugas menentukan content
tentang transformasi kekuasaan, pemerintrah membuka yang selanjutnya dapat dikembangkan oleh
proses pengambilan keputusan yang secara konvensional warga.
didominasi oleh struktur yang hirarkhi dan top-down ke 4. Dalam mencapai sasaran, pemerintah senantiasa
aktor sosial yang baru (Chhotray & Stoker, 2009: 179). melibatkan warga dan pemangku kepentingan.
Menurut Fischer (2012) pemerintahan partisipatif adalah 5. Pemerintah terbuka menerima aspirasi warga.
bagian dari teori tata kelola pemerintahan (governance) 6. Dalam menentukan visi dan pengembangannya
yang menekankan praktik deliberative. Menurut dilakukan dengan adanya konsesus bersama.
Wampler (2012) pemerintahan partisipatif didefinisikan 7. Pemerintah hanya memiliki peran sebagai
sebagai perluasan makna pengambilan keputusan diluar chairperson.
kotak suara yang dimaksudkan untuk pembuatan 8. Memiliki fokus pada “managing outcomes as
kebijakan secara formal yang dikontrol bersama oleh shared result”
masyarakat dan pejabat pemerintah. Hal senada juga
disampaikan oleh Carolina Johnson (2013) menyatakan Kepercayaan Publik
bahwa pemerintahan partisipatif merupakan proses Menurut Choudhory (2008 dalam Dwiyanto, 2011:
pemberian suara (masukan/input) kepada pemerintah 354) beberapa istilah yang berbeda sering digunakan
melalui mekanisme formal baik dalam perumusan hukum untuk menjelaskan fenomena terkait dengan
dan kebijakan dimana seringkali pengawasan kepercayaan, seperti ¢onfident, reliability, dan
pelaksanaannya dilakukan oleh lembaga perwakilan yang trustworthiness. Kecenderungan untuk menggunakan
ada. istilah secara berbeda-beda dan tergantung pada
Menurut (Dwiyanto, 2011: 410) Pemerintahan konteksnya adalah suatu hal yang wajar dan terjadi
partisipatif dapat didefinisikan sebagai suatu tatanan dibanyak Negara. Hal Itu dapat terjadi karena konsep
pemerintahan yang melibatkan publik dalam setiap kepercayaan publik bersifat multidimensional dan
pengambilan kebijakan. Keterlibatan publik tersebut menjadi subjek dari disiplin ilmu yang beraneka ragam,
mencangkup perencanaan program dan proyek seperti psikologi, sosiologi, politik, ekonomi, dan
pembangunan, pembuatan peraturan daerah, dan administrasi publik.
pengalokasian anggaran daerah. Pendapat yang senada Beberapa pengertian kepercayaan menurut ahli yaitu
juga dikemukakan oleh Setyadiharja (2012) yang sebagai berikut:
menyatakan bahwa pemerintahan partisipatif merupakan a) Kepercayaan merupakan sebuah
pemerintahan yang tidak terlepas dari keterlibatan interpersonal komplek dan bersifat abstrak
masyarakat dalam membangun daerahnya. Dengan yang berhubungan dengan organisasi
adanya keterlibatan tersebut juga dapat meningkatkan (Duck, 1997; Kramer and Tlyler, 1995
kepercayaan publik terhadap pemerintah. dalam Blind, 2006: 3).
Pemerintahan partisipatif diartikan sebagai suatu b) Kepercayaan dalam perspektif psikologi
proses yang memuat nilai intrinsik dimana pemerintah diartikan sebagai sebuah proses kognitif
memberikan suara kepada warga Negara dalam
internal dari orang yang mempercayai dan Bentuk Kepercayaan
dipercayai (Dwiyanto, 2011: 363). Menurut Blind (2006: 3) kepercayaan secara umum
c) Kepercayaan dalam perspektif ilmu dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu political trust
ekonomi memandang bahwa kepercayaan (kepercayaan politik) dan social trust (kepercayaan
cenderung dilihat dari harapan yang bersifat sosial). Kepercayaan politik yaitu kepercayaan yang
kalkulatif dan rasional terhadap hasil yang dinilai kedalam bentuk politik. Kepercayaan itu terjadi
diberikan oleh suatu organisasi atau pihak ketika masyarakat menilai pemerintahan dan institusinya,
lain (Kim, 2007; Williamson, 1993 dalam pembuatan kebijakan secara umum dan atau para
Dwiyanto, 2011: 364). pemimpin politik secara individual berjanji untuk
d) Kepercayaan publik dalam perspektif menepati, efisien, adil dan jujur. Jika institusi
sosiologi didefinisikan bahwa suatu kondisi pemerintah, pejabat publik dan kebijakan yang dibuat
yang didalamnya terdapat karakteristik oleh mereka dinilai baik oleh masyarakat maka
kolektif antarorang dan institusi (Kim, 2007 masyarakat mempunyai kepercayaan yang tinggi.
dalam Dwiyanto, 2011: 365-366) Kepercayaan sering diartikan sebagai suatu kondisi
e) Menurut Whelless and Grotz (1977; 251 dimana warga dapat menyerahkan nasibnya kepada
dalam Blind, 2006: 3) kepercayaan terjadi pemerintah dan para pejabat publik karena dianggap akan
ketika pihak-pihak yang memegang selalu mengurus kepentingan warga secara baik
persepsi tertentu menguntungkan satu sama (Dwiyanto, 2011: 355).
lain memungkinkan hubungan ini untuk Sedangkan social trust adalah kepecayaan yang
mencapai hasil yang diharapkan. merujuk pada masyarakat yang saling percaya antar
f) Kepercayaan publik adalah kepercayaan anggota komunitas sosial satu dengan lainya. Seperti
warga terhadap negara dan pemerintah, halnya yang di kemukakan oleh Dwiyanto (2011: 360)
termasuk di dalamnya institusi, kebijakan, dalam bukunya Mengembalikan Kepercayaan Publik
dan pejabatnya. (Wahyuningsih,2011: 37). melalui Reformasi Birokrasi mengatakan bahwa
g) Kepercayaan publik adalah elemen yang kepercayaan sosial dapat dideskripsikan seperti ketika
sangat penting dan mendasar untuk warga percaya bahwa tetangganya adalah orang baik
mendapatkan administrasi publik yang sah. yang akan selalu ikut menjaga harta bendanya selama
(Mardiyanta,2013:9) mereka meninggalkan rumah atau sedang bepergian.
h) Kepercayaan menurut Cheema (2010: 4) Dengan begitu warga yang memiliki kepercayaan sosial
mengatakan bahwa kepercayaan adalah akan tetap merasa aman, tenang dan nyaman walau
merupakan konsep yang bersifat mutifaset rumah dan harta bendanya ditinggalkan beberapa lama.
yang mana mengenai konsensus dasar Putnam (1993 dalam Dwiyanto, 2011: 360-361)
diantara anggota masyarakat pada nilai-nilai mengatakan bahwa dengan adanya partisipasi warga
kolektif, prioritas dan perbedaaan serta dalam kegiatan sosial dan saling percaya diantara sesama
penerimaan implisit masyarakat dimana warga dapat memberikan kontribusi terhadap
mereka hidup. Cheema juga mengatakan terbentuknya kepercayaan politik. Interaksi yang terjadi
bahwa dalam aspek kepercayaan yang antar warga dalam kegiatan sosial dan pemerintahan
mengacu pada kepercayaan terhadap bukan hanya akan membuat warga memiliki kepercayaan
pemerintah, pemerintah harus menjalin yang semakin tinggi terhadap warga lainnya tetapi juga
kerjasama bersama pemangku kepentingan terhadap pemerintah.
yang terkait dalam mengelola ekspektasi
warganya. Karena apabila pemerintah tidak Dimensi Kepercayaan Publik
mampu mengelola dan mewujudkan Dimensi kepercayaan publik ini dikemukakan oleh
harapan warganya maka akan dapat para sarjana sosiologi. Mereka memaknai kepercayaan
merusak kepercayaan yang sudah publik sebagai suatu konsep yang bersifat
diberikannya. Oleh karena itu setiap multidimensional. Multidimensional ini mencangkup
kebijakan yang diambil oleh pemerintah beberapa dimensi yaitu antara lain dimensi kognisi,
dan lembaganya harus kredibel. dimensi afeksi dan dimensi perilaku (Dwiyanto, 2011:
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut kepercayaan 366). Tiga dimensi tersebut dapat dijelaskan sebagai
publik secara umum dapat diartikan sebagai suatu sikap berikut.
yang abstrak yang mendeskripsikan satu dengan yang 1. Dimensi Kognisi
lainnya mempunyai hubungan saling memahami dan Dimensi ini dimaknai sebagai warga akan
percaya. Dengan demikian kepercayaan publik terhadap senantiasa meletakkan kepercayaannya terhadap
pemerintah dapat diartikan bahwa segala sesuatu berupa pemerintah ketika mereka dapat terlibat dalam
sikap atau tindakan yang mendeskripsikan saling setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
memahami dan percaya antara warga dan pemerintah Dengan adanya intensitas interaksi yang tinggi
beserta pejabatnya untuk mendapatkan administrasi yang antara warga dan pemerintah akan membentuk
sah. suatu cognitive knowledge yang positif. Intensitas
interaksi yang tinggi tersebut dapat terbentuk jika
pemerintah dan para pejabatnya bersifat terbuka, dialog publik pada hari Jumat dan disiarkan langsung
mudah diakses informasinya dan memberikan melalui saluran radio malowopati FM. Selain itu
kesempatan para warganya untuk berpartisipasi pemerintah juga telah mempublikasikan layanan LAPOR
dalam pengambilan kebijakan. (Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat) dan
Menurut Berman (1996) dan Hardin (1998) SMS Bupati melalui siaran radio malowopati FM, baliho
dalam Dwiyanto (2011: 366) menyatakan hal yang dan pamflet di lokasi yang strategis.
senada bahwa ketika warga percaya kepada b. Pemerintah hanya bertugas menentukan content yang
pemerintah dan para pejabatnya, maka tindakan selanjutnya dapat dikembangkan oleh warga. Hal ini
tersebut merupakan keputusan kognitif. Mereka dibuktikan dengan adanya program partisipatif seperti
bersedia menyerahkan nasibnya kepada pemerintah. pavingisasi/sharing paving. Pemerintah menyediakan
Hal yang mendasari mereka dalam membuat paving kemudian warga diamanahkan untuk memasang
keputusan tersebut yaitu berdasarkan tindakan dan merawat.
pemerintah dalam menjalankan tugas pokok dan c. Dalam mencapai sasaran, pemerintah senantiasa
fungsinya. melibatkan warga dan pemangku kepentingan. Hal ini
Dengan adanya cognitive knowledge yang dibuktikan dengan adanya forum Dialog Publik. Pada
dimiliki para warganya maka pemerintah dan para forum itu tidak hanya dihadiri warga saja melainkan
pejabatnya akan semakin diterima dan dipercaya pemangku kepentingan dan instansi lintas vertikal.
oleh waga. Namun bagi warga yang intensitas d. Pemerintah terbuka menerima aspirasi warga. Hal ini
interaksinya sedikit dengan pemerintah akan tetap dibuktikan dengan adanya fasilitas dan layanan untuk
memiliki cognitive knowledge yang mereka peroleh menampung aspirasi masyarakat yang diantaranya yakni
melaui afiliasi politiknya, memperoleh sosialisasi, Dialog Publik, LAPOR (Layanan Aspirasi dan
dan dapat juga karena status sosial ekonomi yang Pengaduan Online Rakyat), dan SMS Bupati.
tinggi. e. Pemerintah hanya memiliki peran sebagai
2. Dimensi Afeksi chairperson. Hal ini dibuktikan dengan adanya setiap
Pada dimensi ini kepercayaan publik dapat kebijakan yang diambil disesuaikan dengan kebutuhan
dideskripsikan melaui hubungan emosional warga masyarakat setempat.
dengan pemerintah dan para pejabatnya. kondisi ini f. Memiliki fokus pada “managing outcomes as shared
dapat tercermin ketika warga dan pemerintah result. Hal ini dibuktikan dengan upaya pemerintah yang
beserta para pejabatnya melakukan kegiatan menyelenggarakan Dialog Publik dengan mendengar
interaktif dan partisipatif antar keduanya. Semakin permasalahan dan mencari solusi dari permasalahan
intensifnya hubungan keduanya maka warga akan tersebut secara bersama.
memiliki emotional attachment dengan pemerintah Namun terdapat dua karakteristik yang belum
dan kebijakannya. Hubungan tersebut akan sepenuhnya tercermin yakni pada karakteristik
terpelihara lebih kuat dan baik lagi ketika warga menjalankan pemerintahan berdasarkan konstitusi dan
dan pemangku kepentingan senantiasa dilibatkan mandat demokratis. Hal ini dikarenakan pemerintah
dalam setiap pembuatan kebijakan. Sehingga masih belum menemukan solusi yang tepat bagi para
dengan perlakuan tersebut membuat tingkat kognisi PKL (Pedagang kaki Lima) sehingga para PKL masih
dan afeksi kepercayaan publik semakin kuat. berjualan di Trotoar. Kemudian pada karakteristik dalam
3. Dimensi Perilaku menentukan visi dan pengembangannya dilakukan
Dimensi ketiga ini mendeskripsikan dengan adanya konsensus bersama. Hal ini dikarenakan
kepercayaan publik yang merujuk pada penilaian dalam pelaksanaan Peraturan Bupati Nomor 30 Tahun
warga tentang perilaku pemerintah dan para 2013 pada program Dialog Publik hanya sebagai sarana
pejabatnya. Penilaian warga terhadap pemerintah untuk mengembangkan visi.
dan para pejabatnya mencangkup tiga hal yaitu Pelaksanaan Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 30
diantaranya sebagai berikut: Tahun 2013 yang sudah relatif partisipatif maka
a. kepedulian pemerintah dan para pejabatnya berdampak pada kenaikan kepercayaan publik dalam
dalam memenuhi kebutuhan warga, bentuk politik. Peningkatan kepercayaan publik ini
b. kemampuan pemerintah dan para pejabatnya tercermin pada dengan adanya kedekatan pemerintah
dalam mengelola kepentingan warga, dengan warganya dan pola komunikasi yang dibangun
c. komitmen pemerintah dan para pejabatnya antara pemerintah dan warga melaui Dialog Publik,
dalam memenuhi janji. SMS, dan LAPOR. Sementara itu kepercayaan dalam
bentuk sosial masih belum optimal. Hal itu dikarenakan
KESIMPULAN nilai kebersamaan untuk membangun daerahnya mulai
Pelaksanaan Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 30 menurun dengan ditandai intensitas kegiatan gotong
Tahun 2013 sudah relatif mencerminkan karakteristik royong terutama kerjabakti dalam perbaikan jalan poros
pemerintahan partisipatif yakni antara lain: desa mulai jarang dan terkesan membiarkan jalanan
a. Pemerintah memiliki fokus dalam memberikan arah tersebut rusak. Namun jika dilihat dari sikap antar warga
dan mengundang orang lain untuk berpartisipasi. Hal ini masih saling menghormati dan saling membantu.
dibuktikan dengan pemerintah telah menyelenggarakan
DAFTAR PUSTAKA Nawawi, J., 2009. Membangun Kepercayaan dalam
Mewujudkan Good Governance. Jurnal llmu
Buku Pemeriintahan, Vol. 2. No. 1, p.19-30.
Blind, P.K., 2006. Building Trust in Governmnt in The Wahyuhono, Danang. 2012. Kajian Trust pada Program
Twenty-First Century. Vienna: United Nation Dialog Publik. Jurnal Politik dan Manajemen
UNDESA. Publik. Vol. 3 No. 1 p 33-64.
Cheema, G.S., 2010. Building trust in government: An Wampler, B. 2012. Participatory Budgeting:core
introduction. In Cheema, G.S. and Popovski, V. principles and key Impact journal of public
Building Trust in Government : Innovations in deliberation, 8 (2)
Governance Reform in Asia. New York: United Wampler, B. and S.L. McNulty. 2011. Does
Nations University Press. pp.1-21. participatory Governance Matter: Exploring
Chhotray, Vasudha and Stoker Gerry. 2009. Governance The Nature and Impact Of Participatory
Theory and Practice: Across-Disiplinary Reform. Washington, DC: Woodrow Wilson
Approach.New York: Palgrave Macmillan International Center for Scholars, Comparative
Dwiyanto, A., 2011. Mengembalikan Kepercayaan Urban Studies Project.
Publik Melalui Reformasi Birokrasi. Jakarta: Zhao, Dahai and Wei Hu. 2015. Determinants of Public
Gramedia. Trust in Government Emperical Evidence from
Heinelt, Hubert. 2010. Governing Modern Societies : Urban China. International Review of
Toward Participatory Governance. London and Administrative Sciences. 0(0) p. 1-20.
New York: Rouledge Penelitian
Jessop, Bob. 2002. Governance and Metagovernance On Yuliana, Muammar. 2013. Tata Penyelenggaraan
Reflexivity, Requisite Variety, and Requisite Pemerintahan Desa Wiladeg dalam Penguatan
Irony: Participatory Governance in Multi-Level Kepercayaan Publik (Studi Kasus Desa Wiladeg
Contex. Opladen: Leske & Budrich Karangmojo Gunung Kidul). Skripsi. Fakultas
Lee, J.W. 2005. Theory and Reality of Discussion on Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Ilmu Administrasi
Governance, Ideal of Negara. Universitas Gadjah Mada.
Participatory Democracy. KAPA. Internet
CNN Indonesia, 2017. Kepercayaan Masyarakat RI ke
Jurnal Pemerintah Tertinggi di
Edwards, M. 2005. „A Big Shift in Decision-Making‟, The Dunia.https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/
Public Sector Informant, November p. 12. 20170719065023-78-228780/kepercayaan-
Fischer, Frank. 2012. Participatory Governance: From masyarakat-ri-ke-pemerintah-tertinggi-di-dunia/
Theory To Practice. Oxford: Oxford University [diakses 20 Juli 2017].
Press Edelman, 2017. 2017 Edelman Trust Barometer.
Hikmawati. 2013. Partisipasi Publik Dalam Perumusan https://www.edelman.com/trust2017/ [diakses
Kebijakan. Jurnal Politik Profetik, Vol. 1. No.1. 22 November 2017].
Johnson, Carolina.2013. Diverging Models of Jawa Pos, 2017. Bojonegoro Boyong Empat
Participatory Governance: A Framework for Penghargaan.
Comparison. Western Political Science https://www.jawapos.com/radarbojonegoro/read
Association Meeting /2017/11/02/23900/bojonegoro-fboyong-empat-
Kim, S.P.. 2010. Building Trust by Improving penghargaan [diakses 28 November 2017].
Governance: Searching for a Fasible Way for MetroTV News.com, 2016. Riset: Kepercayaan kepada
Developing Country. Public Administration Pemerintah Turun.
Quarterly, 34(3), p.271-299. http://news.metrotvnews.com/read/2016/02/02/4
Kim, B.S. and Jin Hyung Kim. 2007. Increasing Trust in 78401/riset-kepercayaan-kepada-pemerintah-
Government Through More Participatory and turun [diakses 20 July 2017].
Transparent Government. In UNPAN, ed. 7th Pew Research Center, 2017. Public Trust in Government:
Global Forum on Reinventing Government : 1958-2017. http://www.people-
Building Trust in Government. Vienna, 2007. press.org/2017/05/03/public-trust-in-
UNPAN. government-1958-2017/ [diakses 22 November
Krina, Loina Lalolo. 2003. Indikator dan Alat Ukur 2017].
Prinsip Akuntabilitas, Setyadiharja, Rendra. 2012. Menuju Pemerintahan yang
Transparansi, dan Partisipasi. Jakarta: Badan Partisipatif.
Perencanaan Pembangunan Nasional. http://haluankepri.com/rubrik/opini/39284-
Mardiyanta, Antun. 2013. Restore Public Trust Through menuju-pemerintahan-yang-partisipatif-.html
Deliberative Public Policy. International (diakses 2 April 2018)
Journal of Administrative Science & beritabojonegoro.com
Organization Vol. 20 No. 1 p. 9-17. Kominfo.go.id
Lapor.go.id
opengovindonesia.org
bojonegorokab.go.id
Peraturan
Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 30 Tahun 2013
Tentang Manjemen Inovasi Pembangunan Berbasis
partisipasi Publik
Dokumen
Laporan Indeks Kebahagian Kabupaten Bojonegoro
Tahun 2014