You are on page 1of 36
Laporan Praktikum FARMAKOGNOSI “KADAR AIR DAN KADAR ABU Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Praktikum Farmakognosi OLEH KELOMPOK ML (TIGA) KELAS : A-SI FARMASI 2020 ASISTEN : SITIRAHMAWATI NAUE LABORATORIUM FARMASI BAHAN ALAM. JURUSAN FARMASI FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2021 Lembar Pengesahan FARMAKOGNOSI “KADAR AIR DAN KADAR ABU" OLEH KELOMPOK III (TIGA) 1, MOHAMAD RIZKY DETU (821420052) 2. NENSY TOBAN ROMBE (821420001) 3, HASTUTI USMAN (821410014) 4, ASTIARA LAHAY (821420018) 5. SERINA (821420029) 6, SITTY RAHMA HUTAMI KONGKOLU (821420030) 7, SHERREN ANGGREINI KUMAYAS (821420033) Gorontalo, Oktober 2021 Mengetahui NILAL Asisten SITI RAHMAWATI NAUE KATA PENGANTAR Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami rahmat dan kemudahan schingga kami dapat menyelesaikan Laporan Farmakognosi “Kadar Air dan Kadar Abu” dengan tepat waktu. Kami berharap taporan ini dapat berguna dalam rangka menambah \wawasan dan pengetahuan kita mengenai kadar air dan kadar abu. Ucapan terima kasih kepada asisten penanggung jawab kelompok III, serta kepada seluruh asisten praktikum Farmakognosi yang telah membimbing kami sehingga laporan ini dapat selesai Selama percobaan dan penulisan laporan ini banyak sekali hambatan yang kami alami, namun berkat bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, akhimnya laporan ini dapat terselesaikan dengan baik, Kami berharap bahwa laporan ini merupakan karya terbaik yang dapat kami persembahankan, Tetapi Kami menyadari bahwa tidak tertutup kemungkinan didalamnya terdapat kekurangan, Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan, Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi para pembaca umumnya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Gorontalo, Oktober 2021 Kelompok II] DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTARISL BABI PENDAHULUAN LL Latar Belakang 12 Maksud Percobaan.... é 13 TujuanPercobaan..... 14 Manfaat Peteobaan 0 BAB2 TINJAUANPUSTAKA.... 21 Dasar Teori... 22 Uraian Tanaman,.. 23° Uraian Bahan... BAB3 METODE KERIA.. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan... 2 32 lat 33 Bahan vs 34 Cara Kerja. BAB4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4 Hasil Pengamatan..... 4 42 BABS: Sa 52 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN ii BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara Kepulauan yang terletak di zona khatulistiwa (tropik) dan terkenal mempunyai Kekayaan alam dengan beraneka ragam Jents tumbuhan, tetapi potensi ini belum selurubnya dimanfaatkan sebagai bahan industri hususnya tumbuhan berkasiat obat, Masyarakat Indonesia secara turun-temurun telah memanfaatkan berbagai jenis tumbuban untuk bahan obat tradisional balk sebagai tindakan peneegahan maupun pengobatan terhadap berbagai jnispenyakit Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional akan terus berlangsung terutama sebagai obat altemati, hal ini terlhat pada masyarakat daerah yang sult dijangkau oleh fasiltas Kesehatan modern, Dalam masa krisis ekonomi seperti saat ini, penggunaan obat tradisional lebih menguntungkan karena relatif lebih mudah didapat, lebih murah dan apatdiramu sendiri, selain itu bahan bakunya dapat ditanam di halaman rumah sebagai penghias taman atau pun peneduh halaman, Farmasi merupakan profesi keschatan yang meliputi kegiatan di bidang ppenemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, informasi obat dan distribusi obat. Ruang lingkup farmasi sangatlah Tuas termasuk penelitian, pembuatan, peracikan, penyediaan sediaan obat, pengujian, serta pelayanan informasi obat. Salah satu ilu yang terdapat dalam bidang farmasi adalah farmakognosi Farmakognosi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang bagian- ‘agian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat alami yang telah melewati berbagai macam uji seperti uji farmakodinamik, uji toksikologi dan uji biofarmasetika, Dalam hal ini, farmakognosi juga mempelajari mengenai kadar air ddan kadar abu dari suatu tanaman berkhasiat obat atau kadar air dan kadar abu dari ‘balan pangan untuk mengidentifikasi mutu dan kemurniannya, Uji kadar air dan kadar abu dari suatu ekstrak bahan obat alam sangat berguna dalam pembuatan suatu sediaan obat, Bukan hanya bahan obat, namun jugadalam ‘bahan pangan seperti makanan yang sering kita konsumsi sehari-hari, Tidak semua Dahan makanan mengandung kualitas yang baik dan layak dikonsumsi, Salah satu ‘indikatomnya adalah kadar air dan kadar abu yang berbeda pada setiap bahan pangan ddan bal it dapat ditentukan dengan berbagai metode dan prinsip. Selain kadar ar, kadar abu juga merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu bahan pangan. ‘Kadar abu juga berbeda untuk setiap jenis bahan pangan. Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar ait bisa menjadi suatu karakteistikahan tersebut paik dari segi rasa, penampakan dan tekstur. Jumlah kadar air yang terdapat dalam suatu bahan akan mempengaruhi daya tahan suatu bahan tersebut, Semakin tinggt kadar air suatu bahan maka semakin lemah daya tahan makanan tersebut karena didaerah yang semakin berair bakteris kapang dan khamir akan semakin mudah berkembang biak, dan semakin keci kadar air dari suatu bahan maka semakin tinggi dayatahan bahan tersebut karena kondisilingukan yang Kering akan memperlambat perkembang biakan bakteritersebut (Dwidjoseputro, 2005) ‘Tujuan dari penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besamya kandungan air dalam bahan. Hal ni terkait dengan ‘kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga jumlah terentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan, Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang dari 10%. SSementara itu kadar abu adalah bagian dari analisis proksimat yang berujuan ‘untuk mengevaluasi nila gizisuatu produk/pangan terutama total mineral, kadar abu dari suatu bahan menunjukkan total mineral yang terkandung dalam bahan tersebut Dalam prinsip kadar abu simplisia dipanaskan pada temperatur dimana senyawa ‘organik dan turunannya terdestruksi dan menguap, sehingea tinggal unsur mineral ddan anorganik. Kadar abu adalah hasil abu yang dihasilkan dari proses pembakaran sempurna ‘sampel bahan berselulosa, misalnya kayu, pulp dan kertas. Kadar air bisa menyatakan ‘banyaknya garam mineral dan bahan tambahan anorganik dari suatu bahan uji. Kadar air dan kadar abu merupakan dua hal yang sangat penting yang harus diketahui pada suat bahan pangan untuk mengetahui baik tidaknya bahan pangan tersebut untuk di konsumsi, baik atau tidaknya bahan pangan tersebut untuk diolah, ddan baik tidaknya bahan tersebut untuk di konsums oleh masyarakat. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dilakukanlah percobaan mengenai kadar air dan kadar abu berturut-turut pada tanaman serbuk buah jambu bij (Psidium guajava. L) dan serbuk Kult batang kelor (Moringa oleifera. L) untuk mengetahui bagaimana 12 1 2. cara menguji kandungan kadar air dan kadar abu pada kedua bahan tersebut. Maksud Percobaan ‘Apa yang dimaksud dengan kadar air dan kadar abu? Berapa kadar air dari buah jambu biji (Psidium guajava. L) dan kadar abu dari kaulit batang kelor (Moringa oleifera. 1)? ‘Tujuan Percobaan ‘Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan kadar air dan kadar abu ‘Agar mahasiswa dapat mengetahui berapa kadar air dari buah jambu biji (Psidium guajava. L) dan kadar abu dari kulit batang kelor (Moringa oleifera yy ‘Manfaat Percobaan ‘Agar masyarakat dapat mengetahui informasi umum mengenai jumlah kadar air dari buahjambu bjt (Psidium guajava, L) dan kadar abu dari kulit batang kelor (Moringa oleifera. L) ‘Agar dapat menambah daftar pustaka tentang pengujian kadar air dan kadar abu serta dapat mengembangkan penelitian tentang penentuan kadar air dan kadar abu ‘Agar mahasiswa dapat mengetahui metode penetapan kadar abu dan kadar air yang terdapat dalam simplisia By ABH aah le data BABII ‘TINJAUAN PUSTAKA 2A Dasar Teori 211 Simpisia simplsia atau berbal yaity bahan alam yang telah ikeringkan yams digunakan wnt pengobatan dan belum mengalami pengolhan, keel dinyatakan tain subu pengeringansimplisia tidak lebih dari 60°C (Dien POM, 2008). Jail simpisiadipakai untuk menyebotbahan-behan obat alam yang mast berada dalam woud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk (Gunawan, 2010). Jadi simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang telum mengalami pengolahan apepun juga dan Kecualidikatakan lan, berupa bahan yang tla dikeringan,Simplisi dibag menjadi ia golongan yt simplisi nabs simplisia hewani dan simplisia mineral (Metinda, 2014). Jenis-jeni a. Simplisia nabati mplisiaantara lain: Simplisa nabatt adalah simplisia yang berupatanaman uh, bagiantanaman atau eksudat tanaman Yang dimaksud dengan cksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keliar dari tanaman atau yang dengan cara tertentt ikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabatilainnya yang dengan cara tertentt ipisahkan dari tanamannya (Melinda, 2014), . —Simplisia hewani Simplisia yang berupa hewan uth, bagian hewan ata zat-zat berguna yang ditastkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni Contohnya adalah ‘minyak ikan dan madu.(NurkayatiTutk, 2008) ce. Simplisia mineral Simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau yang telah dolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimi muri ‘Contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga (Meilisa, 2009). 21.2. Pengertian kadar ait Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu bahan yang inyatakan dalam persen Kadar air bisa menjadi suatu karaktersktikbahan tersebut baik dari segi rasa, penampakan dan tekstur, Jumah kadar air yang terdapat dalam suatu bahan akan mempengarubi daya tahan suatu bahan tersebut. Semakin tinggi kadar air suatu bahan maka semakin lemah daya than makanan tersebut, karena didaerah semakin berair bakteri kapang dan khamir akan semakin mudah berkembang biak, dan semakin keci kadar air dari suatu bahan maka semakin tinggi daya taan ‘bahan tersebut karena kondisi lingukan yang kering akan memperlambat perkembang biakan bakteri tersebut. Kadar ir berat basah mempunyai batas maksimum teorits sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkanberat kering dapat lebih dari 100 persen (Wardani2005). ‘Ait adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, Babkan dapat dipastikan tanpa pengembangan atriberdaya air secara konsisten peradaban manosia dak akan mencapaiingat yang dinkmatisampai satin, Oleh ‘Karena itu pengembangan dan pengolahan sumber daya air ‘merupakan dasar peradaban manus. A meropakan salah stu suber daya slam yang ak akan pera habis dikarenakan siklusnya berlangsung ‘sangat cepat dan termasuk sumber daya yang sangat roudah untuk didaurulang (Puspitasariet ll, 1991), L ‘Metode penentuan kadar air ‘Menurut Estisih, 2009), cara-cara pengeringan atau pengurangan kadar sir dapat dibagi menjadi dua golongan sebagai berikut: 2) Pengeringan (drying), yaitu cara pengurangan kadar air dengan menguapkan air ersebut b) _Dehidras, yaitu cara pengorangan kadar air selain dan penguapan, misalaya dengan osmose (penggunaan garan), pemerasan (pressing), pemasakan, perebusan atau pengukusan, dan sebagainya ‘Metode analisis kadar air secara langsung, sendiri terbagi menjadi 5 macam, ‘yaitu sebagai berikut Metode gravimetri (pengeringan dengan oven). Dilakukan ‘dengan cara mengeluatkan air dari bahan dengan proses pengeringan dalam oven (oven udara atau oven vakum, hal berdasarkap tekanan yang digunakan saat 5 pengeringan), Ada dua macam motode gravimetr yaitu metode oven udara dan retode akum Berikut penjelasannya: Metode oven udara Paling banyak dan/sering digunakan, Metode ini didasarkan alas berat yang bilang sehingga sampel sehnys rmempunyai Kestabilan panas yang tinggi dan tidak mengandung komponen yang mudah menguap.Air dikeluarkan dari bahan pada tckanan udara (760 mmHg) schingga air menguap pada suhu 1000C yaitw sesuai tiik didihnya, Ada beberapa faktor yang dapat mempenganthi analisa gar dengan metode oven yaitu penimbangan contolvbahan, kondisi oven, pengeringan contoh, dan perlakuan setelah pengeringan. Beberapa faktor yang mempengaruhi yang berkaitan dengan kondisi oven adalah ‘luktuasi suhu kecepatan-iran, serta kelembaban udara dalam oven (Estiasih, 2009) Metode oven vakum Kelemahan dari pengeringan dengan oven. udara diperbaiki dengan metode oven vakum Pada metode in sampel dikeringkan dalam ondisi tekanan rendah (vakum) sehingga air dapat menguap dibavah tite didi normal (1000C), misal entra suhu 60-700C Pada suhu 60-700C tidak teradt penguraiansenyawa dalam sampel elama pengerngan Untuk analisis sampel bahar pangan yang mengandung gula, Khususnya mengandung fruktoss, senyava ini cenderang mengalamipenguraia pada suiu yang lebih tingg-Tekanan yang igunakan pada metade in umumnya berkisar nara 25-100 mm (Esti 2009), 2, Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar ait Faktor yang mempengaruhi kadar air dalam suatu ‘bahan makanan adalah sifat dari air itu sendiri, Kadar air terbagi memiliki duafifat yaitu kadar air yang bersifat nelekat secaa fisk dan melekat secara kimiawi Tipe air dibagi menjadi 3 yaitu: 2) Air monolayer yaitu ar yang terkat secara imiawi dan sangat sulitdipisahkan. b) Air multilayer: ‘yaitu air yang Jebih mudah dipisahnkan desegin bottine. «) _Airbeba at ar yang teat sexara isk dan sngat muda dipsshian resentase kadar air juga dipengaruhi oleh struktur dari bahan pangan. Untuk pahan pangan yang memiliki struktur mudah menyerap ar tentu akan sangat tinggi presentase kadar ai yang dimiliki dan untuk struk makanan yang sulit menytap ai presentase dari kadar air yang terkandung akan ebih rendah Sudarmadji, 2003). 3, Standar ketentuan kadar air yang baik Kelembapan sebuah makan akan sama dengan kelembapan dilingkukan sekitanya apa bila makanan dileyka di udara terbuka, Kadar air ini disebut dengan kadar air seimbang Setiap kelembaban relatif tertentu dapat menghasilkan kadar ait seimbang tertentu pula. Dengandemikian dapat dibuat hubungan antara kadar air seimbang dengankelembaban relative 2.1.3 Kadar abu Kadar abu adalah hasil abu yang dihasilkan dari pes pembakaran sempurna sampel bahan berselulosa, misalnya kayu, pulp dan kertas.Kadar air bisa menyatakan banyaknya garam mineral dan bahan tambahan anorganik dari suatu bahan uji (Puspitasari, et.al. 191) 1, Metode penentuan kadar ait roses penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan dua car yaitu pengabuan secara langsung dan secara tidak langusng gabuan secara Iangsung dan secara tidak Tangsung, Pengabuan secara langsung merupakan metode stundar untukmenentukan kadar abu dalam sampel. Pada penga buan kering sampeldioksstasi pada subu tinggi 500-600 C tanpaadanya flame Bahananorganik yang tidak mengalami volatlisasi disebut abu. Kadar abu ditentukan dengan cara menimbang residu yang tertinggal setelahpengabuan (Astuti 2007). Penentuan kadar abu secara basah dimana Sampel didigesti dengan asam kuat (Gioksidai), Subu yang digunakan lebih rendah.Biasa digunakan untuk menentukan jenis mineral yang menguap pada suhu tinggi, mineral trace, dan beracun Fitri (arut anabuataualikuot) digunakan untuk penentuan jenis mineral (Astuti.2007). 2. Faktorfaktor yang mempengaruhi kadar abu Kadar abu dipengaruhi oleh mineral-mineral yang. terkandung di dalam bahan pangan tersebutBahan pangan mengandung dua jenis mineral yaitu garam organik. Garam organic terdiri dari garam-garam asam malat, oksalat, sedangkan garam ‘anorganik antara lain bentuk garam fosfat, karbonat (Sudarmadji, 2003). Uraian Tanaman Daun Kelor (Moringa oleifera) Klasifikasi Kelor (Moringa oleifera) menurut Rollof et al, (2009) Regnum ——: Plantae Divi Spermatophyta Kelas Dicotyledone Ordo Rhoeadales (Brassicales) Famili : Moringaceae ‘Ganber21 Genus : Moringa a (Moringa oleifera) Spesies _: Moringa oleifera 2. Morfologi tanaman Morfologi daun kelor adalah berupa daun majemuk menyirip ganda 2-3 posisinya tersebar, tana daun penumpu, atau daun penumpu telah mengalami metamorfosis sebagai kelenjar-kelenjar pada pangkal tangkai daun, Bunga banci, zigomorf, tersusun dalam malai yang terdapat dalam ketiak daun, dasar bangun mangkuk, kelopak terdiri atas lima daun kelopak, mahkotapun terditi atas lima daun mahkota, lima benang sari, bakal buah, bakal biji banyak, buahnya bush Kendaga yang membuka dengan tiga katup dengan panjang sekitar 30 em, biji besar, bersayap, tanpa endosperm, lembaga lurus. Dari segi anatomi mempunyai sifat yang khas yaitu terdapat sel - sel mirosin dan buluh- buluh gom dalam kulit batang dan cabang, Dalam musim - musim tertenta dapat ‘menggugurkan daunnya (meranggas) (Rollof et al, 2009). Daun Kelor berbentuk sebesar ujung jari berbentuk bulat telur, tersusun ‘majemuk dan gugur di musim kemarau, tinggi pohon mencapai -12-m, bagian ujung membentuk payung, batang lurus (diameter 10-30 cm) menggarpu, berbunga sepanjang tahun berwarna putih / krem, buah berwarna hijau muda, tipis dan lunak. Tumbuh subur mulai dataran rendah sampai ketinggian 700 m. 3. Kandungan seayawa Menurut hasil penelitian, daun kefor ternyata mengandung vitamin A, vitamin C, vitamin B, kalsium, kalium, besi, dan protein, dalam jumlah sangat dicerna dan diasimilasi oleh tubuh manusia. Tidak hanya itu, wn dalam pengobatan tinggi yang mudah kelor pun diketahui mengandung lebih dari 40 antio tradisional Afrika dan India serta telah digunakan dalam pen ‘untuk mencegah lebih dari 300 penyakit (Krisnadi, 2010). Menurut Haryadi (2011) Daun Kelor kering per 100 g mengandung air 7.5%, kalori 205 g, karbohidrat 38,2 g, protein 27,1 g, lemak 2,3 g, serat 19,2 kalsium 2003 mg, magnesium 368 mg, fosfor 204 mg, tembaga 0,6 mg, besi 28,2 ‘mg, sulfur 870 mg, potasium 1324 mg. Daun kelor yang masih segar setara dengan 7 kali vitamin C yang terdapat pada jeruk segar sedangkan daun Kelor yang sudal dikeringkan setara dengan setengah kali vitamin C yang terdapat pada jeruk segar. ygobatan tradisional ‘Manfaat Kelor dikenal di seluruh dunia sebagai tanaman bergizi dan WHO telah memperkenalkan kelor sebagai salah satu pangan altematif untuk mengatasi rmasalah gizi (malnutrisi) (Broin, 2010 dalam Aminah, dkk, 2015). Di Afrika dan ‘Asia daun kelor direkomendasikan sebagai suplemen yang kaya zat gizi untuk ibu menyusui dan anak pada masa pertumbuhan, Semua bagian dari tanaman kelor memiliki nilai gizi, berkhasiat untuk keschatan dan manfaat dibidang industri. 2.2.2 Jambu Biji (Psidium guajava L.) 1. Kiasifikasi jambu biji (Psidium guajava L.) menurut (Tjitrosoepomo, 2007) Kingdom: Plantae Divisi Spermatophyta Class : Dicotpledoneae eS Ordo : Myrtales a Famili : Myrtaceae Gambar 2.2 So rome 2. Morfologi tanaman Jambu biji perdu atau pohon kecil, tinggi 2-10 m, percabangan banyak. Batangnya berkayu, Keras, Kulit batang licin, mengelupas, berwama cokelat kehijauan. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan, daun muda berambut talus, permukaan atas daun tua ficin, Helaian daun berbentuk bulat telur agak jorong, uujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata agak melekuk ke atas, pertulangan ‘menyirip, panjang 6-14 em, lebar 3-6 cm, berwama hijau. Bunga tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun, berkumpul 1-3 bunga, berwama putih. Buahnya buah buni, berbentuk bulat sampai bulat telur, berwama hijau sampai hijau kekuningan. Daging buah tebal, buah yang masak bertekstur lunak, berwama putih kekuningan atau merah jambu. Biji buah banyak mengumpul di tengah, kecil-kecil, keras, berwarna kuning kkecoklatan (Hapsah, 2011). 3. Kandungan senyawa Buah jambu biji sering kita makan tetapi tidak tahu kandungan yang terdapat dalam buah tersebut. Buah jambu biji mengandung berbagai zat gizi yang dapat digunakan sebagai obat untuk keschatan, Kandungan vitamin C jambu biji dua kali lipat jeruk manis yang hanya 49 mg per 100 g buah, Vitamin C itu terkonsentrasi pada Kulit dan daging bagian Iuamya yang lunak dan tebal. Kandungan vitamin C jambu biji memuncak saat menjelang matang, 4, Manfaat Jambu biji sangat tinggi kandungan vitamin C, Dari segi kandungan vitamin C-nya, vitamin C dari buah jambu biji putih sekitar 116-190mg, sedangkan pada jambu biji merah adalah 87mg per 100 gram jambu. Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang berguna untuk melawan serangan radikal bebas penyebab penuaan dini dan berbagai jenis kanker (Hapsah, 2011). 22 Uraian Bahan 2.2.1 _Alkohol (Dirjen POM, 1979) Namaresmi : AETHANOLUM Nama lain Alkohol, methanol, etanol, isopropil alkohol Rumus molekul : C;H;OH Berat molekul : 46,07 g/mol 10 Rumus struktur 2 Pemerian Kelarutan Penyimpanan Khasiat Kegunaan HH whos H H : Cairan mudah menguap, jernih,tidak berwama, Bau khas rasa panas mudah terbakar dan memberikan nyala biru. : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik, + Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api + Sebagai antiseptik (menghambat bakteri) dan sebagai zat tambahan_ + Sebagai pelarut. BABII METODE KERJA 3.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Farmakognosi dilaksanakan pada hari Sabtu 9 Oktober 2021 Pukul 0945 sampai 11:45 WITA, Tempat pelaksanaan Praktikum yaitu bertempat di Laboratorium Farmasi Bahan Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo. 32 Alat ‘Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu : Bunsen, cawan pporselin, desikator, kaki tiga, neraca, oven, penjepit tabung, spatula. 33 Bahan ‘Adapun bahan yang digunakan yaitu meliputi: alkohol 70%, alumunium foil serbuk buah jambu bi dan batang kelor, kertas perkamen,tsu. 34 Cara Kerja 33.1 Kadar air 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Dibersibkan dengan menggunakan alkohol 70% 3. Dibungkus cawan porselin menggunakan alumunium foil 4 ‘Dimasukkan cawan porselin ke dalam oven selama 10 menit 5. Diambil cawan porselin yang telah dioven 6. Diinginkan selama 5 menit didalam desikator 1. Diimbang berat eawan porselin yang telah dioven 8 Dimasukkan sampel buah jambu biji sebanyak 5 gram ke dalam cawan porselin Dimasukkan kembali cawan porselin yang berisi sampel kedalam oven selama 10 menit 10, Diambil cawan porselin yang berisi sampel kemudian didinginkan selama 5 ‘menit u Ditimbang kembali cawan porselin yang berisi sampel yang telah didinginkan va Dihitung persen kadar air dari sampel buah jambu bij 12 3.3.2. Kadar Abu pH 2, 2 4 5, 6. 1 8, 10. i. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan Dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70% Dimasukkan cawan porselin kedalam oven selama 10 menit Diambil cawan porselin yang telah dioven Didinginkan selama § menit didalam desikator Ditimbang berat cawan porselin yang telah dioven Dimasukan sampel batang kelor sebanyak 5 gram ke dalam cawan porselin Dimasukan cawan porselin yang telah berisi sampel ke dalam oven selama 10 menit Diambil cawan porselin yang telah berisi sampel dari oven Didinginkan cawan porselin yang berisi sampel Dipanaskan diatas api bunsen sampai berubah warna menjadi warna putih atau abu-abu_ Didinginkan sampel dalam desikator Ditimbang sampel yang telah didinginkan ‘Dihitung persen kadar abu dari sampel batang kelor. BABS HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasit (eee —— |Dik: A=455e Dik M\= 505 ¢ M:=465¢. 4.2 Pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan uji kadar air dan uji kadar abu. Menurut Syarif (1993), kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang inyatakan berdasarkan berat basth (wer basis) atau berdasaran berat kering (dry basi). Dalam prinsip kadar air pengukuran kadar air yang berada dalam simplisa, dlilakukan dengan cara yang tept dianara cara titasi,destilasi, atau gravimetric. Menurut Christian (1980), kadar abu adalah bagian dari analisis proksimat yang bertyjuan untuk mengevaluasi nai gizi suatu produk atau bahan pangan ‘erutama total mineral. Dalam prinsip kadar abu simplisia dipanaskan pada ‘emperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan. menguap, sehingga unsur mineral mineral dan anorganik, ‘Adapun sampel yang digunakan dalam pengujian kadar air yatu sampel serbuk ‘sampel serbuk buah jambu bij Psidium Guajava) dan sampel yang digunakan untuk ‘Pengujan kadar abu yaitu sampel serbuk kulit batang kelor (Moringa Oleifera). ‘Menurut Handayani (2017), tujuan dari penetapan kadar air adalah untuk ‘mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besamnya kandungan air dalam ‘bahan, sedangkan tujuan dari penetapan kadar abu untuk memberikan gambaran kandungan mineral intemal dan ekstemal yang berasal dari proses aval sampai terbentuknya simplisi, Sebelum masuk pada tahap Kerja, disiapkan alat dan bahan terebih dahulu ibersitkan alat menggunakan alkohol 70%, tujuan dibersihkan alat menggunakan ctanol 70% adalah agar membunuh atau menghilangkan bakteri yang menempel pada alat yang akan digunakan sehingga ketika sampel dituangkan ke dalam alat akan ‘terhindar dari mikroorganisme. Menurut Sudarmo (2006), kadar 70% alkohol adalah ‘cairan pembersih yang ampuh membunuh kuman ‘maupun bakteri, Saat alkohol dengan konsentrasi 70% mengenai kuman, maka secara lambat alkohol akan ‘menembus sepenuhnya ke dalam sel dan membuat kuman atau bakteri mati. 42.1 Ujikadar air Pada uji kadar air sampel yang digunakan adalah serbuk buah jambu bij ‘sebanyak $ gram, Sebelum masuk dalam tahap uji, capor dibungkus menggunakan Is aluminium foil, menurut Sinneke (2016), digunakannya aluminium foil untuk ‘menghindari paparan oksigen, bau, dan kelembaban udara dari luar. Lalu dipanaskan di dalam oven dengan suhu 105° C selama 10 menit, menurut Kusuma (2015), dipanaskan dengan suhu tersebut dan dalam waktu tertentu air akan memisahkan diri dengan bahannya dengan kata lain menguap dan dapat ditentukan perbedaan berat sebelum dan sesudah dipanaskan, Lalu dimasukkan ke dalam desikator untuk didinginkan selama 5 menit, Menurut Huda (2008), karena desikator terbuat dari kaca, maka dapat berfungsi untuk menghilangkan air dan kristal dari hasil pemurian, Setelah itu capor ditimbang menggunakan neraca analitik dan dimasukkan serbuk serta di oven pada suhu 105°C selama 10 menit. Setelah selesai dipanaskan, dimasukkan kembali ke dalam desikator selama 5 menit, menurut Syaiful (2007), dilakukan pendinginan setelah pemanasan dengan menggunakan desikator untuk mempertahankan kelembaban bahan yang peka terhadap udara lembab, jika bahan yang dikeringkan terkena lembab maka otomatis kadar air bahan akan meningkat. Schingga dapat dikeringkan kembali menggunakan desikator. Setelah itu capor yang berisi serbuk buah jambu biji dikeluarkan dari dalam desikator kemudian ditimbang untuk menentukan % kadar air nantinya. Hasil dari kadar air yang didapatkan dari sampel serbuk buah jambu biji adalah 10%, nil memenuhi syarat persen kadar air menurut Depkes RI (1995) jumlah kadar air maksimum simplisia serbuk umumnya tidak lebih dari 10%, Sedangkan menurut Depkes RI (1995), jumlah kadar air maksimum simplisia serbuk umumnya tidak lebih dari 10 %. Sementara itu menurut Prasetyawati (2014), persen kadar air dari jambu biji berkisar 8,67-10,65%. 4.2.2 Ujikadar abu Pada uji kadar abu sampel yang digunakan adalah serbuk kulit batang kelor sebanyak 5 gram. Sebelum masuk dalam tahap uji kadar abu, capor dipanaskan menggunakan oven dengan suhu 105° C selama 10 menit, menurut Kusuma (2015), dipanaskan dengan suhu tersebut dan dalam waktu tertentu air akan memisahkan diri dengan bahannya dengan kata lain menguap dan dapat ditentukan perbedaan berat sebelum dan sesudah dipanaskan 16 Lalu dimasukkan kedalam desikator untuk didinginkan selama 5 menit, ‘Menurut Huda (2008), karena desikatorterbuat dari kaca, maka dapat berfungsi untuk rmenghilangkan air dan Kristal dari hasil pemurnian. setelah itu eapor ditimbang di timbangan analitik. ‘Selanjutnya serbuk kulit batang Kelor dipindahkan ke dalam capor, lalu dilakukan pemanasan Kembali ke dalam oven dengan suhu 105° C selama 10 meni, Setelah selesai dipanaskan, dimasukkan Kembali ke dalam desikator selama 5 menit, rmenurut. Syaiful (2007), dilakukan pendinginan setelah pemanasan dengan rmenggunakan desikafor untuk mempertahankan Kelembaban bahan yang peka terhadap udara lembab,jika bahan yang dikeringkan terkena lembab maka otomatis, ‘kadar air bahan akan meningkal. Schingga dapat dikeringkan kembali menggunakan desikator. Selanjutnya capor yang berisi serbuk , dipanaskan kembali di atas api spritus ‘sampai bervama putih atau abu-abu, Menurut Gupta (2013), dilakukannya pemijaran ryakni untuk mengetahui Kandungan Komponen yang tidak mudah menguap yang {etaptinggal pada pembakaran dan pemijaran senyawa organik, semakin rendah kadar abu suatu bahan, maka semakin tinggi kemurniaannya, Lalu ditimbang basil dai pembakaran untuk menentukan % kadar abu pada sampel. Hasil yang didapatkan audalah 86 %, Nila ini tidak memenuhi persyartan Karena menurut Azizah Daulay (2019) syarat kadar abu total untuk serbuk Kulit batang kelor yaitu minimal 10,67%. Sedangkan menurut Farmakope Herbal Indonesia persyaratan kadar abu untuk ‘simplisia maksimal 8,20% dan 9,80%. Kemungkinan kesalahan yang terjadi adalah, kesalahan dalam penimbangan sampel dikarenakan sampel uji yang digunakan berbentuk serbuk ringan yang dapat beterbangan hingga mengurangi bobot sampel, dan kesalahan dalam perhitungan % kadar air dan kadar abu ” BABY PENUTUP 81 Kesimpulan Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen, Sedangkan kadar abu adalah bagian dari analisis proksimat yang bertujuan untuk mengevaluas nila izi suatu produk/pangan tertama total mineral, kadar abu dari sua tumbuhan menunjukkan total mineral yang terkandung dalam bahan tersebut. 2. Dati hasil yang diperoleh bahwa kadar air yang terkandung dalam sampel ‘bush jambu bij psidium guajava, L) sebanyak 10% memenuhi syarat. Kadar abu yang terdapat pada sampel serbuk kulit batang kelor (Moringa oleifera, L) sebesar 86%6 tidak mememuhi syarat. $2 Saran 5.2.1 Saran untuk Jurusan Diarapkan agar fasiltas yang di gunakan pada saat praktikum lebih di pethatikan, dengan melengkapi alatalat yang masih kurang seperti timbangan karena pada saat praktikum para praktikan selalu mengantri dan bisa tejadi hal-hal yang tidak dinginkan $2.2. Saran Untuk Laboratorium ‘Agar kiranya dapat meningkatkan kelengkapan alatalat yang ada dalam Jaboratorium. Agar para praktikan dapat lebih mudah, cepat dan lancar dalam rmelakukan suatu percobaan atau peneltan. 5.2.3. Saran untuk Asisten Asisten hendaknya membimbing dan mengayomi praktikan dengan baik dan ‘menjadi teladan yang baik untuk praktikan serta semakin semangat dan tetap menjalin ‘nubungan baik dengan praktikan 5.24 Saran untuk Pratikan Diharapkan agar praktikan senantiasa belajar dengan baik untuk rmempersiapkan praktikum yang akan dilaksanakan, dapat mengikuti_praktikum dengan baik dan senantiasa selalu mengikuti arahan dan aturan yang. sudah ditetapkan, DAFTAR PUSTAKA Abhimanyu Gupta. (2013), Essays on Spatial Autoregressive Models with Increasingly Many Parameters. Thesis. The London School of Economies and Political Science. ‘Agnes Angeia Putri, Dkk. 2014), Manfaat Hasil Belajar “Pengetahuan Bahan ‘Makanan” Pada Praktik “Pembuatan Main Course Dari Seafood”. Bandung Prodi Pendidikan Tata Boga Departemen. PKK FPTK UPI. ‘Ahmadi, K. dan Estiasth, T. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Bumi Aksara. Jakarta. Almatsier, S. Prinsip Dasar I!mu Gizi, Al-Azizah, U. S., Daulay, Y., & Krisnanto, N, (2019). The Effect of USDIDR Exchange Rate, Interest Rate and World Oil Price to Jakarta Composite Index (JCI). Jurnal Ekonomi dan Bisnis vol. 3 no. 2 ‘Ardani, Irfan & Handayani, Sri, (2017). Stigma terhadap Oramg dengan HIV/AIDS (ODHA) sebagai Hambatan Pencarian Pengobatan: Studi Kasus pada Pecandu Narkoba Suntik di Jakarta, bttp:/ejournal litbang depkes.go.id. diakses tanggal 28 Oktober 2017, ‘Astuti, Y.A., Sudirman, 1, Hidayati, Umi,2007, Pengaruh konsentrasi adeps lanae dalam dasar salep cold cream terhadap pelepasan asam salislat, Universitas ‘Muhammadiyah, Purwekerto [Skripsi] BPOM,2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan ‘Makanan Republik Indonesia, Jakarta. Cahyono, B. 2010. Mengenal Guava. Edisi Pertama. Yogyakarta: Lily Publisher. Christian, JHB, (1980). Reduced Water Activity. Dalam : Silliter, J.H.; R.P. Elliot; ‘ACB, Parker and FL. Bryan. Microbiol Ecology of Foods. International Journal of Food Sciences and Nutrition, 1 : 70-91 Departemen Keschatan RI, 1995, Farmakope Indonesia Ealisi IV, $51,713. Jakarta Ditjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia, (edisi 3), Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Hal. 639 Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan Gunawan. D,, dan Sri, M. 2010, fmu Obat Alam (Farmakognosi) jiid 1. Jakarta Penebar Swadaya Hal: 106-120, Fapsoh & Hasanah, Y.2011, Budidaya Tanaman Ohat dan Rempah, Medan: USU Press. Heeni Prasetyowati, Rina Marina, Dewi Nur Hodijah, Mutiara Widawati, Tri Wahono, 2014. Survey Jentik Dan Aktifias Noktumal A, Pusat Teknologi Intervervensi Kesehatan Masyarakat ‘Huda, Miftahul, 2008. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Keisnadi, (2010), Kelor Super Nutrisi. Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia, Blora Melisa, 2009. Uji Abtivitas Antibakteri dan Formulasi Dalam Sediaan Kapsul dari Bkstrak Etanol Rimpang Temulawak, Medan Melinda . 2014. Aktivitas Antibakteri Daun Pacar (Lowsonia inermis 1, Skrips, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta Nurarif AH. dan Kusuma. H. (2015). APLIKAS! Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction, ‘Nuthayat Tutik, 2008. Uji efek sediaan serbuk instan rimpang kencur. (Kaempferia ¢galanga 1) sebagai tonikum ferhadap mencitjantan galur. Swiss webster. Pramitasari, D. 2010. Penambahan Ekstrak Jahe (Zingiber officinale rose,) Dalam Pembuatan Susu Kedelai Bubuk Instan Dengan Metode Spray Drying: Komposisi Kimia, Sifat Sensori dan Aktivitas Antioksidan, (Skripsi Fakultas Pertanian, ‘Universitas Sebelas Maret, Surakarta Puspitasri tal. 1991. Tel Penelitian Mineral Pangan. Bogor: IPB-press. Roloff A, H Weisgerber, U Lang, et al, 2009, Moringa oleifera Lam, Enzyklopadie der Holzgewachse, vo. 40, pp. 1-8. Schwartz, LF, et all. Garlic attenuates nitric oxide production in rat cardiac myocytes through inhibition of inducible nitric oxide synthase and the arginine transporter CAT-2 (cationic amino acid transporter2). Clinical Science 2002, 102: 487-493. ‘Sudarmadji dkk. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta. Syari, R. dan Halid, H.1993.Teknologi Penyimpanan Pangan. Penerbit Arcan. Jakarta ‘Kerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi IPB. ‘Tiitrosoepome, G., 2007. Taksonomi Tumbuhan (Spermatohyta). Gadjah Mada ‘University Press. Youyakarta, Wardani., 2005. Pembelajaran dan Penilaian hasil Belajar Matematika SMP Aspek Pemahaman Konsep, Penalaran dan Komunikasi, Pemecahan Masalah. Yogyakarta: PPPGN Matematika, Wirakusumah (2007). Jus Buah dan Sayuran, Jakarta : Swadaya LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1: Alat dan Bahan 1. Alt [No. ‘Nama Gambar Fungst Bunsen ‘Untuk memanaskan_ sampel Bs ‘Cawan porselin, ‘Untuk metarutkan sampel 3. Desikator Untuk mengeringkan dan ‘mendinginkan ssampel yang diuji Kaki Tiga Sebagai penahan wat dan ‘penyangga ketika emanasan 5. Lap halus Sebagai alat untuk meletakkan alat Jeboratorium = Lapkaser Sebagai alt untuk rmeletakkan alat Jaboratorium ‘Neraca ohaus Untuk menimbang berat massa benda Untuk pemanasan secaratetutup schingga suhu dan waktu bisa diatur Untuk menjepit alat 9, | Penjepit tabung saat proses pemanasan 10. Spatula Untuk mengambil sampel 2, Bahan No. ‘Nama bahan Gambar Fungsi Alkohol 70% Untuk ‘membersihkan alat laboratorium Alumunium Foil ‘Untuk menutupi permukaan cawan porselin Kertas perkamen ‘Untuk meletakkan sampel pada saat menimbang Serbuk kulitbatang elor Sebagai sampel dar air 5. | Serbuk buah jambu =| Sebagai sampel biji kadar abu Tisu Untuk membersihkan alat Jompiran2 : Diagram alir 1, Kadar Air Jambu Biji (Psidium guajava 1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70% Dibungkus cawan porselin menggunakan aluminium foil Dimasukkan cawan porselin ke dalam oven dengan suhu 105°C selama 10 menit Ditimbang serbuk buah jambu biji sebanyak 5 gram Didinginkan cawan porselin didalam camber selama 5 menit Ditimbang berat cawan porselin kosong Dimasukkan serbuk buah jambu biji sebanyak 5 gram ke dalam cawan porselin Dimasukkan cawan porselin ke dalam oven selama 10 menit Didinginkan cawan porselin didalam camber selama 5 menit Ditimbang dan dihitung persen kadar air dalam sampel buah jambu bij % Kadar Air = 10% » keds Abu Kelor (Molinga oleifera) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan Dibersibkan alat menggunakan alkohol 70% Dimasukkan cawan porselin ke dalam oven dengan suhu 105° C-selama 10 menit Ditimbang serbuk kulit batang kelor sebanyak 5 gram Didinginkan cawan porselin didalam camber selama 5 menit Ditimbang berat cawan porselin kosong Dimasukkan serbuk kulit batang kelor sebanyak S gram ke dalam cawan porselin Dimasukkan cawan porselin ke dalam oven selama 10 menit Diletakkan diatas api bunsen hingga berwama abu-abu atau putih Ditimbang dan dihitung persen kadar abu dalam sampel kulit ‘batang kelor ampiran 3: Skema Kerja 1, Kadar Air Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan Dibersihkan alat ‘menggunakan alkohol 70% Dibungkus cawan porselin ‘menggunakan aluminium foil | x Dimasukkan = Ditimbang : didalam camber batang kelor ain selama 5 menit sebanyak $ gram 105°C selama 10 rmenit eae Dimasukkan serbuk kulit batang kelor ke dalam cawan porselin Dimasukkan cawan porselin ke dalam oven sclama 10 menit Ditimbang dan aiitung persen dar air lam sampel kulit patang kelor Didinginkan cawan porslin didalam camber selama S menit ae ———— | _-——_ Disiapkan alat Dibersihkan alat dan bahan yang akan digunakan menggunakan alkohol 70% Dimasukan ceawan porselin ke dalam oven dengan subu 105°C selama 10 rmenit Ditimbang berat Didinginkan Ditimbang serbuk ceawan porselin ccawan porselin ‘buah jambu bijt poses didalam camber sebanyak 5 gram selama 5 menit \ seen! eee a Dimasubkan, sek bush ianbubijiS ganke dalam cavanporslin Dimasukkan cawan porselin ke dalam oven selama 10 menit. Diletakkan diatas api ‘bunsen hingga berwarma abu- abu atau putih Ditimbang dan dihitung persen ‘kadar abu dalam sampel buah jambu bij

You might also like