You are on page 1of 10

-3-

diterbitkan dalam buku yang terpisah, saat ini dijilid dalam satu buku
yang sama.

RIWAYAT PERUBAHAN

Tahun Judul Alasan perubahan


1988 Pedoman  Baru.
CPOB  Mengacu pada ASEAN Guidelines
Edisi 1
2001 Pedoman  Pembaharuan pada 10 bab dan 3 (tiga) addendum
CPOB
edisi 2
2006 Pedoman  Mengacu pada WHO TRS 902/2002 Aneks 6; 908/2003
CPOB Aneks 4; 929/2005 Aneks 2,3,4; 937/2006 Aneks 2,4;
Edisi 3 dan PIC/S GMP 2006
 Perubahan pada bab Sistem Manajemen Mutu
 Penambahan Bab: Kualifikasi dan Validasi serta
Pembuatan dan Analis Obat berdasarkan kontrak.
 Penambahan Aneks Pembuatan Produk Steril,
Pembuatan Produk Darah, Sistem Komputerisasi,
Pembuatan Produk Investigasi untuk Uji Klinis.
2012 Pedoman  Mengacu pada PIC/S GMP PE 009-9, September 2009
CPOB serta WHO TRS 981/ 2012 Aneks 2; 986/ 2013 Aneks
Edisi 4 5; 992/ 2014 Aneks 3 dan 5; 996/ 2015 Aneks 5 dan
999/ 2016 Aneks 2
 Revisi Bab Manajemen Mutu dan Produksi serta Aneks
Pembuatan Produk Steril
 Penambahan aneks CPBBAOB, Pembuatan
Radiofarmaka, Penggunaan Radiasi Pengion dalam
Pembuatan Obat, Sampel Perbanding dan Sampel
Pertinggal, Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat
yang Baik, Pelulusan Parametris, dan Manajemen
Risiko Mutu.
2018 Pedoman  Mengacu pada PIC/S GMP PE 009-14, July 2018 serta
CPOB WHO TRS 981/ 2012 Aneks 2; 986/ 2013 Aneks 5; 992/
Edisi 5 2014 Aneks 3 dan 5; 996/ 2015 Aneks 5 dan 999/ 2016
Aneks 2
 Perubahan Bab Sistem Mutu Industri Farmasi,
Personalia, Bangunan dan Fasilitas, Peralatan,
Produksi, Pengawasan Mutu, Keluhan dan Penarikan
Produk Dokumentasi, Pembuatan dan Analisis
Berdasarkan Kontrak, Kualifikasi dan Validasi
 Peleburan Bab Sanitasi dan Higiene ke dalam Bab
Personalia, dan Bab Bangunan-Fasilitas.
 Perubahan Aneks Pembuatan Gas Medicinal,
Pembuatan Obat Uji Klinik, Sistem Komputerisasi, dan
Uji Pelulusan Real Time dan Pelulusan Parametris.
 Aneks Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat yang
Baik menjadi Bab.
-4-

BAB 1
SISTEM MUTU INDUSTRI FARMASI

PRINSIP

Pemegang Izin Industri Farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar
sesuai tujuan penggunaan, memenuhi persyaratan Izin Edar atau Persetujuan
Uji Klinik, jika diperlukan, dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan
pasien pengguna disebabkan karena keamanan, mutu atau efektivitas yang tidak
memadai. Industri farmasi harus menetapkan manajemen puncak yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan atau pabrik dengan kewenangan
dan tanggung jawab memobilisasi sumber daya dalam perusahaan atau pabrik
untuk mencapai kepatuhan terhadap regulasi.

Manajemen puncak bertanggung jawab untuk pencapaian sasaran mutu, yang


memerlukan partisipasi dan komitmen dari personel pada semua tingkat di
berbagai departemen dalam perusahaan, juga pemasok dan distributor. Untuk
mencapai sasaran mutu yang handal, diperlukan Sistem Mutu yang didesain
secara komprehensif dan diterapkan secara benar serta mencakup Cara
Pembuatan Obat yang Baik dan Manajemen Risiko Mutu. Pelaksanaan sistem ini
hendaklah didokumentasi lengkap dan dimonitor dipantau efektivitasnya.
Semua bagian Sistem Mutu hendaklah didukung ketersediaan personel yang
kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai.
Tambahan tanggung jawab legal diberikan kepada pemegang Izin Industri
Farmasi (IIF) dan kepada Pemastian Mutu.

Konsep dasar Manajemen Mutu, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), dan
Manajemen Risiko Mutu adalah saling terkait.

Konsep dasar yang diuraikan di sini menekankan kepentingan hubungan konsep


tersebut dalam produksi dan pengawasan obat.

Unsur dasar manajemen mutu adalah:

a) suatu infrastruktur atau sistem mutu Industri Farmasi yang tepat mencakup
struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya; dan
-5-

b) tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan


tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.

Semua bagian Sistem Mutu Industri Farmasi hendaklah didukung dengan


ketersediaan personel yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan
yang cukup dan memadai. Kepala Bagian Pemastian Mutu memiliki tambahan
tanggung jawab secara hukum.

SISTEM MUTU INDUSTRI FARMASI

1.1 Manajemen Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua aspek
baik secara individual maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi
mutu produk. Manajemen Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang
dibuat, dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat memiliki mutu yang
sesuai tujuan penggunaan. Oleh karena itu Manajemen Mutu mencakup
juga Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

1.2 CPOB diterapkan di semua tahap siklus hidup dari pembuatan obat untuk
uji klinik, transfer teknologi, produksi komersial hingga produk tidak
diproduksi lagi. Namun, Sistem Mutu Industri Farmasi dapat meluas ke
tahap siklus hidup pengembangan produk seperti diuraikan dalam ICH
Q10, yang memfasilitasi inovasi dan perbaikan berkesinambungan serta
memperkuat hubungan antara kegiatan pengembangan produk dan
kegiatan pembuatan produk.

1.3 Luas dan kompleksitas aktivitas perusahaan hendaklah dipertimbangkan


saat mengembangkan suatu Sistem Mutu Industri Farmasi yang baru
maupun ketika memodifikasi sistem yang sudah ada. Desain sistem
hendaklah menggabungkan prinsip-prinsip manajemen risiko yang tepat
termasuk penggunaan perangkat yang tepat. Sementara beberapa aspek
suatu sistem dapat berlaku di seluruh unit perusahaan dan aspek lain
hanya di satu pabrik yang spesifik, keefektifan suatu sistem biasanya
ditunjukkan pada tingkat unit.

1.4 Suatu Sistem Mutu Industri Farmasi yang tepat bagi pembuatan obat
hendaklah menjamin bahwa:
-6-

a) realisasi produk diperoleh dengan mendesain, merencanakan,


mengimplementasikan, memelihara dan memperbaiki sistem secara
berkesinambungan sehingga secara konsisten menghasilkan produk
dengan atribut mutu yang tepat;
b) pengetahuan mengenai produk dan proses dikelola pada seluruh
tahapan siklus hidup;
c) desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang
memerhatikan ketentuan CPOB;
d) kegiatan produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas dan
mengacu pada ketentuan CPOB;
e) tanggung jawab manajerial diuraikan secara jelas;
f) pengaturan ditetapkan untuk pembuatan, pemasokan dan
penggunaan bahan awal dan pengemas yang benar; seleksi dan
pemantauan pemasok, dan untuk memverifikasi setiap pengiriman
bahan berasal dari pemasok yang disetujui;
g) proses tersedia untuk memastikan manajemen kegiatan alih daya
(outsource);
h) kondisi pengawasan ditetapkan dan dipelihara dengan
mengembangkan dan menggunakan sistem pemantauan dan
pengendalian yang efektif untuk kinerja proses dan mutu produk;
i) hasil pemantauan produk dan proses diperhitungkan dalam
pelulusan bets, dalam investigasi penyimpangan, dan untuk
menghindarkan potensi penyimpangan di kemudian hari dengan
memperhitungkan tindakan pencegahannya;
j) semua pengawasan yang diperlukan terhadap produk antara dan
pengawasan selama-proses serta validasi dilaksanakan;
k) perbaikan berkelanjutan difasilitasi melalui penerapan peningkatan
mutu yang sesuai dengan kondisi terkini terhadap pengetahuan
tentang produk dan proses;
l) pengaturan tersedia untuk evaluasi prospektif terhadap perubahan
yang direncanakan dan persetujuan terhadap perubahan sebelum
diimplementasikan dengan memerhatikan laporan dan, di mana
diperlukan, persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan;
m) setelah pelaksanaan perubahan, evaluasi dilakukan untuk
mengonfirmasi pencapaian sasaran mutu dan bahwa tidak terjadi
dampak merugikan terhadap mutu produk;
n) analisis akar penyebab masalah yang tepat hendaklah diterapkan
selama investigasi penyimpangan, dugaan kerusakan produk dan
masalah lain.
-7-

Hal ini dapat ditentukan dengan menggunakan prinsip Manajemen Risiko


Mutu. Dalam kasus di mana akar penyebab masalah sebenarnya tidak
dapat ditetapkan, hendaklah dipertimbangkan mengidentifikasi
beberapa akar penyebab masalah yang paling mungkin terjadi dan
mengambil tindakan yang diperlukan.

Apabila faktor kesalahan manusia dicurigai atau diidentifikasi sebagai


penyebab masalah, faktor ini hendaklah dijustifikasi dengan
pengambilan tindakan yang memastikan bahwa proses, prosedur atau
sistem yang berpotensi menimbulkan kesalahan atau masalah tidak
diabaikan, jika terjadi.

Tindakan korektif dan tindakan pencegahan (TKTP) yang tepat hendaklah


diidentifikasi dan dilaksanakan sebagai respons terhadap hasil
investigasi. Efektivitas tindakan tersebut hendaklah dipantau dan dinilai,
sesuai prinsip Manajemen Risiko Mutu;

o) penilaian produk mencakup kajian dan evaluasi terhadap dokumen


produksi yang relevan dan penilaian deviasi dari prosedur yang
ditetapkan;
p) obat tidak boleh dijual atau didistribusikan sebelum Pemastian Mutu
meluluskan tiap bets produksi yang dibuat dan dikendalikan sesuai
dengan persyaratan yang tercantum dalam Izin Edar dan peraturan lain
yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan dan pelulusan
produk;
q) pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat mungkin,
produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani agar mutu
tetap dipertahankan selama masa kedaluwarsa obat; dan
r) Tersedia proses inspeksi diri dan/atau audit mutu yang mengevaluasi
efektivitas dan penerapan Sistem Mutu Industri Farmasi secara berkala.

1.5 Manajemen puncak memiliki tanggung jawab paling tinggi untuk


memastikan Sistem Mutu Industri Farmasi yang efektif tersedia,
mempunyai sumber daya yang memadai dan bahwa peran, tanggung
jawab, dan wewenang ditetapkan, dikomunikasikan dan
diimplementasikan di seluruh organisasi. Kepemimpinan dan partisipasi
aktif manajemen puncak dalam Sistem Mutu Industri Farmasi sangat
penting. Kepemimpinan ini hendaklah menjamin dukungan dan komitmen
-8-

personel di semua tingkat dan pabrik dalam organisasi terhadap Sistem


Mutu Industri Farmasi.

1.6 Secara berkala hendaklah dilakukan pengkajian manajemen terkait


pengoperasian Sistem Mutu Industri Farmasi dengan melibatkan
manajemen puncak, untuk mengidentifikasi peluang perbaikan produk,
proses dan sistem secara berkelanjutan.

1.7 Sistem Mutu Industri Farmasi hendaklah ditetapkan dan didokumentasi.


Manual Mutu atau dokumentasi setara hendaklah ditetapkan dan
mengandung deskripsi sistem manajemen mutu termasuk tanggung jawab
manajemen.

CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB)

1.8 CPOB adalah bagian dari Manajemen Mutu yang memastikan obat dibuat
dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaan dan persyaratan Izin Edar, Persetujuan
Uji Klinik atau spesifikasi produk. CPOB mencakup Produksi dan
Pengawasan Mutu. Prinsip dasar CPOB adalah:
a) semua proses pembuatan obat ditetapkan secara jelas, dikaji secara
sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu
menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi
yang ditetapkan secara konsisten;
b) tahap kritis dalam proses pembuatan, dan perubahan signifikan dalam
proses divalidasi;
c) tersedia semua fasilitas CPOB yang diperlukan mencakup:
 personel terkualifikasi dan terlatih;
 bangunan-fasilitas dengan luas yang memadai;
 peralatan dan sarana penunjang yang sesuai;
 bahan, wadah dan label yang benar;
 prosedur dan instruksi yang disetujui sesuai Sistem Mutu Industri
Farmasi; dan
 tempat penyimpanan dan transportasi memadai.
d) prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa
jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada
fasilitas yang tersedia;
-9-

e) prosedur dan instruksi dilaksanakan dengan benar dan operator diberi


pelatihan untuk menerapkannya;
f) pencatatan dilakukan selama pembuatan baik secara manual
dan/atau dengan alat pencatat yang menunjukkan bahwa semua
langkah pembuatan dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan
benar-benar dilaksanakan dan bahwa jumlah serta mutu produk
sesuai yang diharapkan;
g) setiap penyimpangan signifikan dicatat dengan lengkap, diinvestigasi
dengan tujuan untuk menentukan akar masalah dan pelaksanaan
tindakan korektif dan tindakan pencegahan yang tepat;
h) catatan pembuatan termasuk distribusi obat yang memungkinkan
ketertelusuran riwayat bets, disimpan dalam bentuk yang
komprehensif dan mudah diakses;
i) Cara Distribusi Obat yang Baik memperkecil risiko yang berdampak
pada mutu obat;
j) sistem penarikan bets obat dari peredaran tersedia; dan
k) keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu
diinvestigasi serta tindakan tepat diambil terkait cacat produk dan
pencegahan keberulangan keluhan.

PENGAWASAN MUTU

1.9 Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang mencakup pengambilan
sampel, spesifikasi dan pengujian, serta mencakup organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian
yang diperlukan dan relevan telah dilakukan. Bahan tidak boleh
diluluskan untuk digunakan dan produk tidak boleh diluluskan untuk
dijual atau didistribusi sampai mutunya dinilai memuaskan.

Prinsip dasar Pengawasan Mutu adalah:


a) fasilitas memadai, personel terlatih dan tersedia prosedur yang
disetujui untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian
bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan kondisi lingkungan
sesuai tujuan CPOB;
b) pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personel yang
ditetapkan dan menggunakan metode yang disetujui;
- 10 -

c) metode pengujian telah tervalidasi;


d) pencatatan dilakukan secara manual dan/atau dengan alat pencatat
selama pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang
dipersyaratkan dalam prosedur pengambilan sampel, pemeriksaan dan
pengujian benar-benar telah dilaksanakan. Tiap penyimpangan dicatat
lengkap dan diinvestigasi;
e) produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan yang tercantum dalam Izin Edar atau
Persetujuan Uji Klinik, memiliki derajat kemurnian yang
dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan pelabelan
yang benar;
f) dibuat catatan hasil pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang secara
formal dinilai terhadap spesifikasi; dan
g) sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah
yang cukup sesuai Aneks 11 Sampel Pembanding dan Sampel
Pertinggal, untuk pengujian ulang di kemudian hari bila perlu. Sampel
produk jadi disimpan dalam kemasan akhir.

PENGKAJIAN MUTU PRODUK

1.10 Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap


semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk
membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dengan spesifikasi bahan
awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat tren dan
mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses.
Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun
dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang
sebelumnya dan hendaklah meliputi paling sedikit:
a) kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan
untuk produk, terutama yang dipasok dari sumber baru; khususnya
pengkajian ketertelusuran rantai pasokan bahan aktif obat;
b) kajian terhadap pengawasan selama-proses kritis dan hasil pengujian
produk jadi;
c) kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan dan investigasi yang dilakukan;
d) kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian mutu
yang signifikan, investigasi terkait yang dilakukan dan efektivitas hasil
tindakan korektif dan pencegahan;
- 11 -

e) kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses


atau metode analisis;
f) kajian terhadap variasi Izin Edar yang diajukan, disetujui atau ditolak
termasuk dokumen registrasi untuk produk ekspor;
g) kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren
yang tidak diinginkan;
h) kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat
terkait mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan;
i) kajian kelayakan tindakan korektif sebelumnya terhadap proses
produk atau peralatan;
j) kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang
baru mendapatkan persetujuan pendaftaran dan variasi persetujuan
pendaftaran;
k) status kualifikasi peralatan dan sarana penunjang kritis yang relevan
misal sistem tata udara (HVAC), sistem pengolahan air, gas
bertekanan, dan lain-lain; dan
l) kajian terhadap ketentuan teknis kontrak pembuatan obat
sebagaimana diuraikan dalam Kontrak di Bab 11 Kegiatan Alih Daya
untuk memastikan tetap mutakhir.

1.11 Industri farmasi dan Pemegang Izin Edar apabila berbeda, hendaklah
mengevaluasi hasil pengkajian dan penilaian apakah tindakan korektif dan
pencegahan atau validasi ulang yang telah dilakukan sesuai dengan yang
ditetapkan Sistem Mutu Industri Farmasi. Hendaklah disiapkan prosedur
manajemen untuk pengelolaan secara berkesinambungan dan pengkajian
atas tindakan ini. Efektivitas dari prosedur ini diverifikasi saat
pelaksanaan inspeksi diri. Pengkajian mutu dapat dikelompokkan
menurut jenis produk, misal sediaan padat, sediaan cair, produk steril,
d.l.l. yang dijustifikasi secara ilmiah.

MANAJEMEN RISIKO MUTU

1.12 Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan
penilaian, pengendalian, komunikasi dan pengkajian risiko terhadap mutu
obat. Proses ini dapat diaplikasikan baik secara proaktif maupun
retrospektif.
- 12 -

1.13 Prinsip Manajemen Risiko Mutu adalah:

a) evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan


secara ilmiah, pengalaman dengan proses yang sudah disetujui dan
pada akhirnya dikaitkan pada perlindungan pasien; dan
b) tingkat upaya pengambilan tindakan, formalitas dan dokumentasi dari
proses manajemen risiko mutu sepadan dengan tingkat risiko.

Contoh proses dan aplikasi dari Manajemen Risiko Mutu dapat dilihat di Aneks
13 Manajemen Risiko Mutu, atau ICH Q9.

You might also like