You are on page 1of 15

Stigma 10 (2): 1-15; September 2017 ISSN: 1412 – 1840

© 2017 Prodi Biologi FMIPA UNIPA Surabaya

Pemberian Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill.) dan Biji


Sirsak (Annona muricata L.) terhadap Mortalitas Larva
Nyamuk Culex Sp

S. Nombe 1 dan D.K. Binawati 2

1)
Mahasiswa, Program Studi Biologi F.MIPA Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
2)
Staf Pengajar, Program Studi Biologi F.MIPA Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

ABSTRACT

Vegetable insecticide is a natural material that is environmentally friendly. This material can
be used in the prevention and control of mosquito larvae, especially Culex sp. Culex sp is the
main vector of filariasis disease and dengue hemorrhagic fever (DHF). Use of natural
materials is very good and environment friendly as insectcide compared with chemicals.
Avocado seed extract (Persea americana Mill) is known to have secondary metabolite
content of alkaloids, saponins, triterpenoids while soursop extract (Annona muricata L) in
the form of acetogenin, squamocin and annonacin. This research needs to use of avocado
seed extract (P. americana Mill) and soursop seed extract (A. muricata L) as larvacide of
Culex sp. The aim of this research is to know the effect of avocado seed extract (P.
americana Mill) and soursop seed extract (A. muricata L) to mortality of Culex sp Instar III
mosquito larvae and LC50 for 24 hours. This study was an experimental study using a
complete randomized design (RAL) with five treatment concentrations (0, 2, 4, 6, and 8%)
avocado seed extract (P. americana Mill) and soursop extracts extract (A. muricata L) as
much as five repetitions. The data obtained were analyzed by using One Way ANOVA to
show the effect on the treatment. The results showed that giving of avocado seed extract (P.
americana Mill) with 8% concentration (23,8 ± 0,45 larvae) was optimal in killing Culex sp
mosquito larvae. While giving soursop seed extract (A. muricata L) with 4% concentration
(25 ± 0,0 larva) optimal in killing Culex sp mosquito larvae. Avocado seed extract (P.
americana Mill) has an effect as a larvacide against Culex sp. instar III with LC50 at
concentration 2,486% while soursop extract (A. muricata L) with LC50 value at concentration
1,605%.

Keywords: Larvacide, soursop seed extract, avocado seed extract, Culex sp

PENDAHULUAN merugikan kesehatan manusia


Indonesia merupakan salah karena peranannya sebagai vektor
satu negara tropis di dunia yang penyakit. Beberapa jenis penyakit
memiliki kelembaban suhu optimal yang disebabkan oleh nyamuk,
yang mendukung bagi kelangsungan seperti filariasis yang ditularkan
hidup serangga. Serangga melalui nyamuk Culex sp, serta
mempunyai peranan penting sebagai penyakit demam berdarah dengue
vektor (perantara) dari berbagai (DBD) yang ditularkan melalui
penyakit. Nyamuk merupakan salah nyamuk Aedes sp. (Hariani, 2014).
satu jenis serangga yang dapat
1
S. Nombe dan D.K. Binawati: Pemberian Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill.) dan Biji Sirsak (Annona muricata L.)
terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Culex Sp

Filariasis (penyakit kaki serangga. Beberapa tahun terakhir,


gajah) merupakam salah satu di kasus Demam Berdarah Dengue
antara penyakit menular yang masih (DBD) seringkali muncul di musim
menjadi masalah kesehatan pancaroba, khususnya bulan Januari
masyarakat Indonesia. Penyakit ini di awal tahun seperti sekarang ini.
disebabkan oleh infeksi cacing Karena itu, masyarakat perlu
filarial yang ditularkan oleh nyamuk mengetahui penyebab penyakit
Culex sp, yang tersebar hampir di DBD, mengenali tanda dan
semua pulau di Indonesia terutama gejalanya, sehingga mampu
di pedesaan dan pemukiman mencegah dan menanggulangi
transmigrasi. Selain dapat dengan baik. Pada tahun 2014,
menimbulkan demam dan rasa sampai pertengahan bulan
kelelahan, penyakit ini juga Desember tercatat penderita DBD di
menyebabkan kecacatan tubuh yang 34 provinsi di Indonesia sebanyak
permanen sehingga penderita tidak 71.668 orang dan 641 diantaranya
dapat bekerja dan akan menjadi meninggal dunia. Angka tersebut
beban bagi keluarga dan masyarakat lebih rendah dibandingkan tahun
(Pahlevi, 2013). Di kawasan Asia sebelumnya, yakni tahun 2013
Tenggara termasuk Indonesia, dengan jumlah penderita sebanyak
genus Mansonia berperan sebagai 112.511 orang dan jumlah kasus
vektor utama penularan filariasis meninggal sebanyak 871 penderita.
dari spesies Brugia malayi. Hingga Demam berdarah dengue (DBD)
tahun 2006 telah dikonfirmasi 23 merupakan penyakit yang
spesies nyamuk dari genus disebabkan oleh virus Dengue yang
Mansonia, Anopheles, Culex sp, ditularkan dari orang ke orang
Aedes dan Armigeres yang menjadi melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae).
vektor filariasis di Indonesia (WHO, Ae aegypti merupakan vektor yang
1992). Menurut Noviani (2010), paling utama, namun spesies lain
WHO mecatat penyakit kaki gajah seperti Ae. albopictus juga dapat
di Indonesia tersebar luas hampir di menjadi vektor penular.
seluruh propoinsi. Berdasarkan Nyamuk tergolong serangga
laporan dari hasil survei pada tahun yang cukup tua di alam dan telah
2000 yang lalu tercatat 1553 desa di mengalami proses evolusi serta
647 puskesmas tersebar di 231 seleksi alam yang panjang sehingga
Kabupaten 26 propinsi sebagai menjadikan insekta ini sangat
lokasi yang endemis, dengan jumlah adaptif tinggal bersama manusia
kasus kronis 623. (Durant, 2008). Kejadian penyakit
Demam Berdarah Dengue yang penularannya dibawa oleh
(DBD) merupakan salah satu vektor nyamuk tersebut disebabkan
penyakit yang ditularkan oleh oleh tingginya kepadatan vektor

2
Stigma 10 (2): 1-15; September 2017 ISSN: 1412 – 1840
© 2017 Prodi Biologi FMIPA UNIPA Surabaya

nyamuk khususnya di Indonesia manusia disamping itu keuntungan


(Ndione, 2007). Banyak penyakit lain dari bahan pestisida alami,
pada hewan dan manusia dalam bahan ekstraknya mudah didapat
penularannya mutlak memerlukan dan harganya lebih ekonomis
peranan nyamuk sebagai vektor dari karena kedua ektrak ini merupakan
agen penyakitnya, karena limbah dari buah yang akan diolah
perkembangan beberapa jenis menjadi minuman segar atau jus
nyamuk dapat membahayakan buah (Penghiyangani, 2010)
kesehatan manusia dan hewan Tanaman Indonesia penghasil
(Vinayagam, 2008). buah yang berpotensi sebagai
Pembasmian terhadap nyamuk insektisida nabati adalah alpukat
menjadi kegiatan tidak pernah henti (Persea americana Mill). Hasil
yang dilakukan oleh pemerintah dan skrining fitokimia yang dilakukan
mausia karena jika nyamuk Zuhrotun (2007) menunjukan
dibiarkan berkembangbiak dapat bahwa ekstrak athanol biji alpukat
menimbulkan masalah yang serius. mengandung senyawa polifenol,
Berbagai upaya telah dilakukan oleh tannin, flavonoid, tritertenoid,
pemerintah untuk mengendalikan kuinon, monoterpenoid,
penyakit Filariasis (Kaki Gajah) dan seskuiterpenid dan saponin. Dewi
Demam Berdarah Dengue (DBD) (2014) menyatakan bahwa biji
yaitu Pemantauan Jentik Rutin alpukat dapat disebut sebagai
(PJR), Pemantauan Jentik Berkala insektisida nabati (botani) karena
(PJB), Pemberantasan Sarang terbukti bersifat toksik terhadap
Nyamuk (PSN) melalui 3M plus larva nyamuk Aedes aegypti L,
(Menguras, Menutup, dan granula ekstrak biji alpukat
Mengubur), plus menabur larvasida, memiliki LC50 sebesar 37,89 ppm
penyebaran ikan pada tem- pat dalam waktu 24 jam. Sirsak
penampungan air, serta kegiatan- (Annona muricata L) seyawa lain
kegiatan lainnya yang dapat yang bersifat larvasida adalah
mencegah/memberantas nyamuk acetogenin, squamocin dan
Aedes berkembang biak. Pestisida annonacin yang terdapat pada biji
alami mengandung bahan mudah sirsak (Annona muricata L).
dan cepat terdegradasi di alam serta Rosmayanti (2014) menyatakan
mempunyai dampak yang lebih bahan kimia acetogenin dimiliki
kecil terhadap lingkungan, juga hampir oleh seluruh famili
karena mengandung bahan kimia Annonaceae, termasuk sirsak
(biokatif) yang toksik terhadap (Annona muricata L) telah banyak
serangga namun mudah terurai di diketahui bahwa molekul tersebut
alam sehingga tidak mencemari berperan sebagai larvasida.
linkungan yang relatif aman bagi Berdasarkan penelitian Lilipaly

3
S. Nombe dan D.K. Binawati: Pemberian Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill.) dan Biji Sirsak (Annona muricata L.)
terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Culex Sp

(2014) diketahui bahwa granula dorman yaitu instar empat saat akan
ekstrak biji sirsak dapat mematikan menjadi pupa. Pemberian
larva nyamuk Aedes aegypti L, insektisida pada saat larva mencapai
dengan biji sirsak LC50 sebesar instar III, dengan tujuan larvasida
4,331 ppm dalam waktu 24 jam. tersebut langsung dapat terserap
Hal ini menjadi acuan untuk oleh larva bersamaan dengan
menggunakan ekstrak biji alpukat pengambilan makanan sehingga
(Persea americana Mill) dan akan memberih pengaruh atau efek
ekstrak biji sirsak (Annona muricata pada sistem metabolisme larva
L) sebagai larvasida Culex sp. (Connel dan Miller, 1995).
Larva nyamuk Culex sp dan Aedes
aegypti L memiliki persamaan MATERI DAN METODE
hidup yaitu hidup pada habitat PENELITIAN
aquatik. Namun, larva Aedes Penelitian ini akan dilakukan
aegypti L, Aedes albopictus dan secara eksperimental di
Culex sp quinquefasciatus berbeda laboratorium mengunakan
habitat, morfologi dan anatomi rancangan acak lengkap (RAL).
sehingga perlu penelitian pengaruh Ekstrak biji alpukat (Persea
pemberian ekstrak biji alpukat americana Mill.) dan ekstrak biji
(Persea americana Mill) dan sirsak (Annona muricata L.)
ekstrak biji sirsak (Annona muricata masing-masing sebanyak lima
L) terhadap mortalitas larva nyamuk perlakuan dan lima pengulangan
Culex sp. Pengaruh larvasida yang diaplikasikan pada larva
terhadap larva nyamuk dapat nyamuk Culex sp. Penelitian
diketahui dengan memasukan larva dilakukan di Labolatorium Biologi
ke dalam suatu larutan uji (larutan Dasar Prodi Biologi Kampus II
larvasida) dengan berbagai Universitas PGRI Adi Buana
konsentrasi selama 24-48 jam atau (UNIPA) Jl. Dukuh Menanggal XII
bahkan lebih (Noviani, 2010). Surabaya dan Laboratorium
Selama pengamatan mortalitas larva Entomologi Tropical Diagnostic
dicatat untuk mengetahui pengaruh Center (TDDC) Universitas
larvasida terhadap larva nyamuk. Airlangga Kampus C Jl. Mulyorejo
Larva instar III yang mati Surabaya 60115 selama bulan Maret
menunjukan kondisi kaku dan lisis - Mei 2017.
yang semakin banyak seiring
meningkatnya konsentrasi ekstrak
biji alpukat dan ekstrak biji sirsak.
Larva instar III merupakan
larva yang sedang giat-giatnya aktif
mencari makanan sebelum masa

4
Stigma 10 (2): 1-15; September 2017 ISSN: 1412 – 1840
© 2017 Prodi Biologi FMIPA UNIPA Surabaya

Prosedur Penelitian memasukan larva nyamuk Culex sp


Pembuatan Ekstrak Biji Alpukat Instar III kedalam gelas plastic yang
(P. Americana Mill.) dan Ekstrak berisi ekstrak biji alpukat (P.
Biji Sirsak (A. muricata L.) americana Mill.) dan biji sirsak (A.
Pada pembuatan ekstrak, muricata L.) dengan konsentrasi 0,
disiapkan biji alpukat (P. americana 2, 4, 6, dan 8%, dan menghitung
Mill.) dan biji sirsak (A. muricata jumlah larva nyamuk yang mati tiap
L.) yang telah dicuci bersih dan perlakuan selama 24 jam.
ditiriskan. Kedua biji tersebut
dikering anginkan selama 2-3 hari Analisis Statistika
dan dijadikan serbuk. Serbuk biji Data jumlah larva nyamuk
alpukat (P. americana Mill.) dan yang mati tiap perlakuan selama 24
biji sirsak (A. muricata L.) direndam jam dianalisis menggunakan Uji
dengan etanol (alcohol 96%) selama Analisis Varians (ANOVA) untuk
48-72 jam, perbandingan 100 gram mengetahui ada atau tidak pengaruh
serbuk dengan 1000 ml etanol. pemberian ekstrak biji alpukat (P.
Penyaringan filtrat rendaman biji americana Mill.) dan biji sirsak (A.
alpukat (P. americana Mill.) dan muricata L.) terhadap jumlah
biji sirsak (A. muricata L.) kematian larva nyamuk Culex sp
menggunakan kertas saring instar III antar kelompok uji. Letak
whatmaan no. 1 berdiameter 10. perbedaan antar perlakuan diuji
Filtrat didestilasi menggunakan alat lanjut menggunakan uji Uji Least
destilator pada suhu 700C selama 5 Significance (LSD). Kedua ekstrak
jam. Hasil destilasi diharapkan biji tersebut dilakukan Analisis
dalam keadaan cair pekat. Probit (LC50) untuk mengetahui
Pengovenan cairan pekat dilakukan daya bunuh ekstrak biji alpukat
pada suhu 700C selama 4 hari (Persea americana Mill.) dan biji
(sampai cairan berbentuk sirsak (Annona muricata L.)
kristal/gumpalan). Serbuk biji terhadap larva nyamuk Culex sp
alpukat (P. americana Mill.) dan instar III. Analisis statistika
biji sirsak (A. muricata L.) dilakukan menggunakan perangkat
diaplikasikan pada larva nyamuk lunak SPSS 16.
Culex sp Instar III dengan
konsentrasi 0 (kontrol), 2, 4, 6, dan HASIL PENELITIAN
8%. Mortalitas Larva Nyamuk Culex
sp. yang Diberi Ekstrak Biji
Pengamatan Larva Nyamuk Alpukat (P. americana Mill)
Culex sp Instar III Selama 24 Jam Hasil penelitian menunjukkan
Pengamatan larva pada tiap bahwa pemberian ekstrak biji
perlakuan dilakukan dengan cara alpukat (P. americana Mill)

5
S. Nombe dan D.K. Binawati: Pemberian Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill.) dan Biji Sirsak (Annona muricata L.)
terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Culex Sp

berpengaruh signifikan (P<0,05) larva nyamuk Culex sp. yang diberi


terhadap mortalitas larva nyamuk ekstrak biji alpukat (P. americana
Culex sp. Grafik rata-rata mortalitas Mill) ditunjukkan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Rata-rata Mortalitas Larva Nyamuk Culex sp. yang Diberi


Ekstrak Biji Alpukat (P. americana Mill), angka yang diberi huruf
(a dan b) tidak sama menunjukkan berbeda signifikan (P<0,05)

Pemberian ekstrak biji alpukat (P. (23,8 ±0,45 larva). Kemudian


americana Mill) berpengaruh mortalitas larva nyamuk Culex sp.
signifikan (P<0,05) terhadap yang diberi ekstrak biji alpukat (P.
mortalitas larva nyamuk Culex sp. americana Mill) dengan konsentrasi
Mortalitas larva nyamuk Culex sp. 4% (16,6 ±0,55 larva) berbeda
yang diberi ekstrak biji alpukat (P. signifikan (P<0,05) lebih rendah
americana Mill) dengan konsentrasi dibanding dengan konsentrasi 6%
0% (0 ±0,0 larva) berbeda signifikan (20 ±2,0 larva) dan 8% (23,8 ±0,45
(P<0,05) lebih rendah dibanding larva). Selanjutnya mortalitas larva
dengan konsentrasi 2% (14,8 ±0,84 nyamuk Culex sp. yang diberi
larva), 4% (16,6 ±0,55 larva), 6% ekstrak biji alpukat (P. americana
(20 ±2,0 larva) dan 8% (23,8 ±0,45 Mill) dengan konsentrasi 6% (20
larva). Selanjutnya mortalitas larva ±2,0 larva) berbeda signifikan
nyamuk Culex sp. yang diberi (P<0,05) lebih rendah dibanding
ekstrak biji alpukat (P. americana dengan konsentrasi 8% (23,8 ±0,45
Mill) dengan konsentrasi 2% (14,8 larva). Mortalitas larva nyamuk
±0,84 larva) berbeda signifikan Culex sp. yang paling tinggi terdapat
(P<0,05) lebih rendah dibanding pada pemberian ekstrak biji alpukat
dengan konsentrasi 4% (16,6 ±0,55 (P. americana Mill) dengan
larva), 6% (20 ±2,0 larva) dan 8% konsentrasi 8% (23,8 ±0,45 larva).
6
Stigma 10 (2): 1-15; September 2017 ISSN: 1412 – 1840
© 2017 Prodi Biologi FMIPA UNIPA Surabaya

Jadi pemberian ekstrak biji alpukat Hasil penelitian menunjukkan


(P. americana Mill) dengan bahwa pemberian ekstrak biji sirsak
konsentrasi 8% (23,8 ±0,45 larva) (A. muricata L) berpengaruh
paling optimal dalam membunuh signifikan (P<0,05) terhadap
larva nyamuk Culex sp. mortalitas larva nyamuk Culex sp.
Grafik rata-rata mortalitas larva
nyamuk Culex sp. yang terpapar
ekstrak biji sirsak (A. muricata L)
Mortalitas Larva Nyamuk Culex ditunjukkan dalam gambar 2.
sp. yang Diberi Ekstrak Biji
Sirsak (A. muricata L)

Gambar 2. Rata-rata Mortalitas Larva Nyamuk Culex sp. yang Diberi


Ekstrak Biji Sirsak (A. muricata L), angka yang diberi huruf (a dan
b) tidak sama menunjukkan berbeda signifikan (P<0,05)

Pemberian ekstrak biji sirsak (A. Selanjutnya mortalitas larva nyamuk


muricata L) berpengaruh signifikan Culex sp. yang diberi ekstrak biji
(P<0,05) terhadap mortalitas larva sirsak (A. muricata L) dengan
nyamuk Culex sp. Mortalitas larva konsentrasi 2% (23,6 ±0,55 larva)
nyamuk Culex sp. yang diberi berbeda signifikan (P<0,05) lebih
ekstrak biji sirsak (A. muricata L) rendah dibanding dengan
dengan konsentrasi 0% (0 ±0,0 konsentrasi 4% (25 ±0,0 larva), 6%
larva) berbeda signifikan (P<0,05) (25 ±0,0 larva) dan 8% (25 ±0,0
lebih rendah dibanding dengan larva). Akan tetapi mortalitas larva
konsentrasi 2% (23,6 ±0,55 larva), nyamuk Culex sp. yang diberi
4% (25 ±0,0 larva), 6% (25 ±0,0 ekstrak biji sirsak (A. muricata L)
larva) dan 8% (25 ±0,0 larva). dengan konsentrasi 4% (25 ±0,0

7
S. Nombe dan D.K. Binawati: Pemberian Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill.) dan Biji Sirsak (Annona muricata L.)
terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Culex Sp

larva), 6% (25 ±0,0 larva) dan 8% paling optimal dalam membunuh


(25 ±0,0 larva) tidak berbeda larva nyamuk Culex sp.
signifikan (P>0,05). Mortalitas larva
nyamuk Culex sp. yang paling tinggi Perbandingan Mortalitas Larva
terdapat pada pemberian ekstrak biji Nyamuk Culex sp. yang Diberi
sirsak (A. muricata L) dengan Ekstrak Biji Alpukat (P.
konsentrasi 4% (25 ±0,0 larva), 6% americana Mill) dan Ekstrak Biji
(25 ±0,0 larva) dan 8% (25 ±0,0 Sirsak (A. muricata L)
larva). Jadi pemberian ekstrak biji Perbandingan mortalitas larva
sirsak (A. muricata L) dengan nyamuk Culex sp. pada kedua
konsentrasi 4% (25 ±0,0 larva) ekstrak perlakuan dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3. Perbandingan mortalitas larva nyamuk Culex sp. yang diberi


ekstrak biji alpukat (P. americana Mill) dan ekstrak biji sirsak (A.
muricata L)

Tabel 1.Uji T perbandingan mortalitas larva nyamuk Culex sp. yang diberi
ekstrak biji alpukat (P. americana Mill) dan ekstrak biji sirsak (A.
muricata L)

Rata- Standart T
Perlakuan Sig
Rata Deviation hitng
Ekstrak
Biji 15,04 8,34
Alpukat -
0,080
Ekstrak 1,788
19,72 10,08
Biji Sirsak
Total 9,351
8
Stigma 10 (2): 1-15; September 2017 ISSN: 1412 – 1840
© 2017 Prodi Biologi FMIPA UNIPA Surabaya

Dari tabel di atas terlihat Perbandingan Nilai Lethal


nilai dari signifikan uji t, yaitu 0.080 Concentration 50% (LC50)
>0,05 (5%), ini mengartikan bahwa Ekstrak Biji Alpukat (P.
mortalitas larva nyamuk Culex sp. americana Mill) dan Ekstrak Biji
yang diberi ekstrak biji alpukat (P. Sirsak (A. muricata L) terhadap
americana Mill) dan ekstrak biji Mortalitas Larva Nyamuk Culex
sirsak (A. muricata L) tidak berbeda sp.
secara signifikan (P>0,05). Bisa Analisis probit dilakukan
dikatakan efektifitas ekstrak biji untuk mengetahui daya bunuh atau
alpukat (P. americana Mill) dan nilai LC50 pada konsentrasi ektrak
ekstrak biji sirsak (A. muricata L) biji alpukat (P. americana Mill)
tidak berbeda secara signifikan terhadap mortalitas larva nyamuk
(P>0,05) dalam membunuh larva Culex sp. instar III yang diberi
nyamuk Culex sp. Akan tetapi, jika perlakuan selama 24 jam.
dilihat dari nilai rata-ratanya, bahwa Berdasarkan hasil analisis probit di
pemberian ekstrak biji sirsak (A. atas dapat diketahui bahwa nilai
muricata L) (19,72 ±10,08 larva) LC50 pada konsentrasi ektrak biji
lebih banyak dalam membunuh alpukat (P. americana Mill) sebesar
larva nyamuk Culex sp. 2,486% sedangkan ektrak biji sirsak
dibandingkan dengan pemberian (A. muricata L) sebesar 1,605%
ekstrak biji alpukat (P. americana terhadap mortalitas larva nyamuk
Mill) (15,04 ±8,34 larva) dalam Culex sp. instar III sebanyak 50%
membunuh larva nyamuk Culex sp. yang diberi perlakuan selama 24
jam.

Gambar 4.Perbandingan nilai LC50 pada konsentrasi ekstrak biji alpukat (P.
americana Mill) dan ekstrak biji sirsak (A. muricata L) terhadap
mortalitas larva nyamuk Culex sp. instar III yang diberi perlakuan
selama 24 jam

9
S. Nombe dan D.K. Binawati: Pemberian Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill.) dan Biji Sirsak (Annona muricata L.)
terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Culex Sp

Berdasarkan gambar tersebut yang terkandung dalam biji


perbandingan (Gambar 4) alpukat (Persea americana Mill)
menunjukkan bahwa nilai LC50 pada diduga dapat berfungsi sebagai
ekstrak biji sirsak (A. muricata L) insektisida alami (Mulyana, 2002).
(konsentrasi 1,605 %) lebih optimal Alkaloid merupakan salah satu
dibandingkan dengan nilai LC50 bahan aktif yang terkandung di
pada ekstrak biji alpukat (P. dalam biji alpukat (P. americana
americana Mill) (konsentrasi 2,486 Mill) (Mulyana, 2002). Alkaloid
%) terhadap mortalitas larva yang masuk ke dalam tubuh larva
nyamuk Culex sp. instar III 50% melalui absorbsi dan mendegradasi
yang diberi perlakuan selama 24 membran sel kulit. Selain itu,
jam. alkaloid juga dapat mengganggu
sistem kerja saraf larva (Dinata
PEMBAHASAN dalam Zuldarisma, 2013). Alkaloid
Mortalitas Larva Nyamuk Culex merupakan anticholinesterase yang
sp yang Diberi Ekstrak Biji berfungsi menghambat kerja enzim
Alpukat (P. americana Mill) asetilkolinesterase yang
Hasil penelitian ini telah mempengaruhi transmisi impuls
menunjukan bahwa ekstrak biji saraf. Anticholinesterase ini
alpukat (Persea Americana mill) merupakan mekanisme kerja dari
berpengaruh terhadap pemberian senyawa Organophospat dan
larva nyamuk Culex sp Instar III Carbamat sebagai insektisida. Hal
selama 24 jam yang diberi perlakuan ini menyebabkan enzim
dengan berbagai konsentrasi yaitu cholinesterase mengalami
0% (0 ±0,0 larva), 2% (14,8 ±0,84 fosforilasi dan menjadi tidak aktif.
larva), 4% (16,6 ±0,55 larva), 6% Tidak aktifnya cholinesterase
(20 ±2,0 larva) dan 8% (23,8 ±0,45 menyebabkan hambatan proses
larva). Mortalitas larva nyamuk degradasi acetylcholine sehingga
Culex sp. yang paling tinggi terdapat terjadi akumulasi acetylcholine di
pada pemberian ekstrak biji alpukat celah sinap. Hal ini akan
(P. americana Mill) dengan menyebabkan terjadi gangguan
konsentrasi 8% (23,8 ±0,45 larva). transmisi rangsang yang dapat
Kematian larva nyamuk Culex sp. menurunkan koordinasi otot,
Instar III disebabkan oleh bahan konvulsi, gagal nafas dan kematian
aktif atau metabolit sekunder yang (Wibawa, 2012). Selain itu, biji
terkandung dalam ekstrak biji alpukat (P. americana Mill) juga
alpukat (P. americana mill). Bahan mengandung bahan aktif, yaitu
aktif yang terkandung tersebut saponin. Saponin yang terkandung
diantaranya alkaloid, saponin dan juga diduga sebagai insektisida
triterpenoid. Senyawa-senyawa alami bagi larva nyamuk Culex sp.

10
Stigma 10 (2): 1-15; September 2017 ISSN: 1412 – 1840
© 2017 Prodi Biologi FMIPA UNIPA Surabaya

Saponin merupakan zat aktif terkandung dalam biji alpukat


yang apabila dikocok dengan air (Persea americana Mill).
maka akan mengeluarkan buih dan Triterpenoid dapat
apabila dihidrolisis akan mempertahankan serangga dalam
menghasilkan gula dan sapogenin. stadium imatur yang berlangsung
Sifat-sifat sapogenin ialah dapat lebih lama dari waktu normal
menghemolisis darah, mengikat sehingga tidak dapat moulting atau
kolesterol dan toksin terhadap ganti kulit dengan sempurna, karena
hewan berdarah dingin (Mulyana, sebagai analog hormone juvenile.
2002). Saponin merupakan glikosida Fungsi hormone juvenille adalah
triterpena dan sterol yang telah menghambat proses moulting dan
terdeteksi dalam lebih dari 90 suku berakibat larva mudah mengalami
tumbuhan. Saponin merupakan trauma dari luar karena tidak
senyawa aktif permukaan dan terbentuknya lapisan kulit luar larva
bersifat seperti sabun, serta dapat yang dapat berfungsi sebagai lapisan
dideteksi berdasarkan pelindung tubuh dari trauma.
kemampuannya membentuk busa Triterpenoid berfungsi sebagai
dan menghemolisis sel darah antifagus, insektisida, atau anti
(Harborne, 1987). Menurut Sahsi pemangsa dan mempengaruhi sistem
dan Ashoke (Aminah, 2001), saraf (Wibawa, 2012). Ketiga bahan
saponin dapat menurunkan aktif tesebut diduga yang
tegangan permukaan selaput menyebabkan larva nyamuk Culex
mukosa saluran pencernaan larva sp mengalami kematian. Hal ini
sehingga dinding saluran diperjelas dengan penelitian
pencernaan menjadi korosif dan mengenai biji alpukat sebagai
akhirnya rusak. Senyawa aktif larvasida nyamuk Aedes aegypti L.
saponin mempunyai efek yang pernah dilakukan oleh Leite
menurunkan tegangan permukaan (2009) bahwa ekstrak biji alpukat
sehingga merusak membran sel, memiliki kemampuan sebagai
menginaktifkan enzim sel dan larvasida terhadap Aedes aegypti
merusak protein sel. Saponin dapat L. dengan LC50 sebesar 16,7
berikatan dengan fosfolipid yang mg/L.
meyusun membran sel sehingga
mengganggu permeabilitas Mortalitas Larva Nyamuk Culex
membran sel (Widodo, 2005). Hal sp yang Diberi Ekstrak Biji Sirsak
ini yang membuat larva nyamuk (A. muricata L)
Culex sp. Selain alkaloid dan Hasil penelitian ini telah
saponin, triterpenoid juga menunjukan bahwa ekstrak biji
merupakan bahan aktif yang sirsak (Annona muricata L)
berpengaruh terhadap pemberian
11
S. Nombe dan D.K. Binawati: Pemberian Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill.) dan Biji Sirsak (Annona muricata L.)
terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Culex Sp

larva nyamuk Culex sp Instar III bersifat racun perut yang bisa
selama 24 jam yang diberi perlakuan mengakibatkan larva nyamuk Culex
dengan berbagai konsentrasi yaitu sp akan mati (Septerina, 2002).
0%, 2%, 4%, 6% dan 8%. Selain itu, biji sirsak (A. muricata L)
Mortalitas larva nyamuk Culex sp. juga mengandung squamocin.
yang paling tinggi terdapat pada Menurut Mitsui et al. (1991)
pemberian ekstrak biji sirsak (A. bahwa squamocin mampu
muricata L) dengan konsentrasi 4% menghambat transport electron pada
(25 ±0,0 larva), 6% (25 ±0,0 larva) sistem respirasi sel, sehingga
dan 8% (25 ±0,0 larva). Jadi menyebabkan gradien proton
pemberian ekstrak biji sirsak (A. terhambat dan cadangan energi tidak
muricata L) dengan konsentrasi 4% dapat membentuk ATP. Biji sirsak
(25 ±0,0 larva) paling optimal dalam (Annona muricata L) juga
membunuh larva nyamuk Culex sp. mengandung annonacin yang
Kematian larva nyamuk Culex sp. berfungsi sebagai insektisida alami.
Instar III disebabkan oleh bahan Annonacin merupakan
aktif atau metabolit sekunder yang senyawa yang tergolong mempunyai
terkandung dalam ekstrak biji sirsak sifat toksisitas yang cukup efektif
(A. muricata L). Bahan aktif yang terhadap serangga dan ordo Diptera
terkandung tersebut diantaranya bersifat sitoksik dan neuroksik.
asetogenin, squamocin, dan Racun fidik ini dapat membunuh
annonacin. Senyawa-senyawa larava nyamuk Culex sp dengan cara
tersebut yang terkandung dalam biji menutupi lubang-lubang pernapasan
sirsak (A. muricata L) diduga dapat sehingga larva nyamuk dapat mati
berfungsi sebagai insektisida alami lemas karena kekurangan oksigen
(Mulyana, 2002). (Mitsui et al., 1991).
Acetogenin merupakan
senyawa polyketides dengan KESIMPULAN
struktur 30-32 rantai karbon yang Pemberian ekstrak biji alpukat
tidak bercabang yang terikat pada (P. americana Mill) dan ekstrak biji
gugus 5-methyl-furanone. Pada sirsak (A. muricata L) berpengaruh
konsentrasi tinggi, senyawa terhadap mortalitas larva nyamuk
acetogenin memiliki keistimewaan Culex sp. Pemberian konsentrasi 8%
sebagai anti feedent . Dalam hal ini, ekstrak biji alpukat (P. americana
racun membunuh serangga dengan Mill) optimal dalam membunuh
mengintervensi proses larva nyamuk Culex sp. sedangkan
metabolismenya dan mengganggu ekstrak biji sirsak (A. muricata L)
respirasi sel dan bekerja di optimal pada konsentrasi 4% dalam
mitokondria, sehingga larva nyamuk membunuh larva nyamuk Culex sp.
Culex sp tidak lagi bergairah, karena Ekstrak biji alpukat (P. americana

12
Stigma 10 (2): 1-15; September 2017 ISSN: 1412 – 1840
© 2017 Prodi Biologi FMIPA UNIPA Surabaya

Mill) memiliki efek sebagai Kedokteran Hewan Bogor:


larvasida terhadap nyamuk Culex sp. Institut Pertanian Bogor.
instar III dengan nilai LC50 pada Harborne, J.B. 1987. Metode
konsentrasi 2,486% sedangkan pada Fitokimia, Penuntun Cara
ekstrak biji sirsak (A. muricata L) Modern Menganalisis
dengan nilai LC50 pada konsentrasi Tumbuhan. Terjemahan oleh
1,605%. K. Padmawinata dan I.
Soediro. Bandung: Institut
DAFTAR PUSTAKA Teknologi Bandung
Aminah, N.S. Singgih H. & Islamiarto. 2012. “Uji Efektifitas
Soetiyono P. 2001. S. rarak, Pasta Biji Sirsak (Annona
D. metel dan E. prostata muricata Linn) Dalam
sebagai Larvasida Aedes Menekan Gall dan Populasi
aegypti. Jurnal Cermin Dunia Nematoda (Meloidogyne spp)
Kedokteran, 131. pada Tanaman Tomat
Azari-Hamidian, 2007, Larval (Lycopersicum esculentium
Habitat Characteristics of Mill.)”. Tidak Diterbitkan.
Mosquitoes of the Genus Skripsi. Bandung: Fakultas
Culex (Diptera: Culicidae) in Pertanian Universitas
Guilan Province, Iranian Padjadjaran
Journal of Arthropod-Borne Leite, J.J.G. 2009. Chemical
Diseases, 1 (1), 9-20. Composition, Toxicity and
Connel, W.,DES.,& Miller, J.G., Larvacidal and Antifungal
1995. Kimia dan Activities of Persea
Ekotoksikologi Pencemaran. americana (Avocado) Seed
Universitas Indonesia, Jakarta. Extract. Revista da Brasileira
Ditjen POM. 2000. Parameter de Mediciana Tropical. Vol.
Standar Umum Ekstrak 42 (2): 110-113
Tumbuhan Obat, Departemen Lilipaly, N.L.Y. 2014. “Toksisitas
Kesehatan RI. Jakarta. Granula Ekstrak Biji Sirsak
Halaman. 1, 10-12. (Annona muricata L.)
Durant, Sarah E. 2008. Amphibian Terhadap Larva Nyamuk
predation on larval Aedes aegypti L.”. Tidak
mosquitoes. Elsavier Diterbitkan. Skripsi. Jember:
Saunders, 2005: 270-5. Universitas Jember
Hairani, S. (2014). Efektivitas Mitsui, T., S. Atsusawa., K.
Ekstrak Daun Mudu (Garcinia Ohsawa., I. Yamamoto., T.
dulcis) Sebagai Larvasida Miyake And T. Umehara.
Nyamuk Culex sp dan Aedes 1991. Search for insect growth
aegypti. Skripsi. Sarjana regulators In Pesticides and

13
S. Nombe dan D.K. Binawati: Pemberian Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill.) dan Biji Sirsak (Annona muricata L.)
terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Culex Sp

the future: Toxicological aegypti Instar III/IV”. Tidak


Studies of Risks and Benefits. Diterbitkan. Skripsi. Jakarta:
Rev. Pestic. Toxicol. I. North Universitas Islam Negeri
Carolina State University. Syarif Hidayatullah
Raleigh. North Carolina. Rukmana, R. 1997. Budi Daya
Mulyana. 2002. Ekstraksi Senyawa Alpukat. Yogyakarta:
Aktif Alkaloid, Kuinon, dan Kanisius
Saponin dari Tumbuhan Septerina. 2002. Pengaruh Ekstrak
Kecubung seavagai Larvasida Daun Sirsak sebagai
dan Insektisida Terhadap Insektisida Rasional terhadap
Nyamuk Aedes aegypti. Pertumbuhan dan Hasil
Bogor: Jurusan Kimia IPB Tanaman Paprika Varietas
Ndione RD, Faye O, Ndiaye M, Bell Boy. Tesis S-2 Fakultas
Dieye A., and Afoutou JM. Pertanian. Universitas
2007. Toxic effects of neem Muhammadiah. Malang.
products (Azadirachta indica Soedarto, 1992. Entomologi
A. Juss) on Aedes aegypti Kedokteran. Cetakan I. EGC,
Linnaeus 1762 larvae. Jakarta.
Noviani, B. 2010. Yogyakarta : Soedarto. 2008. Parasitologi Klinik.
Jurusan Biologi, Fakultas Airlangga University Press.
Teknologi, Universitas Atma Surabaya
Jaya Yogyakarta. Vinayagam, A. 2008. Larvicidal
Pahlevi RI, Santoso. Penentuan Activity of Some Medicinal
Vector Filariasis dan Spesies Plant Extracts Against Malaria
Mikrofilaria di Puskesmas Vector Anopheles stephensi
Batumarta VII Kab. OKU Wibawa, R.R. 2012. “Potensi
Timur Tahun 2012 . Jurnal Ekstrak Biji Mahkota Dewa
Pembangunan Manusia. 2013 (Phaleria macrocarpa)
Panghiyangani, R., Isnaini & Dodo Sebagai Insektisida Terhadap
T. 2010. Aktivitas Larvisida Nyamuk Aedes aegypti
Minyak Atsiri Rimpang Dengan Metode Semprot”.
Kunyit Putih (Curcuma Tidak Diterbitkan. Skripsi.
zedoaria) terhadap Larva Jember: Universitas Jember
Aedes aegypti. Majalah World Health Organization.
Kedokteran FK UKI. Vol. 27 Lymphatic Filariasis. The
(3) disease and its control.
Rosmayanti, K. 2014. “Uji Technical report series.
Efektivitas Ekstrak Biji Sirsak Geneva: WHO; 1992.
(Annona muricata L.) Sebagai
Larvasida Pada Larva Aedes

14
Stigma 10 (2): 1-15; September 2017 ISSN: 1412 – 1840
© 2017 Prodi Biologi FMIPA UNIPA Surabaya

Zuldarisman, M., Ishak H. &


Anwar. 2013. Efektivitas Air
Perasan Buah Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi L)
Terhadap Kematian Larva
Aedes aegypti Dan Larva
Anopheles subpictus.
Makassar: Bagian Kesehatan
Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin

15

You might also like