You are on page 1of 15

Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi

Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.6 (No. 2 ): 235 - 249 Th. 2020


Hasil Penelitian p-ISSN: 2502-0935
e-ISSN: 2615-6423

MEMETAKAN PESAN HOAKS BERITA COVID-19 DI INDONESIA


LINTAS KATEGORI, SUMBER, DAN JENIS DISINFORMASI

Mapping Hoax Messages of COVID-19 in Indonesia Accros


Categories, Sources, and Types of Disinformation
1)*
Oemar Madri Bafadhal, 2)Anang Dwi Santoso
1) 2)
Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang - Prabumulih Km. 32 Indralaya, OI, Sumatera Selatan 30662

Diterima 29 Mei 2020 / Disetujui 27 Agustus 2020

ABSTRACT

It is projected that the spread of disinformation infodemic among the COVID-19 pandemic will be as
quickly or even more rapidly than the virus itself. The absence of the government in quickly and accurately
providing information is suspected of being the basis of this phenomenon. Several studies have attempted to
examine how the disinformation is shared, absorbed and driven to other behaviors. Meanwhile, no preliminary
study maps the features of disinformation to be used practically for prevention and for overcoming
disinformation itself. This study aims to fill this gap by examining 174 disinformation during the pandemic of
COVID-19. There are five types of COVID-19 disinformation in Indonesia, namely governance, health, foreign
relations, business and crime. We argue that if these five categories are not taken seriously, they will create a
public distrust of government and science. Another result that arises is the apathy towards the virus which will
endanger the wider community. On the basis of these results, we propose a strict government intervention in the
provision of knowledge and clarification of disinformation in different forms of social media.
Keywords: hoax news, COVID-19, disinformation, misinformation

ABSTRAK

Infodemi disinformasi di tengah pandemi COVID-19 diproyeksi sama cepat atau bahkan lebih cepat
dari virus itu sendiri. Fenomena ini ditengarai terjadi karena absennya negara dalam menyediakan informasi
yang cepat dan tepat. Berbagai macam studi telah mencoba menguji bagaimana disinformasi dibagikan,
dikonsumsi dan mengarahkan masyarakat untuk melakukan aktivitas tertentu. Sementara itu belum ada studi
pendahuluan yang memetakan karakteristik disinformasi secara praktis untuk dimanfaatkan bagi tindakan
preventif dan penanggulangan disinformasi itu sendiri. Studi ini bertujuan untuk mengisi celah tersebut dengan
menganalisis 174 disinformasi selama pandemi COVID-19. Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima
kategori disinformasi tentang COVID-19 di Indonesia yaitu politik, kesehatan, luar negeri, bisnis, dan
kriminalitas. Kami berargumen bahwa kelima kategori tersebut jika tidak ditangani secara serius akan
memunculkan sikap ketidakpercayaan publik terhadap otoritas pemerintah dan ilmu pengetahuan. Akibat lain
yang muncul adalah sikap apatis terhadap virus tersebut yang akan membahayakan masyarakat luas.
Berdasarkan temuan tersebut, kami merekomendasikan kehadiran pemerintah yang tegas dalam memberikan
informasi serta mengklarifikasi disinformasi yang muncul di berbagai macam media sosial.
Kata Kunci: berita hoaks; COVID-19; diinformasi; misinformasi

________________________
*Korespondensi penulis:
Email:Oemarmadribafadhal@fisip.unsri.ac.id

235
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.6 (No. 2 ): 236 - 249 Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 2502-0935
e-ISSN: 2615-6423

PENDAHULUAN Pérez-Zepeda, & Soto-Vega, 2020; Hua &


Shaw, 2020). Ini kemudian menjadi masalah
“Combating misinformation and serius dalam kesehatan masyarakat karena
disinformation, especially during a pandemic, paparan disinformasi dengan volume yang
it's a civic duty that requires everyone's tinggi akan menyebabkan perlilaku yang salah
involvement” (Carvin, 2020). sebagai akibat dari konsumsi berita tersebut.
Selain itu, informasi yang salah mengenai
Penyebaran COVID-19 sebagai suatu COVID-19 juga berakibat pada tertutupinya
virus diiringi pula dengan berlimpahnya informasi mengenai perilaku sehat karena ia
disinformasi tentang virus tersebut (Tasnim, mempromosikan praktik-praktik keliru yang
Hossain, & Mazumder, 2020). Sebagaimana meningkatkan penyebaran virus dan pada
COVID-19 telah mencapai hampir setiap akhirnya menghasilkan perilaku kesehatan
negara di dunia, sirkulasi massal disinformasi yang salah (Orso, Federici, Copetti, Vetrugno,
melalui berita bohong dan fitnah menyebar & Bove, 2020; Pulido Rodríguez et al., 2020).
secepat persebaran virus tersebut (Pulido Banyak informasi yang salah
Rodríguez et al., 2020). Retorika kebohongan mengenai diagnosis dan pengobatan COVID-
di dalam disinformasi membuka jalan 19 telah membawa publik dan penyedia
kacaunya masyarakat merespon pandemi ini layanan kesehatan pada kebingungan. Ini juga
dan berdampak pada terhambatnya upaya diakibatkan karena masih kurangnya hasil
pemerintah merubah persepsi dan perilaku penelitian dan diseminasi informasi mengenai
masyarakat. Infodemik yang melimpah juga COVID-19 (Shereen, Khan, Kazmi, Bashir, &
digambarkan sebagai penyakit sekunder yang Siddique, 2020). Tipuan-tipuan ini juga, pada
menyertai COVID-19 (Hua & Shaw, 2020; akhirnya, mengurangi kepatuhan terhadap
Pennycook, McPhetres, Zhang, & Rand, karantina rumah dan isolasi fisik (Radecki &
2020). Spiegel, 2020). Selain itu, absensi otoritas
Disinformasi didefinisikan sebagai menghasilkan informasi yang kredibel
distribusi atau diseminasi informasi bohong, membangkitkan publik untuk, secara mandiri,
palsu, keliru, atau menyimpang secara sengaja belajar lebih banyak tentang penyakit ini.
yang bertujuan untuk menyesatkan, menipu, Akibatnya adalah situasi ini membutuhkan
atau membingungkan pihak penerima (Fetzer, jaminan yang dilengkapi dengan aliran
2004; Vlăduţescu & Tenescu, 2014). informasi yang benar.
Disinformasi tentang COVID-19 muncul Disinformasi mengenai subyek
dalam berbagai topik, mulai dari berbagai kesehatan bukanlah merupakan fenomena
informasi yang salah mengenai etiologi, baru, ia mungkin sama tuanya dengan ilmu
pencegahan dan penyembuhan virus, teori kesehatan itu sendiri (Davis, 1984).
konspirasi tentang kesengajaan Cina membuat Disinformasi bukan isu baru dalam dunia
virus ini sebagai senjata biologis sampai kesehatan. Praktisi dan akademisi telah
dengan karakteristik virus ini yang hancur di bersepakat bahwa jenis berita ini
air. Masalah muncul ketika disinformasi ini menghadirkan risiko yang serius utamanya
muncul, menyebar, viral dan dikonsumsi bagi kesehatan masyarakat dan perilaku pubik
secara besar-besaran sehingga mengganggu (de Regt, Montecchi, & Lord Ferguson, 2019;
keseimbangan keaslian ekosistem berita Naskar, 2019; Wang, McKee, Torbica, &
(Grace, 2020; Larson, 2020). Stuckler, 2019; Waszak, Kasprzycka-Waszak,
Dampak paling buruk dari & Kubanek, 2018). Kesehatan masyarakat
pengkonsumsian berita disinformatif adalah dihadapkan pada risiko terpaparnya pasien
beralihnya orang-orang ke pengobatan yang pada informasi yang menyesatkan. Ini,
tidak efektif dan berpotensi membahayakan tentunya, akan mempengaruhi literasi
nyawa, timbulnya reaksi berlebihan kesehatan dan menyebarkan menyebarkan
masyarakat seperti pembelian secara panik teori konspirasi medis. Dalam berbagai
produk tertentu, serta munculnya literatur, munculnya disinformasi diyakini
ketidakpercayaan kepada otoritas karena didasari oleh dua motif utama yaitu finansial
adanya informasi yang keliru tentang dan ideologis (Tandoc, Lim, & Ling, 2018).
bagaimana mereka berkerja dalam pandemi ini Pada akhirnya, ini menjadi ancaman yang
(Cuan-Baltazar, Muñoz-Perez, Robledo-Vega,

236
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.6 (No. 2 ): 237 - 249 Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 2502-0935
e-ISSN: 2615-6423

serius bagi kesehatan masyarakat karena kerentanan yang timbul dari masalah
mampu mempengaruhi perilaku masyarakat. kerberlangsungan hidup, misalnya ketakutan
Pemahaman mengenai kategori dan terhadap suatu hal yang tidak diketahui dan
sumber berita disinformatif tentang COVID-19 kecemasan yang dirasakan karena hilangnya
secara praktis akan bermanfaat dalam sumber daya ekonomi, geografis, budaya dan
mengembangkan strategi untuk mengurangi lain sebagainya (Bafadhal, 2017), yang pada
penyebaran informasi yang salah di tengah akhirnya membuat mereka mengambil realita-
pandemi ini. Tulisan ini, secara lebih spesifik, realita alternatif yang ditawarkan.
bertujuan untuk mengelompokkan Secara tradisional, penyebaran berita
disinformasi dalam jenis, kategori, dan klaim disinformatif dilakukan dengan memalsukan
tertentu. Utamanya untuk melihat pola dokumen dan menanam propaganda di koran.
disinformasi seperti apa yang beredar di Sementara, saat ini berita disinformatif
Indonesia. Selain itu, kami juga menganalisis dilakukan dengan memodifikasi konten
sumber disinformasi (di media sosial mana dengan menggunakan berbagai aplikasi untuk
saja berita disinformatif banyak ditemukan mengedit foto, generator kliping koran,
serta aktor yang mengklarifikasi berita tersebut simulator suara, atau perangkat lunak video
(pemerintah, media masa dan lain sebagainya). untuk membuat konten visual yang difabrikasi
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tetapi dapat dipercaya, dan lain sebagainya
wawasan yang bermanfaat untuk penelitian (Utami, 2019). Fungsi penyebaran berita
tentang penyebaran informasi ketika krisis semacam ini adalah untuk menciptakakan
nantinya. imajinasi tentang adanya dunia alternatif
dengan menetapkan kepalsuan sebagai fakta.
Disinformasi
Disinformasi merujuk pada distribusi Disinformasi di Kala Pandemi
atau diseminasi informasi bohong, palsu, Pertanyaan mengapa individu,
keliru, atau menyimpang secara sengaja yang masyarakat dan institusi tertentu lebih rentan
bertujuan untuk menyesatkan, menipu, atau terhadap berita disinformatif saat ini sedang
membingungkan pihak penerima. Kebohongan menarik untuk didiskusikan. Akademisi dan
kemudian menjadi elemen persuasif utama praktisis kesehatan masyarakat saat ini
yang memanfaatkan ambiguitas dari bahasa menaruh perhatian pada potensi internet
kita untuk mendorong masyarakat melakukan sebagai medium untuk membagikan informasi
suatu tindakan tertentu. Kesalahan informasi kesehatan (Carmo-Fonseca, Mendes-Soares, &
yang diberikan ke publik, pada akhirnya Campos, 2002; Craan & Oleske, 2002; Tan &
menentukan bagaimana cara mereka bertindak Goonawardene, 2017). Secara lebih spesifik,
dan menyebarkan penilaian moral tertentu ponsel pintar, media sosial, dan teknologi
kepada masyarakat yang membaca seluler lainnya berkontribusi pada intervensi
disinformasi tersebut (Fetzer, 2004; pencegahan penyakit tertentu dan peningkatan
Vlăduţescu & Tenescu, 2014). kesadaran kesehatan masyarakat (Ridout &
Dalam konteks tertentu disinformasi Campbell, 2018). Beberapa diantara
merupakan salah satu dari berbagai strategi keuntungannya adalah biaya yang murah dan
politik (Balmas, 2014; Corner, 2017; Fensi, jangkauan audiens yang lebih luas (Lee
2018; Molina, Sundar, Le, & Lee, 2019). Ventola, 2014). Di sisi lain internet juga telah
Disinformasi pada awalnya mengacu pada terbukti menjadi medium penyebaran
kampanye untuk menyebarkan propadganda informasi yang salah, termasuk berita palsu di
politik dengan tujuan tertentu, mengacu pada dalamnya. Penyebaran berita disinformatif
kerangka kerja informasi yang terorganisir dan menghasilkan berbagi macam diskusi seperti
dengan hati-hati diarahkan untuk mencapai perubahan perilaku sebagai akibatnya (Waszak
konsesnsus publik tentang suatu tujuan baik et al., 2018).
yang tersirat ataupun tersurat. Tujuan Secara lebih spesifik, di era COVID-
penyebaran berita semacam ini mengarah pada 19, beberapa studi telah diakukan, kaitanya
mobilisasi atau merawat imajinasi pemilih dengan bagaimana berita hoaks, fake news,
dengan retorika rasis, anti keragaman, anti hak disinformasi dibagikan, dikonsumsi dan
asasi manusia (Ilahi, 2019; Utami, 2019). Hal mengarahkan masyarakat untuk melakukan
ini terjadi karena disinformasi menyasar pada aktivitas tertentu (Grace, 2020; Larson, 2020;
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.6 (No. 2 ): 238 - 249 Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 2502-0935
e-ISSN: 2615-6423

Pennycook et al., 2020; Tasnim et al., 2020). sistematis terhadap disinformasi yang ada
Disinformasi di kala pandemi kemudian didalam situs Hoax Buster pada alamat
menjadi penting untuk dikaji karena https://covid19.go.id/p/hoax-buster. Hoax
sebagaimana yang diungkap di awal, dapat Buster adalah platfrom dari pemerintah yang
membahayakan masyarakat luas. Berangkat menyediakan daftar disinformasi yang berisi
dari riset-riset terdahulu tersebut, kami pembahasan dari masing-masing artikel
berargumen bahwa perlu dilaksanakan riset disinformatif secara rinci. Termasuk di
dasar untuk mengidentifikasi karakteristik dalamya adalah artikel disinformatif,
disinformasi dimana dia dibagikan, apa saja klarifikasi, sumber berita, dan rujukan
tema yang muncul, dan siapa saja aktor yang mengenai informasi yang sebenarnya.
mengklarifikasi kebenaran berita. Meskipun secara terminologis, situs tersebut
menggunakan istilah hoaks, kami
menggunakan istilah disinformasi dalam
METODE PENELITIAN menyebut berita atau informasi palsu yang ada
di situs tersebut. Penyebutan kata disinformasi
Penelitian ini bertujuan untuk dirasa lebih konseptual karena informasi-
mengidentifikasi disinformasi dari sisi jenis, informasi palsu yang disebar di kala pandemi
sumber dan klaim kesalahan informasi terkait secara teoritis memiliki tujuan tertentu baik
COVID-19. Untuk mencapai tujuan tersebut secara ekonomi atau politis untuk
kami memperkerjakan analisis konten menyesatkan, menipu, dan membingungkan
Tabel 1. Kategori dan Deskripsi Disinformasi
Kategori Sub Kategori Deskripsi
Bisnis Bisnis Kategori ini memuat disinformasi yang menurunkan citra
perusahaan dengan membuat berita palsu tentang
tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan oleh
perusahaan.
Kriminalitas Kriminalitas Kategori ini berisi berita bohong tentang kejadian
criminal di suatu tempat.
Luar Negeri Cina Ini menceritakan tentang bagaimana penanganan
COVID-19 di Cina
Italia Sebagaimana disinformasi tentang Cina, kategori ini
berisi tentang dinamika COVID-19 di Italia
Amerika Serikat Berisi disinformasi tentang COVID-19 di Amerka
Serikat.
Kesehatan Karakteristik COVID-19 Berita ini disajikan untuk membantu pembaca
menemukan karakteristik COVID-19, utamanya tentang
bagaimana transmisinya.
Pengobatan/Pencegahan Bagaimana COVID-19 dicegah dan diobati adalah
COVID-19 disinformasi yang termasuk dalam kategori ini.
Penyebab COVID-19 Ini berisi tentang penyebab COVID-19.

Pasien COVID-19 Berita tentang bagaimana karakteristik pasien positif


Covis-19 tersaji dalam kategori ini.
Penemuan COVID-19 Penemuan COVID-19 di suatu lokasi tersaji dalam
kategori ini
Tata cara penguburan Ini menjawab tentang pertanyaan bagaimana pasien
korban COVID-19 seharusnya dikuburkan
Politik Jokowi Kategori Jokowi adalah berisi tentang berita bohong
tentang Joko Widodo
Kebijakan Kebijakan-kebijakan pemerintah yang salah atau tidak
sebenarnya benar-benar dibuat termasuk dalam kategori
ini.
Kebijakan lockdown Ini adalah kategori yang berisi tentang ditutupnya suatu
lokasi dan kebijakan lockdown di suatu
kabupate/kota/provinsi
Public figure Sebagaimana kategori Jokowi, kategori ini
menggambarkan bagaimana seroang tokoh publik
diserang malalui disinformasi.
238
Sumber: diolah peneliti, 15 Mei 2020
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.6 (No. 2 ): 239 - 249 Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 2502-0935
e-ISSN: 2615-6423

pihak penerima. Untuk menangkap nuansa dalam tiga tahapan sebagaimana


tersebut kami menggunakan konsep direkomendasikan oleh Bellström et al (2016).
disinformasi bukan hoaks. Tahap pertama pengkodean dan analisis
Peneliti mengumpulkan data dilaukan oleh penulis pertama dan
disinformasi dari 16 Maret-22 April 2020. menghasilkan serangkaian kategori. Penulis
Proses pengambilan data dilakukan secara kedua juga melakukan hal yang sama dan juga
manual dari tanggal 23 April-30 April 2020. menghasilkan serangkaian kategori. Satu
Sebuah dataset yang berisi 174 disinformasi asisten peneliti yang tidak bergabung dalam
terkumpul untuk analisis konten. Secara lebih penelitian ini kemudian memproses kedua
detail, dari setiap dataset kami mendapatkan daftar tersebut dan apabila terjadi perbedaan
informasi mengenai tanggal, judul, isi kode ketiga penulis mendiskusikan sampai
disinformasi, sumber, klarifikasi, dan aktor bertemu pada suatu kesepakatan. Akhirnya,
yang mengklarifikasi disinformasi tersebut. kami menyusun serangkaian kategori
Kami kemudian melakukan analisis konten sebagaimana terdapat dalam Tabel 1.
utamanya untuk mengelompokkan setiap
disinformasi ke dalam kategori tertentu. Selain
itu, kami juga mengelompokkan sumber
disinformasi serta aktor yang mengklarifikasi HASIL DAN PEMBAHASAN
berita disinformasi.
Pengodean dan analisis konten Bab ini berisi tentang temuan
dilakukan dengan mengimpor data ke dalam penelitian yang dibagi kedalam lima bagian.
Microsoft Excel. Secara khusus kami Pertama kami akan menyajikan kategori dan
memperkerjakan analisis konten interpretatif sub kategori disinformasi tentang COVID-19.
kualitatif (Krippendorff, 2013) untuk Sub-kategori ini secara tidak langsung juga
mengelompokkan disinformasi-disinformasi dapat dibaca sebagai klaim pengetahuan yang
tersebut pada suatu kategori. Dikarenakan, ada di disinformasi tersebut. Selanjutnya
sejauh pengamatan kami, belum ada penelitian adalah media sosial dimana disinformasi
yang mencoba mengelompokkan karakteristik dibagikan dan diikuti dengan pihak yang
disinformasi tentang COVID-19, kami mengklarifikasi pemberitaan disinformatif.
memilih strategi untuk mebuat daftar kategori
dan sub kategori baru. Kami secara hati-hati Kategori Disinformasi
membaca setiap data (disinformasi) untuk Gambar 1 menunjukkan kategori
dikelompokkan dalam kategori atau disinformasi tentang Covid 19. Secara umum
subkategori tertentu dan secara bertahap kami menemukan lima kategori dari 174
kategori tersebut dimodifikasi dan diperluas disinformasi yang kami dapatkan dari Hoax
secara induktif. Buster. Kelima kategori tersebut antara lain:
Kami juga melakukan pengkodean politik, kesehatan, luar negeri, bisnis, dan

Gambar 1. Kategori disinformasi tentang COVID-19


Sumber: diolah peneliti, 15 Mei 2020
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.6 (No. 2 ): 240 - 249 Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 2502-0935
e-ISSN: 2615-6423

kriminalitas. Diurutan pertama adalah ketrgori memberikan gambaran yang lebih spesifik
politik dan kesehatan dengan jumlah masing- mengenai disinformasi apa saja yang
masing 68 berita. Kategori kesehatan berisi diproduksi. Dari lima kategori yang telah
berita-berita disinformatif mengenai disampaikan sebelumnya kami pecah lagi
karakteristik dan penyebab COVID-19 serta menjadi 15 sub kategori sebagaimana terdapat
bagaimana cara mencegah dan dalam Tabel 2. Bagian selanjutnya mengulas
menyembuhkannya. Termasuk didalamnya tentang masing-masing sub kategori.
adalah pasien COVID-19, penemuan COVID-
19 dan tata cara penguburan korban COVID- Bisnis
19. Sementara itu kategori politik, berisi Kategori bisnis dan kriminalitas
tentang pemberitaan yang salah mengenai masing-masing memilki lima artikel
tokoh politik, kebijakan publik untuk urusan disinformatif. Pada kategori bisnis, secara
COVID-19, dan kebijakan lockdown. spesifik artikel mengabarkan informasi yang
Informasi yang tidak benar tentang tidak benar mengenai perusahaan tertentu.
kondisi COVID-19 di Cina, Amerika Serikat Beberapa perusahaan yang menjadi sasaran
dan Italia ditemukan sebanyak 23 berita, antara lain Tempo dengan memberikan
kemudian kami kategorikan sebagai kategori gambar sampul yang salah. Selain itu terdapat
luar negeri. Kategori berikutnya adalah bisnis. pula peberitaan yang salah mengenai
Kategori ini memuat berita-berita yang penggeratisan layanan Netflix selama
menjatuhkan citra suatu perusahaan atau bisnis karantina. Berita lain adalah dijualnya
yang kami temukan sebanyak 5 berita. beberapa hotel di bali karena sepi pengunjung
Kemudian, berita palsu mengenai kriminalitas dan mibil-mobil yang dijual karena kreditur
di suatu daerah yang diakibatkan oleh COVID- mengalami gagal bayar.
19 kami temukan sebanyak 5 berita
disinformatif. Semua berita yang tidak Kriminalitas
termasuk di dalam kategori-kategori tersebut Kategori kriminalitas berisi mengenai
kami labeli dengan lain-lain yang ditemukan informasi palsu yang berusaha meresahkan
sebanyak 5 berita. masyarakat dengan memberikan berbagai
Karena masih terlalu umum untuk informasi kejahatan akibat COVID-19.
dikaji, kami memutuskan untuk membagi Diantara berita-berita yang termasuk kategori
setiap kategori ke dalam sub kategori yang ini adalah pembunuhan masal berkedok
lebih spesifik. Ini dimaksudkan untuk COVID-19 dan pembunuhan pemuka agama.

Tabel 2. Kategori dan Sub kategori disinformasi


Kategori Sub-Kategori Jumlah
Bisnis Bisnis 5
Kriminalitas Kriminalitas 5
Luar Negeri Cina 6
Italia 12
Amerika Serikat 5
Kesehatan Karakteristik COVID-19 9
Obat/Pencegahan COVID-19 29
Penyebab COVID-19 5
Pasien COVID-19 8
Penemuan Virus COVID-19 12
Tata cara penguburan korban 5
Politik Jokowi 8
Aksi pemerintah 19
Public figure 17
Kebijakan Lockdown 24
Lain-lain Lain-lain 5
Sumber: diolah peneliti, 15 Mei 2020
240
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.6 (No. 2 ): 241 - 249 Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 2502-0935
e-ISSN: 2615-6423

Selain itu terdapat pula berita kejahatan seperti karakteristik COVID-19. Secara umum,
perampokan dan pembegalan hingga disinformasi dalam kategori ini berusaha
kedatangan polisi dari India untuk membantu mengkonstruksi pembaca bagaimana
mengamankan kondisi Indonesia selama karakteristik COVID-19. Secara spesifik,
pandemi. disinformasi menggambarkan COVID-19
sebagai virus yang memiliki karakteristik
Luar Negeri seperti hacur dengan air dan berupa jamur atau
Dibanding negara-negara lain, mould. Dalam kategori ini kami juga
pemberitaan palsu mengenai kondisi dan mengidentifikasi disinformasi yang berusaha
situasi COVID-19 yang terjadi di Cina, menganalisis penyebab corona. Diantaranya
Amerika Serikat dan Italia mendominasi data adalah salah kepemimpinan dan tindakan
disinformasi yang kami kumpulkan. Cina mendzalimi perempuan muslim Uighur.
dalam berita-berita disinformasi yang Selanjutnya adalah sub kategori obat
dibagikan digambarkan sebagai negara yang atau pencegahan COVID-19. Ini berisi tentang
dengan sengaja menciptakan COVID-19 berbagai macam tindakan atau zat-zat tertentu
dengan tujuan tertentu seperti membunuh yang dapat menyembuhkan atau mencegah
masyarakat Indonesia dan ulama. Informasi virus ini. Beberapa diantaranya menyebutkan
palsu tentang Cina juga masih seputar tenaga bahwa COVID-19 bisa dicegah atau
kerja asing (TKA) dan komunis. Kami disembuhkan dengan alkohol, mengkonsumsi
menemukan enam disinformasi dalam kategori pisang, meminum air, ganja, bawang merah,
ini. Sementara itu berita disinformasi tentang Dettol, memasukkan Amoxilin dalam tandon
Amerika Serikat ditemukan sebanyak 5 berita. air, berendam di air laut, memium vitamin C,
Secara umum, negara ini digambarkan sebagai memakan makanan yang mengandung alkali,
negara yang gagal menangani COVID-19 mengkonsumsi lemon, sampai dengan
karena beberapa hal seperti terjadi penjarahan, merokok. Beberapa tindakan-tindakan agama
harus meminta bantuan negara lain dan jumlah seperti mendengarkan suara adzan, pergi ke
pasien COVID-19 yang banyak. masjid, sholat jumat, sholat taubat, dan
Terakhir adalah Italia. Sama seperti membaca asmaul husna juga digambarkan
Amerika Serikat, negara ini diilustrasikan sebagai aktivitas-aktivitas yang dapat melawan
sebagai negara yang gagal menangani COVID-19. Beberapa berita disinformatif juga
COVID-19. Berita-berita disinformatif tentang menginformasikan adanya penemuan vaksin di
Italia menunjukkan kefrustasian negara Cina dan Amerika Serikat.
tersebut dalam mengelola COVID-19. Ini Berita disinformatif tentang Pasien
digambarkan melalui beberapa potongan COVID-19 adalah berita yang berusaha
gambar yang pada akhirnya membentuk menggambarkan pasien COVID-19 sebagai
gambaran Italia sebagai negara yang gagal pasien yang susah diatur. Mereka mencoba
menangani persoalan ini. Potongan-potongan melawan dengan melarikan diri dari rumah
gambar tersebut antara lain, kekurangan lahan sakit. Beberapa berita juga menggambarkan
untuk mengubur korban, rumah sakit yang karakteristik pasien COVID-19. Berita
tidak lagi bisa menampung pasien, semacam ini ditemukan sebanyak 8 berita.
menurunnya nilai tukar mata uang Italia, Selanjutnya adalah berita tentang penemuan
sampai dengan pengumuman shut down. COVID-19 di atat transportasi seperti kapal
Beberapa berita juga menggambarkan dengan rute Banda Aceh-Sabang, pesawat, dan
bersujudnya masyarakat Italia dan bergemanya pelabuhan benda tertentu seperti tisu toilet, di
takbir di Italia. Dibandingkan dengan Cina dan beberapa wilayah seperti Pare-pare, di
Amerika Serikat, berita disinformasi tentang Purwakarta, di Atambua. Berita ini ditemukan
Italia adalah paling banyak, ditemukan sejumlah 12 berita.Sebanyak 5 berita
sebanyak 12. ditemukan termasuk dalam sub kategori tata
cara penguburan jenazah. Berita-berita yang
Kesehatan termasuk dalam kategori ini, secara spesifik,
Berita disinformatif tentang kesehatan menceritakan bagaimana seharusnya jenazah
juga mendominasi dataset kami. Kami dikubur dan langkah-langkah tertentu yang
menemukan 43 berita yang kemudian dibagi harus diambil sebelum menguburkan jenazah
ke dalam tiga sub kategori. Pertama adalah pasien COVID-19.
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.6 (No. 2 ): 242 - 249 Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 2502-0935
e-ISSN: 2615-6423

tempat tertentu yang termasuk di dalamnya


Politik adalah pusat bisnis seperti pasar dan mall,
Kategori selanjutnya yang akan diulas pelabuhan dan transportasi publik. beberapa
adalah politik. Secara umum, kami membagi kota/kabupaten juga diisukan memutuskan
kategori ini menjadi empat sub kategori yaitu atau diputuskan lockdown seperti Bali,
mengenai Presiden Jokowi, aksi pemerintah Jakarta, Purwokerto, Makassar, Cirebon,dan
dalam penanganan COVID-19, figur publik, Situbondo.
dan kebijakan lockdown yang masing-masing
ditemukan sebanyak 8, 19, 17, dan 24 secara Media Disinformasi
berurutan. Berita menyimpang tentang Jokowi Selain melakukan kategorisasi, kami
didominasi berita-berita bernada negatif juga melakukan analisis terhadap platform
tentang Jokowi, termasuk di dalamnya adalah tempat disinformasi banyak ditemukan. Secara
Jokowi positif COVID-19, Jokowi salah umum kami menemukan bahwa disinformasi
membeli obat dari Cina, dan Jokowi korupsi. dibagikan umumnya di macam media sosial
Beberapa berita disinformasi juga seperti Facebook, Instagram, Twitter,
berisi tentang aksi pemerintah dalam WhatsApp dan YouTube meskipun ada
penanganan COVID-19. Termasuk beberapa yang muncul di situs atau Blog
diantaranya adalah kompensasi bagi driver tertentu. Beberapa juga ditemukan dan
grab, penutupan seluruh BUMN di DKI surat dibagikan di dua media sosial seperti Twitter
edaran Walikota Palembang, peliburan seluruh dan Facebook, Facebook dan YouTube,
universitas di Jakarta, penuapan lokasi Facebook dan WhatsApp serta Facebook dan
karantina, penggeratisan internet, dan Website/blog. Peneliti menemukan bahwa
pembuatan kartu corona sehat. Sementara itu, media sosial tempat ditemukan banyak
berita tentang figur publik berisi berita positif disinformasi mengenai COVID-19 adalah
ataupun berita negatif yang salah tentang Facebook dan WhatsApp, masing-masing
tokoh poltiik tertentu. Beberapa tokoh politik sebanyak 90 dan 43 artikel disinformatif.
yang namanya disebut dalam disinformasi Mengikuti dibelakangnya adalah Twitter (17
antara lain Nadiem Makarim, Prabowo, dan disinformasi), Instagram (2 disinformasi),
Anies Baswedan. Website atau Blog (8 disinformasi) dan
Sub kategori kebijakan lockdown YouTube (1 disinformasi).
berisi tentang ditemukannya COVID-19 di Facebook masih menjadi platform
suatu wilayah atau tempat tertentu sehingga dominan untuk aktivitas penyebaran
mengharuskan tempat tersebut ditutup disinformasi. Dalam kurun beberapa bulan
sementara atau bahkan lockdown. Tempat- terakhir, Facebook sudah berulang kali

Gambar 2. Media Sosial dimana disinformasi ditemukan


Sumber: diolah peneliti, 15 Mei 2020

242
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.6 (No. 2 ): 243 - 249 Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 2502-0935
e-ISSN: 2615-6423

melakukan berbagai inovasi untuk meredakan konsumsi berita membuat medium tersebut
sirkulasi disinformasi di situs mereka (BBC, berubah menjadi portal berita alternatif yang
2020). Mengingat jumlahnya masih cukup membentuk pikiran pengguna dan memberikan
banyak. Artinya perlu ada evaluasi dari penggunanya berita yang tidak mungkin
perusahaan media terkait usaha mereka untuk mereka dapatkan di kanal media mainstream
melandaikan kurva disinformasi. Selain (Bafadhal, 2017).
kendala bahasa yang tidak terdeteksi oleh
algoritma Facebook, disinformasi juga Pihak yang Mengklarifikasi Disinformasi
melakukan evolusi agar tidak bisa terdeteksi Pihak yang mengklarifikasi
secara khusus, sehingga butuh pengembangan disinformasi juga dapat diidentifikasi dari
algoritma baru dalam menghadapi portal Hoax Buster, sehingga kami dapat
disinformasi. mengkategorisasikan siapa saja aktor-aktor
WhatsApp juga mulai melimitasi yang terlibat. Secara umum terdapat tiga pihak
jumlah pesan yang bisa diteruskan secara yang berusaha mengklarifikas disinformasi
massal. Namun melihat data di atas, usaha yaitu media daring, komunitas, pemerintah,
tersebut belum bisa menahan laju penyebaran dan organisasi terkait. Kami menemukan
disinfomasi. Penyebaran disinformasi ini tentu bahwa kebanyakan disinformasi dikonfirmasi
menuntut perhatian semua kalangan, karena kekeliruannya oleh media daring. Media
sebagaimana kita ketahui, usaha-usaha yang daring saat ini memiliki portal khusus untuk
dilakukan oleh Facebook dan WhatsApp, mengklarifikasi disinformasi melalui fitur cek
belum bisa meredam penyebaran disinformasi. fakta seperti di Tempo, Liputan6, dan
Facebook dan WhatsApp menjadi Merdeka. Beberapa berita joaks juga
media yang dominan dalam penyebaran diklarifikasi oleh komunitas atau dalam hal ini
disinformasi karena memiliki pengguna yang adalah Forum Anti Fitnah, Hasut dan Hoax.
sangat besar. Selain itu Facebook sebagai Pemerintah, meskipun porsinya tidak banyak,
sebuah medium juga ditujukan untuk juga berusaha mengkonfirmasi disinformasi.
komunikasi antara sahabat dekat dan keluarga, Beberapa berita disinformatif juga ditemukan
sekaligus juga sumber berita politis. Irisan dikonformasi oleh dua aktor sekaligus yaitu
antar keduanya menjadikan Facebook dan media daring dan organisasi terkait (organisai
WhatsApp menjadi medium dominan untuk yang diserang disinformasi) dan media daring
menyebarkan disinformasi. Dalam perspektif dan pemerintah.
McLuhan, kebiasaan mengonsumsi medium Dalam melakukan sanggahan terhadap
ini pada akhirnya membentuk relasi khusus pesan disinformasi, tidak cukup hanya dengan
antar pengguna dan medium tersebut. Dalam menunjukkan fakta-fakta yang salah. Namun
kasus ini, irisan antara kedekatan pribadi dan sanggahan tersebut harus memiliki informasi

Gambar 3. Media Sosial dimana disinformasi ditemukan


Sumber: diolah peneliti, 15 Mei 2020
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.6 (No. 2 ): 244 - 249 Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 2502-0935
e-ISSN: 2615-6423

baru yang rinci sehingga dapat membantu disinformasi yaitu misleading content,
khalayak membangun narasi baru. Oleh karena manipulated content, false content dan
itu, kami melakukan analisis lebih mendalam fabricated content. Secara umum, berita
terhadap klaim-klaim yang diberikan oleh disinformasi dengan jenis misleading content
otoritas yang melakukan sanggahan terhadap banyak kami temukan. Ini berisi beberapa
disinformasi. Analisis mengacu pada informasi yang benar namun detailnya
rekomendasi dari Chan, Jones, Hall Jamieson, dirumuskan ulang dengan cara tertentu.
& Albarracín (2017), sebagai berikut: berita Beberapa berita dalam kategori ini
tentang misinformasi tidak boleh mengulang- menggabungkan informasi yang akurat dan
ulang atau merincikan pemikiran yang tidak akurat tentang berbagai hal. Jenis lain
mendukung disinformasi, mengundang adalah fabricated content atau berita yang
khalayak untuk berpikir tentang argument benar-benar salah. Ini ditemukan sejumlah 74
kontra, dan memberikan informasi baru. berita. Mengikuti dibelakangnya adalah
Kami menemukan bahwa pemerintah manipulated content dan false context dengan
sebagai otoritas masih cukup lemah karena jumlah 19 dan 17 secara berurutan.
berulang kali melakukan pengulangan Manipulated content berisi berita-berita yang
terhadap disinformasi yang sudah beredar. diubah kontennya untuk mengecoh pembaca
Ketika pesan sanggahan sifatnya lemah, maka sementara itu false context berisi berita benar
hal ini dapat berdampak pada melekatnya dengan narasi yang salah.
pesan utama dari disinformasi tersebut karena Tulisan ini bertujuan untuk memahami
mengaktifkan bias di dalam benak karakteristik disinformasi tentang COVID-19
pembacanya. Apabila pemerintah sebagai di Indonesia. Secara umum, sebagian besar
otoritas yang seharusnya bisa diandalkan berita disinformasi mengandung fabrikasi
dalam melakukan sanggahan tidak bisa langsung dengan mengedit gambar,
melakukannya dengan baik, hal ini tentu dapat memanipulasi konten berita, dan memberikan
memicu ketidakpercayaan publik terhadap narasi yang salah terhadap suatu gambar
disinformasi. bisa jadi masih menjadi mata ataupun berita sebagaimana ditemukan pada
rantai yang lemah dalam proses klarifikasi disinformasi lainnya (Ilahi, 2019; Utami,
disinformasi. Namun, jika pemerintah bisa 2019). Secara spesifik kami menyajikan
melakukan sanggahan yang baik, maka akan kategori, sumber, jenis dan siapa aktor yang
muncul nilai-nilai skeptisisme masyarakat mengklarifikasi disinformasi serta jenis
terhadap pesan-pesan yang ditengarai berisi disinformasi itu sendiri. Bagian ini berisi
disinformasi (Chan et al., 2017). diskusi untuk menjawab mengapa disinformasi
semacam itu dapat muncul dan bagaimana
Jenis Berita Disinformasi dampaknya bagi arus informasi mengenai
Sebagaimana ditampilkan dalam Covid di Indonesia.
Gambar 4, kami menemukan empat jenis Dari karakteristik yang tergambar,

Gambar 4. Jenis Berita Disinformasi


Sumber: diolah peneliti, 15 Mei 2020

244
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.6 (No. 2 ): 245 - 249 Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 2502-0935
e-ISSN: 2615-6423

kami menemukan bahwa disinformasi yang Studi jurnalisme pada abad kesembilan belas
beredar di era pandemi COVID-19 ini menemukan surat kabar yang umumnya
digunakan untuk menimbulkan bereksperimen dengan berita dan penulisan
ketidakpercayaan pada otoritas-otoritas yang fiksi demi keuntungan (Roggenkamp, 2005).
berurusan langsung dengan COVID-19 seperti Sejalan dengan temuan tersebut, penelitian ini
pemerintah dan ilmu pengetahuan. menemukan bahwa disinformasi tentang
Sebagaimana diungkapkan oleh (Brennen, COVID-19 di Indonesia adalah pendalaman
Simon, Howard, & Nielsen, 2020), komunikasi politik abad kesembilan belas
disinformasi tentang tindakan pemerintah dan (Blumler, 2016), yang ditandai dengan
penyebaran virus secara umum selalu kembalinya pesan partisan dan politik identitas
berlawanan dengan apa yang dianjurkan oleh (Blumler & Kavanagh 1999). Hal ini didukung
otoritas, mulai dari negara dengan dengan narasi disinformasi yang banyak
kebijakannya sampai dengan ilmu mengambil nilai ideal dari suatu komunitas
pengetahuan dengan berbagai riset yang sehingga tidak secara nyata menggambarkan
dilakukannya. suatu informasi, namun merupakan gambaran
Banyaknya disinformasi mengenai tentang bagaimana kuasa pemaknaan harus
tindakan yang diambil oleh otoritas sejalan dengan pandangan disinformasi
mengindikasikan bahwa pemerintah tidak tersebut (Bafadhal, 2017).
selalu berhasil memberikan informasi yang Penelitian ini membuktikan bahwa
jelas, berguna dan terpecaya untuk menjawab pesan di media sosial digunakan sebagai
keingintahuan publik yang mendesak. Dengan sumber berita yang kemudian didefinisikan
absennya informasi yang memadai, berita ulang. Selain itu, disinformasi ini dibagikan
disinformasi mengisi kekosongan ruang dan dibahas melalui jaringan online dalam
tersebut dalam pemahaman publik yang pada hitungan menit atau bahkan detik. Komunitas
akhirnya membuat publik enggan online yang berbagi dan membahas
mempercayai komunikasi resmi dari disinformasi biasanya sekelompok individu
pemerintah (Djalante et al., 2020; Gao & Yu, yang memiliki pendapat dan sudut pandang
2020) yang sama (Brummette, DiStaso, Vafeiadis, &
Selain pemerintah, disinformasi juga Messner, 2018). Pada akhirnya berita
menyasar di bidang kesehatan dan ilmu disinformasi dipromosikan di berbagai macam
pengetahuan secara umum. Beberapa peneliti platform media sosial untuk menipu publik
meyakini bahwa disinformasi terkait COVID- demi keuntungan ideologis tertentu.
19 memang ditujukkan agar masyarakat secara
keliru berperilaku misalnya dengan
mengkonsumsi obat-obatan herbal dan lain
sebagainya (Larson, 2020; Pulido Rodríguez et SIMPULAN
al., 2020; Radecki & Spiegel, 2020).
Wacana publik yang dipenuhi dengan Penelitian ini bertujuan untuk
disinformasi, sanggahan, serta merujuk pada menggambarkan karakteristik disinformasi di
komunikasi pemerintah yang ambigu akan era pandemi COVID-19. Kami menemukan
menimbulkan kebingungan bahkan dapat lima tema yang muncul yaitu politik,
menyebabkan sikap apatis serta membuat kesehatan, luar negeri, bisnis, dan kriminalitas.
publik waspada terhadap pemerintah dan Dilihat dari sumbernya, studi ini menemukan
urusan publiknya (Fensi, 2019; Landon- bahwa Facebook and WhatsApp adalah dua
Murray, Mujkic, & Nussbaum, 2019). Hal ini media sosial yang paling sering digunakan
bisa dimanfaatkan oleh politisi untuk mencari untuk mebagikan disinformasi. Sementara itu,
celah elektabilitas, menegaskan posisinya di absennya pemerintah dalam mengklarifikasi
politik, dan mengambil kebijakan yang tidak disinformasi adalah kesempatan baru bagi
diikuti dengan masukan dari publik. media daring untuk hadir membantu
Penyebaran berita disinformasi dan pemerintah menyanggah berita disinformasi.
kaitannya daengan politik bukan suatu Ketidakhadiran pemerintah dalam
fenomena baru. Berita apapun bisa saja menyediakan informasi cepat dan tepat
dimanipulasi untuk meningkatkan atau kemudian menjadi kesempatan untuk
menurunkan citra dari seorang tokoh politik. menyebarkan berita bohong. Ini, secara lebih
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.6 (No. 2 ): 246 - 249 Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 2502-0935
e-ISSN: 2615-6423

luas, dapat dimaknai sebagai upaya untuk apakah berita disinformasi tersebut mendorong
menjatuhkan otoritas yang berkaitan langsung masyarakat untuk memiliki imajinasi sendiri
dengan penanganan COVID-19 mulai dari mengenai virus ini dan lain sebagainya.
pemerintah sampai dengan tenaga medis. Pada
akhirnya disinformasi ini dimanfaatkan oleh
politisi sesuai dengan agendanya masing-
masing. DAFTAR PUSTAKA
Sementara bagi masyarakat dampak
dari penyebaran disinformasi ini adalah Bafadhal, O. M. (2017). Komunikasi Ritual
sesaknya wacana publik dengan informasi- Penggunaan Aplikasi WhatsApp: Studi
informasi yang membingungkan. Diseminasi Konsumsi Berita Lewat Group
pengetahuan saintifik yang berguna bagi WhatsApp. Jurnal Komunikasi
masyarakat menjadi terhambat. Masyarakat Indonesia, 6(1), 49–56.
dijejali dengan informasi mengenai berbagai http://doi.org/10.7454/jki.v6i1.8628
pengobatan alternatif yang belum teruji, Balmas, M. (2014). When Fake News
realita-realita di luar negeri yang palsu, dan Becomes Real: Combined Exposure to
anatomi virus yang tidak terbukti. Multiple News Sources and Political
Disinformasi ini juga pada akhirnya Attitudes of Inefficacy, Alienation, and
mendorong perilaku apatis pada masyarakat Cynicism. Communication Research,
karena menciptakan kebingungan dan 41(3), 430–454.
ketidakpercayaan terhadap otoritas pemerintah http://doi.org/10.1177/009365021245360
dan ilmu pengetahuan. 0
Secara akademis, studi ini BBC. (2020, April 16). Coronavirus: Facebook
berkontribusi sebagai studi dasar yang alters virus action after damning
memetakan disinformasi tentang COVID-19. misinformation report - BBC News.
Secara praktis, kami merekomendasikan Retrieved May 20, 2020, from
kehadiran pemerintah yang tegas dalam https://www.bbc.com/news/technology-
mengontrol disinformasi yang muncul di 52309094
berbagai macam media sosial. Pemerintah Bellström, P., Magnusson, M., Pettersson, &
perlu mengembangkan sistem inti mendeteksi Sören, J. (2016). Facebook usage in a
disinformasi dan juga ikut meng-counter local government: A content analysis of
disinformasi dengan informasi yang valid. page owner posts and user posts.
Selain itu, upaya preventif juga dapat Transforming Government: People,
dilakukan dengan membangun sebuah Process and Policy, 10(4), 548–567.
platform tentang karakteristik COVID-19 itu http://doi.org/doi:10.1108/TG-08-2013-
sendiri agar masyarakat tahu di mana mereka 0026
harus mencari berita tentang virus ini. Blumler, J. G. (2016). The Fourth Age of
Studi ini memiliki beberapa Political Communication. Politiques de
kelemahan. Sebagai studi pendahuluan kami Communication, 1(19), 30.
hanya menganalisis 174 disinformasi yang http://doi.org/https://doi.org/10.3929/ethz
berasal dari situs hoax buster milik -b-000238666
pemerintah. Studi selanjutnya, seiring dengan BLUMLER, J. G., & KAVANAGH, D.
berkembangnya, berbagai komunitas daring (1999). The Third Age of Political
fact checking dapat mengkombinasikan data- Communication: Influences and Features.
data dari berbagai macam komunitas tersebut Political Communication, 16(3), 209–
untuk memeproleh hasil yang lebih 230.
komprehensif. Sebagai studi pendahuluan, http://doi.org/10.1080/105846099198596
kami tidak melihat popularitas dan viralitas Brennen, A. J. S., Simon, F. M., Howard, P.
meskipun satu berita disinformasi mungkin N., & Nielsen, R. K. (2020). Types ,
lebih popular dan viral dari berita lain. Studi Sources , and Claims of COVID-19
selanjutnya dapat melakukan hal tersebut. Misinformation. Oxford University
Terakhir, studi selanjutnya juga dapat menilai Press, (April), 1–13.
dampak disinformasi terhadap perubahan Brummette, J., DiStaso, M., Vafeiadis, M., &
perilaku masyarakat terutama untuk menjawab Messner, M. (2018). Read All About It:

246
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.6 (No. 2 ): 247 - 249 Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 2502-0935
e-ISSN: 2615-6423

The Politicization of “Fake News” on Product and Brand Management, 29(2),


Twitter. Journalism and Mass 168–179. http://doi.org/10.1108/JPBM-
Communication Quarterly, 95(2), 497– 12-2018-2180
517. Djalante, R., Lassa, J., Setiamarga, D.,
http://doi.org/10.1177/107769901876990 Sudjatma, A., Indrawan, M., Haryanto,
6 B., … Warsilah, H. (2020). Review and
Carmo-Fonseca, M., Mendes-Soares, L., & analysis of current responses to COVID-
Campos, I. (2002). Patients’ use of the 19 in Indonesia: Period of January to
Internet for medical information. Journal March 2020. Progress in Disaster
of General Internal Medicine, 17(3), Science, 6, 100091.
180–185. http://doi.org/10.1046/j.1525- http://doi.org/10.1016/j.pdisas.2020.1000
1497.2002.10603.x 91
Carvin, A. (2020). Webinar 20: Covering an Fensi, F. (2018). FENOMENA HOAX:
Infodemic: Disinformation Surrounding Tantangan terhadap Idealisme Media &
COVID-19. International Center for Etika Bermedia. Bricolage : Jurnal
Journalists (ICFJ). Retrieved from Magister Ilmu Komunikasi, 4(02), 133.
https://www.youtube.com/watch?v=pTH http://doi.org/10.30813/bricolage.v4i02.1
HkmcsAkM 657
Chan, M. S., Jones, C. R., Hall Jamieson, K., Fensi, F. (2019). Paradoxic Language
& Albarracín, D. (2017). Debunking: A “Cebong-Kampret” in Facebook As a
Meta-Analysis of the Psychological Mirror of the Political Language of
Efficacy of Messages Countering Indonesia. Bricolage : Jurnal Magister
Misinformation. Psychological Science, Ilmu Komunikasi, 5(02), 103.
28(11), 1531–1546. http://doi.org/10.30813/bricolage.v5i02.1
http://doi.org/10.1177/095679761771457 887
9 Fetzer, J. H. (2004). Disinformation: The Use
Corner, J. (2017). Fake news, post-truth and of False Information. Minds and
media–political change. Media, Culture Machines, 14(2), 231–240.
& Society, 39(7), 1100–1107. http://doi.org/10.1023/B:MIND.0000021
http://doi.org/10.1177/016344371772674 683.28604.5b
3 Gao, X., & Yu, J. (2020). Public governance
Craan, F., & Oleske, D. M. (2002, December). mechanism in the prevention and control
Medical information and the internet: Do of the COVID-19: information, decision-
you know what you are getting? Journal making and execution. Journal of
of Medical Systems. Springer. Chinese Governance, 1–20.
http://doi.org/10.1023/A:1020240625200 http://doi.org/10.1080/23812346.2020.17
Cuan-Baltazar, J. Y., Muñoz-Perez, M. J., 44922
Robledo-Vega, C., Pérez-Zepeda, M. F., Grace, R. (2020, March 20). COVID-19
& Soto-Vega, E. (2020). Misinformation prompts the spread of disinformation
of COVID-19 on the Internet: across MENA | Middle East Institute.
Infodemiology Study. JMIR Public Retrieved May 17, 2020, from
Health and Surveillance, 6(2), e18444. https://www.mei.edu/publications/COVI
http://doi.org/10.2196/18444 D-19-prompts-spread-disinformation-
Davis, D. L. (1984). Medical misinformation: across-mena
Communication between outport Hua, J., & Shaw, R. (2020). Corona virus
Newfoundland women and their (COVID-19) “infodemic” and emerging
physicians. Social Science and Medicine, issues through a data lens: The case of
18(3), 273–278. china. International Journal of
http://doi.org/10.1016/0277- Environmental Research and Public
9536(84)90090-X Health, 17(7).
de Regt, A., Montecchi, M., & Lord Ferguson, http://doi.org/10.3390/IJERPH17072309
S. (2019). A false image of health: how Ilahi, H. N. (2019). Women and Hoax News
fake news and pseudo-facts spread in the Processing on WhatsApp. Jurnal Ilmu
health and beauty industry. Journal of Sosial Dan Ilmu Politik, 22(2), 98–111.
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.6 (No. 2 ): 248 - 249 Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 2502-0935
e-ISSN: 2615-6423

http://doi.org/10.22146/JSP.31865 than on Twitter. How to overcome false


Krippendorff, K. (2013). Content analysis : an information? International and
introduction to its methodology. SAGE. Multidisciplinary Journal of Social
Retrieved from Sciences, 9(2), 1.
https://books.google.co.id/books/about/C http://doi.org/10.17583/rimcis.2020.5386
ontent_Analysis.html?id=s_yqFXnGgjQ Radecki, R. P., & Spiegel, R. S. (2020).
C&redir_esc=y Avoiding Disinformation Traps in
Landon-Murray, M., Mujkic, E., & Nussbaum, COVID-19. Annals of Emergency
B. (2019). Disinformation in Medicine.
Contemporary U.S. Foreign Policy: http://doi.org/10.1016/j.annemergmed.20
Impacts and Ethics in an Era of Fake 20.05.002
News, Social Media, and Artificial Ridout, B., & Campbell, A. (2018). The use of
Intelligence. Public Integrity, 21(5), 512– social networking sites in mental health
522. interventions for young people:
http://doi.org/10.1080/10999922.2019.16 Systematic review. Journal of Medical
13832 Internet Research, 20(12), 1–11.
Larson, H. J. (2020). Blocking information on http://doi.org/10.2196/12244
COVID-19 can fuel the spread of Roggenkamp, K. H. (2005). Narrating the
misinformation. Nature, 580(7803), 306– News: New Journalism and Literary
306. http://doi.org/10.1038/d41586-020- Genre in Late Nineteenth ... - Karen
00920-w Hartmann Roggenkamp - Google Books.
Lee Ventola, C. (2014). Social media and OH: Kent State University Press.
health care professionals: Benefits, risks, Shereen, M. A., Khan, S., Kazmi, A., Bashir,
and best practices. P and T, 39(7), 491. N., & Siddique, R. (2020, July 1).
Molina, M. D., Sundar, S. S., Le, T., & Lee, D. COVID-19 infection: Origin,
(2019). “Fake News” Is Not Simply transmission, and characteristics of
False Information: A Concept human coronaviruses. Journal of
Explication and Taxonomy of Online Advanced Research. Elsevier B.V.
Content. American Behavioral Scientist, http://doi.org/10.1016/j.jare.2020.03.005
000276421987822. Tan, S. S. L., & Goonawardene, N. (2017,
http://doi.org/10.1177/000276421987822 January 1). Internet health information
4 seeking and the patient-physician
Naskar, S. (2019). Viral or Virus?: A Content relationship: A systematic review.
Analysis of Fake News Themes in the Journal of Medical Internet Research.
World’s Largest Democracy from Jan Journal of Medical Internet Research.
2017-May 2019. University of Nevada. http://doi.org/10.2196/jmir.5729
Orso, D., Federici, N., Copetti, R., Vetrugno, Tandoc, E. C., Lim, Z. W., & Ling, R. (2018,
L., & Bove, T. (2020). Infodemic and the February 7). Defining “Fake News”: A
spread of fake news in the COVID-19- typology of scholarly definitions. Digital
era. European Journal of Emergency Journalism. Routledge.
Medicine, 1. http://doi.org/10.1080/21670811.2017.13
http://doi.org/10.1097/mej.00000000000 60143
00713 Tasnim, S., Hossain, M. M., & Mazumder, H.
Pennycook, G., McPhetres, J., Zhang, Y., & (2020). Impact of rumors or
Rand, D. (2020). Fighting COVID-19 misinformation on coronavirus disease
misinformation on social media: (COVID-19) in social media. Journal of
Experimental evidence for a scalable Preventive Medicine and Public Health.
accuracy nudge intervention. PsyArXiv http://doi.org/10.3961/jpmph.20.094
[Working Paper], 1–24. Utami, P. (2019). Hoax in Modern Politics.
http://doi.org/10.31234/OSF.IO/UHBK9 Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,
Pulido Rodríguez, C., Villarejo Carballido, B., 22(2), 85.
Redondo-Sama, G., Guo, M., Ramis, M., http://doi.org/10.22146/jsp.34614
& Flecha, R. (2020). False news around Vlăduţescu, Ş., & Tenescu, A. (2014). Current
COVID-19 circulated less on Sina Weibo Communication Difficulties.

248
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.6 (No. 2 ): 249 - 249 Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 2502-0935
e-ISSN: 2615-6423

Wang, Y., McKee, M., Torbica, A., &


Stuckler, D. (2019). Systematic
Literature Review on the Spread of
Health-related Misinformation on Social
Media. Social Science and Medicine,
240(September), 112552.
http://doi.org/10.1016/j.socscimed.2019.
112552
Waszak, P. M., Kasprzycka-Waszak, W., &
Kubanek, A. (2018). The spread of
medical fake news in social media – The
pilot quantitative study. Health Policy
and Technology, 7(2), 115–118.
http://doi.org/10.1016/j.hlpt.2018.03.002

You might also like