You are on page 1of 16

PENGGUNAAN APLIKASI TIKTOK PADA GENERASI Z DI MASA PANDEMI

COVID-19
(Studi Korelasi Antara Motif, Intensitas Penggunaan dan Kepuasan Menggunakan
Aplikasi TikTok pada Siswa-siswi Generasi Z MAN 2 Surakarta di Masa Pandemi
Covid-19)

Umi Safitri
Albert Muhammad Isrun Naini
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret

Abstract

During the Covid-19 pandemic, Generation Z is trying to find means to interact,


socialize and express online disclosure without being limited by space and time, one of which
is using a social media-based application, namely TikTok. This study aims to determine the
relationship between Motives, Intensity of Use and Satisfaction Using the TikTok Application
on Generation Z Students at MAN 2 Surakarta in the Covid-19 Pandemic Period. The theory
used is Uses and Gratification. This research uses quantitative method with correlational type.
The subjects in this study were Generation Z students of MAN 2 Surakarta as many as 100
students who were selected using simple random sampling technique. Data were obtained from
a scale to measure Motives, Intensity of Use and Satisfaction with Using the TikTok
Application. The calculation is done by performing an analysis test (assumption test) which
consists of a distribution normality test, a relationship linearity test and Multikolinierity test.
Analysis of the data used is using Pearson Product Moment correlation and multiple
correlation test with the help of SPSS 25. The results of data analysis show that: (1) there is a
positive and significant relationship between the motives for using TikTok and the intensity of
TikTok use in Generation Z students at MAN 2 Surakarta with a correlation coefficient of 0.793
with a significance level of 0.000 (p < 0.05). (2) there is a positive and significant relationship
between the motives for using TikTok and the satisfaction of using TikTok in generation Z
students at MAN 2 Surakarta with a correlation coefficient of 0.855 with a significance level
of 0.000 (p < 0.05). (3) there is a positive and significant relationship between TikTok Usage
Motives (Z) and TikTok Use Intensity (X) with TikTok Usage Satisfaction (Y) in Generation Z
students at MAN 2 Surakarta with F count 144,624 > F table 3.09 with a significance value of
0.000 (p < 0.05). The results of this study indicate that the contribution given by the motive
and intensity variables is 74.9%, the remaining 25.1% is influenced by other factors not
examined. Based on the results of this study, it can be concluded that the research hypothesis
is accepted, namely there is a positive and significant relationship between the motive variable
(Z) and intensity (X), the motive variable (Z) and satisfaction (Y), and the motive variable (Z)
and intensity ( X) with satisfaction with using TikTok (Y).

Keywords: Uses and Gratification, TikTok, Covid-19 Pandemic


PENDAHULUAN
Wabah Pandemi Covid-19 tidak hanya dirasakan pada sektor kesehatan,
namun merambah ke seluruh sendi kehidupan. Covid-19 merupakan jenis
virus baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan belum pernah diidentifikasi
menyerang manusia sebelumnya (World Health Organization, 2019). Covid-
19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan
akut Coronavirus 2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 atau
SARS-CoV-2) (Setiawan, 2020).
Pada akhir tahun 2019 hingga awal tahun 2020, virus tersebut hanya
menjadi berita mancanegara namun tidak disangka virus mematikan tersebut
akhirnya masuk ke tanah air dan mengakibatkan banyaknya kasus kematian
yang disebabkan oleh virus tersebut. Penularan virus corona yang sangat
cepat membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan virus
corona sebagai pandemi pada 11 Maret 2020 (Mona, 2020).

Status pandemi ini menandakan bahwa penyebaran Covid-19 berlangsung


sangat cepat. Tak terkecuali di Indonesia yang semakin hari juga semakin
bertambah jumlah kasus positif Covid, sehingga Pemerintah Republik
Indonesia secara tanggap mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 2
Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka
Percepatan Penanganan Covid-19 dan Keputusan Presiden Republik
Indonesia No. 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Corona Virus Disease 2020 (Covid-19). Beberapa langkah cepat
juga dilakukan oleh pemerintah agar virus corona ini tidak menular semakin
luas, seperti menerapkan Work From Home (WFH), Social Distancing, dan
lain-lain (Tursina, 2020).

Munculnya pandemi Covid-19 ini membuat adanya peraturan social


distancing yang berdampak pada terhambatnya aktivitas serta interaksi
masyarakat. Kegiatan luar rumah yang biasa dilakukan harus ditunda dulu
hingga pandemi ini selesai. Masyarakat diharuskan untuk melakukan
pembatasan sosial dan melakukan segala aktivitas didalam rumah. Aktivitas
diluar rumah benar-benar dibatasi. Bahkan, sistem belajar mengajar maupun
pekerjaan berubah menjadi serba online. Kondisi yang datang secara tiba-tiba
ini membuat masyarakat tidak siap menghadapinya baik secara fisik ataupun
psikis. Tak terkecuali untuk para remaja yang dapat dikatakan usia yang
masih labil dalam menghadapi kondisi-kondisi yang tidak terduga (Tjukup,
Putra, Yustiawan, & Usfunan, 2020).
Akibat dari adanya pembatasan sosial tersebut membuat pemakaian media
sosial meningkat. Pengguna media sosial pada tahun 2020 bertambah sebesar
13 % dari tahun sebelumnya. Perbandingan pengguna aktif media sosial di
tahun 2020 dan tahun 2021 bertambah sebanyak 490 juta orang.
Berdasarkan data We are Social and Hootsuite pada tahun 2020 total
pengguna aktif media sosial di seluruh dunia mencapai 4,20 miliar. Perubahan
pengguna sosial media secara global mencapai 13% atau mengalami
pertambahan sebanyak 490 juta per tahun. Selanjutnya, data dari Asosiasi
Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII), internet traffic di
Indonesia meningkat 15-20% di masa pandemi. Lebih lagi data dari
wearesocial.com membuktikan bahwa 47% masyarakat mengakses media
sosial lebih lama dibandingkan dengan sebelum masa pandemi.
Hal ini menunjukkan bahwa pembatasan interaksi ataupun aktivitas
dirumah membuat masyarakat meningkatkan penggunaan media sosialnya.
Tak terkecuali para remaja, dengan diterapkannya social distancing,
membuat mereka tidak bisa mengeksplorasi diri di luar, bosan di rumah, dan
kemudian mencari media untuk menghilangkan rasa bosan tersebut.
Pemerintah memberikan kebijakan terhadap masyarakat agar diam
dirumah menjadi cara yang efektif untuk memutus rantai penyebaran Covid-
19. Dengan demikian, untuk mengetahui dunia luar masyarakat mencari jalan
keluar dengan menggunakan internet untuk mendapatkan informasi, belajar,
bekerja hingga mencari hiburan dengan memanfaatkan media yang sudah ada
dan mudah untuk didapatkan. Media sosial memiliki peran penting dalam
kehidupan masyarakat. Dimulai dari peristiwa keseharian, hingga hal-hal
yang memiliki dampak besar bagi perubahan gaya hidup masyarakat. Semua
hal tersebut dapat diakses dengan mudah melalui media sosial.
Media sosial merupakan ruang yang dapat digunakan untuk berinteraksi
dan bersosialisasi secara daring tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Media
sosial dapat diakses kapan saja, di mana saja dan dapat memberikan
keleluasaan kepada penggunanya. Salah satu media yang memberikan
keleluasaan tersebut yaitu TikTok.
Pengguna aktif TikTok diseluruh dunia berdasarkan Hootsuite yaitu
mencapai 689 juta per bulan dan tercatat pengguna TikTok baru pada
Desember 2020 mencapai 56 juta orang. Menurut (Mackenzie & Nichols,
2020), TikTok merupakan salah satu media sosial yang memungkinkan
penggunanya untuk menciptakan konten variatif seperti konten komedi,
edukasi, tantangan (challenge), serta tarian (dance) dengan memanfaatkan
fitur berupa penyuntingan dan pembuatan video. Aplikasi buatan ByteDance,
perusahaan internet di Beijing ini selalu digemari oleh para pengguna yang
berasal dari kalangan anak muda karena fiturnya yang mudah digunakan
untuk membuat video dan musik kreatif (Hui, 2017). Akhirnya TikTok
menjadi aplikasi yang banyak dicari dan diunduh orang-orang tak terkecuali
dengan Generasi Z, TikTok digunakan sebagai sarana menghibur diri saat
pandemi dan social distancing dirumah. Terlihat dari meningkatnya
pengunduhan aplikasi TikTok ini selama masa pandemi. Selain itu, TikTok
juga mendapatkan posisi pertama dalam ranking of Mobile Apps
(wearesocial.com).
Pengunduhan aplikasi TikTok pada tahun 2019 yaitu sebelum adanya
pandemi berada di posisi 7 hingga pada tahun 2021 mengalami kenaikan yang
cukup tinggi yaitu berada di posisi 1 berdasarkan banyaknya aplikasi tersebut
di unduh oleh pengguna.

TikTok merupakan aplikasi pembuat video yang sedang populer saat ini
dengan durasi video 15 hingga 60 detik. Penggunaan TikTok di Indonesia pun
mengalami peningkatan sebayak 13% dari tahun sebelumnya.
Mengutip laman Forbes, lebih dari 60 persen pengguna TikTok terdiri dari
Generasi Z, mengacu pada pengguna yang lahir setelah tahun 1996. Generasi
Z adalah salah satu generasi yang paling beragam, dengan tingkat pendidikan
tinggi, terampil di dunia digital, dan cenderung lebih ekspresif (Muliadi,
2020)

Penggunaan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, hingga


TikTok dipenuhi oleh berbagai generasi. Jika Facebook lebih sering
digunakan oleh Generasi X, maka TikTok lah yang didominasi oleh Generasi
Z. TikTok disukai oleh Generasi Z karena karakteristik TikTok yang belum
pernah dimiliki oleh media sosial lainnya, seolah-olah dengan penggunaan
TikTok, Gen Z mampu mengungkapkan identitas atau jati dirinya masing-
masing (Firamadhina & Krisnani, 2020).

Selain itu, aplikasi TikTok banyak digemari oleh Generasi Z karena


banyak fitur yang menarik didalamnya. TikTok memungkinkan penggunanya
dapat membuat video lypsinc dengan menggerakan anggota tubuh,
menunjukkan ekspresi, dan membagikannya kepada sesama pengguna. Selain
itu, mereka juga dapat saling berinteraksi dengan memberikan like maupun
comment pada postingan video yang mereka sukai. Pengguna juga memiliki
kesempatan untuk mengikuti orang-orang yang mereka minati di dalam
aplikasi TikTok. Pengguna TikTok juga dapat saling membagikan postingan
mereka melalui fitur tagar atau yang biasa disebut dengan hashtag (#). Secara
umum, hashtag dalam TikTok berfungsi untuk mempermudah
pengelompokkan konten, pencarian konten dan memperluas postingan.
Setiap pengguna TikTok memiliki alasan maupun motif tersendiri dalam
memilih dan menggunakan aplikasi TikTok. Dalam (Rachmawati & Ali,
2018) penggunaan aplikasi TikTok didasarkan oleh beberapa motif
diantaranya motif hiburan, pengisi waktu luang, alat mengekspresikan diri
dan promosi. Dalam teori uses and gratification, menganggap khalayak aktif
menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Disini terlihat bahwa
dimasa pandemi, khalayak yaitu Generasi Z sendiri yang memilih
menggunakan TikTok sebagai media untuk memenuhi kebutuhannya.
Mengingat TikTok diminati oleh pengguna internet Indonesia khususnya
Generasi Z dan telah menjadi tren di masyarakat, menjadi suatu hal yang
menarik untuk dikaji mengenai kepuasan apa yang didapatkan oleh pengguna,
sehingga penelitian ini akan mengkaji mengenai faktor psikologis sosial yaitu
motif penggunaan TikTok.
Uraian dari penjabaran latar belakang diatas membuat peneliti memilih
topik media sosial yaitu TikTok dengan fokus studi korelasi antara motivasi
dan intensitas penggunaan TikTok dengan Kepuasan yang didapatkan
pengguna Tiktok Generasi Z di masa pandemi Covid-19. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan intensitas penggunaan
TikTok dengan kepuasan penggunaan TikTok oleh Generasi Z. Selain itu,
peneliti juga mengidentifikasi motif apa saja yang melatarbelakangi
pengguna dalam menggunakan aplikasi TikTok dan seberapa besar hubungan
antara motif penggunaan TikTok dengan intensitas penggunaan TikTok.

RUMUSAN MASALAH
1. Adakah hubungan yang signifikan antara motivasi Siswa-siswi Generasi
Z MAN 2 Surakarta dengan intensitas penggunaan aplikasi TikTok di
masa pandemi Covid-19?
2. Adakah hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan dengan
kepuasan yang diperoleh Siswa-siswi Generasi Z MAN 2 Surakarta
dalam menggunakan aplikasi TikTok di masa pandemi Covid-19?
3. Adakah hubungan yang signifikan antara motivasi, intensitas
penggunaan, dan kepuasan yang diperoleh Siswa-siswi Generasi Z MAN
2 Surakarta setelah menggunakan aplikasi TikTok di masa pandemi
Covid-19?
TINJAUAN PUSTAKA
1. Teori Uses and Gratification
Teori Uses and Gratification merupakan teori yang diperkenalkan
oleh Elihu Katz, Jay G. Blumler dan Michael Gurevitch tahun 1974 pada
bukunya The Uses of Mass Communications: Current Perspective on
Gratification Research. Teori ini menyatakan bahwa pengguna media
memainkan peran aktif dalam memilih dan menggunakan suatu media
tertentu. Dengan demikian, pengguna adalah pihak yang berperan aktif
dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari
sumber media yang paling baik didalam usaha untuk memenuhi
kebutuhannya. Artinya, teori ini mengasumsikan bahwa pengguna
memiliki pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.
Teori Uses and Gratification mengeksplorasi bagaimana dan
berdasarkan motif apa para penerima menggunakan media serta kepuasan
apa yang diperoleh dari media tersebut. Teori ini menekankan motivasi
yang positif dan aktif menggunakan konten media yang dapat memuaskan
masing-masing penerima kebutuhan (Ivan, Maja, & Zrinka, 2014).
2. Media Baru (New Media)
Era media baru ditandai dengan apa yang disebut konvergensi media.
Secara struktural konvergensi media berarti integrasi dari tiga aspek, yaitu
telekomunikasi, data komunikasi, dan komunikasi massa dalam satu
medium. Dimana, khalayak memiliki otoritas dalam membangun teks
serta memanfaatkan medium tersebut (Nasrullah, 2014).
Teori media baru merupakan teori yang dikembangkan oleh Pierre
Levy, yang mengemukakan bahwa media baru merupakan teori yang
membahas mengenai perkembangan media. New media itu sendiri
berbentuk teknologi komunikasi elektronik atau digital. New media juga
disebut sebagai sebuah istilah yang mencakup kemuncuan digital,
komputer atau jaringan teknologi informasi dan komunikasi.
Media baru merupakan alat yang menawarkan gabungan antara media
audio, audio-visual, dan teks sekaligus. Media baru muncul akibat desakan
semakin maju dan semakin canggihnya teknologi internet. Media baru
memiliki karakteristik dapat dimanipulasi, bersifat jaringan dan interaktif.
Beberapa contoh media baru antara lain internet, situs web, dan komputer
multimedia. Media baru sekarang mulai berkembang dan tumbuh karena
semakin banyak orang yang menggunakannya. Media baru
memungkinkan seluruh orang di dunia dapat terhubung satu sama lain
dengan bantuan jaringan internet.
Menurut (McQuail, 2011) dalam bukunya Teori Komunikasi Massa,
ciri utama media baru yaitu adanya saling keterhubungan, aksesnya
terhadap khalayak atau individu sebagai penerima maupun pengirim
pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang
terbuka dan sifatnya ada dimana-mana.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan riset kuantitatif dengan jenis studi korelasi.
Penelitian ini mempunyai maksud untuk mengungkapkan bentuk hubungan
timbal balik antar variabel yang diselidiki. Dengan melakukan penelitian ini,
peneliti dapat mengetahui seberapa besar kontribusi variabel-variabel bebas
terhadap variabel terikatnya serta besarnya arah hubungan yang terjadi. Tipe
penelitian ini yaitu Explanatory Research yaitu penelitian yang menyoroti
hubungan antara variabel-variabel penelitian dan mengkaji hipotesis yang
telah dirumuskan sebelumnya.
Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi kelas XI MAN 2 Surakarta
usia 16-19 tahun sebagai Genersi Z yang memiliki akun dan menjadi
pengguna aktif Tiktok. Berdasarkan hasil pra-survey yang dilakukan oleh
peneliti, diketahui bahwa sebanyak 133 siswa generasi Z kelas XI MAN 2
Surakarta memiliki akun dan menjadi pengguna aktif TikTok di masa
pandemi Covid-19.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random
sampling. Jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus Slovin. Rumus ini
digunakan untuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang diketahui
jumlahnya (Sugiyono, 2019). Melalui penggunaan rumus tersebut, maka
dapat ditentukan jumlah sampel dari populasi siswa kelas XI di MAN 2
Surakarta dengan taraf kesalahan 5% yaitu berjumlah 100 orang.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
kuesioner. Dimana kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan yang akan
digunakan untuk mengukur suatu gejala yang langsung diisi oleh responden.
Jawaban-jawaban terhadap pertanyaan dikategorikan menurut kategori-
kategori tertentu secara sistematis sehingga memungkinkan perbandingan
secara kuantitif (Slamet, 2008).
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik dengan
bantuan software SPSS versi 25. Untuk menentukan terbukti atau tidaknya
hipotesis penelitian maka akan digunakan teknik korelasi Product Moment
Pearson dan korelasi berganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pengujian hipotesis ini
menggunakan taraf signifikansi 5%. Nilai yang diperoleh dari perhitungan
statistik dikonsultasikan dengan nilai dalam tabel. Apabila nilai 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih
besar dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih besar dari 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka koefisien
dikatakan signifikan dan begitu pula sebaliknya. Hipotesis pertama dan kedua
diuji menggunakan analisis Korelasi Product Moment sedangkan hipotesis
ketiga diuji menggunakan Korelasi Berganda.

1. Uji Hipotesis pertama


Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan
yang signifikan antara motif penggunaan TikTok (Z) dengan intensitas
penggunaan aplikasi TikTok (X) di masa pandemi Covid-19 Siswa-siswi
Generasi Z MAN 2 Surakarta. Hasil analisis menggunakan Korelasi
Product Moment menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,793.
Koefisien korelasi sebesar 0,793 dikonsultasikan pada 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan
N=100 dan taraf signifikansi 5%. Nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yang diperoleh yaitu 0, 195
sehingga didapatkan hasil bahwa 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih besar dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Hal ini
mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motif
Siswa-siswi Generasi Z MAN 2 Surakarta dengan intensitas penggunaan
aplikasi TikTok di masa pandemi Covid-19.
Setelah nilai koefisien korelasi diketahui, maka selanjutnya untuk
memberikan interpretasi pada koefisien korelasi menurut (Sugiyono,
2016, p. 184) adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1
Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0.00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2016:184)

Hasil tersebut menujukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar


0,793 memiliki hubungan yang kuat antara motif penggunaan TikTok
dengan intensitas penggunaan TikTok. Artinya motif penggunaan
TikTok oleh Siswa-siswi MAN 2 Surakarta mempengaruhi intensitas
penggunaan TikTok.

2. Uji Hipotesis kedua

Hipotesis kedua dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang


signifikan antara motif penggunaan TikTok (Z) dengan kepuasan
penggunaan TikTok (Y) yang diperoleh Siswa-siswi Generasi Z MAN 2
Surakarta di masa pandemi Covid-19. Hasil analisis menggunakan
Korelasi Product Moment menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,855.
Koefisien korelasi sebesar 0,855 dikonsultasikan pada 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan
N=100 dan taraf signifikansi 5%. Nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yang diperoleh yaitu 0, 195
sehingga didapatkan hasil bahwa 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih besar dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Hal ini
berarti terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan
dengan kepuasan yang diperoleh Siswa-siswi Generasi Z MAN 2
Surakarta dalam menggunakan aplikasi TikTok di masa pandemi Covid-
19.

Setelah nilai koefisien korelasi diketahui, maka selanjutnya untuk


memberikan interpretasi pada koefisien korelasi (Sugiyono, 2016, p.
184) adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2
Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0.00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2016:184)

Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien


korelasi sebesar 0,855 memiliki hubungan yang sangat kuat antara motif
penggunaan TikTok dengan kepuasan penggunaan TikTok. Artinya
motif penggunaan TikTok oleh siswa-siswi MAN 2 Surakarta sangat
mempengaruhi kepuasan yang diperoleh dari penggunaan TikTok.
Tabel 1.3

Ringkasan Hasil Analisis Korelasi Product Moment

Variabel 𝒓𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒓𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keterangan

Z–X 0,793 0,195 Signifikan

Z–Y 0,855 0,195 Signifikan

3. Uji Hipotesis ketiga


Hipotesis ketiga dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang
signifikan antara motif penggunaan (Z), intensitas penggunaan (X), dan
kepuasan (Y) yang diperoleh Siswa-siswi Generasi Z MAN 2 Surakarta
setelah menggunakan aplikasi TikTok di masa pandemi Covid-19.
Pengujian hipotesis ini menggunakan analisis regresi berganda.

Tabel 1.4

Hasil analisis Regresi Berganda

Model Koefisien
Motif Penggunaan TikTok (Z) 0,694
Intensitas Penggunaan TikTok (X) 0,097
Konstanta 4.596
R 0,865
r2 0,749

Persamaan garis regresi berdasarkan hasil diatas adalah sebagai berikut.

Y= 0,694Z + 0,097X + 4.596


Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien Z sebesar
0,694. Artinya, apabila nilai motif penggunaan TikTok meningkat satu
poin maka nilai kepuasan pengguna TikTok (Y) akan meningkat
sebesar 0,694 poin dengan asumsi X tetap.

Koefisien X sebesar 0,097 artinya apabila intensitas penggunaan


TikTok meningkat satu poin maka pertambahan nilai hasil kepuasan
pengguna TikTok (Y) sebesar 0,097 poin, dengan asumsi Z tetap.

Berdasar tabel diatas, diperoleh besarnya hubungan antara variabel


Motif Penggunaan TikTok dan Intensitas Penggunaan TikTok secara
signifikan terhadap Kepuasan Penggunaan TikTok adalah sebesar
0,865. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terjadi pengaruh yang kuat.

Hasil analisis regresi diatas menunjukkan nilai koefisien determinasi


(r2) sebesar 0,749. Jadi, kontribusi secara signifikan variabel Z dan X
terhadap Y = r2 x 100% = (0,865)2 x 100% = 74,9%. Nilai tersebut
berarti bahwa 74,9% perubahan pada variabel kepuasan pengguna
TikTok dapat ditentukan oleh motif penggunaan TikTok dan Intensitas
penggunaan TikTok sedangkan 25,1% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Uji signifikansi hipotesis ketiga menunjukkan nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar


144.624. Nilai tersebut lebih besar dari nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf
signifikansi 5% sebesar 3,09. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara motif, intensitas penggunaan, dan
kepuasan yang diperoleh Siswa-siswi Generasi Z MAN 2 Surakarta
setelah menggunakan aplikasi TikTok di masa pandemi Covid-19.

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa motif dan


intensitas penggunaan TikTok berpengaruh terhadap kepuasan
penggunaan TikTok. Hal ini sejalan dengan teori Uses and
Gratification yang memiliki asumsi bahwa khalayak dianggap aktif dan
menjadi bagian penting dari penggunaan media yang diasumsikan
memiliki tujuan. TikTok dipilih oleh siswa-siswi Generasi Z MAN 2
Surakarta karena TikTok mampu memenuhi motif kognitif, diversi dan
identitas personal di masa pandemi Covid-19 dan memberikan
kepuasan yang baik. Motif dan intensitas penggunaan media
mempengaruhi kepuasan penggunaan TikTok. Hal ini dapat dilihat
implementasinya bahwa dengan kuatnya motif atau dorongan dan
semakin sering pengguna mengakses TikTok maka semakin besar pula
kepuasan yang pengguna dapatkan dari TikTok.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut.
1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Motif
Penggunaan TikTok dengan Intensitas Penggunaan TikTok siswa-
siswi kelas XI MAN 2 Surakarta. Hasil penelitian ini
menuunjukkan adanya hubungan positif Motif Penggunaan TikTok
dengan Intensitas Penggunaan TikTok siswa-siswi kelas XI MAN
2 Surakarta. Melalui analisis korelasi Product Moment diperoleh
nilai 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 0,793 sedangkan nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan N=100
pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,195. Jadi nilai 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih
besar dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sehingga hubungannya positif dan signifikan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi motif
penggunaan TikTok, maka akan semakin tinggi pula intensitas
penggunaan TikTok.
2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motif
penggunaan TikTok dengan Kepuasan penggunaan TikTok siswa-
siswi kelas XI MAN 2 Surakarta. Hasil penelitian untuk hipotesis
kedua menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara motif
penggunaan TikTok dengan Kepuasan penggunaan TikTok. Nilai
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 berdasarkan analisis korelasi Product Moment sebesar
0,855. Nilai ini lebih besar dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan N=100 pada taraf
signifikansi 5% sebesar 0,195. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi motif penggunaan TikTok maka semakin
tinggi pula tingkat kepuasan pengguna Tiktok.
3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motif,
intensitas dengan kepuasan pengguna TikTok siswa-siswi kelas XI
MAN 2 Surakarta. Hasil penelitian untuk hipotesis ketiga bertujuan
untuk mengetahui signifikansi korelasi antara motif penggunaan
tiktok (Z) dan intensitas penggunaan tiktok (X), secara bersama-
sama dengan kepuasan pengguna TikTok (Y). Pengujian hipotesis
ketiga ini menggunakan uji F. Nilai Fhitung berdasarkan analisis
yaitu 144.624. Nilai tersebut lebih besar dari nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf
signifikansi 5% sebesar 3,09. Hal ini berarti bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara motif penggunaan
tiktok (Z) dan intensitas penggunaan tiktok (X), secara bersama-
sama dengan kepuasan pengguna TikTok (Y) siswa-siswi kelas XI
MAN 2 Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Firamadhina, F. I., & Krisnani, H. (2020). PERILAKU GENERASI Z


TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TIKTOK :
TikTok Sebagai Media Edukasi dan Aktivisme. Social Work, 199-
208, Vol. 10, No. 02.
Hui, P. (2017). Study the Transmission of Teachers’ Tacit Knowledge
Based on SMCR Model. Teacher Development BBS 17 (1), 67-79.
Ivan, T., Maja, M., & Zrinka, S. (2014). Uses and Gratification Theory-
Why Adolescents Use Facebook. Medij. Istraz Vol 20. No 2, 86.
Mackenzie, S. A., & Nichols, D. (2020). Finding ‘Places to be Bad’ in Social
Media: The Case of TikTok. In D. Nichols & S. Perillo (Eds.), Urban
Australia and Post-punk: Exploring Dogs in Space. Singapore:
Palgrave Macmillan.
McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa . Jakarta: Salemba
Humanika.
Mona, N. (2020). Konsep Isolasi dalam Jaringan Sosial untuk
Meminimalisasi Efek Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona
di Indonesia). Jurnal Sosial Humaniora Terapan.
Muliadi, B. (2020, 07 07). "What The Rise of TikTok Says About Generation
Z”. Diambil kembali dari Forbes.com:
https://www.forbes.com/sites/forbestechcouncil/ 2020/07/07/what-
the-rise-of-tiktok-says-aboutgenerationz/?sh=1f20bfdc6549
Nasrullah, R. (2014). Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia). Jakarta:
Kencana.
Rachmawati, D., & Ali, D. S. (2018). Analisis Kriteria Personal Branding
Selebram Non Selebriti Akun Instagram @Lippielust. Warta ISKI,
34-40.
Setiawan, A. R. (2020). Lembar Kegiatan Literasi Saintifik untuk
Pembelajaran Jarak Jauh Topik Penyakit Coronavirus 2019 (Covid-
19).
Slamet, Y. (2008). Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press.
Sugiyono. (2016). Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Tjukup, I. K., Putra, Yustiawan, D., & Usfunan, J. Z. (2020). Penguatan
Karakter Sebagai Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja
(Juvenile Delinquency). KERTHA WICAKSANA: Sarana
Komunikasi Dosen dan Mahasiswa.
Tursina, A. (2020). Covid-19 dan Lansia. Bandung: Pusat Penerbitan
Unisba (P2U) LPPM UNISBA.
World Health Organization. (2019). Coronavirus. Diambil kembali dari
World Health Organization: https://www.who.int/health-
topics/coronavirus

You might also like