You are on page 1of 7

REVIEW

Intisari Sains Medis 2021, Volume 12, Number 1: 453-459


P-ISSN: 2503-3638, E-ISSN: 2089-9084

Hemodialisis Sustained Low-Efficiency Dialysis:


Indikasi dan Penerapannya

Yenny Kandarini1*, I Made Arya Winangun2


Published by Intisari Sains Medis

ABSTRACT
Acute kidney injury (AKI) and chronic kidney disease being extended to 6-12 hours can reduced the risk of
(CKD) are still a global health burden. The global hemodynamic instability compared to IHD. A recent
incidence of AKI reaches 21.6% with a mortality meta-analysis and systematic review stated that there
rate of 23.9%. AKI is associated with the need for were no differences between SLED and continous renal
renal support therapy of 4-5% patients. AKI that replacement therapy (CRRT) regarding the recovery of
persists in a long period can lead to CKD. CKD are renal function in AKI, days required for recovery and
associated with increased economic burdens, risk of the incidence of hypotension in patients in ICU. SLED
cardiovascular disease and death. One of treatments provides results that are almost the same as 24 hours
to prevent morbidity and death in AKI and CKD is continuous hemodialysis of CRRT in patients with
through hemodialysis. Sustained low-efficiency unstable hemodynamics but with more affordable
dialysis (SLED) resembles the form of conventional cost. Understanding the use and mechanism of SLED
intermittent hemodialysis (IHD) but by slowing down is important to manage patients with AKI and CKD in
the blood flow and the dialysis flow with the duration unstable hemodynamic conditions.
Keywords: AKI, CKD, hemodialysis, SLED.
Cite This Article: Kandarini, Y., Winangun, I.M.A. 2021. Hemodialisis Sustained Low-Efficiency Dialysis: Indikasi dan
Penerapannya. Intisari Sains Medis 12(1): 453-459. DOI: 10.15562/ism.v12i1.935

ABSTRAK
Acute kidney injury (AKI) dan penyakit ginjal kronik dapat mengurangi risiko instabilitas hemodinamik
(PGK) masih menjadi beban kesehatan di dunia. Angka dibandingkan IHD. Sebuah meta analisis dan review
insiden global AKI mencapai 21,6% dengan angka sistematik menyebutkan tidak ada perbedaan antara
mortalitas 23,9%. AKI diasosiasikan dengan perlunya SLED dan continous renal replacement therapy (CRRT)
1
Divisi Ginjal dan Hipertensi, Departemen/KSM terapi pendukung ginjal pada 4-5% pasien. AKI yang pada pemulihan fungsi ginjal pada AKI, hari yang
Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas menetap dalam periode yang lama dapat mengarah diperlukan untuk pemulihan dan kejadian hipotensi
Udayana/RSUP Sanglah Denpasar, Bali, Indonesia; ke PGK. PGK diasosiasikan dengan meningkatnya pada pasien di ICU. SLED menunjukkan hasil yang
2
Departemen/KSM Penyakit Dalam, Fakultas beban ekonomi, risiko penyakit kardiovaskular dan hampir sama seperti pada hemodialisis yang dilakukan
Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah kematian. Salah satu penanganan untuk mencegah berkelanjutan selama 24 jam pada CRRT pada pasien
Denpasar, Bali, Indonesia;
morbiditas dan kematian pada AKI dan PGK yaitu hemodinamik yang tidak stabil namun dengan
melalui hemodialisis. Sustained low-efficiency biaya yang lebih terjangkau. Pemahaman mengenai
*Korespondensi: dialysis (SLED) menyerupai bentuk hemodialisis penerapan dan mekanisme SLED menjadi penting
Yenny Kandarini; konvensional intermittent hemodialysis (IHD) namun untuk menangani pasien AKI dan PGK dengan kondisi
Divisi Ginjal dan Hipertensi, Departemen/KSM dengan memperlambat aliran darah dan aliran dialisis hemodinamik yang tidak stabil.
Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas dengan durasi yang diperpanjang menjadi 6-12 jam
Udayana/RSUP Sanglah Denpasar, Bali, Indonesia;
yenny_kandarini@unud.ac.id Kata kunci: AKI, PGK, hemodialisis, SLED.
Sitasi Artikel ini: Kandarini, Y., Winangun, I.M.A. 2021. Hemodialisis Sustained Low-Efficiency Dialysis: Indikasi
Diterima: 17-01-2021 dan Penerapannya. Intisari Sains Medis 12(1): 453-459. DOI: 10.15562/ism.v12i1.935
Disetujui: 15-04-2021
Diterbitkan: 30-04-2021

Published
Open access:
by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(1): 453-459 | doi: 10.15562/ism.v12i1.935
http://isainsmedis.id/ 453
REVIEW

PENDAHULUAN klinisi.16 akibat kondisi prerenal, renal dan post


SLED memiliki efikasi dan tolerabilitas renal.23,24 Pada kondisi AKI prerenal,
Acute kidney injury (AKI) dan penyakit yang baik dalam koreksi asidosis, elektrolit terjadi penurunan aliran darah ke
ginjal kronik (PGK) masih menjadi beban dan kelebihan cairan pada kondisi AKI ginjal seperti pada kondisi perdarahan,
kesehatan di dunia dengan angka kejadian dengan syok sepsis.17 Pada pasien kritis kekurangan cairan, vasodilatasi sistemik,
yang meningkat setiap tahunnya. Angka dengan AKI dan hemodinamik yang tidak sepsis, atau curah jantung yang rendah.23,24
insiden AKI secara global mencapai stabil, memulai SLED tidak diasosiasikan Pada kondisi AKI renal, terjadi gangguan
21,6% dengan angka mortalitas 23,9%.1 dengan risiko kematian jangka pendek pada parenkim ginjal, vaskular ginjal,
Angka prevalensi AKI di Asia Tenggara dibandingkan CRRT.18 Pada pasien kritis glomerulus atau tubulointerstitial ginjal.24
tahun 2015 yaitu 31%.2 AKI dapat dengan AKI, luaran angka mortalitas Pada kondisi post renal, terjadi obstruksi
menggambarkan kondisi suatu kompikasi dalam 90 hari dan 1 tahun pun tidak seperti pada pembesaran prostat, batu atau
penyakit yang serius.3,4 AKI diasosiasikan berbeda diantara yang menjalani SLED keganasan yang mengganggu aliran urine
dengan morbiditas dan mortalitas yang dibandingkan CRRT.19 Pasien yang sehingga menyebabkan cidera struktural
tinggi dengan perlunya terapi pendukung menjalani SLED mengalami pemulihan pada ginjal.23,24
ginjal sebanyak 4-5%.3,5,6 Angka prevalensi fungsi ginjal pada AKI, hari yang Penyakit ginjal kronik merupakan
PGK secara global tahun 2016 antara diperlukan untuk pemulihan dan kejadian keadaan klinis dengan penurunan fungsi
11-13%.7 PGK diasosiasikan dengan hipotensi pada pasien di ICU yang tidak ginjal yang ireversibel dan pada suatu
meningkatnya beban ekonomi, risiko berbeda bermakna dibandingkan dengan derajat memerlukan terapi pengganti
kardiovaskular dan mortalitas.8,9,10 yang menjalani CRRT.20 ginjal yang tetap berupa dialisis atau
Hemodialisis (HD) masih menjadi SLED memiliki keuntungan transplantasi ginjal.11 Terapi pengganti
terapi yang sering dipergunakan dalam dibandingkan IHD dengan kontrol ginjal dilakukan pada PGK stadium 5 atau
tatalaksana AKI dan PGK selain dialisis azotemia atau pembuangan solut atau laju filtrasi glomerulus (LFG) yang kurang
peritoneal dan transplantasi ginjal.9,11,12 toksin yang hampir sama dengan IHD dari 15 ml/menit yang dapat dilakukan
Hemodialisis dibagi menjadi beberapa dengan keadaan hemodinamik yang melalui suatu hemodialisis.11
jenis yaitu jenis intermittent hemodialysis dapat ditoleransi.13 SLED efektif dalam
(IHD), jenis dialisis hibrid atau prolonged mengurangi cairan, dapat memfasilitasi JENIS-JENIS HEMODIALISIS
intermittent renal replacement therapy nutrisi parenteral, pengobatan intravena,
(PIRRT) yang salah satunya yaitu sustained Pada tahun 1944, Willem Kolff sukses
keseimbangan asam basa dan elektrolit
low-efficiency dialysis (SLED), jenis dialisis melakukan dialisis pada pasien gangguan
yang lebih baik dan keadaan kimia yang
peritoneal dan jenis continuous renal ginjal yang kemudian mengawali
lebih stabil.13 Pada peralatan dan sumber
replacement therapy (CRRT). Prinsip dimulainya terapi hemodialisis.4 Pada
daya manusia yang tidak tersedia atau
dasar SLED yaitu dengan memperlambat tahun 1998, teknik SLED pertama kali
terbatas dalam mengerjakan CRRT, SLED
aliran darah Qb dan memperlambat aliran dilaporkan oleh Marshal dkk di Amerika
memberi keuntungan dan hasil yang
dialisis Qd sehingga risiko ketidakstabilan Serikat yang melakukan dialisis dengan
hampir sama seperti dialisis CRRT pada
hemodinamik dapat dikurangi namun teknik hibrid.4 Marshal dkk menggunakan
pasien dengan hemodinamik yang tidak
dengan lama HD yang diperpanjang mesin dialisis pada umumnya, namun
stabil namun dengan biaya yang lebih
menjadi 6-12 jam sehingga tercapai dengan memperlambat aliran darah dan
terjangkau.13,20-22 Pemahaman mengenai
efisiensi hemodialisis yang cukup.3,4,13 aliran dialisat dengan memperpanjang
hemodialisis SLED, indikasi dan
Angka insiden AKI pada pasien waktu dialisis.4 SLED menyerupai bentuk
mekanismenya menjadi penting dalam
ICU di RS di daerah Jakarta, Indonesia IHD namun dengan memperlambat aliran
tatalaksana pasien AKI dan PGK yang
disebutkan sebesar 43%.14 Sebesar 24,6% darah Qb dan aliran dialisis Qd dengan
memerlukan dialisis terutama dengan
pasien AKI memerlukan terapi pengganti lama HD diperpanjang menjadi 6-12
kondisi hemodinamik yang tidak stabil.
ginjal berupa IHD 71,7%, diikuti SLED jam.4,13,25
.
22,8%, CRRT 4,3% dan dialisis peritoneal Dialisis dengan IHD merupakan dialisis
ACUTE KIDNEY INJURY DAN konvensional yang paling umum dan
1,1%.14 Data survei internasional oleh PENYAKIT GINJAL KRONIK
Ricci dkk menyebutkan ketersediaan lebih familiar dilakukan oleh kebanyakan
fasilitas teknik terapi pengganti ginjal Acute kidney injury merupakan kondisi klinisi.26 Jonny dkk menyebutkan data
dari partisipan di berbagai negara, hanya penurunan laju filtrasi ginjal yang cepat.2 pasien ICU di RS di Jakarta, Indonesia
10% yang memiliki semua bentuk terapi Sekitar 4-5% pasien AKI memerlukan yang memerlukan terapi pengganti ginjal
pengganti ginjal mencakup IHD, SLED, terapi pendukung ginjal.3 AKI dalam menjalani dialisis dengan IHD sebesar
CRRT dan dialisis peritoneal.15 Ricci dkk perawatan intensif, biasanya disertai 71,7%, diikuti SLED 22,8%, CRRT 4,3%
menyebutkan pemakaian teknik terapi dengan gagal jantung, syok, gagal dan dialisis peritoneal 1,1%.14 Tidak
pengganti ginjal yang dipilih oleh klinisi hati atau kondisi komorbid lainnya.5 semua rumah sakit atau unit hemodialisis
yaitu CRRT 91%, diikuti IHD 69% dan AKI pada perawatan intensif dengan memiliki fasilitas terapi pengganti ginjal
SLED 24%.15 Walaupun demikian, Patel kondisi hemodinamik yang tidak stabil untuk SLED dan CRRT yang umumnya
dkk menyebutkan SLED merupakan merupakan indikasi dilakukannya SLED lebih banyak tersedia di rumah sakit pusat
dialisis yang mudah diterapkan oleh atau CRRT.5,20 Patofisiologi AKI terjadi atau unit hemodialisis yang besar dengan

454 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(1): 453-459 | doi: 10.15562/ism.v12i1.935
REVIEW

sumber daya yang besar. Dialisis hibrid disebut juga prolonged yang dilakukan tiap hari sedangkan
Hemodialisis didefinisikan sebagai A
intermittent renal replacement therapy B
SLEDD-f menggunakan proses dialisis
proses pengubahan komposisi solut darah (PIRRT) merupakan penggabungan atau dan mengutamakan filtrasi di dalamnya.28
oleh larutan lain (cairan dialisat) melalui hibrid antara teknik IHD dengan CRRT.4 Dialisis peritoneal dapat bermanfaat
membran semipermeabel (membran Lama dialisis hibrid ini diperpanjang pada hemodinamik kurang stabil
dialisis).9 Hemodialisis secara umum atau prolonged dari IHD dan dilakukan karena dilakukan secara lama dan
dapat dibagi menjadi beberapa jenis. intermittent atau tidak terus menerus perlahan, namun pada kondisi gangguan
Jenis hemodialisis dikelompokkan seperti selama 24 jam.4 SLED menyerupai bentuk rongga peritoneum, overhidrasi berat,
tertera pada tabel 1. IHD namun dengan memperlambat aliran hiperkalemia berat maka proses
Intermittent hemodialysis atau disebut darah Qb dan memperlambat aliran hemodialisis dengan mesin dialisis lebih
juga intermittent renal replacement therapy dialisis Qd sehingga risiko ketidakstabilan menguntungkan karena dapat dilakukan
(IRRT) merupakan dialisis konvensional hemodinamik dapat dikurangi dengan dengan lebih cepat.4 CRRT dilakukan
yang rutin dilakukan. Dialisis dilakukan lama HD diperpanjang menjadi 6-12 secara berkesinambungan lebih dari 24
intermittent yang berarti 4-5 jam setiap jam sehingga tercapai efisiensi yang jam dan memberikan keuntungan lebih
dialisis dengan 2-3 kali setiap minggunya.4 cukup.4,13,27 SLEDD merupakan SLED stabil secara hemodinamik dan aritmia
lebih jarang.6 CRRT dapat dengan
akurat mengontrol volume cairan,
Tabel 1. Jenis-jenis hemodialisis.4
koreksi elektrolit, asam dan basa, dan
Intermittent (<12 jam/hari) Continous (24 jam) mempertahankan hemodinamik yang
Intermittent hemodialysis (IHD) Dialisis peritoneal stabil pada pasien dewasa dan pediatri.29
Dialisis hibrid Continous renal replacement therapy (CRRT) CRRT mempunyai kerugian berupa
Extended daily dialysis Slow continous ultrafiltration perlunya cairan substitusi yang banyak
(EDD) (SCUF)
A sehinnga biaya menjadi mahal, risiko
Slow continous dialysis (SCD) Continous arterio-venous hemofiltration
tinggi perdarahan karena antikoagulan
(CAVH)
yang terus-menerus dan imobilisasi
Sustained low-efficiency dialysis (SLED) Continous veno-venous hemofiltration
yang lebih lama.4,6 Perbandingan dan
(CVVH)
keuntungan antara jenis dialisis IHD,
Sustained low-efficiency daily dialysis Continous arterio-venous hemodialysis
(SLEDD) (CAVHD) SLED dan CRRT tertera seperti pada tabel
Sustained low-efficiency daily dial- Continous veno-venous hemodialysis
2.
filtration (SLEDD-f) (CVVHD)
Continous arterio-venous hemodia- KEUNTUNGAN HEMODIALISIS
filtration (CAVHDF) SLED
Continous veno-venous hemodia-filtration Keuntungan potensial dari SLED yaitu
(CVVHDF) kondisi hemodinamik yang lebih stabil

Tabel 2. Perbandingan teknik dialisis IHD, SLED dan CRRT.5,13


IHD SLED CRRT
Permeabilitas membran Bervariasi Bervariasi Tinggi
Antikoagulan Pendek Panjang Berkelanjutan
Kecepatan aliran darah (ml/menit) 250-400 100-200 100-300
Kecepatan aliran dialisat (ml/menit) 500-800 100-300 0-35
Filtrat (L per hari) 0-4 0-4 0-96
Cairan pengganti (L per hari) 0 0 0-90
Saturasi effluent (%) 15-40 60-70 85-100
Mekanisme pembersihan larutan Difusi Difusi Difusi dan atau konveksi
Pembersihan urea (ml/menit) 180-240 75-90 17-67
Durasi (jam) 4-5, hari berbeda 6-12, hari berbeda >24, berkelanjutan
Instabilitas hemodinamik Kurang baik baik Sangat baik
Konsentrasi serum dari obat yang dapat Banyak berfluktuasi Beberapa berfluktuasi Sedikit berfluktuasi
dibersihkan dari ginjal
Kompatibel dengan volume infus yang besar Tidak Perlu sesi lebih lama atau tiap Paling kompatibel
(seperti nutrisi) hari
Mobilisasi Lebih kompatibel Bisa kompatibel bila dilakukan Tidak kompatibel
pada sesi malam hari
Harga + ++ ++++
Keterangan: IHD, intermittent hemodialysis; SLED, sustained low-efficiency dialysis; CRRT, continous renal replacement therapy.

Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(1): 453-459 | doi: 10.15562/ism.v12i1.935 455
REVIEW

dibandingkan IHD. Keuntungan lain ensefalopati uremik, 6) asidosis metabolik aliran konveksi (air dan zat terlarut)
yaitu kontrol terhadap azotemia atau pH <7,1 yang refrakter terhadap terapi yang terjadi akibat perbedaan tekanan
pembuangan solut atau toksin yang bikarbonat, 7) hiperkalemia K >6,5 osmotik dan hidrostatik.8,9 Ultrafiltrasi
hampir sama dengan IHD, perubahan mmol/L refrakter terhadap restriksi diet terjadi akibat perbedaan tekanan positif
kecil pada osmolaritas plasma, atau dengan farmakologi, 8) hiperkalemia pada kompartemen darah dengan tekanan
keseimbangan asam basa dan elektrolit K >6 mmol/L dengan kelainan EKG, negatif pada kompartemen dialisat
yang lebih baik dan keadaan kimia 9) disnatremia berat Na >160 mmol/L yang dihasilkan dari pompa dialisat
yang lebih stabil.13 SLED efektif dalam atau Na <115 mmol/L, 10) AKI derajat 3 atau transmembrane pressure (TMP).8,9
mengurangi cairan, dapat memfasilitasi dengan peningkatan kreatinin >3 kali dari Metode konveksi ini banyak digunakan
nutrisi parenteral, pengobatan intravena nilai dasar atau peningkatan kreatinin ≥4 pada gangguan ginjal akut karena dapat
dan memiliki efek yang lebih sedikit mg/dl yang memerlukan terapi pengganti mengeluarkan cairan lebih banyak.9
pada tekanan intrakranial.13 Walaupun ginjal, atau 11) sudah pada PGK stadium Pada SLED, mekanisme yang terjadi
demikian, khusus mengenai pemberian 5.4,5,9,13 yaitu difusi namun disertai ultrafiltrasi
obat antibiotik pada mode dialisis Indikasi SLED serupa dengan indikasi dengan aliran darah dan dialisis yang
yang diperpanjang seperti SLED masih pada HD konvensional namun dengan pelan. Terjadi pergerakan zat terlarut
memerlukan kajian mendalam karena hemodinamik yang tidak stabil. Kondisi melalui membran semipermeabel karena
terjadinya perubahan farmakokinetik dan hemodinamik yang tidak stabil seperti perbedaan konsentrasi zat dan juga
farmakodinamik akibat proses dialisis yang adanya 1) penurunan tekanan darah, 2) terjadi ultrafiltrasi akibat perbedaan
diperpanjang ini.30 Ye dkk menyebutkan penurunan mean arterial pressure (MAP) transmembrane pressure (TMP).9
SLED bila dibandingkan dengan IHD <65 mmHg, 3) syok, 4) penggunaan Penurunan aliran darah atau Qb yang
memberikan efikasi perbaikan fungsi vasopressor atau inotropik, 5) gangguan melalui dialiser dapat menurunkan klirens
renal dan angka survival yang lebih baik fungsi jantung dengan berkurangnya dari zat terlarut dengan berat molekul
pada pasien kritis dengan multiple organ fraksi ejeksi ventrikel kiri <35% dan 6) rendah.9 Proses difusi pun dapat menurun
dysfunction syndrome (MODS) yang adanya kejadian aritmia sebelum HD.3 dengan menurunnya suhu larutan.9
sekunder akibat sengatan tawon.31 IHD Kecepatan aliran darah Qb mempengaruhi
sulit atau tidak dapat digunakan pada PROSES HEMODIALISIS SLED klirens molekul kecil seperti urea, namun
pasien hipotensi atau hemodinamik yang ultrafiltrasi mempengaruhi klirens
A stabil sehingga menjadi sulit untuk Hemodialisis pada prinsipnya yaitu
tidak molekul besar seperti inulin.8 Pada
memisahkan darah melalui suatu
mengeluarkan cairan yang diperlukan saat penggunaan dialiser high flux dengan pori
membran semipermeabel. Hemodialisis
dialisis.21 SLED dapat digunakan pada membran yang besar, maka ultrafiltrasi
terdiri dari 3 komponen, yaitu komponen
pasien kritis yang gagal atau tidak dapat dapat membuang molekul yang lebih
darah, komponen cairan pencuci (dialisat)
dilakukan IHD.26 besar.9,12 Kecepatan ultrafiltrasi sebaiknya
dan ginjal buatan (dialiser).8 Darah yang
SLED memiliki keuntungan dan luaran dibatasi tidak lebih dari 13 ml/kg/jam
keluar dari pembuluh darah dengan
yang sama dalam tatalaksana pasien karena dihubungkan dengan tingginya
kecepatan tertentu masuk ke mesin
hemodinamik tidak stabil seperti pada mortalitas dan morbiditas.8
melalui pemompaan dan mengalami
teknik CRRT, namun dengan biaya yang
dialisis. Darah yang bersih dan telah
lebih terjangkau.13,22 Kovacs dkk dalam
mengalami dialisis ini masuk ke pembuluh
PENERAPAN HEMODIALISIS SLED
sebuah meta analisis dan review sistematik
vena kemudian mengalir di dalam tubuh.8 Peralatan hemodialisis HD konvensional
menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan
Prinsip hemodialisis yaitu bahan terlarut dapat digunakan pada SLED sepanjang
statistik yang bermakna mengenai
atau solut suatu larutan (kompartemen kecepatan aliran darah dan dialisat
pemulihan fungsi ginjal pada AKI, hari
darah) akan berubah dengan pemaparan mendukung.13 Semua mesin yang dapat
yang diperlukan untuk pemulihan dan
larutan lain (kompartemen dialisat) memperlambat aliran darah Qb dan
kejadian hipotensi antara SLED dengan
melalui membran semipermeabel aliran dialisat Qd dapat dipergunakan
CRRT pada pasien di ICU.20 Kovacs
(dialiser).8 pada SLED.4 Sirkuit SLED dan IHD tidak
dkk juga menyebutkan kedua modalitas
Hemodialisis merupakan gabungan berbeda pada umumnya. Dialiser yang
HD tersebut aman dan efektif dalam
dari proses difusi dan ultrafiltrasi. Proses digunakan pada umumnya sama dengan
mengobati pasien AKI pada kondisi yang
transpor yang melewati membran adalah dialiser pada IHD.4 Dialiser yang efisien
kritis.20
difusi (dialisis) dan konveksi (ultrafiltrasi).9 memiliki membran dialiser yang luas
Difusi merupakan pergerakan zat terlarut terlepas dari ukuran pori membrannya
INDIKASI HEMODIALISIS SLED melalui membran semipermeabel karena dan dapat membuang molekul kecil
Indikasi terapi dialisis yaitu adanya perbedaan konsentrasi zat atau molekul namun hanya sedikit membuang molekul
kelebihan volume cairan ekstraseluler dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi besar.12 Kebanyakan membran dialiser
seperti: 1) edema paru, 2) oligouria atau rendah melewati membran.8 Zat memiliki luas permukaan 0,8-2,1 m2.10
urin <200 ml/12 jam, 3) anuria atau urin terlarut yang dapat dikeluarkan yaitu Pori membran yang besar menentukan
<50 ml/12 jam, 4) azotemia dengan urea molekul kecil seperti urea, kreatinin gradien tekanan hidrostatik dan terjadinya
>30 mmol/L atau BUN >100 mg/dl, 5) dan elektrolit.9 Ultrafiltrasi merupakan konveksi.12 Dialiser high flux memiliki

456 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(1): 453-459 | doi: 10.15562/ism.v12i1.935
REVIEW

pori membran yang besar dan dapat menyebabkan rasa haus, minum lebih molekul yang lebih rendah, waktu paruh
membuang molekul besar seperti β2- banyak, meretensi air dan meningkatkan yang panjang dan risiko perdarahan
mikroglobulin.12 berat badan selama HD.8,34 yang lebih rendah dibanding heparin.8
Mengawali dialisis SLED biasanya Pengaturan suhu dialisat biasanya Enoxaparin merupakan salah satu LMWH
dengan kecepatan aliran darah Qb 50 ml/ dipertahankan antara suhu 35oC-37oC.10 yang umum dipakai dengan dosis tunggal
menit kemudian ditingkatkan menjadi Pengaturan suhu yang lebih rendah dapat 0,7-1,0 mg/kg tiap sesi dialisis.8
100 ml/menit sampai keseluruhan sirkuit digunakan pada keadaan hemodinamik Antikoagulan dapat tidak diberikan
terisi dengan darah.13 Priming cairan pada yang tidak stabil.32,33 Pada saat HD, pada SLED namun dapat menyebabkan
dialiser atau tabung dapat diberikan ke temperatur inti pasien biasanya meningkat pembekuan darah sebesar 26-46%
pasien atau dikeluarkan ke drain.13 Pada karena respon termoregulasi.12 Penurunan tergantung seberapa rendah alirannya.3,4
pasien yang tidak stabil, priming cairan suhu ke 0,5oC di bawah temperatur inti Antikoagulan dapat tidak diberikan pada
biasanya diberikan ke pasien untuk pasien masih aman dan kondisi yang keadaan koagulopati, gagal hati atau
mempertahankan volume darah.13 Ketika relatif lebih dingin ini dapat meningkatkan trombositopenia.35 Pada perdarahan aktif,
sirkuit telah terisi dengan darah, aliran stabilitas vaskular saat dialisis.10,12,34 heparin dapat tidak diberikan, maka pada
darah dapat ditingkatkan sampai keadaan Dialisat yang lebih dingin pada 35,5oC awal sebelum dialisis diberikan dahulu
yang diinginkan. Aliran cairan dialisis sampai 36oC dapat menginduksi pelepasan 2.000-5.000 unit heparin ke selang darah
kemudian dapat dimulai.13 Dialisis pada katekolamin, menyebabkan vasokonstriksi dan dialiser kemudian membilasnya
umumnya memiliki kecepatan aliran dan memperbaiki hipotensi.10,12 Suhu dengan 1 liter NaCl 0,9% yang bertujuan
darah sekitar 200 ml/menit dan kecepatan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan untuk melapisi selang darah dan dialiser
aliran dialisat 100-300 ml/menit.13 Pada hemolisis dan denaturasi protein namun dengan heparin.8 Pada dialisis yang tanpa
pasien dengan hemodinamik yang tidak suhu yang rendah juga menyebabkan heparin, hal yang harus diperhatikan yaitu
stabil, aliran darah diatur antara 100-150 pasien menggigil.8 pemberian bolus cairan normal salin 100-
ml/menit dan aliran dialisis antara 100- Akses vaskular penting untuk 250 ml setiap 15-30 menit ke jalur arteri
300 ml/menit, namun beberapa merk mendapatkan aliran darah yang cukup dan untuk mencegah kelebihan akibat
mesin tidak dapat menurunkan aliran besar. KDIGO menyarankan akses vaskular penambahan cairan ini, maka penarikan
dialisis <300 ml/menit.4,32 pada pasien AKI melalui vena jugularis cairan ditambahkan sejumlah volume
Ultrafiltrasi pada pasien HD umumnya interna kanan diikuti akses melalui vena cairan normal salin yang diberikan.8
dapat mentoleransi filtrasi sampai 0,35 femoral, vena jugularis interna kiri, dan Ketika heparin tidak digunakan, dialiser
ml/kgBB/menit atau 1 liter/jam tanpa yang terakhir vena subklavia.10 Akses biasanya akan membeku dalam 8 jam.13
mengalami mual, keram atau hipotensi vaskular dapat berupa kateter intravena, Seorang pasien yang sudah menggunakan
walaupun variasi diantara pasien juga graft atau fistula arteri-vena.9 Kateter terapi antikoagulan sistemik untuk
dapat terjadi.10 Pada kondisi hemodinamik temporer non-cuffed dapat dipilih karena indikasi lain dapat tidak memerlukan
tidak stabil, profiling ultrafiltrasi dapat insersi yang mudah pada pasien kritis AKI, antikoagulan tambahan.13
sangat rendah 0-100 ml/jam dan namun dapat diganti dengan kateter cuffed Tidak ada studi yang khusus
dinaikkan bertahap bila hemodinamik tunneled karena risiko infeksi lebih rendah memberikan pedoman mengenai
lebih stabil.4 Semakin tidak stabil pasien, dan dapat digunakan bila memerlukan peresepan pada SLED. Pedoman
maka ultrafiltrasi dapat semakin kecil dialisis jangka panjang.10 KDIGO merekomendasikan bahwa
setiap jamnya dan disesuaikan dengan Antikoagulan pada SLED diperlukan Kt/V mingguan minimal yaitu 3,9 bila
kondisi tiap pasien.4,33 Target ultrafiltrasi untuk mencegah pembekuan darah menggunakan teknik PIRRT.10,13 Kt/V
tergantung kebutuhan dan bila filtrasi ekstrakorporeal.8 Antikoagulan dapat mingguan didefinisikan sebagai jumlah
banyak maka dapat melakukan SLED tiap berupa unfractionated heparin (UFH) atau dari dialisis yang diberikan setiap minggu.
hari atau SLEDD.4 low-molecular weight heparin (LMWH).9 Biasanya pada SLED yang dilakukan
Profiling natrium, bikarbonat dan Antikoagulan dapat diberikan secara selama 6-12 jam, empat sampai tujuh
suhu dialisat diperlukan pada SLED.4,32,34 berkelanjutan melalui infus, bolus heparin kali per minggu, dosis seperti itu sudah
Kadar natrium dialisat yaitu berkisar pada berulang pada UFH atau bolus LMWH dapat jauh melampaui Kt/V 3,9 mingguan
140 mEq/L.8 Kadar natrium normalnya tunggal.9 Heparin dapat diberikan dengan berdasarkan pedoman oleh KDIGO.13
dipertahankan konstan sepanjang dialisis, dosis bolus awal 50 unit/kg atau 500-2.000
namun pengaturan natrium lebih tinggi unit IV kemudian dilanjutkan dengan KOMPLIKASI
digunakan pada SLED.8,12,32 Kadar infus berkelanjutan kecepatan 10-20 unit/
Kondisi hemodinamik yang tidak stabil
natrium pada saat awal dialisis yang diatur kg/jam atau 500-1.000 unit/jam.8 Hentikan
seperti hipotensi masih dapat terjadi
diatas normal dapat mengurangi hipotensi heparin 15-60 menit sebelum terminasi
selama hemodialisis karena ultrafiltrasi
intradialitik.8,33 Natrium kemudian dapat dialisis.8,10 Pada pasien yang berisiko
dalam jumlah besar atau mekanisme
diturunkan secara bertahap selama sesi perdarahan dapat diberikan dosis heparin
kompensasi pengisian vaskular (vascular
hemodialisis.8 Walaupun demikian, perlu minimal dengan bolus 500-1.000 unit IV
filling) yang tidak adekuat, gangguan
pertimbangan karena bila pengaturan dilanjutkan dengan 5-10 unit/kg/jam atau
respon vasoaktif dan otonom dan
kadar natrium sangat tinggi, dapat 500 unit/jam.8,10 LMWH memiliki berat
menurunnya kemampuan pompa

Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(1): 453-459 | doi: 10.15562/ism.v12i1.935 457
REVIEW

jantung.9,34 Pada dialisis, hipotensi dapat PENDANAAN States of America: Elsevier Saunders; 2010.
terjadi walau hanya dengan sedikit p.1053-9.
penurunan volume darah.34 Hipotensi Artikel ini tidak mendapat pendanaan 13. Teo BW, Messer JS, Chua HR, How P, Demirjian
dari pihak manapun. S. Continuous renal replacement therapies.
intradialitik dapat memperburuk iskemik In: Daugirdas JT, Blake PG, Ing TS, editor.
dan memperlambat perbaikan fungsi Handbook of dialysis, 5th ed. Philadelphia:
renal.32 Ramesh dkk dalam studinya KONTRIBUSI PENULIS Wolters Kluwer Health; 2015. p.268-301.
14. Jonny J, Hasyim M, Angelia V, Jahya AN,
menyebutkan komplikasi kejadian Masing-masing penulis memiliki Hilman LP, Kusumaningrum VF, Srisawat N.
instabilitas hemodinamik yang terjadi kontribusi yang sama dalam penulisan Incidence of acute kidney injury and use of
dapat berupa kebutuhan meningkatnya artikel ini. renal replacement therapy in intensive care
inotropik sebesar 78%, hipotensi 19% unit patients in Indonesia. BMC Nephrology.
2020;191(21):1-8.
dan sampai henti jantung saat SLED DAFTAR PUSTAKA 15. Ricci Z, Ronco C, D’amico G, Felice RD, Rossi
berlangsung sekitar 3%.25 Kuipers dkk 1. Susantitaphong P, Cruz DN, Cerda J, Abulfaraj S, Bolgan I, Bonello M, Zamperetti N, Petras D,
dalam sebuah meta analisis dan review M, Alqahtani F, Koulouridis I, Jaber BL. World Salvatori G, Dan M, Piccinni P. Practice patterns
sistematik menyebutkan prevalensi incidence of AKI: a meta-analysis. Clinical in the management of acute renal failure
komplikasi hipotensi intradialitik pada Journal of the American Society of Nephrology. in the critically ill patient: an international
2013;8:1482-93. survey. Nephrology Dialysis Transplantation.
pasien hemodialisis sebesar 11,6%.36 2006;21:690-6.
2. Hoste EAJ, Kellum JA, Selby NM, Zarbock
Penanganan awal yang dapat dilakukan A, Palevsky PM, Bagshaw SM, Goldstein SL, 16. Patel R, Pirret AM, Manna S, Sherringa CL.
untuk mengembalikan volume sirkulasi Cerda J. Chawla LS. Global epidemiology Local experience with the use of sustained
darah yaitu dengan menempatkan pasien and outcomes of acute kidney injury. Nature. low efficiency dialysis for acute renal failure.
2018;14:607-25. Intensive and Critical Care Nursing. 2009;25:45-
pada posisi Trendelenburg, memberikan
3. Fatema K, Faruq MO, Hoque MM, Ahsan 49.
bolus normal salin 0,9% 100 ml atau ASMA, Khanam PA, Ahmed F. Hemodynamic 17. Mishra SB, Singh RK, Baronia AK, Poddar B,
lebih bila diperlukan, memberikan tolerability of sustained low efficiency dialysis Azim A, Gurjar M. Sustained low‑efficiency
atau menaikkan dosis vasopressor in critically ill patients with acute kidney injury. dialysis in septic shock: hemodynamic
dan mengurangi atau menghentikan BIRDEM Medical Journal. 2017;6(2):84-90. tolerability and efficacy. Indian Journal of
4. Roesli RMA. Diagnosis dan pengelolaan Critical Care Medicine. 2016;20(12):701-7.
ultrafiltrasi.12,34 Pencegahan hipotensi gangguan ginjal akut (acute kidney injury), 18. Kitchlu A, Adhikari N, Burns KEA, Friedrich
dapat dilakukan dengan evaluasi berat edisi ke-2. Bandung: Puspa Swara; 2011. p.1- JO, Garg AX, Klein D, Richardson RM, Wald
badan kering dan modifikasi ultrafiltrasi.9 166. R. Outcomes of sustained low efficiency dialysis
5. Ahmed AR, Obilana A, Lappin D. Renal versus continuous renal replacement therapy in
replacement therapy in the critical care setting. critically ill adults with acute kidney injury: a
SIMPULAN cohort study. BMC Nephrology. 2015;127(16):1-
Critical Care Research and Practice. 2019;1-11.
SLED merupakan dialisis hibrid yang 6. Markum HMS. Gangguan ginjal akut. In: 8.
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata KM, 19. Harvey AK, Burns KEA, McArthur E, Adhikari
menggabungkan teknik IHD dengan
Setiyohadi B, Syam AF, editor. Buku ajar ilmu NKJ, Li D, Kitchlu A, Meraz-Munõz A, Garg
CRRT. Indikasi SLED serupa dengan penyakit dalam jilid II, edisi ke-6. Jakarta: AX, Nash DM, Perez-Sanchez A, Beaubien-
indikasi HD dengan keuntungan dapat InternaPublishing; 2014. p.2168-77. Souligny W, Bagshaw SM, Friedrich JO, Silver
diberikan pada kondisi hemodinamik 7. Hill NR, Fatoba ST, Oke JL, Hirst JA, Callaghan SA, Wald R. Short-and long-term outcomes of
yang tidak stabil. Penerapan dialisis pada CAO, Lasserson DS, Hobbs FDR. Global sustained low efficiency dialysis vs continuous
prevalence of chronic kidney disease-a renal replacement therapy in critically ill
SLED meliputi pengaturan aliran darah systematic review and meta-analysis. Plos One. patients with acute kidney injury. Journal of
dan aliran dialisis, ultrafiltrasi, profiling 2016;1-18. Critical Care. 2021;62:76–81.
natrium, bikarbonat, suhu dialisat dan 8. Widiana IGR. Terapi dialisis. Denpasar: 20. Kovacs B, Sullivan KJ, Hiremath S, Patel RV.
pemberian antikoagulan yang disesuaikan Udayana University Pres; 2017. p.12-163. Effect of sustained low efficient dialysis versus
9. Suhardjono. Hemodialisis: prinsip dasar dan continuous renal replacement therapy on
dengan hemodinamik dan kondisi setiap
pemakaian kliniknya. In: Setiati S, Alwi I, renal recovery after acute kidney injury in the
pasien. SLED memberi keuntungan Sudoyo AW, Simadibrata KM, Setiyohadi B, intensive care unit: a systematic review and
pada pasien dengan hemodinamik tidak Syam AF, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam meta-analysis. Nephrology. 2017;22:343-53.
stabil dengan peralatan dan sumber daya jilid II, edisi ke-6. Jakarta: InternaPublishing; 21. Berbece AN, Richardson RMA. Sustained
manusia yang tidak tersedia atau terbatas 2014. p.2194-204. low-efficiency dialysis in the ICU: cost,
10. Yeun JY, Ornt DB, Depner TA. Hemodialysis. anticoagulation, and solute removal. Kidney
dalam mengerjakan CRRT, namun In: Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, International. 2006;70:963–8.
memberi luaran hasil yang hampir sama Taal MW, Yu ASL, editor. Brenner & Rector’s 22. Neuenfeldt T, Hopfb HB. Sustained low
seperti CRRT dengan biaya yang lebih the kidney, 10th ed. United States of America: efficiency dialysis as standard renal replacement
terjangkau. Elsevier; 2016. p.2058-105. therapy in an interdisciplinary intensive care
11. Suwitra K. Penyakit ginjal kronik. In: Setiati unit - a five year cost-benefit analysis. Colombian
S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata KM, Journal of Anesthesiology. 2013;41(2):88-96.
KONFLIK KEPENTINGAN Setiyohadi B, Syam AF, editor. Buku ajar ilmu 23. Moore PK, Hsu RK, Liu KD. Management
penyakit dalam jilid II, edisi ke-6. Jakarta: of acute kidney injury: core curriculum
Tidak terdapat konflik kepentingan terkait 2018. American Journal of Kidney Diseases.
InternaPublishing; 2014. p.2161-7.
penulisan artikel ini. 12. Kotanko P, Kuhlmann MK, Levin NW. 2018;72(1):136-48.
Hemodialysis: Principles and techniques. 24. Steddon S, Ashman N, Chesser A, Cunningham
In: Floege J, Johnson RJ, Feehally J, editor. J. Acute kidney injury (AKI). Oxford Handbook
Comprehensive clinical nephrology. United of Nephrology and Hypertension, 2nd ed. United

458 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(1): 453-459 | doi: 10.15562/ism.v12i1.935
REVIEW

Kingdom: Oxford University Press; 2014. p.87- 30. Brown P, Battistella M. Principles of drug dosing 34. Kooman J, Basci A, Pizzarelli F, Canaud B,
105. in sustained low effciency dialysis (SLED) Haage P, Fouque D, Konner K, Martin-Malo A,
25. Ramesh M, Balan S, Murlidharan P. Feasibility and review of antimicrobial dosing literature. Pedrini L, Tattersall J, Tordoir J, Vennegoor M,
and hemodynamic tolerability of sustained low- Pharmacy. 2020;8(33):1-21. Wanner C, Wee P, Vanholder R. EBPG guideline
efficiency dialysis in critically ill patients with 31. Ye TT, Gou R, Mao YN, Shen JM, He D, Deng on haemodynamic instability. Nephrology
acute kidney injury. Asian Journal of Research in YY. Evaluation on treatment of sustained low Dialysis Transplantation. 2007;22(2):22-44.
Nephrology. 2020;3(1):24-32. efficiency hemodialysis against patients with 35. Singh S. Anticoagulation during renal
26. Marshall MR, Golper TA, Shaver MJ, Alam multiple organ dysfunction syndrome following replacement therapy. Indian Journal of Critical
MG, Chatoth DK. Sustained low-efficiency wasp stings. BMC Nephrology. 2019;240(20):1- Care Medicine. 2020;24(3):112-6.
dialysis for critically ill patients requiring renal 6. 36. Kuipers J, Verboom LM, Ipema KJR, Paans W,
replacement therapy. Kidney International. 32. Lima EQ, Silva RG, Donadi ELS, Fernandes Krijnen WP, Gaillard CAJM, Westerhuis R,
2001;60:777-85. AB, Zanon JR, Pinto KRD, Burdmann EA. Franssen CFM. The prevalence of intradialytic
27. Szamosfalvi B, Yee J. Considerations in the Prevention of intradialytic hypotension in hypotension in patients on conventional
critically ill ESRD patient. Advances in Chronic patients with acute kidney injury submitted to hemodialysis: a systematic review with meta-
Kidney Disease. 2013;20(1):102-9. sustained low-efficiency dialysis. Renal Failure. analysis. American Journal of Nephrology.
28. Marshall MR, Ma T, Galler D, Rankin APN, 2012;34(10):1238–43. 2019;49:497–506.
Williams AB. Sustained low-efficiency daily 33. Douvris A, Malhi G, Hiremath S, McIntyre
diafiltration (SLEDD-f) for critically ill patients L, Silver SA, Bagshaw SM, Wald R, Ronco C,
requiring renal replacement therapy: towards Sikora L, Weber C, Clark EG. Interventions to
an adequate therapy. Nephrology Dialysis prevent hemodynamic instability during renal
Transplantation. 2004;19(4):877-84. replacement therapy in critically ill patients: a
29. Karkar A, Ronco C. Prescription of CRRT: a systematic review. Critical Care. 2018;22(41):1-
pathway to optimize therapy. Annals of Intensive 11.
Care. 2020;10(32):1-10.

Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2021; 12(1): 453-459 | doi: 10.15562/ism.v12i1.935 459

You might also like