You are on page 1of 16

Volume 12, Nomor 1, Pebruari 2014

Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

Perbandingan Evaluasi Kinerja Bangunan Gedung Tahan Gempa


antara Metode SRPMM dan SRPMK

Yuyun Tajunnisa, Muchamad Chadaffi, Virdy Ramadhaniawan


Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS, Surabaya
Email: yuyun_t@ce.its.id

Abstract
This study compared two buildings designed using different seismic design methods; these are the
Intermediate Moment Frame System (SRPMM) and Special Moment Frame System (SRPMK). The
reinforced concrete buildings have 3 stories located in the seismic zone IV. Analysis and performance
evaluation use a pushover analysis built in in SAP2000. Dimension of beam and column are the same
on the both of structures. The results of the two design methods give differences in reinforcements
and ductility values (μΔ). SRPMM’s flexure reinforcement is greater than SRPMK’s, but the stirrups
are the opposite. The structural ductility value (μΔ) and the reduction factor (R) are the same. The
value of μΔ is equal to 3,36 and R is equal to 5,37. The Indonesian Building Code SNI 03-1726 - 2002
specified that the value of μΔ is 3.5 and that of R is 5.5 for the SRPMM while for SRPMK these
values are 5.2 and 8.5 respectively. The comparison between two methods shows that the values of
ductility and reduction factor of SRPMM meet the code requirements, while those of SRPMK do not
meet the values required by Code. The maximum displacement target of SRPMM according to the
formula specified by SNI 03-1726-2002 and FEMA (273/356) are 0.122 m and 0.77 m respectively
while those of SRPMK are 0.75 m and 0.77 m. The performance evaluation of the two structures
using pushover analysis shows that the structures perform IO (Intermediate Occupancy).
Keywords: earthquake resistant structure, performance evaluation, pushover analysis, SRPMM,
SRPMK.

Abstrak
Penelitian ini membandingkan struktur bangunan 3 lantai beton bertulang tahan gempa dengan
metode Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) dan Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus (SRPMK) pada wilayah gempa IV. Analisa dan evaluasi kinerja dilakukan
menggunakan analisa pushover yang built-in pada SAP2000. Dimensi struktur yang digunakan
pada SRPMM dan SRPMK direncanakan sama. Perhitungan struktur antara kedua metode
tersebut menghasilkan perbedaan pada luasan tulangan, dan persamaan pada nilai daktilitas
struktur (μΔ) serta faktor reduksi (R). Luasan tulangan SRPMM lebih besar dibanding SRPMK,
sedangkan nilai daktilitas struktur (μΔ) dan faktor reduksi (R) pada kedua metode adalah sama
yaitu (μΔ) = 3,36 dan R = 5,37. Persyaratan SNI 03 – 1726 – 2002 untuk SRPMM adalah μΔ = 3,50
dan R=5,50; sedangkan untuk SRPMK (μΔ = 5,20 dan R=8,5). Jika dibandingkan antara hasil
yang diperoleh dengan syarat SNI 03–1726–2002, menunjukkan bahwa nilai daktilitas dan faktor
reduksi pada SRPMM memenuhi persyaratan, sedangkan pada SRPMK tidak memenuhi. Besar
target perpindahan maksimum pada struktur SRPMM menurut rumus dari SNI 03–1726–2002
dan FEMA (273/356) berturut-turut diperoleh sebesar 0,122 m dan 0,77 m. Sedangkan struktur
SRPMK berturut-turut sebesar 0,75 m dan 0,77 m. Evaluasi kinerja struktur menggunakan
analisa pushover masing – masing masih berkinerja IO (Intermediate Occupancy).
Kata kunci: struktur tahan gempa, evaluasi kinerja, analisa pushover, SRPMM, SRPMK.

1. Pendahuluan (SRPM). SRPM dibagi menjadi tiga


Beberapa metode perencanaan struktur metode yaitu Sistem Rangka Pemikul
gedung beton bertulang tahan gempa, Momen Biasa (SRPMB), Sistem Rang-
salah satu metode yaitu menggunakan ka Pemikul Momen Menengah (SRPM-
Sistem Rangka Pemikul Momen M), dan Sistem Rangka Pemikul Mo-

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 1
Volume 11, Nomor 1, Pebruari 2013
Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

men Khusus (SRPMK). Salah satu cara R = 5,5. Detail penulangan komponen
untuk melihat hasil evaluasi kinerja SRPMM harus memenuhi ketentuan-
struktur bangunan gedung beton bertu- ketentuan SNI 03-2847-02 Pasal
lang yaitu dengan menggunakan pusho- 23.10(4), bila beban aksial tekan ter-
ver analysis yang sudah built-in pada faktor pada komponen struktur tidak
SAP2000. Struktur dimodelkan secara melebihi (Ag fc’/10). Bila beban aksial
tiga dimensi dengan program SAP2000 tekan terfaktor pada komponen struktur
menggunakan analisis statik non linier melebihi (Ag fc’/10), maka 23.10(5)
sehingga di dapat kurva kapasitas. Dari harus dipenuhi kecuali bila dipasang
kurva kapasitas pushover analysis di- tulangan spiral sesuai persamaan 27
tentukan performance point dari struk- (sumber: SNI 03 – 2847 – 02).
tur, yang menggambarkan tingkat ki- SRPMK (Sistem Rangka Pemikul
nerja struktur yang mengacu pada SNI Momen Khusus) yaitu sistem rangka
03-1726-2002 dan FEMA (Federation ruang dimana komponen-komponen
Emergency Management Agency) 273/- struktur dan joint-jointnya menahan
356 ketika mengalami gempa. Titik
gaya yang bekerja melalui aksi lentur,
kinerja atau performance point adalah geser dan aksial. Sistem ini pada
besarnya perpindahan maksimal struk-
dasarnya memiliki daktilitas penuh dan
tur saat gempa rencana. Berikutnya
wajib digunakan di zona resiko gempa
dapat dilihat posisi target displacement tinggi yaitu di zona 5 hingga zona 6.
untuk melihat berapa sendi plastis yang Struktur harus direncanakan meng-
terbentuk dan dimana saja lokasinya. gunakan sistem penahan beban lateral
Studi ini membandingkan kedua metode yang memenuhi persyaratan detailing
SRPM yaitu SRPMM dan SRPMK yang khusus dan mempunyai daktilitas
pada gedung yang sama yaitu beton penuh. Memiliki Faktor Modifikasi
bertulang di daerah dan zone gempa Respons R = 8,5.
yang sama. Dengan kedua metode Dari Gambar 2 dapat dijelaskan sebagai
tersebut dibandingkan jumlah tulangan, berikut:
displacement, daktilitas, dan kinerja 1. Gaya rencana
struktur pada saat gempa. Gaya geser rencana Ve harus
ditentukan dari peninjauan gaya
2. Metodologi
statik pada bagian komponen
SRPMM (Sistem Rangka Pemikul
struktur antara dua muka tumpuan.
Momen Menengah) yaitu sistem rangka
2. Tulangan transversal
ruang dimana komponen-komponen
Tulangan transversal sepanjang
struktur dan joint-jointnya menahan
daerah yang ditentukan pada SNI
gaya yang bekerja melalui aksi lentur,
03-2847-02. Pasal 23.3(3(1)) harus
geser dan aksial, sistem ini pada dasar-
dirancang untuk memikul geser
nya memiliki daktilitas sedang dan
dengan menganggap Vc = 0.
dapat digunakan di zona 1 hingga zona
4. Memiliki Faktor Modifikasi Respons

Halaman 2 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini
Volume 12, Nomor 1, Pebruari 2014
Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

Gambar 1. Gaya lintang rencana untuk SRPMM (Sumber: SNI 2847-2002)

dimana beban mati, hidup dan gempa


dianalisis secara linier. Dari hasil
running dapat diketahui rasio antara
kapasitas dan kebutuhan pada frame,
sehingga dapat diketahui struktur ter-
sebut aman atau tidak. Kemudian
struktur diberikan beban gempa dengan
pushover static non linear dengan
displacement control sebesar 1000 mm.
Running kedua diberikan pada beban
mati, hidup dan pushover non linear
tujuannya, untuk melihat perilaku struk-
Gambar 2. Gaya lintang rencana untuk
tur sampai keadaan inelastis setelah
SRPMK (Sumber: SNI 2847-2002)
terkena beban gempa pushover. Dari
hasil running dapat mengetahui besar
2.3 Analisa Statik Nonlinier (Pusho- point performance (titik kinerja) dari
ver) struktur tersebut dan berapa daktilitas-
Analisa statik nonlinier merupakan pro- nya, apakah memenuhi syarat rumah
sedur analisa untuk mengetahui perilaku tahan gempa. Analisa pushover meng-
keruntuhan suatu bangunan terhadap hasilkan kurva pushover (Gambar 3),
gempa. Saat running pertama, analisis kurva yang menggambarkan hubungan
gempa menggunakan static ekivalen

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 3
Volume 11, Nomor 1, Pebruari 2013
Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

antara gaya geser dasar (V) versus 2.4 Koefisien Perpindahan (FEMA
perpindahan titik acuan pada atap (D). 273)
Target perpindahan pada titik kontrol
δT, ditentukan sebagai berikut (Fema
273/356):

……………. [1]

2.5 Kinerja Batas Ultimit Menurut


SNI – 1726 – 2002
Sesuai Pasal 4.3.3 SNI-1726-2002
Gambar 3. Ilustrasi Rekayasa Gempa
simpangan dan simpangan antar-tingkat
Berbasis Kinerja (Sumber: ATC 58)
ini harus dihitung dari simpangan struk-
Evaluasi kinerja pada Federation Emer- tur gedung akibat pembebanan gempa
gency Management Agency (FEMA) nominal, dikalikan dengan suatu faktor
273/356 mengatur tingkat kinerja suatu pengali ξ sebagai berikut:
bangunan sebagai berikut:
- struktur gedung beraturan:
- Operational (elastis)
Tidak ada kerusakan berarti pada ξ = 0.7 R………………………… [2]
struktur dan non-struktur, bangunan - struktur gedung tidak beraturan:
tetap berfungsi.
- Immediate Occupancy (IO) ξ= …………………… [3]
Tidak ada kerusakan yang berarti di mana R adalah faktor reduksi gempa
pada komponen struktural. struktur gedung tersebut dan Faktor
- Life Safety (LS) Skala adalah seperti yang ditetapkan
Terjadi kerusakan komponen struk- dalam Pasal 7.2.3 SNI-1726-2002.
tur, kekakuan berkurang, tetapi ma-
sih mempunyai ambang yang cukup Langkah-langkah dalam penelitian ini
terhadap keruntuhan. adalah sebagai berikut:
- Collapse Prevention (CP) 1. Pengumpulan data
Kerusakan yang berarti pada kompo- - Data tanah pada zona wilayah
nen struktur dan non-struktur. (Sum- gempa 4
ber: NEHRP (BSSC, 1995)). - Gambar denah bangunan
- Data perencanaan, mutu beton
Tujuan analisa pushover adalah untuk (fc’ = 25 MPa), mutu baja (fy =
memperkirakan gaya maksimum dan 400 MPa dan fys = 240 MPa)
deformasi yang terjadi serta untuk 2. Preliminari desain
memperoleh informasi bagian mana Perencanaan atau penentuan awal
saja yang kritis. (Sumber: FEMA dimensi balok induk, balok anak,
273/356). sloof, dan kolom.

Halaman 4 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini
Volume 12, Nomor 1, Pebruari 2014
Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

3. Pemodelan struktur dan pembeba- Ex = beban gempa arah x; Ey


nan dengan menggunakan software beban gempa arah y.
pada SAP2000. Struktur dimodel- 6. Penulangan
kan dalam bentuk 3 dimensi, tiang Penulangan dihitung berdasarkan
pancang dimodelkan sampai kedala- SNI 03-2847-2002 menggunakan
man dengan taraf penjepitan (fixity data-data yang diperoleh dari output
point) dengan pembebanan yang SAP2000 Versi 14.2.2.
diberikan adalah beban mati, beban a. Dari output SAP diperoleh nilai
hidup, dan beban gempa statik. gaya geser (D), momen lentur
4. Analisa Pushover (M), momen torsi (T), dan nilai
Pemodelan struktur menggunakan gaya aksial (P). Kemudian dihi-
analisa pushover yang built-in pada tung kebutuhan tulangan pada
SAP2000 untuk mengetahui besar balok, kolom dan pondasi.
perpindahan dan memperkirakan ga- b. Perhitungan penulangan geser,
ya maksimum dan deformasi yang lentur, dan puntir pada semua
terjadi serta untuk memperoleh in- komponen struktur utama.
formasi bagian-bagian struktur yang c. Kontrol masing-masing perhitu-
kritis. ngan penulangan.
5. Analisa gaya dalam d. Penabelan penulangan yang ter-
Nilai kombinasi untuk struktur be- pakai pada elemen struktur yang
ton yang digunakan sebagai analisis dihitung (struktur atas dan struk-
adalah: tur bawah).
a. Kombinasi beban berfaktor: e. Penggambaran detail penula-
 1,4D …………………….[4] ngan.
 1,2D + 1,6L ………….....[5] 7. Evaluasi Pushover
 1,2D + 1,0L ± 0,3EX ± a. Evaluasi perilaku seismik
1,0EY …………………. [6] b. Evaluasi kinerja struktur
 1,2D + 1,0L ± 1,0EX ± 8. Penggambaran hasil perhitungan
0,3EY ……...………….. [7]
b. Kombinasi beban tak berfaktor:
 1,0D + 1,0L …………… [8]
 1,0D + 1,0L + 1,0EX ..... [9]
 1,0D + 1,0L + 1,0EY….[10]
Gaya dalam dari output SAP2000
dihitung sesuai dengan peraturan
sehingga didapatkan luasan tulangan
yang diperlukan.
Keterangan:
D = beban mati Gambar 4. Denah lantai dasar
L = beban hidup

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 5
Volume 11, Nomor 1, Pebruari 2013
Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

 Atap Melintang 25/40 cm


 Atap Memanjang 25/40 cm
Balok Anak yang dipakai:
 Melintang 15/25
 Memanjang 15/25Balok
Kantilever yang dipakai:
 Melintang 15/25
 Memanjang 15/25
Kolom yang dipakai:
 Kolom 40/40 cm
Gambar 5. Potongan bangunan Sloof yang dipakai:
 Sloof 25/35 cm

4.2 Perencanaan ketebalan pelat


 Bentang bersih pelat sumbu panjang
Ln= sisi terpanjang -  b  b 
2 2  ..[15]
 Bentang bersih pelat sumbu pendek
Gambar 6. Tampak bangunan
b b
Sn= sisi terpendek -   
4. Hasil dan Pembahasan  2 2  ....[16]
4.1 Preliminari Desain - Kondisi pelat
Perencanaan dimensi berikut bertujuan l
= n
untuk mencari dimensi struktur balok, S n ………………………..[17]
kolom dan sloof.
  2 (direncanakan pelat dua arah)
1. Balok
SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3,   2 (direncanakan pelat satu arah)
Tabel 8 (SNI 03-2847-2002 psl. 15.6.1.2)
Balok Dua Tumpuan h ≥ …… [11]  Lebar efektif(be)
Balok Ujung Menerus h ≥ …..[12] Dihitung seperti pada Gambar 7.
 Faktor modifikasi (k)
2. Kolom
(Wang, hal 131)
Ikolom I
 balok b   t  t t
2
b  t 
1   e  1 x    4  6   4    e  1 x   
3

Lkolom Lbalok …………………..[13] b


 w   h    h   h  b
 w   h  
k 
b  t
3. Sloof 1   e  1  x  
 bw  h
Ikolom I ………………………………….[18]
 Sloof
Lkolom L Sloof …………………..[14]  Momen inersia balok dan penam-
Direncanakan: pang pelat
Balok Induk yang dipakai:
…….........[19]
 Lantai Melintang 25/40 cm
 Lantai Memanjang 25/40 cm

Halaman 6 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini
Volume 12, Nomor 1, Pebruari 2014
Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

Gambar 7. Bagian pelat yang diperhitungkan (SNI 03 – 2847 – 2002)


(Wang, 1990, 131 pers. 16.4.2a) dasar tiang sampai 4D dibawah tiang,
 Rasio kekakuan balok terhadap pelat Untuk diameter tiang D = 0,25 m, maka
qc rata-rata pada kedalaman 8D  8 x
………………. [20] 0,25 m = 2,0 m dan untuk qc rata-rata
(SNI 03-2847-2002 pasal 15.3) pada kedalaman 4D dibawah tiang tidak
 Menentukan tebal pelat diperhitungkan karena pada data sondir
a) tidak diketahui. Direncanakan kedala-
Harus memenuhi SNI 03-2847- man tiang pancang = 3 m
2002 tabel 10, dengan: qc (8D) = 68,91 kg/cm²……………[23]
- Pelat tanpa penebalan >120 qf (8D) = 1,55 kg/cm²
mm  Tahanan ujung tiang satuan
- Pelat dengan penebalan > 100 fb = ω qc ≤ 150 kg/cm² ………[24]
mm Untuk pasir normally consolidated,
b) ω=1
fb= 1 . 68,91 kg/cm²
..[21] = 68,91 kg/cm² < 150 kg/cm² (ok)
c)  Luas dasar tiang
Ab = d2 = 25 . 25 = 625 cm² ….[25]
 Tahanan ujung ultimit tiang
….[22] Qb = Abfb …………..………….[26]
Direncanakan pelat lantai tebal 120 mm = 68,91 kg/cm²
dan pelat atap 100 mm. = 43068,75 kg
 Tahanan gesek tiang
4.3 Pembebanan Struktur fs = Kf , qf ……………………[27]
Pembebanan yang ada pada komponen Kf = 0,9 (di ambil secara keselu-
struktur pelat disesuaikan dengan ruhan)
PPIUG’83. fs = 0,9 . 1,55 kg/cm²
= 1,395 kg/cm² > 1,2 kg/cm²
4.4 Perencanaan Pondasi Maka fs dipakai 1,2 kg/cm²
Dalam metode Schmertmann dan Not-
 Tahanan gesek ultimit
tingham (1975) tahanan ujung tiang
Qs = Kell.tp.L.fs ……………....[28]
pancang persatuan luas (fb) diperoleh
= 4 . 25 . 300 . 1,2 = 36000 kg
dari nilai qc di sepanjang 8D diatas

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 7
Volume 11, Nomor 1, Pebruari 2013
Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

Nama lokasi : Depo Tanjungwangi -


Banyuwangi Luas konus = 10 cm2
Titik : S-1 Luas piston = 10 cm2
Master sondir : Adi Luas mantel (selimut) = 100 cm2
Tanggal : 22-Apr-11 Interval data sondir = 20 cm
Elevasi : ±0,00 m (muka tanah stempat)

Tabel 1. Data tanah Banyuwangi


Kedala Bacaan Nilai Friction
Lekatan lokal HP JHP
man I II Konus ratio
(m) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm) (%)
0,00
0,20 5 10 5 0,50 10 10 10,00
0,40 8 13 8 0,50 10 20 6,30
0,60 10 15 10 0,50 10 30 5,00
0,80 15 20 15 0,50 10 40 3,30
1,00 30 40 30 1,00 20 60 3,30
1,20 25 30 25 0,50 10 70 2,00
1,40 25 30 25 0,50 10 80 2,00
1,60 20 25 20 0,50 10 90 2,50
1,80 18 23 18 0,50 10 100 2,80
2,00 15 20 15 0,50 10 110 3,30
2,20 15 20 15 0,50 10 120 3,30
2,40 20 25 20 0,50 10 130 2,50
2,60 20 25 20 0,50 10 140 2,50
2,80 150 180 150 3,00 60 200 2,00
3,00 200 250 200 5,00 100 300 2,50
3,20 250 300 250 5,00 100 400 2,00
 Berat sendiri tiang = 9112,5 Kg
Wp = As . L . BJbeton…………....[29]
= 0,25 . 0,25 . 3 . 2400 = 450 kg 4.5 Perhitungan Tiang Pancang Ke-
 Kapasitas daya dukung ultimit tiang lompok
Qu = Qb + Qs – Wp……………...[30] Efisiensi tiang pancang kelompok
= 43068,75 kg+36000 kg - 450 kg Eg = 1 – θ ……………[33]
= 78618,75 kg ≈ 79 Ton Dengan,
 Kapasitas tekan ijin tiang dengan Eg = efisiensi kelompok tiang
faktor aman F = 2,5 m = jumlah baris tiang
Qa = Qu/F ……………………... [31] n = jumlah tiang dalam satu baris
= 79 ton / 2,5 = 31,6 Ton θ = , dalam derajat
 Kapasitan tarik ijin tiang dengan s = jarak pusat ke pusat tiang (m)
mengambil faktor aman F = 4 d = diameter tiang (m)
Qt = (Qs + Wp) / F ……………..[32]
= (36000 kg + 450 kg) / 4

Halaman 8 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini
Volume 12, Nomor 1, Pebruari 2014
Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

Kapasitas daya dukung ultimit kelom- T = (UBC 1997)


pok tiang = 0,529
Qg = Eg . n . Qa……………….... [34]
Dengan, Tabel 2. Berat total bangunan
Qg = beban maksimum kelompok Tingkat Kg
tiang yang mengakibatkan ke- 0 10200,0
runtuhan 1 230583,0
Qa = beban maksimum tiang tunggal 2 397767,2
yang mengakibatkan keruntuhan 3 382614,1
n = jumlah tiang dalam kelompok Atap 229430,0
 Tiang kelompok (2 buah) Wtotal 1250594,3
m =2  Faktor respon gempa (C)
n =1 Kondisi tanah = Keras
s = 3 D (Syarat 2D ≤ S ≤ 6D) Wilayah gempa = 4
θ = 18,43° T = 0,529
Eg = 1 – 18,43° C = 0,567 (Gambar 4)
 Beban Geser Dasar Nominal
= 0,898 SRPMM (V)
Qg = Eg . n . Qa
= 56,75 Ton …………….… [35]
 Tiang kelompok (4 buah) C = 0,567
m =2 I = 1 (Faktor Keutamaan)
n =2 R = 5,5 (Faktor Reduksi)
s = 3 D (Syarat 2D ≤ S ≤ 6D) W = 1.250.594,3Kg
θ = 18,43° V = 128932,3 Kg
= 0,898 . 2 . 31,6  Beban Geser Dasar Nominal
Eg = 1 – 18,43° SRPMK (V)

= 0,795
C = 0,567; I= 1; R = 8,5; W =
Qg = Eg . n . Qa
1.250.594,3 kg; V = 83426,8 Kg
= 0,795 . 4 . 31,6
= 100,52 Ton

4.6 Pembebanan gempa


Perhitungan beban gempa pada bangu-
nan ini, dilakukan dengan menggunakan
analisa statik ekuivalen dimana menurut
SNI 03-1726-2002 Pasal. 6.1.3.
 Waktu getar alami fundamental (T)
Ct = 0,0731 (UBC 1997)
hn = 14 m
Gambar 9. Denah Pondasi

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 9
Volume 11, Nomor 1, Pebruari 2013
Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

(a)
Gambar 8. (a) Gambar pondasi tampak atas

(b)
Gambar 8. (a) Gambar pondasi tampak atas dan (b) Potongan Pondasi

 Beban Geser Dasar Nominal


SRPMM (V)
……….… [35]

C = 0,567
I = 1 (Faktor Keutamaan); R= 5,5
(Faktor Reduksi); W=1.250.594,3Kg
Maka: V = 128932,3 Kg
 Beban Geser Dasar Nominal
SRPMK (V)

Gambar 10. Grafik respons spektrum gem- C = 0,567; I = 1 ; R= 8,5; W =


pa rencana (sumber: SNI 03 – 1726 – 02) 1.250.594,3Kg maka V= 83426,8 Kg

Halaman 10 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini
Volume 12, Nomor 1, Pebruari 2014
Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

4.7 Pemodelan struktur


Gambar hasil pemodelan struktur
dengan menggunakan SAP2000 sebagai
seperti pada gambar 11 sampai 14.

Gambar 14. Pemodelan 3 dimensi

4.8 Kurva Kapasitas


Gambar 11. Denah balok kolom Hasil analisis beban dorong pada
SAP2000 berupa kurva kapasitas
(capacity curve) ditampilkan dalam
gambar 15 dan 16.

Gambar 12. Portal 2

Gambar 15. Kurva kapasitas pushover


SRPMM

Gambar 13. Portal A


Gambar 16. Kurva kapasitas Pushover
SRPMK

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 11
Volume 11, Nomor 1, Pebruari 2013
Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

Dari gambar 15 dan 16 kurva hubungan pada kategori Immediate Occupancy


displacement dan Base Reaction dari (IO). Sedangkan pada step ke 2 dengan
dua metode adalah sama. peralihan 2,86 cm distribusi sendi plas-
tis masih berada pada kategori B-IO
4.9 Distribusi Sendi Plastis sesuai dengan peralihan yang tercapai.
Sendi plastis akibat momen lentur Sendi plastis mengalami collapse pada
terjadi pada struktur jika beban yang step ke 8 saat peralihan 32,62 cm. Hasil
bekerja melebihi kapasitas momen distribusi sendi plastis pada kedua me-
lentur yang ditinjau. Sesuai dengan tode perhitungan struktur tahan gempa
metode perencanaan kolom kuat balok adalah sama yaitu masih berada pada
lemah, untuk desain pada struktur kategori Immediate Occupancy (IO),
berdaktilitas parsial dan penuh meka- tidak ada kerusakan yang berarti pada
nisme tingkat tidak diperkenankan komponen struktural dimana kekuatan
terjadi. Hasil analisis beban dorong dan kekakuannya kira-kira hampir sama
SRPMM berupa distribusi jumlah sendi dengan kondisi sebelum gempa. Kom-
plastis yang terjadi selengkapnya ditam- ponen non-struktur masih berada ditem-
pilkan dalam tabel 11. patnya dan sebagian besar masih ber-
Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa fungsi jika utilitasnnya tersedia. Bangu-
sampai dengan peralihan sebesar 0,85 nan dapat tetap berfungsi dan tidak
cm distribusi sendi plastis masih berada terganggu dengan masalah perbaikan.
pada kategori Immediate Occupancy
(IO). Sedangkan pada step ke 2 dengan 4.10 Evaluasi Perilaku Seismik
peralihan 2,86 cm distribusi sendi Selanjutnya dilakukan evaluasi perilaku
plastis masih berada pada kategori B-IO seismik struktur terhadap beban gempa
sesuai dengan peralihan yang tercapai. rencana untuk memperoleh nilai dan
Sendi plastis mengalami collapse pada R aktual dari struktur bangunan gedung.
step ke 8 saat peralihan 32,62 cm. Perhitungan menggunakan persamaan
sesuai SNI 03-1726-2002,
Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa
dan ………… [37]
sampai dengan peralihan sebesar 0,85
cm distribusi sendi plastis masih berada
Tabel 11. Distribusi sendi plastis pushover SRPMM

Halaman 12 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini
Volume 12, Nomor 1, Pebruari 2014
Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

Dimana: Tabel 13. Hasil evaluasi perilaku seismik


= daktilitas struktur Metode
= peralihan atap pada saat leleh SRPMM 3,36 5,37
pertama SRPMK 3,36 5,37
= peralihan atap pada kondisi
ultimit 4.11 Evaluasi Performance Point
Dengan asumsi nilai peralihan atap pada FEMA 273/356
saat leleh pertama dapat dilihat dari
hasil analisis dengan program SAP2000
dan nilai peralihan saat terjadi collapse
adalah pada saat tercapai nilai peralihan
atap sesuai target displacement yang
telah ditetapkan. Dengan SRPMM dan
SRPMK:

Hasil diatas menunjukkan bahwa


aktual pada SRPMM masih lebih
kecil dari pada desain maksimum
yang disyaratkan ( = 3,50 untuk
Gambar 17. Hasil perhitungan SRPMM
SRPMM) dan R aktual juga lebih kecil
pada pushover curve FEMA 356
dari R desain (R=5,5 untuk SRPMM)
Ki = 4390811 Kg/m
sedangkan aktual pada SRPMK ku-
Ke = 4219690 Kg/m
rang dari pada desain maksimum
Ts = 0,5 detik adalah waktu getar
yang disyaratkan ( = 5,20 untuk
karakteristik dari kurva respon
SRPMM) dan R aktual juga lebih kecil
spektrum wilayah 4 dengan tanah
dari R desain (R=8,5 untuk SRPMK).
keras dimana terdapat transisi
Perhitungan tersebut menunjukkan bah- bagian akselerasi konstan ke
wa struktur bangunan gedung 3 lantai bagian kecepatan konstan.
dengan dimensi tertentu pada wilayah Ti = 0,558 detik
gempa 4 jika direncanakan dengan
Te = Ti = 0,558 = 0,569
SRPMM memenuhi syarat, sedangkan
dengan untuk SRPMK (menggunakan C0 = 1,3 (Tabel 3.2 dari FEMA 356)
dimensi yang sama), syarat daktilitas C1 = 1,0 (Te>Ts); C2 = 1,0 (Tabel 3-3
dan faktor reduksi tidak memenuhi FEMA 356); C3 = 1,0 (Perilaku pasca
persyaratan. Untuk metode SRPMK leleh adalah positif); Sa = 0,42/Te =
perlu dibuat penelitian lanjutan dengan 0,738 (wilayah 4, tanah keras).
perencanaan dimensi struktur bangunan Maka target perpindahan diperoleh =
yang langsing daripada menggunakan = 0,077 m
metode SRPMM.

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 13
Volume 11, Nomor 1, Pebruari 2013
Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

Tabel 12. Distribusi sendi plastis pushover SRPMK

Kinerja Batas Ultimit SNI 03-1726- transisi bagian akselerasi kostan ke


2002. Berdasarkan hasil analisa modal bagian kecepatan kostan.
didapatkan peralihan atap maksimum Ti = 0,558 detik
arah X = 0,031. Simpangan ultimit yang Te = Ti = 0,558 = 0,569
terjadi pada atap:
Arah X = ξ.X ……………………..[38] C0 = 1,3 (Tabel 3.2 dari FEMA 356)
ξ = 0,7 R = 0,7 . 5,5 = 3,95; Jadi, C1 = 1,0 (Te>Ts); C2 = 1,0 (Tabel 3-3
simpangan ultimit arah x = 3,95 . 0,031 FEMA 356); C3 = 1,0 (Perilaku pasca
= 0,122 m leleh adalah positif); Sa = 0,42/Te =
0,738 (wilayah 4, tanah keras).
Maka target perpindahan diperoleh =
= 0,077 m
Kinerja Batas Ultimit SNI 03-1726-
2002. Berdasarkan hasil analisa modal
didapatkan peralihan atap maksimum
arah X = 0,019. Simpangan ultimit yang
terjadi pada atap: Arah X = ξ.X dimana:
ξ = 0,7 R = 0,7 . 5,5 = 3,95. Jadi,
simpangan ultimit arah x = 3,95 . 0,019
= 0,075 m

4.12 Evaluasi Kinerja


Tabel 13. Rangkuman target perpindahan
Gambar 18. Hasil perhitungan SRPMK SRPMM
pada pushover curve FEMA 356 Target
Kriteria Perpindahan
Ki = 4390811 Kg/m Arah X (m)
Ke = 4219690 Kg/m; Ts = 0,5 detik Koefisien perpindahan
0,077
FEMA 273/356
adalah waktu getar karakteristik dari Kinerja Batas Ultimit
kurva respon spektrum wilayah 4 0,122
SNI 03-1726-2002
dengan tanah keras dimana terdapat

Halaman 14 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini
Volume 12, Nomor 1, Pebruari 2014
Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

Tabel 13 menunjukkan target perpin- adalah lebih besar, sedangkan penu-


dahan maksimum untuk arah X sebesar langan lenturnya lebih kecil.
0,122 m (SNI 03-1726-2002). Saat 2. Baik struktur dengan metode SRP-
terjadi target perpindahan maksimum MM maupun SRPMK, sampai de-
arah X, struktur masih berkinerja ngan peralihan sebesar 0,85 cm
Intermediate Occupancy yang artinya distribusi sendi plastis masih berada
memenuhi kinerja yang diharapkan pada kategori Immediate Occupancy
karena gedung berfungsi sebagai rumah (IO). Sedangkan pada step ke 2
toko. dengan peralihan 2,86 cm distribusi
Tabel 14. Rangkuman target perpindahan sendi plastis masih berada pada
SRPMK kategori B-IO sesuai dengan pera-
Target lihan yang tercapai. Sendi plastis
Kriteria Perpindahan
mengalami collapse pada step ke 8
Arah X (m)
Koefisien perpindahan
saat peralihan 32,62 cm.Hal ini
0,077 menunjukkan bahwa gedung yang
FEMA 273/356
Kinerja Batas Ultimit direncanakan sudah memenuhi kiner-
0,075
SNI 03-1726-2002 ja yang diharapkan karena gedung
Tabel 14 menunjukkan dari kedua berfungsi sebagai rumah toko.
kriteria diatas diperoleh target perpin- 3. Menurut peraturan SNI 03 – 1726 –
dahan maksimum untuk arah X sebesar 2002 pasal 4.3.1 bahwa yang
0,075 m (FEMA 273/356). Saat terjadi terjadi tidak boleh lebih dari yang
target perpindahan maksimum arah X, direncanakan. Menurut Pasal 4.4.3, R
struktur masih berkinerja Intermediate yang terjadi tidak boleh lebih dari R
Occupancy yang artinya sudah meme- pada persyaratan. Daktilitas dan
nuhi kinerja yang diharapkan karena faktor reduksi pada kedua metode
gedung berfungsi sebagai rumah toko. adalah sama yaitu dan R =
5,37. Persyaratan SNI 03 –1726 –
5. Simpulan 2002 untuk SRPMM adalah
Simpulan dari perbandingan evaluasi dan R=5,5; sedangkan untuk
kinerja bangunan gedung tahan gempa SRPMK ( dan R=8,5). Jika
wilayah 4 antara metode SRPMM dan dibandingkan antara hasil yang
SRPMK. diperoleh dengan syarat SNI 03 –
1. Dua struktur dengan dimensi yang 1726 – 2002, menunjukkan bahwa
sama, mendapat perlakuan pembeba- nilai daktilitas dan faktor reduksi
nan gempa yang berbeda. Pada struk- pada SRPMM memenuhi persya-
tur SRPMM beban gempa yang ratan, sedangkan pada SRPMK tidak
diberikan lebih besar dibanding SRP- memenuhi.
MK, sesuai persyaratan SNI 1728- 4. Daktilitas SRPMM memenuhi per-
2002. Hasil penulangan geser untuk syaratan SNI. Sedangkan SRPMK
SRPMK jika dibandingkan SRPMM tidak memenuhi. Tidak memenu-
hinya daktilitas pada struktur SRP-

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 15
Volume 11, Nomor 1, Pebruari 2013
Jurnal APLIKASI
ISSN.1907-753X

MK, diduga karena dimensi struktur Press.


yang digunakan pada kedua metode Imran, Iswandi, Hendrik, dan
tersebut adalah sama. Seharusnya Fajar. 2010. Perencanaan
pada struktur SRPMK dibuat dimensi Struktur Gedung Beton
yang lebih langsing pada metode Bertulang, Bandung: Pener-
SRPMK, agar syarat daktilitas me- bit Bandung.
menuhi. Dari Hipotesa ini, maka Nawy, E. G, Tavio, Kusuma, dan
Benny. 2010. Beton Bertu-
diperlukan studi/penelitian lanjutan
lang Sebuah Pendekatan
untuk membandingkan jika diguna- Mendasar Jilid 1, Surabaya:
kan dimensi sruktur yang lebih ITS Press.
langsing. Juga dihitung kebutuhan Satyarno, Imam, Nawangalam,
tulangan yang dibutuhkan. Purbolaras, Pratomo, dan In-
dra. 2011. Belajar SAP 2000
Daftar Pustaka Seri !, Yogyakarta: Zamil
Publishing.
ASCE. 2000. FEMA 356-Prestan-
dard and Commentary for Satyarno, Imam, Nawangalam,
The Seismic Rehabilitation Purbolaras, Pratomo, dan
of Buildings, Federal Emer- Indra. 2011. Belajar SAP
gency Management Agency, 2000 Seri 2, Yogyakarta:
Washington: D.C. Zamil Publishing.
Badan Standar Nasional. 2002a. Sosrodarsono S. dan K. Nakzawa.
Standar Perencanaan Ketaha- 2000. Mekanika Tanah dan
nan Gempa untuk Struktur Teknik Pondasi.
Bangunan Gedung (SNI 03- Wang, C. Kia, Salmon, C. G,
1726-2002), Jakarta: BSN. Hariandja dan Binsar. 1990a.
Badan Standar Nasional. 2002b. Disain Beton Bertulang Edisi
Tata Cara Perhitungan Struk- Keempat Jilid 1, Jakarta:
tur Beton untuk Bangunan Penerbit Erlangga.
Gedung (SNI 03-2847- Wang, C. Kia, Salmon, C. G,
2002), Jakarta: BSN. Hariandja dan Binsar. 1990b.
Dewobroto W., Evaluasi Baja Ta- Disain Beton Bertulang Edisi
han Gempa dengan SAP- Keempat Jilid 2, Jakarta: Pe-
2000. nerbit Erlangga.
Direktorat Penyelidikan Masalah
Bangunan. 1983. Peraturan
Pembebanan Indonesia untuk
Gedung (PPIUG) 1983, Ban-
dung: Yayasan Lembaga Pe-
nyelidikan Masalah Bangu-
nan.
Hardiyatmo and H. Christady.
2011. Analisa dan Perenca-
naan Pondasi 2, Yogyakarta:
Gadjah Mada University

Halaman 16 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini

You might also like