You are on page 1of 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/334988628

Pemodelan Struktur Geologi Bawah Permukaan Menggunakan Data Gravitasi


Pada Area Sikidang-Merdada dan Area Sileri, Kompleks Gunungapi Dieng

Conference Paper · September 2017

CITATIONS READS

0 730

4 authors, including:

Mayang Bunga Puspita Imam Suyanto


Brawijaya University Universitas Gadjah Mada
5 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    33 PUBLICATIONS   67 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Eksplorasi Geothermal View project

Geothermal System in Dieng, Central Java View project

All content following this page was uploaded by Mayang Bunga Puspita on 06 August 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


348

Pemodelan Struktur Geologi Bawah Permukaan Menggunakan Data Gravitasi


Pada Area Sikidang-Merdada dan Area Sileri, Kompleks Gunungapi Dieng

Mayang Bunga PUSPITA 1, Imam SUYANTO2, WAHYUDI2, Agung HARIJOKO3


1Program Studi S2 Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada
2Program Studi Geofisika, FMIPA, Universitas Gadjah Mada
3Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada

Sekip Utara, Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Indonesia


Korespondensi penulis: 1mayangbunga@gmail.com

ABSTRACT
Dieng geothermal field is one geothermal fields with a large capacity in Indonesia. The area with the
biggest geothermal po tential in the Dieng field is the Sikidang-Merdada Area. However, currently the
productive area is concentrated on Sileri Area due to the existence of acidic geothermal fluid in
Sikidang-Merdada Area. Bo th areas is assumed to have the same heat source and are separated by
faults between them. The main purpose of this research is to construc t subsurface geological
modeling using gravity data to detect faults and heat source of Sikidang -Merdada and Sileri Areas.
The gravity method is a passive geophysical method that can be used to detect subsurface geological
struc tures. Data acquisition was performed using Gravitymeter La Coste & Romberg type G -1118 wi th
MVR feedback system of 90 point measurement. The result sho ws that Sikidang -Merdada Area has
relative gravi ty anomaly value higher than Sileri Area. The modeling shows the existence of heat
source in the form of diorite intrusion with depth ranging from 1800 m to 1900 m in Sikidang -
Merdada A rea. Unfortunately, the fault that divides Sikidang-Merdada and Sileri Areas is no t found in
this study.
Keywords : gravity, modeling, geothermal, Dieng

ABSTRAK
Lapangan panas bumi Dieng merupakan salah satu lapangan panas bumi dengan kapasi tas cukup
besar di Indonesia. Area dengan potensi panas bumi terbesar di lapangan Dieng merupakan Area
Sikidang-Merdada. Namun saat ini area produktif dikonsentrasikan pada Area Sileri karena
keberadaan fluida panas bumi yang asam pada Area Si kidang -Merdada. Diduga kedua area ini
memi liki sumber panas yang sama dan dipisahkan oleh sesar yang berada di antara kedua area.
Tujuan utama peneli tian ini merupakan membuat pemodelan geologi bawah permukaan
menggunakan data gravitasi untuk mendeteksi sesar serta sumber panas A rea Si kidang -Merdada
dan Area Sileri. Metode gravitasi merupakan metode geofisika pasif yang dapat digunakan untuk
mendeteksi struktur geo logi bawah permukaan. Akuisisi data dilakukan dengan menggunakan
Gravitymeter La Coste & Romberg tipe G-1118 dengan sistem feedback MVR sebanyak 90 titik
pengukuran. Hasil pengolahan menunjukkan Area Sikidang-Merdada relatif memiliki nilai anomali
gravitasi yang lebih tinggi dibandingkan Area Si leri. Pemodelan yang dilakukan menunjukkan
sumber panas berupa intrusi diorit dengan kedalaman berkisar antara 1800 m hingga 1900 m di
Area Sikidang-Merdada. Namun, sesar yang membatasi Area Sikidang-Merdada dan Area Sileri tidak
ditemukan pada penelitian ini.
Kata kunci : gravitasi, pemodelan, panas bumi, Dieng

PENDAHULUAN
Lapangan panas bumi Dieng merupakan salah satu lapangan panas bumi dengan
kapasitas cukup besar di Indonesia yang terletak di Kompleks Gunungapi Dieng di Provinsi Jawa
Tengah. Lapangan panas bumi yang memiliki luas kurang lebih 63 km2 ini dimiliki oleh Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT. Geo Dipa Energi (Persero). Potensi cadangan terbesar
berada di Area Sikidang-Merdada yaitu 175 MW (Boedihardi, dkk., 1991). Namun uap yang asam
dan korosif ditemukan di beberapa sumur pada area ini, yang menyebabkan runtuhnya casing
sumur-sumur tersebut. Oleh karena hal tersebut, area produktif saat ini dikonsentrasikan di
Area Sileri (Hochstein dan Sudarman, 2015).
Penelitian-penelitian terdahulu telah menghasilkan beberapa model konseptual yang
berbeda-beda mengenai sistem panas bumi Dieng (Boedihardi, dkk., 1991; Layman, dkk., 2002;

Seminar Nasional Kebumian XII


Hotel Sahid, 14 September 2017
Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta
ISBN 978-602-19765-5-5
349

Hochstein dan Sudarman, 2008; Harijoko, dkk., 2016). Sedangkan model konseptual yang dibuat
dengan menggunakan metode geofisika hanya dilakukan oleh Boedihardi, dkk (1991) dengan
menggunakan metode gravitasi dan magnetotellurik (MT). Belum banyak publikasi mengenai
penelitian menggunakan metode geofisika pada lapangan panas bumi Dieng. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan antara lain merupakan metode gravitasi, resistivitas, dan
magnetotellurik (MT) (Boedihardi, dkk., 1991; Layman, dkk., 2002; Nurpratama, dkk., 2015).
Model geologi bawah permukaan yang diperoleh dengan menggunakan data geofisika pada
penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui model konseptual yang paling cocok dalam
menggambarkan sistem panas bumi Dieng.
GEOLOGI DIENG
Kompleks Gunungapi Dieng terletak pada plato yang luas dengan dimensi 14 x 6 km2 dan
mempunyai arah timur-barat yang disebabkan oleh perpindahan pusat erupsi dari barat ke
timur. Perpindahan aktivitas erupsi ditunjukkan oleh banyaknya kehadiran kaldera, dengan
struktur kaldera yang terlihat paling jelas pada lereng barat Gunung Prau. Kompleks ini terdiri
dari kerucut gunung api dan kawah yang berumur Kuarter Akhir hingga Holosen dan tertutup
oleh napal Tersier, batugamping, batupasir tufan, dan batuan gunung api (Sukhyar, 1994 dalam
Van Bergen, 2000).
Nurpratama, dkk (2015) membuat peta geologi lokal Lapangan Dieng berdasarkan studi
yang dilakukan oleh Miller, dkk (1984), peta geologi oleh Sukhyar, dkk (1986), penentuan umur
beberapa batuan oleh Boedihardi, dkk (1991), serta interpretasi distribusi unit litologi
berdasarkan analisis IFSAR-DEM dan pengecekan di lapangan. Stratigrafi Lapangan Dieng dibagi
menjadi 3 bagian yang terdiri dari beberapa unit litologi (Gambar 1), yaitu :
1. Dieng Tua (Older Dieng)
Dieng Tua terdiri dari breksi tuf Gajahmungkur, lava andesit dan breksi tuf Prau (3,6 Ma),
lava andesit piroksen Reban, lava andesit piroksen Sigemplong 1, lava andesit piroksen
Sigemplong 2, lava andesit dan breksi tuf Nagasari (2,99 Ma), lava andesit dan breksi tuf
Jimat, breksi tuf Bisma (2,53 Ma), breksi tuf Sidede, andesit piroksen dan breksi tuf
Sembungan.
2. Dieng Dewasa (Mature Dieng)
Dieng Dewasa berumur 0,37 Ma yang terdiri dari lava dan breksi tuf Pagerkandang, lava
andesit piroksen Sipandu, lava andesit dan breksi tuf Pangonan, lava dan breksi tuf Merdada.
3. Dieng Muda (Younger Dieng)
Dieng Muda terdiri dari breksi tuf Igir Binem, lava andesit basaltik dan breksi tuf Prambanan,
lava andesit basaltik dan breksi tuf Watusumbul, lava andesit basaltik Sikunir, lava andesit
basaltik dan breksi tuf Kendil (0,19 Ma), lava andesit basaltik dan breksi tuf Pakuwaja (0,09
Ma), lava andesit basaltik dan breksi tuf Seroja (0,07 Ma), lava andesit basaltik Sikunang, dan
alluvial.

Gambar 1. Peta geologi Lokal Lapangan Dieng (Nurpratama, dkk., 2015)

Seminar Nasional Kebumian XII


Hotel Sahid, 14 September 2017
Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta
ISBN 978-602-19765-5-5
350

METODE PENELITIAN
Data yang diperoleh dari akuisisi di lapangan dengan menggunakan Gravitymeter La Coste &
Romberg tipe G-1118 sistem feedback MVR (Gambar 2a dan b) sebanyak 90 titik pengukuran
pertama-tama dikoreksi pasang surut dan efek drift untuk memperoleh nilai gravitasi observasi.
Anomaly Bouguer lengkap dapat diperoleh dengan mereduksi nilai gravitasi observasi dengan
nilai gravitasi teoritis yang terdiri dari gravitasi normal sesuai dengan formula World Geodetic
System 1984, koreksi udara bebas (Li dan Gotze, 2001), koreksi Bouguer (LaFehr, 1991), dan
koreksi terrain (Kane, 1962; Nagy, 1966).
....................................................................................... (1)
Anomaly Bouguer lengkap (ABL) yang diperoleh masih berada di topografi dan perlu
dilakukan proyeksi ke bidang datar untuk menghilangkan efek distorsi akibat variasi jarak
vertical tiap titik pengukuran terhadap sumber anomali. Metode pusat titik massa oleh Dampney
(1969) digunakan untuk melakukan proses proyeksi ke bidang datar ini. Dilakukan pemisahan
anomaly regional-lokal dengan metode kontinuasi ke atas (Blakely, 1995) untuk melihat
anomaly dalam maupun anomaly dangkalnya. Sedangkan pemodelan bawah permukaannya
menggunakan metode pemodelan 2,5D oleh Talwani dkk (1959).

Gambar 2.a) Gravitymeter La Coste & Romberg Model G-1118 dan b) GPS Trimble
Navigation 4600 LS

HASIL
Densitas Bouguer merupakan densitas rata-rata yang mewakili massa di bawah
permukaan daerah penelitian. Metode yang digunakan untuk penentuan densitas Bouguer
adalah dengan menggunakan metode Parasnis (Parasnis, 1962). Dengan melihat grafik hasil
perhitungan persamaan linear (Gambar 3), diperoleh densitas Bouguer sebesar 2,39 gr/cm3.

Anomali Udara Bebas Vs ((Koreksi


Bouguer/ρ)-(Koreksi Terrain/ρ))
305

300
Anomali Udara Bebas

295

290 y = 2.3964x + 89.725

285

280

275
78 80 82 84 86 88 90

Koreksi Bouguer/ρ -(Koreksi Terrain/ρ))


Gambar 3. Grafik Anomali Udara Bebas vs Koreksi Bouguer/ρ -(Koreksi
Terrain/ρ

Seminar Nasional Kebumian XII


Hotel Sahid, 14 September 2017
Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta
ISBN 978-602-19765-5-5
351

Dari data topografi daerah penelitian, diketahui bahwa perbedaan elevasi daerah
penelitian kurang lebih sebesar 285 m dengan lebar area penelitian 2,5 km. Variasi elevasi yang
tinggi ini (lebih dari 10% lebar area penelitian) akan memperlihatkan perubahan bentuk
anomali yang cukup signifikan dari ABL di topografi ke ABL di bidang datar. Setelah direduksi ke
bidang datar pada ketinggian 2300 m (Gambar 4a), bentuk anomali berubah dari anomali yang
hampir secara gradual mengecil dengan anomali tinggi di daerah tenggara dan anomali rendah
di barat laut menjadi bentuk klosur anomali bernilai tinggi di bagian timur laut dan barat daya
dan secara gradual menjadi rendah ke arah tenggara dan barat laut. Nilai anomali daerah
penelitian juga berubah menjadi berkisar antara 72 mgal hingga 88 mgal.
Selain bentuk klosur anomali bernilai tinggi, anomali rendah yang terletak di Gunung
Pangonan berubah menjadi anomali tinggi setelah proses reduksi ke bidang datar menunjukkan
keberadaan sumber anomali dengan kontras densitas positif yang diinterpretasikan sebagi
sumber panas di bawah Gunung Pangonan. Bentuk anomali konsentris bernilai tinggi di Gunung
Pangonan tersebut memiliki diameter dengan rata-rata 950 m. Nilai ini dapat digunakan untuk
referensi ketika melakukan pemodelan bawah permukaan.

Gambar 4.a) Peta Anomali Bouguer Lengkap (ABL) di Bidang Datar 2300 m dan b)
Proses Upward Continuation Data Gravitasi dengan Memvariasikan Ketinggian
Kontinuasi

Proses kontinuasi ke atas ini dilakukan beberapa kali dengan ketinggian kontinuasi yang
berbeda-beda dari 100 m hingga 600 m (Gambar 4b). Semakin tinggi ketinggian kontinuasi
merepresentasikan sumber anomali yang semakin dalam. Untuk menentukan ketinggian
kontinuasi yang tepat, dilakukan proses trial and error. Ketinggian kontinuasi yang sudah
menggambarkan anomali regional ditunjukkan dengan tidak berubahnya bentuk anomali pada
ketinggian yang lebih tinggi. Pada data gravitasi ini, ketinggian kontinuasi yang dipilih adalah
500 m. Peta anomali regional menunjukkan rentang anomali berkisar antara 78 mgal hingga 84
mgal dengan klosur anomali tinggi memanjang ke arah timur laut dari Pangonan ke arah
Siglagah.

Seminar Nasional Kebumian XII


Hotel Sahid, 14 September 2017
Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta
ISBN 978-602-19765-5-5
352

DISKUSI
Pada peta ABL di bidang datar (Gambar 4a) terlihat 2 klosur anomali tinggi dengan
warna merah muda hingga merah yang berada pada Gunung Pangonan dan Area Siglagah
(daerah timur laut daerah penelitian). Klosur pada Gunung Pangonan diinterpretasikan sebagai
sumber panas Area Sikidang-Merdada yang berupa intrusi diorit (Boedihardi, dkk., 1991;
Komaruddin, dkk., 1992). Klosur anomali bernilai tinggi di bagian timur laut kemungkinan juga
merupakan intrusi diorit yang menjadi sumber panas pada manifestasi mata air panas dan
fumarole di Area Siglagah. Nilai anomali tinggi yang lebih rendah dibandingkan anomali di Area
Sikidang-Merdada menunjukkan kedalaman sumber panas Area Siglagah yang lebih dalam
daripada Area Sikidang-Merdada. Titik pengukuran yang dimiliki berada pada batas selatan dan
barat dari anomali, sehingga bentuk klosur tertutup tersebut sebenarnya merupakan hasil
ekstrapolasi dari titik-titik di batas anomali.
Hasil upward continuation (Gambar 4b) memperlihatkan kedua klosur anomali tinggi
menyatu menjadi satu klosur besar yang memiliki tren timur laut-barat daya. Hal ini
menunjukkan sumber panas Area Sikidang-Merdada pada kedalaman yang cukup dalam
menyebar ke arah timur laut (Area Siglagah). Namun keterbatasan titik data menyebabkan
kemenerusan sumber panas tidak dapat diketahui. Area Sileri memiliki anomali gravitasi yang
rendah, menunjukkan sumber panas Area Sileri tidak dapat terlihat pada anomali gravitasi ini.
Keberadaan sesar yang membatasi Area Sikidang-Merdada dan Area Sileri tidak terlihat pada
data gravitasi ini. Meskipun anomali gravitasi menunjukkan pola yang memiliki tren, namun
tren anomali tersebut berarah timur laut-barat daya sedangkan tren kelurusan regional yang
membentuk barisan gunungapi dari Kompleks Gunungapi Dieng, Gunung Sindoro hingga
Gunung Sumbing memiliki arah barat laut-tenggara. Sehingga tren anomali gravitasi dengan
arah barat daya-timur laut kemungkinan bukan merupakan tren struktur dan tidak
memperlihatkan keberadaan sesar di antara Area Sikidang-Merdada dan Area Sileri.
Pemodelan
Pemodelan ini dilakukan untuk menggambarkan keadaan bawah permukaan area
penelitian berdasarkan anomali total gravitasi dan magnetik. Dalam pemodelan ini dibuat satu
sayatan dengan arah barat laut-tenggara yang memotong sebagian Area Sileri serta sumber
panas di Area Sikidang-Merdada.
Hasil dari sayatan pemodelan tersebut diperoleh tiga litologi batuan yang menjadi
sumber anomali di daerah penelitian. Ketiga batuan tersebut merupakan endapan gunungapi,
andesit, dan diorit. Endapan gunungapi berupa lapukan andesit, tuf Dieng, dan batuan teralterasi
yang memiliki densitas dan suseptibilitas yang rendah dengan nilai 2 gr/cm3. Endapan
gunungapi ini berada di permukaan daerah penelitian. Andesit merupakan batuan yang paling
mendominasi di daerah penelitian dengan nilai densitas 2,6 gr/cm3 (Hunt, dkk., 1995). Andesit
penyusun daerah penelitian berasal dari unit litologi Andesit Gunung Merdada dan Pangonan
serta Andesit Gunung Pagerkandang (Boedihardi, dkk., 1991) yang termasuk ke dalam unit
litologi Dieng Dewasa (Mature Dieng) menurut Nurpratama (2015). Diorit yang berada pada
daerah penelitian berupa intrusi yang ditemukan pada sumur pemboran pada Area Sikidang-
Merdada (Komarudin, dkk., 1992). Intrusi diorit ini diperkirakan merupakan sumber panas pada
Area Sikidang-Merdada yang memiliki densitas tinggi dan suseptibilitas rendah dengan nilai 2,9
gr/cm3 (Hunt, dkk., 1995).
Model penampang A-A yang ditunjukkan pada Gambar dengan panjang meter
memiliki nilai anomali gravitasi antara 74,2 mgal hingga 90,6 mgal. Model penampang A-A
menunjukkan sumber panas Area Sikidang-Merdada yang berupa intrusi diorit berada di bawah
Gunung Pangonan pada meter ke 2300 hingga meter ke 2800 pada kedalaman kurang lebih
1800 m. Kedalaman tersebut sesuai dengan informasi sumur pemboran pada Area Sikidang-
Merdada (Komarudin, dkk., 1992) yang menyebutkan bahwa intrusi diorit ditemukan pada
kedalaman 1500 m hingga 2500 m. Intrusi diorit ini kemungkinan merupakan magmatic plume
yang berada di bawah Area Sikidang-Merdada menurut model tentatif oleh Hochstein dan
Sudarman (2008) yang ditunjukkan pada Gambar 6.

Seminar Nasional Kebumian XII


Hotel Sahid, 14 September 2017
Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta
ISBN 978-602-19765-5-5
353

Pada model penampang A-A ini tidak ditemukan sumber panas pada Area Sileri ataupun
sesar yang membatasi Area Sikidang-Merdada dan Area Sileri. Hal ini menunjukkan bahwa
sumber panas Area Sileri tidak terletak di bawah Gunung Pagerkandang dan berada di luar area
penelitian, serta perbedaan hasil manifestasi pada kedua area bukan dipengaruhi oleh sesar,
namun dikarenakan oleh perbedaan sumber panas. Model penampang A-A menunjukkan
model tentatif oleh Hochstein dan Sudarman (2008) lebih tepat untuk menggambarkan keadaan
bawah permukaan Area Sikidang-Merdada dan Area Sileri dibandingkan dengan model tentatif
oleh Boedihardi, dkk (1991). Error yang diperoleh pada model penampang A-A ini sebesar
2,515 untuk model gravitasi.

Gambar 5. Model Bawah Permukaan Penampang A-A’ Dari Anomali ABL di Bidang
Datar

Model tentatif lapangan panas bumi Dieng oleh Hochstein dan Sudarman (2008)
menunjukkan keberadaan magmatic plume pada Area Sikidang-Merdada di bawah Gunung
Pangonan berupa intrusi diorit pada kedalaman kurang lebih 1800 m yang dibuktikan pada
model penampang A-A . Magmatic plume tersebut menyebar dari Gunung Pangonan ke arah
timur laut yang ditunjukkan oleh keberadaan anomali gravitasi tinggi pada peta ABL di bidang
datar (Gambar 4a).

Seminar Nasional Kebumian XII


Hotel Sahid, 14 September 2017
Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta
ISBN 978-602-19765-5-5
354

Gambar 6. Model Tentatif Sistem Panas Bumi pada Area Sikidang-Merdada dan Area
Sileri (Hochstein dan Sudarman, 2008)

KESIMPULAN
Area Sileri memiliki nilai anomali gravitasi yang relatif lebih rendah dan nilai anomali
magnetik yang lebih tinggi dibandingkan dengan Area Sikidang-Merdada. Nilai anomali gravitasi
pada daerah penelitian berkisar antara 72 mgal hingga 88 mgal. Tidak terlihat struktur geologi
berupa sesar yang dapat teridentifikasi pada daerah penelitian dengan menggunakan metode
gravitasi dan magnetik. Perbedaan manifestasi pada Area Sileri dan Area Sikidang-Merdada
bukan dikarenakan oleh sesar yang membatasi kedua area, namun karena perbedaan sumber
panas. Sumber panas tersebut berupa intrusi diorit yang ditemukan pada Area Sikidang-
Merdada pada kedalaman 1800 m namun tidak ditemukan di Area Sileri. Dari hasil pemodelan
diperoleh tiga litologi batuan yang menjadi sumber anomali di daerah penelitian. Ketiga batuan
tersebut merupakan endapan gunungapi, andesit, dan diorit.

DAFTAR PUSTAKA
Blakely, R.J. (1995). Potential Theory in Gravity and Magnetik Applications. Cambridge University
Press, New York.
Boedihardi, M., Suranto, Sudarman, S. (1991). Evaluation of the Dieng Geothermal Field: Review of
Development Strategy. Proceeding of Indonesian Petroleum Association 20th Annual
Convention, P. 347-361.
Dampney, C. N. G. (1969). The equivalent source technique. Geophysics, Vol. 34, P. 39-53.
Harijoko, A.,Uruma, R., Wibowo, H.E., Setijadji, L.D., Imai, A., Yonezu, K., Watanbe, K. (2016).
Geochronology and magmatic evolution of the Dieng Volcanic Complex, Central Java,
Indonesia and their relationship to geothermal resources. Journal of Volcanology and
Geothermal Research, Vol. 3 (10), P. 209-224.
Hochstein, M.P., Sudarman, S. (2008). History of geothermal exploration in Indonesia from 1970 to
2000. Geothermics, Vol. 37, P. 220-266.
Hochstein, M.P., Sudarman, S. (2015). Indonesian Volcanic Geothermal Systems. Proceedings
World Geothermal Congress 2015.

Seminar Nasional Kebumian XII


Hotel Sahid, 14 September 2017
Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta
ISBN 978-602-19765-5-5
355

Hunt, C.P., Moskowitz, B.M., And Banerjee, S.K. (1995). Magnetic properties of rocks and minerals,
in Ahrens, T.J., ed., Rock Physics and Phase Relations: A Handbook of Physical Constants .
American Geophysical Union, Reference Shelf 3, p. 189–204.
Kane, M.F. (1962). A Comprehensive System of Terrain Corrections Using a Digital Computer.
Geophysics, Vol. 27, No 4, p. 455–462.
Komarudin, U., Sunaryo, D., Prayitno R., Hansen, S. (1992). Evaluation of Geothermal Igneous
Reservoirs. Proceeding of Indonesian Petroleum Association 21st Annual Convention, P.
607-630.
laFehr, T.R. (1991). An exact solution for the gravity curvature (Bullard B) correction. Geophysics,
Vol. 56, P. 1179-1184.
Layman, E.B., Agus, I., Warsa, S. (2002). The Dieng Geothermal Resource, Central Java, Indonesia.
Geothermal Resources Council Transactions, Vol.26, P. 573-579.
Li, X., Gotze, H.J. (2001). Tutorial Ellipsoid, Geoid, Gravity, Geodesy, and Geophysics. Geophysics,
Vol. 66 (6), P. 1660-1668.
Nagy D. (1966). The Prism Method for Terrain Corrections Using Digital Computers. Pure Appl.
Geophys. 63, P. 31–39.
Nurpratama, M.I., Atmaja, R.W., Elfina, Wibowo, Y.T., Harijoko, A., Husein, S., Sudarno, I., Setianto,
A., Utami, P. (2015). Detailed Surface Structural Mapping of the Dieng Geothermal Field in
Indonesia. Proceedings World Geothermal Congress 2015.
Parasnis, D. S. (1962). Principles of Applied Geophysics. Methuen, London.
Talwani, M., Worzel, J.L., Landisman, M. (1959). Rapid Gravity Computations for Two-Dimensional
Bodies with Application to The Mendocino submarine Fracture Zone. Journal of Geophysical
Research, Vol.64, p49-59.
Van Bergen, M.J., Bernard, A., Sumarti, S., Sriwana, T., Sitorus, K. (2000). Crater lakes of Java:
Dieng, Kelud and Ijen. Excursion guidebook, IAVCEI General Assembly, Bali.

Seminar Nasional Kebumian XII


Hotel Sahid, 14 September 2017
Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta
ISBN 978-602-19765-5-5

View publication stats

You might also like