You are on page 1of 10

Pengolahan Limbah Cair Industri Karet Dengan Kombinasi

Proses Pretreatment Dan Membran Ultrafiltrasi

Windy Nila Hakim, Jhon Armedi Pinem, Edy Saputra


Laboratorium Pemisahan dan Pemurnian
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus
Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 e-mail:
windynilahakim28@yahoo.com

Abstract
The development of new industries can increase prosperity for the people, but had
a negative impact on the environment. Industries that produce waste one of them
is the rubber industry. Rubber industries produce wastewater containing organic
compounds are relatively high. Rubber industrial wastewater treatment needs to
be done first in order to tackle pollution. This study was conducted to test the
effectiveness and influence of pretreatment process and ultrafiltration membranes
in wastewater treatment process of the rubber industry. Wastewater rubber which
has been neutralized, in coagulation using coagulant aluminum sulfate (150 mg/l;
200 mg/l; 250 mg/l) with stirring speed of 200 rpm for 5 minutes and 60 rpm for
15 minutes, then allowed to stand for 30 minutes. Waste water sample is filtered
then ultrafiltration with variations in pumping pressure (1 bar, 1,5 bar, 2 bar).
The results showed the coagulation process is effective at a dose of coagulant
Aluminum Sulfate 250 mg/l is 58,71% of BOD5, 59,04% of COD, 35,71% of TSS
and 25% of ammonia. The percentage of waste generated rejection increases with
increasing pumping pressure of 1 bar to 2 bar. The rejection percentage is
67,30% of BOD5, 67,19% of COD, 88,15% of TSS and 35,71% of ammonia at 2
bar.
Key Words: Aluminium sulfate, coagulation, wastewater rubber, membranes,
pressure, ultrafiltration
1. PENDAHULUAN (Biochemical Oxygent Demamd) dan
Pembangunan industri-industri COD (Chemical Oxygent Demamd)
baru pada saat ini dapat pada limbah cair industri karet
meningkatkan kemakmuran bagi menjadi tinggi (Yulianti dkk, 2005).
masyarakat, namun membawa Limbah cair industri karet perlu
dampak negatif terhadap lingkungan dilakukan pengolahan terlebih
hidup. Permasalahan tersebut perlu dahulu untuk menanggulangi
dipertimbangkan beberapa efeknya pencemaran. Perkembangan
seperti limbah yang dihasilkan. teknologi membran sebagai unit
Industri yang menghasilkan limbah pengolah limbah saat ini sangat pesat
salah satunya adalah industri karet. dan banyak digunakan dalam proses
Industri karet menghasilkan limbah pemisahan. Teknologi membran
cair yang mengandung senyawa mempunyai berbagai keunggulan
dibandingkan metode pemisahan
organik yang relatif tinggi. Adanya
yang konvensional, di antaranya
bahan-bahan organik tersebut
proses kontinyu, tidak memerlukan
menyebabkan nilai BOD

Jom FTEKNIK Volume 3 No. 1 Februari 2016 1


zat kimia tambahan, konsumsi energi partikel flok yang telah distabilkan
rendah, mudah dalam scale up, tidak selanjutnya saling bertumbukan serta
membutuhkan kondisi yang ekstrim, melakukan proses tarik-menarik dan
material membran bervariasi dan membentuk flok yang ukurannya
mudah dikombinasikan dengan makin lama makin besar serta mudah
proses pemisahan lainnya mengendap (Margaretha dkk, 2012).
(Kusumawati dan Tania, 2012). Beberapa jenis koagulan dalam
Pengolahan limbah cair industri praktek pengolahan air diantaranya
karet memiliki beberapa parameter tawas, sodium aluminat, Poly
yang perlu diperhatikan untuk aluminium chloride (PAC), ferri
mengukur kadar bahan pencemar sulfat, ferri klorida dan ferro sulfat
seperti BOD, COD, TSS, ammonia (Mulyadi, 2007).
dan pH. Peraturan Menteri Membran secara umum dapat
Lingkungan Hidup Republik didefinisikan sebagai lapisan tipis
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 semipermiabel yang berfungsi
tentang baku mutu air limbah sebagai alat pemisah berdasarkan
menetapkan baku mutu air limbah sifat fisiknya. Hasil pemisahan
bagi usaha dan/atau kegiatan industri berupa retentate dan permeate. Ada
karet dapat dilihat pada Tabel 1.1 dua parameter penting yang paling
berikut: menentukan kinerja membran yaitu
fluks (permeabilitas) dan selektifitas
Tabel 1.1 Baku mutu limbah cair (faktor pemisah). Teknologi
bagi kegiatan industri karet membran merupakan teknologi yang
PARAMETER KADAR dapat digunakan dalam penyisihan
MAKSIMUM kadar zat-zat organik dalam limbah
(mg/L) cair, salah satunya adalah membran
BOD 60 ultrafiltrasi yang sesuai untuk
COD 200 menahan suspensi koloid dan
TSS 100 partikel (bakteri). Prinsip dasar
Amonia Total 5 pemisahan dengan teknologi
Ph 6,0-9,0 membran ultrafiltrasi adalah
Sumber: PERMENLH RI Nomor 5 pemisahan berdasarkan ukuran
Tahun 2014 partikel (Notodarmajo dkk, 2004).

Koagulasi adalah proses 2. METODE


pencampuran bahan kimia 2.1 Bahan dan Alat
(koagulan) dengan air baku sehingga Bahan baku yang digunakan
membentuk campuran yang dalam penelitian ini berupa limbah
homogen. Partikel-partikel koloid cair industri karet, koagulan tawas
akan saling tarik-menarik dan (aluminium sulfat), NaOH 0,1 N dan
menggumpal membentuk flok kecil. aquadest. Peralatan yang digunakan
Flok kecil yang sudah terbentuk dalam penelitian ini meliputi satu
dalam proses koagulasi tadi akan unit modul membran ultrafiltrasi
membentuk flok yang lebih besar berbahan dasar polisulfon, pressure
untuk bisa mengendap yang dikenal gauge, pompa diafragma, motor
dengan proses flokulasi. Partikel- pengaduk yang dilengkapi dengan
batang pengaduk dan padle, gelas ukur 1000 ml, gelas ukur 100 ml,
piala 2000 ml, kertas saring, pH meter, botol sampel 1000 ml dan
timbangan analitik, corong, labu 5000 ml, kaca arloji dan stopwatch.

2.2 Prosedur Penelitian


Skema prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut:

Limbah cair

Analisa Netralisasi NaOH 0,1 N

Variasi dosis
Analisa Koagulasi
tawas

Variasi
Membran UF
Analisa Tekanan

Retentat Permeat

Analisa

Gambar 2.1 Skema proses pengolahan limbah cair industri karet


3. HASIL DAN PEMBAHASAN karet dianalisa terlebih dahulu untuk
3.1 Analisa Awal Limbah Cair mengetahui kadar BOD, COD, TSS,
Industri Karet ammonia dan pH yang terkandung
Limbah cair industri karet didalam limbah cair industri karet.
diperoleh dari pabrik karet crumb Untuk mengetahui konsentrasi awal
rubber di daerah Rumbai, limbah cair industri karet, maka
Pekanbaru. Limbah cair diperoleh dilakukan analisa di UPT Dinas
dari kolam penampungan awal Pekerjaan Umum Provinsi Riau.
limbah cair. Pengambilan sampel Hasil analisa awal limbah cair
tersebut dilakukan tanpa teknik industri karet tersebut dapat dilihat
sampling. Sebelum dilakukan pada Tabel 3.1 berikut:
pengolahan, limbah cair industri
Tabel 3.1 Analisa awal limbah cair industri karet
Parameter Baku mutu Analisa awal limbah
BOD (mg/l) 60 215,8
COD (mg/l) 200 648,8
TSS (mg/l) 100 630,2
Ammonia (mg/l) 5 33,6
pH 6,0-9,0 5,3
Dari Tabel 3.1 di atas 3.2 Pengaruh Dosis Koagulan
menunjukkan bahwa hasil analisa Aluminium Sulfat pada Proses
awal limbah cair industri karet untuk Koagulasi-Flokulasi terhadap
parameter BOD sebesar 215,8 mg/l, Penyisihan BOD, COD, TSS
COD sebesar 648,8 mg/l, TSS dan Ammonia
sebesar 630,2 mg/l, ammonia sebesar Limbah cair industri karet yang
33,6 mg/l dan pH sebesar 5,3. Hasil telah dinetralkan, di koagulasi
analisa tersebut cukup tinggi yaitu menggunakan koagulan Aluminium
melebihi baku mutu yang ditetapkan Sulfat (150 mg/l; 200 mg/l; 250
oleh Peraturan Menteri Lingkungan mg/l) dengan kecepatan pengadukan
Hidup Republik Indonesia nomor 5 200 rpm selama 5 menit dan 60 rpm
tahun 2014. selama 15 menit, setelah itu
Pada Tabel 3.1 juga dapat dilihat didiamkan selama 30 menit.
bahwa pH dari limbah cair industri Kemudian air limbah dipisahkan dari
karet tersebut bersifat asam. Oleh endapan/flok menggunakan kertas
karena itu, limbah cair industri karet saring.
perlu dilakukan proses netralisasi Sampel yang telah melewati
terlebih dahulu agar pHnya menjadi proses koagulasi dianalisa kembali
7, untuk mengoptimalkan kinerja untuk mengetahui kadar BOD, COD,
koagulan pada proses koagulasi. TSS dan ammonia. Analisa
Koagulan yang digunakan adalah dilakukan untuk mengetahui kualitas
Aluminium Sulfat. Limbah cair limbah cair industri karet setelah
industri karet dengan pH netral, proses koagulasi dan untuk
kemudian dilanjutkan dengan proses mengetahui pengaruh variasi dosis
koagulasi untuk mengurangi beban koagulan pada proses koagulasi.
pada proses ultrafiltrasi. Hasil analisa tersebut dapat dilihat
pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Hasil analisa limbah cair industri karet sebelum dan setelah proses
koagulasi
Parameter Baku Hasil analisa
mutu Sebelum Setelah penambahan koagulan
penambahan 150 mg/l 200 mg/l 250 mg/l
koagulan
BOD (mg/l) 60 216,3 176,2 123,3 89,3
COD (mg/l) 200 649 525 370 265,8
TSS (mg/l) 100 630 465 432 405
Ammonia (mg/l) 5 33,6 32,9 30,2 25,2
pH 6,0-9,0 7 6,92 6,92 6,91

Dari Tabel 3.2 di atas, setelah satu akan berikatan dengan partikel
penambahan koagulan dengan variasi lainnya membentuk flok (Arinaldi
dosis koagulan yaitu 150 mg/l, 200 dan Ferdian, 2013). Hal inilah yang
mg/l dan 250 mg/l menunjukkan membuat kadar BOD, COD, TSS
bahwa konsentrasi limbah cair dan ammonia limbah cair industri
industri karet mengalami penurunan karet setelah proses koagulasi-
secara signifikan. Pada dosis flokulasi lebih kecil dari pada
koagulan 250 mg/l didapatkan sebelum proses koagulasi-flokulasi.
penurunan tertinggi yaitu BOD Efektifitas proses koagulasi
sebesar 89,3 mg/l, COD sebesar limbah cair industri karet pada setiap
265,8 mg/l, TSS sebesar 405 mg/l dosis koagulan dapat diketahui dari
dan ammonia sebesar 25,2 mg/l. Hal nilai persentase penyisihan. Nilai
ini disebabkan karena semakin tinggi persentase penyisihan tersebut
dosis koagulan, maka semakin diperoleh dari perhitungan data pada
banyak zat yang aktif Tabel 3.2 yang menggambarkan
mendestabilisasikan muatan partikel- selisih antara nilai parameter
partikel koloid yang terlarut. Tidak sebelum dengan setelah proses
stabilnya partikel-partikel koloid koagulasi. Untuk lebih jelasnya dapat
tersebut menyebabkan partikel yang dilihat pada Gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1 Efektifitas proses koagulasi


Dari Gambar 3.1 di atas, dapat digunakan sebagai bahan baku juga
diketahui bahwa dosis koagulan berbeda. Pada penelitian yang
Aluminium Sulfat 250 mg/l lebih dilakukan oleh Rizal dkk (2013),
efektif menurunkan beban limbah cair yang digunakan adalah
pencemaran. Hal ini disebabkan air lindi. Namun demikian,
karena dosis koagulan Aluminium konsentrasi limbah cair industri karet
Sulfat 250 mg/l lebih banyak tersebut masih belum memenuhi
menyisihkan beban pencemar di baku mutu yang ditetapkan.
dalam limbah cair industri karet. Selanjutnya limbah cair yang telah
Persentase penyisihan yang didapat melalui proses koagulasi-flokulasi
pada penelitian ini lebih besar pada dosis koagulan Aluminium
dibandingkan dengan penelitian yang Sulfat 250 mg/l kemudian akan
dilakukan oleh Rizal dkk (2013). Hal digunakan sebagai umpan pada
ini disebabkan karena perbedaan proses membran ultrafiltrasi.
dosis koagulan yang digunakan. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Rizal 3.3 Hasil Analisa Permeat
dkk (2013), dosis koagulan yang Hasil analisa permeat membran
digunakan adalah 20 mg/l, 40 mg/l ultrafiltrasi dari limbah cair industri
dan 60 mg/l. karet dapat dilihat pada Tabel 3.3
Adapun penyebab lainnya berikut:
dikarenakan limbah cair yang

Tabel 3.3 Analisa permeat membran ultrafiltrasi


Parameter Baku Analisa Setelah Analisa Permeat
Mutu awal Penambahan
limbah koagulan 250
mg/l 1 bar 1,5 bar 2 bar
BOD (mg/l) 60 215,8 89,3 70,3 49,5 29,2
COD (mg/l) 200 648,8 265,8 210,6 150 87,2
TSS (mg/l) 100 630,2 405 125 83 48
Ammonia (mg/l) 5 33,6 25,2 21,8 19 16,2
pH 6,0-9,0 5,3 6,90 6,90 6,90 6,90
Dari Tabel 3.3, menunjukkan banyak partikel-partikel, zat-zat
bahwa konsentrasi limbah cair organik dan mikroorganisme yang
industri karet mengalami penurunan tertahan pada membran ultrafiltrasi
secara signifikan. Pada tekanan 2 bar (Pinem dkk, 2014).
didapatkan penurunan tertinggi yaitu Untuk mengetahui kinerja dari
BOD sebesar 29,2 mg/l, COD membran ultrafiltrasi dalam
sebesar 87,2 mg/l, TSS sebesar 48 menyisihkan parameter BOD, COD,
mg/l dan ammonia sebesar 16,2 mg/l. TSS dan ammonia limbah cair
Hal ini disebabkan karena semakin industri karet dapat dilihat dari nilai
besar tekanan, maka debit limbah persentase rejeksi. Untuk lebih
cair yang melewati membran akan jelasnya dapat dilihat pada Gambar
semakin meningkat dan semakin 3.2 berikut:
Gambar 3.2 Pengaruh tekanan pemompaan membran ulrafiltrasi terhadap
penyisihan BOD, COD, TSS dan ammonia
Dari Gambar 3.2 dapat dalam limbah cair. NH3 dapat
diketahui bahwa persentase rejeksi dihilangkan dengan cara absorbsi
tertinggi terjadi pada tekanan menggunakan larutan penyerap
pemompaan 2 bar yaitu BOD sebesar (Licon,2012). Menurut (Ekasari,
36,39%, COD 29,94%, TSS 82,71% 2013), NH3 dapat dihilangkan
dan ammonia sebesar 35,71%. dengan cara absorbsi menggunakan
Dimana pada tekanan 2 bar tersebut, larutan penyerap seperti asam sulfat,
membran ultrafiltrasi telah mampu sehingga NH3 dapat bereaksi
menurunkan kadar BOD, COD dan menjadi ammonium sulfat yang
TSS dibawah standar baku mutu dapat digunakan sebagai pereaksi
limbah cair industri karet. Namun kimia dan lain sebagainya.
untuk ammonia, membran Koefisien rejeksi yang diperoleh
ultrafiltrasi hanya mampu pada penelitian ini lebih besar
menurunkan kadar hingga 35,71% dibandingkan dengan koefisien
dan belum memenuhi baku mutu rejeksi yang diperoleh pada
ammonia yang boleh dibuang penelitian yang dilakukan oleh Rizal
kelingkungan. dkk (2013). Hal ini disebabkan
Ketidakefektifan penurunan karena perbedaan tekanaan
kadar ammonia dikarenakan pada pemompaan maksimum. Pada
proses koagulasi-flokulasi dan penelitian yang dilakukan oleh Rizal
membran ultrafiltrasi, ammonia yang dkk (2013), tekanan pemompaan
dapat disisihkan adalah ammonia maksimum yang digunakan adalah 1
+
yang terionisasi (NH4 ), sedangkan bar. Dari hasil analisa permeat pada
ammonia tak terionisasi (NH3) tidak Tabel 3.3, maka dapat ditentukan
dapat disisihkan. NH3 tidak dapat persentase penyisihan kombinasi
disisihkan karena merupakan proses koagulasi menggunakan
molekul ammonia yang mudah koagulan Aluminium Sulfat 250 mg/l
menguap. Hal ini menyebabkan dan rejeksi membran ultrafiltrasi
kadar ammonia belum memenuhi
yang dapat dilihat pada Tabel 3.4
baku mutu lingkungan dikarenakan
masih terdapat kandungan NH di berikut:
3
Tabel 3.4 Persentase penyisihan koagulan dan rejeksi membran ultrafiltrasi
Tekanan % Penyisihan
1 bar 1,5 bar 2 bar
BOD 67,5 77,11 86,5
COD 67,55 76,88 86,56
TSS 80,16 86,83 92,38
Ammonia 35,12 43,45 51,78
Pada Tabel 3.4 di atas, dapat untuk Pemisahan Zat Warna
diketahui persentase penyisihan Rhodamin B, Molekul, Vol. 7
tertinggi dari kombinasi proses No. 1, Mei 2012: 43-52
koagulasi-flokulasi dan membran Licon E., S.Casas., A. Alcaraz., J.L
ultrafiltrasi. Persentase penyisihan Cortina., dan C. Valderrama,
tertinggi didapatkan pada tekanan 2 (2012), Ammonia Removal From
bar yaitu BOD sebesar 86,5%, COD Water By Liqui-Liquid
sebesar 86,56%, TSS sebesar 92,38% Membrane Contactor Under
dan ammonia sebesar 51,78%. Loop Regime, Proceedings of the
COMSOL Conference,
4. KESIMPULAN Universitat Politecnica De
Proses koagulasi berlangsung Catalunya, Barcelona, Spain
efektif pada dosis koagulan Mesah S. K. K., (2008), Penyisihan
Aluminium Sulfat 250 mg/l dengan BOD, COD dan TSS Limbah
persentase penyisihan yaitu BOD5 Cair Rumah Sakit Dengan
sebesar 58,71%, COD sebesar Kombinasi Koagulasi dan
59,04%, TSS sebesar 35,71% dan Membran Ultrafiltrasi, Skripsi
ammonia sebesar 25%. Persentase Sarjana, Fakultas Teknik,
rejeksi terbesar dihasilkan pada Universitas Riau, Pekanbaru
tekanan 2 bar yaitu BOD5 sebesar Mulder M., (1996), Basic Principles
67,30%, COD sebesar 67,19%, TSS of Membrane Technology. 2nd
sebesar 88,15% dan ammonia edition, Kluwer Academic
sebesar 35,71%. Publisher, Hetherland
Mulyadi, (2007), Chemical Proses
DAFTAR PUSTAKA Control In Water Treatment,
Ekasari S.R., (2013), Penyisihan Reguler Training, Serpong, Aula
Ammonia dari Air Limbah IPA Cisadane
Menggunakan Gabungan Proses Notodarmojo S., dan Anne D.,
Membran dan OKsidasi Lanjut (2004), Penurunan Zat Organik
dalam Reaktor Hibrida Ozon- dan Kekeruhan Menggunakan
Plasma Menggunakan Larutan Teknologi Membran Ultrafiltrasi
Penyerap Asam Sulfat, Thesis dengan Sistem Aliran Dead-End,
Pasca Sarjana, Fakultas Teknik, Fakultas Teknik Sipil dan
Universitas Indonesia, Depok Perencanaan, Vol 36 A, No.1:
Kusumawati N., dan Septiana T., 63-82
(2012), Pembuatan dan Uji Pinem J.A., Megah S.G., dan Maria
Kemampuan Membran Kitosan P., (2014), Pengolahan Air Lindi
sebagai Membran Ultrafiltrasi TPA Muara Fajar dengan
Ultrafiltrasi, Jurnal Teknik Lingkungan, P3TL-
Teknobiologi, Vol. 1: 43-46 BPPT, 5: (3): 167-173
Saeed M., (2010), Membrane Yulianti D., Kusumo W., dan Widya
Ultrafiltration, Norwegian M., (2005), Pemanfaatan
University of Science and Limbah Cair Pabrik Karet
Technology, Department of PTPN IX Kebun Batu Jamus
Chemical Engineering, NO-7491 Karang Anyar Hasil
Trondheim, Norwey Fitoremediasi dengan Azolla
Susanto J.P., Sri P.G., Sri M. Dan microphylla Kaulf untuk
Siti H.I., (2004), Pengolahan Pertumbuhan Tanaman Padi
Lindi (Leachate) dari TPA (Oryza sativa Linn.),
dengan Sistem Koagulasi- BioSMART, Vol. 7, No. 2,
Biofilter Anaerobic, Jurnal Oktober 2005:125-130

You might also like