You are on page 1of 8

e-Jurnal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017

HUBUNGAN DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGA DENGAN PENERIMAAN


DIRI PADA LANSIA DI DESA WATUTUMOU III

Liliyanti M L Sangian
Ferdinand Wowiling
Reginus Malara,

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : liliyantisangian@yahoo.co.id

Abstract : Family support is a form of servant behavior performed by the family both in the
form of emotional support, awards, information and instrumental. Self-acceptance of the
elderly is a high appreciation or not being cynical about self-relating to the elderly's
willingness to open up or express thoughts, feelings, and reactions to others and able to
accept his shortcomings as well as his ability to accept the advantages. The purpose of this
study to analyze The relationship between the emotional support of the family and the self-
acceptance of the elderly in Watutumou Village III. The research method is analytical
descriptive with cross sectional design. The sampling technique in this study is purposive
sampling with the sample number of 60 respondents.The data collection is done by using a
questionnaire and interview sheet. Processing data using computer program with Pearson
chi-square test with a significance level of 95% . The results of this study using
pearson chi-square analysis showed that there was a relationship between the emotional
support of the family and the self-acceptance of the elderly in Watutumou III Village (p =
0,000). Conclusion There is a relationship between the emotional support of the family with
self-acceptance in the elderly in Watutumou Village III. Keywords:emotional support of the
family, the self-acceptance of the elderly

Abstrak : Dukungan keluarga adalah suatu bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh
keluarga baik dalam bentuk dukungan emosi, penghargaan, informasi dan
instrumental.Penerimaan diri lansia merupakan penghargaan yang tinggi atau tidak bersikap
sinis terhadap diri sendiri yang berkaitan dengan kerelaan lansia untuk membuka diri atau
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan reaksi terhadap orang lain serta mampu menerima
kekurangan dirinya sebagaimana kemampuannya untuk menerima kelebihannya.Tujuan
penelitian ini untuk menganalisahubungan antara dukungan emosional keluarga dengan
penerimaan diri pada lansia di Desa Watutumou III. Metode penelitian yaitu deskriptif
analitik dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian
inipurposive samplingdengan jumlah sampel 60 responden. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner. Pengolahan data menggunakan program komputer dengan
uji pearson chi-square GHQJDQ WLQJNDW NHPDNQDDQ . Hasil penelitian dengan
menggunakan analisis pearson chi-square menunjukkan terdapat hubungan antara dukungan
emosional keluarga dengan penerimaan diri pada lansia di Desa Watutumou III(p= 0,000).
Kesimpulan terdapat hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan penerimaan diri
pada lansia di Desa Watutumou III.
Kata kunci : Dukungan Emosional Keluarga, Penerimaan Diri Lansia

1
e-Jurnal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017

PENDAHULUAN terhadap perubahan yang terjadi karena


Manusia dalam hidupnya akan proses menua ini dan ketidakadekuatan
mengalami peiode berurutan, mulai dari dukungan sosial yang diterima lansia dapat
periode parental hingga lansia. Setiap masa menimbulkkan gangguan psikososial seperti
yang dilalui merupakan tahap-tahap yang perasaan kehilangan, kesepian, depresi, sulit
saling berkaitan dan tidak dapat diulang tidur dan lain-lain (Wijayanti, 2008).
kembali. Hal yang terjadi di masa awal Terjadinya permasalahan fungsi fisik
perkembangan individu, akan memberikan dan psikis pada lansia tersebut
pengaruh terhadap tahap selanjutnya. Salah memungkinkan lansia membutuhkan orang
satu tahap yang akan dilalui oleh individu lain untuk mendukung dan membantunya
tersebut adalah masa lanjut usia lansia. melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Masa lansia adalah masa perkembangan Ketika lansia merasa terbatas pada
terakhir dalam hidup manusia yang disertai kemampuan fisiknya, ia membutuhkan orang
adanya penurunan kondisi fisik, psikis, dan lain untuk membantunya, ia merasa tidak
sosial yang saling berinteraksi satu sama berguna dan terhambat dalam
lain (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, mengaktualisasikan potensi yang ia miliki
Batubara, 2008). untuk mencapai segala yang ia inginkan.
Usia lanjut pada umumnya mengalami Secara ekonomi, lansia merupakan masa
berbagai perubahan. Perubahan tersebut pensiun, produktivitas menurun, dan
antara lain adalah kematian pasangan, penghasilan akan berkurang bahkan menjadi
kerusakan fungsi, dan penyakit kronik, sikap nihil. Hal ini juga menyebabkan lansia
dan pandangan negative terhadap kondisi menjadi tergantung atau menggantungkan diri
menua, masa pensiun, kematian keluarga dan kepada orang lain seperti anak atau keluarga
teman, dan relokasi dari tempat tinggal yang lain. Banyak orang beranggapan bahwa
keluarga. Perubahan ini akan memberikan lansia yang tinggal bersama keluarga
pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, biasanya lebih bahagia dan tidak merasa
termasuk kesehatannya. Perubahan psikis kesepian karena mereka berada di tengah
para lans /ia meliputi perubahan dalam hal keluarganya. Selain itu Sari (2002) lansia
belajar, berfikir, kreativitas, ingatan, rasa yang tidak bisa menerima perubahan tersebut
humor. Perubahan dalam aspek motorik akan menggunakan mekanisme pertahanan
terjadi pada kemampuan kecepatan, kekuatan, diri untuk menghadapinya. Berdasarkan hal
belajar keterampilan baru, dan kekakuan tersebut, dapat diketahui bahwa individu
(Hurlock, 2006). Di antara perubahan- dengan penerimaan diri memiliki kemampuan
perubahan fisik yang paling rentan pada masa untuk mengekspresikan emosinya secara
tua ini terlihat pada perubahan seperti rambut tepat, yaitu dengan memunculkan mekanisme
menjadi jarang dan beruban, kulit mengering psikologis yang sesuai dan bermanfaat untuk
dan mengerut, gigi hilang dan gusi menyusut, menghadapi berbagai keadaan dalam
konfigurasi wajah berubah, tulang belakang kehidupan sehari-hari.
menjadi bungkuk. Kecepatan proses tersebut Kemampuan tersebut didasarkan pada
bergantung pada masing-masing individu pengalaman-pengalamannya di masa lalu dan
yang bersangkutan (Tamher, Noorkasiani, keinginan individu untuk terus belajar dari
2009). Perubahan-perubahan tersebut kehidupannya. Lebih jauh lagi, hal ini akan
menuntut kemampuan beradaptasi yang berimplikasi pada kemampuan individu untuk
cukup besar untuk menyikapi perubahan menjalin hubungan interpersonal. Sehingga
secar bijak. Ketidakmampuan lansia untuk diperlukan penerimaan diri pada lansia dalam
beradaptasi dan menerima secara psikologis menghadapi perubahan-perubahan, dimana

2
e-Jurnal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017

penerimaan diri menurut Supratiknya (1995) telah kehilangan pasangan hidup


merupakan penghargaan yang tinggi atau (suami/istri), 4 lansia yang anaknya telah
tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri yang menikah dan meninggalkan rumah, 4 lansia
berkaitan dengan kerelaan lansia untuk yang anggota keluarganya mempunyai
membuka diri atau mengungkapkan pikiran, kesibukan sehingga tidak dapat
perasaan, dan reaksi terhadap orang lain serta memperhatikan lansia tersebut, dan 2 lansia
mampu menerima kekurangan dirinya yang anggota keluarga merasa terbebani
sebagaimana kemampuannya untuk karena menggangap lansia sudah sulit untuk
menerima kelebihannya. Individu yang melakukan aktivitas sehari-hari (Pensiun,
mampu menerima kekurangan dirinya mengalami berbagai penyakit). Terdapat 7
sebagaimana kemampuannya untuk lansia yang mempunyai penerimaan diri
menerima kelebihannya. Selain itu, Hurlock yang baik, seperti 3 lansia yang mengatakan
(2006) menjelaskan bahwa kemampuan untuk suami/istrinya yang masih mendampingi,
penerimaan diri dipengaruhi oleh beberapa dan 4 lansia yang mengatakan anggota
aspek salah satunya yaitu aspek psikis yang keluarganya masih tinggal bersama dan
meliputi pikiran emosi dan perilaku dari selalu memperhatikan segala kebutuhan
lansia sebagai pusat penyesuaian diri. bahkan keluhan yang dirasakan lansia.
Sehingga diperlukan dukungan emosional
yang berupa empati, kepedulian dan perhatian METODE PENELITIAN
lansia agar lansia tersebut merasa nyaman, Metode yang digunakan dalam
dicintai dan diperhatikan. penelitian ini adalah metode survey analitik
Penelitian yang dilakukan oleh (Ani dengan menggunakan pendekatan cross
Marni, 2013) menyatakan bahwa ada sectional.Penelitian seksional silang atau
hubungan positif yang sangat signifikan potong silang, variable sebab atau resiko dan
antara dukungan sosial berupa dukungan akibat atau kasus yang terjadi pada objek
yang diberikan keluarga, teman dan penelitian diukur atau dikumpulkan secara
lingkungannya dengan penerimaan diri pada simultan (dalam waktu yang bersamaan).
Lansia, semakin tinggi dukungan yang Pengumpulan data untuk jenis penelitian ini,
diberikan oleh lingkungannya, semakin tinggi baik untuk variabel resiko atau sebab
pula penerimman diri lansia terhadap keadaan (independent variable) maupun variabel
yang sedang dialaminya. Penelitian dari akibat (dependent variable) dilakukan secara
(Dewi, 2012) juga menyatakan bahwa ada bersama-sama atau sekaligus (Notoatmodjo,
hubunngan positif antara dukungan keluarga 2012). Penelitian ini dilaksanakan di Desa
dengan penerimaan diri, yang artinya semakin Watutumou III Kecamatan Kalawat
tinggi dukungan keluarga yang diberikan, Kabupaten Minahasa Utara pada bulan mei
akan semakin tinggi pula penerimaan diri dari 2017. Penelitian dilakukan dengan
Lansia. menggunakan kuisioner. Populasi dalam
Berdasarkan pengambilan data awal penelitian ini adalah seluruh Lansia yang
yang dilakukan peneliti di Desa Watutumou tinggal di Desa Watutumou III yang
III, terdapat 85 Lansia pada bulan oktober berjumlah 85 orang. Sampel sebanyak 70
2016. Dari hasil wawancara yang dilakukan responden. Kriteria inklusi Lansia yang
oleh peneliti pada tanggal 10 Oktober di EHUXPXU • WDKXQ /DQVLD \DQJ WLQJJDO
Desa Watutumou kepada 20 Lansia, terdapat bersama anggota keluarga. Kriteria Eksklusi
diantaranya 13 lansia yang mempunyai Lansia yang dalam keadaan sakit dan tidak
penerimaan diri yang kurang baik seperti 3 dapat berkomunikasi, Lansia dengan
lansia yang menggatakan bahwa mereka golongan usia sangat tua (Very old) diatas 90
tahun.

3
e-Jurnal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017

Hasil analisis pada tabel 3 menunjukkan


HASIL dan PEMBAHASAN bahwa sebagian besar responde
nmempunyai pendidikan terakhir SD dengan
Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan jumlah 21 responden (35%) dan sebagian
umur responden kecil responden mempunyai pendidikan
Umur n % terakhir D3 dengan jumlah 2 responden
(3,3%).
60 tahun ± 74 tahun 43 71,6
75 tahun ± 90 tahun 17 28,4 Tabel 4 Distribusi responden
Total 60 100,0 berdasarkan Dukungan Emosional
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2017) Keluarga
Hasil analisis pada tabel 1 menunjukkan Dukungan n %
bahwa sebagian besar responden berada Emosioanal
pada rentang umur 60-74 tahun dengan Keluarga
jumlah 43 responden (71,6%) dan sebagian Baik 33 55
kecil responden berada pada rentang umur Kurang 27 45
75-90 tahun dengan jumlah 17 responden Total 60 100,0
(8,3%). Sumber : Data Primer (diolah tahun 2017)
Hasil analisis pada tabel 4 menunjukkan
Tabel 2 Distribusi responden bahwa sebagian besar responden
berdasarkan Jenis Kelamin menunjukkan dukungan emosional keluarga
Jenis Kelamin n % yang baik dengan jumlah 33 responden
Perempuan 35 58,3 (55%) dan sebagian kecil responden
Laki-laki 25 41,7 menunjukkan dukungan emosional keluarga
Total 60 100,0 yang kurang dengan jumlah 27 responden
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2017) (45%).
Hasil analisis pada tabel 2 menunjukkan
bahwa sebagian besar responden berjenis Tabel 5 Distribusi responden
kelamin perempuan dengan jumlah 35 berdasarkan Penerimaan Diri
responden (58,3%) dan sebagian kecil
responden berjenis kelamin laki-laki dengan Penerimaan Diri N %
jumlah 25 responden (41,7%). Baik 17 11,7
Cukup 36 60
Tabel 3 Distribusi responden Kurang 7 28,3
berdasarkan Pendidikan Terakhir Total 60 100,0
Pendidikan n % Sumber : Data Primer (diolah tahun 2017)
Terakhir Hasil analisis pada tabel 5 menunjukkan
SD 21 35.0 bahwa sebagian besar responden
SMP 20 33.3 menunjukkan penerimaan diri yang cukup
SMA 14 23.3 dengan jumlah 36 responden (60%) dan
D3 2 3.3 sebagian kecil responden menunjukkan
S1 3 5.0 penerimaan diri yang kurang dengan jumlah
Total 60 100,0 7 responden (28,3%).
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2017)

4
e-Jurnal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017

Tabel 6 Hasil analisis Hubungan Antara ada hubungan antara Dukungan Emosional
Dukungan Emosional Keluarga dengan Keluarga dengan Penerimaan Diri pada
Penerimaan Diri Pada Lansia Lansia di desaWatutumou III. Berdasarkan
data yang diperoleh melalui penelitian pada
Dukun Total p 60 responden di Desa Watutumou III
gan Penerimaan Diri menunjukkan bahwa responden yang
Emosio
nal
memiliki dukungan emosional keluarga
Keluar yang baik berjumlah 33 responden dengan
ga presentase 55 %, responden yang memiliki
Baik Cukup Kurang dukungan emosional keluarga kurang
n % n % n % n % berjumlah 27 responden dengan presentase
Baik 0 0 18 30 15 25 33 55 45 %.
Sari & Nuryanto (2002) menjelaskan
Kurang 7 11,7 18 30 2 3,3 27 45 0,00
bahwa emosi adalah keadaan perasaan yang
Total 7 11,7 36 60 17 28,3 60 100 telah begitu melampaui batas sehingga
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2017 untuk mengadakan hubungan dengan
Hasil analisis data pada tabel 6 sekitarnya dapat terganggu. Individu lanjut
menunjukkan dari 60 responden, bahwa usia akan banyak menghadapi perubahan
responden dengan Dukungan emosional berkaitan dengan usianya yang semakin
keluarga Baik dengan penerimaan diri lanjut, oleh karenanya bagi individu yang
kurang berjumlah 0 responden (0%), tidak dapat menerima perubahan tersebut
dukungan emosional keluarga kurang akan menggunakan mekanisme pertahanan
dengan penerimaan diri kurang berjumlah 7 diri untuk menghadapinya.
responden (11,7 %). Sementara responden Stuart daan Sundeen dalam (Tamher,
dengan dukungan emosional keluarga baik Noorkasiani, 2009) menjelaskan Dukungan
dengan penerimaan diri cukup berjumlah 18 dari keluarga merupakan unsur terpenting
responden (30%), dukungan emosional dalam membantu individu menyelesaikan
keluarga kurang dengan penerimaan diri masalah. Apabila ada dukungan, rasa
cukup berjumlah 18 responden (30%). percaya diri akan bertambah dan motivasi
Sementara dukungan emosional keluarga untuk menghadapi masalah yang terjadi
baik dengan penerimaan diri baik berjumlah akan meningkat.
15 responden (25%), dukungan emosional Friedman, M, M. (2010) menjelaskan
keluarga kurang dengan penerimaan diri stress sangat rentan terjadi pada lansia
baik berjumlah 2 responden dengan karena faktor kehilangan, penurunan
presentase (3,3%). kesehatan fisik, dan kurangnya dukungan
Berdasarkan hasil uji statistic dari keluarga. Kurangnya dukungan
menggunakan Chi-Square, diperoleh nilai p keluarga kepada lansia, akan mempengaruhi
value = 0,000. Nilai p ini lebih kecil dari koping pada lansia tidak adekuat. Koping
nilai . (. = 0,05) maka Ho ditolak. Hal yang tidak adekuat dalam mengahadapi
tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan masalah, akan menyebabkan krisis yang
antara Dukungan Emosional Keluarga bertumpuk dan berkepanjangan yang
dengan Penerimaan Diri pada Lansia di desa akhirnya dapat menimbulkan gejala depresi.
Watutumou III. Berdasarkan hasil uji Dengan itu anggota keluarga (terutama
statistic menggunakan Chi-Square, lanjut usia) perlu mempunyai mekanisme
diperoleh nilai p value = 0,000. Nilai p ini koping agar meredakan krisis dalam
lebih kecil dari nilai . (. = 0,05) maka Ho masalah di keluarga tersebut. Koping
ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa

5
e-Jurnal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017

tersebut berasal dari kemampuan individu menerima setiap perubahan-perubahan yang


memecahkan masalah, mempunyai dialami namun terdapat lansia yang kurang
pandangan positif, kesehatan fisik, mendapat dukungan emosional dari
keterampilan sosial dan materi yang keluarganya tetapi dapat mengerti dan
memadai dan dukungan keluarga. Yang menerima keadaan yang dialami dan dapat
kemudian koping tersebut dapat mengarah menjalani kehidupannya dengan baik. Hal
ke adaptif. ini diperkuat oleh Wiguna (2010) yang
Hasil penelitian yang dilakukan memaparkan bahwa lansia yang mendapat
Kristyaningsih (2011) mengenai Dukungan dukungan dari keluarganya akan
Keluarga dengan responden sebanyak 96 memperlihatkan kondisi kesehatan fisik dan
menunjukkan dukungan emosional keluarga mental yang lebih baik dibanding lansia
berada pada presentase 18%. Dukungan yang sedikit mendapat dukungan keluanrga,
keluarga merupakan aspek penting yang hal ini sesuai dengan penelitian yang
harus ada di dalam suatu keluarga, karena dilakukan Dani,Yaunin, & Edison (2010)
Efek dari dukungan keluarga terhadap yang menjelaskan bahwa dukungan keluarga
kesehatan dan kesejahteraan berfungsi juga merupakan bentuk terapi keluarga yang
bersamaan, dengan peningkatan usia termasuk pada penatalaksanaan depresi pada
harapan hidup tentunya mempunyai dampak usia tua sehingga usia tua dapat menjalankan
lebih banyak terjadi penyakit pada lansia. hidupnya lebih baik dan terhindar dari
Sehingga dalam hal ini perlu adanya peran depresi.
serta yang besar dari keluarga dalam House(1994, dalam Setiadi, 2008)
memberikan dukungan dan pemenuhan juga menjelaskan bahwa lansia sangat
kebutuhan lansia, sehingga timbul koping membutuhkan dukungan emosional
yang baik dari lansia dalam menghadapi sehingga lansia merasa dirinya tidak
stressor. menanggung beban sendiri tetapi ada orang
Hasil penelitian yang dilakukan oleh lain yang memperhatikan, mendengar, dan
peneliti menjelaskan bahwa sebagian besar membantu memecahkan masalah yang
responden menunjukkan dukungan terjadi. Hal ini dibuktikan dengan hasil
emosional keluarga yang baik dengan penelitian Zulfitri (2006) yang menemukan
jumlah 33 responden (55%) dimana adanya hubungan antara dukungan
keluarga menyempatkan diri untuk emosional keluarga dengan perilaku lansia
menyediakan setiap kebutuhan yang hipertensi dalam mengontrol kesehatannya.
dibutuhkan lansia selain itu keluarga selalu Selain itu Sari dan Nuryanto (2002) juga
menyisihkan waktu disetiap kesibukan yang memaparkan bahwa penerimaan diri pada
mereka lakukan. Selain itu terdapat 27 individulanjut usia adalah individu mampu
responden (45%) yang menunjukkan menerima kelebihan dan kekurangan
dukungan emosional yang kurang karena dirinya,dan mau hidup dengan keadaan
kesibukan mereka bekerja serta mengurusi tersebut. Selain itu, individu lanjut usia juga
anak-anak dan tidak tinggal bersama-sama tahu cara meningkatkan dan memperbaiki
lansia. kelebihannya dan mengecilkan
Penerimaan diri pada lansia dari 60 kekurangannya. Hal ini senada dengan
responden sebagian besar dalam kategori penelitian yang dilakukan oleh Rahmatika
penerimaan diri cukup yaitu 36 responden (2016) menjelaskan bahwa hubungan antara
(60%) dimana lansia memperoleh dukungan lansia dan keluarganya berlangsung dengan
emosional berupa kasih saying dan perhatian baik, keluarga senantiasa mendukung lansia
yang diperoleh dari anggota keluarga dan agar dapat menerima kekurangan dan

6
e-Jurnal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017

kelebihannya. Keluarga mendukung aktifitas SIMPULAN


lansia tanpa mengatur apa yang harus lansia Berdasarkan hasil penelitian
lakukan, memberikan semangat agar lansia mengenai Hubungan Dukungan Emsoional
bisa menerima kekurangan dan kelebihan Keluarga dengan Penerimaan Diri pada
yang ada pada dirinya, dan mengajak lansia Lansia di Desa Watutumou III, maka dapat
untuk hidup bersosialisasi dengan diambil kesimpulan sebagai berikut :
masyarakat dan teman sebayanya, serta 1. Dukungan emosional keluarga pada
memberikan dukungan materi terhadap lansia di Desa Watutumou III didapatkan
lansia untuk mencukupi kebutuhannya sebagian besar memiliki dukungan
sehari-hari. Meskipun kebanyakan keluarga emosional keluarga yang cukup.
mengatakan bahwa tidak jarang lansia 2. Penerimaan Diri pada lansia di Desa
bersikap seperti yang tidak diharapkan Watutumou III didapatkan sebagian
(rewel) , tetapi keluarga dapat memaklumi besar memiliki penerimaan diri yang
sikap tersebut dan bersabar dalam cukup.
menyikapi hal tersebut. 3. Ada hubungan yang signifikan antara
Selain itu, Yenni (2011) Dukungan Emosional Keluarga dengan
memnjelaskan bahwa adanya hubungan Penerimaan Diri pada Lansia.
antara dukungan emosional yang diberikan
keluarga dengan kejadian stroke pada lansia DAFTAR PUSTAKA
hipertensi karena lansia biasanya Afriani M.(2012). Hubungan antara
dihadapkan dengan penurunan fungsi tubuh Dukungan Keluarga Dengan Motivasi
dan meningkatnya sensitivitas emosional, Lansia dalam Mempe rtahankan
seperti rasa seih, putus asa, kecewa, harga Kualitas Hidup Lansia. STIK Sint
diri rendah, cemas dan perasaan tidak Carolus Jakarta. Diunduh dari
berguna. Selain itu juga, Ismawati et al http://ejournal.stik-sintcarolus.ac.id/
(2010) menjelaskan bahwa dukungan (di akses tanggal 3 oktober 2016)
keluarga sangat berperan dalam mendorong
minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti Dani Yani Edison (2011). Hubungan
kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa dukungan keluarga dengan kejadian
menjadi motivator kuat bagi lansia apabila depresi di usia tua.
selalu menyediakan diri untuk mendampingi
atau mengantar lansia ke posyandu, Chaplin, J.P (2004). Kamus Psikologi.
mengingatkan lansia jika lupa jadwal Jakarta : Raja Grafindo Utama.
posyandu dan berusaha membantu
mengatasi segala permasalahan bersama Effendi & Makhfludi. (2009). Keperawatan
lansia. Dan juga penelitan yang dilakukan Kesehatan Komunitas Teori dan
Ermayanti & Abdullah (2007) menjelaskan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta
bahwa responden mempersepsi positif : Salemba Medika.
terhadap dukungan sosial sehingga dapat
Ermayanti & Abdullah. (2012) Hubungan
menyesuaikan diri pada masa tuanya dengan
antaraPersepsi dan Dukungan Sosial
baik. Sehingga peneliti berasumsi bahwa
degan Penyesuaian Diri pda Masa
semakin besar dukungan emosional keluarga
Pensiun.Diunduh dari
maka lansia dapat menerima dirinya sesuai
http://fpsi.mercubuana-yogya.ac.id
dengan perubahan-perubahan yang terjadi
dimasa tuanya. Gail W. Stuart (2007). Buku Saku
keperawatan jiwa. Alih bahasa :

7
e-Jurnal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017

Ramona P. Kapoh, Egi Komara Proses dan Praktik


Yudha, dkk. Ed. 5 Jakarta : EGC. Keperawatan. Ed 4. Jakarta : EGC.

Harnilawati (2013). Konsep dan Proses


Keperawatan Keluarga. Sulawesi Saparina Sadli. (2010). Berbeda Tetapi
Selatan : Pustaka As Salam. Setara : Pemikiran tenntang Kajian
Perempuan. Jakarta : Buku Kompas.
Helmi, A. F, Handayani M. M, Ratnawati. S.
(2009). Efektivitas Pelatihan Sari. (2002). Penerimaan Diri pada Lanjut
Pengenalan Diri Terhadap Usia Ditinjau dari Kematangan
Peningkatan Penerimaan Diri dan Emosi. Diunduh dari
Harga Diri. Jurnal Psikologi 2. https://jurnal.ugm.ac.id.(diakses
tanggal 3 oktober 2016).
Hurlock, E. B. (2006). Psikologi
Perkembangan : Suatu Pendekatan Setiadi, (2013). Konsep dan Praktik
Sepanjang Rentang Kehidupan. Penulisan Riset Keperawatan.
Jakarta : Erlangga. Yogyakarta: Graha Ilmu

H.Wahjudi Nugroho. (2008). Keperawatan Setiadi. (2008). Konsep dan Proses


Gerontik & Geriatrik,. Ed 3. Jakarta Keperawatan Keluarga. Yogyakarta
: EGC : Graha Ilmu.

Rahmatika (2016). Dukungan keluarga Sheila L. Videbeck (2008). Buku Ajar


dalam penerimaan diri lansia. Keperawatan Jiwa. Alih bahasa ;
Renata Komalasari, Alfrina Hany.
R. Siti Maryam, Mia Fatma Ekasari, Jakarta. EGC
Rosidawati, Ahmad Jubaedi, dan
Irwan Batubara(2008). Mengenal S.Tamher, Noorkasiani. (2009). Kesehatan
Usia Lanjut dan Perawatannya. Usia Lanjut dengan Pendekatan
Jakarta : Salemba Medika. Asuhan Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Notoatmodjo. (2012).Metodologi penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Supratiknya, A. (2006). Mengenal Perilaku
Abnormal. Yogyakarta: Kanisuius.
Nursalam. (2013). Konsep Penerapan
Metode Penelitian Ilmu Supratiknya, A.(2003). Komunikasi Antar
Keperawatan. Jakarta : Salemba Pribadi : Tinjauan Psikologis.
Medika. Yogyakarta : Kanisius.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Zulfitri .(2006).Hubungan dukungan


Fundamental Keperawatan : Konsep keluarga dengan kejadian hipertensi

You might also like