Professional Documents
Culture Documents
• Membran Sel
• Absorpsi
• Strategi Meningkatkan Absorpsi
www.esaunggul.ac.id
✨Kemampuan Akhir yang Diharapkan✨
www.esaunggul.ac.id
REFERENSI
o Allawadi, D., et al. (2013). Solid dispersions: a review on drug delivery system and solubility enhancement.
International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 4(6), 20-94-2105.
http://dx.doi.org/10.13040/IJPSR.0975-8232.4(6).2094-05
o Cooper, G. M. (2000). Structure of plasma membrane. The Cell: A Molecular Approach. 2nd Edition.
Sunderland (MA): Sinauer Associates. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK9898/
o Gursoy, R. N., Benita, S. (2004). Self-emulsifying drug delivery system (SEDDS) for improved oral delivery
of lipophilic drugs. Biomedicine & Pharmacotherapy, 58, 173-182. DOI: 10.1016/j.biopha.2004.02.001
o Huang, Y., Dai W. (2013). Fundamental aspects of solid dispersion technology for poorly soluble drugs. Acta
Pharmaceutica Sinica B, http://dx.doi.org/10.1016/j.apsb.2013.11.001
o Jambhekar, S. S., Breen, P. J. (2009). Basic Pharmacokinetics. London: Pharmaceutical Press.
o Nikghalb, L., et al. (2012). Solid Dispersion: Methods and Polymers to increase the solubility of poorly
soluble drugs. Journal of Applied Pharmaceutical Science, 2(10), 170-175. DOI: 10.7324/JAPS.2012.21031
o Rajpoot, K., et al. (2020). Chapter 9: self-microemulsifying drug-delivery system: ongoing challenges and
future ahead. , 393-454. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-814487-9.00009-0
o Shargel, L., Yu, A. B. C. (2016). Applied Biopharmaceutics & Pharmakokinetics Seventh Edition. USA: The
McGraw-Hill Companies, Inc.
o Sheth, P., Sandhu H. (2014). Chapter 19: amorphous solid dispersion using supercritical fluid technology.
Advances in Delivery Science and Technology, 579-591. DOI: 10.1007/978-1-4939-1598-9_19
o Vasconcelos, T., Sarmento, B., Costa, P. (2007). Solid dispersions as strategy to improve oral bioavailability
of poor water soluble drugs. Drug Discovery Today, 12(23-24), 1068-1075. DOI:
10.1016/j.drudis.2007.09.005
o Venkateswarlu, V. (2008). Biopharmaceutics and Pharmacokinetics. Hyderabad: PharmaMed Press.
www.esaunggul.ac.id
Membran Sel
• Membran / barrier bersifat semipermiabel yang membatasi membran
plasma dan cairan interstisial
• Disebut sebagai lipid bilayer
• Tebal 5-10 nm
• Setiap fosfolipid terdiri dari kepala gugus fosfat hidrofilik yang
tersambung dengan dengan gugus polar (ex: gliserol, etc.), diikuti
dengan 2 rantai as. lemak
• Kolesterol (20%) → mengatur tingkat fluiditas membrane
• Protein integral → kanal/pompa pemindahan senyawa nutrisi / mokelul
lainnya secara spesifik & selektif
• Protein perifer → messenger intraseluler
• Karbohidrat (glycoprotein/glycolipid)
www.esaunggul.ac.id
Kolesterol
www.esaunggul.ac.id
Absorpsi
• Faktor:
ü Sifat fisikokimia obat (solubilitas, lipofilisitas, pKa,
ukuran partikel, bentuk kristal/amorf, etc.)
ü Komponen cairan gastrointestinum (pH, enzim,
makanan, cairan, obat lain)
ü Absorption site (ketebalan, permeabilitas, kondisi
fisiologi/patologi)
www.esaunggul.ac.id
Mekanisme Absorpsi
• Jalur Paraseluler
ü Melewati ruang antar sel
ü Hanya bisa dilewati obat dengan BM < 500
ü Dihalangi oleh tight junctions
ü Proses berjalan lambat
www.esaunggul.ac.id
Difusi Pasif
www.esaunggul.ac.id
Difusi Pasif
www.esaunggul.ac.id
Carrier-Mediated Transport
1. Transpor aktif
• Melawan gradien konsentrasi (uphill transport)
• Menggunakan carrier yang bersifat spesifik terhadap senyawa tertentu
• Membutuhkan energi tambahan (ATP)
• Substrat alami dan molekul obat dapat berkompetisi untuk >< dengan
carrier
www.esaunggul.ac.id
Carrier-Mediated Transport
2. Difusi Terfasilitasi
• Mengikuti gradien konsentrasi (Downhill transport)
• Menggunakan carrier yang bersifat spesifik terhadap senyawa tertentu
• Tidak membutuhkan energi tambahan (ATP)
www.esaunggul.ac.id
Carrier-Mediated Transport
Transporter
• Influks, efluks, bidirectional
• Influks → absorpsi nutrisi (as.
Amino, peptide, heksosa, etc)
Ex: PepT1
• Efluks → mencegah influks
senyawa yang tidak diinginkan
Ex: P-gp / MDR1 (banyak
diekspresikan di ileum & kolon)
• Jumlah transporter P-gp >> →
resistensi obat lipofilik dan
sitotoksik
www.esaunggul.ac.id
www.esaunggul.ac.id
Transpor Vesikuler
www.esaunggul.ac.id
Transpor Pori
• Kanal pori-pori dengan ukuran
estimasi 0,4 nm
• Untuk molekul kecil (BM < 100)
(air, urea, senyawa gula)
• Driving force: perbedaan
tekanan hidrostatik/osmotik
www.esaunggul.ac.id
Transpor Pasangan Ion
www.esaunggul.ac.id
Strategi Pengembangan Obat Rute
Administrasi Oral (BCS Tipe II)
www.esaunggul.ac.id
Strategi Pengembangan Obat Rute
Administrasi Oral (BCS Tipe II)
I. Metoprolol,
Diltiazem, Verapamil,
Propanolol
II. Glibenclamide,
Fenitoin, Danazol
III. Cimetidine, Asiklovir,
Captopril, Cetirizine
IV. Klorotiazid, Taksol,
Furosemide,
Mebendazole
www.esaunggul.ac.id
Strategi Pengembangan Obat Rute
Administrasi Oral (BCS Tipe II)
1. pH adjustment
2. Reduksi ukuran partikel
3. Pembentukan senyawa garam
4. Kosolven
5. Sistem miselar (micellar solutions)
6. Emulsi
7. Dispersi padat
8. SEDDS / S(M)EDDS
www.esaunggul.ac.id
pH adjustment
www.esaunggul.ac.id
Reduksi Ukuran Partikel
www.esaunggul.ac.id
Pembentukan Senyawa Garam
• Senyawa asam lemah & basa lemah memiliki solubilitas
rendah
• Strategy: dibuat garam dengan menggunakan penukar ion
• Asam lemah >< garam natrium atau kalium
• Basa lemah >< HCl
• Stabilitas, higroskopisitas, kristalinitas, polimorfisme,
kemudahan dalam sintesis, toksisitas
• Perhatian: informasi dosis pada label
www.esaunggul.ac.id
Pembentukan Senyawa Garam
www.esaunggul.ac.id
Dispersi Padat
• Teknik di mana obat lipofilik dilarutkan / didispersikan
di dalam matriks inert (carrier) hidrofilik pada kondisi
padat
• Urea
• Mannitol
www.esaunggul.ac.id
Dispersi Padat
• Gen 1: senyawa kristalin (urea, mannitol)
• Gen 2: polimer yang bersifat amorf
ü Sintetik : PVP, PEG, polimetakrilat
ü Alami : derivate selulosa (HPMC, etil,
selulosa, HPC), derivate starch (siklodekstrin)
• Gen 3, kombinasi:
ü Surfaktan : inulin, inutec, poloxamer,
polysorbate
ü Polimer amorf
www.esaunggul.ac.id
Keuntungan & Keterbatasan
Dispersi Padat
www.esaunggul.ac.id
Metode Dispersi Padat
Melting Method
• Obat & carrier dicampur → dilelehkan → didinginkan
→ massa beku → dihancurkan → diayak
• Keterbatasan: menggunakan suhu yang tinggi →
tidak bisa diaplikasikan pada obat & carrier yang
tidak stabil pada suhu tinggi
• Modifikasi: melt agglomeration method, hot melt
extrusion method
www.esaunggul.ac.id
Metode Dispersi Padat
www.esaunggul.ac.id
Metode Dispersi Padat
www.esaunggul.ac.id
Metode Dispersi Padat
www.esaunggul.ac.id
Metode Dispersi Padat
Spray-drying
Obat dilarutkan/disuspensikan di dalam pelarut yang sesuai & carrier
dilarutkan di dalam air c dicampur dengan sonikasi atau metode
lainnya → spray dryiing di mana campuran yang disemprot akan
dilewatkan aliran udara yang panas untuk menghilangkan pelarut.
SFC
metode yang dapat digunakan untuk membentuk amorphous solid
dispersion (ASD). Dalam metode ini, karbon dioksida dapat digunakan
sebagai anti-solvent atau solvent, tergantung penggunaannya.
www.esaunggul.ac.id
Metode Dispersi Padat
Freeze-drying/liofilisasi
Obat dan carrier dilarutkan di dalam pelarut lalu dicampur dalam nitrogen cair hingga
membeku. Larutan yang membeku kemudian diliofilisasi. Metode ini dapat
meminimalisir pemisahan fase.
Co-precipitation method
Non-solvent diteteskan secara bertahap ke larutan obat dan carrier dalam kondisi
pengadukan yang konstan. Obat dan carriers kemudian mengalami co-precipitated
membentuk partikel berukuran mikro. Suspensi mikropartikel ini disaring dan
dikeringkan. Pengeringan dilakukan dalam kondisi vakum pada suhu ruang dan
disimpan di dalam inkubator (37°C)
Dropping Method
Dispersi padat campuran obat dan carrier yang dilelehkan dipipet ke dalam plat, di
mana tetesan akan memadat menjadi partikel yang sferis. Ukuran dan bentuk partikel
dipengaruhi oleh viskositas lelehan dan ukuran pipet. Metode dropping tidak
menggunakan pelarut organik dan menghindari kesulitan dalam penghancuran dan
pengayakan.
www.esaunggul.ac.id
Contoh Obat yang Sudah Disetujui FDA
www.esaunggul.ac.id
SEDDS /SMEDDS
• Campuran isotropik minyak alami atau sintetik dengan
surfaktan padat atau cair.
• Sistem ini dapat membentuk emulsi m/a di GIT
• Faktor: sifat fisikokimia pasangan minyak/surfaktan, rasio
konsentrasi surfaktan dan minyak/surfaktan, dan suhu di
mana self-emulsification terbentuk.
• Self-emulsification dapat saja terbentuk dalam ukuran mikro
(SMEDDS) dan nano (SNEDDS) dengan penambahan co-
surfactant atau kosolven dan jumlah lipid yang lebih sedikit
dibandingkan dengan SEDDS
www.esaunggul.ac.id
SEDDS /SMEDDS
www.esaunggul.ac.id
Eksipien yang Digunakan
www.esaunggul.ac.id
Eksipien yang Digunakan
www.esaunggul.ac.id
Keuntungan & Keterbatasan SEDDS
www.esaunggul.ac.id
www.esaunggul.ac.id
Contoh S-SEDDS
www.esaunggul.ac.id