Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Pokok Bahasan:
1. Dasar Anatomi dan Fisiologi Ginjal
2. Filtrasi Glomerulus, Fungsi Tubulus, Sekresi Tubulus,
dan Ekskresi Air
3. Pengasaman Urin dan Ekskresi Bikarbonat
4. Diuretika dan Antidiuretika
Renal anatomy
The renal cortex is the outer,
granular-appearing region of the
kidney. All nephrons originate in
the costex
KIDNEY ANIMATION\renal_anatomy.html
The Blood Supply to the Kidneys
Figure 26.5a, b
Figure 26.5c, d
A Representative Nephron
Single nephron
Vascular component
Vascular component
Tubular Component
Tubular Component
Tubular Component
Vascular/tubular component
Anatomy of Urinary System
Structure-right Kidney
Specialized Unit The Nephrone
KIDNEY ANIMATION\anatomy_urinary.asp.htm
Nephron functions include:
• Production of filtrate
• Reabsorption of organic nutrients
• Reabsorption of water and ions
• Secretion of waste products into tubular fluid
KIDNEY ANIMATION\KIDNEY.swf
Figure 26.8c, d
Functional anatomy of the nephron
• Proximal convoluted tubule (PCT)
– Actively reabsorbs nutrients, plasma proteins and
ions from filtrate
– Released into peritubular fluid
• Loop of Henle
– Descending limb
– Ascending limb
– Each limb has a thick and thin section
Glomerular Filtration
Glomerular filtration rate (GFR)
• Amount of filtrate produced in the kidneys each
minute
• Factors that alter filtration pressure change GFR
• Countercurrent multiplication
– Between ascending and descending limbs of loop
– Creates osmotic gradient in medulla
– Facilitates reabsorption of water and solutes before
the DCT
– Permits passive reabsorption of water from tubular
fluid
Countercurrent Multiplication and Concentration of Urine
Oleh:
Dr. Rosidah M.Si., Apt.
Prof. Dr. Urip Harahap, Apt.
Poppy Anjelisia Hasibuan, S.Si., M. Si., Apt.
Aminah Dalimunthe, S.Si., M. Si., Apt.
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
Pokok Bahasan:
1. Introduksi Hipertensi
2. Prevalensi, epidemiologi, dan Patofisiologi
3. Algoritme menajemen hipertensi
4. Manajemen Terapi Hipertensi
RUJUKAN
1. Nathan D. Wong, PhD, FACC, Associate Professor and Director Heart Disease
Prevention Program Division of Cardiology, Department of MedicineCollege of
Medicine, University of California, Irvine
2. BHS IV, 2004 and Update of the NICE Hypertension Guideline, 2006. Guidelines
for management of hypertension: report of the fourth Working Party of the
British Hypertension Society, 2004
3. BHS IV B Williams et al: J Hum Hyp (2004); 18: 139-185.
www.nice.org.uk/CG034NICEguideline
4. Stanley S. Franklin, MD, FACP, FACC, Clinical Professor of Medicine
University of California at Irvine Associate Medical Director UCI Heart Disease
Prevention Program Irvine, California
Pengertian
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal
Defining hypertension
By the numbers?
≥95 DBP
160/95
140/90
130/85
>120/80
CAD 12,200,000
CHF 4,600,000
Stroke 4,400,000
Other 2,800,000
American Heart Association® . 2000 Heart and Stroke Statistical Update. 1999.
10
9.5 9.6
5 3.7
Hypertensives Within Age Group (%)
0
18-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80+
CAD
CHF
Stroke LVH
Hypertension
Renal disease Morbidity
Disability
Peripheral vascular
disease
National High Blood Pressure Education Program Working Group. Arch Intern Med. 1993;153:186-208.
Complications of Hypertension:
Hypertension
is a risk factor
TIA, stroke LVH, CHD,
HF
Renal
Peripheral vascular failure
disease
TIA = transient ischemic attack; LVH = left ventricular hypertrophy; CHD = coronary heart disease;
HF = heart failure.
Cushman WC. J Clin Hypertens. 2003;5(Suppl):14-22.
CV Mortality Risk Doubles with
Each 20/10 mm Hg BP Increment*
8
7
6
CV 5
mortality 4
risk
3
2
1
0
115/75 135/85 155/95 175/105
SBP/DBP (mm Hg)
Benefits of Lowering BP
Epidemiologi
• Di Amerika, diperkirakan 30% penduduknya (± 50
juta jiwa) menderita tekanan darah tinggi (≥ 140/90
mmHg); dengan persentase biaya kesehatan cukup
besar
• Setiap tahunnya. Menurut National Health and
Nutrition Examination Survey (NHNES), insiden
hipertensi pada orang dewasa di Amerika tahun
1999-2000 adalah sekitar 29-31%, yang berarti
bahwa terdapat 58-65 juta orang menderita
hipertensi, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data
NHNES III tahun 1988-1991.
Hipertensi
Krisis
Penyebabnya
Hipertensi
BERDASARKAN PENYEBABNYA:
b. Hipertensi sekunder
• Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain lain.
• Pada sekitar 5%-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit
ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
• Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia
esensial, maka penyelidikan danpengobatan lebih banyak ditujukan ke
penderita hipertensi esensial.
Krisis hipertensi
• Suatu keadaan peningkatan tekanan
darah yang mendadak (sistole ≥180
mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pd
penderita hipertensi, yg membutuhkan
penanggulangan segera
segera..
1. Hipertensi emergensi
Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan
organ target yang progresif. Di perlukan
tindakan penurunan TD yg segera dalam
kurun waktu menit/jam.
2. Hipertensi urgensi
Kenaikan TD mendadak yg tidak disertai
kerusakan organ target. Penurunan TD harus
dilaksanakan dalam kurun waktu 24-24-48 jam.
Types of Hypertensive Emergencies &
Treatments
• Hypertensive encephalopathy- ↓ BP by 20-
25% to reverse vasospasm; sodium
nitroprusside
• Stroke syndromes- ischemic use labetalol IV
vs. SAH use nimodipine PO or nicardipine IV
• Acute pulmonary edema- nitroprusside >>
nitroglycerine; nitrates, O2, diuretics, MS
Patofisiologi
Tekanan darah arteri
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur
pada dinding arteri dalam millimeter merkuri. Dua
tekanan darah arteri yangbiasanya diukur, tekanan
Darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik
(TDD).
1. Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi diurnal),
mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap stress psikososial dll
2. Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor
3. Asupan natrium (garam) berlebihan
4. Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
5. Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi angiotensin II
dan aldosteron
6. Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide natriuretik
7. Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus vaskular dan
penanganan garam oleh ginjal
8. Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh darah kecil di
ginjal
9. Diabetes mellitus
10. Resistensi insulin
11. Obesitas
12. Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
13. Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung, karakteristik inotropik
dari jantung, dan tonus vaskular
14. Berubahnya transpor ion dalam sel
MEKANISME PATOFISIOLOGI DARI HIPERTENSI.
herediter – lingkungan
usia tahun
pre – hipertensi 0 – 30
hipertensi awitan/early 20 – 40
hipertensi “menetap”/established 30 – 50
Diagnosis
Evaluasi hipertensi
Ada 3 tujuan evaluasi pasien dengan hipertensi:
1. Menilai gaya hidup dan identifikasi faktor-faktor
resiko kardiovaskular atau penyakit penyerta yang
mungkin dapat mempengaruhi prognosis sehingga
dapat memberi petunjuk dalam pengobatan
2. Mencari penyebab tekanan darah tinggi
3. Menetukan ada tidaknya kerusakan organ target dan
penyakit kardiovaskular
• Data diperoleh melalui anamnesis mengenai keluhan pasien,
riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan
fisik, tes laboratorium rutin, dan prosedur diagnostik lainnya.
• Pemeriksaan fisik termasuk pengukuran tekanan darah yang
benar, pemeriksaan funduskopi, perhitungan BMI (body mass
index) yaitu berat badan (kg) dibagidengan tinggi badan
(meter kuadrat), auskultasi arteri karotis, abdominal, dan bruit
arteri femoralis; palpasi pada kelenjar tiroid;
• pemeriksaan lengkap jantung dan paru-paru; pemeriksaan
abdomen untuk melihat pembesaran ginjal, massa intra
abdominal, dan pulsasi aorta yang abnormal;
• palpasi ektremitas bawah untukmelihat adanya edema dan
denyut nadi, serta penilaian neurologis.
Diagnosis
• Hipertensi seringkali disebut sebagai “silent killer”
karena pasien dengan hipertensi esensial biasanya
tidak ada gejala (asimptomatik).
• Penemuan fisik yang utama adalah meningkatnya
tekanan darah.
• Pengukuran rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu
dua kali kontrol ditentukan untuk mendiagnosis
hipertensi.
• Tekanan darah ini digunakan untuk mendiagnosis
dan mengklasifikasikan sesuai dengan tingkatnya.
Gejala dan Tanda tekanan darah tinggi
Mayoritas orang-orang yang menderita hipertensi ringan dan sedang tidak
peduli akan kondisi mereka. Gejala-gejala hipertensi antara lain adalah :
1. Kelelahan
2. Kebingungan
3. Mual dan muntah
4. Berkeringat berlebihan
5. Kulit merah atau pucat
6. Mimisan
7. Gelisah
8. Denyut jantung kuat, tidak beraturan
9. Telinga berdengung
10. Erectile kelainan fungsi tubuh ( keadaan tak berdaya)
11. Sakit kepala
12. Pening
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin yang direkomendasikan
Sebelum memulai terapi antihipertensi adalah urinalysis,
kadar gula darah dan hematokrit; kalium, kreatinin, dan
kalsium serum; profil lemak (setelah puasa 9 – 12 jam)
termasuk HDL, LDL, dan trigliserida,Serta
elektrokardiogram.
Urinalisis untuk darah dan protein, Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik Sebagai
elektrolit dan kreatinin darah penyebab, atau disebabkan oleh hipertensi atau
(jarang)dapat dianggap hipertensi sekunder
- Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut.
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui
arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan
naiknya tekanan.
Terapi
a) Tujuan : - menurunkan TD seoptimal mungkin
- mencegah berkembang ke komplikasi kardiovaskuler organ target
- mengendalikan Eso, optimalkan manfaat Tx (benefit/risk)
- meningkatkan kualitas dan harapan hidup Px
b) terapi non obat (utk HT ringan)
c) terapi obat : - Terapi obat dilakukan bila program diet tdk membantu
- manfaat obat jelas akan melindungi organ target
- manfaat obat dpt memperbaiki kualitas hidup Px
- tidak menimbulkan Eso yang menginduksi penyakit (drug induced
disease)
d) Pertimbangan pemilihan obat :
- relevansi klas farmakologi/kerja obat dg HT individu
- mendahulukan klas obat initial/awal (diuretika, -blocker/ Ca-
blocker, ACEI)
- berikutnya dg agen anti HT suplemental (2-agonis/ -1-blocker,
Ag-II blocker)
- faktor risiko dan kondisi khusus HT Px (penjelasan lebih lanjut)
Penatalaksanaan Hipertensi
Lifestyle Modifications
Not at Goal
Blood Pressure
• Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara
teraturpaling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk
kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti
jogging, berenang,jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat
menurunkan tekanan darah.
Terapi Farmakologi
obat antihipertensi .
a. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing)
sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa
jantung menjadi lebih ringan.
Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
b. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas ).Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin
dan Reserpin.
c. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan
sepertiasma bronkial.
Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol.
Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala
hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah
yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya).Pada orang tua terdapat gejala
bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus
hati-hati.
d. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
(otot
pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek
samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala
dan pusing.
e. ACE inhibitor
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk
golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering,
pusing, sakit kepala dan lemas.
f. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang
termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin
timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
g. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin,
Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing,
sakit kepala dan muntah.Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta
menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit
ini bisa ditekan.
Diuretics
Example:
Hydrochlorothiazide,Indapamide,Torsemide
• Act by decreasing blood volume and cardiac output
• Decrease peripheral resistance during chronic therapy
• Drugs of choice in elderly hypertensives
Drawbacks
• Hypokalaemia
• Hyponatraemia
• Hyperlipidaemia
• Hyperuricaemia (hence contraindicated in gout)
• Hyperglycaemia (hence not safe in diabetes)
• Not safe in renal and hepatic insufficiency
Beta blockers
Example: Atenolol,Metoprolol,Carvedilol
• Block b1 receptors on the heart
• Block b2 receptors on kidney and inhibit release of renin
• Decrease rate and force of contraction and thus reduce
cardiac output
• Drugs of choice in patients with co-existent coronary heart
disease
Drawbacks
• Adverse effects: lethargy, impotency, bradycardia
• Not safe in patients with co-existing asthma and diabetes
• Have an adverse effect on the lipid profile
Example:
Amlodipine,Felodipine,Lercanidipine,Nicardipine
Drawbacks
• Adverse effect: dry cough, hypotension, angioedema
Example: Losartan,Telmisartan,Valsartan,Irbesartan
• Block the angiotensin II receptor and inhibit effects
of angiotensin II
• Drugs of choice in patients with co-existing diabetes
mellitus
Drawbacks
• Adverse effect: dry cough, hypotension, angioedema
Alpha blockers
Example: Doxazosin,Prazosin,Terazosin
b- ACE a-
Diuretic CCB
blocker inhibitor blocker
Diuretic - -
b-blocker - * -
CCB - * -
ACE inhibitor - -
a-blocker -
* Verapamil + beta-blocker = absolute contra-indication
INDICATIONS CONTRAINDICATIONS
Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitors Heart failure Chronic renal disease * Renal impairment * Pregnancy
Left ventricular dysfunction Type II diabetic nephropathy Peripheral vascular disease † Renovascular disease
Angiotensin II receptor antagonists Cough induced by ACE inhibitor ‡ Heart failure Peripheral vascular disease Pregnancy
Intolerance of other antihypertensive drugs Renovascular disease
Myocardial infarction Heart failure
b-blockers
Angina
Heart failure
Calcium antagonists (dihydropyridine) Isolated systolic hypertension (ISH) in elderly patients Angina _ _
Elderly patients
Calcium antagonists (rate limiting) Angina Myocardial infarction Combination with b-blockade Heart block
Heart failure
Thiazides Elderly patients including ISH _ Dyslipidaemia Gout
* ACE inhibitors may be beneficial in chronic renal failure but should be used with caution. Close supervision and specialist advice are needed when there is established and
† Caution with ACE inhibitors and angiotensin II receptor antagonists in peripheral vascular disease because of association with renovascular disease.
f b-blockers may worsen heart failure, but in specialist hands may be used to treat heart failure
Therapeutic targets
Measured in clinic Mean daytime ABPM
or home measurement
The audit standard reflects the minimum recommended levels of BP control. Despite best practice, it may not be
achievable in some treated hypertensive patients.
NB: Both systolic and diastolic targets should be reached
FARMASI KLINIS II
Konsentrasi : Farmasi Klinis dan Komunitas
Semester : VI
Kode MK : CKC 242 SKS)
Oleh:
Dr. Rosidah M.Si., Apt.
Prof. Dr. Urip Harahap, Apt.
Poppy Anjelisia Hasibuan, S.Si., M. Si., Apt.
Aminah Dalimunthe, S.Si., M. Si., Apt.
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
Pengertian Tidur
Tidur berasal dari kata bahasa latin “somnus” yang berarti alami
periode pemulihan, keadaan fisiologi dari istirahat untuk tubuh
dan pikiran.
Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal
dan periodik (Lanywati, 2001)
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang di alami
seseorang, yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau
rangsangan yang cukup (Guyton 1981 : 679)
FISIOLOGI TIDUR
Fisiologi tidur dapat diterangkan melalui gambaran aktivitas sel-sel otak
selama tidur. Aktivitas tersebut dapat direkam dalam alat EEG. Untuk
merekam tidur, cara yang dipakai adalah dengan EEG Polygraphy. Dengan
cara ini kita tidak saja merekam gambaran aktivitas sel otak (EEG), tetapi
juga merekam gerak bola mata (EOG) dan tonus otot (EMG). Untuk EEG,
elektroda hanya ditempatkan pada dua daerah saja, yakni daerah fronto-
sentral dan oksipital. Gelombang Alfa paling jelas terlihat di daerah frontal
dapatkan 4 jenis gelombang, yaitu:
• Gelombang Alfa, dengan frekuensi 8 - 12 Hz, dan amplitudo gelombang antara 10 -
15 mV. Gambaran gelombang alfa yang terjelas didapat pada daerah
oksipital atau parietal. Pada keadaan mata tertutup dan relaks,
gelombang Alfa akan muncul, dan akan menghilang sesaat kita
membuka mata. Pada keadaan mengantuk (drowsy) didapatkan
gambaran yang jelas yaitu kumparan tidur yang berupa gambaran
waxing dan gelombang Alfa
SLEEP
• Sleep is an integral portion of human existence which is
sensitive to most physiological or pathological changes
(aging, stress, illness, etc.)
• Why do we sleep?
– Not clear, but has to do with regeneration (NREM) and brain
development/memory (REM) – REM sleep is essential for the
development of the mammalian brain
– Stages III & IV are involved in synaptic “pruning and tuning”
• Why do we get sleepy?
– Circadian factors
– Process S: linear increase in sleepiness
– Process C: rhythmic fluctuations of the circadian alert system
– Other factors: sleep duration, quality, time awake, etc.
Urip Harahap - Farm Klinis II - insomnia
& Anxiety
STADIUM TIDUR
1. Stadium Jaga (Stadium W = wake)
• EEG : Pada keadaan relaks, mata tertutup, gambaran didominasi
oleh gelombang Alfa. Tidak ditemukan adanya Kumparan Tidur
dan Kompleks K. EOG : Biasanya gerakan mata berkurang.
Kadang-kadang terdapat artefak yang disebabkan oleh gerakan
kelopak mata. EMG: Kadang-kadang tonus otot meninggi.
2. Stadium 1
• EEG: Biasanya terdiri dari gelombang campuran Alfa, Beta dan
kadang-kadang Teta. Tidak terlihat adanya Kumparan Tidur,
Kompleks K atau gelombang Delta. EOG : Tak terlihat aktifitas
bola mata yang cepat. EMG Tonus otot menurun dibandingkan
dengan pada Stadium W
Urip Harahap - Farm Klinis II - insomnia & Anxiety
3. Stadium 2
• EEG: Biasanya terdiri dan gelombang campuran Alfa, Teta dan Delta. Terlihat
adanya Kumparan Tidur dan Kompleks K (Kompleks K : gelombang negatif yang
diikuti oleh gelombang positif, berlangsung kira-kira 0,5 detik, biasanya diikuti
oleh gelombang cepat 12 - 14 Hz). Persentase gelombang Delta dengan
amplitudo di atas 75 mV kurang dari 20%. EOG : Tak terdapat aktivitas bola
mata yang cepat. EMG : Kadang-kadang terlihat peningkatan tonus otot secara
tiba-tiba, menunjukkan bahwa otot-otot tonik belum seluruh- nya dalam
keadaan relaks
4. Stadium 3
• EEG : Persentase gelombang Delta berada antara 20 - 50%. Tampak Kumparan
Tidur. EOO : Tak tampak aktivitas bola mata yang cepat.
• EMG : Gambaran tonus otot yang lebih jelas dari stadium 2.
5. Stadium 4
• EEG : Persentase gelombang Delta mencapai lebih dari 50%. Tampak
Kumparan Tidur. EOG : Tak tampak aktivitas bola mata yang cepat EMG :
Tonus otot menurun dari pada stadium sebelumnya
www.douglasrecherche.qc.ca
Sleep-wake cycle
Proses yang mengatur
siklus bangun-tidur :
1. Proses homeostatik
Proses homeostatik
merupakan
pengendali tidur yang
dipengaruhi oleh
durasi bangun.
2. Proses circadian
Proses circadian
merangsang stimulasi
sinyal ke jaringan
arousal untuk
mendukung keadaan
bangun.
Types of Sleep
Rapid Eye Movement (REM)
• Frequent bursts of eye movement activity that
occur
• Brain waves resemble Stage 1 (fast, low)
• Harder to wake than Stage 1
Circadian Rhythm
Develops within the first 2 years of life
Involves a 24.2 – 25 hour internal clock
• Reset by external stimuli
• Age, sex, medical and psychiatric diseases, and shift work all place
individuals at increased risk of chronic insomnia. The morbidity of
insomnia will vary according to its causes.
• Although transient insomnia produces sleepiness and impairment
in psychomotor performance, chronic insomnia is associated with
absenteeism, frequent accidents, memory impairment, and greater
healthcare utilization. The most consistent impact of insomnia is a
high risk of depression
Figure -1: Epidemiology of
insomnia (adapted from: Roth
T, Roehrs T. Insomnia:
epidemiology, characteristics,
and consequences. Clin
Cornerstone. 2003;5:5-15).
Epidemiologi
• Menurut penelitian dari National center for sleep disorders,
sekitar 30-40% dewasa mengalami symtoms insomnia
dalam setahun dan 10-15% mengalami insomnia kronik
• Insomnia paling umum dijumpai pada orang tua dan
wanita.
• One-fifth of patients consulting in primary care have
insomnia and prevalence in the population ranges from 10–
12% to over 20% in older adults
• Insomnia is more common than worry, and twice as common as
anxiety or depressive symptoms
Etiologi…
• Faktor medis
Nyeri kronik
Pernafasan (sleep apnea, asma)
Restless legs syndrom (RLS)
Saluran pencernaan (GERD, tukak)
Saraf (delirium, epilepsi, parkinson)
Types of Insomnia
• Short-term
– Lasts from a few nights to a few weeks
– Caused by worry over a stressful situation
• Long-term
– Lasts months or even years
– Caused by general anxiety, medications, chronic
pain, etc…
Causes of Insomnia…
• Disruption of sleep patterns
– shift working, children
• Environmental factors
– temperature, humidity, light
• Inability to sleep
– the mind might be overactive, running through
possible scenarios and attempting to find solutions or
replaying stressful incidents over and over again
Manifestasi klinik
• Kesulitan untuk tertidur
• Bangun berulang kali di malam hari dan kesulitan
untuk kembali tidur
• Bangun terlalu cepat di pagi hari
• Tidur yang tidak pulas (unrefreshing sleep)
• Mengantuk pada siang hari
• Sulit berkonsentrasi
• Gelisah
Terapi
1. Terapi non farmakologi
Efektif untuk primary insomnia terdiri dari:
Behavioral Therapies
Hygiene sleep; seperti hindari konsumsi alkohol, nikotin, kafein,
lampu yang terang dll.
Stimulus control; seperti pengaturan waktu tidur reguler, pergi ke
tempat tidur hanya bila mengantuk.
Relaxation therapies; seperti meningkatkan relaksasi otot, meditasi
dll.
Cognitive therapy (Congnitive behavioral therapy/CBT); seperti
pengarapan tidur yang tidak realistis, kesalahan konsepsi penyebab
insomnia.
Insomnia
Alogaritma diagnosa
insomnia
Behavioural therapies
Light therapy Nasal CPAP
Melatonin
Acute Chronic
Short-acting
Benzodiazepine Receptor Agonist
Review Sleep Hygiene Chronic Chronic/Persistent
Intermittent
Insomnia
Associated No Associated
Medical/Psychological Medical/Psychological
• Sleep Hygiene Sleep Disorder Conditions
• Anticipatory Behavioral Rx
• Anticipatory Short-acting Treat Medical/
Benzodiazepine Psychological
Receptor Agonist Sleep Disorder
Need to Provide
Insomnia Prompt Relief
No Yes
No Yes
Prevalensi
• Studi prevalensi di Amerika menemukan bahwa
AD dialami oleh 15.7 juta penduduk Amerika
setiap tahun, dan 30 juta penduduk pada suatu
ketika dalam hidupnya.
• Prevalensi AD :
GAD 4.1% - 6.6%, dengan prevalensi sekitar 3 % setiap
tahunnya
Panic Disorder 1.5% - 3.5%
SAD 5 %
Specific Phobia memiliki prevalensi yang paling tinggi,
yakni 10-13%.
PTSD 8% - 9%.
Etiologi
• Tidak ada penyebab ansietas yang pasti karena penyebabnya berbeda
untuk setiap orang.
• Beberapa orang mengalami ansietas :
– Setelah mengalami stres pada jangka waktu lama yang
berangsur-angsur meningkat.
– Orang tersebut merasa mereka tidak dalam kontrol
dari aspek kehidupan mereka sehingga dapat
meningkatkan ansietas tentang masa depannya.
– Beberapa orang mengalami kejadian yang dapat
mengakibatlkan stres pada masa lalunya dan menjadi
cemas akan kejadian sama yang akan terjadi di masa
depan.
Urip Harahap - Farm Klinis II - insomnia
& Anxiety
• Masalah ansietas juga dapat disebabkan oleh faktor
fisik, seperti kelenjar tiroid yang beraktivitas secara
berlebihan yang banyak mempengaruhi fungsi tubuh.
• Ansietas juga dapat disebabkan oleh efek samping
dari obat-obat tertentu seperti antidepresan.
Manifestasi klinik
GAD
• Gejala klinis
a.Gejala psikologis :
Kecemasan yang berlebihan
Kekhawatiran yang sulit dikendalikan
Perasaan cemas / gelisah sebelum sesuatu terjadi
Sulit berkonsentrasi atau pikiran kosong
b.Gejala fisik :
Gelisah
Nyeri perut
Rasa sakit atau tidak nyaman pada dada
Kedinginan
Pusing
Rasa tercekik
Mual
Nafas pendek
Berkeringat
Takikardia
Gemetar
SAD
• Gejala klinis :
– Gugup atau gembira yang berlebihan tentang sesuatu hal
– Diare
– Berkeringat
– Takikardia
– Gemetar
– Rasa takut bila diamati dengan cermat oleh orang lain, dipermalukan,
dan dihina
– Beberapa situasi yang menakutkan :
• Pidato dihadapan sekelompok orang
• Makan atau menulis dihadapan orang lain
• Berinteraksi dengan pejabat berwenang
• Berbicara di hadapan umum
• Berbicara dengan orang asing
• Menggunakan toilet umum
PTSD
• Gejala klinis
– Gejala yang berulang :
• Ingatan berulang tentang trauma yang mengganggu
• Mimpi-mimpi berulang yang mengganggu tentang
suatu kejadian
• Perasaan bahwa peristiwa traumatik tersebut akan
terjadi
• Reaksi psikologi terhadap ingatan akan trauma
– Gejala hyperarousal :
• Penurunan konsentrasi
• Mudah ketakutan
• Kewaspadaan yang berlebihan
• Kesulitan tidur
• Sensitif / tiba-tiba marah
Patofisiologi
• Model noradrenergik
Model ini menunjukkan bahwa sistem saraf otonomik pada penderita
ansietas, hipersensitif dan bereaksi berlebihan terhadap berbagai
rangsangan. Locus coeruleus (nukleus pada batang otak yang
berhubungan dengan respon psikologis pada keadaan stres dan panik)
mempunyai peranan dalam mengatur ansietas, yaitu mengaktivasi
pelepasan NE dan merangsang sistem saraf simpatik dan parasimpatik.
Aktivitas berlebihan noradrenergik yang kronik menurunkan jumlah
adrenoreseptor pada penderita GAD dan PTSD.
Respon adrenokortikal yang berlebihan terjadi pada penderita SAD
3.Terapi Buspiron
• Merupakan agonis parsial 5-HT yang efek antikejang,
relaksasi otot, sedatif-hipnotik, kegagalan motorik dan
ketergantungannya kurang.
• Merupakan obat pilihan kedua untuk GAD karena
kurang konsistennya laporan efikasi, tertundanya awal
mula kerja obat dan kurangnya efikasi untuk penderita
depresi dan gangguan kecemasan (contoh : gangguan
kepanikan atau GAD).
Tidak
Respon adekuat ?
Ya Respon adekuat ?
Tidak
Tidak
Ya Respon adekuat ?
Tidak
Gangguan Kepanikan
• Tujuan : untuk meniadakan serangan panik,
menurunkan secara signifikan kecemasan yang berulang
dan ketakutan fobia, dan mengembalikan aktivitas
normal penderita.
• Kebanyakan penderita tanpa agorafobia dapat diobati
dengan terapi obat saja, tetapi jika terjadi agorafobia,
terapi kognitif-sikap diberikan bersamaan dengan terapi
obat.
SAD
• Tujuan : untuk menurunkan gejala-gejala psikologi,
menghindarkan fobia, dan meningkatkan keterlibatan dalam
aktivitas sosial yang diminati.
• Penderita SAD umumnya menunjukkan respon terapi yang
lebih lambat dan kurang sempurna dibandingkan penderita
gangguan kecemasan jenis lain.
• Panduan pengobatan didasarkan pada gejala-gejala yang
ditunjukkan, riwayat penyakit lainnya, dan riwayat
penyalahgunaan obat-obatan atau bahan kimiawi.
Paroksetin, sertralin, BZ
atau venlafaxin XR
Respon tidak
adekuat: ganti ke Respon tidak Ada respon:
fenelzin adekuat: SSRI ± teruskan untuk
BZ 12 bulan
• SSRI adalah obat lini pertama untuk PTSD. TCA dan penghambat
MAO juga efektif, tetapi tidak terlalu dipertimbangkan
penggunaannya karena efek sampingnya.
• Obat-obat untuk penderita PTSD :
1.SSRI, contoh : citalopram, escitalopram, fluoksetin, fluvoksamin,
paroksetin, sertralin.
2.Obat lainnya, contoh : amitriptilin, imipramin, lamotrigin,
fenelzin.
SSRI
Terima kasih
Oleh:
Dr. Rosidah M.Si., Apt.
Prof. Dr. Urip Harahap, Apt.
Poppy Anjelisia Hasibuan, S.Si., M. Si., Apt.
Aminah Dalimunthe, S.Si., M. Si., Apt.
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
Pokok Bahasan:
1. Introduksi Iskemia jantung adan Angina
2. Prevalensi, epidemiologi, dan Patofisiologi Iskemia jantung
3. Manajemen tritmen Isekmia dan angina
Rujukan
1. Scott, DK (1994). Ischemic Heart Disease. In: Clincal Pharmacy and
Therapeutyics, Edited by Waklker, R and Edwards Clive, Churchill Livingstone,
pp: 247- 259
2. http://www.powerpoint-search.com/angina-pectoris-treatment-ppt.html
3. Garret tJ. Gross: Antianginal Drug http://pharmamotion.com.ar/powerpoint-
presentation-drugs-for-the-treatment-of-angina-pectoris-nitrates-beta-
blockers/
4. http://cme.medscape.com/
5. http://www.powerpoint-search.com/angina-pectoris-treatment-ppt.html
6. http://www.powerpoint-search.com/angina-pectoris-treatment-ppt-2.html
7. http://www.powerpoint-search.com/angina-pectoris-treatment-ppt.html
Isekemia Miokardium
Suplai O2 terganggu
atau berkurang
Darah:
Jantung
Pembuluh darah
Multifaktor:
Iskemia:
Ateroma
O2
Trombus
Spasma arteria koronaria
Hipertensi
Hipertropi jantung
aliran darah ke
ISKEMIA JANTUNG
jantung
ETIOLOGI
Histori nyeri penting berbeda prognosis berbeda tritmen
Angina stabil (excercise-induced angina) secara normal tidak
terjadi pada waktu istirahat, umumnya diprediksi dalam
kaitannya terhadap aktivitas yang menginduksi rasa
sakitentikan aktivitas penyebab, akan lebih buruk kalau
dihentikan secara perlahan- lahan.
Angina nonstabil diprediksi terjadi pada waktu istirahat, keadan
cepat memburuk stlh bbp jam/hari (angina crescendo), laju
mortalitas 10% per tahun.
Pengukuran ECG dipertimbangkan bermanfaat identifikasi
iskemia/infarksi. Agak sukar menafsirkannya, terutama sekali
setelah sebelumnya mengalami infarksi. Perekaman ECG selama
satu episode nyeri diagonostiknya akan lebih baik dan ECG
selama uji toleransi eksesais dapat digunakan.
Urip Harahap - Farm Klinis II 12
ETIOLOGI
Standar penunjuk-12 (lead-12) ECG: merekam beda aktivitas listrik di jantung:
identifikasi kawasan jantung yg dipengaruhi. Pada permukaan area yang mengalami
infarksi: segmen-T pada awalnya , bbp hari kmd inversi gelombang-T, bbp
hari/bulan kmd kembali normal.
Seg-ST mungkin ditekan (dalam infarksi miokardial).
Gel-Q dalam bbp hari infarksi mungkin akan terjadi.
Meski Gel-Q tetap trerjadi, blm pasti sbg petunjuk infarksi, jika tanpa sejarah klinis
atau pengukuran enzim.
Iskemia tanpa infarksi: Komp-QRS tdk berubah; tp bisa saja terjadi perubahan S-ST
dan Gel-T yg signifikan.
Memastikan infarksi selain uji tersebut, adl dgn menguji aktivitas enzim jantung di
dalam darah
Kadaan infarksi, aktivitas enzim tt dalam darah.
Bbp enzim jtg- rutin diukur: aspartate transaminase (AST), lactate dehydrogenase
(LDH), creatine kinase (CK). Estimasi serial enzim ini penting thd diagnostik krn
memperlihatkan variasi laju dan ekstensi pelepasannya yang berkaitan dengan
serum half- lifenya (Gambar 5.2).
MANIFESTASI KLINIS
• IJ menyebabkan matinya jaringan jantung (infarction)/rasa nyeri reversibel
(angina pectoris)
• Secara anatomis ada 3 cabang utama arteria koronari yang membekalkan
darah ke jantung. Jika pada salah satu terjadi trombus, terjadi infarksi regional
berupa, transmural yang hanya mempengaruhi subendokardial
• Infarksi bisa menyebar (berdifusi) jika perfusi sistemik menurun signifikan:
– karena menyebarnya aterosekelrosis
– atau mungkin karena hipertropi miokardium
– atau karena meningkatnya tekan diastolik ventrikuler
• Fenomena IJ adlh Angina pectoris : angina nonstabil (Crescondo) akibat laju
pembentukan plaque trombus yang progresif oklusi (kemacetan) aliran
darah secara intermiten, atau karena adanya platelet berupa pecahan partikel
kecil trombus yg menyebabkan oklusi pembuluh kecil lainnya
• Angina Stabil (excercise-induced angina) adalah disebabkan oleh pengecilan
pembuluh darah yang menjadi kritikal pada level dimand tertentu.
• Angina Prinzmetal (angina varian) adalah disebabkan oleh spasma arteria
koronaria dan bisa juga terjadi pada saat istirahat.
Urip Harahap - Farm Klinis II 14
Prognosis
• Banyak penderita IJ tidak mempunyai simptom klinis, 1/3 pasien angina chest
pain yang pada mulanya menyangkal pada uji terakhir tetapi muncul simptom
secara spontan.
• Banyak kasus IJ diperkirakan tidak fatal, pada hal sebagian besar kamatian
akibat penyakit itu (CAD: laju mortalitas 3%) (penyakit pembulunb tunggal) -
10% (penyakit pembuluh tripel).
• Progonsis individu infarksi miokardium terjadi perbaikan dengan terapi
trombolitik (shgg meluas digunakan)
• Gambar 5.1: diagram serangan jantung (heart attack) di pinggiran kota London,
25% individu meninggal sebelum mendapatkan intervensi medik. Paling
berbahaya: waktu setelah terjadi infarksi beberapa jam pertama yang disertai
fibralsi ventrikuler
• Laju kematian tertinggi: pasien lansia yang sebelumnya mengalami infarks
(infarksi anterior, hipertensi, gagal jantung/takiardia/gagal berhenti merokok).
• Mortalitas proporsional dgn ukuran infarksi yang diestimasi dengan mengukur
keluasan penyebaran enzim jantung yang dibebaskan ke dalam darah dari sel-sel
jantung yang mengalami damage.
Urip Harahap - Farm Klinis II 15
1 2 3 4
Hari setelah infarksi
Ketiga enzim ini tidak hanya berasal dari jantung ttp bisa berasal dari tapak (site) lain (organ lain),
oleh karena itu sangat diperlukan pengukuran isoenzim secara elktroforesis untuk mengidentifikasi
tapak asalnya enzim itu. Mis: CK-dari jantung (CK-MB) dapat dibedakan d enzim-dari otak (CK-MB)
dan enzim yang sama dari otot rangka adl CK-MM).
Tes yang lebih teliti dan invasif penting untuk menentukan fungsi jantung lebih akurat.
Kateter dapat diintrodus ke vena perifer sampai ke jantung dan paru-paru tekanan dan laju
aliran terukur pd ruang yang berbeda serta pembuluh jantung.
Radiopaqu dye digunakan untuk melihat gambaran sirkulasi darah koronaria, selain dpt
emnunjukkan apakah terjadi blokade aliran (Angiografi).
Radioisotop seperti technetium digunakan untuk melabel sel-sel darah dan plasma untuk
mempelajari perfusi jaringan miokardium identifikasi infarksi atau kawasan-kawasan otot
yang tidak berfungsi dengan baik.
Echocardiography-menggunakan ultrasound non-invasive dptdigunakan untuk menguji struktur
dan fungsi miokardium dan katup jantung (valve)
Urip Harahap - Farm Klinis II 21
Tritmen
Tujuan: memperkecil mortalitas dan morbidita,
Mortalitas lebih mudah diukur ketimbang morbiditas,
Beberapa pengukuran kualitas hidup telah digunakan
untuk menaksir hasil tritmen IJ, indikator kombinasi rasa
sakit, sesak napas, toleransi eksesais dan kemampuan
untuk melakukan aktivitas setiap hari secara normal-
durasi survive. Paling tidak tujuan pengobatan di sini
ialah untuk mencegah terjadinya infarksi miokardium
dan dihubungkan dengan mortalitas serta untuk
meningkatkan lamanya waktu bebas-rasa nyeri dengan
gaya hidup yang dapat diterima pasien.
Urip Harahap - Farm Klinis II 22
Mengubah Faktor Resiko
Tahapan pengobatan IJ sangat dibutuhkan untuk mengurangi faktor resiko (Tabel 5.1)
Pasien sangat perlu menyadari manfaat strategi rencana dalam hal gaya hidup dan hrs setuju
dengan rencana tsb untuk engubah kebiasaa yang memang sukar dilakukan setelah bertahun-
tahun merokok atau dengan makanan dengan diet tertentu. Perawat yang profesional hrs
sadar betul bahwa mencegah IJ sangat penting dan itu tidak dapat dilakukan secara cepat
(instant) atau spektukuler.
Untuk mencapai hasil yang diharapkan, perlu konseling berulang-ulang (bp tahun) untuk bisa
memulai kebiasaan hidup sehat. Perlu persuasi agar pasien secara kontinyu menggunakan
obat pada hipertensi atau hiperlipidemia untuk mencegah bertambah parahnya IJ.
Masyarakat, pemerintah perlu mendorong dan mendukung upaya bersama untuk mengurangi
insiden IJ misalnya dengan mngubah gaya hidup buruk ke arah gaya hidup sehat.
Pembuktian: perokok pasif berada posisi berbahya; menghindari akibat buruk perokok psif
area khusus merokok dan diawasi secara ketat (oleh pemerintah/petugas khusus); kalau
hanya meminta kesadaran perokok sangat sulit.
Kampanye terus menurus ttg gaya hidup sehat (secara nsional), eksesais teratur
Setiap orang harus menentang semua bentuk-bentuk penyebab faktor resiko PIJ
Terapi trombolitik (aspirin) menguntugkan dalam unstable anina dan infarksi miokardium.
Keuntungan obat ini seimbang dgn efek buruknya pendarahan lamabung (rujuk inbitor COX
non selektif) ; keuntungan menurangi PIJ yang bermakna.
Urip Harahap - Farm Klinis II 23
Unstable Angina
• platelet-fibrin thrombus associated with ruptured plaque
• treatment based on antithrombotics and urgent percutaneous
revascularization.
Unstable angina
• is that characterized by rapidly
worsening chest pain on minimal
exertion or at rest.
• = ulcerated atheroma+ thrombus
formation>>> reduction of coronary
blood flow caused by thrombus>>
angina at rest
Unstable angina
• Recent onset (less than 1 month).
• Increase frequency and duration of episode.
• Angina at rest not responding readily to
therapy.
• If the pain more than 30 min.????
• MI
angina.ppt
Tritmen Angina
• Terutama diutujukanangina varianz;
• Angina stabil dapat ditangani oleh GP (general public ?) atau disuatu
klinik sebagai outpatient.
• Angina unstable diobati di rumah sakit untuk memudahkan
penyembuhan dengan cepat dan tepat sesuai dengan tritmen yang
diperlukan.
• Aspirin: sbg profilaksi infarksi (dosis 150-300 mg/hari) menuntungkan
pada penderita angina unstable (dan infarksi miokardium); juga sering
digunakan pada angina stabil meskipun kurang data dapat mengurangi
berat dan frekuensi serangan angina.
• Mengubah gaya hidup untuk mengurangi tuntutan jantung akan
oksigen sangat bermanfaat dalam keadaan angina stabil tetapi mestilah
istirahat total bagi yang menderita angina unstable di samping
diperlukan investigasi yang lebih invasif seperti angiografi koroner,
sebaiknya dilakukan satu kali setelah satu episode serangan akut.
Tritmen Angina
• Tritmen-obat: bertujuan workload jantung dan meluasnya serangan
dan memperbaiki suplai darah koroner. Agen utama:
• Nintrat organik, CaCB dan beta-bloker, kecuali dikontraindikasikanbeta-bloker adl agen
barisan pertama untuk angina stabil dan unstable, ttp dikontraindikasikan pd angina
Prinz-Metal.
• Mungkin pasien tidak menyukai ES beta bloker, ttp hrs terus didorong agar
menggunakannya
• Nitrat, CaCB atau keduanya dapat saja diberikan
• Verapamil sebaiknya dihindari diberi bersama beta-bloker
• Tritmen serangan akut diberi dosis kecil nitrat- sublingual, terutama bagi serangan akibat
aktivitas (berjalan).
• Tritmen angina unstable harus lebih giat, sering ditritmen dengan beberapa agen yang
diberi secara simultan ketimbang bertahap ditambahkan, dalam hal ini termasuklah
nitrat parenteral dan diazepam.
Note: Semua gambaran di atas hanyalah kira-kira dan subjek bervariasi antar pasien. ISA= Intrinsic sympatomimetic activity; t½ =
eliminasi half-life. *= Metabolisme lintasan efek pertama (first-pass metabolism) menyebabkan bioavailabilitas yang signifikan
NITRAT - ANGINA
NITRAT
Nitrat
• Pada banyak pasien yg menrima nitrat 3 x1 h, akan lbh baik dberi di
antara jam 700 pagi dan jam 600 sore. Utk angi unstabil ini tdk praktis
krn tidak tidk mempunyai periode resiko yg rendah, dosis
meningkatkan hrs diberi jika terjadi toleransi.
• Preparat: infusi IV, tablet dan kapsul-sustained relase, transdermal
patchest dan ointment, tablet sublingual, spray dan tablet adesif
bukal.
• Mayoritas pasien angina stabil dikontrol dgn tablet/kapsul (hrg lbh
murah), diberi 2-3 X 1 h membolehkan nitrat bebas periode
malam hari.
• Hampir tdk keuntungan pemberian lebih dr 1 preparat
• Preparat lepas lambat dan transermal patchest lbh mahal, dosis tdk
fleksibel dan tdk menghasilkan st periode nitrat bebas (bebas secara
kontinyu)
Urip Harahap - Farm Klinis II 48
Nitrat
• Oitment terasa kotor dan tablet bukal selain mahal tdk
menunjukkan keuntungan terapi yg signifikan pd terapi reguler
• Sediaan spray dan tablet onset cepat, mengalami first
pass-effect yg ekstensif pd pemberian oral
• Sediaan sublingaul (spray, tablet suckable = t. kunyah) digunakan
untuk memcegah/meringankan rasa nyeri akut, !!! hipotensi
(disertai pusing/pingsan) dan kepala berdenyut. Minimasi:
pasienduduk dan meludhkan tablet. Tablet sublingual GTN
half-life pendek jika terpapar dengan udara dan oleh sebab itu
harus disimpan dengan hati-hati dan disimpan pada tempat
yang sesuai.
• Semua nitrat menyebabkan takikardia.
Nitrat
• Tiga nitrat utama yang digunakan:
GTN (terutama sublingual, bukal, transdermal, dan intravenus),
isosorbid dinitrat dan isosorbid mononitrat. Semua efektif apabila
diberi dengan dosis yang tepat dengan interval waktu yang
sesuai pula (Tabel 5.3).
Isosorbid dinitrat (ISDN) dimetabolismekan mononitrat,
biasanya diberikan 3-4 X 1 h; mononitrat: 2-3 X 1 hr yang lebih
mahal ialah kedua obat tersebut dalam preparat lepas-lambat
CaCB
• CaCB bertindak pada bbg tot polos dan jaringan jantung
dan sebagian besar mempunyai spesifitas yang berbeda
terhadap jaringan tubuh. Pada angina yang penting adl
vasodilator yg bekerja pd arteria (Tabel 5.4); sbg ada
yang mempunyai aktivitas antiaritmatik dan kebanyakan
bersifat miodepresan
• Nifedipin & ikardipin (&dihidropiridin lain) tidak punya
efek pd konduksi jaringan; sangat efektif sbg vasodilator
arteria afterload & memperbaiki perfusi koronaria;
juga flushing, sakit kepala & refleks takikardia
GTN: IV, trnsd Cepat, 30’ Selam infusi Toleransi jika terus digunakan
pelepasan slm
24 jam
Tab & kapsul SR’ Lambat 8-12 jam Tdk aktif jk mengembang
Tab subling. Cepat (1-4’) < dari 30’ Kurang aktif jika mulit keri ng
Spray Cepat (1-4’)’ <30’
Tab. bukal Cepat (1-4’) 4-8 jam Mendekatai onset tab. Sublingual
Isosorbid dinitrat
Tablet SR
IV` Serupa GTN
Sublingual Lbh lambat dr Seperti GTN
Tab. Kunyah GTN 2-4 jam Nyeri kepala < dr tab.sublingual
Tab. oral 2-5’ 4-8 jam
30-40’
Isosorbid dintrat
Oral tablet 30-40’ 6-12 jam
Tab SR/Kapsul lambat 12-24 jam Bbp nama dangagng mengklem
periode bebas nitrat jk diberi 1 x 1 h
Urip Harahap - Farm Klinis II 54
Perbandingan nitrat, BB, CaCB
• Plasebo 13,2%
• Aspirin 10.7%
• Streptokinase 10,4%
• Aspirin+streptokionase 8,9%