You are on page 1of 8

MATEMATIKA SAINS TEKNOLOGI DAN REKAYASA

LITERATUR REVIEW JURNAL

Penerapan GPS Untuk Mendeteksi Keberadaan Ikan di Laut

Dosen Pengampu Matkul : Ahmad Satibi S.Pd., M. Pd

Di susun oleh :
Kelompok 4 ( PKP A)
Noufal Adrian ( 2108084 )
Rahmawati ( 2107602 )
Siti Nurjanah ( 2104035 )
Salma Ananda ( 2101707 )

Kiki Aulia ( 2106954 )

Pendidikan Kelautan dan Perikanan


Universitas Pendidikan Indonesia
Kampus Daerah di Serang
2021
PENERAPAN GPS UNTUK MENDETEKSI KEBERADAAN
IKAN DILAUT
Noufal Adrian ¹, Rahmawati ¹, Siti Nurjanah¹, Salma Ananda¹, Kiki Aulia¹

¹Program Studi Pendidikan Kelautan dan Perikanan,


Universitas Pendidikan Indonesia Kampus di Serang
E-mail: rahmawati@upi.edu
noufaladrian@upi.edu
nurjanahsiti@upi.edu
kikiaulia@upi.edu
salmaryh@upi.edu

ABSTRACT

So far, fishermen in Indonesia have only relied on traditional methods to find out the presence of
fish/other marine animals. However, along with the development of the age of fishermen, they need
more sophisticated technology to maximize catches and save costs, so as to improve human resources
(HR). GPS is a navigation and positioning satellite system that provides three-dimensional position and
speed and time information, continuously around the world regardless of time and weather. GPS is a
tool that can be used by fishermen to mark locations where fish often gather so that the pattern of
regular fish distribution can be known. By determining the research area and then monitoring the
movement of the boat using a small GPS tracker (I-GT600 and Catlog). For ground-truth GPS location
data, fishermen are simultaneously recorded by one observation on each vessel. The GPS tracker
detects potential rapid changes in fishermen by recording nature, time and duration and then combines
it with GPS track data to determine a typical fishing trajectory pattern per fishery. the type of fishing
gear, the GPS tracker is turned on before departure, and later the GPS data is uploaded to a relational
database for data filtering and processing. It is hoped that the GPS can make it easier for fishermen to
detect fish gathering places and can save on ship fuel costs.
Keywords: GPS technology, boat movement, fishery map, GPS track, spatial data, speed threshold

ABSTRAK
Selama ini Nelayan di Indonesia hanya mengandalkan cara tradisional untuk mengetahui keberadaan
ikan/hewan laut lainnya. Namun seiring dengan perkembanagan zaman Nelayan memerlukan teknologi
yang lebih canggih untuk memaksimalkan hasil tangkap dan menghemat biaya pengeluaran, sehingga
bisa memperbaiki sumberdaya manusia (SDM). GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentu posisi
yang memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi dan informasi waktu, secara kontinyu di seluruh
dunia tanpa tergantung kepada waktu dan cuaca. GPS merupakan suatu alat yang dapat digunakan
oleh para nelayan untuk menandai lokasi dimana ikan-ikan sering berkumpul sehingga dapat diketahui
pola sebaran ikan yang teratu. Dengan cara menentukan daerah penelitian lalu memantau pergerakan
perahu dengan menggunakan pelacak GPS kecil(I-GT600 dan Catlog). Untuk data lokasi GPS ground-
truth, nelayan secara bersamaan direkam oleh satu pengamatan dia atas kapal masing masing.Pelacak
GPS mendeteksi potensi perubahan cepat nelayan dengan mencatat sifat, waktu dan durasi lalu
menggabungkan dengan data trek GPS untuk menentukan pola lintasan penangkapan ikan yang khas
per jenis alat tangkap, pelacak GPS dihidupkan sebelum keberangkatan,dan nantinya data GPS di
unggah ke database relasional untuk penyaringan dan pemrosesan data. Diharapkan dengan adanya
GPS dapat mempermudah nelayan untuk mendeteksi tempat berkumpulnya ikan serta dapat menghemat
biaya bahan bakar kapal.
Kata kunci: Teknologi GPS,gerakan perahu,peta perikanan,trek GPS,data spasia,ambang batas
kecepatan.
PENDAHULUAN
Sumberdaya ikan yang hidup di wilayah Permasalahan tangkap ikan karena
perairan Indonesia dinilai memiliki tingkat nelayan sebagian besar nelayan tidak
keragaman hayati (bio-diversity) yang mendasarkan penentuan daerah
paling tinggi. Sumberdaya tersebut paling penangkapan ikan dari pemahaman
tidak mencakup 37% dari spesies ikan di mengenai dinamika lingkungan
dunia (Kantor Menteri Negara Lingkungan perairan,kelompok nelayan tidak memiliki
Hidup, 1994). Di wilayah perairan laut akses yang cukup luas untuk memperoleh
Indonesia memiliki beberapa jenis ikan informasi mengenai daerah penangkapan
dengan nilai ekonomis tinggi antara lain ikan sasarannya,kelompok nelayan belum
tuna, cakalang, udang, tongkol, tenggiri, memiliki pengetahuan dan keterampilan
kakap, cumi-cumi, ikan-ikan karang dalam melakukan interpretasi terhadap
(kerapu, baronang, udang barong (lobster), daerah penangkapan ikan yang tepat.
ikan hias dan jenis-jenis kerang. Dalam penggunaan penangkapan ikan
Salah satu karakteristik bahwa metode masih menggunakan metode tradisional
penangkapan ikan masih bersifat jaring dan rumpon yang langsung di
tradisional adalah nelayan penangkapan pasangkan saja tanpa tau keberaada ikan
ikan hanya mengandalkan pengetahuan dan yang sedang berkumpul, yang
pengalaman turun-menurun bahwa daerah mengakibatkan pemborosan bahan bakar
tempat berkumpulnya ikan berada di bawah ,waktu dan biaya, serta tangkapan ikan
pergumulan awan, berada di sekitar benda yang tidak menentu karna nelayan hanya
terapung seperti kayu dan sejenisnya atau mengandalkan tanda alam dalam tempat
dengan melihat burung yang mematuk dari mencari ikan dan akibatnya terkadang biaya
atas permukaan air. Padahal secara alami, yang dikeluarkan tidak sesuai dengan hasil
ikan akan mengikuti kondisi lingkungan tangkapan dan akhirnya rugi (Zaenal
yang disenanginya seperti suhu, salinitas Arifin, Buang Budi Wahono, Dias
dan bahkan klorofila sebagai penanda Prihatmoko, 2020). Biaya finansial untuk
kesuburan perairan. Di samping itu, pola solusi pelacakan sering menghambat
arus dan arah angin mempengaruhi pola karakterisasi efektif penggunaan habitat
migrasi (ruaya) ikan baik secara spasial pada megavertebrata laut yang terancam.
(ruang) maupun temporal (waktu) Sementara penyebarannya yang luas
(Harrison dan Parsons, 2000). Metode menimbulkan tantangan pengelolaan,
tradisonal seperti ini cukup berhasil banyak taksa megavertebrata laut
diterapkan hanya saja tidak menjamin hasil berkumpul untuk berkembangbiak,
tangkapan selalu maksimal. Berdasarkan bersarang, membesarkan anak di lokasi
kondisi yang demikian, untuk yang dapat diprediksi dan selama musim
meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil tertentu, seringkali di wilayah pesisir yang
tangkapan maka diperlukan suatu berpenduduk manusia, dimana keragaman
pengenalan terhadap masyarakat nelayan di dan besarnya ancamanan tropogenik dapat
tentang teknologi alat penangkap ikan meningkat (Robert T. E Snape et al, 2018).
berupa Global Positioning System (GPS). GPS adalah sistem satelit navigasi dan
penentu posisi yang memberikan posisi
dan kecepatan tiga dimensi dan informasi Global Positioning System), mempunyai
waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tiga segmen yaitu : satelit, pengontrol, dan
tanpa tergantung kepada waktu dan cuaca. penerima/pengguna. Satelit GPS yang
GPS merupakan suatu alat yang dapat mengorbit bumi, dengan orbit dan
digunakan oleh para nelayan untuk kedudukan yang tetap (koordinatnya pasti),
menandai lokasi dimana ikan-ikan sering seluruhnya berjumlah 24 buah dimana 21
berkumpul sehingga dapat diketahui pola buah aktip bekerja dan 3 buah sisanya
sebaran ikan yang teratur (Karen Evans et adalah cadangan. Untuk dapat mengetahui
al, 2011). Fungsi lainnya dapat mengetahui posisi seseorang maka diperlukan alat yang
munculnya ikan di suatu perairan yang diberinama GPS reciever yang berfungsi
dapat digunakan untuk mengetahui lokasi untuk menerima sinyal yang dikirim dari
yang tepat di kemudian hari. GPS atau satelit GPS. Posisi diubah menjadi titik
kepanjangan dari Global Positioning yang dikenal dengan nama Way-point
System merupakan perangkat navigasi nantinya akan berupa titik-titik koordinat
berbasis satelit. Dengan alat ini kita bisa lintang dan bujur dari posisi seseorang atau
mengetahui koordinat lintang bujur, arah suatu lokasi kemudian di layar pada peta
dan kecepatan. GPS sangat bermanfaat elektronik. Sejak tahun 1980, layanan GPS
untuk nelayan untuk mengetahui posisi saat yang dulunya hanya dipergunakan untuk
di laut, menentukan rute perjalanan, keperluan militer mulai terbuka untuk
menandai tempat-tempat penting: seperti publik. Uniknya, walau satelit-satelit
tempat yang banyak ikan, tempat kapal tersebut berharga ratusan juta dolar, namun
karam, tempat yang dangkal dan setiap orang dapat menggunakannya
sebagainya. Sehingga dengan GPS akan dengan gratis. (Andy, 2009).
bisa menghemat BBM, karena rute bisa Cara penerapan GPS di Indonesia
ditentukan, sehingga kemungkinan untuk cocok untuk nelayan sebelum berlayar di
salah arah sangat kecil. Saat ini juga sudah laut, untuk mempermudah nelayan agar
ada peta laut atau bluechart yang berisi data bisa memprediksi cuaca terlebih dahulu,
topografi laut, kedalaman, pulau-pulau cocok tidak berlayar hari ini, dan melihat
kecil yang sangat membantu nelayan dalam letak dimana ikan itu sedang berkumpul
bernavigasi menggunakan GPS. Menurut sebelum berlayar. Agar tidak terjadi hal hal
(Winardi, 2006) adalah sistem untuk yang tidak diinginkan dan dengan
menentukan letak di permukaan bumi. menggunakan GPS, penghasilan nelayan
Dengan bantuan penyelarasan lebih meningkat karena dengan
(synchronization) sinyal satelit. Sistem ini menggunakan GPS, kita tahu bahwa letak
menggunakan 24 satelit yang mengirimkan ikan yang sedang berkumpul dimana.
sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal Berbeda dengan era tradisional yang mana
ini diterima oleh alat penerima di sangat membuang-buang waktu nelayan,
permukaan dan digunakan untuk seringkali nelayan langsung berlayar hanya
menentukan letak, kecepatan, arah, dan mengandalkan pengetahuan dan
waktu. Sistem yang serupa dengan GPS pengalaman turun menurun saja.
antara lain GLONASS Rusia, Galileo Uni Sedangkan pada di era ini, Indonesia harus
Eropa, IRNSS India. Sistem GPS, yang maju dalam bidang teknologinya karena
nama aslinya adalah NAVSTAR GPS untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
(Navigation Satellite Timing and Ranging hasil tangkapan. Maka di Indonesia perlu
lah teknologi untuk mempermudah Sulawesi Utara. Dengan menentukan
mencari ikan atau memprediksi letak ikan daerah lalu memantau pergerakan perahu
agar lebih memudahkan nelayan Indonesia dengan menggunakan pelacak GPS kecil (I-
menangkap hasil laut dengan lebih mudah GT600 dan Catlog), untuk data lokasi GPS
dan efisien. Teknologi GPS ini diharapkan ground-truth (misAlvard et al, 2015),
mampu meningkatkan kualitas dan nelayan secara bersamaan direkam oleh
kuantitas tangkapan nelayan yang dapat satu pengamatan dia atas kapal masing
menaikkan pendapatan dan kesejahteraan masing. Pelacak GPS mendeteksi potensi
kehidupan nelayan. perubahan cepat nelayan dengan mencatat
sifat, waktu, dan durasi lalu
METODE menggabungkan dengan data trek GPS
untuk menentukan pola lintasan
Literarur review diadopsi dari 10 jurnal penangkapan ikan yang khas per jenis alat
terindeks scopus, 5 jurnal lokal dan 5 jurnal tangkap, pelacak GPS dihidupkan sebelum
internasional dengan keyword sistem keberangkatan,dan nantinya data GPS di
teknologi GPS, gerakan perahu, peta unggah ke database relasional untuk
perikanan, trek GPS, data special, ambang penyaringan dan pemrosesan data. Selain
batas kecepatan. itu, dalam GPS dimasukkan data (ploating)
setiap lokasi yang ingin dikunjungi secara
DISKUSI berurutan, sehingga bila dihubungkan akan
terbentuk suatu rute perjalanan.
GPS secara sporadis digunakan untuk
memetakan tempat penangkapan ikan atau 1.2 Menentukan posisi keberadaan ikan
tangkapan tertentu untuk mengeksplorasi
dinamika spasial sumber daya, eksploitasi Dalam proses GPS ini, dibantu
dan pengelolaan dalam perikanan skala perangkat elektronik Fishfinder yang
kecil. Metode yang digunakan adalah berfungsi memancarkan gelombang
model hutan acak dan data lintasan kapal ultrasonik yang menangkap kembali
menggunakan pelacak GPS dan data GPS pantulannya yang dapat disimpan dari jarak
ground. jauh keberadaan ikan sehingga dapat
memantau pergerakan ikan dari jauh.
1. Situs Studi dan Pengumpulan Data Perangkat fish finder yang digunakan untuk
Pelacakan memancarkan gelombang dan menangkap
gelombang kembali disebut dengan
1.1 Menentukan daerah pelacakan GPS tranduser. Prinsip kerja dari Fish finder
yaitu gelombang suara berfrekuensi antara
Sulawesi Utara sebagai sebuah 15 kHz sampai 455 kHz dipancarkan
wilayah dirasa memiliki potensi sumber tranduser dipantulkan oleh dasar perairan
daya kemaritiman yang luar biasa. Aneka kemudian ditangkap kembali oleh tranduser
kekayaan laut menjadi faktor utama yang (Faustinato Behivoke et al, 2021). Proses
membuat Sulut mampu memberikan gelombang pantulan yang berulang-ulang
peningkatan positif terhadap sektor itu ditangkap tranduser kemudian
kelautan di Indonesia sehingga kami diterjemahkan dalam monitor dalam bentuk
menentukan daerah pelacakan di daerah
titik-titik sehingga menimbulkan gambar perahu perjenis roda gigi: pukat pantai,
topografi dasar perairan. jaring nyamuk,jaring insang,handline,dan
Dari hasil pembacaan gambar speargun. Posisi GPS kapal dari setiap
topografi itulah akhirnya bisa membedakan jenis alat untuk memancing jika kecepatan
kekerasan dari topografi struktur dasar lebih rendah dari batas sesuai dengan
perairan (Karen Evans et al, 2011). menggunakan R caret, dan tidak
Biasanya bila keadaan dasar perairan benda memancing ketika kecepatan kapal
yang keras maka warna di monitor melebihi ambang batasnya (Wright dan
gambarnya lebih pekat. Sebaliknya, jika Ziegler, 2017).
topografi lembek maka gambar di monitor
pun tidak pekat. Jadi bila topograf dasar 2.2 Analisis melalui algoritma hutan acak
perairan keras bisa diasumsikan bahwa
dasar berupa karang. Dalam tangkapan Jalur memancing pra-klasifikasi
GPS find finder, bila di struktur topografi digunakan misalnya sebagai dataset GPS
perairan yang keras dan melayang, maka ground-trthed untuk algoritme hutan acak
disebut sebagai gerombolan ikan. dalam validasi silang (Boehmke dan
greenwel,2019). Pola geometris lintasan
jalur penangkapan ikan berdampak pada
2. Analisi Data keluaran model. Sementara lokasi
penggunaan alat mungkin terkait dengan
Karena pelacak GPS menerima sinyal kondisi geografis dan lingkungan (misalnya
satelit pada interval waktu yang berbeda habitat laut, kedalaman, algoritma
ada standarisasi lintasan kapal dan data pembelajaran) untuk meningkatkan
posisi GPS di simpulkan secara linier pada penerapan model secara umum.
interval waktu 60 detik menggunakan paket Kovariat digunakan sebagai fitur
adehabitatLTR (Calenge, 2006). dalam algoritma hutan acak.
Hyperparameter hutan acak di optimalkan
2.1 Analisis metode ambang batasan sebagai: indeks pengotor Gini digunakan
sebagai pemisah simpul menjaga
Posisi GPS perahu setiap lintasan setidaknya 10 posisi GPS disetiap simpul
untuk merekam dan diklasifikasikan dalam pohon,semisalnya jumlah pohon
peristiwa penangkapan ikan dan non (200,500,1000,dan 1500) dan himpunan
pemancingan menggunakan ambang batas bagian acak dari kovariat yang mungkin di
kecepatan. Semisalnya dengan pecah pada setiap simpul (2,4,6,8,10 dan
menggunakan data empiris dihitung 12) yang ditentukan untuk memaksimalkan
membagi jarak interval waktu 2 perahu kinerja model area- di bawah kurva
berturut (60 detik). Dengan menggunakan ROC(AUC). Prosedur validasi silang
data empiris, ambang batas kecepatan untuk mencegah model yang terlalu pas.
sebagai kecepatan yang sesuai dengan Kemungkinan untuk setiap jenis alat
pertukaran terbaik antara sensitivitas dan tangkap,kemudian untuk memilih treknya.
spesifisitas,yang di definisikan sebagai Model hutan acak dan menggunakan
tingkat positif yang sebenarnya dan negatif model itu kemungkinan untuk memprediksi
yang sebenarnya.Ambang batas kecepatan probabilitas kejadian penangkapan ikan
digunakan untuk: memproses semua jalur setiap GPS dari jejak nelayan yang tersisa.
Klasifikasi posisi GPS dalam peristiwa moored fish aggregating devices in the
penangkapan ikan dan non pemancingan Commonwealth of Dominica. PLoS
kemungkinan untuk mengoptimalkan
One 10.
trade-off antara sensitivitas dan spesifisitas
prediksi. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0
115552.
KESIMPULAN
Arifin, Z., Wahono, B. B., Prihatmoko, D.,
Dari hasil diskusi yang dilakukan dapat Riyoko, S. 2020. Inovasi peningkatan
ditarik beberapa kesimpulan diantaranya, hasil tangkapan ikan produk unggulan
bahwa model hutan acak, lebih konsisten
daerah oleh nelayan purse seine
mendeteksi kejadian penangkapan di
wilayah penangkapan untuk semua jenis menggunakan teknologi GPS.
alat tangkap, sedangkan metode ambang JIPEMAS. 3, 2621-783X.
batas kecepatan menghasilkan sensitivitas https://dx.doi.org/10.33474/jipemas.v
spasial yang sangat tinggi untuk gillnet dan
handline saja. Metode model hutan acak 3i.4779.
secara khusus kisaran perbedaan rata-rata Behivoke, F., Etienne, M., Guitton, J.,
upaya penangkapan per trip antara Randriatsara, R.M., Ranaivoson, E.,
pengukuran pengamat dan prediksi model
Leopold, M. 2021. Estimating fishing
hutan acak untuk speargun.Indikator upaya
penangkapan yang relevan, dan keahlian effort in small-scale fisheries using
analitis yang tersedia. Algoritme GPS tracking data and random forests.
pembelajaran hutan acak memberikan
Ecological Indicators. 123, 1470-
keluaran yang konsisten di seluruh jenis
peralatan dan ditemukan sebagai metode 160X.
analitik yang lebih umum, meskipun lebih https://doi.org/10.1016/j.ecolind.2020.
kompleks, dari data pelacakan perahu skala
107321.
kecil. Secara keseluruhan model tersebut
menghasilkan keandalan yang lebih tinggi Calenge, C. 2006. The package
dari indikator upaya penangkapan ikan “adehabitat” for the R software: a tool
yang eksplisit secara spasial daripada for the analysis of space and habitat use
ambang batas kecepatan untuk jenis alat
by animals. Ecol. Model. 197, 516-
tangkapnya.
519.
DAFTAR PUSTAKA https://doi.org/10.1016/j.ecolmodel.20
06.03017.
Alvard, M., Carlson, D., McGaffey, E. Evans, K., Baer, H., Bryant, E., Holland,
2015. Using a partial sum method and M., Rupley, T., & Wilcox, C. 2011.
GPS tracking data to edentify area Resolving estimation of movement in a
restriced search by artisanal fishers at vertically migrating pelagic fish: Does
GPS provide a solution?. Journal of
experimental marine biology and marine turtles. Biological
ecology, 398(1-2), 9-17. Conservation. 227. 0006-3207.
https://doi.org/10.1016/j.jembe.2010.1 https://doi.org/10.1016/j.biocon.2018.
1.006. 09.029
Harrison, P. J., Parsons, T. R. 2000.
Fisheries oceanography: an integrative
approach to fisheries ecology and
management. Fish and Aquatic
Resources Series 4. Blackwell Science Ltd.
USA-Australia-France.
Kementerian Kalautan dan Perikanan.
2013. Profil kelautan dan erikanan
Provinsi Jawa Tengah. Jakarta
Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 2 Tahun 2015
Navarrete Forer, G., Minarro, S.,
Mildenberger, T. K., Breckwoldt, A.,
Sudirman, Reuter, H. 2017.
Participatory boat tracking reveals
spatial fishing patterns in an
Indonesian artisanal fishiery. Font.
Mar. Sci. 4, 409.
https://doi.org/10.3389/fmars.217.004
09.
Wright, M. N., Ziegler, A. 2017. Ranger: a
fast implementation of random forests
for high dimensional data in C+ + and
R. J. Stat. Softw. 77, 1-17.
https://doi.org/10.18637/jss.v077.i01.
Snape, R. T. A., Bradshawa, P. J.,
Brodrericka, A. C., Fuller, W. J.,
Stokesa, K. M., Godleya, B. J. 2018.
Off-the-shelf GPS technology to
inform marine protected areas for

You might also like