You are on page 1of 14

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 11 No. 3, Hlm.

763-776, December 2019


p-ISSN : 2087-9423 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
e-ISSN : 2620-309X DOI: http://doi.org/10.29244/jitkt.v11i3.26545

ASPEK BIOLOGI DAN PEMANFAATAN IKAN TENGGIRI PAPUA


(Scomberomorus multiradiatus Munro, 1964) DENGAN ALAT TANGKAP JARING
INSANG DI PERAIRAN MERAUKE DAN SEKITARNYA

BIOLOGICAL ASPECTS AND EXPLOITATION PAPUAN SEERFISH


(Scomberomorus multiradiatus Munro, 1964) WITH GILLNET IN MERAUKE
WATERS AND ADJACENTS

Andina Ramadhani Putri Pane*, Karsono Wagiyo dan Ali Suman


Balai Riset Perikanan Laut, Cibinong, Bogor, 16912, Indonesia
*E-mail. andina1984@gmail.com

ABSTRACT
Papuan mackerel (Scomberomorus multiradiatus) is a Papua endemic fish caught only in Merauke
waters and adjacents. The exploitation of this fish by local people with the level of production has
increased from year to year. In the management of Papuan mackerel fish populations, scientific
studies are needed about biological aspects and their use by drifting gillnets. The study was conducted
for 2 (two) years, March - December 2017 and April - December 2018 with survey methods assisted
by enumerators monthly. Data on the composition of the catch of the gillnet drift dominantly demersal
fish because it is operated in shallow waters that sweep to the bottom. Papuan mackerel is only about
6-10% of the total catch with a dominant size structure at 40 cm FL (fork length) and allometric
positive growth pattern. The sex ratio of the fish is unbalanced with the male dominant compared to
the female. The size of the first fish caught is getting smaller in size, namely 32.08 (2017) to 30.50
(2018) which can be an indication that the fish size is getting smaller. The growth rate (K) is around
0.64 which shows that the growth rate is relatively slow with the rate of death due to capture (F)
higher than natural death (M). The exploitation of this fish has reached E = 0.70 or 140%, so a 40%
reduction must be made from the current effort and by developing local wisdom so that the endemic
fish population is maintained.

Keywords: biological aspects, exploitation leve, FMA 718l, Merauke, Papuan seerfish

ABSTRAK
Ikan tenggiri Papua (Scomberomorus multiradiatus) adalah ikan endemik Papua yang tertangkap
hanya di sekitar perairan Merauke. Pemanfaatan ikan ini oleh masyarakat lokal dengan tingkat
produksi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dalam pengelolaan populasi ikan tenggiri Papua
diperlukan kajian ilmiah tentang aspek biologi dan pemanfaatannya dengan menggunakan jaring
insang hanyut. Penelitian dilakukan selama 2 (dua) tahun yaitu Maret - Desember 2017 dan April -
Desember 2018 dengan metode survei yang dibantu oleh enumerator secara bulanan. Data komposisi
hasil tangkapan jaring insang hanyut dominan ikan demersal karena dioperasikan di perairan dangkal
yang menyapu hingga ke dasar. Ikan tenggiri Papua hanya sekitar 6-10% dari total tangkapan dengan
struktur ukuran dominan pada 40 cmFL (fork length) dan pola pertumbuhan allometrik positif. Nisbah
kelamin ikan tidak seimbang dengan dominan jantan dibandingkan betina. Ukuran ikan yang pertama
kali tertangkap semakin kecil ukurannya yaitu 32.08 (2017) menjadi 30.50 (2018) yang dapat menjadi
indikasi bahwa ukuran ikan semakin kecil. Laju pertumbuhan (K) sekitar 0.64 yang menunjukkan laju
pertumbuhan tergolong lambat dengan laju kematian akibat penangkapan (F) lebih tinggi
dibandingkan kematian alamiah (M). Pemanfaatan ikan ini sudah mencapai E=0,70 atau 140%
sehingga harus dilakukan pengurangan 40% dari upaya saat ini dan dengan mengembangkan kearifan
lokal agar ikan endemik terjaga populasinya.

Kata Kunci: aspek biologi, Merauke, tenggiri Papua, tingkat pemanfaatan, WPP 718

Department of Marine Science and Technology FPIK-IPB, ISOI, and HAPPI 763
Aspek Biologi dan Pemanfaatan Ikan . . .

I. PENDAHULUAN guttatus, S. koreanus dan S. lineolatus,


sedangkan di bagian timur ditemukan 4
Arafura merupakan perairan di Timur (empat) spesies yaitu S. multiradiatus, S.
Indonesia yang memiliki sumberdaya ikan semifasciatus, S. queenslandicus dan S.
potensial. Laut Arafura mempunyai tingkat munroi (Collette and Russo, 1984 dalam
kesuburan tinggi karena mengandung Sulaiman and Ovenden, 2010).
konsentrasi klorofil dan unsur hara tinggi Ikan tenggiri (S. multiradiatus)
dari upwelling serta suhu hangat yang merupakan ikan endemik di perairan Papua
mendukung kelimpahan sumberdaya khususnya di Merauke. Ikan tenggiri Papua
(Prisantoso dan Badrudin, 2010; Salim dan termasuk dalam klasifikasi family
Kelen, 2018). Perairan ini menjadi daerah Scombridae yang berbeda dengan ikan
penangkapan ikan bagi pelaku usaha dengan tenggiri lainnya. Perbedaannya adalah jumlah
berbagai jenis alat tangkap (Mahulette and tulang belakang ikan ini terbanyak yaitu 55–
Samu-samu, 2014). Sumberdaya yang 56 dibandingkan dengan jenis lainnya seperti
menjadi daya tarik utama adalah udang dan S. commerson (42 – 46) S. niphonius (48-50)
ikan demersal serta ikan pelagis. Kegiatan S. semifasciatus (44-46) (Collete et al.,
penangkapan ikan di Arafura dilakukan 1980). Munro dalam Collette (2003)
dengan menggunakan alat tangkap berupa menyatakan bahwa ikan ini terdistribusi di
trawl, pukat ikan, jaring dan pancing yang Teluk Papua sekitar Muara Sungai Terbang
banyak dioperasikan oleh kapal asing. dan hampir tidak didaratkan di wilayah lain
Namun, sejak diberlakukannya Peraturan selain di perairan Merauke.
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Potensi ikan pelagis besar secara
56/PERMEN-KP/2014 tentang Penghentian umum di WPP 718 sebesar 818.870 ton
Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha dengan jumlah tangkapan yang
Perikanan Tangkap di WPPNRI maka diperbolehkan 655.096 ton dan tingkat
nelayan di perairan ini tidak lagi pemanfaatan E = 0,99, yang artinya sudah
menggunakan trawl. Kapal asing yang mendekati batas maksimum E = 1 (KEPMEN
mendominasi penangkapan di wilayah ini KP Nomor 50 Tahun 2017). Oleh karena itu
juga sudah tidak lagi melakukan kegiatan di upaya penangkapan ikan pelagis besar
perairan Arafura. Salah satu wilayah yang termasuk ikan tenggiri Papua sudah hampir
masuk ke perairan Arafura adalah Merauke. mencapai batas over exploited. Pemanfaatan
Daerah perikanan di wilayah perairan ikan ini hanya dilakukan untuk konsumsi
Merauke dimanfaatkan oleh nelayan, baik lokal namun produksinya mengalami
nelayan kecil kurang dari 10 GT, menengah peningkatan dari tahun 2014 sebanyak
10–30 GT, maupun nelayan dengan skala di 38.122 kg menjadi 182.171 kg tahun 2018
atas 30 GT. Nelayan 1–10 GT umumnya (BPS Merauke, 2015; BPS Merauke, 2018).
menggunakan jaring dan pancing sebagai alat Penangkapan ikan ini dilakukan oleh nelayan
penangkapan ikan. Ikan–ikan yang dengan jaring insang hanyut pada kedalaman
tertangkap dari berbagai jenis ikan pelagis perairan 3-4 meter. Jumlah alat tangkap
seperti ikan paha-paha (Leptobrama jaring insang hanyut sejak tahun 2010
pectoralis), tenggiri Papua (Scomberomorus sebanyak 17.958 unit meningkat menjadi
muliradiatus) maupun ikan demersal seperti 19.418 unit tahun 2014 (BPS Merauke,
ikan bandang (Polydactylus plebeius). Ikan 2015).
tenggiri termasuk ikan pelagis besar dan ikan Produksi ikan tenggiri Papua yang
perenang cepat. Berdasarkan hasil studi meningkat menjadi indikasi terjadinya
meristik menunjukkan bahwa terdapat 3 peningkatan upaya penangkapan.
(tiga) jenis ikan spesies Scomberomorus yang Peningkatan upaya penangkapan ikan akan
berada di bagian barat garis Wallace yaitu S. dapat menyebabkan perubahan dari populasi

764 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Pane et al.

ikan serta mengancam kepunahan. Upaya secara bulanan yang dilakukan oleh
penangkapan yang terus meningkat dapat enumerator dengan mengunjungi nelayan
menyebabkan ikan-ikan kecil, ikan matang yang mendaratkan hasil tangkapan di Pantai
gonad dan akan memijah ikut tertangkap. Lampu Satu, Merauke. Pendataan hasil
Menurut Noegroho dan Hidayat (2014) tangkapan dilakukan dengan mengamati serta
menyebutkan bahwa untuk mengatasi mencatat jumlah tangkapan di beberapa
penangkapan ikan tenggiri secara intensif nelayan yang menggunakan alat tangkap
diperlukan manajemen dalam upaya jaring setiap bulan.
penangkapan ikan. Manajemen upaya Kegiatan pengamatan dan
penangkapan ikan memerlukan kajian ilmiah pengukuran sampel dilakukan oleh
terutama pada ikan tenggiri. Kajian ilmiah enumerator setiap bulan ditambah dengan
ikan tenggiri jenis S. commerson dan S. frekuensi kedatangan peneliti ke lapangan.
guttatus telah banyak diperoleh informasi Jumlah sampel ikan tenggiri Papua yang
ilmiahnya, namun kajian tentang ikan diukur dan diamati adalah sebanyak 4.026
tenggiri Papua (S. multiradiatus) hampir ekor (2017) dan 3.202 ekor (2018) (Gambar
tidak ditemukan. Tulisan ini akan membahas 1). Kegiatan pengukuran panjang serta bobot
tentang aspek biologi ikan tenggiri dan ikan dilakukan dengan menggunakan
pemanfaatannya dengan menggunakan jaring timbangan digital dengan ketelitian 0,01
insang hanyut. Hasil kajian ini akan menjadi gram dan penggaris. Aspek biologi yang
dasar dalam pengelolaan ikan tenggiri Papua diamati adalah panjang ekor (fork length),
di perairan Arafura khususnya perairan bobot dan rasio kelamin serta tingkat
Merauke. kematangan gonad. Rasio kelamin dan
tingkat kematangan gonad diamati dengan
II. METODE PENELITIAN membedah perut ikan. Namun, pengamatan
kelamin dan gonad ikan tidak dilakukan oleh
2.1. Pengumpulan Data tenaga enumerator, sehingga hanya pada saat
Penelitian dilakukan di perairan peneliti ke lokasi penelitian dilakukan
Merauke dan sekitarnya selama 2 (dua) tahun pembedahan. Daerah penangkapan ikan
yaitu Maret hingga Desember 2017 dan April tenggiri Papua disajikan pada Gambar 2.
hingga Desember 2018 dengan metode
survei. Kegiatan pengumpulan data dibantu

Gambar 1. Ikan tenggiri Papua (S. multiradiatus).

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 11, No. 3, December 2019 765
Aspek Biologi dan Pemanfaatan Ikan . . .

karapas (Saputra, 2009). Analisis ukuran


pertama kali matang gonad tidak dapat
ditentukan karena keterbatasan jumlah
sampel ikan betina yang dibedah saat
penelitian.
Parameter pertumbuhan (K dan
CW∞) ditentukan dengan metode ELEFAN
(Gayanilo et al., 1993). Laju kematian total
(Z) diduga dengan metode kurva hasil
tangkapan (catch cuve) yang merupakan
slope (b) antara Ln N/t dengan umur relatif
Gambar 2. Daerah penangkapan ikan tenggiri (Sparre dan Venema, 1999), sesuai dengan
Papua (S. multiradiatus) di perairan rumus sebagai berikut:
Merauke dan sekitarnya.
Ln N/t = a – Zt............................................(2)
2.2. Analisis Data
Hasil tangkapan nelayan ditabulasi Keterangan:
dalam bentuk tabel dan dianalisis untuk N = banyaknya ikan tenggiri pada waktu t
memperoleh gambaran jumlah hasil t = waktu yang diperlukan untuk tumbuh
tangkapan dominan dan komposisi hasil suatu kelas panjang
tangkapan nelayan dengan alat tangkap a = hasil tangkapan yang dikonversikan
jaring. Hubungan panjang berat ikan tenggiri terhadap panjang
dianalisis untuk mengetahui sifat Tingkat kematangan gonad ikan
pertumbuhan ikan tenggiri Papua. Hasil tenggiri diamati secara visual dengan
analisis menjadi salah satu faktor yang perlu mengamati morforlogi gonad berdasarkan
diketahui dalam kaitan pengelolaan sumber Grandcourt et al. (2005). Selanjutnya
daya perikanan. Persamaan yang digunakan pendugaan umur teoritis pada saat panjang
adalah (Balland Rao, 1984), ikan tenggiri Papua sama dengan nol (to)
digunakan rumus empiris Pauly (1980) dalam
W = a Lb ………………………………….(1) Sparre and Venema (1999) sebagai berikut:

Keterangan: log (-to) = -0,3922 – 0,2752 log (CW∞) -


W = bobot tubuh ikan tengggiri (gram), 1,308 log (K)...........................(3)
L = fork length (FL) (cm),
a = konstanta Keterangan:
b = nilai eksponensial. L∞ = Lebar asimptot ikan tenggiri Papua
(cm)
Struktur ukuran panjang cagak (FL) K = Koefisien laju pertumbuhan (per
ikan yang diperoleh secara bulanan ditabulasi tahun)
dan dianalisis sebagai ukuran pertama kali to = Umur teoritis ikan tenggiri Papua
tertangkap (length at first capture, Lc). pada saat lebarnya sama dengan nol
Selanjutnya dibentuk grafik hubungan antara (tahun)
distribusi kelas panjang cagak (sumbu x)
dengan persentase kumulatif jumlah ikan Kematian alamiah ikan tenggiri Papua
(sumbu y), sehingga terbentuk kurva dianalisa dengan menggunakan rumus Pauly
berbentuk S (sigmoid). Nilai Lc dinyatakan (1980) yaitu sebagai berikut:
sebagai titik potong antara kurva 50%
frekuensi kumulatif dengan nilai lebar

766 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Pane et al.

Ln M = - 0,152 – (0,279 Ln L∞) + (0,6543 III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Ln K) + (0,4534 Ln T...................(4)
3.1. Hasil
Keterangan: 3.1.1. Komposisi Hasil Tangkapan
M = laju kematian alamiah Komposisi hasil tangkapan ikan
L = fork length maksimun (mm) dengan menggunakan jaring tahun 2017
K = laju pertumbuhan (mm/ tahun) didominasi oleh ikan kakap putih (L.
T = suhu (°C) calcalifer) sebanyak 35%, ikan gulama
(Pennahia) sp 29% dan ikan tenggiri Papua
Selanjutnya berdasarkan nilai hanya sebesar 6% dari total hasil tangkapan
kematian alamiah maka nilai kematian (Gambar 3). Sedangkan pada tahun 2018
karena penangkapan dapat diperoleh dengan perbandingan ikan senangin atau bandang (P.
menggunakan laju kematian total (Z) dengan plebeius) dan ikan tenggiri Papua (S.
laju kematian alamiah (M) atau F = Z – M multiradiatus) sebesar 9 : 1. Artinya dominan
dan laju pengusahaan (E) dihitung sebagai E ikan yang tertangkap dengan jaring insang
= F/ Z (Sparre and Venema, 1999). hanyut adalah ikan bandang (Gambar 4).

Gambar 3. Komposisi hasil tangkapan jaring di perairan Merauke dan sekitarnya, 2017.

Gambar 4. Komposisi hasil tangkapan jaring di perairan Merauke dan sekitarnya, 2018.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 11, No. 3, December 2019 767
Aspek Biologi dan Pemanfaatan Ikan . . .

3.1.2. Aspek Biologi Ikan Tenggiri sehingga tidak dapat diprediksi puncak
a. Hubungan panjang ekor (FL) dan musim pemijahan ikan (Tabel 3).
bobot tubuh serta nisbah kelamin
Hubungan panjang ekor (FL) ikan Tabel 2. Nisbah Kelamin ikan tenggiri Papua (S.
tenggiri dengan bobot tubuh di perairan ini multiradiatus).
menunjukkan hubungan pertumbuhan
allometrik positif pada jenis jantan ataupun Jenis Kelamin Nisbah Kelamin
Tahun Betina Jantan
betina, yang artinya pertambahan bobot Betina Jantan
(Ekor) (Ekor)
tubuh ikan lebih cepat daripada pertambahan 2017 10 43 1 4.3
panjang tubuhnya (FL) (Tabel 1). 2018 39 161 1 4.1

Tabel 1. Hubungan lebar karapas ikan tenggiri Tabel 3. TKG ikan tenggiri Papua
Papua di Merauke. (S. multiradiatus).
Jenis a B R2 Sifat Betina Jantan
Pertumbuhan Bulan
Immature Mature Immature Mature
2017 2017
Gabungan 0.0045 3.248 0.9912 Allometrik September 9 1 42 1
Positif 2018
2018 Juli 6 2 35 1
Gabungan 0.0055 3.1826 0.9402 Allometrik September 18 13 104 9
Nopember 12
Positif

Selama penelitian dilakukan, ikan b. Struktur Ukuran


dibedah dan diamati jenis kelaminnya serta Sebaran ukuran ikan tenggiri di
dilakukan uji Chi-kuadrat. Hasil pengujian Merauke yang ditemukan selama masa
menunjukkan nisbah kelamin ikan tenggiri penelitian adalah 21 – 49 cm (2017) dan 25 –
Papua tidak seimbang antara ikan tenggiri 49 cm (2018). Struktur ukuran panjang ekor
betina dengan jantan yang disajikan pada (FL) tiap bulan disajikan pada Tabel 4. Ikan
Tabel 2. Tingkat kematangan gonad ikan yang ditemukan dominan pada ukuran 33
betina dan jantan didominasi belum matang cmFL baik pada tahun 2017 dan 2018 dengan
gonad, namun keterbatasan jumlah sampel, 97,9% - 99 % berada dibawah ukuran 40
cmFL (Gambar 5).

Tabel 4. Struktur ukuran tenggiri Papua (S. multiradiatus).

Tahun 2017 2018


Bulan Kisaran (cm) Dominan (cm) Kisaran (cm) Dominan (cm)
Maret 25-49 33
Apr 25-49 33 25-37 33
Mei 21-49 33 25-37 31
Jun 25-43 33 25-39 33
Juli 23-43 33 25-49 33
Agust 25-49 33 25-37 33
Sept 23-49 33 25-39 33
Okt 25-37 33 25-49 33
Nop 25-39 33 25-30 27
Des 25-49 33 25-43 33

768 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Pane et al.

Gambar 5. Struktur ukuran ikan tenggiri Papua (S.multiradiatus) di perairan Kabupaten Merauke dan
sekitarnya.

3.1.3. Parameter Pertumbuhan, Ukuran Tabel 5. Nilai parameter populasi ikan tenggiri
Pertama Kali Tertangkap (Lc) dan Papua di perairan Merauke dan
Tingkat Pemanfaatan sekitarnya, 2017 – 2018.
Nilai laju pertumbuhan (K) dan
panjang maksimum (Loo) pertumbuhan ikan Nilai
Parameter Satuan
2017 2018
tenggiri Papua di perairan Merauke dan
Ukuran cm 32.08 30.50
sekitarnya pada tahun 2017 (Tabel 5)
pertama kali
mengikuti persamaan Lt=32.08 [1-e -0.62(t – tertangkap (Lc)
0.21908)
] dan tahun 2018 Lt=30.50 [1-e -0,64(t – Panjang cagak cm 56.75 56.30
0.21244)
]. Tingkat pemanfaatan (E) tenggiri maksimum
sebesar 0,68 per tahun (2017) dan 0,70 per (FL∞)
tahun (2018) yang menggambarkan Laju Tahun 0.62 0.64
pemanfaatan ikan tenggiri Papua di perairan pertumbuhan
ini sudah mengalami over exploited. (K)

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 11, No. 3, December 2019 769
Aspek Biologi dan Pemanfaatan Ikan . . .

Nilai ditemukan sekitar 5%. Ukuran ikan ini lebih


Parameter Satuan
2017 2018 panjang daripada saat ditemukan tahun 2016
Umur pada Tahun -0.21908 -0.21244 yaitu 22 – 45 cmFL (Kembaren et al., 2019)
saat panjang dan secara umum ini lebih besar daripada
sama dengan yang ditemukan oleh Froese and Pauly
nol (t0) (2000) dan Fish Base (2000) dalam Pauly
Kematian total Tahun 3.44 3.76
and Palomares (2005) dengan panjang
(Z)
Kematian Tahun 1.11 1.14 maksimum 33 cmSL. Hal yang
Alamiah (M) mempengaruhi perubahan ukuran adalah
Kematian Tahun 2.33 2.62 ketersediaan makanan di lingkungan, umur,
penangkapan alat tangkap serta kondisi lingkungan itu
(F) sendiri (Restianingsih et al., 2016).
Tingkat 0.68 0.70 Hasil pengukuran panjang bobot
pemanfaatan tubuh ikan tenggiri menunjukkan pola
(E) pertumbuhan yaitu bersifat allometrik positif
dimana pertambahan bobot tubuh lebih
Berdasarkan hasil analisis struktur dominan daripada pertambahan panjang
ukuran panjang cagak ikan, diperoleh ukuran tubuh. Banyak yang mempengaruhi pola
pertama kali tertangkap (Lc) ikan tenggiri pertumbuhan terutama makanan dan kondisi
Papua di perairan Merauke dan sekitarnya lingkungan. Makanan menjadi faktor penentu
adalah 32,08 cm (2017) dan 30,50 cm keberhasilan hidup individu dan
(2018). Artinya ikan tenggiri Papua yang mempengaruhi pertumbuhannya (Prianto et
tertangkap mengalami penurunan ukuran al., 2012). Lebih lanjut ditambahkan oleh
panjang cagak (FL) (Gambar 6). Ahmed et al. (2014) bahwa spesies yang
sama namun berbeda habitat hidup dapat
3.2. Pembahasan terjadi, terdapat perbedaan hubungan panjang
Jaring yang digunakan untuk bobot karena dipengaruhi oleh makanan dan
menangkap ikan tenggiri adalah jaring insang reproduksi serta sifat ikan tersebut.
hanyut berbahan nilon dengan ukuran tinggi Berdasarkan pengamatan gonad ikan
badan jaring 3 meter, ukuran mata jaring 3 maka diperoleh hasil nisbah kelamin ikan
inch dan rata-rata nelayan membawa 35 psc. jantan lebih dominan dibandingkan ikan
Komposisi hasil tangkapan mulai dari ikan betina. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa
demersal dan ikan pelagis serta sebagian telah terjadi ketidakseimbangan populasi.
kecil udang. Ikan pelagis tidak mendominasi Nisbah kelamin berkaitan dengan
hasil tangkapan karena jaring ini pertambahan populasi di lingkungan perairan
dioperasikan di perairan yang dangkal. Ikan tersebut (Kembaren dan Ernawati, 2011).
tenggiri Papua tertangkap hanya sekitar 6- Ketidakseimbangan nisbah kelamin
10% dari total hasil tangkapan, sedangkan memberikan pengaruh pada pertambahan
dominannya adalah ikan demersal. Jenis ikan individu di perairan karena nisbah kelamin
demersal antara lain Polydactylus plebeius, yang seimbang lebih memberikan
Lates calcalifer dan Pennahia sp, serta udang kemungkinan terjadinya pembuahan sel telur
sekitar 2%. (Effendi, 1979). Bahkan Persada (2016)
Ukuran ikan tenggiri Papua berkisar menyatakan bahwa jika ikan jantan lebih
antara 21 – 49 cmFL dan rata-rata mencapai dominan dibandingkan ikan betina maka
ukuran 33 cmFL sebanyak 95%, sedangkan dapat menyebabkan penurunan stok populasi.
ikan yang berukuran diatas 40 cmFL hanya

770 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Pane et al.

(a)

(b)

Gambar 6. Ukuran pertama kali tertangkap (Lc) S. multiradiatus Merauke (a) Tahun 2017, (b)
Tahun 2018.

Persentase ikan yang mengalami biologi dari lingkungan perairan (Mardlijah


kematangan gonad (mature) lebih kecil dan Patria, 2012).
dibandingkan ikan yang belum matang gonad Ikan yang pertama kali tertangkap
(immature), hal tersebut dapat disebabkan (Lc) pada penelitian ini yaitu pada tahun
oleh nelayan yang melakukan penangkapan 2017 dengan ukuran 32.08 cmFL (2017) dan
disekitar daerah asuhan yaitu daerah pantai 30.50 cmFL (2018), sedangkan pada tahun
(Noegroho et al., 2018). Ikan tenggiri 2016 adalah 30,8 cmFL (Kembaren et al.,
(Scomberomorus sp) bersifat stenohalin yaitu 2019) yang menunjukkan adanya perbedaan
menyukai daerah salinitas yang sempit yaitu disetiap tahunnya. Banyak hal yang
33 – 34 ppt dan daerah yang kaya mendasari perbedaan ukuran diantaranya
fitoplankton serta klorofil-a seperti daerah sampel yang diukur, lokasi pengambilan
pantai (Nontji, 2005; Bukhari et al., 2017). sampel dan lingkungan hidup ikan. Menurut
Kematangan gonad individu juga Ahmed et al. (2016) perbedaan dapat terjadi
dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 11, No. 3, December 2019 771
Aspek Biologi dan Pemanfaatan Ikan . . .

karena analisa ukuran frekuensi panjang mengalami peningkatan dari E = 0.68 (2017)
sampel dan perbedaan pertumbuhan. menjadi E = 0.70 (2018) yang menunjukkan
Ikan tenggiri mempunyai nilai bahwa sudah mengalami kelebihan tangkap
koefisen pertumbuhan (K) 0,62–0,64 (over fishing). Status over fsihing tersebut
menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan berdasarkan tingkat pemanfaatan E = 0,5
tenggiri tergolong lambat. Nilai koefisen (Pauly et al., 1984). Tingkat pemanfaatan
pertumbuhan (K) menunjukkan tingkat ikan menjadi sekitar 140% sehingga
waktu yang diperlukan individu untuk diperlukan upaya pengurangan pemanfaatan
mencapai panjang asimtotiknya (Sparre and sekitar 40%. Hal ini sejalan dengan
Venema, 1999). Jika nilai koefisen pernyataan Afandy (2016) bahwa efek
pertumbuhan (K) semakin rendah maka moratorium di Arafura, udang masih
individu tersebut semakin lama berstatus (fully exploited) dan ikan pelagis
membutuhkan waktu untuk mencapai kecil (moderate) namun ikan lain baik
panjang asimtotiknya dan sebaliknya. demersal maupun pelagis besar berstatus
Semakin lambat mencapai panjang maka over exploited. Pengurangan upaya
membutuhkan waktu lebih lama untuk pemanfaatan dapat dilakukan dengan
mencapai ukuran dewasa dan menambah melakukan pengendalian pemanfaatan
jumlah populasi. Pola pertumbuhan berkaitan sumberdaya. Pengendalian pemanfaatan
erat dengan makanan yang tersedia di sumberdaya yang dapat dilakukan dengan
lingkungan (Restianingsih dan Amri, 2018). pengawasan terhadap ukuran mata jaring dan
Nilai laju pertumbuhan (K) dan nilai daerah penangkapan yang tidak dilakukan di
laju kematian ikan secara alamiah (M) daerah asuhan (nursery ground). Sementara
merupakan hal penting dalam pengelolaan menurut Motlagh and Shojaei (2009);
perikanan tenggiri (Noegroho et al., 2018). Noegroho et al. (2018) hal lain yang dapat
Ikan tenggiri sendiri termasuk ikan yang dilakukan adalah dengan menetapkan aturan
bermigrasi dengan cepat sehingga untuk laju ukuran mata jaring yang digunakan,
mortalitas alami (M) dapat dikalikan dengan mengatur kuota penangkapan ikan tenggiri,
0.8 (Pauly, 1980). Jika nilai laju mortalitas serta mengatur ukuran minimum ikan yang
tersebut dikalikan dengan 0.8 diperoleh nilai tertangkap.
M = 0.88 (2017) dan M = 0.912 (2018) dan Tenggiri termasuk golongan ikan
ini tergolong rendah karena menurut dalam kategori near threatened (NT) yang
Beverton and Holt (1959) dalam Sparre and menunjukkan bahwa ikan ini terancam punah
Venema (1999) bahwa M tinggi antara 1.5 – dalam waktu dekat (Collete et al., 2011).
2.5. Nilai laju kematian total (Z) menjadi Oleh karena itu diperlukan usaha dalam
3.21 (2017) dan 3.532 (2018) setelah menjaga kelestarian stok ikan tenggiri Papua
ditambahkan kematian alamiah (M) dengan agar tidak mengalami kepunahan. Menjaga
kematian karena penangkapan (F). Dengan populasi ikan tenggiri Papua memerlukan
demikian dapat diketahui bahwa ikan tenggiri kebijakan dibidang konservasi, penanaman
Papua lebih dominan mati akibat pemahaman nelayan tentang lingkungan,
penangkapan dibandingkan dengan kematian serta penyuluhan tentang kearifan lokal yang
alamiah. Kematian akibat penangkapan yang berlaku di masyarakat yang dapat
meningkat berhubungan erat dengan mendukung produktivitas laut dan perbaikan
peningkatan upaya penangkapan (Hidayat et kondisi sumber daya ikan (Hakim et al.,
al., 2017). Pengendalian upaya penangkapan 2014). Pemerintah Daerah melalui lembaga
harus dilakukan untuk menjaga yang dekat dengan masyarakat nelayan atau
keseimbangan populasi ikan tenggiri Papua. organisasi yang menangani tentang
Nilai tingkat pemanfaatan ikan lingkungan dapat memberikan penyuluhan
tenggiri Papua di perairan Merauke dan himbauan tentang kegiatan penangkapan.

772 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Pane et al.

Mahuletten and Samu-samu (2014) 718 Laut Arafura Tahun Anggaran 2017 dan
pengelolaan sumberdaya perikanan 2018 pada Balai Riset Perikanan Laut,
memerlukan otoritas pengelolaan atau Cibinong Bogor. Penulis mengucapkan
kelembagaan otoritas pengelolaan yang kuat. terima kasih kepada Drs. Suprapto dan Prof
Kondisi masyarakat Papua yang masih patuh Ali Suman sebagai Penanggungjawab
dan menjaga masukkan dari kepala Suku kegiatan penelitian WPP 718 Tahun 2017
dapat menjadi bentuk kearifan lokal yang dan 2018 serta tenaga enumerator untuk
dapat dipatuhi nelayan lokal maupun nelayan sumberdaya ikan tenggiri di Merauke yaitu
pendatang. Kelestarian populasi ikan tenggiri Ibu Julia Pramudita. Penulis pertama
Papua yang endemik multak dilakukan untuk merupakan kontributor utama dari tulisan ini,
mempertahankan populasinya. sedangkan penulis kedua dan ketiga adalah
kontributor anggota.
IV. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ikan tenggiri Papua (S. multiradiatus)
tertangkap sekitar 6-10% dari total hasil Afandy, Z. 2016. Efek Moratorium Izin
tangkapan jaring insang hanyut di perairan Kapal Perikanan Terhadap Stok
Merauke dan sekitarnya. Struktur ukuran Sumberdaya Ikan di Laut Arafura
ikan yang tertangkap dominan dibawah 40 dengan Permodelan Sistem Dinamik.
cmFL (fork length). Sifat pertumbuhan ikan https://www.scribd.com/document/31
adalah allometrik positif dengan rasio 7108145/Zulfikar-Afandy-Efek
kelamin ikan jantan lebih dominan daripada Moratorium-Izin-Kapal-Perikanan-
ikan betina. Penurunan ukuran ikan pertama Dengan-Pemodelan-Sistem-Dinamik-
kali tertangkap (Lc) menjadi salah satu Sebagai-Decision-Support-System#.
indikasi bahwa ukuran panjang cagak ikan Diunduh pada 22 Juni 2019 pukul
yang tertangkap semakin kecil. Penangkapan 06.14 Wib.
ikan ini dilakukan oleh nelayan dengan Ahmed, Q., F. Yousuf., K. Nazim., and M.U.
menggunakan jaring namun nilai kematian Khan. 2014. Length-weight
akibat penangkapan (F) lebih tinggi relationships in three marketable
dibandingkan dengan kematian ikan secara sized mackerel fish species collected
alamiah (M). Upaya pemanfaatan ikan from Karachi Fish Harbor, Pakistan.
tenggiri ini harus dilakukan pengendalian FUUAST J. BIOL, 4(1): 107-111.
karena tingkat pemanfaatan sudah mencapai Ahmed, Q., S. Bilgin., and L. Bat. 2016.
140% sehingga diperlukan upaya Length based growth estimation of
pengurangan penangkapan sebanyak 40 %. most commercially important
Hal yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Scombridae from offshore Water of
Daerah adalah melakukan kerjasama dengan Pakistan Coast in the Arabian Sea.
kelompok masyarakat pesisir untuk Turkish J. of Fisheries and Aquatic
mengembangkan kearifan lokal agar Sciences,16: 15–167.
masyarakat nelayan ikut menjaga keberadaan http://doi.org/10.4194/1303-2712-
populasi ikan endemik Papua ini. v16_1_16
Ball, D.V., and K.V. Rao. 1984. “Marine
UCAPAN TERIMA KASIH Fisheries.” New Delhi : Tata Mc.
Graw-Hill Publishing Company
Tulisan ini merupakan kontribusi dari Limited., 5–24 pp.
kegiatan Penelitian Karakteristik Biologi Badan Pusat Statistik. 2015. Merauke dalam
Perikanan, Habitat Sumberdaya, dan Angka 2015. BPS Kabupaten
Potensi Produksi Sumberdaya Ikan di WPP Merauke. Hlm.: 374.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 11, No. 3, December 2019 773
Aspek Biologi dan Pemanfaatan Ikan . . .

Badan Pusat Statistik [BPS]. 2018. Merauke Hidayat, T., T. Noegroho., dan K. Wagiyo.
dalam Angka 2018. BPS Kabupaten 2017. Struktur ukuran dan beberapa
Merauke. Hlm.: 374. parameter populasi Ikan Cakalang
Bukhari, W. Adi dan Kurniawan. 2017. (Katsuwonus pelamis Linnaeus, 1758)
Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan di Samudera Pasifik Utara Papua.
Tenggiri Berdasarkan Distribusi Suhu Bawal, 9(2): 113-121.
Permukaan Laut dan Klorofil-a di http://doi.org/10.15578/bawal.9.2.201
Perairan Bangka. J. Perikanan 7.113-121
Tangkap, 1(3): 1-22. Kembaren, D.D. dan T. Ernawati. 2011.
https://ejournal2.undip.ac.id/index.ph Beberapa Aspek Biologi Ikan
p/juperta/article/view/1871 Kuniran (Upeneus sulphureus) di
Collette, B.B., Joseph and J.l. Russo. (1980). Perairan Tegal dan Sekitarnya.
Scomberomorus munroi, a new Bawal, 3(4): 261–267.
species Of Spanish Mackerel form http://doi.org/10.15578/bawal.3.4.201
Australia and New Guinea. Abstrak in 1.261-267
Australia J. of Marine Freshwater Kembaren, D.D., A. Surahman, and T.
Research, 31(2): 241–250. Noegroho. 2019. Preliminary study
Collette, B.B. 2003. Family Scombridae on biological aspects of Papua
Rafinesque 1815 — mackerels, tunas, Seerfish (Scomberomorus
and bonitos. California Academy multiradiatus MUNRO, 1964) in
Science. Annotated Checklists of Merauke Watres, Papua, Indonesia.
Fishes, 19: 1-28. Indonesia Fisheries Research
Collette, B., S.K. Chang, A.Di Natale, W. Journal. 25(1): 27–35.
Fox., M.J. Jorda, N. Miyabe, and R. http://doi.org/10.15578/ifrj.25.1.2019.
Nelson. 2011. Scomberomorus 27-35
commerson. The IUCN Red List of Mardlijah, S., dan M.P. Patria. 2012. Biologi
Threatened Species 2011: Reproduksi Ikan Madidihang
e.T170316A6745396. (Thunnus albacares Bonnatere 1788)
Effendie, H.M.I. 1979. Metode Biologi di Teluk Tomini. Bawal, 4(1): 27–34.
Perikanan (p.112). Bogor: Yayasan http://doi.org/10.15578/bawal.4.1.201
Dewi Sri. 2.27-34
Grandcourt, E., T.Z. Abdessalaam., F. Mahulette, R.T., dan A.S. Samu. 2014.
Francis., A. T. Shamsi., S. Al Ali., K. Penguatan kelembagaan untuk
Al Ali., S. Hartmann., and A. Al mendukung pengelolaan sumberdaya
Suwaidi. 2005. Assessment of the perikanan Laut Arafura. J.
fishery of Kingfish (Kanaad. Khabat), Kebijakanan Perikanan Indonesia,
Scomberomorus commerson, in the 6(2): 87–96.
water off Abu Dhabi Emirate. Marine http://doi.org/10.15578/jkpi.6.2.2014.
Environmental Research Centre, 34 p. 87-96
Hakim, L.L., Z. Anna., dan J. Junianto. 2014. Motlagh, S.A.T., and M.G. Shojaei. 2009.
Analisis bioekonomi sumberdaya Population dynamics of narrow –
Ikan Tenggiri (Scomberomorus barred Spanish Mackerel
commerson) di Perairan Kabupaten (Scomberomorus commerson) in the
Indramayu Jawa Barat. J. Kebijakan Persian Gulf, Bushehr Province, Iran.
Sosial Ekonomi Perikanan dan Indian Journal Fish, 56(1): 7 -11
Kelautan, 4(2): 117–127. Mulyana, R., J. Haluan., M.S. Baskoro dan
http://doi.org/10.15578/jksekp.v4i2.5 S.H. Wisudo. 2012. Keberlanjutan
99

774 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Pane et al.

Perikanan Skala Besar di Laut http://dx.doi.org/10.15578/bawal.4.1.


Arafura. Buletin PSP, 20(1): 35-43. 2012.35-43
Noegroho, T., dan T. Hidayat. 2014. Prisantoso, B.I., dan Badrudin. 2010.
Dinamika populasi Ikan Tenggiri Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya
(Scomberomorus commerson) di Ikan Kakap Merah (Lutjanus spp.) di
Perairan Teluk Kwandang, Laut Laut Arafura. J. Kebijakan Perikanan
Sulawesi. J. Penelitian Perikanan Indonesia, 2(1): 71-78.
Indonesia, 20(4): 251–258. http://doi.org/10.15578/jkpi.2.1.2010.
http://doi.org/10.15578/jppi.20.4.201 71-78.
4.251-258 Restianingsih, Y.H., T. Noegroho, dan K.
Noegroho, T., dan T. Hidayat., U. Wagiyo. 2016. Beberapa Aspek
Chodriyah., dan M.P. Patria. 2018. Biologi Ikan Tenggiri Papan
Biologi Reproduksi Ikan Tenggiri (Scomberomorus guttatus) di Perairan
(Scomberomorus commerson Cilacap dan Sekitarnya. Bawal, 8 (3):
Lacepede,1800) di Perairan Teluk 191–198.
Kwandang, Laut Sulawesi. Bawal. http://doi.org/10.15578/bawal.8.3.201
10(1): 69–84. 6.191-198
http://doi.org/10.15578/bawal.10.1.20 Restianingsih, Y.H., dan K. Amri. 2018.
18.69-84 Aspek Biologi dan Kebiasaan
Noegroho, T., M. Boer, Sulistiono, and L. Makanan Ikan Cakalang (Katsowonus
Adrianto. 2018. Size structure and pelamis) di Flores dan Sekitarnya.
population dynamic of Indo-Pacific Bawal, 10(3): 187- 196.
King Mackerel (Scomberomorus http://dx.doi.org/10.15578/bawal.10.3
guttatus) in Kepulauan Riau Water .2018.187-196
Indonesia. AACL Bioflux, 11(4): Salim, G., and P.B. Kelen. 2018. El Von
1081–1088. Bertalanffy and Mortality from Fish
http://www.bioflux.com.ro/docs/2018 Kurau (Polynemus taenitatus) of the
.1081-1088.pdf Catch Fisherman in Waters Bunyu.
Nontji, A. (2005). Laut Nusantara. Insist, 3(2): 165-169.
Djambatan. 372 p. http://doi.org/10.23960/ins.v3i2.165
Pauly, D. and M.L. Palomares. 2005. Fishing Saputra, S., Wijaya, Prijadi, Sulistyawati, G.
Down Marine Food Web: It is Far Ari. 2009. Beberapa aspek biologi
More Pervasive Than We Thought. Ikan Kuniran (Upeneus spp.) di
Bulletin of Marine Science, 76(2): Perairan Demak. J. Saintek
197-11. Perikanan, 5(1): 1-6.
Persada, L.G., E. Utami. dan D. Rosalina. Sparre, P and S. Venema. 1999. Introduction
2016. Aspek Reproduksi Ikan Kurisi tp Tropical Fish Stock Assesment.
(Nemipterus furcosus) yang (Introduksi Pengkajian Stok Ikan
Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Tropis, alih bahasa : Pusat Penelitian
Nusantara Sungailiat (Studi Kasus: dan Pengembangan Perikanan). Buku
Hasil Tangkapan Bulan Maret sampai 1 : Manual. Badan Penelitian dan
Mei 2015). Akuatik, 10(2): 46-54. Pengembangan Perikanan. Jakarta.
http://journal.ubb.ac.id/index.php/aku 438 p.
atik/article/view/342 Sulaiman, Z.H., and J.R. Ovenden. 2010.
Prianto, E., N.K. Suryati., dan M.M. Kamal. Population genetic Evidence for The
2012. Keberagaman Jenis dan East-West Divison of The Narrow –
Kebiasaan Makan Ikan di Muara Barred Spanish Mackerel
Sungai Musi. Bawal, 4(1): 35–43. (Scomberomorus commerson,

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 11, No. 3, December 2019 775
Aspek Biologi dan Pemanfaatan Ikan . . .

Perciformes: Teleostei) along Received : 03 July 2019


Wallace's Line. Biodivers Conserv, Reviewed : 18 September 2019
19: 563–574. Accepted : 25 November 2019
https://doi.org/10.1007/s10531-009-
9699-y

776 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt

You might also like