You are on page 1of 9

Marine Fisheries ISSN 2087-4235

Vol. 7, No. 2, November 2016


Hal: 161-169

DISTRIBUSI UKURAN IKAN TERI (Stolephorus sp)


YANG DITANGKAP PADA PERIKANAN BAGAN TANCAP
DI MUARA SUNGSANG SUMATERA SELATAN

Size Distribution of Anchovy (Stolephorus sp.) Caught in Stationary Liftnets


at Sungsang Estuary South Sumatera

Oleh:

Fauziyah1*, Hadi2, Khairul Saleh2, Freddy Supriyadi3

1 Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya
2 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya

3 Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Mariana, Kementrian Kelautan dan Perikanan

* Korespondensi: fauziyah@unsri.ac.id

Diterima: 27 Mei 2016; Disetujui: 14 September 2016

ABSTRACT
The anchovy (Stolephorus sp.) in Muara Sungsang estuary South Sumatera are generally
caught by stationary liftnet. Morphometric studies are essential to determine the growth form and
growth rate of species, which is very much important for proper utilization and management of the
population of the species. This study aimed to determine the size structure and growth pattern of
the anchovy caught by stationary liftnet. The size structure, length-weight relationship and the
condition factor of anchovy were computed. The anchovy samples were taken in July 2013 (750
samples) and September 2013 (1950 samples). Results showed that the population of anchovy
was dominated by length frequency distribution of 65 mm during study on July 2013 and 75 mm
during study on September 2013. Both populations were dominated by weight frequency
distribution 2 gram. The anchovy that caught on September 2013 were more allowable catch than
on July 2013. The growth pattern of anchovy was negative allometric. The relative condition factor
(Kn) value in September 2013 was higher than in July 2013. It indicated that the environmental
conditions at Muara Sungsang estuary are suitable for growth of anchovy’s and still safe from
fishing pressure.
Keywords: allometric, anchovy, condition factor, frequency distribution

ABSTRAK
Ikan Teri (Stolephorus sp.) di Muara Sungsang Sumatera Selatan umumnya ditangkap
menggunakan bagan tancap. Studi morfometrik berguna untuk menentukan bentuk pertumbuhan
dan laju pertumbuhan spesies. Hal ini berguna untuk manajemen populasi dan sebagai informasi
tentang stok atau kondisi organisme. Disamping itu, sebagai dasar dalam upaya pengelolaan dan
pemanfaatan ikan teri di masa akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur
ukuran dan pola pertumbuhan ikan teri hasil tangkapan bagan tancap. Data ikan teri didapatkan
pada bulan Juli 2013 (750 sampel) dan September 2013 (1950 sampel). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa populasi ikan teri didominasi oleh distribusi frekuensi panjang 65 mm pada
bulan Juli 2013 dan 75 mm pada bulan September 2013. Distribusi frekuensi berat teri pada kedua
bulan tersebut sama yaitu 2 gram. Penangkapan ikan teri pada bulan September 2013 lebih layak
tangkap dibandingkan pada bulan Juli 2013. Pertumbuhan ikan teri bersifat negative allometric.
Nilai Faktor kondisi (Kn) pada bulan September 2013 lebih tinggi daripada bulan Juli 2013. Hal ini
162 Marine Fisheries 7(2): 161-169, November 2016

mengindikasikan bahwa kondisi lingkungan Muara Sungsang cocok untuk pertumbuhan ikan teri
dan masih aman dari tekanan aktivitas penangkapan.
Kata kunci: allometrik, teri, faktor kondisi,distribusi frekuensi

Menurut Lawson (2011) informasi data hubung-


PENDAHULUAN an panjang berat ikan bermanfaat dalam
Ikan teri (Stolephorus sp.) merupakan manajemen dan konservasi suatu perairan.
sumberdaya ikan ekonomis penting di Muara
Penelitian mengenai perikanan teri di
Sungsang Sumatera Selatan. Nelayan setem-
Muara Sungsang Sumatera Selatan, telah dila-
pat menangkap ikan teri ini menggunakan
kukan oleh Fauziyah et al. (2012a), Fauziyah et
bagan tancap dan alat bantu penangkapan
al. (2013b) dan Fauziyah et al. (2014) dimana
berupa petromak. Tingginya aktivitas penang-
fokus penelitian tersebut terkait dengan tekno-
kapan ikan teri sebagai akibat tingginya tun-
logi penangkapan dan belum pernah dianalisis
tutan kebutuhan ekonomi masyarakat nelayan
mengenai struktur ukuran dan hubungan
berdampak pada perubahan dinamika populasi
panjang-berat serta faktor kondisi ikan teri yang
ikan teri. Kondisi ini jika tidak disikapi secara
ditangkap menggunakan bagan tancap di
bijaksana dapat mengganggu keberlanjutan
Muara Sungsang Sumatera Selatan. Tujuan
perikanan teri di Muara Sungsang Sumatera
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
Selatan.
struktur ukuran dan pola pertumbuhan ikan teri
Dinamika populasi ikan teri telah dikaji hasil tangkapan bagan tancap. Informasi ini
oleh berbagai peneliti dari berbagai negara. diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
Studi tentang biologi dan dinamika populasi dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan
ikan teri telah dilakukan di beberapa perairan ikan teri di masa akan datang. Prihatiningsih et
Indonesia. Dewanti et al. (2014) melakukan ka- al. (2013) menyatakan bahwa keberadaan teri
jian beberapa aspek biologi ikan teri (Stolepho- sangat berpengaruh terhadap keseimbangan
rus devisi) di Perairan Kabupaten Pemalang, ekosistem di perairan.
sebelumnya Sumadhiharga dan Yulianto
(1987) melakukan kajian aspek biologi ikan teri
(Stolephorus sp.) perairan teluk Ambon. Dalam
penelitian Dewanti et al. (2014) beberapa aspek METODE
yang diteliti adalah 1) aspek pertumbuhan Penelitian ini dilaksanakan dari 3-7 Juli
(hubungan panjang-berat dan faktor kondisi), 2013 dan 28 September sampai 4 Oktober
dan 2) aspek reproduksi (tingkat kematangan 2013 di Muara Sungsang Sumatera Selatan
gonad, ukuran pertama kali matang gonad, pada posisi 2015’6”–2015’18,8” LS dan
fekunditas dan Catch Per Unit Effort). Sedang- 105002’10.3”–1050 02’40.4” BT seperti pada
kan dalam penelitian Sumadhiharga dan Yuli- Gambar 1. Data yang dikumpulkan untuk
anto (1987) difokuskan pada analisis hubungan penelitian ini adalah data primer yang terdiri
panjang-berat, makan dan cara memakan, dari data hasil pengukuran panjang dan berat
serta masalah yang dihadapi nelayan setempat. ikan sampel per hauling per trip. Data primer
Kajian hubungan panjang-berat penting tersebut dikumpulkan dengan menggunakan
dilakukan dalam pengembangan perikanan teri metode purposive sampling. Purposive sam-
karena dapat menunjukan hubungan dinamika pling merupakan teknik sampling yang satuan
populasi, pola pertumbuhan stok ikan, perkem- samplingnya dipilih berdasarkan pertimbangan
bangan gonad dan kondisi umum ikan, perban- tertentu dengan tujuan untuk memperoleh
dingan bentuk tubuh dari kelompok ikan yang satuan sampling yang memiliki karakteristik
berbeda (Sarma 2015), serta membantu untuk atau kriteria yang dikehendaki dalam pengam-
menentukan hubungan secara matematik bilan sampel. Satuan sampling diperoleh
antara dua variabel dan menghitung variasi dari menggunakan teknik quota sampling. Quota
berat yang diharapkan pada panjang individu sampling ialah teknik pengambilan sampling
ikan (Le Crens 1951 dalam Shingadia 2012). dalam bentuk distratifikasikan secara pro-
Hubungan panjang-berat juga berguna dalam posional, namun tidak dipilih acak. Pada teknik
pengelolaan perikanan baik untuk penggunaan quota sampling ini, sampel hasil tangkapan per
penelitian dasar maupun aplikasi (Pitcher and trip distratifikasikan per hauling. Jumlah hauling
Hart 1982 dalam Shingadia 2012), mengesti- setiap trip disesuaikan dengan kebiasaan nela-
masi berat dari panjang ikan observasi, yan setempat. Jumlah sampel tiap hauling
menghitung produksi dan biomas dari populasi (strata) ditentukan sebanyak 30 sampel,
ikan serta memberikan informasi tentang stok kemudian dilakukan pengukuran panjang dan
atau kondisi organisme (Hossain et al. 2006). berat ikan per ekor.
Fauziyah et al. – Distribusi Ukuran Ikan Teri yang Ditangkap pada Perikanan Bagan Tancap 163

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

Data hasil pengukuran panjang dan berat adalah panjang saat 50%. Ukuran ikan yang
layak tangkap dapat ditentukan dengan terlebih
ikan sampel ditabulasikan dan di-input dalam
program excel. Program excel ini digunakan dahulu mencari nilai L∞, dengan persamaan
untuk mengolah grafik distribusi frekuensi. Saputra (2009) dalam Ningrum et al. (2015)
Pengolahan data selanjutnya menggunakan sebagai berikut :
software SPSS 17 untuk menganalisis regresi 𝐿𝑚𝑎𝑥
linear tentang hubungan panjang berat ikan. 𝐿∞ =
0,95
Tahap awal sebelum menganalisis
regresi adalah melakukan uji normalitas data. keterangan:
Uji normalitas data dimaksudkan untuk L∞ = Panjang infiniti
memperlihatkan bahwa data sampel berasal L max = Panjang maksimum (panjang ikan
dari populasi yang terdistribusi normal. Uji terpanjang pada sampel)
normalitas menggunakan bantuan paket Analisis sifat pertumbuhan teri dilakukan
program SPSS dengan keluarannya berupa dengan menganalisis pola pertumbuhan ikan
Tes of Normality. Apabila hasil uji menunjukkan yakni hubungan panjang berat dan faktor
data tidak normal maka dilakukan penanganan kondisi spesies ikan (Isa et al. 2012). Variabel
masalah ketidaknormalan data. Teknik yang yang digunakan dalam hubungan panjang berat
digunakan adalah memotong data out liers adalah ukuran panjang ikan (mm) dan berat
(berada jauh dari rata-rata). tubuh ikan (g). Froese, 2006; Benedict et al.
Beberapa analisis digunakan untuk 2009 dalam Isa et al. 2012; Le Cren, 1951
menganalisis struktur ukuran dan sifat menyatakan hubungan antara panjang total
pertumbuhan ikan teri. Analisis struktur ukuran ikan dengan beratnya dapat digunakan dengan
ikan teri yang tertangkap oleh bagan tancap rumus:
dilakukan dengan metode analisis distribusi
frekuensi ukuran panjang teri berdasarkan
𝑊 = 𝑎𝐿𝑏
selang kelas kemudian disajikan dalam bentuk keterangan:
grafik. Adapun ukuran rata-rata ikan yang W = berat total ikan (g)
tertangkap (Lc50%) digunakan metode kurva L = panjang total ikan (mm)
logistik baku (Saputra 2009 dalam Dewanti et A = intercept (perpotongan kurva hubu-
al. 2014). Nilai tersebut didapatkan dengan ngan panjang-berat dengan sumbu y);
cara memplotkan presentasi frekuensi kumulatif B = slope (penduga pola pertumbuhan
ikan dengan ukuran panjang. Titik potong panjang-berat)
antara kurva dengan 50% frekuensi kumulatif
164 Marine Fisheries 7(2): 161-169, November 2016

Nilai a dan b diduga dari bentuk persa- Menurut Biswas (1992) dalam Shingadia
maan linier di atas yaitu: (2012), jika nilai R2 lebih besar dari 0,5 artinya
hubungan panjang berat memiliki korelasi yang
Ln W = Ln a + b Ln L
positif. Dengan kata lain, model tersebut dapat
Nilai a dan b diperoleh dari analisis digunakan untuk kepentingan analisis. Nilai b
regresi dengan Ln W sebagai sumbu y dan Ln yang diperoleh pada kedua bulan tersebut
L sebagai sumbu x. Hubungan panjang berat kurang dari 3 sehingga menurut Froese et al.
dapat dilihat dari nilai konstanta b, bila b = 3 2010 dapat dikategorikan negative allometric
maka hubungannya bersifat isometric (pertam- yang menunjukkan pertambahan panjang teri
bahan panjang sebanding dengan pertambah- lebih dominan dari pertambahan beratnya.
an berat). Bila b≠3 artinya allometric, jika b > 3 Berdasarkan Tabel 1 diperoleh rata-rata
maka bersifat positive allometric (pertambahan panjang dan berat ikan teri pada bulan Juli
berat lebih dominan dari pertambahan panjang- 2013 masing-masing sebesar 6,277 cm dan
nya), sedangkan bila b < 3 bersifat negative 2,435 gram sedangkan pada bulan September
allometric (pertambahan panjang lebih dominan 2013 masing-masing sebesar 6,524 cm dan
dari pertambahan beratnya) (Froese 2006, 2,285 gram. Nilai faktor kondisi ikan teri selama
Mansor et al. 2010). Perhitungan faktor kondisi penelitian adalah 0,0196 (Juli 2013) dan 1,477
berdasarkan hubungan panjang berat meng- (September 2013).
gunakan rumus W=aLb (Froese 2006), maka
perhitungan faktor kondisi dapat menggunakan
faktor kondisi relatif (Kn) yang dirumuskan (Le PEMBAHASAN
Cren 1951):
Studi beberapa aspek biologi perikanan
𝑊 tidak hanya untuk kepentingan akademik tetapi
𝐾𝑛 = 𝑏 juga memberikan informasi penting untuk
𝑎𝐿
pengembangan pengelolaan perikanan dan
keterangan:
peningkatan efisiensi teknologi bagi usaha
Kn = faktor kondisi relatif dalam berat
penangkapan ikan. Analisis struktur ukuran pa-
total
da studi ini menjelaskan pola distribusi
W = berat rata-rata ikan (g)
frekuensi ukuran berat dan panjang serta
L = panjang rata-rata ikan (mm)
ukuran panjang rata-rata ikan yang tertangkap
a dan b = konstanta
(Lc50%) berdasarkan metode kurva logistik
baku. Nilai Lc50% ini dapat digunakan untuk
menentukan ukuran ikan teri yang layak
HASIL tangkap.
Total jumlah sampel ikan teri (Stolepho- Sifat pertumbuhan pada studi ini menje-
rus commersonii) sebanyak 2700 ekor yang laskan tentang hubungan panjang berat dan
terdiri dari 750 ekor pada bulan Juli 2013 dan faktor kondisi. Hubungan panjang berat meng-
1950 ekor pada bulan September 2013. Ikan te- gambarkan hubungan secara matematik antara
ri yang diukur memiliki kisaran ukuran panjang dua variabel serta memberikan suatu petunjuk
2-12 cm dan ukuran berat dengan kisaran 1-8 keadaan ikan baik itu dari kondisi ikan itu
gram. sendiri dan kondisi luar yang berhubungan
Modus ukuran panjang ikan teri yang dengan ikan tersebut. Analisis faktor kondisi
tertangkap bagan tancap adalah 65 mm pada ikan menunjukan nilai kemontokan ikan dimana
bulan Juli 2013 dan 75 mm pada bulan Sep- nilainya akan bervariasi untuk setiap spesies
tember 2013, sedangkan modus ukuran berat ikan.
teri pada kedua bulan tersebut sama yaitu 2
gram (Gambar 2). Modus ukuran panjang Struktur Ukuran
pertama kali tertangkap (Lc50%) ikan teri adalah
61 mm pada bulan Juli dan 67 mm pada bulan Frekuensi panjang ikan teri menunjukan
September (Gambar 3) dengan nilai L∞ adanya pergesaran modus. Pada bulan Juli
mencapai 126 mm. Gambar 4 menunjukkan 2013 modus sebaran frekuensi panjang berada
grafik hubungan panjang berat menggunakan pada nilai tengah 65 mm dan pada bulan Sep-
analisis regresi linier dengan taraf kepercayaan tember 2013 modus sebaran frekuensi panjang
95%. Diperoleh nilai b sebesar 2,036 (Juli) dan berada pada nilai tengah 75 mm. Penelitian
0,601 (September) dengan nilai koefisien Fauziyah et al. (2012) di Muara Sungsang pada
keragaman (R2) masing-masing sebesar 0,686 bulan Mei 2012 menjelaskan bahwa ukuran
(model dapat menjelaskan 84,2 % keragaman dominan ikan teri yang tertangkap antara 5-7
pada berat ikan teri) dan 0,985 (model dapat cm. Penelitian ikan teri (S. devisi) di Perairan
menjelaskan 98,5% keragaman berat ikan teri). Kabupaten Pemalang yang dilakukan oleh
Fauziyah et al. – Distribusi Ukuran Ikan Teri yang Ditangkap pada Perikanan Bagan Tancap 165

(A) Struktur ukuran panjang (B) Struktur ukuran berat


Gambar 2 Grafik struktur ukuran panjang (A) dan berat (B) ikan teri yang tertangkap oleh bagan
tancap

110
100
90
Frekuensi Kumulatif (%)

80
70
60
50
40
30
20
10
-
25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 130 135
Panjang (mm)
Jul-13 Sep-13

Gambar 3 Lc50% ikan teri yang tertangkap bagan tancap selama penelitian

(A) Hubungan panjang berat (Juli 2013) (B) Hubungan panjang berat (September 2013)
Gambar 4 Hubungan panjang berat ikan teri bulan Juli 2013 (A) dan bulan September 2013 (B)
166 Marine Fisheries 7(2): 161-169, November 2016

Tabel 1 Hubungan panjang berat dan faktor kondisi ikan teri pada bulan Juli dan September 2013
di Muara Sungsang Sumatera Selatan
Tahun 2013
Parameter
Juli September
Berat rata-rata (gram) 2,435 2,285
Panjang rata-rata (cm) 6,277 6,524
Persamaan regresi LnW = 2,036LnL - 2,591 LnL = 0,601LnW - 0,504
Koefisien determinan (R2) 0,686 0,983
Intercept (a) 2,951 0,504
Slope (b) 2,036 0,601
Faktor Kondisi (Kn) 0,020 1,477

Dewanti et al. (2014) menyebutkan bahwa pada dibandingkan pada bulan Juli. Hal ini karena
bulan November modus sebaran frekuensi pada bulan September diperoleh nilai Lc 50%
panjang berada pada selang kelas 53-56 mm lebih besar dari setengah L∞ (67>63 mm)
dan pada bulan Desember modus sebaran sebaliknya pada bulan Juli, nilai Lc50% lebih
frekuensi panjang berada pada selang kelas kecil dari setengah L∞ (61<63 mm).
57-60 mm. Dijelaskan pula bahwa pergeseran
Ningrum et al. (2015 menyatakan bahwa
modus ke kanan (nilai tengah kelas lebih besar)
dengan membandingkan ukuran Lc50% dengan
menunjukkan terjadi pertumbuhan panjang
nilai length-first at maturity (LM) maka dapat
pada ikan teri. Jika modus sebaran frekuensi
diduga ikan yang pertama tertangkap tersebut
ukuran panjang bergeser ke sebelah kiri diduga
sudah memijah atau belum. Jika ukuran ikan
terjadi recruitment yang ditandai masuknya
lebih besar dari LM, maka ikan tersebut sudah
ikan-ikan berukuran kecil ke dalam stok ikan
pernah memijah. Menurut Rao (1988) dalam
teri.
Fauziyah et al. (2012), LM untuk teri putih (S
Pada penelitian ini tidak terdapat sampel devisi) adalah 62 mm dan estimasi umur untuk
teri dengan ukuran di bawah 20 mm (teri mencapai panjang LM sekitar 3,7 bulan. Hasil
ukuran kecil). Hal ini sesuai dengan penelitian penelitian Dewanti et al. 2014 Lm50% untuk Teri
Imran dan and Yamao, 2014 menyatakan (S. devisi) yang tertangkap Payang di Perairan
bahwa ikan teri S. commersonii yang tertang- Kabupaten Pemalang diperoleh nilai sebesar
kap di Teluk Krueng Raya Aceh. Ikan teri yang 60,67 mm. Pada perikanan di India, Kakinada
berukuran kecil tertangkap pada awal musim (1988) dalam Fauziyah et al. (2012a) menya-
timur (Juni-Juli). Ikan teri berukuran medium rankan bahwa pada perikanan komersil, range
dan besar tertangkap pada bulan Agustus- panjang teri putih yang disarankan ditangkap
September. Hal lainnya diduga karena teri adalah 55-9,4 mm. Berdasarkan nilai LM,
ukuran kecil (juvenile) belum siap bergabung ke Fauziyah et al. (2012) menyatakan bahwa
dalam populasi teri dewasa. Menurut Dewanti kondisi perikanan teri di Muara Sungsang
et al. (2014), populasi ikan dewasa merupakan masih relatif aman karena daur hidupnya
ikan yang suka hidup bergerombol dan pendek, namun harus mulai waspada terhadap
bergerak cepat secara bersamaan dan sumberdaya teri tersebut. Pada penelitian ini,
beriringan. Akan tetapi populasi ikan muda pada musim puncak (bulan September) kondisi
berkemungkinan masih berada di sekitar ikan teri di Sungsang masih aman dari tekanan
habitat pemijahan, karena belum mampu aktivitas penangkapan bagan tancap karena
bergerak cepat mengikuti populasi ikan modus ukuran panjang yang tertangkap masih
dewasa. Koffi et al. (2014) menyatakan bahwa diatas nilai Lc50%. Penangkapan selain pada
tipe klasik estuari dibedakan berdasarkan periode musim puncak penangkapan teri harus
proporsi yang besar pada ukuran juvenile yang mulai waspada karena modus ukuran panjang
memanfaatkan habitat ini sebagai daerah teri yang tertangkap sedikit dibawah nilai Lc50%.
pengasuhan (nursery ground) dan mencari
makan (feeding ground). Karena itu, teri yang
berukuran kecil diduga belum berada di sekitar Sifat Pertumbuhan
bagan tancap. Pada penelitian ini, hubungan panjang
Ukuran ikan teri pertama kali tertangkap berat ikan teri dihitung berdasarkan hasil
(Lc50%) oleh bagan tancap pada bulan Juli dan tangkapan pada bulan Juli dan September
September masing-masing berada pada ukuran 2013. Pada penelitian ini diperoleh nilai b lebih
panjang 61 mm dan 67 mm. Nilai panjang kecil dari 3 yang mengindikasikan bahwa
infiniti (L∞) adalah 126 mm. Berdasarkan nilai pertambahan panjang lebih cepat dari
tersebut dapat diketahui bahwa penangkapan pertambahan beratnya (negative allometric).
teri pada bulan September lebih layak tangkap Hasil ini sama dengan hasil penelitian Shinga-
Fauziyah et al. – Distribusi Ukuran Ikan Teri yang Ditangkap pada Perikanan Bagan Tancap 167

dia (2012) di Perairan Mombai India yang tersebut, Muchlisin et al. (2015) menambahkan
menyebutkan bahwa ikan teri, Coilia dussumieri bahwa nilai b diduga dipengaruhi oleh tingkah
(Cuv. & Val.), memiliki pola pertumbuhan laku ikan. Misalnya, ikan perenang aktif (seba-
negative allometric. Pola pertumbuhan positive gian besar ikan-ikan pelagis) memiliki nilai b
allometric terjadi pada ikan teri (S. devisi) di lebih rendah dibandingkan dengan ikan-ikan
perairan Kabupaten Pemalang (Dewanti et al. perenang pasif (sebagian besar ikan-ikan de-
2014) dan Ikan teri S indicus di Pantai Karachi mersal). Hal ini terkait dengan alokasi energi
Pakistan (Musarratulain et al. 2015). Hasil untuk pergerakan dan pertumbuhan. Menurut
berbeda ditunjukan pada penelitian ikan teri di Tesch (1971) dalam Sarma (2015), hubungan
perairan Ambon oleh Sumadhiharga dan panjang-berat ikan dapat dipengaruhi oleh be-
Yulianto (1987) dimana ketiga jenis ikan teri (S. berapa faktor meliputi habitat, area, pengaruh
Heferolobus, S. species A, dan S. Buccaneeri) musim, muatan isi perut, kematangan gonad,
memiliki pola pertumbuhan isometric, artinya jenis kelamin, kesehatan, serta perbedaan
kecepatan pertumbuhan panjang sebanding range panjang ikan yang tertangkap. Akan
dengan kecepatan beratnya. Wootton (1990) tetapi untuk ikan teri S commersonii, sesuai
dalam Nair et al. (2015) menunjukkan bahwa penelitian Nair et al. 2015 dan Ahmed et al.
nilai 'b' kurang dari 3 menunjukkan bahwa ikan 2012 berdasarkan analysis of covariance
menjadi lebih ramping (negative allometric) (ANCOVA) menunjukkan bahwa tidak ada
sementara nilai ‘b’ lebih besar dari 3 menunjuk- perbedaan yang signifikan dalam LWR (Length
kan bahwa ikan menjadi lebih montok (positive Weight Relationship) antara jantan dan betina
allometric). Pada dasarnya, perubahan berat (P> 0,001).
jenis dan bentuk tubuh selama pertumbuhan
Nilai faktor kondisi (Kn) teri di Muara
merupakan deviasi dari pertumbuhan isometric
Sungsang Sumatera Selatan pada bulan Juli
ikan. Hasil penelitian Nair et al. (2015) menun-
dan September 2013 adalah 0,02 dan 1,477.
jukkan bahwa ikan teri S commersonii memiliki
Hasil penelitian Musarratulain (2016), nilai Kn
nilai b jantan 3,16, betina 2,99 dan gabungan
teri S indicus (van Hasselt, 1823) di pantai
keduanya 3. Hal ini menunjukkan bahwa ikan
Karachi Pakistan adalah 1,02. Dewanti et al.
teri S commersonii mengikuti hukum kubus dan
(2014), nilai Kn teri di perairan Pemalang
pertumbuhan isometric.
adalah 1,09. Pada penelitian ikan teri, Coilia
Nilai b ikan teri pada bulan Juli 2013 dussumieri (Cuv. & Val.), di Perairan Mumbai
lebih besar dibandingkan pada bulan India diperoleh nilai Kn teri betina lebih kecil
September 2013. Hal ini menunjukkan bahwa (0,306) dari teri jantan (0,521) yang
teri pada bulan September 2013 lebih kurus mengindikasikan periode spawning (Shingadia
(pertamba-han panjang lebih cepat dibanding 2012).
pertambahan berat) dibandingkan pada bulan
Juli 2013. Hasil ini juga sejalan dengan hasil Faktor kondisi adalah suatu angka yang
analisis distribusi frekuensi berat dimana jumlah menunjukkan kegemukan ikan (Le Cren 1951).
teri dengan ukuran diatas 4 gram lebih banyak Effendi (2002) menyatakan variasi nilai Kn ter-
tertangkap pada bulan Juli 2013 (Gambar 1). gantung pada makanan, umur, jenis kelamin
Berdasarkan distribusi frekuensi ukuran pan- dan kematangan gonad. Nilai Kn dipengaruhi
jang, pada bulan Juli 2013 diperoleh teri oleh indeks relatif penting makanan dan pada
dengan ukuran antara 10-12 cm dan pada ikan betina dipengaruhi oleh indeks kematang-
bulan September 2013 tidak ditemukan teri an gonad. Ikan cenderung menggunakan ca-
berukuran diatas 10 cm. Jika dikaitkan dengan dangan lemaknya sebagai sumber tenaga
musim penangkapan, bulan September 2013 selama proses pemijahan, sehingga mengalami
merupakan periode musim puncak penangkap- penurunan nilai Kn. Peningkatan nilai Kn
an ikan teri di Muara Sungsang sehingga disebabkan oleh perkembangan gonad yang
modus ukuran panjang lebih besar dibanding- akan mencapai puncaknya sebelum memijah.
kan pada bulan Juli 2013. Fenomena ini Namun, Nair et al. (2015) menyatakan bahwa
mengindikasikan bahwa pada bulan Juli 2013 tidak ada korelasi antara aktivitas pemijahan
kemungkinan masih termasuk dalam bulan ikan teri S. commersonii dengan fluktuasi nilai-
recruitment stok teri. nilai. Hal yang paling mungkin adalah, fluktuasi
nilai Kn ikan teri bisa disebabkan masa
Secara umum, keragaman nilai b tergan- pemijahan yang berlarut-larut. Faktor yang
tung pada perbedaan umur, kematangan mempengaruhi faktor kondisi ikan adalah faktor
gonad, jenis kelamin dan kondisi lingkungan lingkungan dan ketersediaan pangan. Menurut
(aktifitas penangkapan) Le Cren, 1951; Ecoutin Renjini and Nanda (2011) dalam Musarratulain
et al. 2005 dalam Rahardjo dan Simanjuntak, (2016) variasi nilai Kn tergantung pada
2008), kondisi biologis, faktor sampling, waktu perubahan ikan dalam tahap dewasa dan
dan geografis (Froese 2006). Selain faktor perbedaan musim.
168 Marine Fisheries 7(2): 161-169, November 2016

Menurut Pulungan et al. (2012), nilai Kn Pendidikan Tinggi RI (Project No. 139/UN11/
ikan selain dipengaruhi oleh tingkat kematang- A.01/APBN-P2T/2012). Kami mengucapkan
an gonad juga dapat dipengaruhi oleh bobot terima kasih kepada lembaga PUR PLSO
makanan yang terdapat dalam saluran pencer- (Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan
naan. Dijelaskan pula bahwa nilai Kn (kemon- Suboptimal) atas dukungannya sehingga
tokan ikan) akan bervariasi untuk setiap rangkaian penelitian ini dapat terlaksana.
spesies ikan. Rendahnya nilai faktor kondisi
terkait dengan aktivitas makan yang buruk. Ini
mungkin karena perubahan kondisi lingkungan DAFTAR PUSTAKA
dengan perubahan musim yang mengakibatkan
perubahan jumlah pasokan makanan dan ke- Ahmed ZF, Hossain MY, Ohtomi J. 2012.
matangan gonad (Le Cren 1951). Faktor ling- Condition, Length–Weight and Length–
kungan sangat mempengaruhi kinerja per- Length Relationships of the Silver
tumbuhan dari suatu organisme. Nilai Kn ikan Hatchet Chela, Chela cachius (Hamilton,
teri di Sungsang pada bulan September 2013 1822) in the Old Brahmaputra River of
merupakan nilai ideal dan menunjukkan bahwa Bang-ladesh. Journal of Freshwater
spesies berada pada kondisi yang baik dalam Ecology. 27(1): 123-130.
habitat alami mereka. Dewanti RON, Ghofar A, Saputra SW. 2014.
Beberapa Aspek Biologi Ikan Teri
(Stolephorus devisi) yang Tertangkap
KESIMPULAN Payang di Perairan Kabupaten Pema-
Struktur ukuran ikan teri yang ditangkap lang. Diponegoro Journal of Maquares.
menggunakan bagan tancap di Muara Sung- 3(4): 102-111.
sang Sumatera Selatan pada bulan Juli 2013
Effendi M. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta:
dan September 2013 memiliki modus pada nilai
Yayasan Pustaka Nusantara.
tengah kelas panjang 65 mm dan 75 mm.
Adapun nilai pertama kali tertangkap (Lc50%) 63 Fauziyah, Saleh K, Hadi, Supriyadi F. 2012.
mm dan modus frekuensi berat pada kedua Respon Perbedaan Intensitas Cahaya
bulan tersebut berada pada nilai tengah kelas 2 Lampu Petromak terhadap Hasil
gram. Penangkapan pada bulan September Tangkapan Bagan Tancap di Perairan
2013 lebih layak tangkap dibandingkan pada Sungsang, Sumatera Selatan. Maspari
bulan Juli 2013, Namun keduanya masih aman Journal. 4(2): 215-224.
dari tekanan aktivitas penangkapan
Fauziyah, Saleh K, Hadi, Supriyadi F. 2013.
Pertumbuhan ikan teri bersifat negative
Perbedaan Waktu Hauling Bagan
allometric dengan nilai faktor kondisi pada
Tancap terhadap Hasil Tangkapan di
bulan Juli 2013 dan September 2013 masing- Perairan Sungsang, Sumatera Selatan.
masing sebesar 0,02 dan 1,477. Faktor kondisi Jurnal Lahan Suboptimal. 2(1):50-57.
ikan teri pada bulan september 2013 lebih baik
dibandingkan faktor kondisi pada bulan Juli Fauziyah, Saleh K, Hadi, Supriyadi F, Suteja Y.
2013 artinya ikan teri pada bulan September 2014. The Application of LED as
2013 berada pada kondisi yang baik dalam Replacement of Kerosene Pressure
habitat alami mereka. Lamps at Stationary Lift Nets in
Sungsang Estuary, South Sumatera.
Prosiding 3rd International Seminar of
SARAN Fisheries and Marine, 9-10 October
Perlu dilakukan kajian hubungan panjang 2014 Riau Sumatera.
berat dengan spesies teri lainnya dan faktor Froese R. 2006. Cube Law, Condition Factor
kondisi ikan (Kn) setiap musim pada perikanan and Weight Length Relationship: History,
Bagan tancap sebagai instrumen untuk menge- Meta-Analysis and Recommendations.
tahui perubahan kondisi ikan sepanjang tahun Journal of Applied Ichthyol. 22: 241-253
yang bermanfaat dalam pengelolaan sumber-
daya ikan. Hossain MY, Ahmed ZF, Leunda PM, Jasmine
S, Oscoz J, Miranda R, Ohtomi J. 2006.
Condition, Length–Weight and Length–
UCAPAN TERIMA KASIH Length Relationships of the Asian Striped
Catfish Mystus vittatus (Bloch, 1794)
Penelitian ini merupakan salah satu dari (Siluriformes: Bagridae) in the Matha-
serangkaian riset yang didukung oleh dana bhanga River, Southwestern Bangladesh
RISTEK InSinas 2013 Direktorat Jenderal Journal of Applied. Ichthyol. 22: 304-307.
Fauziyah et al. – Distribusi Ukuran Ikan Teri yang Ditangkap pada Perikanan Bagan Tancap 169

Imran Z and Yamao M. 2014. Factors Contribu- Nair PG, Joseph S, Nair VNP. 2015. Length-
ting to the Decline of the Anchovy Weight Relationship and Relative
Fisheries in Krueng Raya Bay, Aceh, Condition Factor of Stolephorus
Indonesia. Annals of Tropical commersonii (Lace-pede, 1803)
Research. 36(2): 22-43. Exploited along Kerala Coast. Jounal
Isa MM, Basri MNA, Mohd Zawawi MZ, Yahya Marine Biology Assem-blage India. 57(2).
K, Md Nor SA. 2012. Length-weight Ningrum VP, Ghofar A, Ain C. 2015. Beberapa
Relationships of Some Important Estua- Aspek Biologi Perikanan Raju-ngan
rine Fish Species from Merbok Estuary, (Portunus pelagicus) di Perairan
Kedah. Journal of Natural Sciences Re- Betahwalang dan sekitarnya. Jurnal
search. (2)2: 8-18. Saintek Perikanan. 11(1): 62-71.
Koffi BK, Berté S, Koné T. 2014. Length-Weight Prihatiningsih, Sadhotomo B, dan Taufik M.
Relationships of 30 Fish Species in Aby 2013. Dinamika Populasi Ikan Swanggi
Lagoon, Southeastern Côte d’ Ivoire. (Priacanthus tayenus) di Perairan Tange-
Current. Research Journal Biology rang-Banten. BAWAL. 5(2): 81-87
Science. 6(4): 173-178.
Pulungan CP, Zakaria IJ, Sukendi, Mansyurdin.
Lawson E.O. 2011. Length-Weight Relationship
2012. Sebaran Ukuran, Hubungan Pan-
and Fecundity Estimates in Mudskipper,
jang-Berat dan Faktor Kondisi Ikan Pan-
Periopthalmus papilio (Bloch and Schine-
tau Janggut (Esomus metallicus AHL) di
ider 1801) Caught from the Mangrove Sungai Tenayan dan Tapung Mati, Riau.
Swamps of Lagos Lagoon, Nigeria. Jou-
Jurnal Perikanan dan Kelautan. 17(2):
rnal of Fisheries and Aquatic Science.
60-70.
6(3): 264-271.
Le Cren ED. 1951. The Length-Weight Rahardjo MF, Simanjuntak CPH. 2008. Hubu-
Relationship & Seasonal Cycle in Gonad ngan Panjang Bobot dan Faktor Kondisi
Weight & Condition in Perch (Perca Ikan Tetet, Johnius belangerii Cuvier
fluviatilis). Journal Animal Ecology. 20: (Pisces: Sciaenidae) di Perairan Pantai
201-219. Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Ilmu-ilmu
Perairan dan Perikanan Indonesia. 15(2):
Mansor MI, Che-Salmah MR, Rosalina R,
135-140.
Shahrul-Anuar MS & Amir-Shah-Ruddin
MS. 2010. Length-Weight Relationships Sarma PK. 2015. Length-Weight Relationship
of Freshwater Fish Species in Kerian and Relative Condition Factor of
River Basin and Pedu Lake. Research. Gangetic Hairfin Anchovy Setipinna
Journal of Fisheries and Hydrobiology. 5: phasa (Hamilton, 1822) in Dhubri District
1-8. of Assam, India. Advances in Applied
Muchlisin ZA, Batubara AS, Siti-Azizah MN, Science Research. 6(1): 5-10.
Adlim M, Hendri A, Fadli N,
Shingadia HU. 2012. Length-Weight Relation-
Muhammadar AA, Sugianto S. 2015.
ship and Relative Condition Factor of
Feeding Habit and Length Weight
Coilia Dussumieri (Cuv. & Val.) from
Relationship of Keureling Fish, Tor
Neretic Waters off the Mumbai Coast.
tambra Valenciennes, 1842 (Cyprinidae)
International Journal of Science and
from the Western Region of Aceh
Research. 3(5): 354-357.
Province, Indonesia. Biodiversitas. 16:
89-94. Sumadhiharga K, Yulianto K. 1987. Pengamat-
Musarratulain, Masood Z, Bibi R, Bibi M, Gul H, an Beberapa Aspek Biologi dan Masalah
Farooq RY, Jamil N. 2015. Growth Profile yang Dihadapi Perikanan Ikan Umpan di
of an Indian Anchovy Species, Stolepho- Teluk Ambon dalam Teluk Ambon: Biolo-
rus indicus (van Hasselt, 1823) of Family gi, Perikanan, Oseanografi dan Geologi.
Engraulidae from Keti Bunder, Sindh, Ambon: Balai Penelitian dan Pengem-
Pakistan. Global Veterinaria. 14(4): 619- bangan Sumberdaya Laut, Pusat Pene-
622. litian dan Pengembangan Oseanologi,
Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia.

You might also like