You are on page 1of 10

GOLDEN AGE, Vol. 1, No.

1 (Juni 2017)

Peran Keluarga dalam Menanamkan Literasi Dini pada Anak


Role of the FamilyToward Early Literacy of the Children
Dinar Nur Inten
Program Studi PG-PAUD Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Bandung
Jln. Ranggagading No. 8 Bandung, Indonesia
Email: dinar_nurinten@yahoo.com

Abstract
The family is the first and foremost environment in the child’s life. It is the family who
has a very important role in developing the child’s personality as well as in cultivating
early literacy. This study aims to obtain information about the role of families in instilling
early literacy in children in Kec. Cimaung, Kab. Bandung. The method used in this study
is descriptive study. The data obtained is analyzed to know the meaning which is then
presented in in form of narrative. The result of the research shows that the opportunity,
motivation, and facilitation given by parents in developing early literacy at home is high.
However, the modelling activity conducted by the parent like reading, writing, telling
stories to the children before going to bed, dictating the letters is still lacking. Thus,
parents have not been able to make literacy activities into personalities and a habit at
home. This has an impact on the low interest of children’s literacy, especially in terms of
forming simple words and stringing letters into words. Early literacy will grow well in the
child if the parents are able to become a role model and direct examples in everyday life
and make the activities of literacy as an important part of their personality. In the face
of the digital age, parents are in demand to be able to use technology to introduce early
literacy in the family that is adjusted to the level of child development. Through family
role-modelling, children’s involvement in literacy activities and support from all family
members will make children love the culture of literacy. Children who grow in the literary
environment will know a lot of information and be able to open the horizon of the world
and ultimately will bring progress for himself, family, society and Indonesia.
Keywords: Family, Early Literacy, and Children.

Abstrak
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama dalam kehidupan anak.
Keluargalah yang memiliki peran yang sangat penting dalam upaya mengembangkan
kepribadian anak begitu pula dalam penanaman literasi dini. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh informasi mengenai Peran keluarga dalam menanamkan literasi dini pada
anak di Kec. Cimaung, Kab. Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini studi
deskriptif, yaitu data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui makna dari data-data
yang diperoleh dan di sajikan secara narasi. Hasil penelitian menunjukkan kesempatan,
motivasi, dan fasilitasi yang diberikan orang tua dalam mengembangkan literasi dini
di rumah cukup tinggi namun keteladanan seperti kegiatan orang tua membaca dan
menulis, kegiatan bercerita bersama anak, bercerita sebelum tidur, kebiasaan orang tua
untuk membacakan dan menyebutkan huruf-huruf yang di temui di sekitar anak masihlah
kurang. Dan orang tua belum mampu menjadikan kegiatan literasi menjadi kepribadian
serta sebuah kebiasaan di rumah. Hal ini berdampak pada rendahnya minat literasi anak
terutama dalam hal membentuk, membuat kata-kata sederhana dan merangkai huruf
menjadi kata. Literasi dini akan tumbuh dalam diri anak dengan baik jika orang tua mampu
menjadi teladan dan contoh langsung dalam kesehariannya serta menjadikan kegiatan
literasi sebagai bagian penting dari pribadinya. Dalam menghadapi era digital orang tua pun
di tuntut dapat menggunakan teknologi untuk mengenalkan literasi dini dalam keluarga
yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Melalui keteladan dalam keluarga,
keterlibatan anak dalam kegiatan literasi dan dukungan dari seluruh anggota keluarga
akan menjadikan anak mencintai budaya literasi. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan
literat akan mengetahui banyak informasi dan mampu membuka cakrawala dunia dan
akhirnya akan membawa kemajuan untuk dirinya, keluarga, masyarakat dan Indonesia.
Kata Kunci: Keluarga, Literasi Dini, dan Anak.

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 23


Dinar Nur Inten, Peran Keluarga dalam Menanamkan Literasi Dini pada Anak

Pendahuluan bisa menjadi bagian hidup dari anak-anak


Indonesia. Budaya literasi akan semakin
Literasi atau kegiatan membaca
baik apabila dikenalkan sedini mungkin yang
dan menulis yang merupakan hal utama
dimulai dari lingkungan pertama anak yaitu
dimiliki oleh setiap orang. Melalui literasi
keluarga.
dini anak-anak akan lebih mencintai dan
menjiwai kegiatan membaca dan menulis, Keluarga memiliki peranan penting
melalui kemampuan literasi yang tinggi dalam kehidupan anak. Ayah dan ibunya
anak dapat memecahkan berbagai masalah merupakan teladan utama yang akan
yang dihadapinya, dan dapat mengambil mewarnai dan menjadi acuan setiap tingkah
keputusan berdasarkan pengetahuan yang laku anak dalam kehidupan ini. Keluargalah
diperolehnya. Muthafa (2014) masyarakat yang akan menentukan arah kehidupan
yang literat mampu menghargai, mengkritisi, anak dan keluarga merupakan lingkungan
dan menggunakan informasi yang dimilikinya utama dan pertama dalam pendidikan.
untuk kebaikan. Menurut Syamsu Yusuf (2009:38) , keluarga
merupakan lingkungan yang utama dalam
Berdasarkan data dari UNESCO tahun
memberikan : rasa aman fisik maupun psikis,
2012 menunjukkan bahwa indeks tingkat
kasih sayang, model perilaku yang baik
membaca orang Indonesia hanyalah 0,001.
untuk anak hidup dalam masyarakat serta
Itu artinya, dari 1.000 penduduk, hanya ada
memberikan bimbingan dalam belajar, untuk
1 orang yang mau membaca buku dengan
mengoptimalisai pengembangan inspirasi
serius. Dengan rasio ini, berarti di antara 250
dan prestasi anak. Sedangkan menurut
juta penduduk Indonesia, hanya 250.000 yang
UU No 2 tahun 1989 Bab IV Pasal 10 ayat
punya minat baca. Fakta tersebut didukung
4, Pendidikan keluarga merupakan bagian
juga oleh survei tiga tahunan Badan Pusat
dari jalur pendidikan luar sekolah yang
Statistik (BPS) mengenai minat membaca dan
diselenggarakan dalam keluarga dan yang
menonton anak-anak Indonesia, yang terakhir
memberikan keyakinan agama, nilai budaya,
kali dilakukan pada tahun 2012. Dikatakan,
nilai moral dan keterampilan.
hanya 17,66% anak-anak Indonesia yang
memiliki minat baca. Sementara, yang Orang tua merupakan teladan utama
memiliki minat menonton mencapai 91,67%. bagi anak. berbagai ucapan dan tingkah
Sedangkan di antara negara-negara ASEAN, laku yang dilakukan oleh orang tua akan
Indonesia menempati urutan ketiga terbawah ditiru dan dicontoh oleh anak-anak. begitu
bersama Kamboja dan Laos. Berdasarkan pula dengan kebiasaan ayah dan ibu dalam
hasil penelitian UNESCO mengenai minat kegiatan literasi. Bila membaca dan menulis
baca pada tahun 2014 menyebutkan bahwa menjadi hal utama dalam kehidupan keluarga
anak-anak Indonesia membaca hanya 27 makan dengan sendirinya anak akan terbiasa
halaman buku dalam satu tahun (http:// membaca dan menulis. Fitgerald, Speigel dan
www.femina.co.id/trending-topic/peringkat- Cunningham (1991), adanya hubungan positif
literasi-indonesia-nomor-dua-dari-bawah). antar tataran literasi orang tua dan tingkat
apresiasi mereka terhadap lingkungan literasi.
Tahun 2016 World’s Most Literate
Semakin tinggi tataran literasi, semakin
Nations, yang disusun oleh Central Connecticut
tinggi komitmen mereka untuk menciptakan
State University kembali melakukan penelitian
lingkungan literat bagi anak-anak mereka
mengenai peringkat literasi di Indonesia dan
(Musthafa, 2008:6).
kita berada di posisi kedua terbawah dari
61 negara yang diteliti. Indonesia hanya Anak yang terbiasa dengan budaya
lebih baik dari Bostawana yaitu negara membaca dan menulis (literasi) dalam
di kawasan selatan Afrika dan di urutan keluarga maka ia akan membawa kebiasaan
59 adalah Thailand. Fakta ini didasarkan tersebut sampai kapan pun, karena contoh
studi deskriptif dengan menguji sejumlah dan keteladan yang utama bagi anak adalah
aspek diantaranya: perpustakaan, koran, keluarga. Keluarga merupakan tempat yang
input sistem pendidikan, output sistem terbaik untuk menumbuhkan minat membaca
pendidikan dan ketersedian komputer (http:// dan menulis bagi anak (literasi emergen). Hal
www.femina.co.id/trending-topic/peringkat- ini di karenakan situasi dalam keluarga yang
literasi-indonesia-nomor-dua-dari-bawah). nyaman, aman, hangat dan menyenangkan
yang dapat memicu pertumbuhan literasi bagi
Menilik data di atas maka kita
anak dengan cepat dan subur.
haruslah berusaha untuk mengenalkan dan
menanamkan budaya literasi pada anak Beberapa hasil penelitian pemerolehan
sedini mungkin. Sehingga budaya literasi literasi menunjukkan bahwa kita dapat

24 ISSN 2549-8371 | EISSN 2580-5843


GOLDEN AGE, Vol. 1, No. 1 (Juni 2017)

mensosialisasikan anak-anak pada dunia (Bahasa seumur hidup), menyimpulkan


literasi salah satunya dengan cara demontrasi bahwa peranan orang tua sangat menentukan
interaksi literasi dan libatkan anak didalamnya, dalam pendidikan anak, terutama dalam
di mana yang merupakan salah satu kekhasan tingkat prasekolah dan sekolah dasar
keluarga literat adalah terjadinya diskusi (Tampubolon, 1993:46). Usia Taman Kanak-
tentang apa mereka lihat, lakukan dan alami Kanak sampai usia Sekolah Dasar kelas
termasuk berbagai buku yang mereka baca, bawah merupakan usia peletakan fondasi
musik yang mereka dengar atau film yang yang paling menentukan bagi perkembangan
mereka lihat (Musthafa, 2009:6). Maka dapat anak selanjutnya. Oleh karena itu orang tua
dikatakan bahwa perhatian, kasih sayang, harus memberikan teladan dan menciptakan
keteladanan, dorongan dan keterlibatan iklim literasi dalam keluarga, karena melalui
langsung orang tua dalam kegiatan literasi kegiatan literasi akan membantu anak
anak akan memperkuat, mempercepat mengetahui berbagai ilmu, informasi, dan
apresisi anak terhadap kegiatan literasi dini. teknologi yang berguna bagi kehidupannya.
Literasi menurut Barton (1994 :20),
mempunyai makna being able to read and
Peran Keluarga dan Literasi Dini
write, kemampuan untuk dapat membaca dan
Keluarga merupakan lingkungan menulis (Nurgiyantoro, 2016:120). Dengan
pertama dan utama dalam menanamkan istilah lain literasi dapat dikatakan kemelekan
pendidikan, kepribadian dan nilai-nilai moral huruf, mengenal tulisan serta dapat membaca
lainnya. Keluargalah yang akan menjadi dan menulis. Pengenalan literasi pada
contoh pertama dan orang tuanyalah yang anak sejak dini untuk menumbuhkan jiwa
akan menjadi teladan dalam kehidupan literat dalam diri anak. Literasi pada anak
anak. maka wajar jika orang mengatakan dapat ditanamkan melalui pembiasaan
peranggai anak merupakan cerminan dari dan contoh langsung yang dilakukan oleh
pola kehidupan keluarga dan masyarakat orang tua. Pembiasaan berperan penting
tempat anak tinggal. dalam menanamkan budaya literasi dalam
keluarga karena anak memahami bahwa
Rumah dalam bahasa Arab adalah
kebiasaan itu merupakan tingkah laku budaya
maskan, yang artinya tempat tinggal yang
yang seharusnya dilakukan (Nurgiantoro,
memberikan kenyamanan dan ketenangan.
2016:121).
Kondisi maskan merupakan kondisi yang
tepat untuk mengenalkan anak akan berbagai Literasi dini berkaitan dengan kegiatan
hal yang baik, utama dan penting, karena membaca dan menulis bagi anak usia dini.
melalui tempat yang nyaman dan tenang Disebut juga dengan literasi emergent atau
anak akan dapat memperoleh berbagai hal pra membaca dan pra menulis. Pra membaca
baik pengetahuan maupun perilaku dengan Tampubolon menyebutnya dengan istilah
sangat cepat dan akan lama diingat oleh anak. membaca dini ialah membaca yang diajarkan
Tampubolon (1993:41) mengatakan, tempat secara terprogram kepada anak prasekolah,
yang terbaik untuk menumbuhkan minat semakin banyak dilakukan oleh orang tua
dan mengembangkan kebiasaan membaca di rumah maka semakin baik pula hasilnya.
adalah di rumah, terutama karena suasana Lima prinsip membaca dini ( Tampubolon,
kekeluargaan itu. 1993: 67-69) : Pertama, materi bacaan
harus terdiri atas kata-kata, farse-frase
Perhatian, kasih sayang dan teladan
dan kalimat, kedua, membaca terutama
yang diberikan secara langsung oleh orang
didasarkan kemampuan bahasa lisan dan
tua akan membekas dan diingat anak selama
bukan pada kemampuan berbicara. Ketiga,
hidupnya. Begitu pula dengan kebiasaan
membaca dini adalah menemukan makna dari
membaca dan menulis orang tua dalam
tulisan. Keempat, membaca bisa dikenalkan
kesehariannya di rumah akan menimbulkan
sebelum anak memiliki kemampuan menulis,
keinginan tahuan anak akan berbagai hal
kerena bila kemampuan membaca telah
yang dibaca dan ditulis oleh orang tunya,
dikuasai keterampilan menulis akan lebih
yang kemudian anak akan banyak bertanya
mudah dikuasai, sebab persepsi bentuk
tentang kegiatan literasi tersebut dan
huruf telah ada dalam pikiran anak. dan yang
akhirnya karena kenyamanan dan kebiasaan
kelima, membaca dini harus menyenangkan,
dalam kehidupannya anakpun akan terbiasa
menarik dan dilakukan dalam situasi bermain
dengan budaya literasi.
(Tampubolon, 1993:67-68).
Hasil penelitian Komisi Bullock (1975)
Nurbiana Dhinie, (2008:3.17),
di Inggris dengan judul A Language For Life
menjelaskan tahapan dalam perkembangan

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 25


Dinar Nur Inten, Peran Keluarga dalam Menanamkan Literasi Dini pada Anak

membaca anak usia dini yaitu : Tahap Kemampuan menulis anak usia dini
fantasi (Magical Stage), anak belajar menurut Marrow (1993) terdiri dari lima tahap
menggunakan buku, melihat dan membalik – : yang pertama, Writing via drawing, menulis
balik lembaran buku kesukaannya, kemudian dengan cara menggambar. Kedua Writing
tahap pembentukan konsep diri (Self via scribbing, yaitu menulis dengan cara
Concept Stage), anak memandang dirinya menggores. Ketiga Writing via reproducing
sebagai “pembaca” keterlibatan anak dalam well-learned unit or letter sting, yaitu
kegiatan membaca dan pura-pura membaca. menulis dengan cara menghasilkan huruf-
Dilanjutkan dengan tahap membaca gambar huruf atau unit yang sudah baik, contohnya
(Bridging Reading Stage), dalam diri anak mencoba menulis namanya. Ke empat,
mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam Writing via invented spelling, menulis dengan
buku dan menemukan kata yang pernah mencoba mengeja satu persatu, anak
ditemui sebelumnya, dapat mengungkap kata- mengeja walaupun masih banyak kesalahan.
kata yang berhubungan dengan dirinya. Pada Dan tahap kelima, Writing via convencional
tahap selanjutnya adalah tahap pengenalan spelling, yaitu menulis dengan cara mengeja
bacan (Take off Reader Stage), anak mulai langsung, anak sudah memiliki kemampuan
menggunakan tiga sistem isyarat (graphonik, mengeja dengan tepat dan benar (Dhinie,
semantik, dan sintaksis) anak mulai tertarik 2008: 3.11).
pada bacaan, tanda-tandanya, dan berusaha
Kemampuan membaca dan
mengenal serta membaca tanda-tanda pada
menulis merupakan dua kegiatan yang
lingkungannya. Dan tahap yang terakhir
kompleks, banyak hal yang berkaitan dan
adalah tahap membaca lancar (Independet
mempengaruhi dua kegiatan tersebut.
Reader Stage), pada tahap ini anak membaca
Lingkungan utamanya keluarga sangat
berbagai jenis buku.
berperan penting dalam mengembangkan
Setelah anak terbiasa dengan kegiatan kedua kemampuan tersebut. Tampubolon
membaca di rumah, maka kegiatan literasi (1990: 90-91) mengatakan faktor-faktor yang
didini selanjutnya adalah menulis. Anak mempengaruhi kemampuan membaca dan
yang tumbuh di keluarga yang literat akan menulis terbagi atas dua bagian, yaitu faktor
terbiasa melihat kegiatan menulis kemudian endogen dan eksogen. Faktor endogen adalah
akan tumbuh minat anak untuk mulai faktor-faktor perkembangan baik bersifat
menggores-goreskan alat tulis membentuk biologis, namun psikologis dan linguistik yang
huruf-huruf yang sering dia lihat di buku- timbul dari diri anak, sedangkan eksogen
buku yang dibacakan orang tuanya. Anak adalah faktor lingkungan, kedua faktor ini
mulai mengetahui bahwa apa yang sering saling terkait, yaitu bahwa kemampuan
dibaca oleh orang tuanya adalah hal yang membaca dan menulis dipengaruhi secara
menarik begitu pula goresan-goresan pena bersama.
yang dilakukan oleh ayah ibunya mengandung
Menurut penelitian Marrew (1993),
makna tertentu sehingga timbullah rasa ingin
keluarga terutama orang tua berperan sebagai
mengatahui anak tentang makna di dalam
model perilaku. Berdasarkan penelitian yang
tulisan.
telah dilakukannya, anak-anak yang pandai
Menulis bagi anak merupakan membaca dan menulis sebelum masuk sekolah
kegiatan mencoret-coret, menggaris-garis, adalah mereka yang berasal dari keluarga
menggambar membentuk berbagai hal yang berbudaya baca tulis (Dhinie, 2008:5.20).
ada dalam pikirannya. Menurut Dhinie, 2008: Kebiasaan yang telah ditanamkan oleh orang
3.11, menulis merupakan salah satu media tua sejak dini akan menjadi fondasi dasar bagi
untuk berkomunikasi, di mana anak dapat kehidupan anak kelak. Anak-anak merupakan
menyampaikan makna, ide, pikiran dan sosok individu yang senang meniru.
perasaannya melalui untaian kata-kata yang
Menurut Leichter (1984), perkembangan
bermakna.
literasi dini dipengaruhi oleh keluarga
Kegiatan menulis pada anak usia dalam hal-hal berikut ini yaitu: pertama,
dini haruslah memperhatikan kesiapan interaksi interpersonal, yaitu pengalaman-
dan kematangan anak. Kegiatan menulis pengalaman baca tulis bersama orang tua,
memerlukan kematangan perkembangan saudara dan anggota lainnya di rumah. Kedua
motorik halus serta konsentrasi anak berupa lingkungan fisik, yaitu mencakup bahan-
kematangan anak dalam memegang alat bahan literasi di rumah dan ketiga suasana
tulis dan kemampuannya dalam menggerak- yang penuh perasaan (emosional) dan
gerakakan jari jemari serta tanggan untuk memberikan dorongan (motivasi) yang cukup
meniru bentuk dan menulis.

26 ISSN 2549-8371 | EISSN 2580-5843


GOLDEN AGE, Vol. 1, No. 1 (Juni 2017)

hubungan antar individu di rumah, terutama bersama, atau pun memancing dan kegiatan
yang tercermin pada kegiatan literasi dini out door lainnya yang dikemas dalam kegiatan
(Dhinie, 2008:5.20). Anak-anak yang terbiasa literesi yang menarik, menyenangkan, dan
dilibatkan dan mendapat dukungan dari menantang bagi anak.
keluarga dalam kegiatan literasi, mereka
memiliki keberanian untuk menuangkan
ide-ide dan gagasan yang mereka miliki baik Metodologi Penelitian
secara langsung maupun secara tulisan. Hal
Metode yang digunakan dalam
ini mereka lakukan baik dalam lingkungan
penelitian ini yaitu studi deskriptif. Penelitian
keluarga, sekolah ataupun masyarakat di
ini bertujuan untuk memproleh informasi
mana anak tersebut tinggal.
penting mengenai Peran keluarga dalam
Keteladanan, keterlibatan anak secara menanamkan lietrasi dini pada anak di Kec.
langsung dan dorongan dari orang dewasa Cimaung, Kab. Bandung, kemudian data yang
disekitar anak akan membantu tumbuhnya diperoleh dianalisis untuk mengetahui makna
minat akan kegiatan literasi. Berikut ini dari data-data yang diperoleh dan di sajikan
beberapa hal yang yang dapat dilakukan oleh secara narasi.
orang tua sebagai usaha menanamkan literasi
Subjek kasus dalam penelitian ini
dini dalam keluarga, diantaranya: Mendorong
adalah ibu-ibu/ orang tua yang memiliki
perkembangan bahasa anak, melalui kegiatan
anak-anak di usia pra sekolah yaitu usia 0-6
bercerita, bercakap-cakap dan bernyanyi.
tahun. Pengambilan data dilakukan melalui
Menjadi teladan dalam kegiatan literasi.
wawancara dan survey dan dokumentasi.
Orang tua hendaknya menjadi pencinta buku,
Teknik analisi data meliputi : pengumpulan
dalam arti orang tua terbiasa bahkan menjadi
data (data collection), reduksi data (data
pribadi yang terbiasa membaca dan menulis.
reduction), penyajian data (data display), dan
Bermain dengan bacaan dan tulisan. Orang
simpulan (conclution).
tua meluangkan waktu untuk bermain literasi
dengan anak dan menyediakan berbagai
fasilitas literasi yang dapat menunjang
Pembahasan
kegiatan anak. Memanfaatkan sarana-
sarana lingkungan. Membawa anak ke toko Arus global yang melanda dunia, dan
buku, perpustakaan, kantor pos, menemani semakin cepatnya arus informasi dari berbagai
ketika anak menonton TV, dan mengenalkan belahan dunia hanya dapat diikuti dengan
anak dengan berbagai tulisan yang ada di baik jika orang mau membaca. Maka yang
sepanjang jalan yang dilalui (Tampubolon, pertama-tama ditanamkan pada generasi
1993: 47-61). bangsa adalah kemauan membaca. Budaya
membaca harus ditumbuhkan sejak dini.
Orang tua saat ini dituntut pula
Pentingnya budaya membaca telah ditegaskan
untuk dapat mengemas berbagai kegiatan
Taufik Ismail (2003), dalam tulisannya “Agar
literasi yang kreatif dan inovatif, sehingga
Anak Bangsa Tak Rabun Membaca Tak Pincang
kegiatan literasi tidak berjalan monoton dan
Mengarang’ ia mengatakan peradaban
membosankan bagi anak. Di era digital orang
bangsa ditentukan oleh penanaman literasi
tua dapat mengemas kegiatan literasi melalui
Nurgiantoro, 2016:47).
teknologi yang disesuaikan dengan usia anak.
Contohnya untuk kegiatan bercerita anak Pada awal anak belum dapat mengenali
dikenalkan dengan media ebook, kegiatan huruf dan belum dapat membaca apalagi
menulis dan menggambar digunakan tablet menulis, tetapi anak sudah dapat memahami
ataupun media teknologi lainnya, begitu bahwa dalam buku ada sesuatu yang menarik
pula dengan kegiatan berhitung. Dalam yang berguna bagi dirinya. Hal itu terjadi
pengenalan literasi melalui teknologi orang karena anak sering melihat orang tuanya
tua harus harus mendampingi, menetapkan melakukan kegiatan membaca dan menulis
peraturan dan jadwal yang baik serta sehat di rumah. Aktivitas literasi orang tua dan
bagi perkembangan anak. Yalda (2015), setiap anggota rumah lainnya di sekeliling anak akan
orang dewasa yang ingin membantu anak menanamkan kesadaran pada diri anak akan
dalam dunia digital, harus menelaah dengan budaya literasi.
cermat perilaku sendiri dalam bermedia serta
Berdasarkan survei yang dilakukan
tetapkan waktu bebas perangkat elektronik.
pada sejumlah orang tua yang memiliki
Oleh karena itu alternatif lain agar anak
anak usia dini di Kabupaten Bandung dan
tidak asik dengan dunia digitalnya orang tua
sebagaian besar dari mereka berada di
bisa mengajak anak-anak untuk berkebun

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 27


Dinar Nur Inten, Peran Keluarga dalam Menanamkan Literasi Dini pada Anak

rumah, diketahui dari 30 pertanyaan yang Pada point pertanyaan orang tua
diajukan berkaitan dengan peran orang tua memperdengarkan buku yang dibacanya
dalam menanamkan literasi dini pada anak serta menyampaikan bacaan yang di bacanya
14 pertanyaan berada pada kategori tinggi pada anak berada pada kategori jarang, hanya
atau sering dilakukan. Hal ini terutama sekitar 37,5% yang sering melakukannya. Padahal
70% orang tua sering memberikan perhatian, dengan seringnya orang tua memperdengarkan
memberikan kesempatan, memotivasi dengan pada anak bacaan yang dibacanya bisa
memfasilitasi kegiatan literasi anak di rumah. membantu anak menambah kosakata yang
dimilikinya serta melalui memperdengarkan
Dengan 70% partisipasi orang tua
bacaan pada anak dapat menjadi contoh
dalam kegiatan literasi di rumah maka wajar
yang efektif bagi anak bagaimana aktivitas
apabila hasil dan dampak yang diperlihatkan
membaca dapat dilakukan (Itadz, 2008:94).
pada perkembangan literasi dini anak-
Dengan seringnya anak memperoleh contoh
anaknya adalah 61,3% anak-anak sudah
dan teladan dalam kegiatan membaca akan
memperlihatkan perkembangan literasi dini
tumbuhlah minat baca anak dan secara suka
yang cukup baik. Hal ini terlihat jelas pada
rela anak pun akan belajar mengidentifikasi
tingkat kegiatan pramembaca (emergent
lambang-lambang tulis.
reading )anak bisa berbicara dengan jelas
70%, kemudian mengingat kembali kata- Kegiatan membuat surat saat ini
kata yang pernah diucapkannya 70%, sangatlah jarang, orang-orang lebih memilih
dan kegiatan anak membuka-buka buku untuk menggunakan media elektronik untuk
serta membaca sebagian buku bergambar mengirimkan berita. Hasil data menunjukkan
55%. Sedangkan pada kegiatan pramenulis nilai yang rendah yaitu 50% orang tua
(emergent writing) 72% anak –anak berada tidak pernah menggunakan surat untuk
pada kategori sering melakukan, yaitu pada mengirimkan berita. Membuat surat bersama
kegiatan : mencoret-coret, membuat garis dengan anak-anak merupakan salah satu
80%, membuat berbagai pola 75%, dan media literasi yang dapat dilakukan dengan
membuat huruf serta angka 62%. mudah oleh orang tua. Ketika membuat surat
anak diberikan contoh sekaligus dilibatkan
Namun pada beberapa item pertanyaan
dalam kegiatan membentuk huruf yang
orang tua menjawab dengan kategori jarang
bermakna serta penuh arti. Surat yang di
dan tidak pernah, seperti pada kegiatan
buat pun cukup terdiri dari 3 – 5 baris saja
mengajak anak membaca surat kabar
dengan tulisan yang besar dan jelas sehingga
bersama atau berbagi surat kabar dengan
akan mempermudah anak ketika berusaha
anak masih sangat jarang bahkan 45%
membacanya atau mengenali huruf-huruf
menjawab tidak pernah, hal ini dikarenakan
yang tertera dalam surat. Orang tua pun
keluarga hidup di daerah pedesaan yang
bisa membuat surat khusus yang dikirimkan
jarang berlangganan surat kabar kalau
untuk anak di rumah, anak akan tertarik dan
pun ada hanya sebatas bekas bungkus
merasa senang atas surat yang di terimanya.
walaupun ada sekitar 20% yang berlangganan
Untuk memfasilitasi anak-anak yang hidup di
dan rutin membaca surat kabar. Padahal
era digital kita pun dalam waktu tertentu bisa
menurut Bunanta (2008:4), orang tua
menggunakan media handphone atau smart
bisa menggunakan majalah-majalah bekas
phone untuk mengirimkan pesan ataupun
dan koran-koran bekas untuk pengenalan
berita di mana pesan atau berita tersebut
literasi dini, karena anak menyukai dan lebih
ditujukan pada ayah sang anak ataupun
memperhatikan tulisan-tulisan yang besar,
keluarga yang lain dan yang menuliskan pada
gambar-gambar yang berwarna dan iklan-
media tersebut adalah anak sendiri.
iklan yang ada pada tabloit tersebut. Dengan
media majalah serta koran bekas orang tua Hasil survey menunjukkan kesempatan,
dan anak dapat membuat kegiatan literasi motivasi, dan fasilitasi yang diberikan orang
yang menyenangkan seperti menggunting tua dalam mengembangkan literasi dini di
gambar-gambar dan tulisan kemudian di rumah cukup tinggi namun keteladanan
tempel pada karton atau buku gambar dan seperti kegiatan bercerita bersama anak,
menjadikannya hiasan dinding di kamar bercerita sebelum tidur dan kegiatan literasi
anak. Hal ini bisa dikatakan juga sebagai sendiri belum menjadi kepribadian dan
pajanan, Musthafa (2008) mengatakan kebiasaan bagi orang tua di rumah hal ini
dengan banyaknya pajanan yang dilihat oleh terlihat dari hasil survey yang menunjukkan
anak akan membantu mengasah kemampuan baru 30% orang tua bercerita bersama
anak pada hal literasi dini. anaknya, masih jarang melakukan 50%
dan sisanya tidak pernah. Sedangkan pada

28 ISSN 2549-8371 | EISSN 2580-5843


GOLDEN AGE, Vol. 1, No. 1 (Juni 2017)

kegiatan literasi menjadi kepribadian orang mengajak anak-anaknya ke perpustakaan


tua baru 20% yang sering melakukan, serta 75% mengatakan jarang dan tidak
65%nya masih jarang. Padahal telah kita pernah mengajak anak-anaknya untuk
ketahui bahwa keteladan dalam pendidikan mengunjungi perpustakaan ataupun toko
anak usia dini merupakan hal yang utama dan buku.
pertama karena anak merupakan makhluk
Hal ini sebenarnya bisa disiasati dengan
yang senang meniru.
mengenalkan anak untuk merawat dan
Memberikan contoh langsung dalam menyayangi buku-buku yang telah ada atau
kegiatan literasi dini sangatlah diperlukan, dimiliki keluarga dengan membuat pojok
menurut Itadz (2008:94), stimulasi dalam baca atau perpustakaan keluarga. Libatkan
kegiatan literasi dini lebih penting dari anak dalam menyusun dan merapihkan
pada mengajarkan menulis dan membaca. buku-buku kemudian letakkan buku-buku
Menstimulasi memberikan efek menyenangkan anak-anak pada tempat yang mudah dilihat
sedangkan mengajarkan apalagi memaksakan dan terjangkau oleh anak. Buku-buku bagi
justru bisa menghilangkan minat anak untuk anak tidaklah harus selalu baru karena anak
melakukan kegiatan literasi. Padahal anak menyukai hal-hal yang diulang begitu pula
akan mudah tertarik dan tertantang apabila dengan cerita. Anak-anak tidak akan bosan
orang tua dapat menciptakan berbagai media mendengar cerita yang disukainya mereka
literasi ataupun membangun atmosper literasi bahkan akan meminta kita membacakanya
di lingkungan rumah serta menyusun berbagai berulang-ulang dan akan selalu mendengarkan
kegiatan out door yang sarat dengan muatan dengan semangat yang sama besar ketika
literasi. Oleh karena itu orang tua dituntut pertama kali cerita itu dibacakan (Bunanta,
kreatif dalam mengembangkan literasi dini. 2008:6).
Pembiasaan bercerita dalam keluarga, Kegiatan membaca akan berjalan
baik bercerita langsung dengan cerita dengan baik dan bermakna apabila orang tua
hasil karya sendiri ataupun bercerita meluangkan waktu yang cukup, kesabaran
menggunakan buku semuanya merupakan dan penuh perhatian sampai anak dapat
hal yang mendukung tumbuhnya literasi membedakan nama-nama dan tulisan yang
dalam keluarga. Menurut Bunanta, 2008:9, ada pada buku dengan jelas. Orang tua pun
keuntungan membacakan buku adalah bisa memfasilitasi kegiatan bercerita dengan
ada kemungkinan anak dapat membaca menulis cerita karya sendiri ataupun karya
sebelum masuk sekolah karena terbiasa berdua dengan anak pada lembaran kertas
melihat huruf dan kata-kata yang di yang di hias indah. Ataupun anak-anak
bacakan, sedangkan kelebihan mendongeng berusia 1-3 tahun orang tua bisa membuat
langsung tanpa teks adalah anak dapat ikut media big book yaitu menuliskan cerita pada
diajak mengekspresikan dirinya. Melalui kertas berukuran besar yang pada setiap helai
berceritapun akan menumbuhkan sifat kertasnya hanya memuat 3-5 baris saja dan
positif dan pemahaman bagi anak bahwa di sebelah kertas yang berisi tulisan di buat
cerita yang diwujudkan dalam bahasa itu gambar yang menceritakan tulisannya.
dapat dituliskan dalam huruf cetakan yang
Berdasarkan data diatas terlihat
kemudian dapat dibaca, hal inilah yang
bahwasanya sebagian orang tua telah aktif
menjadikan anak setelah senang akan
berperan menanamkan kegiatan literasi
cerita berlanjut menyenangi kegiatan coret-
dini dalam keluarga melalui pemberian
mencoret, tulis menulis menuangkan cerita
kesempatan, motivasi dan memfasilitasi
yang didengarnya ke dalam tulisan.
kegiatan literasi yang dilakukan anak, namun
Di daerah tempat survey dilakukan ada yang masih kurang yaitu kurangnya
memang cukup jauh untuk mengaskses toko keteladanan orang tua dalam kegiatan
buku yang penuh dengan buku-buku bacaan literasi dini seperti bercerita bersama anak,
dan perpustakaan terdekatpun memerlukan membuat cerita sendiri, menulis surat
waktu tempuh sekitar satu sampai satu jam bersama serta menjadikan kegiatan membaca
setengah dari lokasi, bila pun ada perpustakaan dan menulis sebuah kebiasaan orang tua.
keliling yang menggunakan mobil buku- Hal ini menyebabkan minimnya rangsangan
buku yang disediakan kuranglah menarik yang didapat anak untuk kegiatan pramenulis
bagi anak-anak. Maka tidak mengherankan terlihat dari persentase kegiatan anak
kalau hasil survey menunjukkan hanya pura-pura menulis, membaca gambar dan
15% orang tua yang sering mengajak anak- mengaitkan tulisan dengan pengalaman serta
anak ke toko buku dan 10% yang pernah memastikan arti tulisan hanya sekitar 35%.

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 29


Dinar Nur Inten, Peran Keluarga dalam Menanamkan Literasi Dini pada Anak

Cerita yang di bacakan oleh orang tua akan (2009: 11), capaian bahasa tulis anak
membantu tumbuhnya keaksaraan pada didasarkan pada kebutuhan individu anak.
anak atau pramenulis, Schickendaz (1999) Anak-anak akan selalu berusaha mencoba
berbicara dan mendengarkan (sebagaimana menuliskan berbagai huruf terutama huruf-
bermain dan menggambar) merupakan sarana huruf yang mudah di bentuk seperti o ataupun
dan media pengembangan pengetahuan i. Setelah mereka mencoret atau menulis
tentang bahasa tulis dan bahasa lisan (Itadz, lalu mereka akan berpura-pura membacakan
2008:90). tulisan yang mereka buat.
Dalam kegiatan pramenulis usaha Beberapa anak masih kurang tertarik
pertama yang anak lakukan biasanya adalah dengan kegiatan menulis apalagi contoh
mencoret atau coretan, dan coretan ini dan keteladanan yang didapatkan di rumah
pun menjadi awal pelajaran seni yaitu masih kurang, maka kita bisa membuat pojok
menggambar. Walaupun usaha awal anak menulis bagi anak, dengan menyediakan
untuk menulis sangatlah berbeda-beda, berbagai media yang menarik misalnya
bergantung banyaknya ragam contoh yang nampan yang berisi pasir, plastisin, tanah
di temui anak di sekitarnya. Anak-anak liat, tepung, bahkan garam. Kita pun bisa
yang terbiasa dikenalkan oleh orang tuanya menyediakan alat tulis lengkap serta kertas-
pada berbagai pajanan huruf dan gambar kertas kosong di atas meja yang dapat
yang ada di sekitar mereka, baik di rumah, dengan mudah anak mengambilnya. Ketika
sekolah dan ketika mereka bepergian maka anak di ajak untuk berbelanja maknan kita
kemampuan literasinya akan semakin bisa meminta mereka untuk menuliskan
terasah. Penting bagi anak-anak untuk terus daftar makanan yang akan di belinya pada
menggambar dan mencoret menuangkan selembar kertas. Selain hal di atas secara
pengalaman kesehariannya, karena menurut bertahap biasakan diri kita sebagai orang
Baghban (2007), menggambar dan mencoret tua untuk rutin menulis, atau membuat
mendorong penulisan pertama, dan penulisan tulisan dan menyebutkan huruf-huruf serta
ini menjadi bacaan pertama yang anak-anak arti dari tulisan yang kita buat, kemudian
tulis sendiri (Beaty: 2015). menempelkannya di pojok menulis.
Hasil survey menunjukkan Hal lain yang dapat dilakukan oleh
kebiasaan orang tua untuk membacakan orang tua dalam memfasilitasi kegiatan
dan menyebutkan huruf-huruf yang di literasi di rumah yaitu menempelkan berbagai
temui di sekitar anak sebesar 35% maka kertas warna-warni yang berisikan tulisan
wajar bila kemampuan pramenulis anak sesuai benda yang dijadikan tempelannya di
untuk membentuk dan membuat kata- sebut juga pajanan, misalnya pada dinding
kata sederhana baru mencapai 30%. Saat kita tempelkan secarik kertas bertuliskan
anak mulai menyusun pengetahuannya “Dinding”. Perlu kita ketahui pada waktu
mengenai kegiatan menulis mereka akan menulis kenalkanlah tata cara menulis
mengambil informasi tertentu dari tulisan yang benar, seperti huruf besar di awal
disekitar mereka (Beaty, 2015:357). Ketika dan huruf kecil selanjutnya. Kemudian
anak melihat orang dewasa menulis dan merancang berbagai permainan menarik
kemudian membacakannya, anak mulai dengan menggunakan media yang ada
memahami bahwa suatu tulisan memiliki disekitar seperti ranting, tanah, daun dll.
makna maka anak pun akan berusaha Serta bisa menggunakan berbagai fasilitas
mencoret, menggambar membuat tulisan teknologi yang sekarang marak di gunakan
dan menyampaikan maknanya. Dari hal ini seperti hand phone, smart phone, tab dan
anak mengetahui bahwa untuk mendapatkan yang lainnya, hanya penggunaanya perlu
sesuatu atau menyampaikan sesuatu bukan pengawasan dan pada waktu tertentu.
hanya melalui lisan tetapi bisa pula melalui
Peran kita sebagai orang tua dalam
tulisan.
menumbuhkan literasi dini dalam keluarga
Dalam kegiatan mencoret, menggambar utamanya adalah menjadi teladan dan
dan kemudian membentuk huruf biasanya memberikan contoh langsung dalam
anak-anak akan mengalami kesalahan keseharian sehingga dengan seringnya anak
seperti terbalik bentuknya atau arahnya tapi melihat kebiasaan yang kita lakukan anak pun
kemudian dia akan menulis membentuk huruf akan terdorong dan tertarik untuk melakukan
dengan benar, hal ini terjadi karena untuk apa yang kita lakukan.
mengenali huruf-huruf anak memerlukan
tahapan dan latihan serta menurut Musfiroh

30 ISSN 2549-8371 | EISSN 2580-5843


GOLDEN AGE, Vol. 1, No. 1 (Juni 2017)

Kesimpulan Hal-hal yang bisa dilakukan orang


tua dalam menanamkan literasi dini dalam
Peran orang tua dalam menanamkan
keluarga antara lain: usia 0- 1 tahun
literasi dini dalam keluarga bukan dengan
kegiatan literasi yang bisa diberikan adalah
cara drill atau paksaan tetapi melalui contoh
mendongeng atau membacakan cerita
langsung dan keteladanan. Melalui contoh
bergambar. Pada usia 3 - 4 tahun kegiatan
dan keteladanan dalam keluarga akan
literasi selain dengan membaca dan mencoret-
merangsang timbulnya rasa ketertarikan
coret seperti biasa, anak dapat dilibatkan
anak untuk lebih mengenal, mengetahui dan
pada kegiatan permainan huruf dan menulis
memahami kegiatan literasi dini.
dengan menggunakan plestisin, tanah liat,
Orang tua dituntut untuk dapat pasir ataupun tepung, dan bisa pula di
mengemas berbagai kegiatan literasi dini yang kenalkan dengan kegiatan berhitung kue,
menyenangkan, menarik dan menantang ataupun sayuran. Untuk usia 4 – 6 tahun
anak. Melalui berbagai media seperti big anak dapat diajak untuk membuat big book
book karya orang tua dan anak, pajanan di yang disertai gambar, membuat tulisan
di rumah, pasir, tepung, tanah liat, ranting berhias yang di tempel pada benda-benda
pohon, kertas bekas, makanan, lingkungan yang ada di rumah ( tulisan dinding di
sekitar rumah dan bahkan dengan berbagai tempel di dinding) kegiatan out door seperti
media yang melibatkan teknologi canggih berkebun (dikenalkan berhitung, menulis
seperti handphone, tablet dan teknologi nama tanaman dan membacanya) ataupun
lainnya. kegiatan literasi dengan menggunakan
teknologi seperti kegiatan membaca ebook
Lingkungan literat yang di bangun oleh
, menuliskan berita atau pesan dengan
orang tua berperan memberikan stimulasi
menggunakan Short Massage Service (SMS)
literasi dini yang lebih berfokus kepada
atau Whatsapp, serta menggunakan fasilitas
memberikan rangsangan literasi visual dan
tab ataupun smart phone untuk mmewarnai
verbal agar anak dapat menggunakannya
dan menggambar.
secara optimal untuk mengekspresikan
gagasan dan ide yang ada dalam pikirannya. Menciptakan suasana literasi yang
Serta melalui lingkungan literat dan pelibatan santai, nyaman dan menyenangkan
anak dalam beragam kegiatan literasi dalam keluarga akan menyuburkan dan
keluarga, mereka akan belajar bahwa menumbuhkan budaya literasi dini pada diri
membaca dan menulis berguna untuk anak. Anak akan tertarik dan terpicu dirinya
menyelesaikan berbagai tujuan yang nyata untuk mengenal dan mengetahui lebih dalam
dalam kehidupannya. kegiatan literasi.
Keluarga yang memiliki lingkungan
literat yang baik akan dapat melahirkan
Daftar Pustaka
generasi bangsa yang melek akan membaca
dan menulis dan membawa Indonesia raya ke Beaty. J. (2015). Observasi Perkembangan
dalam kemajuan dan keunggulan. Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
Bunanta. M. (2008). Buku mendongeng dan
Orang tua adalah orang yang memegang
Minat Membaca. Jakarta: KPBA.
peranan penting dalam keluarga dan orang
Dhine. N. (2008). Metode Pengembangan
yang pertama serta utama menanamkan
Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
berbagai hal yang berpengaruh untuk
Itadz. (2008). Memilih, Menyusun dan
kepribadian anak kelak. Maka orang tua di
menyajikan Cerita untuk Anak Usia Dini.
tuntut untuk menjadi teladan dan contoh
Yogyakarta: Tiara Wacana.
langsung dalam kehidupan anak, salah
Musfiroh. T. (2009). Menumbuhkembangkan
satunya sebagai contoh dalam menanamkan
Baca-Tulis Anak Usia Dini. Jakarta:
literasi dini.
Gramedia
Orang tua sebagai aktor utama dalam Musthafa. B. (2008). Dari Literasi Dini Ke
keluarga sebaiknya dapat meluangkan waktu Literasi Teknologi. Jakarta: Yayasan
untuk kegiatan menulis dan membaca di CREST.
rumah bersama anak-anak serta menciptakan Nurgiyantoro. B. (2015). Sastra Anak.
berbagai teknik dan media yang kreatif serta Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
inovatif serta mengaitkan kegiatan literasi Tampubolon. (1993). Mengembangkan Minat
dengan kemajuan teknologi yang digemari dan Kebiasan Membaca Pada Anak.
anak-anak. Bandung: Angkasa.

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 31


Dinar Nur Inten, Peran Keluarga dalam Menanamkan Literasi Dini pada Anak

Yalda. (2015). Media Mam and Digital Dady. Peingkat Literasi Indonesia Nomor 2 dari
Solo: Metagraf. Bawah (23 April 2016). http://www.
Yusuf. S. (2009). Psikologi Perkembangan femina.co.id/trending-topic/peringkat-
Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya. literasi-indonesia-nomor-dua-dari-bawah

32 ISSN 2549-8371 | EISSN 2580-5843

You might also like