Professional Documents
Culture Documents
1 (Juni 2017)
Abstract
The family is the first and foremost environment in the child’s life. It is the family who
has a very important role in developing the child’s personality as well as in cultivating
early literacy. This study aims to obtain information about the role of families in instilling
early literacy in children in Kec. Cimaung, Kab. Bandung. The method used in this study
is descriptive study. The data obtained is analyzed to know the meaning which is then
presented in in form of narrative. The result of the research shows that the opportunity,
motivation, and facilitation given by parents in developing early literacy at home is high.
However, the modelling activity conducted by the parent like reading, writing, telling
stories to the children before going to bed, dictating the letters is still lacking. Thus,
parents have not been able to make literacy activities into personalities and a habit at
home. This has an impact on the low interest of children’s literacy, especially in terms of
forming simple words and stringing letters into words. Early literacy will grow well in the
child if the parents are able to become a role model and direct examples in everyday life
and make the activities of literacy as an important part of their personality. In the face
of the digital age, parents are in demand to be able to use technology to introduce early
literacy in the family that is adjusted to the level of child development. Through family
role-modelling, children’s involvement in literacy activities and support from all family
members will make children love the culture of literacy. Children who grow in the literary
environment will know a lot of information and be able to open the horizon of the world
and ultimately will bring progress for himself, family, society and Indonesia.
Keywords: Family, Early Literacy, and Children.
Abstrak
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama dalam kehidupan anak.
Keluargalah yang memiliki peran yang sangat penting dalam upaya mengembangkan
kepribadian anak begitu pula dalam penanaman literasi dini. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh informasi mengenai Peran keluarga dalam menanamkan literasi dini pada
anak di Kec. Cimaung, Kab. Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini studi
deskriptif, yaitu data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui makna dari data-data
yang diperoleh dan di sajikan secara narasi. Hasil penelitian menunjukkan kesempatan,
motivasi, dan fasilitasi yang diberikan orang tua dalam mengembangkan literasi dini
di rumah cukup tinggi namun keteladanan seperti kegiatan orang tua membaca dan
menulis, kegiatan bercerita bersama anak, bercerita sebelum tidur, kebiasaan orang tua
untuk membacakan dan menyebutkan huruf-huruf yang di temui di sekitar anak masihlah
kurang. Dan orang tua belum mampu menjadikan kegiatan literasi menjadi kepribadian
serta sebuah kebiasaan di rumah. Hal ini berdampak pada rendahnya minat literasi anak
terutama dalam hal membentuk, membuat kata-kata sederhana dan merangkai huruf
menjadi kata. Literasi dini akan tumbuh dalam diri anak dengan baik jika orang tua mampu
menjadi teladan dan contoh langsung dalam kesehariannya serta menjadikan kegiatan
literasi sebagai bagian penting dari pribadinya. Dalam menghadapi era digital orang tua pun
di tuntut dapat menggunakan teknologi untuk mengenalkan literasi dini dalam keluarga
yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Melalui keteladan dalam keluarga,
keterlibatan anak dalam kegiatan literasi dan dukungan dari seluruh anggota keluarga
akan menjadikan anak mencintai budaya literasi. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan
literat akan mengetahui banyak informasi dan mampu membuka cakrawala dunia dan
akhirnya akan membawa kemajuan untuk dirinya, keluarga, masyarakat dan Indonesia.
Kata Kunci: Keluarga, Literasi Dini, dan Anak.
membaca anak usia dini yaitu : Tahap Kemampuan menulis anak usia dini
fantasi (Magical Stage), anak belajar menurut Marrow (1993) terdiri dari lima tahap
menggunakan buku, melihat dan membalik – : yang pertama, Writing via drawing, menulis
balik lembaran buku kesukaannya, kemudian dengan cara menggambar. Kedua Writing
tahap pembentukan konsep diri (Self via scribbing, yaitu menulis dengan cara
Concept Stage), anak memandang dirinya menggores. Ketiga Writing via reproducing
sebagai “pembaca” keterlibatan anak dalam well-learned unit or letter sting, yaitu
kegiatan membaca dan pura-pura membaca. menulis dengan cara menghasilkan huruf-
Dilanjutkan dengan tahap membaca gambar huruf atau unit yang sudah baik, contohnya
(Bridging Reading Stage), dalam diri anak mencoba menulis namanya. Ke empat,
mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam Writing via invented spelling, menulis dengan
buku dan menemukan kata yang pernah mencoba mengeja satu persatu, anak
ditemui sebelumnya, dapat mengungkap kata- mengeja walaupun masih banyak kesalahan.
kata yang berhubungan dengan dirinya. Pada Dan tahap kelima, Writing via convencional
tahap selanjutnya adalah tahap pengenalan spelling, yaitu menulis dengan cara mengeja
bacan (Take off Reader Stage), anak mulai langsung, anak sudah memiliki kemampuan
menggunakan tiga sistem isyarat (graphonik, mengeja dengan tepat dan benar (Dhinie,
semantik, dan sintaksis) anak mulai tertarik 2008: 3.11).
pada bacaan, tanda-tandanya, dan berusaha
Kemampuan membaca dan
mengenal serta membaca tanda-tanda pada
menulis merupakan dua kegiatan yang
lingkungannya. Dan tahap yang terakhir
kompleks, banyak hal yang berkaitan dan
adalah tahap membaca lancar (Independet
mempengaruhi dua kegiatan tersebut.
Reader Stage), pada tahap ini anak membaca
Lingkungan utamanya keluarga sangat
berbagai jenis buku.
berperan penting dalam mengembangkan
Setelah anak terbiasa dengan kegiatan kedua kemampuan tersebut. Tampubolon
membaca di rumah, maka kegiatan literasi (1990: 90-91) mengatakan faktor-faktor yang
didini selanjutnya adalah menulis. Anak mempengaruhi kemampuan membaca dan
yang tumbuh di keluarga yang literat akan menulis terbagi atas dua bagian, yaitu faktor
terbiasa melihat kegiatan menulis kemudian endogen dan eksogen. Faktor endogen adalah
akan tumbuh minat anak untuk mulai faktor-faktor perkembangan baik bersifat
menggores-goreskan alat tulis membentuk biologis, namun psikologis dan linguistik yang
huruf-huruf yang sering dia lihat di buku- timbul dari diri anak, sedangkan eksogen
buku yang dibacakan orang tuanya. Anak adalah faktor lingkungan, kedua faktor ini
mulai mengetahui bahwa apa yang sering saling terkait, yaitu bahwa kemampuan
dibaca oleh orang tuanya adalah hal yang membaca dan menulis dipengaruhi secara
menarik begitu pula goresan-goresan pena bersama.
yang dilakukan oleh ayah ibunya mengandung
Menurut penelitian Marrew (1993),
makna tertentu sehingga timbullah rasa ingin
keluarga terutama orang tua berperan sebagai
mengatahui anak tentang makna di dalam
model perilaku. Berdasarkan penelitian yang
tulisan.
telah dilakukannya, anak-anak yang pandai
Menulis bagi anak merupakan membaca dan menulis sebelum masuk sekolah
kegiatan mencoret-coret, menggaris-garis, adalah mereka yang berasal dari keluarga
menggambar membentuk berbagai hal yang berbudaya baca tulis (Dhinie, 2008:5.20).
ada dalam pikirannya. Menurut Dhinie, 2008: Kebiasaan yang telah ditanamkan oleh orang
3.11, menulis merupakan salah satu media tua sejak dini akan menjadi fondasi dasar bagi
untuk berkomunikasi, di mana anak dapat kehidupan anak kelak. Anak-anak merupakan
menyampaikan makna, ide, pikiran dan sosok individu yang senang meniru.
perasaannya melalui untaian kata-kata yang
Menurut Leichter (1984), perkembangan
bermakna.
literasi dini dipengaruhi oleh keluarga
Kegiatan menulis pada anak usia dalam hal-hal berikut ini yaitu: pertama,
dini haruslah memperhatikan kesiapan interaksi interpersonal, yaitu pengalaman-
dan kematangan anak. Kegiatan menulis pengalaman baca tulis bersama orang tua,
memerlukan kematangan perkembangan saudara dan anggota lainnya di rumah. Kedua
motorik halus serta konsentrasi anak berupa lingkungan fisik, yaitu mencakup bahan-
kematangan anak dalam memegang alat bahan literasi di rumah dan ketiga suasana
tulis dan kemampuannya dalam menggerak- yang penuh perasaan (emosional) dan
gerakakan jari jemari serta tanggan untuk memberikan dorongan (motivasi) yang cukup
meniru bentuk dan menulis.
hubungan antar individu di rumah, terutama bersama, atau pun memancing dan kegiatan
yang tercermin pada kegiatan literasi dini out door lainnya yang dikemas dalam kegiatan
(Dhinie, 2008:5.20). Anak-anak yang terbiasa literesi yang menarik, menyenangkan, dan
dilibatkan dan mendapat dukungan dari menantang bagi anak.
keluarga dalam kegiatan literasi, mereka
memiliki keberanian untuk menuangkan
ide-ide dan gagasan yang mereka miliki baik Metodologi Penelitian
secara langsung maupun secara tulisan. Hal
Metode yang digunakan dalam
ini mereka lakukan baik dalam lingkungan
penelitian ini yaitu studi deskriptif. Penelitian
keluarga, sekolah ataupun masyarakat di
ini bertujuan untuk memproleh informasi
mana anak tersebut tinggal.
penting mengenai Peran keluarga dalam
Keteladanan, keterlibatan anak secara menanamkan lietrasi dini pada anak di Kec.
langsung dan dorongan dari orang dewasa Cimaung, Kab. Bandung, kemudian data yang
disekitar anak akan membantu tumbuhnya diperoleh dianalisis untuk mengetahui makna
minat akan kegiatan literasi. Berikut ini dari data-data yang diperoleh dan di sajikan
beberapa hal yang yang dapat dilakukan oleh secara narasi.
orang tua sebagai usaha menanamkan literasi
Subjek kasus dalam penelitian ini
dini dalam keluarga, diantaranya: Mendorong
adalah ibu-ibu/ orang tua yang memiliki
perkembangan bahasa anak, melalui kegiatan
anak-anak di usia pra sekolah yaitu usia 0-6
bercerita, bercakap-cakap dan bernyanyi.
tahun. Pengambilan data dilakukan melalui
Menjadi teladan dalam kegiatan literasi.
wawancara dan survey dan dokumentasi.
Orang tua hendaknya menjadi pencinta buku,
Teknik analisi data meliputi : pengumpulan
dalam arti orang tua terbiasa bahkan menjadi
data (data collection), reduksi data (data
pribadi yang terbiasa membaca dan menulis.
reduction), penyajian data (data display), dan
Bermain dengan bacaan dan tulisan. Orang
simpulan (conclution).
tua meluangkan waktu untuk bermain literasi
dengan anak dan menyediakan berbagai
fasilitas literasi yang dapat menunjang
Pembahasan
kegiatan anak. Memanfaatkan sarana-
sarana lingkungan. Membawa anak ke toko Arus global yang melanda dunia, dan
buku, perpustakaan, kantor pos, menemani semakin cepatnya arus informasi dari berbagai
ketika anak menonton TV, dan mengenalkan belahan dunia hanya dapat diikuti dengan
anak dengan berbagai tulisan yang ada di baik jika orang mau membaca. Maka yang
sepanjang jalan yang dilalui (Tampubolon, pertama-tama ditanamkan pada generasi
1993: 47-61). bangsa adalah kemauan membaca. Budaya
membaca harus ditumbuhkan sejak dini.
Orang tua saat ini dituntut pula
Pentingnya budaya membaca telah ditegaskan
untuk dapat mengemas berbagai kegiatan
Taufik Ismail (2003), dalam tulisannya “Agar
literasi yang kreatif dan inovatif, sehingga
Anak Bangsa Tak Rabun Membaca Tak Pincang
kegiatan literasi tidak berjalan monoton dan
Mengarang’ ia mengatakan peradaban
membosankan bagi anak. Di era digital orang
bangsa ditentukan oleh penanaman literasi
tua dapat mengemas kegiatan literasi melalui
Nurgiantoro, 2016:47).
teknologi yang disesuaikan dengan usia anak.
Contohnya untuk kegiatan bercerita anak Pada awal anak belum dapat mengenali
dikenalkan dengan media ebook, kegiatan huruf dan belum dapat membaca apalagi
menulis dan menggambar digunakan tablet menulis, tetapi anak sudah dapat memahami
ataupun media teknologi lainnya, begitu bahwa dalam buku ada sesuatu yang menarik
pula dengan kegiatan berhitung. Dalam yang berguna bagi dirinya. Hal itu terjadi
pengenalan literasi melalui teknologi orang karena anak sering melihat orang tuanya
tua harus harus mendampingi, menetapkan melakukan kegiatan membaca dan menulis
peraturan dan jadwal yang baik serta sehat di rumah. Aktivitas literasi orang tua dan
bagi perkembangan anak. Yalda (2015), setiap anggota rumah lainnya di sekeliling anak akan
orang dewasa yang ingin membantu anak menanamkan kesadaran pada diri anak akan
dalam dunia digital, harus menelaah dengan budaya literasi.
cermat perilaku sendiri dalam bermedia serta
Berdasarkan survei yang dilakukan
tetapkan waktu bebas perangkat elektronik.
pada sejumlah orang tua yang memiliki
Oleh karena itu alternatif lain agar anak
anak usia dini di Kabupaten Bandung dan
tidak asik dengan dunia digitalnya orang tua
sebagaian besar dari mereka berada di
bisa mengajak anak-anak untuk berkebun
rumah, diketahui dari 30 pertanyaan yang Pada point pertanyaan orang tua
diajukan berkaitan dengan peran orang tua memperdengarkan buku yang dibacanya
dalam menanamkan literasi dini pada anak serta menyampaikan bacaan yang di bacanya
14 pertanyaan berada pada kategori tinggi pada anak berada pada kategori jarang, hanya
atau sering dilakukan. Hal ini terutama sekitar 37,5% yang sering melakukannya. Padahal
70% orang tua sering memberikan perhatian, dengan seringnya orang tua memperdengarkan
memberikan kesempatan, memotivasi dengan pada anak bacaan yang dibacanya bisa
memfasilitasi kegiatan literasi anak di rumah. membantu anak menambah kosakata yang
dimilikinya serta melalui memperdengarkan
Dengan 70% partisipasi orang tua
bacaan pada anak dapat menjadi contoh
dalam kegiatan literasi di rumah maka wajar
yang efektif bagi anak bagaimana aktivitas
apabila hasil dan dampak yang diperlihatkan
membaca dapat dilakukan (Itadz, 2008:94).
pada perkembangan literasi dini anak-
Dengan seringnya anak memperoleh contoh
anaknya adalah 61,3% anak-anak sudah
dan teladan dalam kegiatan membaca akan
memperlihatkan perkembangan literasi dini
tumbuhlah minat baca anak dan secara suka
yang cukup baik. Hal ini terlihat jelas pada
rela anak pun akan belajar mengidentifikasi
tingkat kegiatan pramembaca (emergent
lambang-lambang tulis.
reading )anak bisa berbicara dengan jelas
70%, kemudian mengingat kembali kata- Kegiatan membuat surat saat ini
kata yang pernah diucapkannya 70%, sangatlah jarang, orang-orang lebih memilih
dan kegiatan anak membuka-buka buku untuk menggunakan media elektronik untuk
serta membaca sebagian buku bergambar mengirimkan berita. Hasil data menunjukkan
55%. Sedangkan pada kegiatan pramenulis nilai yang rendah yaitu 50% orang tua
(emergent writing) 72% anak –anak berada tidak pernah menggunakan surat untuk
pada kategori sering melakukan, yaitu pada mengirimkan berita. Membuat surat bersama
kegiatan : mencoret-coret, membuat garis dengan anak-anak merupakan salah satu
80%, membuat berbagai pola 75%, dan media literasi yang dapat dilakukan dengan
membuat huruf serta angka 62%. mudah oleh orang tua. Ketika membuat surat
anak diberikan contoh sekaligus dilibatkan
Namun pada beberapa item pertanyaan
dalam kegiatan membentuk huruf yang
orang tua menjawab dengan kategori jarang
bermakna serta penuh arti. Surat yang di
dan tidak pernah, seperti pada kegiatan
buat pun cukup terdiri dari 3 – 5 baris saja
mengajak anak membaca surat kabar
dengan tulisan yang besar dan jelas sehingga
bersama atau berbagi surat kabar dengan
akan mempermudah anak ketika berusaha
anak masih sangat jarang bahkan 45%
membacanya atau mengenali huruf-huruf
menjawab tidak pernah, hal ini dikarenakan
yang tertera dalam surat. Orang tua pun
keluarga hidup di daerah pedesaan yang
bisa membuat surat khusus yang dikirimkan
jarang berlangganan surat kabar kalau
untuk anak di rumah, anak akan tertarik dan
pun ada hanya sebatas bekas bungkus
merasa senang atas surat yang di terimanya.
walaupun ada sekitar 20% yang berlangganan
Untuk memfasilitasi anak-anak yang hidup di
dan rutin membaca surat kabar. Padahal
era digital kita pun dalam waktu tertentu bisa
menurut Bunanta (2008:4), orang tua
menggunakan media handphone atau smart
bisa menggunakan majalah-majalah bekas
phone untuk mengirimkan pesan ataupun
dan koran-koran bekas untuk pengenalan
berita di mana pesan atau berita tersebut
literasi dini, karena anak menyukai dan lebih
ditujukan pada ayah sang anak ataupun
memperhatikan tulisan-tulisan yang besar,
keluarga yang lain dan yang menuliskan pada
gambar-gambar yang berwarna dan iklan-
media tersebut adalah anak sendiri.
iklan yang ada pada tabloit tersebut. Dengan
media majalah serta koran bekas orang tua Hasil survey menunjukkan kesempatan,
dan anak dapat membuat kegiatan literasi motivasi, dan fasilitasi yang diberikan orang
yang menyenangkan seperti menggunting tua dalam mengembangkan literasi dini di
gambar-gambar dan tulisan kemudian di rumah cukup tinggi namun keteladanan
tempel pada karton atau buku gambar dan seperti kegiatan bercerita bersama anak,
menjadikannya hiasan dinding di kamar bercerita sebelum tidur dan kegiatan literasi
anak. Hal ini bisa dikatakan juga sebagai sendiri belum menjadi kepribadian dan
pajanan, Musthafa (2008) mengatakan kebiasaan bagi orang tua di rumah hal ini
dengan banyaknya pajanan yang dilihat oleh terlihat dari hasil survey yang menunjukkan
anak akan membantu mengasah kemampuan baru 30% orang tua bercerita bersama
anak pada hal literasi dini. anaknya, masih jarang melakukan 50%
dan sisanya tidak pernah. Sedangkan pada
Cerita yang di bacakan oleh orang tua akan (2009: 11), capaian bahasa tulis anak
membantu tumbuhnya keaksaraan pada didasarkan pada kebutuhan individu anak.
anak atau pramenulis, Schickendaz (1999) Anak-anak akan selalu berusaha mencoba
berbicara dan mendengarkan (sebagaimana menuliskan berbagai huruf terutama huruf-
bermain dan menggambar) merupakan sarana huruf yang mudah di bentuk seperti o ataupun
dan media pengembangan pengetahuan i. Setelah mereka mencoret atau menulis
tentang bahasa tulis dan bahasa lisan (Itadz, lalu mereka akan berpura-pura membacakan
2008:90). tulisan yang mereka buat.
Dalam kegiatan pramenulis usaha Beberapa anak masih kurang tertarik
pertama yang anak lakukan biasanya adalah dengan kegiatan menulis apalagi contoh
mencoret atau coretan, dan coretan ini dan keteladanan yang didapatkan di rumah
pun menjadi awal pelajaran seni yaitu masih kurang, maka kita bisa membuat pojok
menggambar. Walaupun usaha awal anak menulis bagi anak, dengan menyediakan
untuk menulis sangatlah berbeda-beda, berbagai media yang menarik misalnya
bergantung banyaknya ragam contoh yang nampan yang berisi pasir, plastisin, tanah
di temui anak di sekitarnya. Anak-anak liat, tepung, bahkan garam. Kita pun bisa
yang terbiasa dikenalkan oleh orang tuanya menyediakan alat tulis lengkap serta kertas-
pada berbagai pajanan huruf dan gambar kertas kosong di atas meja yang dapat
yang ada di sekitar mereka, baik di rumah, dengan mudah anak mengambilnya. Ketika
sekolah dan ketika mereka bepergian maka anak di ajak untuk berbelanja maknan kita
kemampuan literasinya akan semakin bisa meminta mereka untuk menuliskan
terasah. Penting bagi anak-anak untuk terus daftar makanan yang akan di belinya pada
menggambar dan mencoret menuangkan selembar kertas. Selain hal di atas secara
pengalaman kesehariannya, karena menurut bertahap biasakan diri kita sebagai orang
Baghban (2007), menggambar dan mencoret tua untuk rutin menulis, atau membuat
mendorong penulisan pertama, dan penulisan tulisan dan menyebutkan huruf-huruf serta
ini menjadi bacaan pertama yang anak-anak arti dari tulisan yang kita buat, kemudian
tulis sendiri (Beaty: 2015). menempelkannya di pojok menulis.
Hasil survey menunjukkan Hal lain yang dapat dilakukan oleh
kebiasaan orang tua untuk membacakan orang tua dalam memfasilitasi kegiatan
dan menyebutkan huruf-huruf yang di literasi di rumah yaitu menempelkan berbagai
temui di sekitar anak sebesar 35% maka kertas warna-warni yang berisikan tulisan
wajar bila kemampuan pramenulis anak sesuai benda yang dijadikan tempelannya di
untuk membentuk dan membuat kata- sebut juga pajanan, misalnya pada dinding
kata sederhana baru mencapai 30%. Saat kita tempelkan secarik kertas bertuliskan
anak mulai menyusun pengetahuannya “Dinding”. Perlu kita ketahui pada waktu
mengenai kegiatan menulis mereka akan menulis kenalkanlah tata cara menulis
mengambil informasi tertentu dari tulisan yang benar, seperti huruf besar di awal
disekitar mereka (Beaty, 2015:357). Ketika dan huruf kecil selanjutnya. Kemudian
anak melihat orang dewasa menulis dan merancang berbagai permainan menarik
kemudian membacakannya, anak mulai dengan menggunakan media yang ada
memahami bahwa suatu tulisan memiliki disekitar seperti ranting, tanah, daun dll.
makna maka anak pun akan berusaha Serta bisa menggunakan berbagai fasilitas
mencoret, menggambar membuat tulisan teknologi yang sekarang marak di gunakan
dan menyampaikan maknanya. Dari hal ini seperti hand phone, smart phone, tab dan
anak mengetahui bahwa untuk mendapatkan yang lainnya, hanya penggunaanya perlu
sesuatu atau menyampaikan sesuatu bukan pengawasan dan pada waktu tertentu.
hanya melalui lisan tetapi bisa pula melalui
Peran kita sebagai orang tua dalam
tulisan.
menumbuhkan literasi dini dalam keluarga
Dalam kegiatan mencoret, menggambar utamanya adalah menjadi teladan dan
dan kemudian membentuk huruf biasanya memberikan contoh langsung dalam
anak-anak akan mengalami kesalahan keseharian sehingga dengan seringnya anak
seperti terbalik bentuknya atau arahnya tapi melihat kebiasaan yang kita lakukan anak pun
kemudian dia akan menulis membentuk huruf akan terdorong dan tertarik untuk melakukan
dengan benar, hal ini terjadi karena untuk apa yang kita lakukan.
mengenali huruf-huruf anak memerlukan
tahapan dan latihan serta menurut Musfiroh
Yalda. (2015). Media Mam and Digital Dady. Peingkat Literasi Indonesia Nomor 2 dari
Solo: Metagraf. Bawah (23 April 2016). http://www.
Yusuf. S. (2009). Psikologi Perkembangan femina.co.id/trending-topic/peringkat-
Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya. literasi-indonesia-nomor-dua-dari-bawah