You are on page 1of 6

Vol 1 (No.

1) 2019

PRIMARY EDUCATION JOURNAL


SILAMPARI
http://ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id/index.php/PEJS/index

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN


KARAKTER ANAK DI ERA GLOBALISASI

Wira Fimansyah
STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung

Article Info Abstract


________________ ___________________________________________________________________
History Articles The globalization era has taken place in every part of life even in the point of view and
Received:
the mindset of parenting. In fact, parents are the main and most important educator.
February 2019
Accepted: Thus, why the family is known as the first madrasah for children because the education
May 2019 from parents is the basis of character development and the future life of children.
Published: Through this literature study, it is expected could provide the knowledge and
June 2019
understanding to the parents about the family as the first madrasah and the importance
________________
of applying the right parenting for their children. This information is very useful for all
Keywords:
Character,Globalization, parents, prospective parents, and especially for the rural communities who are considered
Parenting less of knowledge about it. The method used is the literature review method to provide the
____________________ knowledge and understanding of various types of parenting to build up the children's
character in the globalization era by exploring the results of several types of research,
journals, and books. The parenting style has a significant effect in developing the
children character to be good or bad, whether they will grow into an extrovert, introvert,
or ambitious person in their daily life. Therefore, parenting plays an important role in
building the children's character. Considering the tight relationship between parenting
and the children's character, so applying the right parenting will help parents build their
child's character up. The most recomended parenting is democratic parenting.

© 2019 STKIP PGRI Lubuklinggau

 Address correspondence: p-ISSN 2564-6272


Alamat STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung
e-ISSN .............
E-mail: wira.fimansyah@stkipmbb.ac.id

1
Wira Fimansyah/ PEJS VOL 1 (No. 1) (2019) : 1-6

PENDAHULUAN Kemajuan ilmu pengetahuan dan


teknologi (IPTEK) tidak hanya memberikan
Orang tua merupakan nahkoda dalam dampak positif, namun juga memberikan
megarungi rumah tangga, sehingga anak-anak dampak negatif bagi setiap kalangan. Terlebih
mereka memiliki karakter yang baik karena bagi mereka yang disebut generasi Z, generasi
mendapatkan pola asuh yang tepat. Orang tua yang sangat bergantung dengan gadgetslebih
merupakan pendidik utama dan terpenting bagi memilih bermain dengan HP dari pada
buah hati mereka, karena dari merekalah anak berinteraksi langsung dengan teman-temannya.
mula-mula akan menerima pendidikan.Itulah Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
mengapa keluarga dikatakan sebagai Madrasah peneliti dengan beberapa orang tua di suatu desa
pertama bagi anak, karena pendidikan dari HP membuat anak-anak lalai akan
orang tua menjadi dasar bagi perkembangan sholat,mengesampingkan sekolah, menunda
karakter dan kehidupan anak di kemudian hari. tugas rumah, hingga membangkang terhadap
Anak merupakan individu yang sedang orang tua. Salah satu warga memberi
berkembang dimana mereka sangat memerlukan pengakuan, bahwa anak dari warga tersebut
perhatian khusus dari orang tuanya. Di zaman tidak dapat terlepas dari HP. Jadi tidak heran
yang serba canggih ini pola sosialisasi juga kiranya dimana-mana kita temui sekarang anak
berubah, bahkan orang tua modern zaman kecil saja menjadikan HP sebagai bahan
sekarang lebih sibuk dengan gadgetnya dari mainannya, sudah tidak laku lagi permainan
pada meluangkan waktu untuk berkumpul tradisional yang banyak mengandung nilai-nilai
bersama dengan anak-anaknya walau sekedar sosial tersebut, sehingga anak zaman sekarang
bercanda ketika hari libur.Mendidik anak cendrung memiliki sifat individualisme.
dengan baik merupakan amanat dari Allah SWT Waktu yang seharusnya digunakan untuk
yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan- bercengkrama dengan keluarga atau
Nya kelak, anak memerlukan pendidikan yang mengerjakan tugas-tugas sekolah digunakan
baik dan pola asuh yang benar dari orang tua untuk mengotak-atik HP saja dari hari ke hari.
mereka. Pendidikan ini bermakna luas baik Pengakuan dari beberapa warga menyampaikan
berupa akidah, etika, moral, dan ahklak yang bahwa kenakalan anak-anak zaman sekarang
sesuai dengan hukum atau ajaran Agama. atau yang sering disebut dengan kids zaman
Ki Hajar Dewantara yang dikutip dalam nowini benar-benar sudah sangat
(Shochib, 1998) menyatakan bahwa “keluarga mengkhawatirkan. Melalui studi literatur ini
merupakan pusat pendidikan yang pertama dan diharapkan dapat memberi bekal pengetahuan
terpenting, karena sejak timbulnya peradaban dan pemahaman kepada orang tua tentang
manusia sampai sekarang keluarga selalu keluarga sebagai Madrasah pertama bagi
mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap- anaknya, serta pentingnya menerapkan pola
tiap manusia”.Lingkungan keluarga merupakan asuh yang tepat dan benar bagi si buah hati.
tempat di mana seorang anak berinteraksi untuk Informasi ini sangat berguna bagi semua orang
pertama kalinya. Keluarga juga merupakan agen tua, untuk calon orang tua, terlebih bagi
sosialisasi yang pertama menurut ilmu sosiologi. masyarakat desa yang terhitung minim
Maka dari itu pendidikan tidak hanya dapat pendidikan.
dijalankan dibangku sekolah saja, tetapi juga di
rumah dengan nahkoda orang tua. Sejalan METODE
dengan itu di dalam agama dari hal kecil hingga
hal-hal yang sangat penting diatur sebaik Metode yang digunakan adalah metode
mungkin. Contoh, tidak boleh membantah kajian literatur dalam upaya untuk memberikan
orang tua, apalagi menghardiknya. Tetapi, coba pemahaman berbagai macam pola asuh untuk
kita lihat pada fenomena sekarang anak pembentukan karakter anak di era globalisasi
memukul dan membuat orang tuanya menangis dengan mengkaji dari beberapa hasil penelitian,
dan malu itu sudah biasa. jurnal dan buku.

2
Wira Fimansyah/ PEJS VOL 1 (No. 1) (2019) : 1-6

HASIL DAN PEMBAHASAN melakukan komunikasi verbal. Santrock (2003)


mengemukakan bahwa Pengasuhan otoriter
Pentingnya Pemahaman Pola Asuh Bagi Orang berkaitan dengan prilaku sosial remaja yang
Tua tidak cakap. Senada dengan itu Edwards (2006)
Dewasa ini, globalisasi berlangsung juga menyatakan bahwa anak dalam pola asuh
disemua lini kehidupanbaik pada ideologi, otoriter seringkali merasa cemas akan
politik, ekonomi, sosial budaya,pertahanan perbandingan sosial, tdak mampu memulai
keamanan, Pola asuh dan lain sebagainya. suatu kegiatan, dan memliki kemampuan sosial
Dalam ranah sosial budayaglobalisasi dapat yang rendah. Karena terbiasa dikekang, dibatasi,
mempengaruhi masyarakat, baik yang dan dibantah secara kasar di dalam keluarganya.
bermuatanpositif, maupun negatif. Pengaruh Jadi merasa dirinya kurang percaya diri, tidak
tersebut dapat merubah cara pandang, cara bisa membuka pembicaraan, takut tidak
pikir, hingga pola asuh masyarakat (orang tua) didengarkan dan disepelekan oleh orang-orang
terhadap anak mereka.Jadi tidak heran quality sekitarnya. Sehingga orang-orang ini lebih suka
time untuk keluarga juga berkurang seiring menutup diri, sepi dan sendiri.
kemajuan zaman. Apalagi bagi orag tua yang Edwars (2006) juga menambahkan bahwa
kedua-duanya sibuk bekerja. Seolah anak cukup Pola asuh ini seringnya menentukan keputusan
diberi materi yang mencukupi saja maka mereka sepihak tanpa berdiskusi dulu dengan anak,
akan diam, maka orang tua juga sibuk sendiri orang tua tidak menghiraukan harapan-harapan
dengan dengan berbagai kepentingannya. dan kehendak hati anaknya, tidak peduli jika
Illahi (2013) memaparkan bahwa pola anaknya tertekan. Orang tua otoriter menuntut
asuh merupakan suatu sikap yang dilakukan keteraturan, sikap yang sesuai dengan ketentuan
orang tuayaitu ayah dan ibu dalam berinteraksi yang berkembang pada masyarakat, dan
dengan anak-anaknya.Bagaimana cara ayah dan menekankan kepatuhan kepada otoritas. Orang
ibu memberikan disiplin, hadiah, hukuman, tua dengan pola asuh ini menggunakan hukum
perhatian, dan tanggapan-tanggapan lain yang untuk penegak kedisiplinan dan dengan mudah
berpengaruh pada pembentukan kepribadian mengumbar emosi/kemarahan atau
anak. Bagaimana orang tua menunjukan kasih ketidaksenangan kepada anak-anak mereka.
sayang yang benar kepada anak-anaknya, dan Orang tua tipe ini lebih banyak menuntut, sering
tegas bukan berarti kejam atau otoriter. marah, kurang bersikap positif dan kurang
menampakan cintanya kepada anak-anaknya.
Jenis-Jenis Pola Asuh
Pola Asuh Otoriter Pola Asuh Demokratis
Pola asuh otoriter menurut pandangan Pola asuh demokratis menurut pandangan
Hurlock dikutip dalam (Thoha, 1996) Hurlock dalam (Thoha, 1996) ditandai dengan
menyatakan ditandai dengan cara mengasuh adanya pengakuan orang tua terhadap
anak dengan aturan-aturan yang ketat, seringkali kemampuan anak,anak diberi kesempatan untuk
memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya tidak selalu tergantung pada orang tua. Benang
(orang tua), kebebasan untuk bertindak atas merahnya adaah adanya kesepakatan antara si
nama diri sendiri dibatasi. Tidak adanya anak dan orang tua untuk mendapatkan suatu
musyawarah antara orang tua dan anak. Anak kata mufakat. Ada pujian yang dilontarkan, ada
harus mengikuti apapun kata orang tuanya. penghargaan yang diberikan, dan ada hukuman
Tidak adanya kebebasan anak berekpresi untuk juga diterapkan jika melanggar. Anak belajar
menunjukan bakat yang mereka punya. bertanggung jawab dan orang tua belajar
Pola asuh otoriter bersifat menghukum menghargai pendapat dari anak mereka.
yang menekankan kata “harus” kepada Pola asuh ini menurut Baumrind di kutip
anaknya, sehingga tidak ada lagi tawar menawar dalam (Santrock: 2003) terkesan bebas namun
atas keputusan yang telah ditetapkan oleh orang tetap ada batasan atau kontrol dari orang tua
tua. Orang tua membuat batasan dan kendali terhadap polah tingkah anak mereka.
yang tegas terhadap anak dan hanya sedikit Musyawarah dan mufakat berjalan secara lancar

3
Wira Fimansyah/ PEJS VOL 1 (No. 1) (2019) : 1-6

di pola asuh ini. Hubungan timbal balik orang renggang, tidak ada bimbingan dan dukungan
tua dengan anak-anaknya berjalan secara emosional dan seolah orang tua sudah tidak
hangat. Pola asuh demokratis berkaitan dengan tahu lagi berbuat apa untuk si anak. Edward
prilaku sosial anak yang berkopeten. Orang tua (2006) juga menyatakan Ini adalah jenis pola
juga bisa diandalkan dalam pola asuh ini, karena asuh yang paling berdampak negatif, karena
orang tua bisa menyeimbangkan kasih anak rentan bermasalah dengan emosi
sayangnya dengan dukungan emosional mereka perilaku mereka.
agar anak tetap bisa bertanggung jawab dan Pola asuh yang digunakan orang tua
memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka harusnya dapat mengarahkan anak kepada
dengan dukungan orang tua. perkembangan serta pembentukan karakter yang
Intinya menurut Edwars (2006) baik. Sehingga setelah tumbuh dewasa mereka
mengemukakan bahwasanya pola asuh ini tetap menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat
memberikan banyak (kasih sayang atau bagi orang-orang sekitarnya, karena karakter
perhatian dan respon yang baik) serta identik dengan kepribadian seseorang. Maka
menginginkan banyak tanggung jawab. Orang dari itu Mulyasa(2013) menyatakan bahwa
tua yang menggunakan pendekatan ini selalu “Karakter berkaitan dengan kepribadian
memberikan contoh yang baik tentang seseorang, artinya seseorang dapat dikatakan
keseimbangan antara kasih sayang yang berkarakter, jika perilakunya sesuai dengan etika
diberikan dan sikap asertif yang dibutuhkan atau kaidah moral”. Dan seseorang yang
seseorang untuk menciptakan kehidupan sosial memiliki karakter baik akan bertindaksesuai
yang sehat dan tidak salah dalam bergaul. dengan aturan yang berlaku di dalam
masyarakat yang tidak terlepas dari nilai dan
Pola Asuh Permisif norma.
Pola asuh Permisif menurut pandangan Orang tua kebanyakan membesarkan anak-
Hurlock dalam (Thoha, 1996)ditandai dengan anak mereka seperti cara orang tuanya
cara orang tua mendidik anak yang cenderung membesarkan mereka dahulu kala, padahal
bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa atau sudah berbeda zaman dan berbeda situasi.
muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya Generasi Z yang lahir dan tumbuh ditengah arus
untuk melakukan apa saja yang dikehendaki. globalisasi tentu berbeda dengan generasi
Justru dipola asuh ini si anak cendrung merasa milenail atau generasi sebelumnya. Yang pada
kesepian dan kurang kasih sayang karena saat itu, keterbukaan informasi belum segencar
kurangnya komunikasi antara orang tua dan ini. Sehingga karakter anak-anak sekarang dapat
anaknya. Pola asuh orang tua memiliki peran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pernyataan di
besar terhadap perkembangan anak. Ada 2 jenis atas diperkuat oleh Zuchdi (2011)yang
orang tua yang menganut pola asuh permisif menyatakan bahwa karakter berkaitan erat
menurut Santrock (2003) yaitu: dengan nilai-nilai, penalaran dan perilaku dari
a. Orang tua permisif lunak (memanjakan) seorang.
Santrock (2003) mengemukakan bahwa Hasil penelitian (Ginanjar, 2013)
remaja yang mendapat orang tua ini, sangat menyatakan bahwa keberhasilan orang tua
dekat dengan orang tuanya tetapi tidak ada dalam penanaman nilai-nilai kebajikan dan
pengendalian terhadap anak mereka. Sehingga pembentukan karakter pada anak sangat
anak tidak cakap dalam kehidupan sosialnya tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan
terutama kurangnya pengendalian diri. orang tua pada anaknya, baik pemenuhan
Mereka kurang percaya diri, suka menuntut, kebutuhan fisik (makan dan minum), kebutuhan
tidak bisa diberi tanggung jawab, hanya mau psikologis (penuh kasih sayang, adil dan
segala sesuatu berjalan seperti apa yang menciptakan rasa aman), serta sosialisasi norma-
diinginkannya saja. norma yang berlaku di masyarakat agar anak
b. Orang tua yang lepas tangan/tidak peduli dapat hidup selaras dengan lingkungannya.
Santrock (2003) mengatakan bahwa Betapa besarnya pengaruh pola asuh orang tua
hubungan orang tua dan anak sangat terhadap keberhasilan pembentukan karakter

4
Wira Fimansyah/ PEJS VOL 1 (No. 1) (2019) : 1-6

anak di lingkungan keluarga. Untuk itu, orang dengan kematangan emosi remaja.Penerapan
tua perlu cermat memilih pola asuh yang tepat metode pengasuhan authoritative di dalam
bagi anak-anak mereka agar bisa berpengaruh keluarga memiliki hubungan positif dengan
positif terhadap pembentukan karakternya. Kita pembentukan kematangan emosi pada remaja
tahu bahwasanya kurikulum yang sekarang di dan penerapan metode pengasuhan
sekolah tidak lagi hanya mengutamakan authoritarian di dalam keluarga memiliki
pemahaman akan ranah kognitif saja, tetapi hubungan negatif dengan pembentukan
sekarang psikomotorik anak juga diperhatikan kematangan emosi remaja serta penerapan
dan yang paling penting adalah nilai afektifnya. metode pengasuhan orangtua yang permissive
Hasil penelitian (Simanjuntak, 2017) juga memiliki hubungan positif dengan pembentukan
menyatakan bahwa pola asuh orang tua kematangan emosi remaja. Entah mereka akan
memiliki pengaruh positif terhadap tumbuh menjadi pribadi yang ekstrovert,
pembentukan karakter anak. Hasil penelitian ini introvert, atau ambivert di dalam kehidupan
sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan sehari-hari itu semua dipengaruhi oleh pola asuh
oleh (Riati, 2016) yang mengungkapkan bahwa yang diterapkan oleh orang tua si anak.
terdapat pengaruh signifikan antara orang tua Senada dengan itu Baumrind dalam
yang menarapkan pola asuh otoriter, permissive (Santrock: 2003) menyebutkan pola asuh
dan autoritatif dalam pembentukan karakter authoritative lebih membawa dampak positif
anak usia dini. Melalui pola asuh orang tua bagi perkembangan remaja. Remaja yang
dapat membentuk, membimbing dan memperoleh pola asuh authoritative dari
mengarahkan anak-anak mereka agar dapat orangtuanyaakanmemiliki perkembangan
menempatkan diri dengan baik di lingkungan emosional yang positif, bersikap bersahabat,
sekitarnya, sehingga mereka bisa berkembang memiliki rasa percaya diri, mampu
dengan semestinya dalam bergaul di tengah mengendalikan diri, bersikap sopan, mau
masyarakat. Pola asuh berpengaruh signifikan bekerja sama, berprestasi di sekolah,
untuk membentuk baik buruknya karakter anak. bertanggung jawab, dan lebih berkompeten
Dengan demikian pola asuh orang tua sangat dibandingkan teman-temannya.
berperan penting dalam membentuk karakter
anaknya. KESIMPULAN
Hasil penelitian (Sugiyanto, 2015) juga Pengetahuan dan pemahaman tentang
menyebutkan bahwa semakin kuat orang tua jenis-jenis pola asuh sangat penting bagi orang
membimbing anaknya melalui pola asuh otoriter tua bahkan juga untuk calon orang tua. Anak
atau permisif maka semakin rendahperilaku usia sekolah yang sekarang sering disebut
prososial siswa tersebut. Sedangkan, semakin dengan istilah kids zaman now yang lahir dan
kuat orang tuamembimbing anaknya melalui tumbuh di era globalisasi ini sebaiknya
pola asuh autoritatif maka semakin tinggi membutuhkan penanganan yang lebih. Karena
perilaku prososial siswa tersebut. Oleh karena mereka dengan mudah mendapatkan pengaruh
itu, siswa yang mendapatkan pola asuh otoriter dari teman sebaya, lingkungan sekitar, belum
akan memiliki perilaku prososial yang buruk, lagi di era sekarang keterbukaan informasi yang
siswa yang mendapatkan pola asuh autoritatif tidak terbendung. Tidak tepat sekiranya pola
akan memiliki perilaku prososial yang baik, dan asuh yang diterapkan sesuai dengan cara yang
siswa yang mendapatkan pola asuh permisif turun temurun oleh diperoleh orang tua. Pola
akan memiliki perilaku prososial yang buruk. asuh yang salah akan menciptakan pribadi-
Ditambahkan juga oleh penelitian pribadi yang tidak berkarakter. Mengingat
(Fellasari, 2016) bahwa hasil analisisnya eratnya hubungan antara pola asuh dengan
menunjukan Pola asuh orangtua berhubungan pembentukan karakter bagi anak. Maka
dengan kematangan emosi remaja, dalam artian pemilihan pola asuh yang tepat dan benar akan
bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orangtua membantu orang tua dalam membentuk
baik itu authoritative, authoritarian dan karakter dan kepribadian anak mereka. Dan
permissive secara bersama-sama berkaitan pola asuh yang paling di rekomendasikan adalah

5
Wira Fimansyah/ PEJS VOL 1 (No. 1) (2019) : 1-6

pola asuh Demokratis, yang mana ada


kesepakatan antara orang tua dan anak.

REFERENCES

Edwards, D. 2006. Ketika Anak Sulit Diatur.


Bandung: PT. Mirzan Nusantara.
Fellasari, F & Lestari. I. Y. 2016. Hubungan Pola
Asuh Orang Tua dengan kematangan emosi
remaja. Jurnal Psikologi Volume (12): 84-90.
Ginanjar. H.M. 2013. Keseimbangan Peran Orang
Tua Dalam Pembentukan Karakter Anak.
Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Isam
Volume (2):230-242.
Ilahi, M. T.2013. Quantum Parenting: Kiat Sukses
Mengasuh Anak Secara Efektif dan Cerdas.
Yogyakarta: Katahati.
Mulyasa.2013. Manajemen Pendidikan Karakter.
Jakarta: Bumi Aksara.
Santrock, J. W.2003. AdolescencePerkembangan
Remaja. (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Simanjuntak, M. 2017. Pengaruh Pola Asuh Orang
Tua terhadap pembentukan karakter anak.
Semnastafis unimed volume (1): 286-291
Shochib, M.1998. Pola asuh orang tua dalam
membantu anak mengembangkan disiplin diri.
Jakarta: Rineka cipta
Sugiyanto. P.W. 2015. Pengaruh Pola Asuh Orang
Tua Terhadap Perilaku Prososial Siswa Kelas
V SD Se Gugus II Kecamatan Pengasih
Kabupaten Kulon Progo Tahun Ajaran
2014/2015. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Vol 15.
Thoha, C.1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Zuchdi, D. 2011. Pendidikan Karakter dalam
Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta:
UNY Press

You might also like