You are on page 1of 17

PENGARUH PENDIDIKAN KELUARGA TERHADAP

PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI


Muhamad Sihabudin Ilham
Pendidikan Agama Islam, Universitas Ibn Khaldun, Indonesia
E-mail : ilhamnamanya26@gmail.com

Abstract
Character education must first be carried out in the family environment because the
family is the main and first source for children to acquire and shape and develop character. The
good or bad character of the child is greatly influenced by the family environment. The process
of character education for children in the family can be carried out by parents using several
methods including exemplary, habituation, advice and punishment as well as motivation for
children. Character education has a higher meaning than moral education because it does not
just teach what is right and what is wrong, but helps children feel good values, willing and able
to do so. Character education should be applied from an early age because at an early age it
determines a child's ability to develop his potential. Parents play an important role in
developing the potential of their children. Parents are the first and foremost educators in the
family environment, parents need to be aware that children have great potential at birth. The
importance of early childhood education because during this period the child's development
progresses more rapidly. Parents must be able to be role models and examples or models that
can be imitated by children in the family. The family is the first place to be obtained by early
childhood to learn character education. Because parents are models of what will be imitated
and made into attitudes by early childhood. So that the main character education must be
implemented in the family environment. Obstacles to the role of parents in character education
for children include internal and external obstacles.

Keywords : Character Education, Parents, Parenting, Early Childhood Education

Abstrak
Pendidikan karakter pertama kali harus dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga
karena keluarga merupakan sumber utama dan pertama bagi anak untuk memperoleh dan
membentuk serta mengembangkan karakter. Baik atau buruknya karakter anak sangat
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Proses pendidikan karakter anak dalam keluarga dapat
dilakukan oleh orang tua dengan menggunakan beberapa cara antara lain keteladanan,
pembiasaan, nasehat dan hukuman serta motivasi terhadap anak. Pendidikan karakter
mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral karena bukan sekedar mengajarkan mana
yang benar dan mana yang salah, tetapi membantu anak-anak merasakan nilai-nilai yang baik,
mau dan mampu melakukannya. Pendidikan karakter sebaiknya di terapkan sejak anak usia
dini karena pada usia dini karena sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan
potensinya. Orang tua memegang peranan penting untuk mengembangkan potensi anaknya.
Orangtua merupakan pendidik pertama dan utama dalam lingkungan keluarga, orang tua perlu
sadar bahwa anak memiliki potensi besar saat dilahirkan. Pentingnya pendidikan anak usia dini
karena pada periode tersebut perkembangan anak berjalan semakin pesat. Orang tua harus
mampu menjadi tauladan dan contoh atau model yang bisa ditiru oleh anak dalam keluarga.

1
Keluarga merupakan tempat yang pertama di peroleh oleh anak usia dini untuk belajar
pendidikan karakter. Karena orang tua ialah model dari apa yang akan ditiru dan dijadikan
sikap oleh anak usia dini. Sehingga pendidikan karakter yang utama wajib diterapkan di
lingkungan keluarga. Hambatan-hambatan peran orang tua dalam pendidikan karakter bagi
anak Antara lain yaitu hambatan internal dan eksternal.

Kata kunci : Pendidikan Karakter, Orang tua, Pola Asuh, Pendidikan Anak Usia Dini

PENDAHULUAN
Anak adalah titipan yang Maha Kuasa kepada setiap orang tua yang sudah diberi
kepercayaan untuk menjaganya. Anak merupakan karunia terbesar dalam sebuah keluarga.
Oleh karena itu anak perlu dikondisikan agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
dan dididik sebaik mungkin agar di masa depan dapat menjadi generasi penerus yang
berkarakter serta berkepribadian baik. Pembentukan karakter anak perlu diterapkan sejak dini,
orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan karakter anak. Maraknya aksi
mencontek, berbicara kotor, melakukan kekerasan terhadap teman, pemalakan, melakukan
tindakan kriminal dan sederet gambaran dekadensi moralitas. Pendidikan yang baik dalam
keluarga akan berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter anak apalagi jika kita lihat di
era moderenisasi dan globalisasi ini anak-anak cenderung kurang mendapatkan perhatian dari
orang tuanya, karena kesibukan dan aktivitas orang tuanya yang menuntut orang tua untuk
jarang bertemu atau bertatap muka dengan anak-anaknya.
Di sini peran dan pola asuh orang tua sangat penting bagi pertumbuhan, perkembangan,
dan pembentukan karakter anak. Keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama dimana
anak mulai mengembangkan diri sebagai makhluk sosial, karenanya keluarga sering dikatakan
sebagai primary group. Alasannya, institusi terkecil dalam masyarakat ini telah mempengaruhi
perkembangan individu, termasuk sang anak. Kelompok inilah yang melahirkan individu
dengan berbagai bentuk kepribadiannya di masyarakat. 1 Anak yang umumnya berusia antara
0 sampai 12 tahun sangat membutuhkan arahan, bimbingan dan tuntunan dari orang tua dalam
menumbuhkan dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras
nilai-nilai kehidupan, sehingga anak tidak hanya mengetahui nilai karakter dalam masyarakat,
tetapi juga mampu menera
pkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2

1
Meina Dwi Putri dan Robandi Roni Moh Arifin, “Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,” A n t o l o g i
U P I 5, no. 1 (2014): 1–12.
2
Dicky Setiardi, “Keluarga Sebagai Sumber Pendidikan Karakter Bagi Anak,” Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam
14, no. 2 (2017).

2
Era globalisasi yang ditandai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
amat pesat, terutama teknologi informasi dan komunikasi, telah mengubah dunia seakan-akan
menjadi kampung dunia (global village). Fenomena globalisasi telah menantang kekuatan
penerapan unsur-unsur karakter bangsa. Pendidikan bagi anak usia dini memberikan upaya
untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan
menghasilkan kemampuan dan ketrampilan anak. Pendidikan anak usia dini adalah bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan
dan perkembangan fisik, kecerdasan, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spititual.
Pendidikan anak usia dini yang dilakukan orang tua berikan bagi anak merupakan suatu
persiapan kematangan anak dalam menghadapi perkembangannya di masa yang akan datang.
3

Pendidikan Islam mewajibkan kita untuk selalu ingat bahwa kita tidak butuh Ilmu
pengetahuan semata-mata tapi yang paling kita butuhkan adalah pengetahuan akhlak yang
terpuji dan kesopanan. Olehnya itu yang perlu kita perhatikan adalah karakter seseorang akan
dipengaruhi oleh pendidikan dalam keluarga, figur atau keteladanan orang tua sangat di
dambakan, dalam keluarga akan tercermin pada kehidupan seorang anak di mana dia berada
dengan memperhatikan kebiasaan itu. 4

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan. Penelitian
kepustakaan merupakan suatu penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan suatu
informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang ada diperpustakaan seperti
dokumen, buku, majalah, kisah-kisah sejarah, berita dan sebagainya. Dalam penelitian ini,
pengumpulan data diperoleh dari berita dan artikel-artikel pada jurnal online. Peneliti
melakukan penelusuran artikel-artikel dengan menggunakan kata kunci yaitu globalisasi,
dampak, moralitas, pendidikan karakter.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Pendidikan

3
Mohammad Fauziddin, “Upaya Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia 4-5 Tahun melalui Kegiatan
Menceritakan Kembali Isi Cerita di Kelompok Bermain Aisyiyah Gobah Kecamatan Tambang,” Jurnal Obsesi :
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 1, no. 1 (2017): 42.
4
Arbain Arbain, Syeh Hawib Hamzah, dan Imroh Atul Musfirah, “Pengaruh Pendidikan Islam dalam Keluarga
terhadap Pengembangan Karakter Anak,” Tarbiyah Wa Ta’lim: Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran
5, no. 3 (2018): 1–14.

3
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses bimbingan yang dilaksanakan dengan
sengaja. Ada orang yang melaksanakan atau bertanggung jawab dalam pelaksanaan
pendidikan, dan ada tujuan yang ingin dicapai. Pendidikan merupakan suatu proses
membantu anak-anak mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. 5
Menurut Hasbullah dalam Supriadi berikut ini akan dikemukakan sejumlah
pengertian pendidikan menurut para ahli sebagai berikut:
a) Langeveld, pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh perlindungan dan bantuan
yang diberikan kepada anak tertuju kepada kedewasaan anak itu, atau lebih
cepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang
dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan
ditujukan kepada orang yang belum dewasa.
b) Ki Hajar Dewantara, pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian setinggi-
tingginya.
c) Menurut UU No. 2 tahun 1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau
latihan bagi peranannya yang akan datang.
b. Jenis-Jenis Pendidikan
Menurut Masnur Muslich Seperti diketahui bahwa pendidikan dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:
a) Pendidikan formal
Pendidikan Formal biasanya sangat terbatas dalam memberikan
pendidikan nilai, hal ini disebabkan oleh masalah formalitas hubungan antara
guru dan siswa.
b) Pendidikan Informal
Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan konteribusi
yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Pendidikan informal adalah

5
Roswida Sri Astuti, “Pengaruh Pendidikan Karakter Dalam Keluarga Terhadap Pembentukan Akhlak Anak Di Rt
24 Kelurahan Kandang Mas Kota Bengkulu” (2021): 1–112.

4
pendidikan yang diberikan oleh orang tua dan masyarakat, yang mengutamakan
nilai etika, moral dan norma.
c) Pendidikan Nonformal
Dalam perkembangannya saat ini tampaknya juga sangat sulit
memeberikan perhatian besar pada pendidikan nilai. Hal ini berhungan dengan
proses transformasi budaya yang sedang terjadi dalam masyarakat kita.
Pendidikan yang berlangsung di masyarakat.

B. Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan lapangan pendidikan yang utama bagi anak. Orang tua
memegang peranan penting dalam perkembangan kepribadian anaknya, baik dan
buruknya karakter seorang anak ditentukan oleh pendidikan dan bimbingan yang
diperoleh dari orang tuanya sejak ia kecil, karena dikeluarga pertama kalinya anak
memperoleh pendidikan sebelum terjun kedalam pendidikan lainnya, seperti salah
6
satunya yaitu pendidikan formal yang dapat diperoleh anak nantinya.
Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup
bersama sebagai salah satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya ada
hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu
rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan makan dalam satu periuk. 7
b. Fungsi Keluarga
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
ada delapan fungsi keluarga, yang mana setiap fungsi keluarga tersebut mempunyai
makna masing-masing yang mempunyai peran penting pada kehidupan keluarga, yaitu:
a) Fungsi agama
Fungsi agama bermakna bahwa keluarga adalah wahana pembinaan
kehidupan beragama, yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME. Setiap
langkah yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga hendaknya berpijak pada
tuntunan agama yang dianutnya. Dalam menerapkan fungsi agama, yang juga
tidak boleh diabaikan, yaitu pentingnya toleransi beragama karena kita hidup di

6
Dwi Putri dan Roni Moh Arifin, “Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.”
7
Hardianti Puspitasari, “Pengaruh Pendidikan dalam Keluarga terhadap Pembentukan Karakter Siswa di SMPN
2 Watansoppeng,” Journal of Chemical Information and Modeling 53, no. 9 (2019): 1689–1699.

5
negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan mempunyai kepercayaan dan
agama yang sangat beragam.
b) Fungsi sosial budaya
Fungsi sosial budaya, bermakna bahwa keluarga adalah wahana
pembinaan dan persemaian nilai-nilai luhur budaya yang selama ini menjadi
panutan dalam tata kehidupan mereka. Demikian, nilai luhur yang selama ini 19
sudah menjadi panutan dalam kehidupan bangsa tetap dapat dipertahankan dan
dipelihara.
c) Fungsi cinta kasih
Fungsi cinta kasih, yang bermakna bahwa keluarga harus menjadi
tempat untuk menciptakan suasana cinta dan kasih sayang dalam kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam kehidupan
keluarga cinta dan kasih sayang antara anggota keluarga akan menumbuhkan
rasa bertanggungjawab yang besar terhadap keharmonisan keluarga tersebut.
d) Fungsi perlindungan
Fungsi perlindungan, yang bermakna keluarga merupakan wahana
terciptanya suasana aman, nyaman, damai, dan adil bagi seluruh anggota
keluarganya. Dengan demikian, setiap anggota keluarga akan selalu merasa
bahwa tempat paling baik dan pantas adalah dalam lingkungan keluarganya
sendiri. Ini tentu sangat membantu dalam menghadapi segala tantangan yang
muncul dalam kehidupanya.
e) Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi, yang bermakna bahwa di dalam keluarga tempat
diterapkannya cara hidup sehat, khususnya 20 dalam kehidupan reproduksi.
Diharapkan setiap anggota keluarga harus memahami cara hidup sehat dan
mengerti tentang kesehatan reproduksinya.
f) Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan, yang bermakna keluarga adalah wahana terbaik
dalam proses sosialisasi dan pendidikan bagi anak. Pendidikan dalam keluarga
sebetulnya adalah pendidikan inti yang menjadi fondasi untuk perkembangan
anak. Sementara pendidikan yang diperoleh dari sekolah maupun lingkungan
sebetulnya hanya merupakan sebagian dari pendidikan yang diperlukan.
g) Fungsi ekonomi, dan

6
Fungsi ekonomi dan kesejahteraan keluarga. Setiap anggota keluarga
memiliki kewajiban yang sama untuk melakukan kegiatan yang akan
menambah kesejahteraan keluarga. Ini juga bermakna bahwa seluruh anggota
keluarga dapat bersikap ekonomis, realistis, dan mau berjuang untuk
peningkatan kesejahteraan keluarga.
h) Fungsi lingkungan.
Fungsi lingkungan, yang bermakna bahwa keluarga adalah wahana
untuk menciptakan warganya yang mampu hidup harmonis dengan
lingkunganya masyarakat sekitar dan alam, dalam bentuk keharmonisanya
antar-anggota keluarga, keharmonisan dengan tetangga serta keharmonisan
tehadap alam sekitar. 8

C. Karakter
a. Hakikat Karakter
Menurut KBBI, karakter adalah tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter dapat mengarahkan
tindakan seorang individu dalam melakukan suatu hal. Karena karakter bersifat spesifik
antara satu individu dengan yang lainnya, maka respon seseorang terhadap suatu
permasalahan juga akan berbeda.9
Karakter adalah keseluruhan nilai-nilai, pemikiran, perkataan dan perilaku atau
perbuatan yang telah terbentuk dalam proses kehidupan, berupa pola pikir, sikap dan
perilakunya. Karakter mengacu pada serangkaian sikap, perilaku, motivasi dan
keterampilan. Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang
terbaik, kapasitas intelektual seperti kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur dan
bertanggung jawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh
ketidakadilan. 10
Karakter adalah sesuatu yang dipahatkan pada hati, sehingga menjadi tanda
yang khas, karakter mengacu pada moralitas dalam kehidupan sehari-hari. Karakter
bukan merupakan gejala sesaat, melainkan tindakan yang konsisten muncul baik secara
batiniah dan rohaniah. Karakter semacam ini disebut sebagai karakter moral atau

8
Dwi Putri dan Roni Moh Arifin, “Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.”
9
Setiardi, “Keluarga Sebagai Sumber Pendidikan Karakter Bagi Anak.”
10
Astuti, “Pengaruh Pendidikan Karakter Dalam Keluarga Terhadap Pembentukan Akhlak Anak Di Rt 24
Kelurahan Kandang Mas Kota Bengkulu.”

7
identitas moral. Karakter mengacu pada kebiasaan berpikir, berperasaan, bersikap,
berbuat yang memberi bentuk tekstur dan motivasi kehidupan seseorang. Karakter
bersifat jangka panjang dan konstan, berkaitan erat dengan pola tingkah laku, dan
kecenderungan pribadi seseorang untuk berbuat sesuatu yang baik. 11
Melihat konteks pengertian di atas dapat dikatakan bahwa karakter merupakan
istilah yang berorientasi pada penerapan nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tingkah
laku. Nilai-nilai kebaikan yang mewakili karakter tersebut antara lain dapat berwujud
nilai keagamaan dan nilai sosial. Apabila seseorang mampu menerapkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka orang tersebut dapat dikatakan berkarakter,
hal ini tentu saja juga berlaku bagi anak. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas,
maka dapat didefinisikan secara sederhana bahwa karakter adalah ciri khas yang
melekat pada diri manusia sejak lahir yang terbentuk melalui proses belajar seumur
hidup.

D. Pendidikan Karakter Dalam Keluarga


Pendidikan adalah proses perubahan tingkah laku manusia, sedangkan karakter dapat
dikatakan sebagai ciri khas/identitas yang melekat pada manusia. Lickona mendefinisikan
pendidikan karakter sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karkater
para siswa. Sedangkan menurut Scerenko pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya
yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong dan
diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar),
serta praktek emulasi (usaha maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati
dan dipelajari).12
Pendidikan karakter merupakan usaha sadar untuk mewujudkan kebajikan, yaitu
kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan hanya baik untuk individu
perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter
bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan
karakter menanamkan kebiasaan tentang hal mana yang baik sehingga anak menjadi paham
dan terbiasa melakukannya. Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang
mengembangkan nilai-nilai karakter pada anak sehingga mereka memiliki nilai dan karakter
sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam dirinya sebagai anggota

11
Heri Retnawati, “Perbandingan Estimasi Kemampuan Laten Antara Metode Maksimum Likelihood Dan
Metode Bayes,” Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 19, no. 2 (2015): 145–155.
12
Setiardi, “Keluarga Sebagai Sumber Pendidikan Karakter Bagi Anak.”

8
masyarakat dan warga yang religius. Pendidikan karakter dapat membantu mengatasi krisis
moral di negara kita. Krisis yang dimaksud berupa maraknya angka kekerasan di kalangan anak
dan remaja, kenakalan terhadap teman, pencurian, kebiasaan menyontek, penayalahgunaan
obat-obatan dan perusakan properti orang lain. Hal-hal tersebut merupakan bentuk masalah
sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas dan menjadi indikasi bahwa
pendidikan karakter masih merupakan sebuah kebutuhan yang penting. Pendidikan karakter
diharapkan dapat diimplementasikan secara sinergis si sekolah, dirumah, dan dikalangan
masyarakat secara umum. 13
Dalam pendidikan karakter menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik
(components of good character) moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling
atau perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan moral. Ketiga komponen ini
penting dan di perlukan agar anak usia dini mampu memahami, merasakan, dan sekaligus
melaksanakan nilai-nilai kebaikan.
Moral action atau tindakan moral ini merupakan hasil (autcome) dari dua komponen
karakter lainnya. Agar memahami apa yang mendorong seseorang untuk berbuat baik
/perbuatan yang baik (act morally) maka harus di lihat tiga aspek lain dari karakter yaitu
kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit). Morl Action yang dapat
diamati adalah kemurahan hati, simpati, empati, sikap ramah, dan meniru.14
Keluarga adalah komunitas pertama dimana manusia, sejak usia dini, belajar konsep
baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, benar dan salah. Dengan kata lain, di keluargalah
seseorang, sejak dia sadar lingkungan, belajar tata-nilai atau moral. Karena tata-nilai yang
diyakini seseorang akan tercermin dalam karaktemya, maka di keluargalah proses pendidikan
karakter berawal. Pendidikan di keluarga ini akan menentukan seberapa jauh seorang anak
dalam prosesnya menjadi orang yang lebih dewasa, memiliki komitmen terhadap nilai moral
tertentu seperti kejujuran, kedermawanan, kesedehanaan, dan menentukan bagaimana dia
melihat dunia sekitarnya, seperti memandang orang lain tidak sama dengan dia berbeda status
sosial, berbeda suku, berbeda agama, berbeda ras, berbeda latar belakang budaya.
Pendidikan karakter dalam keluarga yang diajarkan orangtua kepada anak dilakukan
melalui: 1) diajarkan melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, orangtua berperan
sebagai role model, dilakukan dalam setting informal; 2) bersumber utama dari keluarga,

13
Astuti, “Pengaruh Pendidikan Karakter Dalam Keluarga Terhadap Pembentukan Akhlak Anak Di Rt 24
Kelurahan Kandang Mas Kota Bengkulu.”
14
Retnawati, “Perbandingan Estimasi Kemampuan Laten Antara Metode Maksimum Likelihood Dan Metode
Bayes.”

9
lingkungan, dan sekolah; 3) lebih mudah ditularkan melalui pembiasaan daripada diajarkan
dalam bentuk pelajaran; orangtua mengajarkan karakter kepada anak didasari budaya dan adat-
istiadat yang melekat di sekitarnya. 15
Berdasarkan paparan ini dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan wahana
pertama dan utama bagi pendidikan karakter anak. Apabila keluarga gagal dalam melakukan
pendidikan karakter terhadap anak, maka akan sulit bagi institusi-instiutsi lain diluar keluarga
(termasuk keluarga), untuk itu, keluarga dalam hal ini orangtua hendaknya memiliki kesadaran
bahwa karakter anak sangat tergantung pada pendidikan yang diberikan orangtua kepadanya. 16

E. Langkah-Langkah Pembentukan Karakter Pada Anak Usia Dini


Menurut Elfindri, mengatakan bahwa membangun karakter anak adalah sejak kecil,
karena anak-anak akan melihat dan mengolah dalam fikirannya apa yang dia lihat. Sering pula
kita lihat bahwa ketika anak usia di bawah 2 tahun, televisi pun mudah mempengaruhi watak
mereka. Fitri, membentuk karakter pada diri anak memerlukan suatu tahap yang dirancang
secara sistematis dan berkelanjutan. Sebagai individu yang sedang berkembang, anak memiliki
sifat suka meniru tanpa mempertimbangkan baik atau buruk. Hal ini didorong oleh rasa ingin
tahu dan ingin mencoba sesuatu yang diminati, yang kadangkala muncul secara spontan.
Anak akan melihat dan meniru apa yang ada di sekitarnya, bahkan apabila hal itu sangat
melekat pada diri anak akan tersimpan dalam memori jangka panjang (Long Term Memory).
Apabila disimpan dalam LTM adalah hal positif (baik), reproduksi selanjutnya akan
menghasilkan perilaku yang konstruktif. Namun, apabila yang masuk 30 kedalam LTM adalah
sesuatu yang negatif (buruk), reproduksi yang dihasilkan di kemudian hari adalah hal-hal yang
destruktif. 17
Pembentukan karakter anak usia dini dapat mengikuti suatu pola tertentu, yaitu suatu
perilaku yang teratur, disiplin, dan baku (sesuai standar) artinya berbagai jenis dan pola
perilaku tersebut dapat di kembangkan melalui penjadwalan secara terus menerus hingga
perilaku yang diharapkan melekat pada anak secara kuat dan menjadi bagian dari perilaku
positif yang dimilikinya. Penjadwalan yang terus menerus itu sering disebut sebagai kegiatan
rutin. Kegiatan ini juga sering kali disebut sebagai kegiatan pembiasaan karena memang

15
Edi Widianto, “Peran orangtua dalam meningkatkan pendidikan karakter anak usia dini dalam keluarga,”
Jurnal pendidikan dan pemberlajaran anak usia dini 2, no. 1 (2015): 1–75.
16
Jurnal Madaniyah, Pendidikan Karakter Anak, dan Dalam Keluarga, “PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DALAM
KELUARGA Suriadi, Kamil, Mujahidin 1” 9 (2019): 251–267.
17
Dwi Putri dan Roni Moh Arifin, “Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.”

10
sasaran dari kegiatan ini adalah untuk membiasakan perilaku tertentu yang dianggap mendasar
dan penting bagi pola kehidupan anak saat ini maupun ketika anak itu dewasa.
Pendidikan moral memerlukan keterlibatan semua aspek kehidupan manusia, sehingga
tidak cocok hanya menekankan pada aspek kognitif saja, hal ini dapat membunuh karakter
anak. Namun pendikan moral bagi anak usia dini harus disesuikan dengan perkembangan jiwa
anak, mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia; intelektual, karakter, estetika, dan
fisik dan dalam koridor pembelajaran moral yang menyenangkan. 18

F. Peran Orang tua dalam Meningkatkan Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini
Dalam Keluarga
Keluarga memiliki peranan utama dalam mengasuh anak, di segala norma dan etika
yang berlaku didalam lingkungan masyarakat, dan budayanya dapat diteruskan dari orang tua
kepada anaknya dari generasi-generasi yang disesuaikan dengan perkembangan masyarakat.
Keluarga memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia
pendidikan moral dalam keluarga perlu ditanamkan pada sejak dini pada setiap individu.
Keluarga merupakan institusi yang pertama kali bagi anak dalam mendapatkan pendidikan dari
orangtuanya. Jadi keluarga mempunyai peran penting dalam pembentukan akhlak anak, oleh
karena itu keluarga harus memberikan pendidikan atau mengajar anak tentang akhlak mulia
atau baik. Ajaran-ajaran yang dapat diberikan pada anak-anaknya diantaranya kebenaran,
kejujuran, keikhlasan, kesabaran, kasih sayang, cinta kebaikan, pemurah, berani dan lain-lain.
19

Memang bukan hal mudah untuk mengajarkan nilai-nilai karakter yang baik kepada
anak, namun jika tidak dimulai sejak usia dini justru orangtua akan menghadapi kesulitan di
belakang hari. Adapun peran yang dilakukan orangtua dalam menebar virus karakter kepada
anak dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Menanamkan nilai kebaikan kepada anak. 2)
Menggunakan cara yang membuat anak memiliki keinginan untuk berbuat baik. 3)
Mengembangkan sikap mencintai perbuatan yang baik. 4) Melaksanakan perbuatan baik.
Karakter yang sudah mulai dibangun melalui konsep diaplikasikan dalam proses pembelajaran
informal dalam keluarga.

18
Retnawati, “Perbandingan Estimasi Kemampuan Laten Antara Metode Maksimum Likelihood Dan Metode
Bayes.”
19
Heppy Hyma Puspytasari, “Peran Keluarga dalam Pendidikan Karakter bagi Anak,” Pendidikan Islam 6, no. 1
(2022): 1–15, https://core.ac.uk/download/235260676.pdf.

11
Selama proses pendidikan karakter dijalankan oleh orangtua di rumah, maka orangtua
tetap berkewajiban memantau perkembangan anak secara terus-menerus. Pemantauan secara
kontinyu merupakan wujud dari pelaksanaan pembangunan karakter. Beberapa hal yang perlu
dipantau antara lain: kedisiplinan mulai dari bagun tidur di pagi hari, pembiasaan jam
berangkat ke sekolah (jika anak sudah memasuki usia prasekolah), pembiasaan berdoa sebelum
makan, pembiasaan dalam berbicara (sopan santun berbicara), maupun etika bertemu dengan
oranglain. Jika anak sudah melakukan pembiasaan berbuat baik, maka perlu diberikan muatan
reward misalnya pujian, orangtua memenuhi janji kepada anak, memberikan apresiasi dan
penghargaan kepada anak. Tetapi bagi anak yang belum bisa melakukan pembiasaan berbuat
baik atau masih sering melakukan aktivitas di luar aturan, maka perlu langkah persuasif agar
bisa melakukan pembiasaan yang positif. Orang tua memiliki peranan yang sangat besar dalam
membangun karakter anak. Waktu anak di rumah lebih banyak dibandingkan di sekolah.
Apalagi, sekolah merupakan lingkungan yang dikendalikan. Anak bisa saja hanya takut pada
aturan yang dibuat. Sementara, rumah merupakan lingkungan sebenarnya yang dihadapi anak.
Rumah adalah tempat pertama anak berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya.20

G. Pentingnya Pendidikan karakter Anak Usia Dini


Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan Pendidikan nasional. Pasal 1 UUD
Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan ahlak
mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk
insan Indonesia yang cerdas, namun juga kepribadian atau karakter, sehingga nantinya akan
lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang bernapas nilai-nilai
luhur bangsa serta agama. Pendidikan bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat
itu, juga sejalan dengan pendapat Dr. Martin Luther King, Yakni : “Intelligence pus character...
that is the goal of true educatio” (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan
yang sebenarnya).
Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan,
seorang anak akan menjadi cerdas emosinya, Kecerdasan emosi ini adalah bekal yang penting
dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah
dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk
berhasil secara akademis. Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya dimulai di usia kanak –

20
Widianto, “Peran orangtua dalam meningkatkan pendidikan karakter anak usia dini dalam keluarga.”

12
kanak atau yang biasa disebut oleh para ahli Psikologi sebagai usia emas (Golden Age), karena
usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabiitas kecerdasan orang dewasa sudah
terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan
20 % sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa merupakan lingkungan pertama bagi
pertumbuhan karakter anak.
Selain itu, Saat usia dini, lebih mudah membentuk karakter anak. Sebab, ia lebih cepat
menyerap perilaku dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini, perkembangan mental
berlangsung sangat cepat. Oleh karena itu, lingkungan yang baik akan membentuk karakter
yang positif. Pengalaman anak pada tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah
ia akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan
semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya. 21

H. Hambatan dalam Meningkatkan Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini Dalam
Keluarga
Selain di rumah, aspek yang dominan dalam membentuk perkembangan karakter anak
juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Mudahnya anak jaman sekarang dalam mengakses
hiburan yang seharusnya menjadi hiburan orang dewasa menjadi kekhawatiran yang tinggi
pada kalangan tertentu. Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa orangtua merasa tidak
berdaya ketika pengaruh lingkungan yang bersifat destruktif sudah merasuki dalam benak
anak-anak. Perkembangan media masa kini sangat pesat. Namun, tentunya ada dampak positif
dan negatifnya. Media televisi, koran, internet, hiburan di lingkungan sekitar yang mudah
diakses dan tanpa adanya filter yang mampu menyaring tanyangan tersebut juga turut
berkontribusi dalam perkembangan karakter anak. Dari pengalaman orangtua menjelaskan
bahhwa keberadaan tayangan televisi saat ini lebih intensif jika dibandingkan pengamanan dari
orangtua. Hambatan lain yang dialami oleh orangtua adalah kebiasaan berperilaku sopan
santun yang sudah mulai luntur. Kebiasaan ini sudah tergantikan dengan kebiasaan yang konon
katanya disebut ‘modern’. Bahasa yang digunakan pun sudah jauh dari definisi sopan dan
santun. Anak lebih mudah menirukan kebiasaan seperti ini dari lingkungan sekitar. 22
Dalam memahami karakter anak kita kan menemukan berbagai macam kendala seperti
misalnya: pertama, susah diatur dan diajak kerja sama. Hal yang paling nampak adalah anak

21
Rida Sinaga, “Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini,” Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat 5, no. 2
(2018): 180.
22
Widianto, “Peran orangtua dalam meningkatkan pendidikan karakter anak usia dini dalam keluarga.”

13
akan membangkang, akan semaunya sendiri, mulai mengatur tidak mau ini dan itu. Pada fase
ini anak sangat ingin memegang kontrol. Mulai ada “pemberontakan” dari dalam dirinya. Hal
yang dapat kita lakukan adalah memahaminya dan kita sebaiknya menanggapinya dengan
kondisi emosi yang tenang. Adapun hambatan yang kedua yakni anak kurang terbuka pada
orang tua. Saat orang tua bertanya “Gimana sekolahnya?” anak menjawab “biasa saja”,
menjawab dengan malas, namun anehnya pada temannya dia begitu terbuka. Aneh bukan? Ini
adalah ciri ke 2, nah pada saat ini dapat dikatakan figure orangtua tergantikan dengan pihak
lain (teman ataupun ketua gang, pacar, dll). Saat ini terjadi kita sebagai orangtua hendaknya
mawas diri dan mulai menganti pendekatan kita.
Adapun yang menjadi hambatan orang tua dalam proses pendidikan karakter pada anak,
misalnya seperti hambatan internal. Hambatan ini dapat berupa kurang intensitasnya
komunikasi dalam keluarga. Terbatasnya waktu bertemu dengan anak karena dihadapkan pada
rutinitas pekerjaan dari pagi sampai sore. Walaupun ada waktu malam kadang-kadang
kelelahan sehingga butuh waktu istirahat. Sedangkan hambatan eksternal lainnya seperti faktor
lingkungan. Pengaruh lingkungan sosial masyarakat merupakan kendala bagi pembentuan
karater pada anak. Lingkungan mempunyai pengaruh sangat besar dalam membentuk dan
menentukan perubahan sikap dan perilaku pada anak anak. Selalu menegur anak ketika
bermain dengan temanya yang nakal, karena bukan tidak mungkin anak akan mengikuti
temannya itu yang memang di takutkan.23

I. Pendidikan Islam Dalam Keluarga


Ahmad Marimba mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan
jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran Islam. Kepribadian yang utama dimaksud adalah kepribadian yang memiliki
nilai-nilai ajaran Islam dan bertanggung jawab dengan nilai-nilai Islam pula. Dari uraian di atas
dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan Islam adalah usaha yang berupa bimbingan dan
asuhan terhadap anak agar ia tidak akan terjerumus pada tindakan-tindakan yang bertentangan
ajaran Islam, apalagi menghadapi Era globalisasi yang mungkin menjerumuskan anak
kelembah kemaksiatan. Untuk itu sedini mungkin memberikan secara terus menerus nilainilai
keimanan yang bisa menghantarkan anak kita kejalan yang lebih baik. Intinya selamat di dunia
dan lebih-lebih diakhirat kelak.

23
Puspytasari, “Peran Keluarga dalam Pendidikan Karakter bagi Anak.”

14
Pendidikan yang dilakukan dalam lingkungan keluarga bertujuan agar seluruh keluarga
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Untuk mencapai tujuan ini tergantung kepada
program pendidikan yang diajarkan oleh orang tua yang dimulai dari masa kanak-kanak.
Semua materi yang diajarkan kepada anggota keluarga, harus bersumber pada dalil Al-Qur’an
dan Hadits. Hal tersebut sejalan dengan aktivitas Luqman Al-Hakimi dalam mendidik anaknya
sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Luqman ayat 13-19. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa yang menjadi materi pelajaran Luqman dalam keluarganya meliputi
pendidikan akidah, ibadah serta akhlak.

SIMPULAN
Berdasakan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
bahwa pembentukan karakter berproses dari keluarga, fungsi keluarga dalam bangunan
masyarakat adalah sebagai pondasi yang utama karena di sana waktu yang sering dihabiskan
oleh anak-anak, sehingga pengaruh keluarga sangat kental dengan anak yang bersangkutan.
Peran orang tua sangat berpengaruh terhadap anak. Peran yang begitu trategis yang diemban
oleh orang tua dalam membangun kecerdasan dan karakter anak, dalam kenyataan masih
banyak orang tua yang tidak memperhatikan tugas mulia mereka. Karakter anak sejak dini
harus dibentuk sebab agar anak nantinya memiliki jati diri serta pandangan hidup yang baik
saat tumbuh dewasa. Oleh karena itu, karakter anak juga perlu dikembangkan agar anak
memiliki pengalaman yang beragam dan kepribadian yang baik. usaha pendidikan karakter
melalui lingkungan keluarga dapat dilakukan setidaknya melalui 4 cara yaitu: keteladanan,
pembiasaan, nasehat dan hukuman serta motivasi terhadap anak. Cara-cara tersebut
dilaksanakan dengan pola yang baik yang diulangi secara terus menerus dan berlangsung
secara konsisten. Pendidikan karakter dalam lingkungan keluarga merupakan amanah dan
tugas serta kewajiban bagi kita semua. Pemahaman dan penyelarasan serta penyesuaiantentang
lingkungan pendidikan keluarga serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari merupakan
wujud tanggung jawab kita.
Untuk membentuk karakter anak keluarga harus memenuhi tiga syarat dasar bagi
terbentuknya kepribadian yang baik, yaitu maternal bonding, rasa aman, dan stimulasi fisik dan
mental. Selain itu, jenis pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anaknya juga menentukan
keberhasilan pendidikan karakter anak di rumah. Kesalahan dalam pengasuhan anak di
keluarga akan berakibat pada kegagalan dalam pembentukan karakter yang baik. Hambatan

15
hambatan peran orang tua dalam pendidikan karakter bagi anak adalah hambatan internal dan
eksternal. Hambatan internal berupa kurang intensitasnya komunikasi dalam keluarga
disebabkan kesibukan orang tua yang bekerja. Sedangkan hambatan eksternal berupa pengaruh
pergaulan lingkungan social masyarakat dan pengaruh teknologi informasi dan komunikasi.

Saran
Setelah penulis menyelesaikan membahas, menganalisis data dan mengambil
kesimpulan dari hasil penelitian maka penulis ingin menyarankan bahwa :
1) Pendidikan karakter yang yang terjadi di lingkungan keluarga perlu ditingkatkan
menuju ke arah yang lebih baik lagi dengan memegang teguh tingkat konsistensi,
2) Orangtua perlu memahami metode mengembangkan karakter pada anak dengan cara
yang menarik dan menyenangkan dan tidak membosankan bagi anak,
3) Perlunya mengatasi kendala-kendala yang dihadapi orangtua dalam mengajarkan
pendidikan karakter kepada anak melalui kegiatan parenting, diskusi dengan sesama
orangtua, maupun konsultasi dengan pakar pendidikan anak usia dini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arbain, Arbain, Syeh Hawib Hamzah, dan Imroh Atul Musfirah. “Pengaruh Pendidikan Islam
dalam Keluarga terhadap Pengembangan Karakter Anak.” Tarbiyah Wa Ta’lim: Jurnal
Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran 5, no. 3 (2018): 1–14.
Astuti, Roswida Sri. “Pengaruh Pendidikan Karakter Dalam Keluarga Terhadap
Pembentukan Akhlak Anak Di Rt 24 Kelurahan Kandang Mas Kota Bengkulu” (2021):
1–112.
Dwi Putri, Meina, dan Robandi Roni Moh Arifin. “Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.” A n t o l o g i U P I 5, no. 1 (2014): 1–12.
Fauziddin, Mohammad. “Upaya Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak Usia 4-5 Tahun
melalui Kegiatan Menceritakan Kembali Isi Cerita di Kelompok Bermain Aisyiyah
Gobah Kecamatan Tambang.” Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 1, no.
1 (2017): 42.
Madaniyah, Jurnal, Pendidikan Karakter Anak, dan Dalam Keluarga. “PENDIDIKAN
KARAKTER ANAK DALAM KELUARGA Suriadi, Kamil, Mujahidin 1” 9 (2019):
251–267.
Puspitasari, Hardianti. “Pengaruh Pendidikan dalam Keluarga terhadap Pembentukan
Karakter Siswa di SMPN 2 Watansoppeng.” Journal of Chemical Information and
Modeling 53, no. 9 (2019): 1689–1699.
Puspytasari, Heppy Hyma. “Peran Keluarga dalam Pendidikan Karakter bagi Anak.”
Pendidikan Islam 6, no. 1 (2022): 1–15. https://core.ac.uk/download/235260676.pdf.
Retnawati, Heri. “Perbandingan Estimasi Kemampuan Laten Antara Metode Maksimum
Likelihood Dan Metode Bayes.” Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 19, no. 2
(2015): 145–155.
Setiardi, Dicky. “Keluarga Sebagai Sumber Pendidikan Karakter Bagi Anak.” Tarbawi :
Jurnal Pendidikan Islam 14, no. 2 (2017).
Sinaga, Rida. “Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini.” Societas Dei: Jurnal Agama dan
Masyarakat 5, no. 2 (2018): 180.
Widianto, Edi. “Peran orangtua dalam meningkatkan pendidikan karakter anak usia dini
dalam keluarga.” Jurnal pendidikan dan pemberlajaran anak usia dini 2, no. 1 (2015):
1–75.

17

You might also like