You are on page 1of 15

Farid Kurniawan Noor Zaman

MAKNA SEMAR DALAM KALIMAH SYAHADAT


PADA SENI LUKIS KACA CIREBON
Farid Kurniawan Noor Zaman
Anis Sujana
Zaenudin Ramli
Fakultas Seni Rupa & Desain, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung
Jl. Buah Batu No. 212, Bandung
e-mail: farid_kurniawan_nz@yahoo.com

ABSTRACT

This undergraduate thesis is based on the searching of meaning contained in one of Cirebon glass
paintings made by Rastika, which is about the relation between kalimah syahadat (the two Arabic
sentences expressing the Muslim creed), Semar, Rastika and Gegesik society. Problems formulated in this
research are: 1) How is the visualization of Semar in kalimah syahadat in Cirebon glass painting made
by Rastika; 2) What is the meaning of Semar in its visualization in kalimah syahadat of Rastika’s glass
painting within the context of Gegesik society. The method used in this research is analysis descriptive
method in the form of qualitative research. The research also uses art anthropology and ethnography
approaches from ethnic perspective. The research results show that Semar is a shadow play character
whose form of a shadow puppet was made by Sunan Kalijaga. Its form, gesture, color and accessories all
have symbols of virtue. The amulet layang kalimasada that it owns is the most powerful amulet and are
feared by its enemies. Therefore, after glass painting came to Cirebon, gradually this kind of art began
to give its favor in spreading Islamic teachings. For example by painting Semar in syahadat calligraphy.
It is expected that values contained in glass painting of Semar in kalimah syahadat calligraphy is not
forgotten and kept to be applied in daily lives.

Keywords: Semar, Syahadat, Rastika, Gegesik, Lukis Kaca Cirebon

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pencarian makna yang terkandung pada salah satu lukisan kaca
Cirebon karya Rastika yaitu mengenai kaitan antara kalimah syahadat, Semar, Rastika dan masyarakat
Gegesik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) bagaimana
penggambaran Semar dalam kalimah syahadat pada seni lukis kaca Cirebon karya Rastika, 2) apa
makna Semar dalam penggambarannya pada kalimah syahadat seni lukis kaca karya Rastika dalam
konteks masyarakat Gegesik. Metode yang digunakan adalah metode deskripsi analisis dengan
bentuk penelitian kualitatif. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan antropologi seni dan
etnografi dengan sudut pandang emik. Berdasarkan hasil penelitian terhadap makna Semar dalam
kalimah syahadat pada seni lukis kaca Cirebon karya Rastika ini ditemukan bahwa Semar merupakan
tokoh pewayangan yang wujudnya diciptakan dalam bentuk wayang kulit oleh Sunan Kalijaga. Baik
bentuk, gestur, warna, serta aksesoris yang dipakainya memiliki simbol-simbol kebaikan. Jimat layang
kalimasada yang dimilikinya merupakan jimat yang paling sakti dan ditakuti para musuh. Maka dari
itu, setelah lukisan kaca masuk ke Cirebon, lambat laun kesenian ini mulai ikut membantu dalam
menyebarkan agama Islam. Salah satunya dengan cara melukiskan Semar dalam kaligrafi syahadat.
Diharapkan, makna-makna yang terkandung dalam lukisan kaca Semar pada kaligrafi kalimah
syahadat ini tidak dilupakan dan terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kata Kunci: Semar, Syahadat, Rastika, Gegesik, Lukis Kaca Cirebon

271
Makna Semar dalam Kalimat Syahadat pada Seni Lukis Kaca Cirebon

PENDAHULUAN hampir secara keseluruhan tokoh-tokoh dan


cerita-cerita wayang di Jawa berasal dari India,
Dalam bidang seni rupa khusunya seni akan tetapi wayang yang dilukiskan pada seni
lukis, Cirebon memiliki satu jenis kesenian lukis kaca Cirebon diadaptasi dari wayang kulit
yang cukup terkenal yaitu seni lukis kaca. dan cerita pewayangan yang telah mengalami
Berbeda dengan seni lukis pada umumnya yang Islamisasi dan berkembang di daerahnya.
banyak menggunakan media kertas dan kanvas, Tema-tema Islam lain yang berasal dari India
beberapa seniman Cirebon melukis dengan adalah Buraq, kendaraan Nabi Muhammad
menggunakan media kaca. saat peristiwa Isra Mi’raj yaitu berbentuk
Seni lukis kaca Cirebon memang terbilang kuda bersayap dengan kepala seorang wanita.
unik dan rumit karena cara melukisnya yang Pengaruh dari Cina, motif mega mendung dan
terbalik dari sisi belakang kaca, bukan bagian wadasan merupakan ornamen yang paling sering
depannya. Selain itu, pada proses melukisnya muncul pada seni lukis kaca yang telah menjadi
diperlukan keterampilan khusus seperti ciri khas Cirebon. Di Cina sendiri, biasanya
ketelitian, kecermatan, kesabaran, dan lain-lain. lukisan kaca menggambarkan tokoh-tokoh
Wajar saja karena setiap lekukan garis dibuat Dewa seperti Dewi Kuan Im, pemandangan,
secara terbalik. Begitupun dengan pewarnaan hewan dan tumbuhan seperti bambu dan bunga
termasuk membuat efek gradasi hanya bisa teratai.
dilakukan dengan sekali sapuan saja. Bahkan Maka sampai saat ini, tema-tema atau
kini seiring perkembangan zaman, pemberian objek-objek yang sering dijumpai pada seni
warna khususnya pada latar belakang lukisan lukis kaca Cirebon di antaranya tema-tema
dilakukan dengan teknik semprot atau air Islam, tokoh-tokoh pewayangan dan kaligrafi
brush. Medianya pun tidak hanya cat dan kaca arab dengan motif mega mendung dan wadasan
saja, beberapa ada yang menggunakan media sebagai elemen penghiasnya.
pendukung lain seperti lem, pasir, tali, gabah Cirebon sendiri merupakan pusat
padi, dan lain-lain. penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Tentunya
Pada zaman dahulu, tentunya masyarakat budaya dan seni Islam berbeda dengan budaya
Cirebon tidak mengenal lukisan kaca. Hal ini atau seni lainnya terutama Hindu-Budha yang
karena seni lukis kaca Cirebon merupakan mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakat
sebuah kesenian khas Cirebon hasil akulturasi lokal sebelumnya. Ditambah lagi kepercayaan
dari beberapa seni budaya di berbagai negara. masyarakat Cirebon sebelumnya yang menganut
Dalam buku II Libro dell ‘Arte karangan Cenino kepercayaan animisme dan dinamisme semakin
d’Andrea dikemukakan bahwa lukisan kaca menjadikan budaya dan kesenian Islam di
pertama kali ditemukan di Belanda pada abad Indonesia berbeda dengan kesenian Islam di
ke-14, kemudian berkembang ke seluruh daerah atau negara lainnya. Meskipun terdapat
Eropa dan Iran. Setelah itu, lukisan kaca terus persamaan pada objeknya, akan tetapi cara serta
mengalami perkembangan hingga ke wilayah nilai-nilai yang disampaikan dan ditampilkan
Asia, khususnya India, Cina, dan Jepang yang juga bisa menjadi berbeda, atau sebaliknya.
memiliki peran yang cukup penting terhadap Ajaran agama Islam yang tidak boleh
lahirnya seni lukis kaca Cirebon. melukiskan makhluk bernyawa secara real
Tentunya seni lukis kaca Cirebon memiliki berdampak pada terciptanya wayang kulit yang
perbedaan dibandingkan dengan seni lukis merupakan hasil distorsi dari bentuk dewa-
kaca dari negara-negara lain. Seni kaligrafi dewa dan manusia. Ini merupakan kejeniusan
merupakan pengaruh dari Timur Tengah seperti para Wali terdahulu dalam menyebarkan agama
Arab dan Iran. Di India, lukisan kaca banyak Islam di Cirebon, terutama Sunan Kalijaga yang
menggambarkan tokoh-tokoh Dewa seperti bisa dibilang ahli dalam seni pertunjukan.
Ganesha, Hanoman, dan lain-lain. Meskipun Ia memanfaatkan wayang sebagai media
272
Farid Kurniawan Noor Zaman

dakwahnya yang saat itu digemari masyarakat Cirebon. Hal ini bukan tanpa alasan mengingat
Cirebon bahkan hingga kini. Selain itu, kaligrafi di Gegesik masih banyak sekali budaya dan
juga menjadi seni yang berkembang di daerah kesenian asli yang masih dijaga dan dipelihara
Cirebon akibat besarnya pengaruh Islam di hingga sekarang. Salah satu contohnya ialah pada
daerah tersebut. waktu dan acara-acara tertentu, di daerah ini
Hal ini tentunya berdampak pula pada selalu ramai mengadakan pesta rakyat bahkan
karakteristik dari seni lukis kaca itu sendiri. Seni hingga berhari-hari. Acara tersebut biasanya
lukis kaca terus mengalami perkembangan baik berupa festival, pameran, pertunjukan kesenian
dari bentuk maupun penyebarannya. Meskipun baik tradisional maupun modern, dan lain-lain.
pada mulanya seni lukis kaca ini hanya Di kecamatan gegesik pula banyak warganya
berkembang di kalangan istana atau kraton, yang berprofesi sebagai kiai atau mubaligh,
lambat laun mulai berkembang di kalangan dalang, penatah wayang kulit, pengrajin topeng,
masyarakat menengah ke bawah. Para artisan penari, serta pelukis kaca. Hanya saja saat ini,
seni lukis kaca dengan kreativitasnya berhasil jumlah mereka terus berkurang terutama para
membuat seni kaligrafi yang diolah sedemikian pelukis kaca. Hanya ada beberapa orang saja
rupa sehingga membentuk sebuah objek wayang yang benar-benar bisa disebut sebagai pelukis
pada seni lukis kaca Cirebon. Yang paling sering kaca asli karena dia menggantungkan hidupnya
dijumpai adalah tokoh-tokoh Panakawan seperti hanya berdasarkan keahliannya melukis di atas
Petruk, Gareng, Togog, dan Semar. Namun Semar kaca, salah satunya adalah Kusdono—anak sang
adalah tokoh Panakawan yang paling sering maestro lukis kaca, Rastika.
dilukis dibandingkan dengan tokoh panakawan Pada seni lukis kaca Cirebon, terdapat dua
lainnya. tulisan arab yang dibentuk menyerupai Semar
Ada pendapat yang mengatakan bahwa yaitu kalimah syahadat (kalimasada) dan ayat
nama Semar berarti samar atau misterius. kursi. Rastika sendiri sebagai seniman dari
Terlebih tokoh ini tidak ada pada cerita-cerita Gegesik, dulu banyak membuat lukisan kaligrafi
Hindu dari India. Tokoh Semar adalah tokoh syahadat berbentuk Semar. Pertanyaannya,
pewayangan asli Indonesia, khususnya Jawa dan adakah korelasi antara kalimah-kalimah
konon merupakan konsep ke-Ilahian meskipun tersebut dengan tokoh semar pada seni lukis
keberadaannya masih simpang siur karena kaca Cirebon? Ataukah hanya sebatas bentuk
banyaknya pendapat. Maka tak heran pada estetik saja? Untuk menjawab pertanyaan
saat pertunjukan wayang, saat sosok semar tersebut perlu dilakukan penelitian guna
muncul, ia menjadi kokolot yang selalu memberi mendapatkan informasi yang tepat dan akurat
nasehat-nasehat serta ajaran-ajaran kebaikan serta bisa dipertanggungjawabkan.
pada tokoh-tokoh di sekitarnya terutama pada
Pandawa Lima. Meskipun terdapat beberapa
perbedaan baik dalam bentuk maupun nilai METODE
filsafatnya, akan tetapi secara garis besar konsep
Semar masih bisa ditarik benang merahnya, baik Dalam upaya memahami penggambaran
di Jawa maupun di Cirebon. Semar pada kaligrafi seni lukis kaca cirebon
Salah satu daerah di Cirebon yang masih ini, penulis menggunakan metode penelitian
memegang teguh kebudayaan yang diwariskan kualitatif. Hal itu dikarenakan tujuan penulis
leluhurnya—termasuk mengenai pewayangan— yang lebih menitik beratkan pada makna-makna
ialah kecamatan Gegesik, khususnya di empat yang terkandung pada sebuah karya. Untuk
desa sebagai desa induk, yaitu Gegesik Kidul, itu, diperlukan analisis untuk menemukan
Gegesik Kulon, Gegesik Wetan dan Gegesik nilai tersebut dibandingkan hanya sekedar
Lor. Bahkan akhir-akhir ini bupati Cirebon pemaparan data atau deskripsi saja. Maka,
menjadikan Gegesik sebagai kampung budaya di tulisan yang akan dihasilkan nantinya akan
273
Makna Semar dalam Kalimat Syahadat pada Seni Lukis Kaca Cirebon

bersifat deskripsi analisis. Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya


Penelitian kualitatif adalah sebuah yang berjudul Pengantar Ilmu Antropologi,
metode penelitian yang lebih menekankan pada metode pengumpulan data dalam ilmu
aspek pemahaman secara mendalam terhadap pengetahuan dapat digolongkan ke dalam
suatu permasalahan. Biasanya data yang tiga golongan, yaitu penelitian di lapangan,
dikumpulkan dan disajikan lebih banyak kata- penelitian di laboratorium, dan penelitian dalam
kata dan gambar daripada angka-angka. perpustakaan. (Koentjaraningrat, 1990: 42)
Untuk membedah karya Rastika ini Berdasarkan tiga golongan yang telah
diperlukan suatu pendekatan, baik untuk disebutkan di atas, maka metode yang paling
memahami visualnya maupun makna yang cocok untuk dipakai penulis adalah observasi
terkandung di dalamnya. Secara visual, atau penelitian langsung ke lapangan. Di sini,
diperlukan metode yaitu teori dasar mengenai penulis menceburkan diri dan ikut berbaur
unsur-unsur seni rupa. Pada dasarnya, karya seni dengan masyarakat setempat, meilhat langsung
rupa bersifat membenda. Artinya dia memiliki bagaimana cara mereka hidup dan berbudaya.
wujud serta bisa dilihat oleh mata dan diraba. Selain itu, penulis dapat melakukan wawancara
Unsur-unsur seni rupa tersebut meliputi titik, kepada tokoh-tokoh yang dapat mewakili
garis, bidang, gempal, tekstur, warna, ruang, dan sebagian besar masyarakat setempat. Kalau pun
gelap terang. memakai metode penelitian perpustakaan, itu
Untuk memahami konteks karya, penulis hanya sebagai acuan awal serta mencari teori-
menggunakan pendekatan ilmu Antropologi teori yang bisa diadaptasi, yang akan membantu
Seni karena adanya keterkaitan antara karya dan memudahkan penulis dalam melakukan
yang akan diteliti dengan pengaruh kebudayaan penelitian.
setempat yang memiliki andil besar terhadap Setelah data-data terkumpul dan dicatat,
terciptanya karya tersebut. Kata antropologi maka catatan atau field notes tadi harus
sendiri berasal dari bahasa Yunani anthropos diubah sedemikian rupa sehingga menjadi
yang berarti manusia atau orang. Sedangkan karya tulis yang bisa dipublikasikan dan dapat
logos berarti wacana atau ilmu. Jadi, antropologi dipertanggungjawabkan. Selain itu, tulisan
adalah ilmu tentang manusia. Tujuan dari tersebut nantinya juga dapat dipakai oleh
ilmu ini adalah untuk lebih memahami dan pembaca sebagai acuan dalam melakukan
mengapresiasi manusia sebagai makhluk sosial. penelitian lainnya.
Ada beberapa ilmu yang mencakup
antropologi, di antaranya antropologi biologi
dan antropologi budaya. Dari kedua cakupan HASIL DAN PEMBAHASAN
ilmu antropologi tersebut, penulis mengadopsi
ilmu antropologi budaya karena penulis Penggambaran Semar pada Kaligrafi Islam
akan meneliti suatu karya seni yang memiliki Seni Lukis Kaca Cirebon Karya Rastika
hubungan erat dengan pembuatnya dan
masyarakat setempat. Lebih khususnya yaitu Ada cukup banyak kaligrafi yang dibuat
metode etnografi berdasarkan pemikiran James ke dalam bentuk beberapa tokoh pewayangan.
P. Spradley dengan pendekatan emik. Salah satu yang paling terkenal—karena banyak
Etnografi ditinjau secara harfiah berarti dijumpai—adalah kaligrafi syahadat berbentuk
tulisan atau laporan tentang suatu suku Semar.
bangsa atau wilayah yang ditulis oleh seorang Kaligrafi syahadat ini dibuat persis
antropolog. Pengertian lain adalah sebuah menyerupai Semar Cirebon berdasarkan
hasil penelitian lapangan selama sekian bulan pakemnya yang memiliki perbedaan dengan
atau tahun terhadap suatu masyarakat di suatu pakem Semar di Jawa. (Kontjayaningrat, 1990:
daerah. 60-68) Adapun ciri-ciri Semar adalah sebagai
274
Farid Kurniawan Noor Zaman

sekali meskipun pada beberapa bagian terlihat


karena menggunakan teknik gelap terang
atau gradasi. Sapuan kuasnya halus tanpa efek
tekstur yang kasar.
Meskipun menggunakan teknik kaligrafi
Islam, akan tetapi sepintas tulisannya tidak
terbaca sama sekali. Garis-garisnya terlihat
rumit dan membingungkan. Bahkan hurufnya
seperti tidak ditulis dan disusun dengan rapi.
Banyak sekali lengkungan-lengkungan serta
garis-garis yang saling tumpang tindih. Perlu
diperhatikan secara seksama dan mendalam
untuk mengetahui persis letak huruf-hurufnya
agar bisa terbaca.
Adapun mengenai jenisnya berdasarkan
buku Seni Kaligrafi Islam yang ditulis oleh
Sirojuddin AR, karya Rastika ini termasuk
ke dalam seni kaligrafi kontemporer yang
Gambar 1. Transformasi dari Semar Jawa ke Semar dalam bentuk merupakan sebuah gerakan yang menjauhkan
syahadat pada seni lukis kaca Cirebon karya Rastika
(Sumber: Febribermawan.wordpress.com & Dokumen Penulis, 2016) diri dari kaidah-kaidah atau aturan-aturan
baku yang telah ada sebelumnya seperti khat
berikut: Bentuk badannya unik yaitu bulat Naskhi, Sulus, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi
berwarna hitam dengan muka putih. Ada dan Riqah. Kaligrafi kontemporer ini penuh
pendapat yang mengatakan bahwa nama Semar dinamika dan kreativitas dari sang seniman
sendiri diambil dari kata Semat yang berarti untuk menciptakan karya yang baru, beda, unik,
bulat. Semar selalu tersenyum, akan tetapi atau bahkan aneh.
matanya sembab. Wajahnya terlihat tua, tetapi Sirojuddin AR. (2000: 168) mengemukakan
rambutnya digambarkan seperti anak kecil ciri-ciri “pelanggaran” yang menunjuk pada
karena memiliki kuncung berwarna putih. Ia bukti kebebasan kreatif yang menghasilkan gaya
seperti laki-laki, tapi juga seperti perempuan berbeda ini dapat disimpulkan dari beberapa
karena memiliki payudara. Konon Semar adalah kemungkinan seperti berikut:
penjelmaan Dewa, akan tetapi hidup sebagai
rakyat jelata. Ia berdiri, tapi terlihat seperti 1.
Sepenuhnya berdiri sendiri sebagai
duduk. Biasanya memakai anting cabe dan suguhan khas pelukisnya, dengan
memakai gelang. mengabaikan sama sekali bentuk anatomi
Di Cirebon, Semar digambarkan sangat huruf khat murni. Bentuk ini merupakan
bulat dengan wajah yang lebih besar dan bulat eksplorasi teknik dan kebebasan ekspresi
pula. Jika di Jawa, Semar memakai kain yang penuh sang pelukis.
menutupi hampir seluruh badan bagian bawah,
di Cirebon Semar digambarkan berbeda, tidak 2. Merupakan hasil kombinasi antara imaji
menutupi seluruh badan bagian bawah. Berikut pelukis dengan gaya murni yang sudah
perubahan dari Semar Jawa secara umum hingga populer. Pada bagian ini, seni kaligrafi
Semar yang dibuat oleh Rastika dalam bentuk kontemporer masih mewarisi sedikit
seni lukis kaca (Gambar 1). warisan bentuk tradisionalnya.
Lukisan tersebut dibuat flat yang
merupakan adaptasi dari bentuk wayang kulit. Gaya kaligrafi kontemporer ini juga lebih
Kesan ruang seolah tidak ditampilkan sama mengarah pada kecenderungan tema, yang
275
Makna Semar dalam Kalimat Syahadat pada Seni Lukis Kaca Cirebon

Gambar 2. Contoh Kaligrafi Figural Gambar 3. Kaligrafi figural karya Rastika


(Sumber: nulama.blogspot.com. Diunduh pada tanggal 25 Agustus (Sumber: Penulis, 2016)
2016 pukul 16.30 WIB)

menghadirkan unsur kaligrafi secara mandiri seniman itu sendiri hingga membentuk tokoh
dan dilatari unsur lain dalam kesatuan estetik Semar.
dengan penampilan sebagai gaya ungkapan,
gaya, media dan teknik. Oleh karena itu, corak-
corak kaligrafi Islam kontemporer dibagi Makna Semar dalam Kalimah Syahadat pada
menjadi beberapa kategori oleh Ismail dan Seni Lukis Kaca Cirebon Karya Rastika
Lamya Al-Faruqi, di antaranya tradisional,
figural, ekspresionis, simbolik dan abstrak. Pada seni lukis kaca yang dibuatnya,
Karya Rastika yang kaligrafi dua kalimah Rastika melukiskan sosok Semar sesuai dengan
syahadat yang dibentuk menyerupai tokoh apa yang dipelajarinya dari Ki dalang Maruna
Semar ini sendiri masuk pada kategori kaligrafi yang kemudian menjadi pakemnya. Bentuk
figural. tersebut meliputi bentuk tubuh serta aksesoris
Disebut sebagai kaligrafi figural karena yang dipakainya. Untuk ornamen pendukung
ia menggabungkan motif-motif figural dengan yang selalu muncul hampir di setiap lukisan
unsur-unsur kaligrafi melalui pelbagai cara dan yang dibuatnya seperti daun, bunga, motif
gaya. Dalam tipe ini, desain huruf banyak yang mega mendung dan wadasan didapatkan dari
diperpanjang, diperpendek, melebar, menyelip, berbagai sumber yang dilihatnya, khsusunya
atau diperinci dengan perluasan lingkaran, atau pada seni lukis kaca yang kemudian ikut ia
tanda-tanda tambahan dan sisipan lain yang adaptasikan pada karyanya. Belakangan, ia
dibuat agar sesuai dengan bentuk non kaligrafis, kemudian mengembangkan pula tulisan-tulisan
geometris, floral, fauna, atau sosok manusia. kaligrafi arab yang dibuat menyerupai suatu
Hal ini bisa kita lihat secara jelas pada objek. Kalimat yang paling sering ia adaptasi ke
karya Rastika di mana kaligrafi tersebut tidak dalam lukisannya yaitu dua kalimah syahadat
dibuat berdasarkan kaidah khat yang telah ada, yang dibentuk menyerupai tokoh Semar.
melainkan huruf-hurufnya dibentuk dan distilasi Kemudian adakah korelasi antara kalimah
sedemikian rupa berdasarkan kreativitas sang syahadat dengan tokoh Semar pada lukisan kaca
276
Farid Kurniawan Noor Zaman

karya Rastika? Jawabannya tentu ada meskipun itu, beberapa orang atau kelompok menjadikan
tidak banyak. Semar khususnya ajaran yang dibawanya sebagai
Menurut penuturan Kusdono, Semar pusaka yang harus terus dijaga, dilestarikan dan
merupakan tokoh yang difavoritkan olehnya diperkenalkan kepada khalayak luas.
dan Rastika. Bahkan, pada eranya Rastika, sosok Di Gegesik, dikisahkan bahwa tokoh
Semar ini menjadi panutan bagi warga Gegesik, Semar ini memiliki banyak jimat seperti
terutama bagi mereka yang mengerti akan keris pancaroba, cupu lenga kejayan, bunga
pewayangan, khususnya penatah wayang dan wijayakusuma, dan jimat layang kalimah sahadat
dalang. Tokoh ini dianggap tokoh yang paling (kalimasada) yang memiliki kesaktian tiada tara.
sempurna dan mengandung nilai-nilai kebaikan Jimat layang kalimasada ini merupakan jimat
yang harus diadaptasi ke dalam kehidupan yang paling ditakuti oleh para musuh, sekaligus
manusia. Meskipun bentuk luarannya jelek, yang paling dijaga karena kesaktiannya. Dengan
akan tetapi dalam jiwanya baik dan bagus. jimat ini, para Pandawa menjadi kuat dan
Manusia sejatinya jangan menilai seseorang rakyatnya sejahtera.
dari tampilan luarnya saja, akan tetapi harus Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
diperhatikan sikap dan karakternya sehari-hari. jimat berarti barang atau tulisan yang dianggap
Pada dasarnya, konsepsi Semar sendiri mempunyai kesaktian dan dapat melindungi
telah mewakili kalimah syahadat secara pemiliknya, digunakan sebagai penangkal
keseluruhan, yaitu sebagai konsepsi ketuhanan. penyakit dan sebagainya. Secara bahasa, jimat
Menurut K.H. Mansyur, tokoh Semar ini bahkan sendiri berasal dari kata siji sing dirumat
telah ada sejak dulu dan menjadi gambaran yang artinya satu yang harus dijaga. Jadi, jimat
nenek moyang bangsa Indonesia. Lebih jauh, kalimasada berarti satu yang harus dijaga, yaitu
masyarakat Jawa sejak dahulu telah mengenal Islam.
konsep Tuhan Yang Maha Esa bahkan sebelum Ono Sarwono (Media Indonesia, 2016)
Hindu, Budha dan Islam datang ke Indonesia. pernah menceritakan kisah pewayangan
Semar berasal dari kata mismarun yang dalam tulisannya di koran Media Indonesia
artinya paku. Paku sendiri merupakan alat untuk tentang hilangnya jimat layang kalimasada
membuat sesuatu menjadi tegak berdiri dengan yang berdampak pada hancurnya bumi Amarta.
kokoh dan tidak goyang. Inilah tugas Semar yang Banyak orang pintar yang menggunakan ilmunya
selalu membawa orang-orang di sekitarnya, baik untuk kepentingan pribadi. Korupsi marak
itu para Pandawa maupun para penonton tetap terjadi. Narkoba merajalela. Setelah jimat layang
tegak dan kokoh dalam memeluk agama Islam kalimasada ini ditemukan, barulah perlahan
serta terus berjalan di jalan Allah. Nama lain negeri Amarta kembali pulih.
dari Semar adalah Ismaya yang berasal dari kata Berdasarkan cerita tersebut, jika dipahami
asma-Ku yang merupakan simbol keteguhan dan secara mendalam, jimat layang kalimasada ini
kemantapan bahwa tiada Tuhan selain Allah. merupakan simbol, yaitu semacam ideologi
Jika diamati betul, apa yang dibawa mirip seperti Pancasila di negara Indonesia yang
Semar dan Pandawa ini sejalan dengan konsep harus dijaga. Jika ideologi tersebut hilang, maka
manunggaling kawula gusti yang ada di daerah akan berakibat pada rusaknya moral masyarakat
Jawa, khususnya Cirebon. Semar merupakan negeri tersebut.
konsep ketuhanan, sedangkan Pandawa K.H. Mansyur mengatakan bahwa fungsi
khususnya Arjuna sebagai orang yang sangat jimat layang kalimasada ini bisa sebagai pusaka,
menghormati dan patuh pada Semar adalah maupun pustaka. Pusaka berarti suatu benda
konsep manusianya. Melalui penghayatan yang dipercaya memiliki kekuatan, semacam
Semar, orang-orang bisa mengenal diri sendiri jimat atau pegangan hidup yang akan membawa
dan sesamanya, menyatu dengan alam nyata dan pemiliknya menuju keselamatan. Sedangkan
gaib, dan dekat dengan Tuhannya. Maka dari pustaka adalah sumber rujukan untuk melihat
277
Makna Semar dalam Kalimat Syahadat pada Seni Lukis Kaca Cirebon

Gambar 4. Lafal Asyhadu alla ilaha Illallah diletakkan pada bagian Gambar 5. Lafal waasyhadu anna Muhammadar Rasuulullah
atas badan Semar diletakkan pada bagian bawah badan Semar
(Sumber: Penulis, 2016) (Sumber: Penulis, 2016)

kebenaran dan mengatur kehidupan agar lafal Asyhadu alla ilaaha Illallaah di tempatkan
sejalan dengan konsep syahadat tauhid dan di bagian atas badan Semar meliputi kuncung,
syahadat rasul. Dalam cerita pewayangan, kepala bagian belakang, tangan, dan badan
jimat kalimasada ini berbentuk selembar surat (Gambar 4). Alasannya karena Allah adalah zat
(layang). Dalam kehidupan nyata, ini merupakan tertinggi. Tak akan ada satu makhluk pun yang
simbol dari kitab suci agama Islam, yaitu Al- bisa menandinginya.
quran sebagai pedoman hidup kaum muslim. Seorang muslim yang telah mengucapkan
Inilah alasan pertama mengapa Rastika dua kalimah syahadat hendaknya meyakini
membuat lukisan Semar yang dibuat dari bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang
susunan huruf arab bertuliskan dua kalimah patut disembah dan ditinggikan. Seberapa
syahadat (kalimasada). bagusnya amalan seseorang jika dia tidak
Pada kehidupan sehari-hari, manusia meyakini keberadaan Allah atau menyekutukan-
hendaknya selalu memegang teguh pada Nya, maka bisa dipastikan bahwa seluruh
keyakinannya terhadap Tuhan dan rasul-Nya amalannya tidak akan diterima oleh Allah.
agar terhindar dari segala mara bahaya serta Kalimah syahadat yang kedua adalah
selamat dunia akhirat. Karena tiada Tuhan waasyhadu anna Muhammadar Rasuulullah
selain Allah (makna kalimat syahadat pertama), diletakkan pada bagian bawah badan Semar,
maka tidak akan ada kekuatan yang melebihi, meliputi bokong dan kaki karena memang Semar
menyamai, atau bahkan mendekati keagungan digambarkan bulat seolah tidak mempunyai
dan kekuasaan Tuhan. Jika Allah sudah paha dan betis (Gambar 5).
menghendaki, maka tidak ada yang mustahil Seorang muslim hendaknya mempercayai
bagi-Nya. Pernyataan ini ada dalam Al-quran, bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah
bahkan disebut hingga delapan kali. dan menjadikannya sebagai suri tauladan yang
Pada lukisan Semar dalam kalimah baik untuk kebaikan hidup seorang muslim
syahadat karya Rastika, tulisan kalimah tersebut. Dirinya wajib membenarkan segala
syahadat ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama sesuatu yang dikabarkan oleh Nabi Muhammad
278
Farid Kurniawan Noor Zaman

Allah sehingga pada lukisan Semar yang


dibuat dari dua kalimah syahadat oleh Rastika,
penempatannya berada di bagian bawah tubuh
Semar. Manusia sebagai hamba hendaknya
menuruti apa yang diperintahkan oleh Allah.
Dia-lah pemegang kendali atas segala sesuatu.
Seperti halnya bokong sebagai pengikut, serta
tangan dan kaki yang hanya bisa digerakkan jika
seseorang memiliki tubuh.
Bagi umat Islam, kedua kalimah syahadat
tersebut harus diyakini dan diamalkan secara
beriringan dan tidak bisa dipisahkan satu sama
lain. Belum sah keislaman seseorang jika dia
hanya meyakini Allah tanpa meyakini rasul-Nya.
Begitu juga sebaliknya. Seperti halnya tubuh
Semar yang bisa dikatakan sempurna apabila
dia memiliki kepala, badan, bokong, kaki dan
sebagainya.
Gambar 6. Lafal Bismillahirrahmanirrahim diletakkan di bagian Pada karya yang sama, terdapat lafal
tangan kanan Semar
(Sumber: Penulis, 2016)
Bismillahirrahmanirrahim yang diletakkan pada
bagian tangan kanan Semar yang posisinya
tanpa meragukannya sedikit pun, melakukan berada paling belakang objek atau sebelah
apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang kanan tulisan (Gambar 6). Hal tersebut karena
dilarang karena sejatinya ajaran beliau berasal cara menulis dan membaca bahasa Arab dimulai
langsung dari Allah. dari arah kanan ke kiri. Tidak ada makna berarti
Namun perlu diingat bahwa meskipun pada bagian ini.
Nabi Muhammad adalah seorang nabi akhir Badan Semar digambarkan berbentuk
zaman yang harus dicintai dan diagungkan, bulat. Ini merupakan simbol dari bumi yang
akan tetapi seorang muslim tidak boleh manusia tempati. Semar itu sifatnya abadi karena
mengagungkannya secara berlebihan. Beliau jika Semar ini tiada, bisa dipastikan bahwa
sendiri pernah bersabda bahwa dia hanyalah bumi juga akan ikut hancur. Sesungguhnya yang
hamba, maka cukup menyebutnya hamba Allah dimaksud Semar di sini adalah bukan tokohnya,
dan rasul-Nya. akan tetapi sifat atau makna-makna kebaikan
Rastika dan Kusdono meyakini bahwa yang tergantung di dalamnya. Terlebih sudah
tidak ada seorang manusia pun yang sempurna. dijelaskan tadi bahwa Semar ini merupakan
Bahkan, mereka meyakini bahwa manusia konsep tauhid (syahadat) sehingga apabila
setengah sempurna saja itu sangat sulit manusia sudah tidak lagi memegang teguh
dijumpai. Termasuk halnya dengan para Nabi atau tidak lagi mempercayai Allah, maka bisa
sebagai manusia dan hamba yang juga pasti dipastikan dunia ini akan kiamat.
memiliki kekurangan di lain sisi. Pada dasarnya Pada karya Rastika, tidak semua kalimah
manusia adalah tempatnya khilaf dan salah syahadat membentuk tokoh Semar. Kedua
karena memiliki nafsu. Manusia juga diciptakan kalimah syahadat tersebut hanya meliputi bagian
dari tanah yang kotor. Maka ia bisa lebih mulia badan saja, khusunya pada bagian warna hitam.
daripada malaikat, tapi juga bisa lebih kotor dan Seperti pakemnya, Semar memang digambarkan
hina dari setan dan binatang. berwajah putih bersih (Gambar 7) dan berbadan
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka hitam legam. Hitam putih ini merupakan simbol
jelaslah bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dari diciptakannya sesuatu oleh Allah secara
279
Makna Semar dalam Kalimat Syahadat pada Seni Lukis Kaca Cirebon

cemoohan, atau hal-hal yang tidak mengenakan


lainnya, kita diharuskan untuk bersabar dan
tidak memasukkannya ke dalam hati. Sebaiknya
kita mendoakan kebaikan pada orang tersebut,
jangan malah membalas kejelekannya.
Pada lukisan tersebut digambarkan bahwa
Semar memiliki satu gigi yang merupakan
representasi bahwa keyakinan Semar itu hanya
satu, yaitu pada Allah Yang Maha Esa. Sebenarnya
pada sosok Semar yang dibuat Rastika pada
wayang, digambarkan bahwa terdapat rantai
yang terikat dari mulut hingga kaki. Hal ini
merupakan representasi bahwa jadi orang itu
jangan munafik. Antara apa yang dikatakan
harus sesuai dengan apa yang dikerjakan. Selain
itu, rantai ini juga menjadi simbol bahwa hidup
bermasyarakat itu harus rukun satu sama lain,
harus punya ikatan dan saling bergandengan
Gambar 7. Wajah Semar satu sama lain. Artinya tidak tercerai berai.
(Sumber: Penulis, 2016)
Akan tetapi pada seni lukis kaca yang
dibuatnya, rantai tersebut sengaja Rastika
berpasang-pasangan. hilangkan. Alasannya adalah kebutuhan estetis,
Lebih spesifik lagi, Kusdono mengatakan karena jika rantai itu dilukis, maka tokoh Semar
bahwa hitam pada Semar melambangkan yang dibuat akan terlihat sangat bulat dan
kelanggengan. Artinya dua kalimah syahadat ini kurang enak dipandang.
sendiri perlu diyakini dan dipegang teguh secara Mulut Semar terlihat seperti tersenyum,
terus menerus hingga manusia mati. Pada akan tetapi matanya sayu seperti hendak
dasarnya Allah dan Muhammad, serta ajaran- menangis. Sama halnya seperti saat ia tertawa
ajarannya membawa diri pada kebaikan dan yang selalu diakhiri dengan nada tangisan.
bersifat langgeng. Jika tidak, maka hubungannya Ini merupakan simbol bahwa apa yang ada di
dengan makna bentuk badan Semar yang bulat, dunia, atau apa yang sedang kita hadapi dan
yaitu bumi akan ikut hancur karena nilai-nilai rasakan tidaklah abadi. Setiap kesedihan pasti
kebaikan sudah tidak ditemui lagi di muka bumi. ada kebahagiaan. Begitu pula sebaliknya. Maka
Selain warna hitam dan putih, Semar kerap hendaklah manusia untuk selalu mengingat dan
memakai aksesoris berwarna emas. Bahkan, ada berserah diri pada Allah, karena apapun yang
pula wayang Semar yang tubuhnya berwarna datang dari Allah akan kembali pada-Nya.
emas. Ini merupakan simbol keberanian Selain itu, dikisahkan pula bahwa Semar
Semar dalam hal menegakkan kebenaran dan ini Dewa yang menjadi rakyat sehingga memiliki
melakukan kebaikan. kepekaan terhadap penderitaan rakyat kecil.
Pada telinga Semar, terselip anting Maka tak heran matanya terkesan selalu berair. Ia
berbentuk cabe. Ini merupakan representasi lebih banyak menangisi orang lain dibandingkan
dari kesabaran dan kerendahan hati yang menangisi dirinya sendiri. Ini merupakan simbol
dimilikinya. Artinya seberapa pedas kritikan dari seseorang yang telah mengesampingkan
yang kita terima dari seseorang, seharusnya ego dirinya demi kesejahteraan sesamanya.
diterima dengan lapang dada. Kemudian kita Selain itu, mulut Semar digambarkan
pilih lagi mana yang baik, dan mana yang buruk. sangat lebar sebagai simbol bahwa jadi manusia
Selain itu, jika telinga kita mendengar ejekan, itu harus murah omong dan terus berbicara dan
280
Farid Kurniawan Noor Zaman

Jimat yang dipegang Semar merupakan


simbol bahwa seorang muslim hendaknya
selalu berpegang teguh pada Allah dan rasul-
Nya. Tidak boleh menggantungkan hidupnya
pada sesuatu selain Allah, serta menuruti apa
yang diperintahkan oleh rasul-Nya sama seperti
halnya pada dua kalimah syahadat yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Selain itu, jimat bunga wijayakusuma
ini memiliki kekuatan untuk menghidupkan
orang yang sudah meninggal dengan tujuan
untuk kebaikan. Maka dari itu, bunga ini juga
dinamakan sebagai ‘bunga kehidupan’. Ini juga
merupakan simbol bahwa manusia yang sudah
mati bisa dihidupkan kembali dengan tetap
meyakini dan memegang teguh bahwa tiada
Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
untusan-Nya. Menghidupkan orang mati dalam
Gambar 8. Jimat berbentuk bunga yang dipegang Semar bertuliskan cerita pewayangan memang dikisahkan nyata.
Allah dan Muhammad
(Sumber: Penulis, 2016)
Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari, ini
merupakan simbol bahwa mati yang dimaksud
mengajak pada hal-hal kebaikan. Dalam bahasa bukan jasadnya saja, melainkan hatinya yang
Jawa, mulut biasa juga disebut cangkem yang juga ikut mati sehingga berani berbuat salah dan
berarti di cang-cang bari mingkem. Artinya, melakukan perbuatan dosa.
kita harus senantiasa menjaga mulut kita dari
perkataan yang tidak perlu atau tidak baik. Jika
sekiranya perkataan itu tidak benar, tidak baik Fungsi Lukisan Kaca Semar dalam Kalimah
dan akan menyakiti orang lain, maka sebaiknya Syahadat Karya Rastika
diam.
Pada tokoh Semar secara umum tidak Adapun fungsi dari lukisan kaca secara
digambarkan dengan teknik kaligrafi, biasanya umum dan lukisan Semar yang dibentuk dari
jari telunjuk Semar digambarkan sedang dua kalimah syahadat menggunakan teknik
menunjuk sesuatu. Hal ini mirip seperti kaligrafi karya Rastika secara khusus adalah:
seseorang yang sedang melakukan tahiyatul Pertama sebagai fungsi simbolis. Fungsi ini
akhir saat salat yang merupakan simbol bahwa serupa dengan apa yang telah penulis jelaskan
Allah itu satu. Atau ada pula yang mengatakan sebelumnya di mana tokoh Semar sendiri
bahwa telunjuk Semar melambangkan bahwa memiliki makna atau arti yang sangat luas
manusia sejatinya akan mati dan kembali ke dan mendalam, khususnya mengenai konsep-
tanah. konsep ketuhanan yang harus diadaptasi ke
Namun pada lukisan yang dibuat Rastika dalam kehidupan masyarakat Gegesik. Dari
dengan teknik kaligrafi kalimah syahadat ini, mulai nama, bentuk dan gestur badan, hingga
simbol tersebut digambarkan dengan setangkai aksesoris yang dipakainya semua mengandung
bunga yang dipegang Semar. Bunga berwarna makna. Ditambah lagi pada lukisan Semar
merah dan jingga yang juga salah satu jimat yang yang disusun dari dua kalimah syahadat karya
dimiliki Semar bernama bunga wijayakusuma Rastika yang semakin menegaskan bahwa Semar
tersebut dibuat dengan teknik kaligrafi arab merupakan suatu konsep mengenai Ketuhanan
bertuliskan Allah dan Muhammad. Yang Maha Esa yang telah ada sejak dahulu.
281
Makna Semar dalam Kalimat Syahadat pada Seni Lukis Kaca Cirebon

Bahkan kini, konsep Semar dan syahadat ini ini bukanlah objeknya, melainkan tulisannya yang
juga digunakan sebagai dasar negara Republik dibaca. Jika setiap hari dilihat, maka setidaknya
Indonesia sebagai sila pertama. setiap hari membaca kalimah syahadat di luar
Fungsi kedua adalah fungsi magis atau bacaan salat. Jika setiap hari membaca syahadat,
mistis. Fungsi magis disini bisa dibilang maka setiap hari pula dirinya ingat akan Allah
merupakan pengaruh dari kepercayaan dan rasul-Nya. Jika sudah ingat Allah dan rasul-
masyarakat Indonesia sebelumnya yang Nya, kemudian melaksanakan perintah-Nya dan
menganut paham animisme dan dinamisme. menjauhi segala larangannya, maka kebahagiaan
Animisme berasal dari bahasa latin yaitu dan ketenanganlah yang didapatkan. Setiap
anima yang berarti roh. Animisme merupakan bergantung pada Allah, bukan pada sesuatu
sebuah kepercayaan terhadap roh atau makhluk selain diri-Nya, maka keselamatanlah yang akan
halus. Mereka percaya bahwa benda-benda yang didapatkan.
ada di dunia seperti pohon, batu, gunung, dan Ketiga adalah fungsi ekonomi. Pada
lain-lain memiliki jiwa yang harus dihormati awalnya lukisan kaca ini dijadikan sebagai
agar tidak mengganggu dan membawa musibah. sebuah media untuk dakwah atau menyiarkan
Dinamisme sendiri berasal dari bahasa agama Islam. Seperti seni rakyat (folk art) pada
Yunani yaitu dinamos yang berarti memiliki umumnya, lukisan kaca bisa dinikmati oleh
kekuatan atau daya. Dinamisme adalah sebuah masyarakat kalangan menengah ke bawah dan
kepercayaan yang meyakini bahwa semua lebih mementingkan fungsi simbolis dan magis
benda-benda yang ada di dunia ini memiliki dibandingkan fungsi ekonomi. Akan tetapi apa
kekuatan gaib. Benda-benda tersebut dipercaya yang terjadi sekarang ini adalah sebaliknya di
dapat memberi pengaruh baik dan pengaruh mana fungsi ekonomi menjadi fungsi yang paling
buruk bagi manusia. kuat dibandingkan dua fungsi yang disebutkan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sebelumnya.
dinamisme memiliki pengertian yaitu suatu Dahulu di eranya Rastika, dia bahkan
kepercayaan yang menganggap bahwa segala membuat lukisan tanpa terlalu mempedulikan
sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan masalah harga. Bahkan berdasarkan penuturan
yang dapat mempengaruhi keberhasilan Kusdono, Rastika pernah membuat lukisan kaca
atau kegagalan usaha manusia dalam hanya dibayar dengan alat dan bahannya saja.
mempertahankan hidup. Artinya beliau tidak diberi upah sedikit pun.
Jadi banyak masyarakat Gegesik baik Akan tetapi yang terjadi sekarang justru
secara sadar maupun tidak masih menganut harga yang menjadi pertimbangan utama
paham dinamisme. Terlebih masyarakat Gegesik seniman di Gegesik menjual karyanya. Jika
masih mempercayai atau bahkan memiliki jimat, harganya di bawah yang ditentukan, maka sang
baik perorangan maupun kolektif. seniman tidak akan menjual karyanya.
Masyarakat Gegesik dulu percaya jika Ada beberapa faktor yang menyebabkan
dirinya memajang lukisan kaca dengan tokoh hal ini bisa terjadi. Pertama dalam bidang
atau objek tertentu, maka akan berpengaruh ekonomi itu sendiri. Sulitnya lahan pekerjaan
terhadap kehidupan orang tersebut. Sebagai berdampak pada sulitnya mendapatkan
contoh, masyarakat Gegesik menganggap dan penghasilan, khususnya uang. Akan sangat sulit
mempercayai bahwa lukisan Semar yang disusun mengubah kebutuhan tersier ini ke kebutuhan
dari dua kalimah syahadat ini memiliki semacam primer sehingga lukisan kaca ini sulit didapatkan
kekuatan yang bisa menimbulkan ketenangan oleh masyarakat dengan ekonomi menengah
pada pemiliknya. Selain itu, dipercaya pula ke bawah. Mereka lebih memilih membeli
sebagai media untuk menolak bala. sesuatu yang bisa dimakan atau dipakai. Lambat
Padahal secara logika, yang dimaksud laun, lukisan kaca Cirebon mulai kehilangan
menimbulkan ketenangan pada kaligrafi Semar peminatnya. Maka dari itu, banyak pelukis kaca
282
Farid Kurniawan Noor Zaman

yang beralih ke profesi lain yang lebih mudah dua kalimah syahadat di Cirebon termasuk
mendapatkan uang. Bahkan kini, pelukis kaca di Gegesik mengakibatkan lahirnya kaligrafi
yang tersisa di Gegesik hanya tinggal Taong dan kalimah syahadat dalam bentuk Semar.
Kusdono. Dalam penggambarannya, kaligrafi dua
Faktor lainnya yaitu keinginan masyarakat kalimah syahadat ini dibuat menyerupai tokoh
akan adanya perubahan pada seni lukis kaca Semar Cirebon berdasarkan pakemnya. Ciri
Cirebon sehingga tidak kaku dan monoton. atau pakem tersebut yaitu memiliki badan
Maka dari itu, seniman yang tersisa ini terus yang bulat dengan kepala yang lebih besar
berinovasi agar karya-karyanya bisa laku untuk bila dibandingkan dengan sosok Semar di
dijual. Tak heran, jika dibandingkan dengan Jawa, memiliki dua warna dasar yaitu hitam
Kusdono yang mengusung tema-tema klasik, dan putih dengan aksesoris berwarna emas,
lukisan Taong yang terlihat lebih modern jauh memiliki kuncung berwarna putih, bergigi satu,
lebih laku di pasaran meskipun saat ini hanya bermuka tua, mulut tersenyum dengan mata
berkisar terjual satu lukisan dalam satu atau dua yang sayu seperti sedang menangis, memakai
bulan. Karena sulitnya penjualan tersebut dan anting cabe dan memakai pakaian semacam
kurangnya persaingan antar seniman, ditambah cangcut. Dalam wayang aslinya, tangan Semar
lagi di lain sisi mereka perlu penghasilan untuk biasa digambarkan sedang menunjuk ke bawah
kebutuhan hidup yang semakin mahal, maka seperti saat seseorang sedang melakukan
mau tidak mau para pelukis kaca ini harus tahiyat saat salat.
menaikkan harga lukisan yang dibuatnya. Kaligrafi tersebut dibuat sedemikian
Keempat adalah fungsi identitas. Rupanya rupa mengikuti bentuk Semar hingga beberapa
Selain fungsi ekonomi tadi, fungsi identitas ini hurufnya ada yang diperkecil, diperbesar,
juga dirasa yang paling dominan sekarang ini. diperpanjang, diperpendek, dan sebagainya.
Banyak dari para seniman atau masyarakat Maka dari itu, karya ini disebut sebagai lukisan
Gegesik bangga dengan kesenian-kesenian yang kaligrafi atau kaligrafi kontemporer yang
dimilikinya tanpa tahu makna-makna yang melepaskan diri dari kaidah atau aturan baku
terkandung di dalamnya. yang berlaku seperti khat. Adapun jenisnya
Seni lukis kaca, kini dijadikan sebagai termasuk pada jenis kaligrafi figural.
komoditi komersial dan juga menjadi semacam Dalam pewarnaan, seperti lukisan kaca
identitas untuk diperkenalkan ke luar wilayah karya Rastika lainnya yaitu bercirikan klasik
Gegesik. Lebih luasnya, kesenian-kesenian tradisional dengan sapuan kuas yang halus
tersebut dijadikan sebagai cenderamata dan tanpa menggunakan media lain selain kaca
digunakan untuk kepentingan pariwisata. dan cat. Garis-garisnya dibuat bergradasai
dan pada beberapa bagian dipercantik dengan
ornamen-ornamen khas Cirebon seperti motif
PENUTUP mega mendung, wadasan, dedaunan dan bunga
kecubung. Secara keseluruhan didominasi
Berdasarkan pembahasan yang telah dengan warna biru muda, putih, hitam dan
penulis uraikan sebelumnya, maka dapat kuning keemasan.
disimpulkan bahwa Semar, kalimah syahadat, Berdasarkan uraian penggambaran
Rastika, dan masyarakat Gegesik memang kaligrafi syahadat pada Semar tersebut barulah
memiliki keterkaitan satu sama lain. Rastika dapat disimpulkan mengenai hubungan kalimah
sebagai representasi masyarakat Gegesik pada syahadat tersebut dengan tokoh Semar serta
waktu itu sangat panut pada tokoh Semar karena makna-makna yang terkandung di dalamnya.
dipercaya memiliki kedalaman makna yang Dua kalimah syahadat sendiri merupakan
harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. rukun Islam tertinggi dan dijadikan sebagai
Ditambah lagi dengan pentingnya kedudukan ideologi oleh masyarakat Cirebon. Hal ini
283
Makna Semar dalam Kalimat Syahadat pada Seni Lukis Kaca Cirebon

berkaitan erat dengan sejarah Islam di Cirebon hitam yang merupakan simbol kelanggengan.
hingga menjadikannya pusat penyebaran Beberapa simbol mengenai konsep
agama Islam di Jawa Barat. Daerah ini tersentuh ketuhanan lainnya ada pada gigi Semar yang
langsung oleh ‘tangan’ para wali, khususnya hanya satu serta bunga wijayakusuma (jimat
Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga yang Semar) yang dibuat dari lafal Allah dan
banyak mengislamkan masyarakat Cirebon Muhammad.
menggunakan pendekatan seni dan budaya. Makna lain yang terkandung dalam
Semar sendiri pada intinya merupakan tokoh Semar baik dalam badan, aksesoris yang
konsep ke-Ilahian yang menuntun manusia agar dipakai, atau gesturnya merupakan nilai-nilai
mengenal dan selalu dekat dengan-Nya dengan kebaikan yang harus diterapkan manusia dalam
melakukan kebaikan, sama seperti konsep dua kehidupan sehari-hari untuk mendekatkan diri
kalimah syahadat. Sama halnya dengan konsep kepada Allah.
Semar di Jawa yaitu manunggaling kawula gusti Jadi jika ditinjau dari ilmu antropologi
yang artinya menyatu antara ‘aku’ dan Tuhan. berdasarkan wujudnya, kebudayaan sebagai
Tokoh Semar pada wayang kulit ide meliputi makna-makna yang terkandung
merupakan tokoh mitologis yang sebenarnya dalam lukisan syahadat berbentuk Semar
tidak ada, kemudian diada-adakan. Oleh Sunan karya Rastika. Budaya sebagai aktivitas berarti
Kalijaga diberi peran dan makna sesuai ajaran perilaku yang berhubungan atau dampak yang
Islam, salah satunya memiliki sebuah jimat ditimbulkan dari lukisan tersebut, bisa berupa
layang kalimasada yang merupakan bahasa melukis, menjual, mengaplikasikan maknanya
wayang dari dua kalimah syahadat. Jimat dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagainya.
ini merupakan jimat yang sangat sakti yang Adapun kebudayaan sebagai benda, yaitu
merupakan representasi bahwa manusia harus lukisannya itu sendiri sebagai hasil karya seni
selalu memegang teguh konsep tauhid dan atau artefak.
risalah, yaitu meyakini tiada Tuhan selain Allah Lukisan Semar ini sendiri memiliki
dan Muhammad adalah utusan Allah. Inilah jimat beberapa fungsi seperti fungsi simbolis, mistis,
(siji sing dirumat) paling sakti, satu-satunya yang ekonomi dan identitas. Fungsi simbolis dan
harus dijaga karena akan membawa ketenangan mistis merupakan fungsi primer pada era
serta keselamatan dunia dan akhirat bagi orang Rastika. Fungsi simbolis ini maksudnya lukisan
yang meyakininya. Jika kehilangannya, maka yang dibuat Rastika merupakan suatu karya
orang tersebut akan dijauhkan dari rahmat dan yang memiliki makna atau pesan-pesan tertentu
rida Allah. yang ingin disampaikan pada khalayak luas.
Secara struktur, dua kalimah syahadat Sedangkan fungsi mistis yaitu kepercayaan
pada Semar ini dibagi menjadi dua bagian di masyarakat terhadap lukisan kaca kaligrafi
mana syahadat tauhid diletakan pada bagian syahadat berbentuk Semar tersebut yang
atas badan Semar yang merupakan simbol dari membawa ketenangan serta sebagai media
Allah sebagai zat tertinggi dan Maha Kuasa. penolak bala dan pengusir roh jahat.
Sedangkan syahadat rasul diletakkan pada Fungsi sekundernya meliputi fungsi
bagian bawah badan Semar meliputi bokong ekonomi dan fungsi identitas. Yang dimaksud
hingga kaki yang merupakan simbol bahwa fungsi ekonomi di sini merupakan dijadikannya
manusia hanyalah hamba atau pengikut yang lukisan tersebut sebagai komoditi komersial
tak pantas untuk ditinggikan. Kedua kalimah atau barang yang diperjualbelikan, baik di
syahadat pada Semar ini tidak bisa dipisahkan dalam maupun di luar Gegesik. Sedangkan
dan harus selalu beriringan satu sama lain, serta fungsi identitas merupakan fungsi sebagai
harus dipegang teguh bahkan setelah manusia aktualisasi diri sang seniman serta dari mana
mati. Itu mengapa dua kalimah syahadat ini dia berasal. Gaya melukis menjadi pembeda
diletakkan pada bagian tubuh Semar berwarna antara karya satu seniman dengan yang lainnya.
284
Farid Kurniawan Noor Zaman

Seperti lukisan Rastika dan Kusdono yang tetap Bandung: Penerbit Angkasa.
mempertahankan karakter klasik, sedangkan
Taong lebih menekankan aspek moderen. Wong,Wucius
Keduanya memiliki peminatnya dan tetap 1986 Beberapa Asas Merancang Dwimatra,
Bandung: Penerbit ITB.
mempertahankan ideologinya masing-masing.
Yusuf Al-Qardhawi
2000 Islam & Seni, Bandung: Pustaka Hidayah.
***

Laman
Daftar Pustaka http://gegesikkidul.cirebonkab.go.id.
http://seputarpengetahuan.com
Edi Hadi Waluyo
2006 Lukisan Kaca Cirebon dari Masa Awal
Hingga Kini, Bandung: P4ST UPI.

Effendy Zarkasi
- Unsur Islam dalam Pewayangan,
Bandung: P.T. Alma’arif.

Spradley, James P.
2007 Metode Etnografi, Yogyakarta: Tiara
Wacana.

Koentjaraningrat
1990 Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Moleong, Lexy J.
1990 Metode Penelitian Kualitatif, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

Sirojuddin AR,
2000 Seni Kaligrafi Islam, Penerbit Rosda.

Sri Mulyono
1989 Apa dan Siapa Semar, Jakarta: Tema
Baru.

Sulasmi Darmaprawira
2002 Warna, Bandung: Penerbit ITB.

Tuti Sumukti
2006 Semar, Dunia Batin Orang Jawa,
Yogyakarta: Penerbit Galangpress.

Wahyono Martowikrido
1998 Glass Painting, Indonesian Heritage:
Visual Art, Singapore: Archipelago Press.

Wiyoso Yudoseputro
2000 Pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia,

285

You might also like