You are on page 1of 10

SIMBOL – SIMBOL BUDAYA DALAM KERIS NAGA

KAMARDIKAN KARYA MPU PATHOR RAHMAN


Riska Ajeng Anggraini1)Achmad Yanu Alif Fianto 2) Abdullah Khoir Riqqoh 3)
S1 Desain Komunikasi Visual
STMIK STIKOM Surabaya Jl. Raya Kedung Baruk 98 Surabaya, 60298
Email : 1)nangka_imut@yahoo.co.id, 2)achmadyanu@yahoo.com, 3)ryco6981@yahoo.com

Abstract: Indonesia is one country that has a lot of cultural diversity include Anthropology ,
Sociology and Art . All the cultural diversity ancestors inherited from generation to generation to
the next generation . One of the works of art and culture that still exist and persist until today is
the work of craft art in the form of a dagger , where the artwork has a meaning and philosophy
terms of the form to its usefulness . With the development of times , this dagger turns into a work of
art that has a lot of meaning in the philosophy of disclosure , the translation of symbols and
expectations , in other words, a keris is a manifestation of the prayer and hope of sipencipta and
sipemakainya . Kris kris is often called " Esoteric " . At this time the master began to freely create
shapes dagger , which had not followed the grip is standard . By using semiotic Roland Barthes ,
the dragon dagger Kamardikan a reflection of the attitude of the authoritative leader , gentle and
wise . All the epitome of leadership is implied in the form of a dragon 's eyes are sharp and
rounded as a transformation of the form of an eagle eye , the presence of which is a
transformation sumping shape of the human ear that reflects the attitude of the leader or ruler who
need sharp hearing . Overall, this Kamardikan dragon dagger gives the impression of prestige and
soft for the owner as well as create a high image for the owner due to the difference ornament
often creates caste , dragon dagger ornaments on the use of jasmine flower motifs that reflect the
personality of a gentle nature .

Keywords:Dagger, Semiotic Roland Barthes, kris Esoteric

Indonesia merupakan salah satu negara mewakili makna tertentu dari wujud keris itu
yang banyak memiliki keragaman budaya yang sendiri.
mencakup Antropologi, Sosiologi dan Seni. Karya seni budaya yang ada di
Semua kekayaan itu diwariskan nenek moyang Indonesia tidak terlepas dari pengaruh
secara turun temurun kepada generasi penerus perpaduan budaya pada masa Budha-Hindhu,
bangsa. Khazanah kebudayaan yang ada di yang telah ada sejak masa awal masehi yang
negeri ini sebagian telah terekam dalam telah dibawa para saudagar dari India
naskah-naskah yang berupa buku-buku terdahulu, Judith Schlehe, (2006 : 4), yang
maupun kitab kuno dan tak jarang pula menyatakan bahwa “Seluruh kebudayaan
terekam sebagai tradisi lisan atau dari mulut ke dimana-mana merupakan hasil dari
mulut. Salah satu bentuk dari hasil budaya pencampuran (hibridisasi) dan kompleksitas
adalah keris, keris tidak hanya bentuk dari permainan diantara fenomena global dan lokal
hasil budaya nusantara, namun keris ”. Artinya budaya terbentuk dari asimilasi dari
merupakan bentuk senjata tikam. Selain itu beberapa budaya yang membentuk budaya
keris memiliki bentuk yang sangat banyak, baru.
begitu banyaknya bentuk terkadang perwujutan Salah satu hasil karya seni budaya yang
keris disesuaikan dengan pemiliknya dengan masih ada dan bertahan hingga saat ini adalah
mewakilkan pada simbol-simbol tertentu yang keris, dimana karya ini merupakan bentuk dari

Anggraeni, Fianto, Riqqoh, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014


seni kriya, dikarenakan keris memiliki syarat mitologi jawa, selain itu juga terdapat beberapa
akan makna dan filosofi dari bentuk sampai aksen atau penghias emas atau kamarogan.
pada kegunaannya. Keris sampai saat ini masih Keris merupakan karya seni bernilai
dikenal sampai seluruh penjuru dunia sejak estetika tinggi, karena pembuatan karya seni
ditetapkannya sebagai warisan budaya non- keris ini menggunakan teknik tempa yang
bendawi manusia pada tahun 2005 oleh cukup rumit. Kerumitan ini berada pada bentuk
UNESCO. (Yuwono, 2011: 5). pamor yang indah, tidak dapat dibaca secara
Keris mulai muncul sejak masa Budha, nalar manusia terdahulu. Sehingga ada yang
terbukti pada lukisan gambar relief Candi beranggapan bahwa pembuatan keris ada
Borobudur, Jawa Tengah, di sudut bawah campur tangan dari dewa, makhluk gaib dan
bagian tenggara, tergambar beberapa orang lain sebagainya, oleh karena itu keris masi di
prajurit membawa senjata tajam yang serupa anggap sesuatu yang memiliki nilai mistis
dengan keris yang kita kenal sekarang. Di sehingga keris sering kali dikramatkan.
Candi Prambanan, Jawa Tengah, juga Wujud dari perkembangan masyarakat,
tergambar pada reliefnya, raksasa membawa dapat diamati dari pola pemikiran
senjata tikam yang serupa benar dengan keris. masyarakatnya, secara garis besar
Keris merupakan senjata tradisional perkembangan masyarakat digolongkan dalam
yang banyak memiliki makna simbol dan 4 tingkatan yaitu masyarakat terasing dan
manfaat bagi pemakainya, di kota Yogyakarta primitive, masyarakat tradisional, masyarakat
keris masih dianggap barang yang mempunyai peralihan dan masyarakat modern. Pada abad
nilai seni tinggi dari segi bentuk dan estetika ke-21 orang Jawa mengalami kemajuan
pamor. Pamor merupakan bentuk yang muncul menjadi masyarakat modern. Sikap cara
dari sebilah keris dari hasil pencampuran berfikir mulai mengarah ke modernisasi,
beberapa bahan metal yang di tempa menjadi sehingga dengan perkembangan zaman, senjata
bilah keris, bentuk visual abstrak muncul dari ini berubah menjadi sebuah karya seni yang
hasil tempa, sehingga pamor tidak bisa di mempunyai banyak makna secara
tentukan dalam visualnya, sehingga pamor pengungkapan falsafah, penjabaran simbol dan
menjadi sangat bermakna, pamor dalam keris harapan, dengan kata lain sebilah keris
bagi sebagian orang jawa mempunyai tuah dan merupakan manifestasi dari doa dan harapan
sebagai Piyandel yaitu sebuah keyakinan, dari sipencipta maupun sipemakainya.
seperti dalam bukunya Untoro (1978: 57-59) Pembuatan keris dengan banyaknya aturan atau
Kepercayaan bukan berisi tentang sesuatu yang pakem menyebabkan keris menjadi sesuatu
pantas disembah dan dipuja, tetapi sebuah benda yang sulit untuk dibuat oleh sembarang
wahana yang berwujud (wadag) yang berisi orang serta menjadi sesuatu yang masi
do’a, harapan dan tuntunan hidup (filosofi dianggap mistis sehingga masi sedikit yang
hidup) manusia jawa yang termasuk dalam membahas keris dari sisi desainnya, namun
“sangkan paran dumadi – sangkan paraning dengan kemajuan zaman muncul bentuk keris
pambudi – manunggaling kawula Gusti”. dengan “Kamardikan”. Bentuk keris ini dibuat
Piwulang-piweling ini terformulasi dalam dengan tidak mengikuti pakem yang sudah
sebuah benda buatan yang disebut keris. baku, sehingga sang empu bebas untuk
Keris banyak memilki kegunaan dilihat berekspresi dalam bentuk kerisnya, sampai
dari nilai estetika pamornya, pada masa Budha dengan aksen atau hiasan (kamarogan) yang
keris hanya memiliki satu warna hitam terdapat pada bilah keris.
(keleng), hingga perkembangan teknik tempa Kamarogan atau hiasan pada keris
dalam seni perkerisan sampai pada masa kamardikan merupakan wadah ekspresi diri
Hindhu banyak mengalami perkembangan untuk menampilkan ide secara visual, berupa
sehingga memunculkan fenomena-fenomena simbol- simbol yang memiliki makna sebagai
bentuk pamor dan bentuk fisik hingga pada representasi atau wujud dari makna yang ingin
masa sekarang. Bentuk keris sangatlah di sampaikan oleh sipembuat keris(empu).
beragam dan kesemuanya memiliki nilai-nilai Simbol dalam sebuah karya seni merupakan
simbolis dan makna tersendiri. Antara lain komponen utama dalam kebudayaan. Ekspresi
adalah bentuk keris Tinatah Lung Kamarogan, merupakan sebuah simbol yang memiliki
yang mana dalam bilah keris itu di ukir banyak makna antara lain berupa gagasan,
berbagai macam-macam binatang dalam abstraksi, pendirian, pertimbangan, hasrat,

Anggraeni, Fianto, Riqqoh, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014


serta pengalaman tertentu yang dapat dipahami tanda.tanda- tanda adalah perangkat yang kita
bersama. Menurut Rohidi (2000: 30) dalam pakai dalam upaya mencari jalan di dunia ini.
Yuwono (2011: 190) kesenian sama halnya Sedangkan menurut Barthes dalam bukunya
dengan kebudayaan dapat diartikan sebagai Sobur (2006: 15) semiotika merupakan cara
sistem simbol. Sedangkan menurut Roland untuk memaknai hal-hal (thing), artinya
Barthes mengungkapkan; memaknai yaitu bahwa suatu benda atau objek
“The simbolic consciousness an membawa informasi, serta bagaimana objek itu
imagination of depth; it experiences the hendak dikomunikasikan.
world as the relation of a superficial and a Para peneliti tentang keris di Indonesia
manysided, massive, powerful adgrund, mayoritas tidak pernah menyebut-nyebut
and the image is reinforced by very intense tentang nilai estetika keris yang dikaji melalui
dynamics” (Barthes,1988: 5). pendekatan semiotika. Para peneliti tersebut
Artinya Simbol menyiratkan suatu imajinasi yang karyanya mempunyai bobot ilmiah antara
yang dalam, simbol memberi makna suatu lain, A.A. Djamadil (1977), Djomul (1985),
pengalaman kehidupan yang berhubungan Dwijosaputro (1997), Harsrinuksmo (2004),
suatu bentuk format yang sederhana dengan Koesmi (1979), Lumintu (1985), Martosedono,
suatu bentuk sisi-sisi yang benar, kuat dan Amir (1987), Moebirman (1970),
menggambarkan suatu dinamika yang sangat Pusposukadgo.M.L Fauzan (1984), Untoro,
dalam. Dari penjelasan tersebut karya-karya S.Suryo (1978), Wahyu Hidayat,( 2011). Hal
seni (khusunya keris naga kamardikan), tersebut juga merupakan bukti bahwa nilai
diartikan sebuah proses penciptaan sebagai estetika keris belum banyak dibahas oleh
pengejawantahan dari daya interpertasi peneliti, sebab mereka lebih banyak
manusia terhadap kualitas yang dikehendaki membicarakan proses pembuatan, jenis bentuk
dapat berupa kekuatan maupun derajat dan nilai-nilai makna simbolis pamor-pamor
tertentu.(Yuwono,2011: 191). yang bukan mengkaji nilai keris melalui
Nilai-nilai yang terkandung dalam pendekatan semiotika. Untuk mencari estetika
kesenian klasik orang jawa terdiri dari dua dalam sebilah keris, penggunaan teori
aspek yaitu aspek estetis dan aspek ajaran semiotika Roland Barthes yang lebih
budaya atau falsafah. Hal ini dipertegas dengan menekankan pada pembentukan mitos yang
pendapat Bagoes P. Wiryomartono mengenai terbentuk dari sebuah estetis keris kamardikan,
aspek estetis, Dharsono dan Hj. Sunarmi juga dengan melalui makna denotasi dan
menegaskan bahwa “berkarya bagi orang Jawa konotasinya. Pembacaan kode Barthes
erat kaitannya dengan pengertian didasarkan pembentukan makna melaui lima
kasampuraning urip (kehidupan yang kode makna.
sempurna) yaitu memayu hayuning bawono, Hal inilah yang membuat penulis ingin
artinya tidak ada maksud berkarya yang tidak mengetahui makna nilai estetika sebuah keris
menghaturkan untuk keindahan dunia”. yang dikaji melalui pendekatan semiotika. Dan
Sedangkan, untuk aspek falsafah, karya seni juga bertujuan untuk memperkenalkan serta
bagi masyarakat Jawa memiliki nilai dan citra memberikan informasi yang tepat pada
simbolik yang menjadi sistem budaya generasi muda agar lebih peduli dan mengerti
pendukungnya. (Yuwono, 2011: 191). tentang keris sebagai bagian dari budaya
Dalam sebuah keris terdapat banyak nusantara. Oleh karena itu penulis perlu
simbol-simbol yang mengandung unsur-unsur mengkajinya dalam skripsi dengan judul :
filosofi kehidupan manusia. Simbol-simbol
pada keris juga memiliki makna tersendiri, “Simbol – Simbol Budaya Dalam Desain Keris
sehingga untuk memaknai simbol-simbol Naga Kamardikan Karya Mpu Pathor Rahman
tersebut perlu adanya pendekatan semiotika ”.
selain itu simbol- simbol yang terdapat pada
ukiran bilah keris mempunyai makna yang METODE PENELITIAN
terbentuk dari bentuk serta arti dari bentuk itu Dalam penelitian ini, kita menggunakan
sendiri. Dimana dalam mengkaji tanda dalam pendekatan kualitatif, yaitu suatu penelitian
keris, pendekatan semiotika sangat berperan yang diambil dari pendapat orang-orang serta
penting. Sobur (2006: 15) semiotika adalah perilakunya yang menghasilkan data deskriptif
ilmu atau metode analisis untuk mengkaji baik berupa kata-kata tertulis maupun lisan.

Anggraeni, Fianto, Riqqoh, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014


(Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam penerapannya menggunakan denotasi dan
Moleong, M. A. (2007)). Menurut Krisyantono konotasi dari simbol naga pada keris naga
(2006) dalam Diah (2011), penelitian ini kamardikan. Denotasi merupakan
memiliki suatu tujuan untuk menjelaskan suatu gambaran fisik dalam sebuah elemen
fenomena dengan cara melakukan visual, dimana denotasi dalam bentuk
pengumpulan data secara mendasar tetapi tidak visual didasarkan dari keterbukaan signifier
menekankan pada pengambilan data secara dan signified. Makna atau sifat asli dapat di
teknik sampling (banyaknya populasi). lihat dari konotasinya, melalui elemen-
Sedangkan menurut William (1995) dalam elemen yang terdapat dalam visual keris
Moleong, M.A (2007), menyatakan bahwa naga kamardikan, serta mitos atau ideologi
penelitian kualitatif ini merupakan teknik yang menyertai setiap elemen visual. Dari
pengumpulan data pada objek data yang kumpulan konotasi dari objek penelitian
alamiah, menggunakan metode yang alamiah akan membentuk konotasi yang
serta peneliti pun tertarik dengan hal-hal yang digeneralisasikan.
bernuansa alamiah. Dengan demikian metode  Metode menganalisanya menggunakan
yang digunakan adalah wawancara dan metodologi visual, metode ini dipilih
observasi. setelah menelaah dalam penelitian visual,
Berdasarkan pendekatan kualitatif, penelitian visual di bagi menjadi tiga sudut
maka penelitian ini menggunakan jenis pandang area yang dapat diambil oleh
deskriptif kualitatif. Penelitian ini tidak peneliti, seperti yang ditulis oleh Gillian
mencari atau menjelaskan hubungan, tidak Rose. Ketiga posisi tersebut adalah the site
menguji hipotesis atau membuat prediksi of the production of an image, the site of
melainkan bertujuan membuat deskripsi yang image it self dan site where it is seen by
secara sistematis, faktual dan akurat. various audiences.
(Krisyantono,2006: 69). Cara dan langkah-
langkah yang akan dilakukan dalam penelitian
ini meliputi beberapa bagian:
• Simbol naga pada Keris naga kamardikan
karya Mpu Pathor Rahman sebagai objek
penelitian yang didokumentasikan dan
diamati.

Gambar 2. Site of Image it self, mengarah


pada visual meaning.
Gambar 1 Bagian Dari Bentuk Keris (kiri), Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013
Ornamen (kanan)
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013 Dalam penelitian ini, penelitian akan
mengambil posisi site of self, dimana peneliti
 Bagian yang akan diamati dan dianalisis bertindak sendiri untuk melakukan interpretasi,
adalah bentuk keris, ornamen dan warna pemaknaan dan pemahaman terhadap obyek
dengan metode Semiotika Roland Barthes. penelitian yang diamati. Dengan kemampuan
(Gambar 3.1) analisis peneliti membaca dan mengurai makna
 Keris naga kamardikan ini akan diamati per bagian yang terbentuk dan di lekatkan
dan di analisis menggunakan semiotika kepada obyek gambar visual yang ada, seperti
Roland Barthes, dimana dalam yang diungkapkan oleh Rose (2001) bahwa

Anggraeni, Fianto, Riqqoh, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014


penulis budaya visual tidak hanya perhatian objek kajiannya serta bagaimana peneliti
dengan bagaimana gambar itu tampak, tetapi menafsirkan dan memahami kode dibalik
bagaimana gambar-gambar itu dilihat. Hal tanda dan teks tersebut (Piliang 2003: 261)
terpenting dalam gambar-gambar tersebut Nilai-nilai social yang terdapat dalam
bukanlah gambar itu sendiri, melainkan masyarakat ini mendorong peneliti
bagaimana gambar itu dilihat oleh audiens menggunakan semiotika Roland Barthes untuk
tertentu dan dengan cara tertentu pula. membaca dan menganalisa Keris Naga
Penelitian visual, merupakan penelitian Kamardikan karya Mpu Pathor Rahman yang
menggunakan tool discourse untuk berada di kabupaten Sumenep, Madura.
menganalisa objek yang diteliti. Menurut Ida Penelitian dengan teori semiotika Roland
(2011: 60), penelitian discourse tidak Barthes, terdapat denotatif sebagai sistem
menyediakan jawban konkret atau jawaban tanda pada tataran pertama, konotatif sebagai
yang tampak terhadap persoalan-persoalan sistem tanda tataran kedua dan mitos atau
pada penelitian ilmiah, namun penelitian ideologi yang berfungsi untuk mengungkapkan
discourse memberikan perangkat untuk dapat serta memberikan pembenaran bagi nilai-nilai
mengetahui asumsi-asumsi epistemology dominan yang berlaku dalam periode atau
(dasar filosofinya, keahlamiahan) dan ontology masa-masa tertentu. Dalam mitos atau ideologi
(dasar filosofis keberadaannya, kehidupan) sendiri terbagi menjadi 3 dimensi, yaitu
yang ada di belakang penelitian ilmiah, penanda (signifier), petanda dan tanda.
rumusan masalah dan metode penelitian yang (Barthes, 2007: 300)
di gunakan. Dalam pendekatannya memiliki 2 Dalam penelitian ini, peneliti berupaya
pendekatan analisa yaitu secara makro (dimana untuk menggambarkan dan memaknai simbol
kekuatan, dominasi dan ketidaksetaraan antara naga pada keris naga kamardikan, pada tiap
kelompok sosial), sedangkan secara mikro gambar visual yang berupa simbol naga secara
(penggunaan bahasa, wacana, interaksi verbal semiotika terutama yang berkaitan dengan
dan komunikasi). Sehingga dapat disimpulkan mitos atau ideologi. Keris naga kamardikan
bahwa penggunaan analisis discourse sebagai objek yang diteliti memiliki beberapa
merupakan alat diskripsi dan interpresentasi tanda atau simbol-simbol yang dibentuk
dimana pada perkembangannya discourse tidak maupun dilekatkan serta digunakan dengan
hanya membahas tentang kajian percakapan tujuan tertentu dalam gambar visualnya.
maupn retorika namun telah berkembang dan
merabah pada pemahaman-pemahaman pada Unit Analisis
teks tertulis. Unit analisis penelitian ini mengambil
Menurut Ida (2011: 65), menyatakan dari bagian-bagian dari beberapa aspek visual
bahwa perangkat analisis discourse atau the gambar naga, yakni bentuk mahkota, bentuk
tools of discourse analysis yang digunakan mata, bentuk moncong, ekor naga, bentuk
dalam penelitian akan berbeda, tergantung ornamen dan warna dari bilah keris. Karya-
pada disiplin ilmu yang ditekuni oleh peneliti. karya yang berupa simbol naga menjadi pilihan
Sedangkan teknik-teknik gambar visual, ikon peneliti dikarenakan objek utama penelitian ini
atau image, indek atau simbol merupakan adalah simbol naga dari keris naga
perangkat analisis discourse-nya. kamardikan, sehingga dapat dianalisis menurut
sistem pengkodean berdasarkan kajian
Metode Semiotika konotasi, denotasi dan mitos semiotika Roland
Mengkaji pemaknaan visual merupakan Barthes.
kajian yang tidak hanya membahas kontekstual
saja, melainkan mendefinisikan sebuah Teknik Pengumpulan Data
pemaknaan yang terlihat maupun tidak terlihat. Teknik pengumpulan data yang
Dengan semiotika ini mampu menggali hal-hal dilakukan dalam penelitian ini dilakukan
yang bersifat subtansial dari penggunaan berdasarkan kebutuhan analisa dan pengkajian.
bahasa maupun visual tentang seperangkat Pengumpulan data tersebut telah dilakukan
nilai atau bahkan ideologi yang tersembunyi. penulis sejak menentukan permasalahan yang
Metode semiotika ini bersifat kualitatif- sedang dikaji, pengumpulan data yang
interpretatif, yaitu sebuah metode yang dilakukan adalah :
memfokuskan pada tanda dan teks sebagai

Anggraeni, Fianto, Riqqoh, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014


1. Data primer diperoleh berupa gambar Simbol memiliki peranan penting dalam
visual yang dianggap oleh peneliti penyampaian pesan, bagaimana simbolis naga
terdapat unsur tanda-tanda berupa simbol, pada bilah keris memberikan gambaran tentang
indeks dan ikon. sifat-sifat manusia sebagai pemimpin yang
2. Data sekunder diperoleh melalui pustaka didasarkan pada visual serta warna.
(library research), dengan cara
mempelajari dan mengkaji literatur yang
berhubungan dengan permasalahan, untuk
mendukung dan memperkuat asumsi
sebagai landasan teori permasalahan yang
dibahas yakni berkenaan dengan
semiotika terutama denotatif, konotatif
serta mitos.

Teknik Analisis Data


Data berupa gambar simbol naga pada
keris naga Kamardikan dengan teori-teori yang
menggunakan image base research, yakni :
1. Data yang terkumpul, kemudian dianalisis
dengan menggunakan kerangka teoritis
metodologi visual, aspek visual meanings
melalui still image, dengan
mengedepankan cara menjabarkan atau
menjelaskan visualnya menggunakan site
of self, dimana peneliti akan menganalisis
dari visual berdasarkan bentuk serta
warna yang dianggap penting sehingga Gambar 3 Bilah Keris Naga Kamardikan
mampu menciptakan serta Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013
merepresentasikan sesuatu. Sedangkan
dari sisi wilayah dimana keris naga Yang pertama, simbol naga secara
kamardikan itu dibuat juga menjadi denotatif merupakan jenis hewan yang berbisa,
bagian yang dianalisis. yang divisualkan dengan bentuk ular besar dan
2. Peneliti akan menganalisis data dengan bentuk tubuhnya merupakan adopsi dari
menggunakan pendekatan analisis tanda beberapa hewan lainnya seperti yang telah
Roland Barthes. Dalam teori tanda ini dijelaskan pada gambar 5.1. Secara konotasi
memiliki dua tahap yaitu tahap denotasi simbol naga memiliki banyak makna misalnya
yang mengarah pada makna lugas, tahap pada kebudayaan Cina naga dijadikan sebagai
konotasi yang mengarah dalam dua arah shio yang membawa keberuntungan, dijadikan
pertandaan tingkat dari petanda yang simbol kekaisaran Cina, kebijaksanaan dan
dijalankan dalam metabahasa, diharapkan keagungan. Dalam Negara barat atau Eropa
dengan menggunakan unit analisis lebih diibaratkan sebagai monster, memiliki
menghasilkan pemaknaan dari segi mitos sifat penghancur dan lambang kegelapan.
atau ideologi. Sedangkan dalam masyarakat Jawa dijadikan
sebagai simbol penjagaan pada sebuah
HASIL DAN PEMBAHASAN bangunan, sebagai seni dekorasi pada gamelan,
Simbol Naga Pada Bilah Keris sebagai lambang penjaga dunia bawah (air),
Sign diartikan sebagai tanda, simbol sedangkan dalam keris dijadikan sebagai
maupun cirri-ciri, pada umumnya merupakan lambang kebijaksanaan, kewibawaan,
penggambaran yang berupa visual. Secara kebesaran, kekuasaan, kekuatan bagi pemakai
umum, penggunaan simbol merupakan alat keris dikarenakan naga dianggap sebagai dewa
dasar manusia untuk saling berkomunikasi. dan memiliki kekuatan magis sehingga
Bagaimana sebuah tanda mampu memberikan memunculkan pemikiran bahwa keris dengan
gambaran tentang budaya dari simbol yang simbol naga membawa kekuatan bagi pemilik
divisualisasikan.

Anggraeni, Fianto, Riqqoh, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014


dan lambang kekuasaan, dan sebagai penjaga digunakan sebagai penghias telinga saja namun
kewibawaan. Hal ini juga ditinjau dari bentuk pencitraan dari ketajaman pendengaran
visual naga yang menggunakan mahkota. seorang raja dalam memimpin.
Dimana mahkota merupakan lambang dari Bentuk visual mata naga ini merupakan
seorang raja. hasil adopsi dari mata elang yang sangat tajam.
Secara fungsional, mata digunakan sebagai alat
penglihatan. Secara denotasi, mata merupakan
salah satu alat panca indra terpenting bagi
makhluk hidup. Jika dicermati, bentuk visual
mata pada naga ini berbentuk bulat menonjol
dengan tatapan lurus kedepan menyerupai mata
elang. Orang bermata bulat sangat menghargai
persahabatan dan buat mereka, sahabat adalah
hal yang sangat penting. Secara konotatifnya,
Gambar 4 Perubahan Bentuk Mahkota bentuk visual mata pada keris naga seperti itu
Ketopong Dalam Keris merupakan interpertasikan sebagai sikap
Sumber: http://wisata.kompasiana.com (kiri), pemimpin yang awas, jeli dan teliti. Dimana
Hasil Olahan Peneliti, 2013 (kanan) dalam masyarakat Jawa, hidup manusia harus
mengolah sifat awas yang artinya harus jelas
Bentuk visual dari mahkota secara dalam penglihatan. Tatapan lurus kedepan
denotasi adalah mahkota merupakan simbol melambangkan optimis dan semangat
tradisional dalam bentuk tutup kepala yang berkorbar. Sehingga dengan bentuk visual
dikenakan oleh raja, ratu atau dewa. Secara seperti itu melambangkan bahwa naga
konotasinya, mahkota merupakan lambang merupakan hewan mitologi yang memiliki
kekuasaaa, keabadian, kejayaan, legitimasi dan penglihatan yang tajam dan memiliki semangat
kemakmuran. Jika mahkota tersebut yang tinggi. Sehingga menghasilkan mitos
disematkan pada seseorang berarti orang yaitu kewaspadaan.
tersebut memiliki kekuasaan, tahta atau Bentuk mulut atau moncong naga pada
kedudukan, pemimpin. Mahkota dalam keris bilah keris ini terlihat terbuka, secara umum
mencerminkan konsep astabrata yakni Baruna mulut merupakan bagian dari anggota tubuh
Brata: sifat tekun, bijaksana, mendahulukan kita yang berfungsi sebagai media
kepentingan Negara dan membasmi kejahatan; berkomunikasi. Makna secara konotatifnya,
Indra Brata: menciptakan kesejahteraan bagi mulut terbuka adalah banyak bicara, pandai
rakyat; Agni Brata: memelihara dan mengeluarkan kata-kata atau berkomunikasi
menggelorakan semangat rakyat; Bayu Brata: dan banyak memberikan perintah atau
memperkuat dan mempertahankan negara; memberikan nasehat. Jika dilihat dari seorang
Surya Brata: memberikan penerangan hidup pemimpin maka moncong terbuka artinya
terhadap warga negaranya; Kuwera Brata: sebagai pemimpin haruslah pandai-pandai
toleran dan simpatik kepada semua orang; berkomunikasi, banyak-banyak mengeluarkan
Yama Brata: memberikan ajaran dharma, kata-kata yang bersifat baik dan tidak pernah
menghukum bagi siapa saja yang salah; Candra lelah memberikan nasehat pada rakyat.
Brata: memberikan kesejahteraan dan Bentuk badan naga secara visual tidak
mendidik masyarakat. Sehingga masyarakat seperti naga-naga pada umumnya, bentuk naga
yang memiliki keris dengan naga yang pada keris ini lebih terlihat ramping dan
bermahkota merujuk pada kepemimpinan. meliuk-liuk mengikuti arah bilah keris. Badan
Bentuk visual pada naga nusantara ini merupakan media untuk menopang bagian-
juga menggunakan ‘sumping’ atau disebut bagian dari tubuh kita. Seperti mata, telinga,
sebagai hiasan di telingga. Bentuk dari mulut dan lain-lain. Bentuk badan yang
sumping ini seperti telinga manusia, yang ramping dan meliku-liuk diartikan sebagai
berfungsi sebagai indra pendengar. Makna seseorang yang gesit, cepat bertindak. Jika
konotatif dari sumping ini dimaknai sebagai dihubungkan dengan seorang pemimpin maka
seorang pemimpin harus memiliki ketajaman pemimpin bersifat gesit, tanggap, dan cepat
pendengaran dan memilah dari apa yang ia mengambil keputusan. Sedangkan dada
dengar. Sehingga sumping ini tidak hanya membusung secara denotative, dapat diartikan

Anggraeni, Fianto, Riqqoh, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014


misalnya dalam pertandingan maka dada diciptakan dengan menggunakan simbol-
membusung digunakan sebagai tanda atlet saat simbol dan makna hanya dapat disimpan dalam
memasuki garis finish. Secara konotatif, simbol. Sehingga ornamen sebagai simbol
bentuk dada yang membusung dapat diartikan budaya sangat terkait dengan kontekstual
sebagai sifat yang tangguh, wibawa dan masyarakat dan kebudayaan sendiri.
sombong. Definisi tersebut pada akhirnya Kebudayaan juga merupakan system dari
sering kali digunkaan masyarakat pada sebuah konsep yang diwariskan, dituangkan
umumnya untuk menyebut seseorang yang serta diungkapkan kedalam bentuk simbolik
sombong dan jika untuk seorang pemimpin melalui manusia berkomunikasi, mengenalkan
maka tak jarang dada membusung diartikan serta mengembangkannya.
sebagai pemimpin yang tangguh dan Ornamen juga merupakan sebuah
berwibawa. ideologi yang berkaitan dengan hal- hal
bersifat mitos. Mitos ini secara tidak langsung
digunakan manusia dalam berkomunikasi.
Mitos merupakan sesuatu yang bersifat sakral,
artinya kejadian yang diluar pemikiran
manusia. Ornamen juga dapat disebut sebagai
alat komunikasi tradisional yang tidak
langsung sebagai salah satu cara dalam
berhubungan dengan sesama maupun dengan
penguasa alam semesta.

Gambar 5 Bentuk Ekor Mengkudhup


Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013

Bentuk ekor pada naga yang tergambar


Gambar 6 Perubahan Bentuk Bunga
pada keris ini terlihat mengudhup atau
Melati Dalam Keris
menguncup layaknya bunga yang masih
Sumber: http://kumpulanbunga.blogspot.com
kuncup. Kuncup merupakan ibarat bunga yang
(kiri), Hasil Olahan Peneliti, 2013 (kanan)
sedang bertapa sebagai proses penyempurnaan
sebelum bunga terlihat mekar. Jika diibaratkan
Ornamen pada keris ini merupakan
pada manusia, maka kuncup diartikan puasa
motif bunga-bungaan. Bunga merupakan
atau bertapanya manusia kepada sang Kholik
bentuk simbol penghormatan kepada arwah
untuk mencari kesempurnaan hidup. Pada keris
leluhur yang dilakukan sebagian masyarakat
ekor yang menguncup ini sering kali
Jawa dalam bentuk sesaji. Bunga memiliki
dikombinasikan dengan logam emas sebagai
keindahan dan keharuman yang identik dengan
mana emas diibaratkan kehormatan, kesucian
wanita yang bersifat lembut, indah dan suci.
dan kemuliaan. Tempat ekor yang ada pada
Dalam upacara kematian bunga disimbolkan
ujung keris diibaratkan sebagai pusat atau titik
sebagai kesucian dan keikhlasan. Pada keris
akhri dari kehidupan.
jika posisi bunga berada pada bagian ganja dan
Sehingga secara menyeluruh dapat
sor-soran maka bunga diartikan sebagai
disimpulkan bahwa bentuk visual naga pada
bersatunya lingga yoni yang merujuk pada
bilah keris merupakan cerminan sikap dari
perkawinan atau kesuburan. Ornament pada
seorang pemimpin atau raja.
keris ini menggunakan motif bunga melati,
dimana bunga melati merupakan bunga yang
Ornamen sebagai bentuk estetis budaya
memiliki keharuman yang sangat tinggi,
Ornamen-ornamen merupakan simbol-
berwarna putih dan melambangkan kewanitaan
simbol religi suatu kebudayaan. Menurut
serta kelembutan. Sedangkan motif bunga
Spradley yang dikutip Sari & Pramono (2010:
melati pada keris ini menyimbolkan sebagai
76), menyatakan bahwa semua makna budaya

Anggraeni, Fianto, Riqqoh, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014


petunjuk strata social bagi sang pemilik bilah kuning melambangkan kekaisaran, hal ini sama
keris. Pada umumnya keris dengan motif dengan di Indonesia yakni warna kuning
bunga ini digunakan oleh kalangan karaton sebagai warna payung kebesaran Sultan
tepatnya, raja dan penerusnya. Yogyakarta. Sehingga kuning atau emas
dimaknai sebagai warna dengan kesan agung,
Warna Merupakan Simbol Ekspresi luhur. Warna kuning pada bilah keris dapat
Warna merupakan ekspresi perasaan diartikan sebagai simbol keagungan dan
manusia, warna juga memiliki makna konotasi kekuasaan.
yang berbeda tiap Negara. Misalnya, warna
ungu di Inggris memberikan kesan royal, Hasil Penelitian
identik dengan kerajaan – kerajaan. Sehingga Dari data – data yang diperoleh maka
tak jarang jika banyak warna ungu yang dapat disimpulkan melalui tabel berikut ini.
digunakan pada gaun, bagunan dan tempat –
tempat lainnya. Tabel 2 Denotatif, Konotatif dan Mitos
Warna secara visual dalam bilah keris UNIT
DENOTATIF KONOTATIF MITOS
naga memberikan makna atau persepsi dalam ANALISIS
visualnya, terlihat warna kuning atau gold dan Jenis hewan Penjaga
Makhluk
reptil yang kewiba
hitam. Secara keseluruhan, warna pada bilah melata,
mitologi,
wa
Naga penjaga laut,
keris ini didominasi warna kuning atau gold berbadan
penjaga pintu,
an,
panjang, melata keberun
dan hitam. Warna hitam merupakan warna dan bersisik.
shio.
tungan
dasar yang digunakan pada bilah keris tersebut, Tutup kepala
Kedudukan,
Kepemi
sedangkan warna kuning atau emas hanya tahta, penguasa,
Mahkota yang berlapis m
kemenangan,
menghiasi sebagian dari bilah keris. Sehingga emas. pinan
King
hal tersebut menjadi makna denotasinya, Mata bulat
Bagian dari Sikap jeli, awas,
tubuh yang teliti, optimis, Kewasp
sedangkan makna konotasinya adalah warna menonjol,
berfungsi semangat, belok, a
tatapan lurus
hitam merupakan warna berkabung atau kedepan
sebagai indra menghargai daan
berduka, misterius, mistis. Sedangkan pada penglihatan persahabatan
Pengganti
tahun 1800-an warna hitam menyimbolkan Hiasan yang Pendeng
telinga,
berlapis emas aran
kekuatan, namun menurut Sinar Harapan, Sumping
dan berada di
keseimbangan,
yang
mendeteksi atau
menyatakan bahwa saat ini warna hitam telinga
mengenal suara
tajam
dimaknai sebagai keagungan dan
berdampingan dengan simbol duka. Pandai
Moncong Alat untuk
Banyak bicara berkom
Secara psikologis, warna hitam terbuka berkomunikasi
unikasi
dimaknai sebagai warna yang menyimbolkan
Bagian tubuh Senjata
tentang depresi, tertindas dan mempengaruhi. Ekor
yang berada
Puasa, bertapa,
perlindu
menguncup pusat atau titik.
Dalam bidang cetak, warna hitam disebut paling belakang ngan
sebagai warna kunci karena mempengaruhi Keagun
Hiasan
Kharismatik, g
pigmen warna. Warna hitam pada bilah keris tradisonal yang
Ornamen status sosial, an,
digunakan pada
dapat memberikan kesan mistis. bunga melati identitas, kewiba
bangunan,
kesucian, wa
Warna yang kedua adalah warna gold perabot
an
atau emas yang merupakan makna secara Ekspresi
manusia, warna
denotasi. Warna kuning atau emas ini juga hitam: kunci,
dikaitkan dengan arah mata angin yakni barat, warna primer, mistik, berduka,
dan dikaitkan dengan tokoh pawayangan yakni warna hitam: kekuatan,
Warna Bilah warna dasar keagungan,
Arjuna, Pandu dan Srikandi. Warna kuning ini Kepriba
Keris keris, warna depresi,
di
merupakan lambang dari logam yakni emas. (kuning dan kuning: warna tertindas,
an
hitam) yang menutupi mempengaruhi.
Dalam masyarakat Jawa emas merupakan sebagian bilah Warna kuning:
warna superior yang digunakan oleh para keris kekuasaan,
kesetiaan,
penguasa sebagai bentuk kekuasaan dan kekaisaran,
melambangkan kekuasaan para penguasa untuk keagung
menjaga kesetiaan para bawahannya dan KESIMPULAN
Bagian dari seni Lambang
rakyatnya. Emas juga dikaitkan dengan konsep tempa yang Kejantanan, Pusaka
KERIS
‘Kosmos’, yaitu adanya kesamaan emas diciptakan pusaka, mistis, Budaya
untuk alat piyandel,
dengan matahari. Dalam masyarakat Cina

Anggraeni, Fianto, Riqqoh, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014


memburu dan Sejarah, Teknologi, Estetis,
alat pelindung
diri dari musuh. Karakteristik dan Makna Simbolis).
Sumber: Hasil Olahan peneliti, 2013 Jakarta: Badan Pengembangan
Sumber Daya Kementerian Pariwisata
KESIMPULAN dan Ekonomi Kreatif.
Dari penjelasan dan pembahasan diatas
dapat disimpulkan bahwa keris naga Sumber Internet:
Kamardikan ini secara keseluruhan atau
denotasi merupakan keris yang menggunakan http://kumpulanbunga.blogspot.com. 2013.
lambang naga, secara konotasinya keris naga Diakses 5 Maret 2014
kamardikan ini mencerminkan sikap dari http://wisata.kompasiana.com. 2013. Diakses 3
pemimpin yang harus waspada yang Maret 2014
dilambangkan dengan bentuk mata naga yang
bulat dan tajam, memiliki ketajaman
pendengaran yang dilambangkan dengan
sumping yang secara denotatif merupakan
bentuk dari telinga, pandai berkomunikasi
yang dilambangkan dengan moncong naga
yang terbuka. Secara denotatif moncong naga
sama dengan mulut yang berfungsi sebagai alat
komunikasi. Bentuk ornamen yang digunakan
adalah motif bunga melati, dimana melati
lambang dari kelembutan serta kewanitaan
yang menghasilkan mitos yaitu kepribadian,
sehingga dapat disimpulkan bahwa keris naga
ini mencerminkan sikap kepribadian pemimpin
yang bijaksana, memiliki sikap selalu waspada
dan pandai berkomunikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:

Barthes, Roland. 1988. Mythologies.


Hidayat, Wahyu. 2011. Estetika keris
kamarogan. Makalah Seminar
Festival keris nasional. Surabaya
Ida, Rachma. 2011. Fiksi Populer: Teori Dan
Metode Kajian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Moleong, Lexy, J. 2007. Metodologi Penelitian
Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sari, S. M., & Pramono, R. S. 2010. Kajian
Ikonografis Ornament Pada Interior
Klenteng sanggar Agung Surabaya ,
76. Surabaya: Universitas Petra
Schlehe, J. 2006. Budaya Barat dalam
Kacamata Timur. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi.
Rosdakarya
Yuwono, Basuki Teguh. 2011. Keris Naga
(Latar Belakang Penciptaan, Fungsi,

Anggraeni, Fianto, Riqqoh, Vol.2, No.1, Art Nouveau, 2014

You might also like