You are on page 1of 10

WAYANG KULIT MANUSIA

ANTARA MITOS DAN KENYATAAN


Otok Herum Marwoto *)

ABSTRACT

A religious traditional art in society is related to myth which can be categorized into
folktale. This tradition has been often become one in the Javanese mind and influential in
giving direction to their lives. Concerning with myth is inseparable from people’s believed. The
people believe which is appearing is usually established on the basis of a tale or story, which is
descendant from the local people and unwritten but believed by the society so that it becomes
tradition and culture encouragement. One of Indonesian ancestors’ heritages is leather puppet
which can be enjoyed by us until now, although the form and the development conform to the
development of the present modern world.
Myth of the leather puppet in Javanese people themselves has been an icon, because
the leather puppet it selves becomes myth which unified with tradition as well as Javanese
people culture. So, other myth follows the leather puppet myth. One of the existing myths in
society are the myth’s appearances of human’s skin puppet, mainly a traditional art of leather
puppet the material of which is believed to be created from human’s skin.
Kedakan village located in the slope of Merbabu valley which is remote and far from
the city. Because of its remote location, this place leave culture heritage of the preserved
ancestor’s tradition, such as human’s skin puppet. The appearing myth in the human skin
puppet is that of believed that the puppet is created from human’s skin, therefore, the puppet
is considered holy and highly respected. The sacredness of the puppet appears, since many
misterious and illogical things happened related to the sacred puppet frequently. The myth
which are still being preserved enables this leather puppet art in the remote village ever lasting
and the existence is still being nurtured.

Key words: Leather Puppet, Human Skin, and Myth

PENDAHULUAN kemampuan manusia itu sendiri dalam


Pada hakekatnya kebudayaan menghadapi tantangan alam sekitar
merupakan hasil “budi” dan “daya” lingkungan di mana mereka tinggal dan
manusia yaitu mengangkat derajat hidup.
manusia sebagai makhluk Tuhan yang Kebudayaan dalam kehidupan
paling tinggi di antara makhluk-makhluk sehari-hari adalah seluruh cara kehidupan
Tuhan yang lain, seperti binatang dan dari masyarakat manapun dan tidak hanya
tumbuh-tumbuhan. Dengan kebudayaan mengenai sebagian dari cara hidup itu,
kita dapat mengetahui tingkat peradaban yaitu bagian yang oleh masyarakat
manusia pendukungnya. Namun demikian dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan.
perlu kita sadari bahwa tingkat Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan,
kebudayaan banyak ditentukan oleh meskipun sangat sederhananya
*) Otok Herum Marwoto (otok.hm@facebook.com), Staf Pengajar Program Studi Kriya Seni, Jurusan kriya,
Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

42
Otok Herum Marwoto, Wayang Kulit Manusia antara Mitos dan Kenyataan [ 43

kebudayaan itu. Setiap manusia adalah Wayang kulit sebagai boneka dua
makhluk yang berbudaya, dalam arti matra memiliki perbedaan karakteristik
mengambil bagian dalam suatu yang cukup menonjol dengan bentuk
kebudayaan (Ralph, 1999: 30). boneka wayang lain. Wayang kulit
Budaya yang berkembang cukup menampilkan distorsi perwujudan bentuk
baik di Indonesia adalah budaya kesenian yang memiliki keistimewaan tertentu.
yang bersifat tradisi, yang Bentuk rupa dengan ketepatan distorsinya
perkembangannya terjadi secara turun mampu mencerminkan beragam watak
temurun. Semua itu bisa terjadi karena di manusia. Tak heran wayang kulit mampu
Indonesia sendiri dalam sejarahnya berevolusi selama beratus-ratus tahun
bermula dari masyarakat penganut aliran untuk mencapai bentuk yang paling
Animisme dan Dinamisme yang cukup mantap (Sutopo, 1992: 69).
lama. Kemudian dalam perkembangannya Masyarakat Jawa memiliki
kesenian yang bersifat tradisi tersebut kecenderungan untuk menyampaikan
mulai berkurang kontinuitasnya karena sesuatu secara tidak langsung yaitu melalui
munculnya aliran-aliran baru yang disebut simbol, sanepan (perumpamaan), ataupun
agama yaitu agama Hindu, Budha, Islam, sindiran. Gaya bahasa semacam itu sangat
Nasrani, dan sebagainya hingga sekarang mengakar di dalam kehidupan masyarakat,
ini. sehingga banyak diketahui aturan tidak
Tradisi kesenian Jawa yang tertulis (Herusatoto, 1987: 86). Hal
berkembang saat itu memang masih tersebut sangat menarik untuk dikaji dalam
banyak dipengaruhi oleh agama Hindu, mencari suatu kebenaran. Metode
yang masuk terlebih dahulu sebelum Islam komunikasi tersebut dapat menyampaikan
masuk. Kebudayaan Jawa yang sudah pesan ataupun ajaran dengan baik tanpa
mengakar kuat di masyarakat memang menimbulkan konflik antar komunikan.
tidak bisa dihilangkan begitu saja, sehingga Dalam dunia pewayangan masih
baik Hindu, Budha, Islam maupun aliran- banyak sekali misteri-misteri yang hingga
aliran yang lainnya ketika masuk di Jawa sekarang masih belum terungkap, baik
dan berkembang pasti akan ada pengaruh dalam hal kesusasteraannya maupun
tradisi Jawanya. bentuk wayangnya itu sendiri. Bentuk
Salah satu dari sekian banyak hasil wayang kulit pada jaman dahulu tidaklah
kesenian warisan nenek moyang bangsa seperti pada bentuk wayang kulit yang kita
Indonesia adalah wayang kulit. Wayang lihat sekarang, terutama bentuk wayang
kulit merupakan cabang kesenian yang kulit sebelum peradaban modern itu
populer dan digemari oleh sebagian muncul, termasuk bahan atau materi dari
masyarakat Indonesia, suatu karya seni wayang itu sendiri yang terbuat dari kulit
yang diakui adhiluhung, terutama nilai binatang.
filsafat yang terkandung dalam cerita Mengenai bahan kulit binatang
wayangnya.1 Wayang kulit purwa diakui untuk pembuatan wayang sampai sekarang
sebagai suatu hasil karya seni yang tinggi juga masih merupakan misteri, karena
bahkan telah mencapai puncak keterangan mengenai bahan kulit binatang
keindahannya, akan tetapi bentuk dari itu sendiri baru dijumpai pada jaman
wayang kulit purwa itu sendiri sampai kini Demak. Pada waktu itu para Raja dan para
masih terus berkembang, walaupun dalam Wali di pulau Jawa gemar akan kesenian
kadar yang rendah (perubahan yang tidak daerah termasuk pada wayang. Secara aktif
begitu menyolok). mereka menyempurnakan wayang baik
dari bentuk, bahan, gambar, cara
44 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 1 No.1, Mei-Oktober 2012

pertunjukan, alat perlengkapan serta memanggil roh-roh nenek moyang guna


sarana lainnya. Salah satu keterangannya dimintai restu, pertolongan, perlindungan,
adalah: Pada tahun kurang lebih 1520 obat-obatan dan lain sebagainya. Sisa-sisa
wayang dibuat pipih dengan bahan terbuat kepercayaan ini sampai saat ini masih tetap
dari kulit kerbau yang dihaluskan dan ada, misalnya banyak orang pergi ke
ditatah dengan halus(Soekatno,1992: 190). gunung-gunung untuk meminta sesuatu
Sedangkan keterangan lain yang dengan cara-caranya sendiri.2
menyebutkan penggunaan kulit untuk Kemudian pada waktu itu mereka
wayang tetapi juga tidak menyebut dari sering memanggil roh leluhur mereka
kulit binatang adalah dalam kitab Kakawin dengan sarana benda-benda yang sangat
Arjunawiwaha, nyanyian ke-V, bait 9, yang dekat dengan leluhur mereka ketika masih
ditulis oleh mpu Kanwa masa hidup, bahkan dimungkinkan
pemerintahan raja Airlangga di Kediri yaitu menggunakan sebagian dari tubuh leluhur
tahun 1019-1042 Masehi, di dalamnya mereka yang sudah mati, seperti tulang,
terdapat bagian yang menceritakan kulit, rambut dan sebagainya. Dari situlah
pertunjukan wayang dengan cukup jelas, kemungkinan besar fungsi wayang pada
yang berbunyi: Hanonton [sic, jaman dahulu bukan sebagi sarana upacara
Hananonton] ringgit manangis asekel tradisi dan hiburan semata, namun
muda hidepan huwus wruh towin yan memang sebagi benda atau alat untuk
walulang inukir molah angucap hatur ning menghadirkan roh leluhur mereka.
wang tresneng wiyasa malaha tan Keberadaan wayang kulit yang terbuat dari
wihikana ri tat wan yan maya sahana- kulit manusia hingga kini diyakini masih
hananing bhawa siluman. Kutipan ini ada, meskipun kemungkinan itu semua
kurang lebih berarti: orang yang hanya sebuah mitos atau legenda
menyaksikan pertunjukkan wayang, ada masyarakat yang sebagian masih ada yang
yang lalu menangis atau sedih hatinya, meyakininya.
walaupun ia sudah tahu bahwa yang Di dusun Kedakan, desa Kenalan,
dilihatnya itu hanyalah kulit yang dipahat kecamatan Pakis, kabupaten Magelang,
saja yang dibuat seakan-akan dapat diyakini masih ada pertunjukan wayang
bergerak dan berbicara (Mangkudimeja, kulit yang salah satu wayangnya terbuat
1979: 142). dari kulit manusia. ‘Wayang Kulit Manusia’
Dari bukti-bukti tersebut dapat ini memang diwariskan secara turun
diketahui bahwa semenjak abad XI Masehi temurun hingga sekarang dipegang atau
wayang sudah mempergunakan boneka dimiliki oleh seorang dalang yang bernama
dari kulit yang diukir (walulang inukir), bapak Sumitro. Wayang ini juga tidak
namun itu juga belum menunjukkan bahwa sembarangan bisa dipentaskan, akan tetapi
kulit yang diukir tersebut apakah dari kulit hanya dipentaskan untuk acara-acara
binatang atau dari kulit yang lain selain khusus saja seperti untuk meruwat Bocah
kulit binatang. Bajang (anak yang rambutnya gimbal), juga
Tahun 1500 sebelum Masehi meruwat sukerto (anak yang bernasib sial),
bangsa Indonesia memeluk kepercayaan atau acara khusus di bulan Syawal dan
Animisme dan dinamisme, yaitu suatu bulan Sapar saja.
anggapan bahwa semua benda ini
bernyawa dan mempunyai kekuatan gaib. Hasil Penelitian
Pada jaman Neolitikum bangsa Indonesia Masyarakat Kedakan sangat
membuat alat pemujaan berupa patung- menjunjung tinggi budaya tradisi setempat,
patung yang dijadikan tempat untuk ini terbukti dengan terpeliharanya budaya
Otok Herum Marwoto, Wayang Kulit Manusia antara Mitos dan Kenyataan [ 45

tradisi memetri desa atau bersih desa yang penyimpan wayang kulit pada umumnya
diadakan setiap 1 tahun sekali, yaitu pada yang berada pada sebuah makam.
bulan Sapar (bulan Jawa/Islam). Biasanya Sedangkan kotak wayang kulit yang lainnya
setiap kali mengadakan upacara memetri hingga kini masih ada di dusun Kedakan
desa/bersih desa selalu diadakan sebagai barang pusaka milik masyarakat
pertunjukan wayang kulit keramat, yaitu desa Kedakan. “Jadi wayang kulit ini adalah
wayang kulit yang oleh masyarakat milik warga desa Kedakan. Bukan milik
setempat sangat dikeramatkan dan perorangan, sebagai barang pusaka. Tetapi
disakralkan karena ada 1 tokoh wayang sering diaku milik orang pribadi,”3 Menurut
kulit yang diyakini terbuat dari kulit Sumitro, selain peninggalan Ki Hajar
manusia. Pertunjukan ‘Wayang Kulit berupa wayang kulit, juga ada peninggalan
Manusia’ ini hanya 2 kali dalam setahun, lain berupa seperangkat gamelan. Tetapi
yaitu setiap bulan Sapar dan Syawal, selain sekarang ini seperangkat gamelan yang
bulan itu tidak dipertunjukkan kepada merupakan peninggalan Ki Hajar yang
umum kecuali kalau ada permintaan dari seharusnya keberadaannya selalu melekat
warga masyarakat karena nadar/kaul. dengan wayang kulit sudah tidak satu lagi.
Wayang adalah pusaka milik “Ini yang menjadi keprihatianan
penduduk bukan milik pribadi. Dari masyarakat Desa Kedakan. Dari penuturan
penuturan Sumitro, yang melanjutkan masyarakat seputar lereng Merapi-
ceritanya dari sesepuh sebelumnya Merbabu, kisah wayang pusaka ini sangat
(Sudarjo) dan nenek moyangnya, Ki Hajar kondang. Selain wingitnya wayang kulit,
dahulu adalah tokoh agama yang keunikan pagelaran wayang kulit. Gamelan
membawa budaya wayang kulit. Entah yang sangat sederhana karena jumlah dan
alasan apa, Ki Hajar sampai menetap di jenisnya yang tidak seperti lazimnya, hanya
daerah Dakan ini. Sebetulnya, nama desa mirip gamelan untuk jathilan jaran kepang.
Kedakan ini bermula dari kata duka, yang Jenis gamelan yang ditinggalkan adalah
berarti marah. Dahulu Ki Hajar bersama berupa kethuk, kenong, sarong, gong dan
teman satu perguruannya Ki Hajar Windu kendhang. Kecuali itu, menurut tradisi,
Sono datang ke wilayah kabupaten dalangnya pun harus makan sirih kinang
Magelang sama-sama membawa kalau mau pentas.
seperangkat wayang beserta gamelannya. Struktur pada ‘Wayang Kulit
Kemudian masing masing berpisah, Ki Manusia’ khususnya pada tokoh Arjuna
Hajar Windu sono menetap di dusun tidak jauh berbeda denga wayang-wayang
Windu sabrang, desa Sindu dan Ki Hajar pada umumnya, yaitu terbuat dari bahan
Daka di dusun Kedakan, desa Kenalan. kulit dan dipahat dan disungging. Akan
Tempat Ki Hajar bertempat tinggal tetapi yang membuat berbeda dengan
di sebuah desa yang sekarang bernama wayang-wayang yang lain adalah mitos
desa Windu. Karena ada yang memfitnah yang berkembang di masyarkat bahwa
dirinya, Ki Hajar menjadi marah atau dalam wayang kulit tokoh Arjuna tersebut terbuat
bahasa Jawa duka. Maka di tempat Ki Hajar dari kulit manusia.
duka inilah, menjadi desa Dakan atau yang Mengenai bentuk dari ‘Wayang
sekarang disebut sebagai desa Kedakan, Kulit Manusia’ tersebut khususnya pada
yang artinya tempat Ki Hajar duka (marah). tokoh Arjuna bergaya campuran
Masih dari penuturan Sumitro, (prayungan) antara gaya Yogyakarta
jumlah wayang kulit yang dimiliki Ki Hajar dengan gaya Surakarta, tetapi lebih banyak
ada dua kotak. Tetapi, yang satu kotak atau lebih condong kepada gaya
tersimpan dalam batu yang mirip kotak Yogyakarta. Ini bisa dilihat dari bentuk
46 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 1 No.1, Mei-Oktober 2012

global dari wayang tersebut yang banyak Sehingga diperkirakan wayang tokoh
mempergunakan unsur-unsur tatahan dan Arjuna tersebut dibuat antara tahun 1756
sunggingan gaya Yogyakarta. Akan tetapi sampai tahun 1800.4
pada bagian muka serta beberapa bagian Hal senada juga dikatakan oleh
unsur tatahan yang bergaya Surakarta. Ledjar Subroto mengenai ‘Wayang Kulit
Manusia’ tersebut memang cenderung
bergaya Yogyakarta, ini terlihat dari
banyaknya tatahan dan sunggingan dalam
wayang tersebut yang bergaya Yogyakarta,
sehingga kalau menurut Ledjar Subroto
‘Wayang Kulit Manusia’ ini jelas bukan
bergaya Surakarta, namun juga bukan
bergaya Yogyakarta murni, atau lebih
tepatnya bergaya prayungan atau
campuran, yaitu pada bentuk postur
tubuhnya.5
Sedangkan mengenai fungsi
wayang, khususnya untuk ‘Wayang Kulit
Manusia’ ini sedikit berbeda dengan fungsi
wayang pada umumnya. ‘Wayang Kulit
Manusia’ ini dalam pementasannya juga
menggunakan musik pengiring atau
gamelan, akan tetapi yang berbeda
hanyalah jumlah instrumentnya saja, yaitu
hanya berjumlah lima (5) macam saja: 1)
Saron, 2) Kethuk, 4) Kenong, 4) Kendang,
dan 4) Gong.
Syarat yang harus dipenuhi guna
Gambar 1: Tokoh Arjuna terselenggaranya pentas wayang kulit
(Mitosnya terbuat dari kulit manusia) tersebut, adalah sajen wayang (sesaji) yang
Foto: koleksi Otok HM. terdiri dari:
1. Dua pasang ayam utuh jantan dan
Menurut Sagio salah seorang betina
penatah wayang keraton Yogyakarta, kalau 2. Dua buah nasi tumpeng
melihat dari bentuk tatahannya jelas 3. 3. Dua piring nasi liwet beserta
wayang tersebut banyak menggunakan lauknya: tahu, tempe, daging
tatahan gaya Yogyakarta. Akan tetapi sapi,rempeyek ikan asin, telur mata
memang ada beberapa bagian yang dalam sapi, sambal cabe hijau, sayur nangka,
tatahannya menggunakan tatahan gaya dan kerupuk.
Surakarta sehingga wayang tersebut 4. Dua lirang pisang raja
memang tidak murni bergaya Yogyakarta. 5. Dua buah wajik dan jadah ketan
Selanjutnya Sagio mengatakan bahwa 6. Dua piring jenang merah dan putih
wayang tersebut mirip sekali dengan 7. Dua buah kelapa hijau
wayang koleksi dari keraton yang tertua, 8. Dua kendil berisi beras dan telur ayam
yaitu wayang keraton ciptaan antara kampung
Hamengku Buwono I dan Hamengku 9. Dua gelas kopi atau teh panas
Buwono II, yaitu sekitar abad 17 dan 18.
Otok Herum Marwoto, Wayang Kulit Manusia antara Mitos dan Kenyataan [ 47

Sedangkan untuk sesaji yang lain dimaksudkan pada tulisan ini, penulis
yaitu yang ditempatkan di kanan dan kiri mengartikannya yaitu, ilmu yang
kelir wayang: menceritakan tentang asal usul sesuatu
1. Dua batang tebu yang bersifat ghaib.
2. Dua piring tukon pasar seperti daun Pada kenyataannya, tradisi-tradisi
sirih, gambir, injet, tembakau Kedu. religius dalam masyarakat terkait erat
3. Dua bungkus rokok kretek dengan mite atau mitos yang dapat
4. Dua buah kain jarik yang masih baru digolongkan ke dalam cerita rakyat. Tradisi-
atau belum dipakai tradisi ini seringkali telah menyatu delam
5. Dua buah jagung alam pikiran orang Jawa dan berpengaruh
6. Dua ikat padi dalam memberi arah bagi kehidupannya.
7. Dua bungkus kemenyan madu Mitos-mitos religius telah menjadi model
elanjutnya untuk lakon wayang dalam bertindak dan merupakan salah satu
yang sering dipentaskan khususnya untuk cara manusia dalam menjalin hubungan
acara ruwatan atau nadir yaitu lakon: dengan kenyataan-kenyataan fisik dan
1. Bima Suci, untuk acara kitanan dan lingkungannya. Pandangan semacam ini
pernikahan akan memberikan ruang untuk
2. Antareja Lahir, untuk acara pernikahan menempatkan mitos yang hidup dan
3. Makutho Romo, untuk acara berkembang dalam alam pikiran suatu
pernikahan masyarakat sebagai salah satu “pintu
4. Bima Sawah, untuk acara bersih desa masuk” dalam usaha mengetahui dan
dan tandur (mulai menanam padi) memahami budaya mereka. Di alam pikiran
5. Mintaraga, untuk menyembuhkan mistik dan mitos dapat tercermin suatu
orang sakit dan memenuhi permintaan sikap hidup yang terus berkembang
anak kecil yang berambut gimbal menjadi satu budaya. Selain itu mistik
(gembelan). merupakan salah satu bentuk, bahkan isi
Sebelum pentas ‘Wayang Kulit dasar dari Javanisme.7
Manusia’ dimulai biasanya seorang dalang Dalam dekade sekarang ini banyak
membakar kemenyan sambil membaca orang yang menganggap mitos sebagai
mantera. cerita khayal yang tidak ada artinya sama
sekali. Mitos hanya dianggap sebagai cerita
Pembahasan untuk “meninabobokkan” anak-anak atau
1. Mitos ‘Wayang Kulit Manusia’ cerita fantastik yang tidak rasional. Akan
Berbicara tentang mitos tetapi sebenarnya harus diakui bahwa
masyarakat tidak akan lepas dari masalah mitos dapat mempunyai peranan yang
keyakinan masyarakat. Keyakinan fundamental bagi kehidupan masyarakat.
masyarakat yang muncul biasanya Peranan mitos-pun kadang-kadang dapat
dibangun atas dasar sebuah cerita atau menentukan ataupun dapat mengubah
dongeng maupun hikayat, yang turun- nasib seseorang. Mitos merupakan salah
temurun dari masyarakat setempat yang satu unsur dalam suatu sistem religi yang
tidak ditulis/terbukukan tapi diyakini dan menjadi dasar kehidupan sosial dan
dipercayai oleh masyarakat tersebut kebudayaan manusia apabila dilihat dari
sehingga menjadi tradisi dan budaya. konteks-konteks tertentu. Melalui mitos
Sedangkan dalam hal tradisi dan budaya, dapat diungkapkan alam pikiran
masyarakat Jawa adalah pusatnya yang masyarakat pendukungnya mengenai
identik, kental dan erat sekali dengan dunia sekitarnya, bagaimana mereka
dunia mitologi.6 Mitologi yang
48 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 1 No.1, Mei-Oktober 2012

memandang gunung, laut, hutan, sungai, tersebut akan dipinjam dibawa ke kota
danau, dan sebagainya.8 Semarang oleh seorang wartawan, tetapi
Kebenaran tentang mitos, ternyata tidak dikembalikan, dan yang
sesungguhnya dapat kita pahami secara terjadi wartawan tersebut mengalami sakit
filsafati, hal ini sesuai dengan ungkapan parah dan meninggal dunia, dan wayang
Ernst Cassier, yaitu suatu teori tentang itu kembali ke tangan bapak Sumitro
mitos sejak awal sudah sarat dengan dengan sendirinya.9 Lebih lanjut Sumitro
kesulitan. Sifat dan hakikat mitos memang menceritakan kejadian lain yang benar-
non teoritis. Mitos menampik dan menolak benar terjadi secara nyata, ketika tetangga
kategori-kategori dasar dalam pemikiran dusun meminta diadakan pertunjukkan
kita (Cassier, 1987:58). Selanjutnya fungsi ‘Wayang Kulit Manusia’ tersebut yang jarak
mitos dikatakan oleh C. A. Van Peursen rumahnya tidak begitu jauh (sekitar 2 km)
tidak hanya terbatas pada semacam dengan tempat tinggal bapak Sumitro,
reportase mengenai peristiwa yang dulu disaat seperangkat wayang tersebut mau
terjadi, sebuah kisah mengenai dewa-dewa diangkat oleh para pemuda setempat, ada
dan dunia ajaib. Bukan mitos itu beberapa orang yang menganggap remeh
memberikan arah kepada kelakuan wayang tersebut. Kemudian 1 kotak
manusia, dan merupakan semacam wayang itu dibawa oleh 18 orang pemuda
pedoman untuk kebijaksanaan manusia. menuju ke tempat tujuan, maka terjadi
Lewat mitos manusia dapat turut serta suatu keanehan yaitu kotak wayang
mengambil bagian dalam kejadian-kejadian tersebut menjadi sangat berat sekali,
sekitarnya, dapat menanggapi daya-daya sehinga ketika kotak tersebut dibawa dari
kekuatan alam (C. A. Van Peursen, 1970: rumah bapak Sumitro pukul 09.00 pagi
37). sampai ditempat tujuan pukul 16.00 sore.
Mitos yang muncul pada ‘Wayang Pada hal ketika bapak Sumitro juga
Kulit Manusia’ adalah diyakininya wayang berangkat ke tempat tujuan yang
tersebut sebagai wayang yang terbuat dari berangkatnya jauh sesudah kotak wayang
kulit manusia, sehingga wayang tersebut tersebut dibawa, ternyata malah lebih dulu
menjadi suatu benda pusaka yang keramat. sampai di tempat tujuan (bapak Sumitro
Kesakralan wayang dan keangkeran berangkat dari rumah pukul 13.00 siang
muncul, karena kebetulan sering terjadi dan sampai ditempat tujuan pukul 14.00
hal-hal gaib atau hal-hal yang diluar logika siang)
manusia ketika berhubungan dengan Kejadian aneh yang berkaitan
wayang tersebut. Diceritakan oleh Sumitro dengan wayang keramat tersebut
(dalang ‘Wayang Kulit Manusia’) bahwa dibenarkan oleh Darnomo salah satu
berkali-kali terjadi suatu hal yang aneh perangkat desa Kenalan, yang sudah sering
terhadap ‘Wayang Kulit Manusia’ itu. kali melihat sendiri kejadian-kejadian aneh
Pernah pada suatu saat ketika diadakan tersebut. Pernah pada suatu ketika
pertunjukkan wayang, ada seseorang yang ‘Wayang Kulit Manusia’ khususnya tokoh
melihat pertunjukkan tersebut dan tidak Arjuna dipinjam oleh seorang wartawan
percaya terhadap keramatnya wayang dari Semarang yang katanya akan
tersebut, kemudian orang tersebut dikembalikan, namun wayang itu tidak
mengatakan bahwa wayang itu hanya dikembalikan tetapi ditempatkan di
wayang biasa, maka langsung seketika museum pribadi. Setelah empat puluh hari
orang tersebut mulutnya perot (mulutnya wayang tersebut tiba-tiba sudah berada di
bergeser ke samping). Kejadian yang lain rumah pak Sumitro dengan sendirinya dan
juga pernah terjadi wayang tokoh Arjuna selang empat puluh hari kemudian
Otok Herum Marwoto, Wayang Kulit Manusia antara Mitos dan Kenyataan [ 49

wartawan tersebut meninggal dunia tanpa bening. Dalam dunia perkulitan jenis kulit
sebab apapun. Kejadian aneh yang lain yang demikian itu disebut dengan kulit
yaitu ketika diadakan pentas wayang di widungan, yaitu kulit binatang (anak
desa Kenalan, setelah selesai pentas yang kerbau) yang masih dalam kandungan.
seharusnya sajen (sesaji wayang) ikut Kulit widungan ini memang sangat langka,
dikembalikan ke rumah pak Sumitro sehingga tidak banyak orang yang dapat
bersamaan dengan seperangkat wayang membuat wayang kulit dari kulit widungan
dan gamelannya, namun hal itu tidak tersebut.
dilakukan, tiba-tiba seluruh isi rumah Dari kenyataan tersebut di atas
tempat wayang tersebut dipentaskan antara mitos dan kenyataan memang tidak
mendadak pingsan tanpa sebab. Namun terjadi suatu kesesuaian, yaitu mitos
setelah sajen wayang itu diantar ke rumah wayang kulit yang di buat dari kulit
pak Sumitro, semua orang yang pingsan manusia ternyata setelah di uji
sadar kembali seperti tidak pernah terjadi berdasarkan uji forensik berasal dari kulit
apa-apa.10 binatang. Namun mitos akan kesakralan
dan keangkeran wayang kulit tersebut
2. Kenyataan ‘Wayang Kulit Manusia’ belum ada yang membuktikan secara
Dari semua kejadian atau peristiwa ilmiah, karena pada kenyataannya banyak
tersebut diatas memang bisa dikatakan peristiwa aneh yang berkaitan dengan
bahwa itu karena sesuatu yang kebetulan wayang kulit tersebut. Kemungkinan
saja, namun dalam kenyataannya sesuatu beredarnya mitos itu adalah sebuah upaya
yang kebetulan itu tidak hanya satu dua suatu kelompok masyarakat yang
kali saja kejadiannya. Peristiwa aneh menginginkan adanya pelestarian kesenian
tersebut berulang kali terjadi ketika sebuah tradisi tersebut.
wayang keramat tersebut diperlakukan
tidak sesuai dengan ketentuan yang sudah PENUTUP
diyakini sebelumnya, sehingga tidak ada Dari uraian tentang pembahasan
seorang atau sekelompok masyarakat diatas dapatlah ditarik satu kesimpulan
sekitar yang berani melanggar aturan- yang terkait dengan beberapa
aturan itu. Karena apabila ada yang berani permasalahan yang telah dirumuskan
melanggar mitos yang sudah terbentuk sebagai berikut :
sejak turun temurun itu, maka bisa 1. Istilah ‘Wayang Kulit Manusia’ sudah
dipastikan akan terjadi suatu musibah atau menjadi suatu mitos di kalangan
bencana.11 masyarakat Kedakan yang sudah ada
Sedangkan mengenai bahan atau sejak dulu.
materi dari ‘Wayang Kulit Manusia’ 2. Kenyataan yang ada pada ‘Wayang
khususnya pada tokoh Arjuna yang Kulit Manusia’ setelah diuji secara
mitosnya terbuat dari kulit manusia, laboratorium atau uji forensik,
namun pada kenyataanya setelah di uji memang bahan yang dipakai untuk
melalui uji forensik di laboratorium bagian pembuatan wayang tokoh Arjuna
Histologi dan Biologi Sel, Fakultas adalah dari kulit binatang yang masih
Kedokteran Universitas Gajah Mada, muda, atau istilah dalam perkulitan
hasilnya ternyata bukan berasal dari kulit yaitu kulit widungan (kulit anak kerbau
manusia. Kalau dilihat secara fisik kulit yang masih berada dalam kandungan).
tersebut memang sangat halus dan sedikit 3. Mitos akan kesakralan ‘Wayang Kulit
berbeda dengan kulit binatang (kerbau) Manusia’ secara ilmiah belum dapat
yang lainnya, tekstur kulit sangat halus dan dibuktikan karena berhubungan
50 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 1 No.1, Mei-Oktober 2012

dengan hal-hal yang bersifat gaib,


namun demikian dengan adanya mitos
ternyata mampu menjaga suatu http://id.wikipedia.org/wiki/Kulit
bentuk kesenian yang sudah sangat
langka dan unik itu tetap eksis hingga http://id.wikipedia.org/wiki/Mitos
sekarang.
Herusatoto, Budiono, Simbolisme dalam
Budaya Jawa, PT. Hanindita,
Catatan Yogyakarta, 1987
1
Segi Seni Rupa Wayang Kulit Purwa dan
Perkembangannya, dalam: Kesenian, Bahasa dan Folklor
Jawa, editor Soedarsono (Proyek Penelitian dan Pengkajian
Holt, Claire, Art in Indonesia, Cornell
Kebudayaan Nusantara, Javanologi), Direktorat Jenderal University Press, Itaca, New York,
Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1967
Yogyakarta, 1986, hal. 159

2
Wayang, Asal-usul, Filsafat dan Masa Depannya, Penerbit Kempers, Bernet, , AJ, Ancient Indonesian
PT Gunung Agung, Jakarta, 1982, hal. 33-34 Art, Harvard University Press,
3
wawancara dengan Sumitro, 21 Juli 2008 Cambridge, Massachusetts, 1959
4
Wawancara dengan Sagio, 28 Juli 2008
5
Wawancara dengan Ledjar Subroto, 19 Juli 2008 Linton, Ralph, “The Cultural Background of
6
http://id.wikipedia.org/wiki/Mitos
7 Personality”, Appleton-Century-
http://id.wikipedia.org/wiki/Mitos
8 Crofts, New York, (1945), dalam: T.O.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mitos
9
wawancara dengan Sumitro, 1 Juli 2008)
Ihromi, Pokok-pokok Antropologi
10
Wawancara dengan Sumitro, 1 Juli 2008 Budaya, Yayasan Obor Indonesia,
11
Wawancara dengan Kastari Kepala Dusun kedakan, 22 Jakarta, 1999
Juni 2008
Mangkudimeja, R.M., Kawruh Asalipun
Ringgit Sarta Gegepokanipun Kaliyan
Agami ing Jaman Kina (pembaruan),
KEPUSTAKAAN Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta, 1979
Anderson, Benedict R.O.G., Mithology and
the Tolerance of the Javanesse, Mulyono, Sri, Simbolisme Mistikisme dalam
Cornell University, Ithaca, New York, Wayang, Penerbit PT Gunung Agung,
1965 Jakarta 1979

Cassirer, Ernst, Manusia dan Kebudayaan, _____, Wayang, Asal-usul, Filsafat dan
Sebuah Essei Tentang Manusia, Masa Depannya, Penerbit PT Gunung
terjemahan Alois A. Nugroho, PT Agung, Jakarta, 1982
Gramedia, Jakarta, 1987
_____, Wayang dan Filsafat Nusantara,
Geerts, Clifford, The Interpretation of Penerbit PT Gunung Agung, Jakarta,
Culture, Basic Books, New York, 1973 1982

______, The Religion of Java, The Free Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang
Press, New York, 1969 Sosial, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 1990
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_M
agelang
Otok Herum Marwoto, Wayang Kulit Manusia antara Mitos dan Kenyataan [ 51

Peursen, C.A. Van, Strategi Kebudayaan,


Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1994 Sukasman, Wayang Kulit Purwa Dilihat Dari
Segi Seni Rupa, Departemen
Sagio dan Samsugi, Wayang Kulit Gagrag Pendidikan dan Kebudayaan
Yogyakarta. Morfologi, Tatahan, Direktorat Jendral Kebudayaan
Sunggingan dan Teknik Badan Penelitian dan Pengembangan
Pembuatannya, Haji Masagung, Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek
Jakarta, 1991. Javanologi, Yogyakarta, 5 Juni 1984

Soedarso Sp., M.A., Morfologi Wayang _____, Segi Seni Rupa Wayang Kulit Purwa
Kulit (Wayang Kulit dipandang dari dan Perkembangannya, dalam:
Jurusan Bentuk), dalam pidato ilmiah Kesenian, Bahasa dan Folklor Jawa,
pada Dies Natalis Institut Seni editor Soedarsono (Proyek Penelitian
Indonesia Yogyakarta Ketiga, dan Pengkajian Kebudayaan
Yogyakarta, 1987 Nusantara, Javanologi), Direktorat
Jenderal Kebudayaan Departemen
_____ , Pengantar Sejarah Seni Rupa Pendidikan dan Kebudayaan,
Indonesia, STSRI “ASRI”, Yogyakarta, Yogyakarta, 1986
1972-1975
Sunarto, Wayang Kulit Purwa Gaya
_____, Wanda, Suatu Studi Tentang Resep Yogyakarta, Sebuah Tinjauan
Pembuatan Wanda-wanda Wayang Tentang Bentuk, Ukiran, Sunggingan.
Kulit Purwa dan Hubungannya Balai Pustaka (seri BP no. 3362),
Dengan Presentasi Realistik, Proyek Jakarta, 1989
Penelitian Dan Pengkajian
Kebudayaan Nusantara Sutopo, H.B.,Wayang Kulit Bahasa
(JAVANOLOGI), Direktorat Jenderal Metaforik Yang Kaya Makna, Seni:
Kebudayaan Departemen Pendidikan Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan
dan Kebudayaan, Yogyakarta, 1986 Seni, II/02 April 1992, BP ISI
Yogyakarta, 1992
_____, Wayang Kulit Purwo Sebuah
Tinjauan Visual, Seni, Jurnal
Pengetahuan dan Penciptaan Seni,
I/01, Mei, Institut Seni Indonesia
Yogyakarta, 1998

Soedarsono R.M, Seni di Indonesia,


Kontinuitas dan Perubahan,
(terjemahan) Art in Indonesia:
Continuities and Change, Bagian II,
Institut Seni Indonesia Yogyakarta,
1992

Soekatno, Mengenal Wayang Kulit Purwa.


Klasifikasi, Jenis dan Sejarah, Aneka
Ilmu, Semarang, 1992.

You might also like