You are on page 1of 14

ANALISIS OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS

UNTUK MENGENDALIKAN SIX BIG LOSSES


PADA MESIN PEMBUATAN NUGGET
M. Ridwansyah 1,2; Dewi Nusraningrum 2; Ahmad H. Sutawijaya 2
1
PT. Belfoods Indonesia, Indonesia
2
Magister Manajemen, Universitas Mercu Buana, Indonesia
email : rdwnsh@gmail.com

Abstract. This research carried out to measure the effectiveness of Total Productive
Maintenance (TPM) application in PT. BI to improve the company product delivery achievement.
The research uses descriptive quantitative approach with value analysis method of Overall
Equipment Effectiveness (OEE). OEE value is analyzed by Six Big Losses (SBL) methods to find
the losses factors and fish bone analysis to find its root cause and make a recommendation for
improvement. Based on research found the OEE 2017 of forming machine and forming machine
are 43%, much lower than company target 60% and world class manufacturing level 85%. The
low performance of forming machine were caused by reduced speed losses 69% and startup &
adjustment losses 14% and low performance of frying machine were caused by equipment failure
53% and startup & adjustment 29%. The roots causes found are inappropriate implementation of
autonomous maintenance (AM), no spare parts management system (SM) and maintenance
information system (MIS), and low employee competency.

Keywords: Overall Equipment Effectiveness (OEE), Six Big Losses (SBL), and Fish bone
diagram.

Abstrak. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur efektifitas penerapan Total Productive
Maintenance (TPM) di PT. BI untuk memperbaiki pencapaian pengiriman produk. Penelitian
menggunakan pendekatan deskriftif kuantitatif dengan analisa Overall Equipment Effectiveness
(OEE). Nilai OEE di analisa menggunakan Metode Six Big Losses (SBL) untuk menemukan
faktor kerugian dan analisa diagram fish bone untuk menemukan akar masalah dan membuat
usulan untuk perbaikan. Hasil penelitian menemukan OEE 2017 mesin forming dan mesin frying
adalah 43%, lebih rendah dibandingkan target perusahaan 60% dan standar OEE internasional
85%. Rendahnya kinerja mesin forming disebabkan faktor reduced speed losses 69% dan startup
& adjustment losses 14% dan rendahnya kinerja mesin frying disebabkan faktor equipment
failure 53% dan startup & adjustment 29%. Akar masalah yang ditemukan adalah pelaksanaan
autonomous maintenance (AM) yang belum baik, ketiadaan spareparts management system (SM)
and maintenance management system (MIS), dan rendahnya keterampilan karyawan.

Kata kunci: Overall Equipment Effectiveness (OEE), Six Big Losses (SBL), dan Fish bone
diagram

1. PENDAHULUAN
Perusahaan yang ingin bertahan di produk dengan fitur disukai, kualitas tinggi,
lingkungan bisnis penuh persahingan harus harga rendah, dan departemen penelitian dan
memperhatikan kebutuhan berbagai variasi pengembangan yang efektif. Perubahan
38 | P a g e
yang lambat dalam operasi manufaktur tidak produksi (throuput and reliability of
menjamin keuntungan berkelanjutan production facilities), yang mengakibatkan
(sustained profitability) or keberlangsungan kerusakan lebih cepat (fast deteriorations),
sebuah organisasi (Ahuja, 2008). Kurangya menurunkan ketersediaan (equipment
sinergi antara management maintenance availability) karena sistim downtime
(maintenance management) dan strategi berlebihan (ecessive system downtime),
perbaikan kualitas (quality improvement penurunan kualitas produksi, peningkatan
strategy) yang mengabaikan maintenance inventory, dan akhirnya menyebabkan
sebagai sebuah competitive strategy, dapat kinerja pengiriman yang tidak baik
menurunkan hasil dan keandalan fasilitas (unreliable delivery performance).

Delivery Achievement
105%
100%
95%
90%
85%
80%
75%
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Avg
MONTH 2016
Target 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95%
Casefill 2016 99% 100% 98% 99% 98% 86% 92% 95% 98% 97% 98% 97% 96%

Target Casefill 2016

Gambar 1. Grafik data pencapaian pengiriman produk


Sumber: Logistic PT. BI (2017)

Untuk memenuhi permintaan konsumen PT. pada mesin forming dan frying. Dari 11 unit
BI telah melakukan upaya terbaik, namun mesin dalam rangkaian proses line nugget
perusahaan masih ada kendala dengan terlihat mesin forming dan frying adalah 2
kinerja aktivitas pemeliharahaan unit mesin penyumbang breakdown time
(performance of maintenance activities) mesin terbesar per bulan. Data rata-rata
dengan tingginya breakdown time mesin breakdown time mesin dari periode Januari
produksi yang berdampak pada tidak – Desember 2016 menunjukkan bahwa
tercapainya target pengiriman. Pencapaian breakdown time mesin forming 12.1 jam/
pengiriman produk Juni dan Juli 2016 hanya bulan dan mesin frying 18.3 jam, sedangkan
85% dan 92% dari target 95%. Menurut mesin lain dalam rangkaian line nugget
laporan departemen engineering PT. BI relatif mempunyai breakdown time lebih
seperti gambar 1.2 di atas, breakdown time baik jauh lebih rendah dibawah 4 jam/bulan.
mesin di tahun 2016 cukup tinggi terutama

39 | P a g e
Gambar 2. Grafik Data Break-Down Mesin Nugget Di Line Nugget
Sumber: Maintenance PT. BI (2017)

A. Identifikasi Masalah 3. Apakah terdapat faktor faktor dari six


Dari fenomena yang terjadi di big losses yang berpengaruh terhadap
perusahaan identifikasi masalah adalah nilai OEE dari mesin forming?
sebagai berikut: 4. Apakah terdapat faktor faktor dari six
1. Breakdown time mesin di line nugget big losses yang berpengaruh terhadap
cukup tinggi yaitu 42.3 jam/bulan. nilai OEE dari mesin frying?
2. Breakdown time mesin forming 12.1 5. Bagaimana rencana perbaikan yang
jam/bulan adalah penyumbang harus dilakukan untuk meningkatkan
terbesar kedua sebesar 29% kepada kinerja (OEE) dari mesin forming?
total downtime time line nugget 6. Bagaimana rencana perbaikan yang
3. Breakdown time mesin frying 18.3 harus dilakukan untuk meningkatkan
jam/bulan adalah sebagai kinerja (OEE) dari mesin frying?
penyumbang terbesar pertama
sebesar 43% kepada total breakdown C. Batasan Masalah
time line nugget. Masalah yang masuk dalam ruang
4. Total breakdown time mesin line lingkup dalam penelitian dan pembahasan
nugget 42.3 jam/bulan menyebabkan ini adalah sebagai berikut:
kenaikan FOH cost per kg produk 1. Penelitian di lakukan di PT. BI di
sebesar 7% Bogor
5. Breakdown mesin nugget ini 2. Line produksi yang menjadi objek
menurunkan service level pengiriman penelitian adalah line nugget
produk ke customer. 3. Penelitian ini akan menghasilkan
rekomendasi namun tidak sampai
B. Rumusan Masalah hasil hasil dari implementasinya
Penelitian ini dilakukan berkenaan
dengan adanya fenomena dan penerapan D. Maksud Penelitian
TPM di lingkungan perusahaan. Yang Untuk mencari solusi dari
menjadi pertanyaan penelitian ini adalah: permasalahan yang sedang terjadi pada
1. Berapakah nilai OEE dari mesin mesin di line nugget. Dengan mengetahui
forming ? kinerja mesin dilihat dari nilai OEE yang
2. Berapakah nilai OEE dari mesin dianalisa menggunakan metode six big
frying ?

40 | P a g e
losses, diagram pareto, dan diagram sebab 2. KAJIAN TEORI
akibat/ fishbone diagram. A. Overall Equipment Effectiveness
E. Tujuan penelitian (OEE)
Tujuan penelitian ini adalah: Overall equipment effectiveness
1. Menghitung nilai OEE dari mesin (OEE) adalah tingkat pendayagunaan
frying. fasilitas keseluruhan. Menurut Garza-Reyes
2. Menghitung nilai OEE dari mesin (2010), OEE adalah sebuah pendekatan
forming. untuk mengevaluasi kemajuan melalui
3. Melakukan identifikasi faktor faktor inisiatif perbaikan yang dilakukan sebagai
six big losses manakah yang bagian dari filosofi perbaikan TPM (total
berpengaruh terhadap nilai OEE productive maintenance). OEE sebagai
mesin frying. ukuran dalam mengevaluasi efektifitas
4. Melakukan identifikasi faktor faktor peralatan, mampu mengidentifikasi
six big losses manakah yang kehilangan produksi (production losses) dan
berpengaruh terhadap nilai OEE sebab tersembunyi (hidden cost) yang
mesin forming. menyumbang biaya total produksi (total cost
5. Membuat rencana perbaikan untuk of production). Nilai OEE 85% adalah
meningkatkan kinerja (OEE) mesin sebagai performance standar dunia.
fryin. Perhitungan OEE dapat dilihat di Gambar 3.
6. Membuat rencana perbaikan untuk
meningkatkan kinerja (OEE) mesin
forming

Gambar 3. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness


Sumber: Ahuja (2008)

B. Six Bix Losses (SBL)


Menurut Ahuja (2008), tujuan dari (2010) salah satu tujuan utama dari total
TPM adalah menghilangkan atau productive maintenance (TPM) dan Overall
meminimumkan semua kerugian (losses) equipment effective (OEE) adalah
yang berkaitan dengan system manufaktur mengurangi atau menghilangkan six big
untuk meningkatkan overall production losses sebagai penyebab utama hilangnya
effectiveness. TPM berfokus pada six major efisiensi di manufaktur. Hubungan losses
losses, yang paling menurunkan efisiensi (kerugian) dan efektifitas dalam TPM
system produksi. Ke enam losses seperti didifinisikan dalam kualitas produk dan
ditabel 1 dibawah. Menurut Almeanazel availability equipment (peralatan).
41 | P a g e
Tabel 1. Klasifikasi Kerugian
No Variabel Klasifikasi
1 Availability (1) Equipment Failure/ Breakdown Losses
(2) Set up and adjustment losses
2 Performance (3) Iddling and minor stoppage
Efficiency (4) Reduced Speed
3 Rate of quality product (5) Defect in process
(6) Reduced Yiel
Sumber : Ahuja (2008)

C. Total Productive Maintenance (TPM)


Menurut Ahuja (2008), total 4. Melibatkan semua karyawan, dari top
productive maintenance (TPM) adalah management sampai pekerja
strategi meningkatkan kinerja aktivitas produksi.
pemeliharaan dan memperbaiki lantai 5. Mempromosikan Improved
produksi (production floor) secara Maintenance melalui “manajemen
fundamental dengan mengintegrasikan motivasi” melibatkan aktivitas
budaya, proses, dan tekhnologi. Total kelompok kecil (small group
productive maintenance (TPM) adalah activity).
aktifitas penting dan memberi kontribusi
efektif dalam mesukseskan lean Total productive maintenance (TPM)
manufakturing, dalam mensupport reliable dapat memenuhi akan kebutuhan yang
dan efektif equipment/ peralatan sebagai berkembang dan memanfaatkan sumber
persyaratan dasar. Menurut Afefy I.H daya tersembunyi dari daya fikir manusia,
(2013), total productive maintenance (TPM) kerja karyawan dan kerja mesin (M.W
adalah strategi jitu berfokus memperbaiki Wakjira, 2012). Menurut Ahuja (2008),
fungsi dan design mesin produksi, Langkah langkah TPM diperuntukkan
meningkatkan ketersediaan, dan efektifitas kesempurnaan pelaksanaan dari planning,
mesin dengan minimal input (optimal organizing, monitoring, dan controlling
dengan biaya life cycle cost rendah) dengan melalui metode 8 pilar.
partisipasi dari semua karyawan bawah dan
top manajemen. Menurut Ahuja (2008), D. Diagram Pareto
konsep TPM sebagai sebuah strategi Menurut Magar V M (2014) diagram
manufaktur terdiri dari 5 tahapan sebagai pareto adalah alat yang mengurutkan
berikut: beberapa item/sebab berdasarkan
1. Memaksimumkan efektifitas kontribusinya, sehingga proses identifikasi
equipment/ peralatan (overall bisa mendapatkan beberapa item/penyebab
efficiency) melalui availalability, yang berpengaruh maksimum. Alat ini
performance, efficiency, dan product digunakan di statistical process control
quality. (SPC)/ kontrol proses statistik dan perbaikan
2. Menjalankan preventive maintenance kualitas untuk (1) membuat prioritas projek
(PM) strategy untuk seluruh life cycle perbaikan, (2) identifikasi komplain yang
of equipment. sering muncul, dan (3) identifikasi sebab
3. Mencakup semua department seperti utama dari rejek. Prinsip Pareto dikenal
bagian perencanaan, pengguna, dan dengan hukum 80/20, digunakan di
department pemeliharaan. management material untuk ABC analysis,
dimana 20% material yang dibeli oleh
perusahaan bernilai 80% dari total material.
42 | P a g e
Gambar 4. Digram Pareto
Sumber: Quality Management: Introduction to Total Quality Management
for production, processing, and Sercie. 3 rd Edition

E. Fishbone Diagram
Menurut Goetsch (2000) fishbone diagram ini telah dikatagorikan menjadi
diagram digunakan untuk mengidentifikasi beberapa bagian yaitu:
dan mengelompokkan penyebab 1. Manusia (man), mencakup siapa saja
permasalahan. Diagram sebab akibat yang terlibat dalam proses.
dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa 2. Metode (methods), bagaimana proses
pada tahun 1943 yang banyak disebut dijalankan dan specific requirement
sebagai Ishikawa diagram atau diagram apa yang dibutuhkan dalam
tulang ikan (fishbone diagram), yang juga melakukan suatu proses tersebut.
merupakan pengubahan dari garis dan 3. Mesin (machines), mencakup segala
simbol yang didesain untuk mewakili peralatan (equipment), komputer,
hubungan antara akibat dan penyebanya. tools, dan lain-lain yang dibutuhkan
Fishbone diagram dapat digunakan pada dalam memproduksi barang atau jasa
forum diskusi dengan menggunakan metode 4. Material (materials), mencakup
brainstorming untuk mengidentifikasi bahan baku, parts, pulpen, kertas, dan
mengapa suatu permasalahan terjadi, yang lain-lain yang digunakan untuk
memerlukan analisa lebih terperinci dari memproduksi barang dan jasa.
suatu masalah dan terdapat kesulitan 5. Lingkungan (environment),
memisahkan penyebab dan akibat. Goetsch mencakup kondisi sekitar seperti
dan Davis juga menyatakan bahwa penyebab lokasi, waktu, temperature, dan
(causes) yang dipilih dalam membuat budaya di tempat berjalannya proses.

Gambar 5. Fishbone Diagram


Sumber: Quality Management: Introduction to Total Quality Management
for Production, processing, and Service. 3 rd Edition
43 | P a g e
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang kinerja suatu mesin produksi menggunakan OEE sudah banyak dilakukan.
Beberapa penelitian terdahulu seperti dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penelitian Terdahulu


No Peneliti Topik Kajian Hasil Kajian
(Tahun)

1 Asmawati A, Pengendalian Kinerja mesin sangat berpengaruh terhadap kualitas


2017 kualitas dg 7 tools produk, menjadi penyebab utama risk priority number
& FMEA (RPN) tertinggi (200) dg efek kegagalan “strip bocor”.
(pharmacitical) Peneliti menyarankan agar preventive maintenance
menjadi focus perbaikan.

2 Efefy IH, Peran evaluasi OEE adalah metric performance secara luas digunakan.
2013 performance di Tiga teknik utama meningkatkan proses produksi dan
TPM and continouse maintenance secara efektif adalah (1) CMMS-
OEE improvement (CI) computerized maintenance management system, (2)
diproses produksi. production planning, dan (3) TQM-total quality
management

3 Djunaidi Pengukuran Hasil penelitian diketahui system pemeliharaan belum


dkk, 2013 (OEE) mesin di memadai dengan nilai OEE masih dibawah standar
PT. Sinar Sosro JIPM (85%). Kerugian terbesar disebabkan karena
Kpb. penurunan kecepatan (10.78%) dan waktu

4 Rahmat dkk, Penerapan Faktor yang memberikan kontribusi terbesar penyebab


2012 (OEE) dalam rendahnya efektifitas mesin giling I adalah faktor
implementasi reduced speed loss dan breakdown loss dibandingkan
total productive faktor lainnya. Penyebab reduced speed loss
maintenance disebabkan faktor manusia, sedangkan penyebab
(TPM) breakdown loss karena system perawatan mesin yang
belum sesuai.

G. Kerangka Pemikiran

Gambar 6. Alur Kerangka Pemikiran Penelitian

44 | P a g e
3. METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Tabel 3. Variable, Dimensi, dan Indikator Penelitian Dari OEE
No Variabel Dimensi Indikator
1 OEE merupakan 1. Availability adalah kondisi yang menunjukkan  Waktu shift (ST)
indikator yang ketersediaan mesin, merupakah pembagian operating  Planned downtime (PDT)
digunakan time (OT) dengan loading time (LT) atau waktu  Loading time (LT)
mengukur produksi yang direncanakan  Un-planned down time
efektifiatas  Operating time (OT) adalah loading time (LT) (UPDT)
mesin atau dikurangi dengan un-planned down time (UPDT)  Operating time (OT)
peralatan. OEE  Loading time (LT) adalah waktu shift (ST) dikurangi
merupakan planned down time (PDT)
perkalian 2. Performance adalah efisiensi kinerja suatu mesin  Operating time (OT)
availability, dalam menjalankan proses produksi, merupakan  Processed Amount (PA)
performance, perkalian cycle time (CyT) dan jumlah processed  Cycle time (CyT)
quality rate, dan amount produk diproses (PA) dibagi operating time
useability (OT))
 Cycle time (CyT) merupakan waktu standard proses
produksi
 Processed amount (PA) merupakan jumlah produk
yang diproses
 Operating time (OT) adalah waktu mesin berjalan.
3. Quality rate adalah tingkat kualitas produk yang
dihasilkan, dihitung dengan membagi jumlah produk  Processed amount (PA)
yang baik dengan produk yang di proses  Reject (Rjt)
 Processed amount (PA) adalah produk hasil produksi  Rework (Rwk)
 Reject/Defect (Rjt) adalah produk cacat dari proses
produksi
2 Six Big Losses Down time losses  Breakdown Time
merupakan 1. Equipment failure (EF). Adalah kerusakan peralatan (BT)
indikator untuk sehingga mesin berhenti beroperasi. Perhitungan  Loading Time (LT)
mengetahui 6 adalah total breakdown time (BT) dibagi loading time
faktor yang (LT)
mengakibatkan 2. Setup & Adjustment (SAT). Adalah penyesuaian mesin  Setup & adjustment
kerugian karena setelah mesin berhenti karena kerusakan atau lainnya. time (SAT)
penggunaan Perhitungan adalah (SAT) dibagi dengan loading time  Loading time (LT)
mesin yang (LT)
tidak efektif dan Speed Looses
efisien 3. Idling & Minor stoppage. Adalah waktu mengunggu  Stoppage/idling time
mesin melakukan proses produksi. Perhitungan dari (ST)
jumlah waktu total tidak produktif/stoppage-idling  (non productive time)
time (ST) dibagi dengan loading time (LT)
4. Reduced speed looses. Adalah selisih kecepatan actual
 Loading time (LT)
mesin dengan kecepatan waktu standar. Perhitungan
 Processes amount
dari processed mount (PA) dikali theoretical cycle
(PA)
time (CyT) dibagi operating time (OT)
Defect Looses
5. Process Reject/Yield. Kerugian akibat produk tidak
 Cycle time (CyT)
sesuai kualitas standar. Perhitungan adalah waktu
siklus ideal (CyT) dikalikan dengan jumlah  Operating time (OT)
reject/rusak (Rjt), kemudian dibagi dengan loading
time (LT)
6. Startup Reject/ looses. Adalah produk yang tidak
memenuhi standar kualitas dan perlu dilakukan  Jumlah produksi
pekerjaan ulang. Perhitungan adalah waktu siklus ideal  Scrap/reject (Rjt)
di kalikan jumlah defect atau cacat (Rwk) dibagi  Rework (Rwk)
dengan loading time (LT)
45 | P a g e
B. Populasi dan Sampel Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data
Populasi data penelitian ini berasal Data primer dikumpulkan dengan
dari mesin forming (1 buah) dan mesin cara:
frying (1 buah) dari line nugget di PT. BI di 1. Pengamatan dan observasi dilakukan
Bogor, Jawa Barat, yang diambil di periode langsung ke production floor untuk
Januari – Desember 2017. Jumlah mesin data tentang proses alur produksi dan
dari masing-masing jenis hanya satu maka proses kerja mesin. Pengamatan dan
seluruh mesin tersebut menjadi sampel observasi juga dilakukan secara acak
penelitian. di shift 1, 2, dan 3.
2. Wawancara dilakukan dengan
C. Jenis dan Sumber Data manajer atau supervisor untuk
Ada 2 jenis data yang digunakan pendalaman dan klarifikasi di
dalam penelitian ini, yakni data primer dan departemen produksi, maintenance,
sekunder. Data primer adalah data yang QC, dan PPIC baik secara individu
diperoleh dari pengamatan dan penelitian maupun bersama.
secara langsung dilapangan, dilakukan
dengan meminta langsung informasi dari Data sekunder dikumpulkan
karyawan yang terlibat pada proses dilakukan dengan cara memilah, menyusun,
operasional, dari departemen produksi, dan mempelajari data dari laporan
departemen maintenance, dan departmen perusahaan yang berhubungan dengan objek
PPIC. Data sekunder adalah adalah data yang diteliti pada periode Januari-Desember
yang didapat secara tidak langsung tetapi 2017.
berasal dari dokumen perusahaan atau hasil
penelitian sebelumnya

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. OEE mesin Forming dan Mesin Frying

Tabel 4. Perbandingan OEE PT. BI, Target, dan World Class Manufacture (WCM)

Sumber: Data diolah peneliti (2018)

Dari hasil perhitungan nilai OEE dan quality rate, ditemukan quality rate
rata-rata mesin forming dan frying tahun 98.7% adalah faktor OEE terbaik
2017 adalah 43.3% (Tabel 4). Nilai OEE dibandingkan faktor lain karena pencapaian
43.3% PT. BI saat ini masih jauh dari target mendekati target perusahaan 99% dan world
perusahaan 60% dan standar OEE class manufacture (WCM) 99%, karena
manufaktur internasional 85%, yang implementasi quality and food safety
menunjukkan kinerja mesin forming dan management system ISO 9001 dan ISO
frying belum efisien yang menimbulkan 22000 sudah di terapkan dengan baik di
kerugian ekonomi secara signifikan dan daya perusahaan. Sedangkan Performance mesin
sahing perusahaan yang sangat rendah. Dari forming dan mesin frying 51.2% dan 48.9%
ketiga faktor OEE availability, performance, adalah pencapaian yang jauh dibawah target
46 | P a g e
perusahaan hanya 60% dan standar world memenuhi target perusahaan 80%, namun
class manufacture (WCM) 95%. Faktor perlu ditingkatkan karena belum mencapai
availability 85.6% dan 89.7% sudah 90% standar internasional.

B. Six Big Losses


Tabel 5. Six Big Losses Mesin Forming dan Mesin Frying 2017

Sumber: Data diolah peneliti (2018)

Total six big losses mesin forming C. Fishbone Diagram


2’520.2 jam dan mesin frying 380.1 jam, Pada mesin forming, hasil analisa
masing masing menyumbang kerugian setara sebab akibat penyebab kerugian dapat di
dengan 61% dan 9% loading time kedua Gambar 7. Ditemukan faktor penyebab
mesin (Tabel 4.2). Pada mesin forming tingginya six big losses pertama reduced
penyumbang kerugian terbesar menurut speed losses ada 2 faktor yang
prinsip pareto adalah faktor reduces speed terindentifikasi yaitu kasus drum sticky
menyebabkan kerugian 69% dan startup & (54%) dan low forming pressure (46%).
adjustment 14% sedangkan pada mesin Drum sticky adalah problem dalam proses
frying penyumbang kerugian terbesar adalah cetak nugget dimana nugget tidak sesesuai
faktor equipment failure 53%% dan startup standar karena banyak nugget reject (grade
& adjustment 29%. Dari Tabel diatas, B) sehingga kecepatan mesin diturunkan.
perusahaan harus leebih memfokuskan Forming drum pencetak nugget yang
perbaikan six big losses faktor reduced digunakan tidak bersih dimana pori-pori
speed dan startup & adjustment untuk mesin lubang angin tersumbat kotoran karena
forming sedangkan pada mesin frying pada mesin pencuci forming drum (Drum washing
faktor equipment failure dan startup & machine) tidak bekerja optimal. Penyebab
adjustment. kedua low forming pressure terjadi karena
terjadi kebocoran di drum cover atau
tekanan dari meat pump di mesin vacuum
stuffer sudah lemah (4 bar) dari standar 6-10
bar.

47 | P a g e
Gambar 7. Diagram Sebab Akibat Reduce Speed Mesin Forming

Faktor penyebab Six big losses kedua pengunci sudah tidak standard an un-
terbesar startup & adjustment losses dari moveable machine dimana proses change
aspek mesin (Gambar 8) adalah drum un-fit over mesin (MCO) lambat karena mesin
dimana pemasangan dan penggantian berat dan roda mesin tidak berfungsi.
forming drum sulit dan lama karena baut

Gambar 8. Diagram Sebab Akibat Startup & Adjustment Mesin Forming

Pada mesin frying, dari aspek mesin readjusting (CLTAIR) sehingga mesin
seperti pada Gambar 9 penyebab kerugian bekerja tidak standard dan sering
disebabkan oleh dua faktor yaitu problem breakdown. Dari aspek metode yang
dengan mechanical parts (Teflon guide, stick terindentifikasi berpengaruh kepada kinerja
scrapper, receiving converyor chain) yang mesin forming dan frying adalah terkait
mudah rusak karena kondisi proses ekstrim dengan sparepart management (MS),
(180C) dan receiving chain yang sering maintenance information system (MIS),
putus karena proses autonomous implementasi TPM terkait autonomous
maintenance (AM) yang tidak dilakukan maintenance (AM) dan planned maintenance
dengan baik terkait cleaning, lubricating, (PM), dan SKU rationalization. Ketidaan
tigtening, adjusting, inspecting, dan sparepart saat diperlukan untuk preventive
48 | P a g e
dan perbaikan karena lemahnya kontrol terimplementasi baik, ownership untuk
stock sparepart dan standar stock minimal pemeliharaan mesin oleh operator belum
tidak update karena sparepart management membudaya, synergized one team antara
(MS) yang belum baik. Maintenance operator dan technician perlu di dorong
information system (MIS) yang belum lebih kuat, dan one poin lesson (OPL)/ work
tersedia memperlambat proses problem instruction (WI) untuk autonomous
solving analisis karena ketiadaan catatan maintenance (AM) perlu lengkapi terkait
kinerja mesin, maintenance schedule, umur aktifitas cleaning, lubricating, tightening,
pakai parts, yang diperlukan untuk adjusting, inspecting, readjusting (CLTAIR),
melakukan long term planned maintenance. menggunakan daily check sheet oleh
Autonomous maintenance (AM) yang belum operator dan technician (Gambar 7, 8, 9)

Gambar 9. Diagram Sebab Akibat Equipment Failure Mesin Frying

Dari aspek manusia yang mesin forming dan frying adalah karena
berpengaruh pada kinerja mesin forming dan lingkungan kerja lembab karena lantai basah
mesin frying adalah terkait less operator dari kegiatan cleaning mesin dan peralatan
skills, less technician skills, dan autonomous mempercepat kerusakan electronic parts dan
maintenance (AM) attitude. Rendahnya lantai produksi licin menyulitkan pergerakan
operator skill menyebabkan operasional operator melakukan change over baik di
mesin tidak standar, menurunkan kinerja drum change over (DCO), machine change
mesin sehingga mempercepat terjadi over (MCO), dan proses starup persiapan di
kerusakan. Technician Skil perlu mesin frying. Kondisi lembab dan lantai
ditingkatkan agar mempunyai basic basah ini bisa diatasi dengan prilaku kerja
technical knowledge and skill tentang 5R. Aspek material teridentifikasi
mechanic, pneumatic, hydraulic, program berpengaruh kepada kinerja mesin adalah
logic control (PLC) and problem solving lambatnya raw material ayam datang
capacity dengan QC tools untuk melakukan sehingga terlambatnya mixed meat (adonan)
problem identification and rootcause yang akan dicetak menjadi nugget (Gambar
analisys (Gambar 7, 8, 9, 10). Aspek 7, 8, 9, 10).
lingkungan yang berpengaruh pada kinerja
49 | P a g e
Gambar 10. Diagram Sebab Akibat Startup & Adjustment Mesin Frying

5. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran tingkat B. Saran
efektifitas mesin hasil kegiatan TPM pada Dari penelitian ini disarankan kepada
mesin forming dan mesin frying, dapat perusahaan sebagai berikut untuk perbaikan :
diambil kesimpulan berikut: 1. Melakukan prioritas perbaikan
1. Nilai OEE mesin forming periode (focuse maintenance) pada mesin
Januari – Desember 2017 secara rata drum washing machine, mesin
rata 43.3% dan OEE mesin frying forming (lock system), mesin frying
periode Januari-Desember 2017 (mechanical parts)
secara rata-rata 43.3%. Dibawah 2. Memberi program training lebih
target perushaan 60%. OEE tertinggi intensif terkait TPM, 5R, QCC, ESS,
56.1% di bulan Agustus dan terendah basic technical knowledge, dan six
29.5% di Desember 2017. sigma. TPM terutama terkait pilar
2. Faktor six big losses yang autonomous maintenance (AM),
berpengaruh terhadap nilai OEE planned maintenance (PM), dan
mesin forming adalah (1) reduced focus maintenance (FM). 5R
speed 69%, (2) starup & adjustment membuat shopfloor tertata dengan
14%, (3) idle & minor stoppage ringkas, rapih, resin, rawat, dan rajin.
11%, (4) equipment failure 5%, (5) QCC meningkatkan problem solving
production rejects 1%, (6) startup capacity dengan 7 QC tools dan 8
reject tidak berpengaruh. steps. Employee suggestion system
3. Faktor six big losses yang (ESS) mendorong semua karyawan
berpengaruh terhadap nilai OEE memberikan ide perbaikan di area
mesin frying adalah (1) equipment kerja. Basic technical knowledge
failure 53%, (2) starup and pengetahuan terkait mechanical,
adjustment 29%, (3) reduced speed instrumentation/PLC, dan pneumatic.
12%, (4) process rejects 6%, (5) idle 3. Perusahaan menerapkan maintenance
& minor stoppage dan starup rejects information system (MIS) dan
tidak berpengaruh. spareparts management (SM).

50 | P a g e
6. DAFTAR PUSTAKA
Ahuja 2008. “Total Productive Maintenance; Equipment Effectivness (OEE).
Literature Review and Direction. Jurusan Teknik Industri, Universitas
International Journal of Quality and Muhammadiah, Surakarta. Studi kasus
Reliability Management”. Vol 25. di PT. Sinar Sosro
No.7 pp 709-756 Garza-Reyes, J. A, et all 2010. “Overall
Afefy, I. H. 2013. “Implementation of Total Equipment Effectiveness (OEE) and
Productive Maintenance (TPM) and Process Capacity (PC) Measures”.
Overall Equipment Effectiveness International Journal of Quality and
Evaluation”. Internal Journal of Reliability Management. Vol. 27.
Mechanical and Mechatronic No.1:48-62
Engineering. Vol 13. No.01:69-75 Magar, V. M, Shinde V. B. 2014.
Amalia A, Dewi Nusraningrum dan Ahmad “Aplication of 7 QC Tools for
H. Sunjaya (2017). “Kajian Continuoues Improvement of
Pengendalian Kualitas Produk Dengan Manufacturing processes. Vol 2. Issue
Menggunakan Metode Seven Tools 4: 364-371
dan Failure Mode and Effect Analysis Rahmat, et all 2012. “Penerapan Overall
(FMEA) di PT. PL. Jurnal Ilmiah dan Equipment Effectiveness (OEE)
Bisnis Indikator, Vol I/ no 2, pp 116- Dalam implementasi Total productive
139 Maintenance (TPM). Jurnal Rekayasa
Djunaidi M, et all (2013). “Pengukuran Mesin Vol.3, No 3: 431-437
Produktivitas Mesin Dengan Overall

51 | P a g e

You might also like