Professional Documents
Culture Documents
maupun antar investor. Untuk mengurangi return dari pembelian saham yang dilakukan-
adanya informasi asimetri maka perusahaan nya (Aini, 2013).
yang akan go public menerbitkan prospektus Sebaliknya jika terjadi overpricing,
yang berisi berbagai informasi perusahaan yang maka investor akan merugi, karena mereka
bersangkutan. Prospektus memuat rincian tidak menerima initial return. Kondisi under-
informasi serta fakta material mengenai pricing tersebut perlu diminimalisir oleh emiten
penawaran umum emiten baik berupa informasi agar dapat memperoleh harga yang ideal atas
keuangan maupun non keuangan. Informasi saham perdananya. Selain itu terjadinya under-
yang diungkapkan dalam prospektus akan pricing akan menyebabkan adanya transfer
membantu investor untuk membuat keputusan kemakmuran (wealth) dari pemilik (emiten)
yang rasional mengenai resiko dan nilai saham kepada para investor (Beatty, 1989), karena
sesungguhnya yang ditawarkan emiten. para investor menikmati return dari transaksi
Permasalahan penting yang dihadapi perdagangan sahamnya sedangkan emiten
perusahaan ketika melakukan penawaran hanya memperoleh dana melalui penjualan
saham perdana di pasar modal adalah penu- saham yang diperoleh dari hasil perdagangan
tupan besarnya harga penawaran perdana. Jika antara emiten dengan investor di pasar perdana
penentuan harga saham saat IPO secara signi- saja.
fikan lebih rendah dibandingkan dengan harga Dari beberapa hal yang dikemukakan
yang terjadi di pasar sekunder di hari pertama diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian
maka akan terjadi underpricing. Pihak emiten mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
tentu menginginkan harga jual tinggi karena tingkat underpricing saham pada penawaran
dengan harga jual tinggi penerimaan dari hasil saham perdana. Berdasarkan latar belakang
penawaran (proceeds) akan tinggi pula, emiten tersebut, maka peneliti menelaah kembali
ingin meningkatkan kekayaan pemilik maupun faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing
perusahaan, tambahan modal, perbaikan struk- saham pada penawaran saham perdana di Bursa
tur modal serta dapat mengurangi biaya modal Efek Indonesia dengan menggunakan data
dalam perusahaan. Sudut pandang lain, harga tahun penelitian yang memfokuskan pada
yang tinggi akan mempengaruhi respon atau sampel data tahun 2000 hingga 2012.
minat calon investor untuk membeli atau
memesan saham yang ditawarkan. Bila harga KAJIAN PUSTAKA
terlalu tinggi dan minat investor rendah maka
akan membuat saham yang ditawarkan menjadi Underpricing
kurang menarik (Puspaningsih dan Mujib, Pengertian Underpricing
2011). Ketika perusahaan pertama kali melakukan
Investor menanamkan dananya di pasar penawaran sahamnya ke pasar modal, masalah
perdana bertujuan untuk memperoleh initial yang dihadapi adalah penentuan harga di pasar
return yang diperoleh dari selisish lebih antara perdana tersebut. Di satu pihak pemegang
harga di pasar sekunder dengan harga perdana- saham lama tidak ingin menawarkan saham
nya. Adanya initial return ini mengindikasikan baru dengan harga yang terlalu murah kepada
bahwa terjadi underpricing saham di pasar per- investor baru, tetapi disisi lain investor
dana ketika masuk ke pasar sekunder (Allen menginginkan untuk memperoleh capital gains
and Faulhaber, 1989). Fenomena underpricing dari pembelian saham di pasar perdana tersebut
tidaklah menguntungkan bagi emiten, karena (Allen and Faulhaber, 1989) .
dana yang diperoleh emiten tidak maksimal Menurut Yolana dan Martani (2005)
sebab emiten tidak memperoleh dana yang menjelaskan bahwa underpricing adalah
lebih besar yang mungkin bisa didapatkan oleh adanya selisih positif antara harga saham di
emiten untuk mendanai ekspansinya. Sehingga pasar sekunder dengan harga saham di pasar
harapan tentang besarnya dana yang diinginkan perdana atau saat IPO. Underpricing disebab-
emiten melalui IPO tidak terpenuhi secara kan oleh perbedaan kepentingan dari pihak-
maksimal karena fenomena underpricing yang pihak yang terkait dalam penawaran saham
terjadi. Tetapi di lain pihak menguntungkan perdana. Harga saham yang dijual di pasar per-
para investor karena investor bisa menikmati dana ditentukan berdasarkan kesepakatan
Analisis Experiental Marketing … (Rydho Styawan & Budi Astuti) 221
antara penjamin emisi (underwriter) dan emiten didapat oleh investor. Initial return merupakan
(issuers), sedangkan harga di pasar sekunder tingkat pengembalian yang diperoleh investor
ditentukan oleh mekanisme permintaan dan selama periode dari saat saham yang dibeli
penawaran. pada pasar perdana dengan harga penutupan
Underpricing terbentuk atas suatu pada hari pertama (Adams, et al,. 2008). Bagi
kondisi dimana secara rata-rata harga saham emiten fenomena underpricing dianggap
perusahaan yang baru go public, biasanya harga sebagai suatu kondisi yang merugikan karena
pada penawaran perdana lebih rendah daripada kemampuan untuk mendapatkan dana yang
harga saham di pasar sekunder. Underpriced maksimal tidak dapat diraih. Meskipun
yang tinggi, akan merugikan jika dilihat dari demikian murahnya harga saham di pasar per-
sisi emiten karena perusahaan tidak dapat dana dibandingkan dengan harga di pasar
memperoleh dana secara maksimal. Hal ini sekunder juga menguntungkan bagi emiten
disebabkan karena underwiter mengurangi karena perusahaan yang mengalami under-
tingkat risiko yang harus ditanggungnya karena pricing berarti menandakan perusahaan akan
fungsi penjaminannya. Sehingga perusahaan memberikan keuntungan kepada investor.
dinilai lebih rendah dari kondisi yang Sehingga saat emiten melakukan penawaran
sebenarnya. Dalam mengembangkan pasar saham kembali kemungkinan besar saham
modal yang baik dan jika tidak ada pembatasan tersebut akan laku terjual (Puspaningsih dan
pada berapa banyak harga diperbolehkan untuk Mujib, 2011).
berfluktuasi oleh dari hari ke hari, tingkat
penuh underpricing cukup jelas, tentunya Pengaruh Reputasi Underwriter terhadap
dengan akhir hari pertama perdagangan, dan Underpricing
sebagainya kebanyakan studi menggunakan Menentukan harga saham perdana, underwriter
hari pertama harga penutupan saat menghitung cenderung mengambil resiko terkecil, yaitu
kembali underpricing awal. Menggunakan dengan menetapkan harga saham perdana lebih
harga kemudian, mengatakan pada akhir rendah dibandingkan dengan harga pasar
minggu pertama perdagangan, biasanya mem- sekunder pada saham yang sama. Kurangnya
buat sedikit perbedaan. pengalaman emiten dalam menerbitkan saham
Fenomena Underpricing merupakan salah satu faktor yang dapat
Pada saat perusahaan go public (untuk pertama menjelaskan mengapa terjadinya underpricing.
kali menjual sahamnya) di Indonesia, terdapat Terdapat hubungan yang erat antara emiten
kecenderungan mengalami underpricing. dengan underwriter karena tinggi rendahnya
Underpricing merupakan suatu fenomena yang
harga saham perdana yang akan dibeli investor
menunjukkan bahwa harga saham di pasar tergantung pada kesepakatan yang terjadi
perdana lebih rendah dibandingkan dengan antara underwriter dengan emiten.
harga di pasar sekunder. Kondisi underpricing Menurut How and Yeo (2000), bagi
tidak menguntungkan bagi perusahaan yang underwriter yang belum mempunyai reputasi
melakukan go public karena dana yang akan sangat berhati-hati untuk menghindari
diperoleh dari go public tidak maksimum. resiko membeli saham yang tidak terjual. Oleh
Sebaliknya apabila terjadi overpricing maka karena itu mereka menetapkan harga saham
investor akan merugi karena mereka tidak akan perdana lebih rendah dibandingkan harga di
menerima initial return yang menjadi tujuan pasar sekunder. Sedangkan bagi underwriter
mereka (Baskoro dan Moin, 2011). yang memiliki reputasi tinggi mereka berani
Fenomena underpricing merupakan memberikan harga yang tinggi sebagai konse-
sinyal positif bagi investor yang menandakan kuensi dari kualitas penjaminannya. Penelitian
bahwa perusahaan tersebut memiliki kemung- yang dilakukan Beatty (1989) dan penelitian
kinan memberikan keuntungan dimasa men- Setainingrum dan Suwito (2008) menunjukkan
datang. Investor yang membeli saham saat bahwa reputasi underwriter mempunyai penga-
penawaran perdana berharap agar harga ruh negatif terhadap underpricing. Namun
sahamnya meningkat di pasar sekunder. Hal ini penelitian yang dilakukan Aini (2013) serta
menunjukkan bahwa dengan kondisi under- Yolana dan Martani (2005) menunjukkan
pricing, keuntungan berupa initial return akan
222 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 18 No. 2, Juli 2014 219-232
bahwa reputasi underwriter tidak mempunyai investor memerlukan banyak informasi guna
pengaruh terhadap underpricing. mempertimbangkan membeli atau tidak saham
H1 : Reputasi Underwriter mempunyai penga- yang ditawarkan perusahaan emiten.
ruh negatif terhadap underpricing Baskoro dan Moin (2011), menyatakan
bahwa persentase saham yang ditahan pemilik
Pengaruh Reputasi Auditor terhadap lama dan pemegang saham yang baru berusaha
Underpricing menginginkan adanya kompensasi atas biaya
Salah satu persyaratan bagi perusahaan yang yang dikeluarkan untuk mengurangi ketidak-
akan go public adalah laporan keuangan yang pastian tersebut. Kompensasi yang diharapkan
telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik. adalah adanya underpricing dan initial return
Selain itu dalam kelanjutannya auditor akan yang tinggi. Penelitian yang dilakukan Beatty
menjadi narasumber bagi investor mengenai (1989) serta penelitian Daljono (2000) menun-
laporan keuangan yang diterbitkan emiten. jukkan bahwa variabel prosentase saham yang
Laporan keuangan merupakan indikator dasar ditawarkan memiliki pengaruh yang positif
dalam melakukan pengambilan keputusan terhadap underpricing. Namun penelitian yang
investasi. Dengan demikian, emiten sangat dilakukan Baskoro dan Moin (2011), Yasa
berkepentingan dengan penilaian dan pendapat (2008) serta penelitian Yustisia dan Roza
yang dibuat oleh auditor agar memperoleh nilai (2012) menunjukkan bahwa variabel prosentase
laporan keuangan yang bagus. yang ditawarkan ke publik tidak mempunyai
Reputasi auditor sangatlah berpengaruh pengaruh yang signifikan terhadap under-
pada kredibilitas laporan keuangan ketika per- pricing.
usahaan melakukan IPO. Informasi yang ada H3 : Persentase saham yang ditawarkan ke
dalam prospektus tingkat kepercayaannya ter- publik mempunyai pengaruh positif
gantung dari pihak auditor yang melakukan terhadap underpricing
audit. Oleh karena itu, kualitas auditor turut Pengaruh Financial Leverage terhadap
memberikan pengaruh terhadap keberhasilan Underpricing
IPO yang ditunjukkan dengan adanya under-
pricing yang kecil (Moizer, 1997). Penelitian Financial leverage menunjukkan kemampuan
yang dilakukan Beatty (1989) dan penelitian perusahaan dalam membayar hutangnya
Aini (2013) menunjukkan bahwa reputasi dengan modal yang dimilikinya. Apabila finan-
auditor mempunyai pengaruh negatif terhadap cial leverage ini tinggi menunjukkan resiko
underpricing. Namun penelitian yang dilaku- suatu perusahaan dan akan mengurangi minat
kan Kristiantari (2012) serta penelitian Daljono investor sehingga akan meningkatkan ketidak-
(2000) menunjukkan bahwa reputasi auditor pastian suatu perusahaan. Menurut Kim, et al,.
tidak mempunyai pengaruh terhadap under- (2001), secara teoritis, financial leverage
pricing. menunjukkan risiko suatu perusahaan dan
H2 : Reputasi Auditor mempunyai pengaruh kondisi ketidakpastian. Besarnya financial
negatif terhadap underpricing leverage perusahaan akan menunjukkan
semakin besarnya risiko financial atau risiko
Pengaruh Persentase Saham yang Ditawar- keagagalan perusahaan untuk mengembalikan
kan ke Publik terhadap Underpricing pinjamannya sehingga dapat mempengaruhi
Persentase saham yang ditawarkan ke publik penetapan harga saham yang wajar pada saat
menunjukkan private information yang dimiliki IPO. Financial leverage yang tinggi akan
oleh suatu perusahaan. Semakin besar persen- mengakibatkan penetapan harga saham yang
tase saham yang ditawarkan ke publik maka cenderung underpriced karena akan berpenga-
semakin besar tingkat ketidakpastian di masa ruh pada tingginya ketidakpastian return yang
yang akan datang. Hal ini disebabkan karena akan diterima investor atas investasinya. Oleh
pemegang saham lama akan memiliki private karena itu semakin tinggi financial leverage
information yang semakin kecil, sehingga ting- perusahaan maka akan semakin besar pula
kat ketidakpastian yang ditanggung oleh tingkat underpricing (Setianingrum dan
pemegang saham baru semakin besar. Dalam Suwito, 2008). Penelitian yang dilakukan Seti-
rangka pengambilan keputusan investasi, calon aningrum dan Suwito (2008) serta Ghozali dan
Analisis Experiental Marketing … (Rydho Styawan & Budi Astuti) 223
Mansur (2002) menunjukkan bahwa financial pricing. Namun penelitian yang dilakukan
leverage mempunyai pengaruh positif terhadap Mukhlis (2012) dan penelitian Setianingrum
underpricing. Namun penelitian Witjaksono dan Suwito (2008) menunjukkan bahwa ROA
(2012) menunjukkan bahwa financial leverage tidak mempunyai pengaruh terhadap under-
tidak mempunyai pengaruh terhadap under- pricing.
pricing. H5a : Profitabilitas (ROA) mempunyai penga-
H4 : Financial Leverage mempunyai pengaruh ruh negatif terhadap underpricing
positif terhadap underpricing
Pengaruh profitabilitas (NPM) terhadap
Pengaruh Profitabilitas terhadap Underpricing underpricing
Tingkat profitabilitas perusahaan merupakan Pengukuran profitabilitas perusahaan selain
informasi mengenai tingkat keuntungan yang menggunakan rasio Return On Assets yaitu
dicapai serta informasi mengenai efektifitas menggunakan rasio Net Profit Margin. Net
operasional perusahaan. Prestasi suatu perusa- Profit Margin adalah rasio perbandingan antara
haan biasanya diukur bedasarkan tingkat laba setelah pajak dengan penjualan. Semakin
keuntungan. Profitabilitas memegang peranan besar Net Profit Margin, maka kinerja perusa-
penting dalam penilaian prestasi usaha perusa- haan akan semakin produktif, sehingga akan
haan dan sering digunakan sebagai dasar dalam meningkatkan kepercayaan investor untuk
keputusan investasi. Informasi tentang tingkat menanamkan modalnya pada perusahaan ter-
profitabilitas perusahaan sangat diperhatikan sebut. Hubungan antara laba bersih sesudah
oleh investor salah satunya sebagai bahan per- pajak dan penjualan bersih menunjukkan
timbangan untuk membeli saham. Perusahaan kemampuan manajemen dalam mengelola per-
dengan tingkat profitabilitas yang tinggi usahaan secara cukup berhasil untuk menyisa-
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam kan margin tertentu sebagai kompensasi yang
menghasilkan laba di masa akan datang, maka wajar bagi pemilik yang telah menyediakan
akan menarik minat investor untuk membeli modalnya untuk suatu resiko. Dengan menge-
saham. Kemampuan perusahaan menghasilkan tahui hal tersebut investor dapat menilai apakah
laba di masa yang akan datang ditunjukkan perusahaan itu profitable atau tidak. Investor
dengan profitabilitas perusahaan yang tinggi. akan bersedia membeli saham dengan harga
Profitabilitas perusahaan yang tinggi akan lebih tinggi apabila memperkirakan tingkat Net
mengurangi ketidakpastian IPO sehingga Profit Margin (NPM) perusahaan naik, dan
mengurangi tingkat underpricing (Loo, et al,. sebaliknya investor tidak bersedia membeli
1999). Dalam penelitian ini pengukuran profit- saham dengan harga tinggi apabila nilai Net
abilitas menggunakan dua proksi yaitu rasio Profit Margin (NPM) perusahaan rendah. Net
Return On Assets (ROA) dan Net Profit Margin Profit Margin (NPM) perusahaan yang me-
(NPM). ningkat akan menyebabkan investor memburu
suatu saham perusahaan (Ang, 1997). Semakin
Pengaruh profitabilitas (ROA) terhadap banyak investor yang tertarik maka akan dapat
underpricing mendorong naiknya permintaan atas saham
Untuk mengukur profitabilitas menggunakan tersebut yang berdampak positif pada naiknya
Return On Assets (ROA). Penggunaan variabel harga saham di pasar sekunder. Sehingga
ROA ini adalah sebagai pengukur tingkat pro- semakin tinggi profitabilitas dengan meng-
fitabilitas perusahaan yang akan dinikmati oleh gunakan rasio perbandingan antara laba setelah
seluruh penyandang dana baik investor maupun pajak dengan penjualan maka akan mengurangi
kreditur. Oleh sebab itu ROA merupakan repre- ketidakpastian IPO sehingga mengurangi ting-
sentasi terhadap efektivitas operasional perusa- kat underpricing (Puspaningsih dan Mujib,
haan dalam menghasilkan keuntungan 2011).
(Puspaningsih dan Mujib, 2011). Penelitian H5b: Profitabilitas (NPM) mempunyai pengaruh
yang dilakukan Loo, et al,. (1999), Ghozali dan negatif terhadap underpricing
Mansur (2002) serta penelitian Yasa (2008)
menunjukkan bahwa Profitabilitas (ROA) Pengaruh Current Ratio terhadap Under-
mempunyai pengaruh negatif terhadap under- pricing
224 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 18 No. 2, Juli 2014 219-232
Current Ratio merupakan salah satu rasio sekunder akan terdorong naik karena mening-
likuiditas, yaitu rasio yang bertujuan untuk katnya jumlah permintaan yang berakibat pada
mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam tingginya tingkat underpricing (Suyatmin dan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sujadi, 2006). Penelitian yang dilakukan
Semakin tinggi Current Ratio suatu perusahaan Yolana dan Martani (2005), Baskoro dan Moin
berarti semakin kecil resiko kegagalan (2011) serta penelitian Kristiantari (2012)
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mem-
pendeknya. Akibatnya resiko yang akan punyai pengaruh negatif terhadap underpricing.
ditanggung pemegang saham juga semakin Namun penelitian yang dilakukan Aini (2013)
kecil. Nilai Current Ratio yang tinggi dari menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak
suatu perusahaan akan mengurangi mempunyai pengaruh terhadap underpricing.
ketidakpastian bagi investor sehingga akan H7 : Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh
mengurangi tingkat underpricing, akibatnya negatif terhadap underpricing
return yang akan diterima investor juga
semakin kecil (Suyatmin dan Sujadi, 2006). Pengaruh Umur Perusahaan terhadap
Semakin besar Current Ratio maka akan Underpricing
semakin kecil initial returns (Li, et al,., 2005). Umur perusahaan merupakan informasi tentang
Penelitian yang dilakukan Li, et al,. (2005) kemampuan perusahaan dalam bertahan.
serta penelitian Suyatmin dan Sujadi (2006) Perusahaan yang sudah lama berdiri dapat
menunjukkan bahwa Current Ratio mempunyai dijadikan sebagai indikasi bahwa perusahaan
pengaruh negatif terhadap underpricing. tersebut banyak pengalaman dan kemampuan
H6 : Current Ratio mempunyai pengaruh yang besar untuk bertahan. Investor cenderung
negatif terhadap underpricing lebih percaya pada perusahaan yang sudah
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap lama berdiri jika dengan perusahaan yang
Underpricing masih baru. Kepercayaan investor ini akan
mengakibatkan investor yakin untuk meng-
Ukuran perusahaan menggambarkan besar investasikan dananya pada perusahaan emiten.
kecilnya suatu perusahaan. Besar kecilnya per- Perusahaan yang telah lama berdiri
usahaan dapat ditinjau dari lapangan usaha mempunyai lebih banyak pengalaman terkait
yang dijalankan. Penentuan besar kecilnya dengan bidang bisnis yang dilakukan diban-
skala perusahaan dapat ditentukan berdasarkan dingkan dengan perusahaan yang masih baru.
total penjualan dengan total aktiva, rata-rata Namun perusahaan yang sudah lama berdiri
tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva. cenderung memiliki birokrasi yang kompleks
Investor mempunyai kecenderungan untuk dan kurang fleksibel dalam pengambilan
menginvestasikan modalnya pada perusahaan keputusan (Beatty, 1989). Perusahaan yang
yang memiliki skala yang lebih tinggi karena telah lama berdiri memiliki lebih banyak
tingkat ketidakpastian atas perusahaan dapat pengalaman dan lebih baik dalam mengeks-
dilihat dari suatu ukuran perusahaan. Ketika ploitasi pasar secara lebih baik dibanding
investor membaca prospektus, menganalisis dengan perusahaan yang baru. Diharapkan per-
ukuran perusahaan melalui tolak ukur meng- usahaan lama yang lebih berpengalaman ini
gunakan total aktiva akan memberikan mampu mengurangi asimetri informasi dan
penilaian bahwa total aktiva dapat diperguna- memperkecil ketidakpastian di masa akan
kan untuk menambah penghasilan emiten dan datang (Sharma and Seraphim, 2010). Peneli-
mampu untuk memenuhi kewajibannya, maka tian yang dilakukan Beatty (1989) menunjuk-
resiko ketidakpastian di masa datang dapat kan bahwa umur perusahaan mempunyai
diperkecil sehingga dapat mengurangi tingkat pengaruh negatif terhadap underpricing.
keraguan investor dalam melakukan investasi. Namun penelitian yang dilakukan Puspaningsih
Dengan banyaknya informasi yang bisa didapat dan Mujib (2011) menunjukkan bahwa umur
maka akan dengan mudah menarik minat perusahaan tidak mempunyai pengaruh
investor dibandingkan dengan perusahaan skala terhadap underpricing.
kecil. Semakin banyak investor yang tertarik H8: Umur Perusahaan mempunyai pengaruh
untuk membeli saham, maka harga dipasar negatif terhadap underpricing
Analisis Experiental Marketing … (Rydho Styawan & Budi Astuti) 225
Pengaruh Jenis Industri terhadap Under- underwriter yang masuk dalam kelompok The
pricing Big Ten.
Jenis industri digunakan sebagai variabel inde- Reputasi auditor (RA)
penden untuk melihat apakah underpricing Reputasi Auditor diukur bedasarkan frekuensi
terjadi pada hampir semua jenis industri yang auditor melakukan audit terhadap laporan
IPO atau hanya pada jenis industri tertentu saja keuangan emiten. Dalam penelitian ini dibuat
dan apakah terdapat perbedaan signifikan peringkat auditor dengan cara membuat record
dalam tingkat underpricingnya. Variabel jenis dari perusahaan yang melakukan IPO dan
industri mungkin saja mempengaruhi under- membuat urutan sesuai dengan frekuensi
pricing karena tiap industri memiliki risiko dan auditor yang melakukan audit selama 1 tahun
tingkat ketidakpastian yang berbeda sehingga dalam periode penelitian. Asumsinya emiten
dapat mempengaruhi investor dalam meng- diberi nilai 1 apabila menggunakan jasa auditor
ambil keputusan berinvestasi. yang masuk kategori “big four” dalam setiap
Risiko untuk setiap jenis industri tahun dan bila emiten tidak menggunakan jasa
berbeda karena adanya perbedaan karakteristik. auditor yang tidak masuk dalam “big four”
Perbedaan risiko ini menyebabkan tingkat dalam setiap tahun diberi skala 0.
keuntungan yang diharapkan oleh investor
untuk setiap sektor industri juga berbeda Persentase saham yang ditawarkan ke
sehingga tingkat underpricing juga mungkin publik (PRO)
akan berbeda (Yolana dan Martani, 2005). Besarnya persentase saham yang ditawarkan
Penelitian yang dilakukan Suyatmin dan Sujadi menunjukkan rasio saham yang ditawarkan
(2006) menunjukkan bahwa jenis industri tidak kepada publik dan keseluruhan saham yang
mempunyai pengaruh terhadap underpricing. diterbitkan emiten. Formula Persentase Saham
H9: Jenis Industri mempunyai pengaruh yang ditawarkan ke Publik dapat dirumuskan:
terhadap underpricing
METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan Financial leverage (FL)
yang melakukan penawaran umum perdana (go Financial Leverage menunjukkan kemampuan
public) dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia perusahaan dalam membayarkan hutangnya
periode tahun 2000-2012, berasal dari semua dengan equity (modal sendiri). Formula
jenis industri, perusahaan yang melakukan IPO Financial Leverage dapat dirumuskan:
tersebut tetap terdaftar dan aktif di pasar
sekunder sampai tahun 2012. Sampel penelitian
menggunakan teknik purposive sampling yang
mempunyai kriteria sebagai berikut: 1) Profitabilitas (ROA)
Perusahaan melakukan IPO antara tahun 2000- Return On Assets menunjukkan seberapa
2012 dan menyajikan laporan keuangan dari banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari
periode 2000-2012. 2) Perusahaan tersebut seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan.
mengalami underpricing. 3) Perusahaan Formula Return On Assets dapat dirumuskan:
tersebut memiliki data yang lengkap terkait
dengan variabel–variabel yang digunakan.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Reputasi underwriter (RUN) Profitabilitas (NPM)
Reputasi Underwriter dalam penelitian ini Net Profit Margin adalah perbandingan antara
diukur bedasarkan peringkat underwriter laba bersih dengan penjualan. Formula Net
teraktif oleh BAPEPAM. Reputasi underwriter Profit Margin dapat dirumuskan:
dinyatakan sebagai variabel dummy dengan
nilai 0 untuk underwriter yang tidak masuk
dalam kelompok The Big Ten dan nilai 1 untuk
226 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 18 No. 2, Juli 2014 219-232
efektif, yakni sinyal tersebut harus sampai ke Pengaruh persentase saham yang ditawar-
calon investor dan dipersepsikan baik serta kan ke publik terhadap underpricing
tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang Persentase Saham yang ditawarkan ke Publik
berkualitas rendah. Sedangkan penggunaan tidak berpengaruh terhadap underpricing
underwriter yang bereputasi baik relatif mudah saham pada penawaran saham perdana di Bursa
ditiru oleh semua emiten, sehingga investor Efek Indonesia. Tidak berpengaruhnya Persen-
tidak dapat membedakan kualitas emiten yang tase Saham yang ditawarkan ke Publik terhadap
baik dan yang buruk dengan hanya melihat underpricing disebabkan bahwa besar kecilnya
underwriter yang melakukan penjaminan emisi saham yang ditawarkan kepada publik belum
pada saham IPO. Reputasi underwriter yang bisa menjelaskan prospek perusahaan di masa
tidak terbukti mempengaruhi underpricing akan datang. Meskipun proporsi saham yang
dapat disebabkan oleh perbedaan pengambilan ditawarkan kepada publik itu tinggi, belum
sampel, perbedaan perangkingan reputasi tentu mampu menyatakan privat informasi per-
underwriter yang dilakukan masing-masing usahaan tidak ada dan belum mampu menentu-
peneliti mengingat di Indonesia belum ada kan nilai ketidakpastian return dimasa men-
lembaga resmi yang melakukan penilaian ter- datang. Hal ini juga mengindikasikan bahwa
hadap kineja para perusahaan efek (penjamin investor akan melakukan pembelian saham
emisi) secara berkala (Yolana dan Martani, yang ditawarkan ke publik bukan berorientasi
2005). Hasil penelitian ini sejalan dengan pada jumlah lembar saham yang ditawarkan
penelitian Aini (2013) serta penelitian Yolana tetapi berapa nilai penawaran saham tersebut
dan Martani (2005) bahwa reputasi underwriter (Baskoro dan Moin, 2011). Hasil penelitian ini
tidak berpengaruh signifikan terhadap under- sejalan dengan penelitian Baskoro dan Moin
pricing (Initial Return). Namun tidak sejalan (2011), Yasa (2008) serta penelitian Yustisia
dengan penelitian Beatty (1989) serta dan Roza (2012) bahwa Persentase Saham yang
Setianingrum dan Suwito (2008) bahwa repu- ditawarkan ke Publik tidak berpengaruh signi-
tasi underwriter mempunyai pengaruh negatif fikan terhadap underpricing. Namun tidak
terhadap underpricing. sejalan dengan penelitian Beatty (1989) dan
penelitian Daljono (2000) bahwa Persentase
Pengaruh reputasi auditor terhadap under- Saham yang ditawarkan ke Publik mempunyai
pricing pengaruh negatif terhadap underpricing.
Reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap
underpricing saham pada penawaran saham Pengaruh financial leverage terhadap under-
perdana di Bursa Efek Indonesia. Tidak ber- pricing
pengaruhnya reputasi auditor terhadap under- Financial Leverage berpengaruh positif dan
pricing disebabkan bahwa investor tidak mem- signifikan terhadap underpricing saham pada
pertimbangkan reputasi auditor dalam menilai penawaran saham perdana di Bursa Efek Indo-
emiten yang melakukan IPO. Runtuhnya citra nesia. Menurut Kim et al,. (2001), secara teori-
akuntan publik seperti akibat kasus Enron yang tis, financial leverage menunjukkan risiko
melibatkan KAP Arthur Andersen tampaknya suatu perusahaan dan kondisi ketidakpastian.
membuat kepercayaan publik (dalam hal ini Besarnya financial leverage perusahaan akan
adalah investor) atas objektifitas dan indepen- menunjukkan semakin besarnya risiko financial
densi akuntan publik, bahkan yang memiliki atau risiko keagagalan perusahaan untuk
reputasi tinggi berkurang (Kristiantari, 2012). mengembalikan pinjamannya sehingga dapat
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian mempengaruhi penetapan harga saham yang
Kristiantari (2012) serta penelitian Daljono wajar pada saat IPO. Financial leverage yang
(2000) bahwa reputasi auditor tidak berpenga- tinggi akan mengakibatkan penetapan harga
ruh signifikan terhadap underpricing. Namun saham yang cenderung underpriced karena
tidak sejalan dengan penelitian Beatty (1989) akan berpengaruh pada tingginya ketidakpas-
dan penelitian Aini (2013) bahwa reputasi tian return yang akan diterima investor atas
auditor mempunyai pengaruh negatif terhadap investasinya. Oleh karena itu semakin tinggi
underpricing. financial leverage perusahaan maka akan
semakin besar pula tingkat underpricing
(Setianingrum dan Suwito, 2008). Hasil pene-
Analisis Experiental Marketing … (Rydho Styawan & Budi Astuti) 229
litian ini sejalan dengan penelitian Setia- Pengaruh ukuran perusahaan terhadap
ningrum dan Suwito (2008), Ghozali dan underpricing
Mansur (2002) bahwa financial leverage mem- Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh
punyai pengaruh positif terhadap underpricing. negatif dan signifikan terhadap underpricing
Namun tidak sejalan dengan penelitian saham pada penawaran saham perdana di Bursa
Witjaksono (2012) bahwa financial leverage Efek Indonesia. Ukuran perusahaan menggam-
tidak mempunyai pengaruh terhadap under- barkan besar kecilnya suatu perusahaan.
pricing. Penentuan besar kecilnya skala perusahaan
dapat ditentukan berdasarkan rata-rata total
Pengaruh profitabilitas (ROA dan NPM) aktiva. Ketika investor membaca prospektus,
terhadap underpricing menganalisis ukuran perusahaan melalui tolak
Penelitian ini pengukuran profitabilitas meng- ukur menggunakan total aktiva akan memberi-
gunakan dua proksi yaitu rasio Return On kan penilaian bahwa total aktiva dapat diper-
Assets (ROA) dan Net Profit Margin (NPM). gunakan untuk menambah penghasilan emiten
Profitabilitas (ROA) dan Profitabilitas (NPM) dan mampu untuk memenuhi kewajibannya,
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap maka resiko ketidakpastian di masa datang
underpricing saham pada penawaran saham dapat diperkecil sehingga dapat mengurangi
perdana di Bursa Efek Indonesia. Kemampuan tingkat keraguan investor dalam melakukan
perusahaan menghasilkan laba di masa yang investasi. Dengan banyaknya informasi yang
akan datang ditunjukkan dengan profitabilitas bisa didapat maka akan dengan mudah menarik
perusahaan yang tinggi. Profitabilitas perusa- minat investor dibandingkan dengan perusa-
haan yang tinggi akan mengurangi ketidak- haan skala kecil. Semakin banyak investor yang
pastian IPO sehingga mengurangi tingkat tertarik untuk membeli saham, maka harga
underpricing (Loo, et al,. 1999). Hasil pene- dipasar sekunder akan terdorong naik karena
litian ini sejalan dengan penelitian Loo, et al,. meningkatnya jumlah permintaan yang ber-
(1999), Ghozali dan Mansur (2002) serta akibat pada tingginya tingkat underpricing
penelitian Yasa (2008) bahwa profitabilitas (Suyatmin dan Sujadi, 2006). Pada penelitian
mempunyai pengaruh negatif terhadap under- ini ukuran perusahaan terbukti mendukung
pricing. Namun tidak sejalan dengan penelitian teori uncertainty of company value yaitu
Mukhlis (2012) dan penelitian Setianingrum ketidakpastian nilai perusahaan di masa datang
dan Suwito (2008) bahwa profitabilitas tidak akan membuat investor ragu-ragu menginves-
mempunyai pengaruh terhadap underpricing. tasikan uangnya di saham emiten. Ketika
investor membaca prospektus, menganalisa
Pengaruh current ratio terhadap under- skala perusahaan atau total aktivanya dan
pricing menilai bahwa total aktiva dapat dipergunakan
Current Ratio berpengaruh negatif dan untuk menambah penghasilan emiten dan
signifikan terhadap underpricing saham pada mampu menutupi kewajibannya, maka risiko
penawaran saham perdana di Bursa Efek ketidakpasrtian di masa datang dapat diperkecil
Indonesia. Semakin tinggi current ratio suatu (Yolana dan Martani, 2005). Hasil penelitian
perusahaan berarti semakin kecil resiko ini sejalan dengan penelitian Yolana dan
kegagalan perusahaan dalam memenuhi Martani (2005), Baskoro dan Moin (2011) serta
kewajiban jangka pendeknya. Akibatnya resiko penelitian Kristiantari (2012) bahwa ukuran
yang akan ditanggung pemegang saham juga perusahaan mempunyai pengaruh negatif ter-
semakin kecil. Nilai current ratio yang tinggi hadap underpricing. Namun tidak sejalan
dari suatu perusahaan akan mengurangi dengan penelitian Aini (2013) bahwa ukuran
ketidakpastian bagi investor sehingga akan perusahaan tidak mempunyai pengaruh
mengurangi tingkat underpricing, akibatnya terhadap underpricing.
return yang akan diterima investor juga
semakin kecil (Suyatmin dan Sujadi, 2006). Pengaruh umur perusahaan terhadap
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian underpricing
Li, et al,. (2005) serta penelitian Suyatmin dan Umur Perusahaan mempunyai pengaruh negatif
Sujadi (2006) bahwa Current Ratio mempunyai dan signifikan terhadap underpricing saham
pengaruh negatif terhadap underpricing. pada penawaran saham perdana di Bursa Efek
230 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 18 No. 2, Juli 2014 219-232