You are on page 1of 11

JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Vol. 10, No. 2, Juli, Thn 2013, Hal.

167-177
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/smo

ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


ABNORMAL RETURN SAHAM PADA KINERJA JANGKA PANJANG
PENAWARAN UMUM PERDANA (IPO)
(Studi Kasus pada Perusahaan Non Finansial yang Go Public di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2006-2009)

Muhammad Talkhisul Abid, Harjum Muharam 1


blueprint.vis@gmail.com

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro


Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851

ABSTRACT

The average stocks return of the initial public offering (IPO) in the U.S. stock market was -
29.13% at the end of the third year after the IPO (Ritter, 1991). The conclusion is that the
Underperformed phenomenon is influenced by the volume of trade and only occurs in the non-
financial sector (Ritter, 1991). Underperformed is a stock return of initial public offerings that
have lower performance compared to the market return. Bessler and Thies (2007) stated that the
year of going public is the time period of the initial public offering (IPO). There is a time variation
in the pattern of benefits, it raises a question of whether companies can maximize the value and
amount of funds acquired. In investing, investors consider the return and risk, the expected results
of the investment will be realized after a certain period of time and during this period there is a
risk of the investments made. The aim of this study is to analyze the factors that affect Abnormal
Return on long-term stock performance after 36 months of the IPO. The independent variables in
this study consist of Benchmark, Money Raised, Market Value, and Magnitude of Underpricing.
The dependent variable is the abnormal return on long-term stock performance after 36 months of
the IPO.
The samples used in this study were the nonfinancial companies on 2006-2009 period as
many as 54 non-financial companies using purposive sampling method. The analysis technique
used was multiple linear regression analysis and performed classical assumption test which
include normality test, multicollinearity test, autocorrelation test, and heteroskesdasticity test.
The results showed that partially the Benchmark affect significantly and negatively toward
Abnormal Return; Money Raised and Market Value does not affect significantly and positively
towards Abnormal Return; Magnitude of Underpricing affect significantly and positively towards
Abnormal Return. The ability of the four independent variables to explain the variation on the
dependent variables amounted to 45.8%, while the rest equal to 54.2% explained by other factors
that are not described in the model.

Keywords: Benchmark, Money Raised, Market Value, Magnitude of Underpricing and Abnormal
Return

1
Corresponding author

167
DIPONEGORO JOURNAL OF Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 168

PENDAHULUAN
.
Penawaran umum perdana (IPO) diharapkan dan tingkat risiko yang dihadapi.
merupakan suatu kegiatan perusahaan Hasil yang diharapkan dari investasi akan
penawaran saham pertama kali kepada terwujud setelah melewati jangka waktu
masyarakat umum berdasarkan tata cara yang tertentu dan selama jangka waktu tersebut
diatur oleh Undang-Undang dan Peraturan terdapat risiko pada investasi yang dilakukan.
Pelaksanaannya. Kegiatan penawaran umum Semakin besar risiko yang dihadapi dan
perdana dilakukan sebagai salah satu harus ditanggung maka semakin besar tingkat
alternatif untuk memperoleh sumber dana. pengembalian yang harus dikompensasikan.
Perusahaan bisa menggunakan dana hasil dari Rata-rata return saham penawaran umum
penjualan saham perdana untuk menjaga perdana (IPO) di bursa saham Amerika
kelangsungan hidup perusahaan atau Serikat ditemukan sebesar -29,13% diakhir
pengembangan perusahaan. Dana yang tahun ketiga setelah IPO (Ritter, 1991). Suatu
diperoleh melalui penawaran umum perdana kesimpulan bahwa fenomena underperform
bisa digunakan oleh perusahaan untuk dipengaruhi oleh volume perdagangan dan
berbagai kegiatan, inverstor harus hanya terjadi disektor non finansial (Ritter,
mengetahui dan memahami tujuan dari 1991). Underperform merupakan suatu
perusahaan tersebut. Tambunan (2013) return pada saham penawaran umum perdana
menyatakan bahwa pada umumnya mempunyai kinerja yang lebih rendah
perusahaan memiliki tiga hal dari hasil dibandingkan dengan pasar.
penawaran umum perdana yaitu ekspansi Berdasarkan uraian latar belakang
usaha, membayar utang, dan modal kerja. masalah diatas maka rumusan masalah dalam
Investor perlu memperhatikan secara baik penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja
tujuan dari perusahaan, hal ini bisa dilihat yang menjadi penentu abnormal return
melalui prospektus yang diterbitkan oleh saham pada kinerja jangka panjang pada
emiten. perusahaan non finansial yang melakukan
Ang (1997) menyatakan bahwa penawaran umum perdana (IPO).
prospektus adalah suatu barang cetakan atau
media cetak yang berisi informasi mengenai KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
perusahaan yang akan melaksanakan
penawaran penjualan saham kepada Tingkat keuntungan pada
masyarakat umum dan informasi yang manajemen investasi disebut return, suatu
terkandung didalamnya untuk disebarluaskan yang wajar ketika investor dalam
kepada masyarakat umum sebagai menanamkan modalnya mengharapkan
pelaksanaan keterbukaan informasi. Setelah return tertentu atas dana yang telah
mendapat prospektus maka informasi diinvestasikannya. Return adalah total tingkat
mengenai perusahaan bisa dipelajari oleh keuntungan yang diterima investor dalam
investor untuk mengetahui prospek dan risiko periode pemilikan dan dinyatakan sebagai
investasi pada saham perusahaan tersebut persentase dari harga pembelian investasi
karena akan mempengaruhi terhadap hasil pada awal periode pemilikan (Francis, 2001).
investasi. Darmadji dan Fahruddin (2006) Pada konteks manajemen investasi perlu
menjelaskan bahwa saham (stock atau share) dibedakan antara return yang diharapkan
merupakan suatu tanda penyertaan atau (expected return) dan return yang terjadi
pemilikan seseorang atau badan dalam suatu (realized return). Expected return merupakan
perusahaan atau perseroan terbatas. Pemilik tingkat return yang diantisipasi investor di
saham adalah pemilik perusahaan yang masa yang akan datang, sedangkan realized
menerbitkan surat berharga tersebut, return merupakan pendapatan sesungguhnya
sedangkan wujud dari saham berupa yang diterima dari suatu investasi dalam
selembar kertas. Porsi pemilikan saham jangka waktu tertentu. Tingkat return yang
ditentukan dari seberapa besar penyertaan diharapkan dan tingkat return aktual yang
yang ditanamkan di perusahaan tersebut. diperoleh investor mungkin saja berbeda, hal
Hal-hal yang menjadi pertimbangan ini merupakan suatu risiko yang harus selalu
investor dalam investasi adalah hasil yang dipertimbangkan dalam proses investasi.

1
DIPONEGORO JOURNAL OF Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 2

Rata-rata return saham penawaran saham secara keseluruhan di pasar modal.


umum perdana (IPO) di bursa saham Fenomena underperformed dipengaruhi oleh
Amerika Serikat ditemukan sebesar -29,13% volume perdagangan dan hanya terjadi
diakhir tahun ketiga setelah IPO (Ritter, disektor non finansial (Ritter, 1991).
1991). Suatu kesimpulan bahwa fenomena Berdasarkan uraian diatas maka dapat
underperformed dipengaruhi oleh volume disimpulkan sebuah hipotesis:
perdagangan dan hanya terjadi disektor non
finansial (Ritter, 1991). Underperformed H1 : Benchmark berpengaruh negatif
merupakan suatu return pada saham terhadap Abnormal Return
penawaran umum perdana mempunyai saham pada kinerja
kinerja yang lebih rendah dibandingkan perusahaan jangka panjang
dengan pasar. Bessler dan Thies (2007) IPO
menyatakan bahwa year of going public
merupakan periode waktu Initial Public Money Raised dan Abnormal Return
Offering (IPO). Ada variasi waktu dalam pola Saham
keuntungan, hal ini menimbulkan pertanyaan
apakah perusahaan dapat memaksimalkan Bessler dan Thies (2007)
nilai dan jumlah dana yang didapat. Investor menyatakan bahwa money raised merupakan
dalam berinvestasi mempertimbangkan hasil jumlah dana yang diperoleh dalam sebuah
dan risiko, hasil yang diharapkan dari Initial Public Offering (IPO). Penawaran
investasi akan terwujud setelah melewati perdana saham IPO perseroan terbatas
jangka waktu tertentu dan selama jangka bertujuan mengisi kekurangan kebutuhan
waktu tersebut terdapat risiko pada investasi dana perusahaan (Bararuallo, 2005). Kinerja
yang dilakukan. jangka panjang dari suatu IPO bergantung
Loughran dan Ritter (1995) pada jumlah uang (initial proceeds) yang
menyatakan bahwa investasi dalam saham- meningkat dalam sebuah IPO.
saham IPO merupakan strategi yang Miller (1997) yang menjelaskan
merugikan dalam jangka panjang, karena adanya dua tipe investor yaitu investor yang
kinerja jangka panjang saham-saham pasca optimis dan investor yang pesimis. Saham
IPO adalah rendah (long run yang ditawarkan pada IPO merupakan objek
underperformance). Penurunan kinerja yang yang berisiko tinggi sehingga dalam kondisi
terjadi dalam jangka panjang akan merugikan adanya faktor ketidakpastian yang tinggi
investor karena akan memperoleh return maka investor optimis yang akan membeli
yang negatif. Pendekatan strategi yang saham IPO tersebut dengan harga yang tinggi
digunakan yaitu buy and hold. dibandingkan dengan penilaian investor
pesimis. Pada berjalannya waktu maka
Benchmark dan Abnormal Return Saham informasi yang tersedia akan semakin banyak
maka perbedaan pendapat diantara para
Bessler dan Thies (2007) investor akan mengecil dengan konsekuensi
menyatakan bahwa benchmark merupakan harga akan bergerak turun menuju harga
suatu tolok ukur yang digunakan untuk sebenarnya dalam jangka panjang dan return
menghitung Buy and Hold Abnormal Return akan rendah. Ketika investor optimis
(BHAR). Pasar modal terdapat banyak membeli saham, maka initial proceeds yang
transaksi saham dari berbagai perusahaan diterima oleh perusahan akan semakin tinggi.
yang membentuk suatu portofolio pasar. Bessler dan Thies (2007) menyatakan bahwa
Return yang diperoleh investor jika secara keseluruhan jumlah IPO dengan hasil
melakukan investasi pada portofolio pasar negatif menyediakan gambaran yang
dalam jangka waktu tertentu disebut return konsisten dalam jumlah yang meningkat atau
indeks pasar (Rmt). bahwa IPO yang lebih kecil menyediakan
Yanuarta RE dan Taqwa (2007) hasil yang rata-rata lebih tinggi. Berdasarkan
benchmark juga digunakan raw return pasar uraian diatas maka dapat disimpulkan sebuah
(Rmt) dengan deskripsi yang sama dengan hipotesis:
sahamnya. Return indeks pasar dapat diukur
dari indeks harga saham gabungan (IHSG) H2 : Money Raised berpengaruh
yang menggambarkan pergerakan harga negatif terhadap Abnormal

2
DIPONEGORO JOURNAL OF Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 3

Return saham pada kinerja underpricing adalah keuntungan awal (initial


perusahaan jangka panjang return) dari besaran penetapan harga.
IPO Asimetri informasi saham dicerminkan pada
besarnya penetapan harga. Hal ini cukup
Market Value dan Abnormal Return Saham masuk akal bahwa kinerja IPO dipengaruhi
Sunariyah (2006) menyatakan bahwa oleh besarnya keuntungan awal. Initial return
nilai pasar saham (market value) adalah adalah selisih dari harga saham penutupan
harga suatu saham pada pasar yang sedang pada hari pertama di pasar sekunder
berlangsung dibursa efek. Apabila bursa efek dikurangi dengan harga saham perdana (IPO)
telah tutup maka harga pasar adalah harga dibagi dengan harga saham perdana.
penutupannya (closing price). Bessler dan Thies (2007)
Untuk mendapatkan jumlah nilai menyatakan bahwa perusahaan dengan hasil
pasar (market value) suatu saham yaitu harga hari pertama yang lebih tinggi maka untuk
pasar dikalikan dengan jumlah saham yang selanjutnya akan memiliki kinerja yang lebih
diterbitkan (outstanding shares). Bessler dan rendah jika hari pertama perdagangan telalu
Thies (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan teori impresario
besar perusahaan maka semakin negatif yang diterangkan oleh Shiller (1990) dengan
keuntungan abnormalnya dalam kurun waktu kesimpulan bahwa saham IPO yang
3 tahun setelah IPO. Berdasarkan uraian memperoleh initial return tertinggi akan
diatas maka dapat disimpulkan sebuah menghasilkan imbal hasil jangka panjang
hipotesis: terendah. Berdasarkan uraian diatas maka
dapat disimpulkan sebuah hipotesis:
H3 : Market Value berpengaruh
negatif terhadap Abnormal H4 : Magnitude of Underpricing
Return saham pada kinerja berpengaruh negatif terhadap
perusahaan jangka panjang Abnormal Return saham pada
IPO kinerja perusahaan jangka
panjang IPO
Magnitude of Underpricing dan Abnormal
Return Saham Berdasarkan hipotesis yang sudah
dibangun maka dapat dibuat kerangka
Bessler dan Thies (2007) pemikiran dalam penelitian ini sebagaimana
menyatakan bahwa magnitude of gambar dibawah ini

Gambar 1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Benchmark

H1

Money Raised
H2
Abnormal Return Saham
H3
Market Value
Sumber : I Made dan Wahyu (2010), Hassanudin dan Prihatiningsih (2010), dan Oktaviani
(2012)
yang dikembangkan untuk penelitian ini.
H4
Magnitude
METODE of
PENELITIAN
Underpricing
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012. Pengambilan sampel dilakukan
DIPONEGORO JOURNAL OF Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 2

Sumber : Ritter (1991), Bessler dan Thies (2007), Yanuarta RE dan Taqwa (2007) yang
dikembangkan untuk penelitian ini
penawaran umum dikali Jumlah saham yang
METODE PENELITIAN diterbitkan.
Variabel Penelitian Dan Definisi
Operasional Variabel Market Value
Sunariyah (2006) menyatakan bahwa
Abnormal Return nilai pasar saham (market value) adalah
Variabel dependen yang digunakan harga suatu saham pada pasar yang sedang
adalah Abnormal Return saham pada Kinerja berlangsung dibursa efek. Apabila bursa efek
Perusahaan Jangka Panjang IPO. Pendekatan telah tutup maka harga pasar adalah harga
strategi yang digunakan yaitu buy and hold. penutupannya (closing price). Nilai pasar
Metode buy and hold abnormal return dapat (market value) suatu saham yaitu harga pasar
digunakan untuk mengukur kinerja saham dikalikan dengan jumlah saham yang
jangka panjang serta mengatasi bias pada diterbitkan (outstanding shares) (Ang, 1997).
penelitian sebelumnya yaitu rebalancing Nilai pasar dapat dirumuskan sebagai berikut:
bias, new listing bias, survivorship bias dan Harga Pasar dikali Jumlah saham yang
skewness bias (Venekamp, dkk 2006). Buy diterbitkan.
and hold abnormal return dapat dirumuskan:
(return saham dikurangi return pasar) dibagi Magnitude of Underpricing
periode waktu. Bessler dan Thies (2007)
menyatakan bahwa magnitude of
Benchmark underpricing adalah keuntungan awal (initial
Bessler dan Thies (2007)
return) dari besaran penetapan harga. Hal ini
menyatakan bahwa benchmark merupakan
suatu tolok ukur yang digunakan untuk cukup masuk akal bahwa kinerja IPO
menghitung Buy and Hold Abnormal Return dipengaruhi oleh besarnya keuntungan awal.
(BHAR). Return yang diperoleh investor jika Initial return adalah selisih dari harga saham
melakukan investasi pada portofolio pasar penutupan pada hari pertama di pasar
dalam jangka waktu tertentu disebut return sekunder dikurangi dengan harga saham
indeks pasar (Rmt). Yanuarta RE dan Taqwa perdana (IPO) dibagi dengan harga saham
(2007) Benchmark juga digunakan raw
perdana. Rumus Initial Return: [(Selisih dari
return pasar (Rmt) dengan deskripsi yang
sama dengan sahamnya. Return indeks pasar harga saham penutupan pada hari pertama di
dapat diukur dari indeks harga saham pasar sekunder dikurangi dengan harga
gabungan (IHSG) yang menggambarkan saham perdana (IPO)) dibagi dengan harga
pergerakan harga saham secara keseluruhan saham perdana] dikali 100%.
di pasar modal. Menghitung return pasar
setiap periode dengan rumus: (Nilai Indeks Populasi dan Sampel
Pasar pada saat t dibagi dengan Nilai Indeks Hasan (2002) menyatakan bahwa
Pasar saat Penawaran) dikurangi 1. Populasi adalah totalitas dari semua objek
atau individu yang memiliki karakteristik
Money Raised tertentu, jelas, dan lengkap yang akan diteliti
Bessler dan Thies (2007) (bahan penelitian). Populasi dalam penelitian
menyatakan bahwa money raised merupakan ini adalah seluruh perusahaan yang go public
jumlah dana yang diperoleh dalam sebuah di bursa efek Indonesia tahun 2006-2009.
Initial Public Offering (IPO). Kinerja jangka Dengan demikian jumlah populasi dalam
panjang dari suatu IPO bergantung pada penelitian ini adalah 60 perusahaan. Hasan
jumlah uang (initial proceeds) yang (2002) menyatakan bahwa sampel adalah
meningkat dalam sebuah IPO. pendapatan bagian dari populasi yang diambil melalui
awal (initial proceeds) merupakan hasil dari cara-cara tertentu yang juga memiliki
perkalian antara harga penawaran umum katakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang
saham dengan jumlah lembar saham yang dianggap bisa mewakili populasi. Penelitian
diterbitkan. Rumus pendapatan awal (initial mengambil sampel perusahaan non finansial
proceeds) adalah sebagai berikut: Harga yang melakukan IPO dari tahun 2006 sampai

2
DIPONEGORO JOURNAL OF Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 2

tahun 2009 dengan alasan data yang akan pada perusahaan Adaro Energy Tbk., nilai
diteliti yaitu tahun perusahaan IPO ditambah minimum sebesar -0.92 pada perusahaan
36 bulan setelah perusahaan IPO. Penentuan Total Bangun Persada Tbk., dan standar
sampel dilakukan dengan cara sampel deviasi nilai abnormal return saham sebesar
bertujuan (purposive sampling), dengan 0.41321. Hal ini menunjukkan selisih antara
metode pemilihan sampel berdasarkan return saham dengan return pasar pada
pertimbangan (judgement sampling) tertentu perusahaan non finansial periode 2006
yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sampai 2009 setelah 36 bulan IPO memiliki
maka jumlah sampel yang digunakan dalam nilai tertinggi abnormal return saham sebesar
penelitian adalah 54 perusahaan non 118% diatas return pasar yaitu pada
finansial. perusahaan Adaro Energy Tbk, nilai terendah
abnormal return saham sebesar -92%
Metode Analisis dibawah return pasar yaitu pada perusahaan
Total Bangun Persada Tbk, dan rata-rata
Pada analisis regresi digunakan abnormal return saham yang menunjukkan
untuk mengukur kekuatan hubungan antara kinerja jangka panjang IPO setelah 36 bulan
dua variabel atau lebih, dan menunjukkan mengalami underperformed sebesar -9.49%.
arah hubungan antara variabel dependen Rata-rata benchmark pada penelitian
dengan variabel independen (Ghozali, 2006). ini memiliki nilai sebesar 0.1511 dengan nilai
Metode analisis yang digunakan untuk maksimum sebesar 1.00 pada perusahaan
menguji kekuatan Benchmark (X1), Money Trikomsel Oke Tbk., nilai minimum sebesar -
Raised (X2), Market Value (X3), Magnitude 0.08 pada perusahaan Catur Sentosa
of Underpricing (X4) terhadap yaitu Adiprana Tbk., dan standar deviasi nilai
Abnormal Return saham pada Kinerja Jangka benchmark sebesar 0.23190. Hal ini
Panjang IPO (Y) adalah analisis regresi linear menunjukkan pembagian antara nilai indeks
berganda (multiple linear regression method) pasar pada saat 36 bulan setelah IPO dibagi
dengan model dasar sebagai berikut: dengan nilai indeks pada saat penawaran
Y = a + bıXı + b2X2 + b3X3 + pada perusahaan non finansial periode 2006
b4X4 + e sampai 2009 setelah 36 bulan IPO memiliki
benchmark tertinggi sebesar 100% diatas
Keterangan: Y = Abnormal Return saham nilai indeks pasar saat penawaran pada
pada Kinerja Jangka Panjang IPO perusahaan Trikomsel Oke Tbk., sedangkan
a = konstanta nilai benchmark terendah sebesar -8%
X1 = Benchmark dibawah nilai indeks pasar saat penawaran
X2= Money Raised terdapat pada perusahaan Catur Sentosa
X3 = Market Value Adiprana Tbk., dan rata-rata benchmark dari
X4 = Magnitude of seluruh sampel memiliki nilai sebesar
Underpricing 15.11%.
b1 = koefisien regresi Rata-rata money raised pada
Benchmark penelitian ini memiliki nilai sebesar 11.3987
b2 = koefisien regresi dengan nilai maksimum sebesar 13.09 pada
Money Raised perusahaan Adaro Energy Tbk., nilai
b3 = koefisien regresi minimum sebesar 10.35 pada perusahaan
Market Value Bekasi Asri Pemula Tbk., dan standar deviasi
b4 = koefisien regresi nilai money raised sebesar 0.65628. Hal ini
Magnitude of Underpricing menunjukkan perkalian antara harga
e = standar error penawaran umum dengan jumlah saham yang
diterbitkan pada perusahaan non finansial
HASIL PENELITIAN DAN periode 2006 sampai 2009 setelah 36 bulan
PEMBAHASAN IPO memiliki money raised tertinggi sebesar
13.09 pada perusahaan Adaro Energy Tbk.,
Deskripsi Variabel sedangkan nilai money raised terendah
Rata-rata abnormal return saham sebesar 10.35 pada perusahaan Bekasi Asri
pada penelitian ini memiliki nilai sebesar - Pemula Tbk., dan rata-rata money raised dari
0.0949 dengan nilai maksimum sebesar 1.18

2
DIPONEGORO JOURNAL OF Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 3

seluruh sampel memiliki nilai sebesar Hasil pengujian multikolinearitas


11.3987. diketahui bahwa seluruh variabel independen
Rata-rata market value pada memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0.1
penelitian ini memiliki nilai sebesar 11.9827 dan nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga
dengan nilai maksimum sebesar 14.01 pada dapat disimpulkan bahwa dalam model
perusahaan Gonzo Plantation Tbk., nilai regresi ini tidak menunjukkan adanya gejala
minimum sebesar 10.86 pada perusahaan multikolinearitas. Hasil uji autokorelasi
Laguna Cipta Griya Tbk., dan standar deviasi diperoleh nilai Run Test untuk model regresi
nilai market value sebesar 0.79111. Hal ini adalah 0.00201 dengan nilai signifikansi
menunjukkan perkalian antara harga pasar yaitu 1.000. Nilai signifikansi 1.000 lebih
dengan jumlah saham yang diterbitkan pada besar dari 0.05 maka dari itu tidak terdapat
perusahaan non finansial periode 2006 autokorelasi. Hasil uji heteroskedastisitas
sampai 2009 setelah 36 bulan IPO memiliki menunjukkan bahwa grafik scatterplots
market value tertinggi sebesar 14.01 pada terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
perusahaan Gonzo Plantation Tbk., acak serta tersebar baik di atas maupun di
sedangkan nilai market value terendah bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga
sebesar 10.86 pada perusahaan Laguna Cipta dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
Griya Tbk., dan rata-rata money raised dari heteroskedastisitas pada model regresi.
seluruh sampel memiliki nilai sebesar Model regresi ini layak dipakai untuk
11.9827. memprediksi abnormal return saham
Magnitude of underpricing pada berdasarkan masukan variabel independen
penelitian ini menunjukkan selisih antara benchmark, money raised, market value, dan
harga penutupan waktu hari pertama dipasar magnitude of underpricing.
sekunder dengan harga penawaran perdana
setelah itu dibagi dengan harga penawaran Hasil Uji Fit Model dan Derajat
perdana pada perusahaan non finansial Determinasi
periode 2006 sampai 2009 setelah 36 bulan Pengujian ketetapan fungsi regresi
IPO memiliki nilai rata-rata sebesar sampel (Goodness of fit) dilakukan dengan
30.5878% dengan nilai maksimum sebesar mellihat nilai uji F sedang untuk uji derajat
173.08% diatas harga penawaran perdana determinasi digunakan adjusted R².
pada perusahaan Kertas Basuki Rachmat Koefisien determinasi (R2) menunjukan
Indonesia Tbk., nilai minimum sebesar - bahwa nilai Adjusted R Square adalah
88.05% dibawah harga penawaran perdana sebesar 0.458. Sehingga dapat disimpulkan
pada perusahaan Ace Hardware Indonesia kemampuan benchmark, money raised,
Tbk., dan standar deviasi nilai magnitude of market value, dan magnitude of underpricing
underpricing sebesar 45.53439. untuk menjelaskan variabel abnormal return
saham sebesar 45.8% dan sisanya 54.2%
Pembahasan Hasil Penelitian dijelaskan oleh faktor lain yang tidak
Pengujian Asumsi Klasik dijelaskan dalam model. Uji statistik F
Hasil uji normalitas dilakukan uji K- didapat nilai F hitung sebesar 9.246 dengan
S kembali dengan membuang outlier dan probabilitas 0.000, karena probabilitas lebih
dilakukan transformasi dengan operasi log kecil dari 0.05 maka model regresi sudah fit
maka data menjadi 40 dan uji K-S dan variabel independen, benchmark, money
menunjukkan hasil 0.797 dengan signifikansi raised, market value, dan magnitude of
0.549. Model regresi memiliki nilai residual underpricing dapat digunakan untuk
yang berdistribusi normal karena memiliki memodelkan abnormal return saham.
signifikansi lebih tinggi dari 0.05. Hasil
pengujian normalitas dapat pula dilakukan Pengujian Hipotesis
dengan melihat gambar normal plotting Pengujian hipotesis pada penelitian ini
setelah membuang outlier dan dilakukan menggunakan uji-t. Hasil analisis pengaruh
transformasi dengan operasi log. Kesimpulan masing-masing variabel independen terhadap
dari grafik normal plotting bahwa model variabel dependen disajikan pada Tabel 1
regresi telah terdistribusi normal karena titik- berikut ini:
titik terletak disepanjang garis diagonal dan
telah memenuhi uji normalitas.

3
JURNAL STUDI MANAJEMEN & Vol. 10, No. 2, Juli, Thn 2013, Hal. 167-
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/smo

Tabel 1
Hasil Uji t
Coefficientsa
Standardiz
ed
Unstandardized Coefficient
Coefficients s
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant
) -2.835 .882 -3.215 .003

Benchma
rk -.779 .232 -.437 -3.362 .002

LogMonR
ai .011 .147 .018 .076 .939

LogMarV
.219 .119 .420 1.847 .073
al
Magnitud
.003 .001 .367 2.994 .005
eU
a. Dependent Variable: AbnormalR

Abnormal Return Saham = – 2.835 – 0.779 Benchmark + 0.011 Money Raised + 0.219
Market Value + 0.003 Magnitude of Underpricing

Konstanta sebesar – 2.835 benchmark terhadap abnormal return saham


menyatakan bahwa jika variabel independen dapat terjadi pada nilai saham perusahaan
dianggap konstan, maka rata-rata abnormal non finansial kinerja jangka panjang IPO.
return saham sebesar – 2.835. Koefisien Sehingga semakin tinggi nilai benchmark
regresi benchmark sebesar – 0.779 yang maka nilai abnormal return saham nilai
berarti benchmark berpengaruh negatif saham pada perusahaan non finansial kinerja
terhadap abnormal return saham. Jika jangka panjang IPO akan semakin rendah
benchmark mengalami kenaikan 1 persen (underperformed). Hasil penelitian ini sesuai
maka abnormal return saham akan dengan penelitian yang dilakukan oleh
mengalami penurunan sebesar – 0.779 Bessler dan Thies (2007) menyatakan bahwa
dengan asumsi variabel lain konstan. sejumlah perusahaan yang memiliki kinerja
Benchmark memiliki nilai signifikansi t lebih yang buruk dari benchmark yang selalu lebih
kecil dari nilai signifikansi 0.05 yaitu sebesar besar daripada yang memiliki kinerja bagus
0.002, variabel independen benchmark (X1) di indeks. Hal ini juga bisa dijelaskan bahwa
secara signifikansi berpengaruh terhadap fenomena underperformed dipengaruhi oleh
variabel dependen abnormal return saham volume perdagangan dan hanya terjadi
(Y). Dengan demikian hipotesis yang disektor non finansial (Ritter, 1991).
menyatakan benchmark berpengaruh negatif Koefisien regresi money raised
terhadap abnormal return saham pada sebesar + 0.011 yang berarti money raised
kinerja saham jangka panjang IPO diterima. berpengaruh positif terhadap abnormal
Hal ini menjelaskan bahwa adanya pengaruh return saham. Jika money raised mengalami

1
DIPONEGORO JOURNAL OF Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 2

kenaikan 1 persen maka abnormal return positif terhadap abnormal return saham. Jika
saham akan mengalami kenaikan sebesar + magnitude of underpricing mengalami
0.011 dengan asumsi variabel lain konstan. kenaikan 1 persen maka abnormal return
Money raised memiliki signifikansi t yang saham akan mengalami kenaikan sebesar +
lebih besar dari nilai signifikansi 0.05 yaitu 0.003 dengan asumsi variabel lain konstan.
sebesar 0.939 maka dari itu variabel money Magnitude of underpricing memiliki nilai
raised (X2) secara signifikansi tidak signifikansi t lebih kecil dari nilai
berpengaruh terhadap abnormal return signifikansi 0.05 yaitu sebesar 0.005, variabel
saham (Y). Dengan demikian hipotesis yang independen magnitude of underpricing (X4)
menyatakan money raised berpengaruh secara signifikansi berpengaruh terhadap
negatif terhadap abnormal return saham variabel dependen abnormal return saham
kinerja saham jangka panjang IPO ditolak. (Y). Dengan demikian hipotesis yang
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian menyatakan magnitude of underpricing
yang dilakukan oleh Yanuarta RE dan Taqwa berpengaruh negatif terhadap abnormal
(2007) menyatakan bahwa perusahaan yang return saham pada kinerja saham jangka
mempunyai asset yang besar membutuhkan panjang IPO ditolak. Hal ini menjelaskan
waktu dan proses bagi perusahaan untuk bahwa adanya pengaruh magnitude of
menjadi besar. Hubungan positif ini underpricing terhadap abnormal return
dikarenakan perusahaan initial proceeds saham dapat terjadi pada nilai saham
waktu IPO akan sangat mendukung perusahaan non finansial kinerja jangka
peningkatan kinerja jangka panjang panjang IPO. Sehingga semakin tinggi nilai
perusahaan. Sehingga dapat diambil magnitude of underpricing maka nilai
kesimpulan variabel money raised abnormal return nilai saham pada perusahaan
berpengaruh positif dan tidak signifikan non finansial kinerja jangka panjang IPO
terhadap abnormal return saham. akan semakin tinggi (overperformed). Hasil
Koefisien regresi market value penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
sebesar + 0.219 yang berarti market value dilakukan oleh Alvarez dan Gonzalez (2001)
berpengaruh positif terhadap abnormal melakukan penelitian tentang initial return
return saham. Jika market value mengalami menghasilkan nilai rata-rata underpricing
kenaikan 1 persen maka abnormal return positif pada kinerja jangka panjang saham
saham akan mengalami kenaikan sebesar + IPO. Penyerapan saham di pasar yang tinggi
0.219 dengan asumsi variabel lain konstan. akan mengakibatkan pertumbuhan harga
Market value memiliki signifikansi t yang saham yang tinggi. Proyeksi harga saham
lebih besar dari nilai signifikansi 0.05 yaitu lebih baik untuk kedepannya karena sudah
sebesar 0.073 maka dari itu variabel market adanya suatu kepercayaan dari investor.
value (X3) secara signifikansi tidak
berpengaruh terhadap abnormal return KESIMPULAN
saham (Y). Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan market value berpengaruh Hasil penelitian menunjukan bahwa
negatif terhadap abnormal return saham pada secara parsial Benchmark berpengaruh secara
kinerja saham jangka panjang IPO ditolak. signifikan dan berarah negatif terhadap
Market value dapat digunakan untuk Abnormal Return; Money Raised dan Market
mengetahui kinerja perusahaan jangka Value tidak berpengaruh secara signifikan
panjang, hal ini dapat diketahui dengan dan berarah positif terhadap Abnormal
melihat harga saham pasar. Apabila harga Return; Magnitude of Underpricing
saham di pasar semakin baik maka kinerja berpengaruh secara signifikan dan berarah
perusahaan akan baik, karena harga saham positif terhadap Abnormal Return.
menggambarkan kondisi perusahaan. Hasil Kemampuan dari keempat variabel
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang independen tersebut mampu menjelaskan
dilakukan oleh Teoh, dkk., (1998) yang variasi pada variabel dependen sebesar
menyatakan market value berpengaruh positif 45.8%, sedangkan sisanya sebesar 54.2%
terhadap kinerja saham jangka panjang IPO. dijelaskan oleh faktor lain yang tidak
Koefisien regresi magnitude of dijelaskan dalam model.
underpricing sebesar + 0.003 yang berarti Jumlah sampel yang digunakan
magnitude of underpricing berpengaruh dalam penelitian ini masih kecil yaitu sebesar

2
DIPONEGORO JOURNAL OF Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 3

54 perusahaan non finansial. Variabel yang perusahaan tsb.sebelum menanamkan


digunakan dalam penelitian ini terbatas, investasinya.
sedangkan masih banyak variabel lain yang Investor dalam pengambilan
mungkin juga berpengaruh terhadap keputusan investasi perlu memperhatikan dan
abnormal return pada kinerja saham jangka mempertimbangkan variabel benchmark
panjang IPO seperti umur perusahaan, hal ini terhadap abnormal return pada kinerja saham
dikarenakan semakin lama perusahaan itu jangka panjang IPO. Penelitian ini telah
berdiri maka investor akan lebih mudah membuktikan bahwa variabel benchmark
untuk mengetahui track record dari memiliki nilai standardized coefficients
tertinggi.

REFERENSI Research Project Submitted to the


Gordon Institute of Business
Alvarez, Susana. and Gonzalez Victor M. Science, Master of Business
2001. Long-Run Performance of Administration, University of
Initial Public Offerings (IPOs) in Pretoria
the Spanish Capital Market. pp. 1- Hartanto, Immanuel Bekti. dan Ediningsih,
41 Sri Isworo. 2004. Kinerja Harga
Ang, Robbert. 1997. Buku Pintar Pasar Saham setelah Penawaran Perdana
Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia (IPO) pada Bursa Efek Jakarta.
Bararuallo, Frans. 2005. Korelasi Antara Usahawan, No. 08, TH XXXIII
Initial Return IPO (IR-IPO) Hasan, Iqbal. 1999. Pokok-Pokok Materi
dengan Long Term Statistik 1 (Statistik Deskriptif).
Underperformance IPO (LTR- Jakarta: Bumi Aksara
IPO) Saham-Saham Perusahaan di Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Statistik 2 (Statistik Inferensi).
Ekonomi dan Bisnis. Vol. 5, No. 1, Jakarta: Bumi Aksara
h. 14-24 Loughran, Tim. and Ritter, Jay R. 1995. The
Bessler, Wolfgang. and Thies, Stefan. 2007. New Issues Puzzle. The Journal of
The Long-run Performance of Finance, Vol. L, No. 1, pp. 23-51
Initial Public Offerings in Mediaswati, Harlina. 2008. Kinerja Jangka
Germany. Managerial Finance, Panjang pada IPO (Initial Public
Vol. 33, Iss: 3, pp. 420-441 Offering) di Indonesia Periode
Darmadji, Tjiptono. dan Fakhruddin, Hendy 1991-1993. Majalah Ekonomi,
M. 2008. Pasar Modal di Indonesia Tahun XVIII, No. 2
Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Prastiwi, Arum. 2001. Analisis Kinerja Surat
Salemba Empat Berharga Setelah Penawaran
Dita, Kharisma. 2013. Faktor-Faktor Penentu Perdana (IPO) di Indonesia. Jurnal
Kinerja Saham Perusahaan Setelah Ekonomi dan Bisnis Indonesia.
Penawaran Umum Perdana. Jurnal Vol. 16, No. 2, h. 177-187
Ilmu Manajemen, Vol. 1, No. 1 Ritter, J.R. 2001. The Long-Run Performance
Drobetz, Wolfgang, Kammermann, Matthias, of Initial Public Offerings. Journal
dan Walchli, Urs. 2003. of Finance, Vol. 46, h. 3-27
Performance of Initial Public Sapusek, Annemarie. 2000. Benchmark-
Offerings: The Evidence of for Sensitivity of IPO Long-Run
Switzerland. Working Paper, No. Performance: An Emperical Study
3/03 h.1-69 for Germany. Schmalenbach
Ghazali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Business Review, Vol. 52, pp. 374-
Multivariate dengan Program 405
SPSS. Semarang: Badan Penerbit Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan
Universitas Diponegoro Pasar Modal. Yogyakarta: UPP
Govindasamy, Prabeshan. 2010. The Long STIM YKPN
Run Performance of Inititial Public Suroso dan Utama, Siddharta. 2006.
Offerings in South Africa. A Hubungan Kinerja Jangka Panjang

3
DIPONEGORO JOURNAL OF Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 2

Saham Pasca IPO dengan Teoh, Siew Hong, Welch, Ivo, dan Wong,
Optimisme dan Divergensi Opini T.J. 1998. Earnings Management
Investor serta Tindakan Oportunis and the Long-Run Market
Emiten. Usahawan. No. 03, TH Performance of Initial Public
XXXV Offerings. The Journal of Finance,
Tambunan, Andy Porman. 2013. Analisis Vol. LIII, No. 6
Saham Pasar Perdana (IPO). Yanuarta RE, Ramel. dan Taqwa, Salma.
Jakarta: PT Elex Media 2007. Fenomena Underperform
Komputindo pada Saham-Saham IPO di Bursa
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Efek Jakarta. Jurnal Economac,
Investasi dan Manajemen Vol. 7, No. 2, Oktober 2007, h. 61-
Portofolio. Yogyakarta: BPFE 70
Yogyakarta

You might also like