You are on page 1of 9

Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 17 Nomor 2 MDK Juli 2021

: 541 - 548

ANALISIS HIRARKI PUSAT PELAYANAN PERKOTAAN DI KOTA BITUNG

HEIRARCHICAL ANALYSIS OF URBAN SERVICE CENTERS IN BITUNG CITY

Lalu Renaldo Patrik(1), Wieske Ch. Rotinsulu (2), Sherly G. Jocom (2)

1) Penelilti Independen
2) Staf Pengajar dan Peneliti pada PS Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah, Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi, Manado
*Penulis untuk korespondensi: lalupatrik113@student.unsrat.ac.id

Naskah diterima melalui Website Jurnal Ilmiah agrisosioekonomi@unsrat.ac.id : Selasa, 25 Mei 2021
Disetujui diterbitkan : Rabu, 28 Juli 2021

ABSTRACT
The first objective of this study is to identify the availability and suitability of standardization of
government, social, and economic facilities in the city of Bitung. The second is to analyze the Hierarchy
of Service Centers in Bitung City. And the third is to analyze the suitability of the service center in the
Bitung City RTRW 2013 – 2033 to the existing conditions. The type of data used in this research is
secondary data. The data collection methods used are observation, literature review, and documentation
study. Furthermore, the data were analyzed using the scalogram analysis method, centrality index, and
gravity analysis. The first result of this research is based on the conformity of service standardization
according to SNI 03-1733-2004, most of the service facilities in Bitung City have met the service
standard. The second is based on the results of the scholagram analysis, order/hierarchy I, namely
Madidir District. Based on the analysis of the marshal centrality index, Madidir and Maesa sub-districts
occupy the first order/hierarchy. Based on gravity analysis, three sub-districts have been found to have
weak regional interaction values with Madidir and Maesa sub-districts. And the third, based on the
RTRW of Bitung City in 2013-2033, it has undergone changes in accordance with the dynamic
development of the city.

Keywords : hierarchy; urban: service center; standardization

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yang pertama adalah mengidentifikasi ketersediaan dan kesesuaian
standarisasi pelayanan fasilitas pemerintahan, sosial, dan ekonomi di Kota Bitung. Kedua adalah
menganalisis Hirarki Pusat Pelayanan di Kota Bitung. Ketiga adalah menganalisis Kesesuaian Pusat
Pelayanan dalam RTRW Kota Bitung Tahun 2013 – 2033 terhadap Kondisi Eksisting. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu
observasi, telaah pustaka, dan studi dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis menggunakan metode
analisis skalogram, indeks sentralitas, dan analisis gravitasi. Hasil dari penelitian ini yang pertama
adalah berdasarkan kesesuaian standarisasi pelayanan menurut SNI 03-1733-2004, sebagian besar
fasilitas pelayanan di Kota Bitung sudah memenuhi standar pelayanan. Kedua adalah Berdasarkan
hasil analisis skolagram, orde/hirarki I yakni Kecamatan Madidir. Berdasarkan analisis indeks
sentralitas marshal, Kecamatan Madidir dan Kecamatan Maesa menempati orde/hirarki I.
Berdasarkan analisis gravitasi ditemukan tiga wilayah kecamatan yang memiliki nilai interaksi
wilayah lemah terhadap Kecamatan Madidir dan Kecamatan Maesa. Ketiga yaitu Berdasarkan
RTRW Kota Bitung tahun 2013-2033 sudah mengalami perubahan yang sesuai dengan
perkembangan kota yang dinamis.

Kata kunci : hirarki; pusat pelayanan; perkotaan; standarisasi

Agrisosioekonomi:
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 541
Analisis Hirarki Pusat Pelayanan Perkotaan.…....................................(Lalu Patrik, Wieske Rotinsulu, Sherly Jocom)

PENDAHULUAN hirarki pelayanan tersebut, maka suatu kota


secara alami memiliki potensi daya tarik yang
Latar Belakang besar dan berpengaruh besar bagi daerah-daerah
Dalam sistem perkotaan nasional, Kota yang kekuatannya lebih kecil, dimana kota
Bitung mempunyai kedudukan dan peran tersebut mempunyai kemampuan menarik
sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang potensi, sumber daya dari daerah lain dan kota
berada dalam wilayah Provinsi Sulawesi Utara. di bawahnya.
Untuk menentukan rencana pengembangan
Sistem Pusat Pelayanan Kota (SPPK), Analisis Hirarki
dilakukan dengan memperhatikan rencana Hirarki perkotaan menggambarkan
sistem struktur tata ruang Kota Bitung jenjang fungsi perkotaan sebagai
kemudian dilaksanakan kajian berdasarkan akibat perbedaan jumlah, jenis, dan kualitas dari
perkembangan distribusi penduduk dan fasilitas yang tersedia di kota tersebut (Tarigan,
kegiatan, serta kondisi eksisting struktur tata R., 2009). Atas dasar perbedaan itu, volume dan
ruang kota saat ini (RTRW Kota Bitung tahun keragaman pelayanan yang dapat
2013-2033). diberikan setiap jenis fasilitas juga berbeda.
Agar terjadi pemerataan pelayanan Perbedaan fungsi ini umumnya terkait
prasarana dan sarana perkotaan pada seluruh langsung dengan perbedaan besarnya kota
wilayah dilakukan pembagian pusat-pusat (jumlah penduduk). Perbedaan fungsi ini
pelayanan dalam kota. Sebaran pusat pelayanan juga sekaligus menggambarkan perbedaan luas
berhirarki sesuai dengan kelengkapan fasilitas pengaruh.
dan skala pelayanan. Beberapa Metode yang digunakan
Akibat dari pertumbuhan jumlah dalam analisis hirarki diantaranya:
penduduk dan perkembangan yang pesat Kota 1. Analisis Skalogram, analisis ini dilakukan
Bitung, maka diperlukan juga peningkatan untuk mengetahui pusat pelayanan
berbagai fasilitas yang tersedia di perkotaan berdasarkan jumlah dan jenis unit fasilitas
sebagai faktor pendorong pelayanan dan pelayanan yang ada dalam setiap daerah.
kegiatan aktivitas ekonomi. Wilayah kecamatan Asumsi yang digunakan apabila suatu
yang memiliki fasilitas terbaik akan menjadi wilayah memiliki ranking tertinggi maka
pusat pertumbuhan bagi kecamatan yang lain lokasi atau wilayah tersebut dapat ditetapkan
sehingga memunculkan hirarki pada tiap menjadi suatu pusat pelayanan
kecamatan. 2. Analisis Indeks Sentralitas, digunakan untuk
Hirarki perkotaan menggambarkan jenjang mengetahui struktur/hirarki pusat-pusat
fungsi perkotaan sebagai akibat perbedaan pelayanan yaitu dengan mengidentifikasi
jumlah, jenis, dan kualitas dari fasilitas yang pusat pelayanan yang ada dalam suatu
tersedia di kota tersebut (Tarigan, 2009). Dari wilayah perencanaan, seberapa banyak
perbedaan tersebut, volume dan keragaman fungsi yang ada, berapa jenis fungsi dalam
pelayanan yang dapat diberikan setiap jenis satu satuan wilayah permukiman.
fasilitas juga berbeda. Perbedaan fungsi ini 3. Analisis Gravitasi, digunakan untuk
umumnya terkait langsung dengan karakteristik mengetahui ukuran dan jarak antara dua
wilayah, luas pengaruh dan besarnya jumlah tempat, yaitu pusat pelayanan dengan daerah
penduduk. sekitarnya, sampai seberapa jauh sebuah
daerah yang menjadi pusat pelayanan
Pusat Pelayanan mempengaruhi dan berinteraksi dengan
Pengertian central place atau biasa daerah sekitarnya.
disebut pusat pelayanan menurut Christaller Analisis Hirarki Kota Manado telah
(1933) suatu hirarki terbentuk karena kota-kota dilakukan oleh Wansaga (2019) dengan
yang menyediakan barang dan jasa untuk menggunakan metode Analisis Skalogram,
masyarakat di sekitar wilayah perkotaan Indeks Sentralitas dan Analisis Gravitasi.
berdasarkan jangkauan (range) dan ambang Berdasarkan hasil analisis skolagram secara
batas (treshold) penduduk. Dengan dibaginya hierarkis di Kota Manado terdapat lima pusat

542
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 17 Nomor 2 MDK Juli 2021 : 541 - 548

pelayanan wilayah yang melayani dan menopang Hasil dari penelitian ini bisa dikembangkan
wilayah lainnnya. Berdasarkan analisis gravitasi untuk penelitian lebih lanjut dalam mengkaji
ditemukan dua wilayah kecamatan yang memiliki struktur ruang, pusat pelayanan dan
nilai interaksi wilayah lemah terhadap Kecamatan permasalahannya.
Wenang yang berperan sebagai pusat pelayanan
wilayah.
Manfaat digunakannya analisis hirarki METODOLOGI PENELITIAN
pusat pelayanan perkotaan adalah mengetahui
jenis fasilitas dan jumlah penduduk yang dilayani Tempat dan Waktu Penelitian
serta seberapa besar frekuensi keberadaan suatu Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bitung
fungsi yang menunjukkan jumlah fungsi sejenis Provinsi Sulawesi Utara, di lakukan dari bulan
yang ada dan tersebar di suatu wilayah. Oktober sampai dengan bulan Desember tahun
2020.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini Sumber Data
yaitu: Sumber data dalam penelitian adalah
1. Bagaimana Kondisi Ketersediaan Dan subyek dari mana data dapat diperoleh. Dalam
Kesesuaian Standarisasi Pelayanan Fasilitas penelitian ini penulis menggunakan sumber data
Perkotaan Di Kota Bitung. yaitu Data sekunder bersumber dari data yang
2. Bagaimana Hirarki Pusat Pelayanan Di Kota didapat melalui instansi atau lembaga
Bitung. pemerintahan yang terkait dalam penelitian ini.
3. Bagaimana Kesesuaian Pusat Pelayanan Dalam Data dalam bentuk tabulasi maupun deskriptif
RTRW Kota Bitung Tahun 2013 – 2033 meliputi kondisi geografis wilayah penelitian,
Terhadap Hasil Penelitian. jumlah dan jenis fasilitas perkotaan, jumlah
penduduk, dan jarak antar wilayah, dan peta-peta
yang terkait dengan penelitian. Instansi yang
Tujuan Penelitian terkait meliputi: Dinas Pekerjaan Umum dan
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk: Penataan Ruang Kota Bitung, Badan Pusat
1. Mengidentifikasi Ketersediaan Dan Kesesuaian Statistik (BPS) Kota Bitung, Kantor Kecamatan,
Standarisasi Pelayanan Fasilitas Perkotaan Di serta instansi lainnya yang terkait dengan
Kota Bitung. penelitian ini.
2. Menganalisis Hirarki Pusat Pelayanan Di Kota
Bitung. Metode Pengumpulan Data
3. Menganalisis Kesesuaian Pusat Pelayanan Metode pengumpulan data yang akan
Dalam RTRW Kota Bitung Tahun 2013 – 2033 digunakan dalam penelitian ini yaitu:
Terhadap Kondisi Eksisting. 1. Observasi
Observasi yaitu pengambilan data secara
Manfaat Penelitian langsung di lapangan. Data yang diperlukan
Adapun penelitian ini diharapkan mampu untuk penelitian ini adalah: data jumlah dan
memberikan kontribusi kepada: jenis fasilitas, data jumlah penduduk, dan data
1. Pengambil Kebijakan jarak yang akan di pakai untuk analisis data.
Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini Pelaksanaan kegiatan observasi ini dilakukan
diharapkan mampu memberikan informasi untuk pengambilan data meliputi instansi atau
mengenai kondisi yang terjadi pada Kota Bitung lembaga pemerintahan yang terkait penelitian
sekarang ini terkait dengan perkembangan kota ini.
dan pusat pelayanan. 2. Telaah Pustaka
2. Praktisi/Perencana Cara Pengumpulan data dan informasi melalui
Penelitian ini dapat menjadi masukan dalam telaah pustaka dilakukan dengan cara studi
kajian penentuan struktur ruang dan pusat literatur seperti membaca jurnal, buku,
pelayanan dalam revisi Rencana Tata Ruang laporan/dokumen teknis, dan sumber-sumber
Wilayah Kota Bitung. bacaan lainnya yang terkait dengan penelitian
3. Akademisi ini.
3. Studi Dokumentasi
Agrisosioekonomi:
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 543
Analisis Hirarki Pusat Pelayanan Perkotaan.…....................................(Lalu Patrik, Wieske Rotinsulu, Sherly Jocom)

Dokumentasi diperulan untuk melengkapi menentukan kecamatan yang dapat dijadikan


data dan informasi yang ada hubungannya sebagai pusat pertumbuhan. Kecamatan yang
dengan obyek yang menjadi studi. memiliki kelengkapan fasilitas tertinggi dapat
Dokumentasi dilakukan dengan cara ditentukan sebagai pusat pelayanan (Ermawati,
mengambil gambar, dan dokumentasi foto. 2010). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
pusat pelayanan berdasarkan jumlah dan jenis
Konsep Pengukuran Variabel unit fasilitas pelayanan yang ada dalam setiap
Variabel penelitian adalah suatu atribut daerah. Asumsi yang digunakan apabila suatu
atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau wilayah memiliki ranking tertinggi maka lokasi
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang atau wilayah tersebut dapat ditetapkan menjadi
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan suatu pusat pertumbuhan (Hesty, 2010).
Untuk menentukan orde-orde pusat
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007).
pelayanan maka digunakan metode Struges.
Berikut ini adalah variabel yang digunakan
Rumus untuk mencari banyaknya kelas dari
dalam penelitian: tiap-tiap kecamatan sebagai pusat pelayanan
1. Untuk menjawab tujuan 1 dan 2, variabel adalah sebagai berikut:
yang digunakan yaitu : k = 1 + 3.3 log n
a) Jumlah dan jenis fasilitas, Fasilitas yang
Keterangan:
akan diidentifikasi dalam penelitian ini
k = banyaknya kelas
berjumlah total 22 fasilitas.
n = banyaknya kecamatan
b) Data kependudukan, data yang digunakan
adalah jumlah penduduk yang terditribusi
Selanjutnya untuk menentukan besarnya
di masing-masing kecamatan di Kota
interval kelas, dengan cara:
Bitung yaitu Kecamatan Madidir,
Kecamatan Matuari, Kecamatan Girian,
Kecamatan Lembeh Selatan, Kecamatan
Keterangan:
Lembeh Utara, Kecamatan Aertembaga, A = jumlah fasilitas tertinggi
Kecamatan Maesa, Kecamatan Ranowulu. B = jumlah fasilitas terendah
c) Jarak, digunakan untuk mengetahui daya k = banyaknya kelas
tarik atau kekuatan interaksi adalah jarak Setelah orde didapatkan maka selanjutnya
yang dimiliki antara satu wilayah dengan menentukan hierarki dengan menggunakan orde
wilayah lainnya. Jarak yang digunakan terkecil sebagai hierarki tertinggi. Jika orde
dalam penelitian ini dinyatakan dalam yang lebih tinggi didapat tapi tidak ada daerah
ukuran fisik (km). yang memenuhi keriteria tersebut maka
d) dokumen Standar Nasional Indonesia daerah dengan orde yang lebih rendah akan
(SNI) 03-1733-2004 tentang Tata Cara mendapatkan hierarki yang lebih tinggi.
Perencanaan Lingkungan Perumahan 2. Indeks Sentralitas
Perkotaan, sebagai acuan/standar Untuk mengetahui struktur/hirarki pusat-pusat
penyediaan fasilitas layanan infrastruktur pelayanan digunakan indeks sentralitas, yaitu
yang berkualitas dan menyesuaikan dengan mengidentifikasi pusat pelayanan yang
dengan jumlah dan kebutuhan penduduk. ada dalam suatu wilayah perencanaan, seberapa
2. Untuk menjawab tujuan 3, variabel yang banyak fungsi yang ada, berapa jenis fungsi
digunakan yaitu dokumen Rencana Tata dalam satu satuan wilayah permukiman (Riyadi,
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bitung tahun 2007). Pada penelitian ini digunakan indeks
2013-2033 untuk membandingkan sentralitas untuk menentukan kecamatan-
kesesuaian dengan hasil penelitian. kecamatan mana saja yang dapat menjadi pusat
pelayanan di Kota Bitung, jika dilihat dari
Metode Analisis Data fasilitas-fasilitas yang tersedia diperkotaan
Beberapa analisis yang dipakai dalam (pemerintahan, sosial, dan ekonomi).
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis Skalogram Rumus Nilai Sentralitas adalah:
Analisis Skalogram digunakan untuk

544
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 17 Nomor 2 MDK Juli 2021 : 541 - 548

Gambaran Umum Wilayah Kota Bitung


Kota Bitung memiliki luas wilayah
daratan 313,50 km² (31.350 Ha) dan luas wilayah
Keterangan: perairan 439,8 Km2 (43,980 Ha), yang terbagi
C = bobot dari atribut fungsional suatu dalam 8 (delapan) wilayah kecamatan dan 69
fasilitas (enam puluh sembilan) kelurahan. Kota Bitung
t = nilai sentralitas total yaitu 100 terletak pada posisi geografis 1°23'23" - 1°35'39"
T = jumlah total dari atribut dalam system LU dan 125°1'43" - 125°18'13" BT.
Batas Wilayah kota Bitung adalah sebagai
Setelah bobot tiap fasilitas didapat, berikut:
maka selanjutnya dihitung Indeks Sentralitas  Sebelah Utara: Kecamatan Likupang dan
setiap kecamatan dengan rumus: Kecamatan Dimembe (Kabupaten Minahasa
Utara);
 Sebelah Selatan: Laut Maluku;
Keterangan:
 Sebelah Barat: Kecamatan Kauditan
F = jumlah tiap fasilitas di masing-masing (Kabupaten Minahasa Utara);
kecamatan  Sebelah Timur: Laut Maluku dan Samudera
Cf = bobot per fasilitas Pasifik.

3. Analisis Grativasi Kependudukan Kota Bitung


Analsis gravitasi digunakan untuk Penduduk Kota Bitung berdasarkan
mengetahui ukuran dan jarak antara dua proyeksi penduduk Badan Pusat Statistik Kota
tempat, yaitu pusat pelayanan dengan daerah Bitung tahun 2019 sebanyak 219.004 jiwa yang
sekitarnya, sampai seberapa jauh sebuah terdiri atas 111.909 jiwa penduduk laki-laki dan
daerah yang menjadi pusat pelayanan 107.905 jiwa penduduk perempuan.
mempengaruhi dan berinteraksi dengan Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk
daerah sekitarnya (Daldjoeni, 2010). tahun 2018, penduduk Kota Bitung mengalami
Menurut teori Carrothers, kekuatan pertumbuhan sebesar 1,53 persen.
hubungan ekonomis antara dua tempat, Kepadatan penduduk rata-rata di Kota
berbanding lurus dengan besarnya penduduk Bitung pada tahun 2019 mencapai 698,57
dan berbanding terbalik dengan jarak Jiwa/km2, dimana penduduk terpadat berada di
antaranya. Jadi, makin banyak jumlah Kecamatan Girian yang mencapai 7121,67
penduduk di dua tempat, makin besarlah Jiwa/km2, disusul Kecamatan Maesa yang
interaksi ekonominya, tetapi makin jauh mencapai 4234,99 Jiwa/km2, dan Kecamatan
Madidir yang mencapai 1755,59 Jiwa/km2.
jarak antaranya makin kecillah interaksinya.
Tinjauan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Rumus Gravitasi Carrothers adalah:
Bitung
Dalam RTRW Nasional, Kota Bitung
ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional
Sumber: Tarigan (2009) (PKN) yang berfungsi sebagai pintu gerbang
Keterangan: dan simpul utama transportasi serta kegiatan
perdagangan dan jasa skala regional, nasional
i = besarnya interaksi antara kota/wilayah i
dan j dan internasional. Sementara, dalam RTRW
P1 = jumlah penduduk kota/wilayah i Provinsi Sulawesi Utara, Kota Bitung
(ribuan jiwa) ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Provinsi
P2 = jumlah penduduk kota/wilayah j (KSP) di bidang pertumbuhan ekonomi.
(ribuan jiwa) Keberadaan Kota Bitung sebagai PKN dan KSP
J = jarak antara daerah i dan j (km) memiliki potensi yang sangat strategis dalam
pengembangan wilayah kota.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Kondisi Ketersediaan Sarana

Agrisosioekonomi:
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 545
Analisis Hirarki Pusat Pelayanan Perkotaan.…....................................(Lalu Patrik, Wieske Rotinsulu, Sherly Jocom)

Pelayanan Umum Kota Bitung


Analisis Hirarki Pusat Pelayanan Kota Bitung
Fasilitas Pendidikan Berdasarkan Analisis Skalogram, Indeks
Dari ketersediaan fasilitas pendidikan yang Sentralitas dan Analisis Gravitasi
ada di Kota Bitung pada tahun 2020 berjumlah 276
unit fasilitas pendidikan. Berdasarkan perbandingan Analisis Skalogram
jumlah unit TK, SD, SMP, SMA, SMK eksisting Hasil analisis skalogram yakni analisis
dan jumlah unit sesuai SNI 03-1733-2004, yang hanya melihat dari keberadaan fasilitasnya,
ketersediaan sebagian besar fasilitas pendidikan di kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Bitung
Kota Bitung belum sesuai standar pelayanan dikategorikan ke dalam kelompok-kelompok. Dari
minimal.
22 jenis fasilitas yang didata, jumlah jenis fasilitas
tertinggi yang ada didalam satu kecamatan adalah
Fasilitas Kesehatan
Dari ketersediaan fasilitas kesehatan yang sebanyak 194 jenis fasilitas, sementara yang
ada di Kota Bitung pada tahun 2020 berjumlah 202 terendah adalah 110 jenis fasilitas. Dengan
unit fasilitas kesehatan. Berdasarkan mengenai memperhitungkan selisih antara jumlah fasilitas
perbandingan jumlah fasilitas kesehatan dan jumlah tertinggi dan fasilitas terendah, maka kecamatan
unit sesuai SNI 03-1733-2004, ketersediaan yang ada di Kota Bitung dibagi kepada 4
sebagian besar fasilitas kesehatan di Kota Bitung Hirarki.
sudah memadai hanya untuk fasilitas Posyandu
masih kurang unit pelayanannya.

Fasilitas Peribadatan
Jumlah fasilitas peribadatan di Kota Bitung
yaitu berjumlah 555 unit fasilitas peribadatan. Jenis
sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi
setempat dengan memperhatikan struktur penduduk
menurut agama yang dianut, dan tata cara atau pola
masyarakat setempat.

Fasilitas Perekonomian
Dari ketersediaan fasilitas perekonomian
yang ada di Kota Bitung pada tahun 2020 berjumlah Hirarki I merupakan hirarki kecamatan
11 unit fasilitas perekonomian. dengan tingkat keberadaan fasilitas yang
Fasilitas perekonomian di Kota Bitung tertinggi yakni kecamatan yang memiliki 20 –
sudah melewati standar pelayanan minimal. Fasilitas 22 jenis fasilitas. Kecamatan yang berada di
perekonomian seperti minimarket/swalayan dan Hirarki I yakni Kecamatan Madidir.
pasar dapat menjangkau semua masyarakat di Kota
Bitung karena memiliki skala pelayanan unit Analisis Indeks Sentralitas
kecamatan dan perkotaan (skala pelayanan unit Untuk menentukan kecamatan sebagai
kecamatan ≈ 120.000 penduduk). pusat pelayanan dalam penelitian ini tidak
cukup hanya melihat keberagaman fasilitasnya
Fasilitas Pemerintahan
saja seperti pada analisis skalogram, tetapi juga
Adapun sarana pemerintahan skala
permukiman yang ada di Kota Bitung berupa harus mempertimbangkan frekuensi setiap jenis
kantor kecamatan dan kantor kelurahan, dimana fasilitas tersebut. Tingkat frekuensi fasilitas
setiap kecamatan dan kelurahan masing-masing pada suatu kecamatan mempengaruhi indeks
telah memiliki 1 kantor administrasi sentralitas kecamatan tersebut. Semakin tinggi
pemerintahan. Berdasarkan data fasilitas frekuensinya maka akan semakin besar nilai
pemerintahan pada dapat di ketahui bahwa sentralitasnya dan menjadikan suatu wilayah
persebaran fasilitas pemerintahan di Kota Bitung sebagai pusat pelayanan di perkotaan.
tersebar merata dimana disetiap kecamatan dan Berdasarkan tabel hasil analisis indeks
kelurahan memiliki 1 kantor administrasi sentralitas, kecamatan dengan nilai indeks
pemerintahan dan semuanya terlayani dengan sentralitas marshal terbanyak yaitu Kecamatan
baik.

546
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 17 Nomor 2 MDK Juli 2021 : 541 - 548

Madidir sebesar 427.09 dan terkecil Kecamatan


Lembeh Utara sebesar 119.03.

Berdasarkan tabel diatas hirarki kecamatan


berdasarkan analisis Indeks Sentralitas Marshal, Interaksi wilayah yang terkuat terjadi
Kecamatan Madidir dan Kecamatan Maesa antara wilayah Kecamatan Maesa terhadap
menempati orde/hirarki I dengan jumlah yang berarti Kecamatan Aertembaga dan Madidir dengan
memiliki seluruh fasilitas dengan nilai indeks
sentralitas tertinggi yaitu Kecamatan Madidir
nilai gravitasi berkisar diatas 300.000.000.
sebesar 427.09 dan Kecamatan Maesa sebesar Arah aliran interkasi ini mengartikan
364.98. bahwa, Kecamatan Madidir dan Kecamatan
Maesa merupakan pusat pelayanan wilayah di
Analisis Interaksi Wilayah (Gravitasi) Kota Bitung yang berfungsi sebagai pelayanan
Analisis interaksi atau gravitasi dalam dan penunjang wilayah lainnya.
penelitian ini digunakan untuk menilai kekuatan
hubungan (kedekatan) antara dua kecamatan. Analisis Kesesuaian Pusat Pelayanan Dalam
RTRW Kota Bitung Tahun 2013-2033
Terhadap Kondisi Eksisting

Berdasarkan hasil analisis diperoleh


hasil bahwa hanya terdapat satu kecamatan
berada pada orde/hirarki I (tertinggi) yaitu
Kecamatan Madidir yang memiliki jumlah
fasilitas terbanyak.

Interaksi wilayah yang terkuat terjadi


antara wilayah Kecamatan Madidir terhadap
Kecamatan Maesa dan Girian dengan nilai
gravitasi berkisar diatas 300.000.000.

Agrisosioekonomi:
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 547
Analisis Hirarki Pusat Pelayanan Perkotaan.…....................................(Lalu Patrik, Wieske Rotinsulu, Sherly Jocom)

3. Berdasarkan RTRW Kota Bitung tahun


2013-2033 sudah mengalami perubahan
yang sesuai dengan perkembangan kota
yang dinamis.

Saran

1. Masih kurangnya jumlah fasilitas


pendidikan dan fasilitas kesehatan agar
menjadi perhatian penting bagi pemerintah
Kota Bitung supaya semua masyarakat bisa
terlayani dengan baik sesuai dengan
standarisasi minimal pelayanan
diperkotan.
2. Pengembangan pusat pelayanan wilayah
baru terutama di Kecamatan Lembeh
Selatan sangat disarankan agar proses
pembangunan di Kota Bitung dapat
berlangsung sacara merata serta
mengurangi ketimpangan lokal yang
terjadi di wilayah ini.
3. Dari hasil analisis kesesuaian rencana
Dari hasil perbandingan dapat diketahui sistem pusat pelayanan Kota Bitung
bahwa dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah dalam rencana tata ruang wilayah Kota
(RTRW) Kota Bitung sudah mengalami Bitung Tahun 2013-2033 dengan hasil
perubahan yang sesuai dengan perkembangan analisis sistem pusat pelayanan dalam
kota yang dinamis. penelitian ini dapat di rekomendasikan
untuk dapat diakomodir dalam revisi
rencana tata ruang wilayah Kota Bitung
KESIMPULAN DAN SARAN Tahun 2013-2033.

Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Berdasarkan kesesuaian standarisasi
pelayanan menurut SNI 03-1733-2004
tentang standar pelayanan perkotaan, Daldjoeni. N, 2010. Seluk Beluk Masyarakat
sebagian besar fasilitas pelayanan di Kota Kota: Pusparagam Sosiologi Kota.
Bitung sudah memenuhi standar Bandung.
pelayanan.
2. Berdasarkan hasil analisis skolagram, Ermawati. 2010. Analisis Pusat Pertumbuhan
orde/hirarki I yakni Kecamatan Madidir. Ekonomi Pada Tingkat Kecamatan Di
Berdasarkan analisis indeks sentralitas Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa
marshal, Kecamatan Madidir dan Tengah. Surakarta.
Kecamatan Maesa menempati
orde/hirarki I. Berdasarkan analisis gravitasi Hesty, 2010. Skripsi Analisis Pengembangan
ditemukan tiga wilayah kecamatan yang Kecamatan Kemiling Sebagai Pusat
memiliki nilai interaksi wilayah lemah Perniagaan. Fakultas Ekonomi
terhadap Kecamatan Madidir dan Universitas Lampung, Lampung.
Kecamatan Maesa yang berperan sebagai
pusat pelayanan wilayah.

548
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 17 Nomor 2 MDK Juli 2021 : 541 - 548

Riyadi. 2007. Pengembangan Wilayah Teori


dan konsep Dasar, dalam Pengembangan
Wilayah dan Otonomi Daerah Kajian
Konsep dan Pengembangan. Penerbit
Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi
Pengembangan Wilayah Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Jakarta.

Robinson Tarigan, 2009. Perencanaan


pembangunan wilayah, Edisi Revisi.
Bumi Aksara, Jakarta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif


Kualitatif dan R&D. Bandung; Alfabeta.

Walter Christaller, 1933. Teori Tempat Pusat


(Central PlaceTheory.)

Wansaga Naltri Andre, 2019. Analisis Hirarki


Pusat Kegiatan di Kota Manado.
Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Agrisosioekonomi:
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 549

You might also like