You are on page 1of 10

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi  Volume V No.

2 / Desember 2015

BUREAUCRATIC POLITICAL AND NEUTRALITY OF BUREAUCRACY


IN INDONESIA
Dida Daniarsyah

S3 Public Administration, FISIP, UNPAD, Bandung, Indonesia

ddaniarsyah@yahoo.com

Abstract

As the dynamics of reform that has been rolling since 17 years and in the middle of the bustle of his practice of politics
that characterizes strong legislative role which polarized the pragmatic interests and not ideological polarization, as
well as actor legislators were constrained by the authority which has, of course, to find a way to maintain and develop
the strength that is by cooperating with the bureaucracy. Because the bureaucracy an institution that became the
personification of the state in implementing public policy with another meaning has political aspects of bureaucracy.
then the question arises in such a situation or era, which is more politically dominant influence performance of the
bureaucracy or the bureaucracy of political influence in making policy. And can the bureaucratic positions in political
neutrality. Stronger political domination and condensed to the bureaucracy, especially in policy-making and the
preparation of the state budget do political pressures to executives sometimes make noise in the executive. Nevertheless
bureaucratic politics can play a role as an actor capable of performing bargaining policy implementation as well as the
internal party conflicts. Her other things the Orde Baru regime bureaucracy is very strong because it has executive
authority that has full in the Constitution 45. Different in the present era of President or executive power through the
change of the Constitution has been amended constitution 1945.

Keywords: Politics of Bureaucracy, and Political Dominance

Abstrak
Seiring dinamika reformasi yang telah bergulir sejak 17 tahun lamanya dan di tengah hiruk pikuk-nya praktek
perpolitikan yang mewarnai kuatnya peran legislatif yang terpolarisasi kepada kepentingan pragmatis dan bukan
polarisasi ideologis, serta aktor legislator yang terbatasi dengan otoritas yang dimilikinya, tentunya mencari jalan untuk
mempertahankan dan mengembangankan kekuatan yaitu dengan menggandeng birokrasi. Karena biroksasi merupakan
institusi yang menjadi personifikasi negara dalam melaksanakan kebijakan publik dengan makna lain memiliki aspek
politik birokrasi. maka muncul pertanyaan dalam situasi atau era seperti ini, manakah yang lebih dominan politik
mempengaruhi kinerja birokrasi atau birokrasi yang mempengaruhi politik dalam membuat kebijakan. Dan dapatkah
birokrasi memposisikan dalam netralitas politik. Dominasi politik lebih kuat dan kental kepada birokrasi terutama
dalam pembuatan kebijakan penyusunan anggaran belanja negara dan melakukan tekanan-tekanan politik kepada
eksekutif terkadang membuat kegaduhan dalam eksekutif. Kendati demikian politik birokrasi dapat memainkan
perannya sebagai aktor implementasi kebijakan mampu melakukan bargaining seperti halnya kasus konflik internal
partai. Lain hal nya masa rezim orde baru birokrasi sangat kuat karena memiliki eksekutif yang memiliki kewenangan
penuh/full dalam UUD 45. Berbeda pada era sekarang kekuasaan Presiden atau eksekutif telah diamandemen melalui
perubahan UUD 45.

Kata kunci: Politik Birokrasi dan Dominasi Politik

85
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015

1. Pendahuluan
2. Kajian Pustaka
Pasca era rejecting paradigma dikotomi
politik dan administrasi,beberapa para ahli 2.1. Kajian Teori Politik Birokrasi
administrasi publik salah satunya adalah Nigro Kajian paradigma politik birokrasi dalam
and Nigro dalam Sharma dan Sadana (1960:80) pandangan Graham Allison yang diulas oleh
menjelaskan fakta pejabat publik bertunangan Frederickson dalam bukunya The Public
(engaged) dalam politik. Seperti halnya dalam Administration Theory Primer mengemukakan
pelaksanaan kekuasaan diskresi, pembuatan secara umum teori politik birokrasi adalah teori
pilihan nilai merupakan karakteristik dan yang menjelaskan peran administrasi dan
penambahan fungsi bagi administrator pada birokrasi dalam proses pembuatan kebijakan
birokrasi. Sehingga itulah alasan penting bagi publik sekaligus menolak pandangan dikotomi
mereka bertunangan/berkerjasama dalam administrasi dan politik. Kemunculan politik
politik. Banyaknya partisipasi keterlibatan birokrasi berasumsi dari fakta empiris peran
dalam perumusan kebijakan publik yang sarat dan perilaku politik dalam birokrasi. Teori ini
dengan tindakan politik diasumsikan sebagai dikembangkan dengan suatu sikap sepaham
ruang lingkup aktivitas politik secara luas. dengan pandangan bahwa administrasi tidak
Tidak dipungkiri memang dalam hanya teknis dan aktivitas bebas nilai dan
prakteknya di Indonesia, era reformasi memang terpisah dari politik, dengan makna lain sejalan
merubah pola interaksi kekuasaan dimana dengan pandangan D. Waldo yang mengatakan
dominasi eksekutif rezim orde baru selama 32 bahwa administration is politic.
tahun terhenti dengan menguatnya lembaga Paradigma politik birokrasi menjelaskan
legislatif dan ruang perlawanan publik, seperti bahwa tindakan-tindakan pemerintah
demo warga atau buruh, menguatnya kekuatan merupakan hasil bargaining tawar menawar dan
civil society yang berbasis organisasi kompromi diantara berbagai elemen organisasi
masyarakat atau komunitas tertentu. dalam pemerintah. Hal ini bisa dimaknai bahwa
Seiring dinamika reformasi yang telah birokrasi mempunyai kekuasaan politik. Posisi
bergulir sejak 17 tahun lamanya dan di tengah birokrasi kuat secara politik karena memiliki
hiruk pikuk-nya praktek perpolitikan yang sumber-sumber kekuasaan yang lengkap.
mewarnai kuatnya peran legislatif yang Menurut Guys Peters diungkap ada empat
terpolarisasi kepada kepentingan pragmatis dan sumber kekuasaan penting yang dimiliki
bukan polarisasi ideologis, serta aktor legislator birokrasi yaitu personifikasi negara,
yang terbatasi dengan otoritas yang dimilikinya, penguasaan informasi dan keahlian, decesion
tentunya mencari jalan untuk mempertahankan making, dukungan politik, status sosial yang
dan mengembangankan kekuatan yaitu dengan tinggi dan kelembagaan permanen dan stabil.
menggandeng birokrasi. Karena biroksasi Paradigma politik Allison ini merupakan
merupakan institusi yang menjadi personifikasi model III, dua model sebelumnya menjelaskan
negara dalam melaksanakan kebijakan publik keputusan merupakan produk aktor tunggal dan
dengan makna lain memiliki aspek politik model kedua aktor berproses dalam pembuatan
birokrasi. kebijakan melalui Standard Operating System
Dari fakta tersebut di atas, maka muncul (SOP). Politik birokrasi Allison dibangun
pertanyaan dalam situasi atau era seperti ini, melalui empat proposisi, yaitu: (1)
manakah yang lebih dominan politik pemerintah/eksekutif terdiri atas sejumlah
mempengaruhi kinerja birokrasi atau birokrasi organisasi dan individu yang divergen memiliki
yang mempengaruhi politik dalam membuat tujuan dan agenda masing masing (2) tidak ada
kebijakan. Dan dapatkah birokrasi aktor pemerintah yang dominan dan mampu
memposisikan dalam netralitas politik. bertindak sendiri/dapat bertindak unilateral (3)
86
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume V No. 2 / Desember 2015 JIPSi
Keputusan final adalah sebuah hasil produk dalam yurisdiksinya semua bergabung
atau political resultant atau hasil bergaining untuk menentukan pengaruh politik relatif
dan kompromi dari proses politik (4) terdapat berbagai aktor politik.
perbedaan antara pembuatan kebijakan dan
pelaksanaanya atau penerima keputusan. Penjelasan untuk perilaku politik
Birokrasi publik dalam paradigma ini birokrasi dan birokrat memiliki akar yang kuat
dikategorikan sebagi salah satu aktor yang dalam literatur teori organisasi. Misalnya :
memiliki posisi, memiliki pengaruh, dan 1. Robert Merton (1957) menyatakan bahwa
memiliki cara bermain di dalam proses politik lembaga disusun sebagai birokrasi klasik
formulasi kebijakan. Watak birokrasi politik membentuk kepribadian orang-orang yang
tetap eksis, kenyataan yang bisa diungkap bekerja untuk mereka. Sebuah lingkungan
adalah pada domain formulasi kebijakan birokrasi. Merton berpendapat, orang
dimana birokrasi menjadi kekuatan bergaining ditekan agar sesuai dengan pola-pola
dengan legislatif, misalnya kompromi dan lobi perilaku yang diharapkan untuk mengikuti
anggaran. aturan, menjadi metodis dan rinci.
Salah satu implikasi dari politik 2. William Whyte, Jr, menggemakan tema
birokrasi seperti pada pendapat Allison Model yang sama dalam bukunya Organisasi kerja
III adalah terlalu terbatas dalam cakupan dari Thr. Mach (1956). Penelitian dalam
pada terlalu ambisius. Secara khusus, kerangka perusahaan-perusahaan AS mengadopsi
Allison meninggalkan isu-isu organisasi yang tujuan dari organisasi yang mereka kerjakan
penting,seperti sebagian besar dari studi sebagai milik mereka, untuk
kerangka yang berusaha mensintesis, hampir menggolongkan kepribadian mereka ke
secara eksklusif berfokus pada merek yang dalam lingkungan organisasi yang lebih
eksekutif. besar .
Ada dua dimensi organisasi kunci teori
politik birokrasi : Wilson mengajukan sebuah pertanyaan
1. Berhubungan dengan perilaku. Tujuan yang sama dengan Allison, meskipun itu lebih
utama di sini adalah untuk menjelaskan fokus ke masalah administrasi. Bertanya
mengapa birokrat dan birokrasi melakukan mengapa pemerintah melakukan apa yang
apa yang mereka lakukan. Anggapan umum mereka lakukan, Wilson bertanya mengapa
adalah bahwa birokrasi mengejar misi birokrasi melakukan apa yang mereka lakukan.
publik yang penting dan membuat Wilson berpendapat bahwa birokrat memiliki
kebijakan banyak , namun hanya memiliki kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan
pedoman jelas dari undang-undang. Jika mereka, dan faktor bagaimana kebijakan yang
lembaga-lembaga resmi yang bertanggung dilakukan. Sebelum kontribusi Wilson , banyak
jawab untuk tujuan lembaga-lembaga sarjana telah menegaskan bahwa kebijaksanaan
publik, hanya sebagian menjelaskan apa dalam pengambilan keputusan, pada dasarnya,
yang birokrasi lakukan dan mengapa membuat birokrat menjadi pembuat kebijakan,
mereka melakukannya. dan birokrasi menjadi aktor politik.
2. Berkaitan dengan struktur kelembagaan dan Wilson menyimpulkan bahwa birokrasi
distribusi kekuasaan. Tujuan utama di sini yang sukses adalah di mana eksekutif telah
adalah untuk memahami bagaimana jalur menjalankan misi dengan baik,
resmi birokrasi kewenangannya mengidentifikasi tugas-tugas yang harus
berhubungan ke lembaga lain, dan dicapai untuk memenuhi misi, wewenang
program-program kebijakan ditempatkan didistribusikan dalam organisasi sesuai dengan

87
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015

tugas-tugas, dan memberikan bawahan pengambilan keputusan administrasi, ini


(terutama operator) dengan cukup otonomi sejalan dengan pendekatan teoriadministrasi
untuk mencapai tugas di tangan,urutan cukup publik yang modern, karena dikotomi
tinggi mengingat lingkungan kompleks politikpemerintahan adalah kebutuhan primer
lembaga-lembaga publik. Argumen Wilson dalam teori kontrol birokrasi.
menunjukkan bahwa lembaga diberikan tujuan Politik birokrasi dalam perumusan
yang jelas dan tingkat otonomi yang lebih kebijakan, juga di kemukakan oleh Woodrow
tinggi mungkin berhasil dalam mencapai tujuan Wilson dengan teori manajemen kebijakan,
tersebut. Namun, seperti Wilson mengakui, beliau mengatakan bahwa politik sebagai
sulit untuk melihat bagaimana tujuan yang jelas bagian dari kontrol birokrasi kebijakan tidak
dapat secara rutin diproduksi sebagai produk bisa dipisahkan secara eksistensi, peryataan
akhir dari proses demokrasi, Jika administrasi tersebut menjelaskan bahwa politik dalam
pemerintahan diberikan tingkat otonomi yang birokrasi secara bersama-sama sejalan dan
lebih besar, dan jika lebih jelas tujuan seni atau tidak ada batasan wilayah khusus.
datang dari demokrasi lembaga pemerintahan, Namun demikian menurut Frederick,
kemungkinan hasilnya adalah pengalihan sangatlah keliru jika ada yang menganggap
meningkatnya jumlah tenaga kebijakan ke bahwa dalam merumuskan kebijakan
birokrasi. Dalam seruannya untuk misi lebih administrasi, tindakan politik tidak berjalan
jelas dan sentralisasi IESS di birokrasi publik. bersama dalam merumuskan langkah kebijakan,
Argumen Wilson akhirnya preskriptif. hanya saja dalam pengembangan teori politik
Reorganisasi melalui deregulasi. Namun, birokrasi lebih diposisikan secara non formal
ternyata menjadi perpanjangan dari politik karena dikotomi/pemisahan tidak dapat dilihat
birokrasi daripada cara untuk menyalurkannya sebagai bentuk pemisahan tindakan dalam
menuju tujuan universal diinginkan. Organisasi menjalankan birokrasi.
membantu menentukan tidak hanya bagaimana Mustopadjijaja mengemukakan
birokrasi dan birokrat berperilaku, tetapi juga keberhasilan politik dalam birokrasi ditentukan
bagaimana kekuasaan dan pengaruh yang oleh banyak faktor, Salah satu faktor yang
didistribusikan di antara berbagai aktor dalam dominan dikemukakan saat ini adalah
sistem politik. “Reformasi birokrasi”, dalam artian setiap
Dalam penjelasan Teori Kontrol Birokrasi permsalahan birokrasi memerlukan nilai
menurut pemahaman George Frederickson, pengabdian aparatur negara maupun warga
“kekuasaan politik untuk birokrasi adalah negara dalam mewujudkan clean government
langkah kontrol dalam pembuatan kebijakan dan good governance. Dalam
pemerintah, yang dalam praktek birokrasi mengaktualisasikan dan membumikan berbagai
membatasi tindakan politik hanya dalam dimensi nilai yang terkandung dalam konstitusi
kegiatan administrasi pemerintahan saja”. negara kita, sesuai posisi dan peran
Kehadiran politik dalam birokrasi masing-masing dalam negara dan
memperlihatkan bahwa seorang administrator bermasyarakat bangsa.
dalam perumusan kebijakan pemerintah Lebih lanjut Mustopadjijaja menyatakan,
mengedepankan arah pemikiran politik yang reformasi birokrasi secara konseptual
komprehensif. membatasi dirinya dengan politik dalam
Teori kontrol politik birokrasi lingkup urusan-urusan publik yang ditangani
merupakan titik sentral (penting)dan harus birokrasi,dan secara aktual interaksi politik
dipahami sebagai bagian dari pelaksanaan birokrasi dikedepankan dalam urusan atau
administrasi publik. Kehadiran politik dalam hubungan dengan dalam lembaga-lembaga
tindakan birokrasi dianggap sebagai titik awal yang ada dalam masyarakat dan dunia usaha.

88
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume V No. 2 / Desember 2015 JIPSi
Dalam hubungan “interaksi dengan publik - George Frederickson : Politik dan
utamanya dalam pelayanan publik” itulah bisa administrasi merupakan distribusi nilai
berkembang pada kedua pihak, dalam dan antar (aplikasi moral) dalam perumusan
birokrasi, dunia usaha, dan masyarakat. kebijakan birokrasi.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara - Mustopadidjaja : Lemahnya moralitas
persepektif Frederickson dan Mustopadijaja. penyelenggara kebijakan dapat
Persamannya antara lain: menghambat tercapainya pemerintahan
1. Menekankan bahwa politik bagian dari yang baik.
kebijakan birokrasi Dari kedua pendekatan atau pendapat
2. Politik dan birokrasi seiring dan sejalan diatas, ada sebuah kesepahaman bahwa dalam
dalam menentukan keberhasilan birokrasi, politik cenderung dominan
penyelenggara pemerintahan. mempengaruhi sebuah keputusan birokrasi.
3. Dikotomi politikpemerintahan Oleh karena itu politik dan kontrol birokrasi
adalahkebutuhan dasar dari pelaku birokrasi dapat dipadukan dalam konsep bernegara. Ada
pemerintahan. kekuatan yang mengikat antara realisasi
kebijakan dengan tindakan politik yang diambil
Sedangkan Perbedaanya antara lain: oleh birokrat di dalam pemerintahan.
Pertama, Politik sebagai kontrol birokrasi
- George Frederickson: Fokus pada politik hendaknya dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai
untuk birokrasi (seharusnya), artinya politik moral dalam cara pandang negarawan sehingga
birokrasi dipraktekan dalam proses perilaku penyelenggara Negara tidak
perumusan kebijakan pemerintah dan tidak mementingkan kepentingan pribadi atau
sampai pada tahap pelaksanaan kebijakan. golongan masyarakat tertentu. Birokrasi yang
- Mustopadidjaja: Fokus pada birokrasi yang kuat adalah birokrasi yang mampu
didominasi oleh politik (kepentingan menempatkan politik sebagai kekuatan utama
tertentu) artinya proses politik birokrasi mensejahtrakan masyarakat, sehingga politik
terjadi lebih luas tidak hanya pada proses dalam kontrol birokrasi bukan sebuah upaya
perumusan kebijakan namun lebih kepentingan pribadi atau golongan tertentu,
ditekankan pada proses mengedepankan kepentingan umum daripada
implementasi/pelaksanaan kebiijakan. kepentingan pribadi/kelompok secara nyata dan
bertangung jawab. Bersama tetapi tidak bersatu,
Kedua, berantara tetapi tidak berpisah.
- George Frederickson: Kekuasaan birokrasi
dalam pembuatan kebijakan, atau dengan 2.2. Rejim dan Kebijakan terhadap
kata laincara, yaitu tidak adanya kontrol Birokrasi
politik dalam birokrasi (dengan kata lain ia
menekankan bahwa, kekuasaan politik Evaluasi terhadap peran dan kedudukan
harus lebih kuat dalam mengontrol birokrasi masa orde lama menginspirasi rejim
perumusan kebijakan dalam birokrasi). orde baru untuk menposisikan birokrasi pada
- Mustopadidjaja: Kekuasaan politik dalam kedudukan yang netral. Adapun peran birokrasi
pembuatan kebijakan saat ini lebih masa orde lama antara lain terjebaknya
menonjolpada tahap penyelenggaraan birokrasi pada pengotak-ngotakan dukungan
pemerintahan (di birokrasi). politik. Ketika itu para pegawai negeri diberi
kebebasan untuk menjadi anggota dan aktif di
Ketiga, dalam partai politik. Kebijakan demikian
didasari oleh pertimbangan, bahwa
89
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015

sebagaimana warga negara yang lain pegawai Rejim orde baru pada akhirnya sama
negeripun memiliki hak-hak politik yang harus seperti rejim orde lama tidak mampu
dijamin. Tetapi konsekuensinya, birokrasi tidak memposisikan netralitas birokrasi sebagai
lepas dari kepentingan partai-partai politik. Hal pelayan bagi kepentingan publik, bahkan orde
demikian memiliki implikasi terhadap kinerja baru memperparah kondisi birokrasi dalam
birokrasi yang bekerja tidak efesien dan tidak demokrasi yang semu. Birokrasi dijadikan
efektif dan juga sarat dengan kepentingan sebagai alat oleh pengguasa untuk menggalang
partai-partai politik ketika birokrasi terlibat di baik dukungan politik maupun biaya atau dana
dalam proses pembuatan dan implementasi politik dari anggaran belanja negara yang
keputusan-keputusan publik. Misalnya,
disisihkan untuk dialirkan kepada Golkar
Departemen Dalam Negeri dan Departemen
dalam rangka mempertahankan kekuasaan
Penerangan di dominasi oleh pendukung PNI.
melalui pemilu.
Sementara itu Departemen Agama diisi oleh
pendukung Partai Masyumi dan NU. Orde baru tumbang lahir orde reformasi,
Rejim orde baru berpandangan bahwa salah satu agenda penting yang dilakukan
aparat birokrasi itu harus netral secara politik. adalah mencegah birokrasi menjadi partisan
Para penguasa orde baru berpikiran, agar bisa politik, menghindarkan dari penyalahgunaan
bekerja lebih baik, lembaga ini harus kekuasaan (a buse of power). Derajat
dihindarkan dari keanggotaan dalam pelarangan pegawai dilarang terlibat dalam
mendukung salah satu partai politik. Pandangan kampanye dan aktif mendukung partai politik
ini diwujudkan melalui dua kebijakan politik dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor
mengenai birokrasi, yaitu: 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok
1. Kepmendagri Nomor 12 Tahun 1969 Kepegawaian. Bahkan kepada TNI-Polri
tentang pelarang pegawai dalam negeri dari dilarang menggunakan hak pilihnya dimulai
Pusat sampai daerah terlibat aktif dalam pada pemilu 1999.
partai politik
2. PP Nomor 6 Tahun 1970 tentang kewajiban 2.3. Rawannya Birokrasi dalam pusaran
Pegawai Negeri memiliki monoloyalitas Kekuasan/Politik
kepada Pemerintah. Birokrasi itu sesungguhnya memegang dan
Pada kenyataannya kebijakan yang menggunakan kekuasaan politik. Dengan
ditetapkan oleh rejim orde baru bertolak begitu, mereka yang berupaya untuk
belakang dengan keinginan untuk memahami lembaga-lembaga publik tidak bisa
menempatkan birokrasi di wilayah yang netral. hanya mengukir administrasi dari politik dan
Hal ini dibuktikan dengan keharusan pegawai kemudian meninggalkan kompleksitas dari
menjadi anggota Golongan Karya (Golkar) dan teori politik. Jika birokrasi membantu untuk
Golkar menjadi organisasi politik penopang menentukan kehendak negara, maka tidak bisa
rejim orde baru. Walaupun berargumentasi dipungkiri bahwa mereka merupakan lembaga
bahwa golkar adalah sebuah organisasi politik juga.
kekaryaan yang pada saat kelahirannya
Tiga hal kerawanan ketika birokrasi
didirikan oleh militer dan organisasi kekaryaan.
terlibat dalam politik.
Akan tetapi, pada prakteknya ikut terlibat
1. Munculnya intervensi politik dalam
dalam konstruksi perpolitikan saat itu dan
penempatan jabatan-jabatan Birokrasi.
berpartisipasi dalam pemilu serta menjalankan Masuknya intervensi politik bisa merusak
fungsi fungsi partai politik untuk sistem karier dan rekrutmen karena didasari
mempertahankan kekuasaan melalui pemilu. relasi politik. Seharusnya didasari dengan
90
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume V No. 2 / Desember 2015 JIPSi
sistem merit dan impersonal. merupakan powerless apparatus (aparat
2. Ketika birokrat berpolitik, dikhawatirkan berdaya) dan devoid of self-interst or power
adanya penyalahgunaan wewenang atas (Tanpa interest diri atau kekuasaan).
sumber-sumber keuangan dan fasilitas Senada dengan teori Rigss, Guy Peters
publik yang digunakan oleh birokrat untuk dan John Pierre (2004) mengemukakan
mendukung afiliasi politiknya. teorinya tentang politization of the civil service.
3. Keterlibatan birokrasi di dalam politik juga Dalam pengertian yang sangat dasar kedua
dikhawatirkan membuat terjadinya orang itu memaknai politization of the civil
pemihakan-pemihakan kepada kelompok service sebagai the substitution of political
tertentu, yaitu kelompok-kelompok yang creteria for merit-based criteria in the selection,
sealiran politik dengan para birokrat itu. retention, promotion, rewards, and disciplining
Hal ini, tidak lepas dari fakta bahwa of members of the public service. Pemahaman
birokrasi itu memiliki otoritas dalam yang sama dikemukakan oleh Peters dan Pierre
mengalokasikan dan mendistribusikan memahami fenomena birokrasi dengan a
sumber-sumber yang dimilikinya. Apabila political creation dan tidak lepas dari masalah
hal ini terjadi, bisa mereduksi posisi politik. Dan tidak lepas dari struktur birokrasi
birokrasi sebagai lembaga publik menjadi yang diperuntukkan sebagai pelayanan publik.
lembaga yang lebih menguntungkan Di sini birokrasi memegang peran yang sangat
sebagian kelompok masyarakat. penting untuk menentukan who gets what dari
sektor publik yang ada, karena otoritas atas
3. Pembahasan sumber sumber, baik yang berbentuk barang
3.1. Realitas Birokrasi Tidak Netral maupun jasa publik, yang dialokasikan dan
Terdapat kasus yang dapat dijadikan didistribusikan kepada publik.
beberapa contoh pada prakteknya sering
ditemukan pegawai atau birokrasi yang tidak 3.2. Praktek Dominasi Politik terhadap
netral. Seperti pergantian pejabat eselon I dan Birokrasi dan Birokrasi terhadap
II yang memiliki afiliasi atau mencari afiliasi politik di Indonesia
politik kepada Menteri. Dalam penganggaran
disisipkan kegiatan yang membawa misi dari Menurut Miftah Toha (2003)
parpol dimana Menteri tersebut bernaung. Di mengemukakan Birokrasi di Indonesia dalam
daerah lebih kentara lagi dimana pegawai yang hal ini Pemerintah yang acapkali disebut
sudah lama bekerja dengan incumbent berusaha sebagai kerajaan pejabat (officialdom) pada
mendukug walaupun tidak terang-terangan hakekatnya memamerkan kekuasaan yang
kepada pejabat incumbent agar bisa disusun secara hierarki, artinya tidak ada lagi
mendapatkan jabatan. organisasi lainnya yang menandingi kekuasaan
Etzioni,(1985;Peters,1992;Riggs,1991)me yang tumbuh dan berkembang pada pemerintah.
nyampaikan titik tolak dari pandangan bahwa Tumbuh kembangnya birokrasi dipengaruhi
birokrasi tidak bisa lepas dari politik adalah oleh kondisi perpolitikan nasional. Politik dan
bahwa dalam memahami pemerintahan kita birokrasi pemerintah keduanya berbeda akan
tidak bisa memisahkan masalah politik dari tetapi tidak bisa dipisahkan. Kehadiran politik
masalah administrasi. Riggs memperkuat dalam birokrasi tidak bisa dihindari. Oleh
dengan argumentasi bahwa orang yang karena itu perlu kelembagaan politik dalam
berpikiran bahwa birokrasi itu netral secara birokrasi. Dalam birokrasi pemerintah tidak
politik sama saja berpandangan bahwa mungkin hanya didominasi oleh para birokrat
orang-orang yang ada di dalam birokrasi itu tanpa memberikan kesempatan hadirnya
institusi politik. Dalam perkembangannya
91
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015

dominasi politik pasca reformasi terhadap kerangka teorinya adalah mempertimbangkan


birokrasi atau pemerintah begitu kuat. Hal ini, apapun fakta dalam kehidupan politik. Teori
dilalui dengan amandemen UUD 45 sampai 4 administrasi publik, dengan kata lain, harus
kali kebijakan ini membuktikan pelucutan berupa teori politik. Teori politik birokratik
kekuasaan eksekutif oleh legislatif dengan dibuat dengan tujuan dan pencapaian goal ini
alasan traumatik pasca rezim otoriter Orde adalah aktivitas menguntungkan bagi peneliti
Baru. Pembahasan anggaran sampai ke level administrasi publik.
satuan-3 yang sangat teknis oleh legislatif bukti Teori politik birokrasi memberikan
lemahnya birokrasi terhadap kekuasaan politik. peramalan bahwa dalam situasi dan kondisi
Padahal sesungguhnya keahlian dan perumusan apapun birokrasi akan selalu bersinggungan
kebijakan, birokrasi lebih memahami dan dengan politik walupun pada level yang
menjiwai. Melalu partai politik berbeda. Karena pada satu sisi birokrasi
berlomba-lomba menitipkan proyek kepada menjadi instrumen bagi pemerintah dalam
anggota anggota fraksi dalam pembahasan melaksanakan kebijakan dari hasil produk
anggaran. Penerbitan Undang-Undang Nomor politik. Di sisi lain birokrasi merupakan watak
5 Tahun 2014 yang telah mengatur Pejabat dan perilaku yang memiliki hasrat atau rasional
Pembina Kepegawaian menjadi kewenangan dan irrasional untuk memegang kekuasaan
Pejabat Politik, pemberian pengaruh mengenai dalam memainkan perannya melakukan tugas
misi kekuasaan partai kepada komunitas jabatan.
dibalut nuansa agama dimana dalam komunitas Birokrasi pemerintah tidak bisa lepas dari
tersebut PNS menjadi salahsatu anggotanya. proses dan kegiatan politik. Pada setiap
Pejabat Pemerintah yang diusung oleh Partai gugusan masyarakat yang membentuk suatu
Politik menjanjikan mahar atau maskawin tatanan pemerintahan tidak bisa lepaskan dari
politik dalam penyusunan program dan aspek politik ini. Politik sebagaimana kita
kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. ketahui bersama terdiri dari orang-orang yang
Praktek birokrasi pemerintah dijelaskan berperilaku dan bertindak politik (consists of
Miftah Toha (2003) hampir semua masyarakat people acting politically) yang diorganisasikan
negara dimanapun di dunia ini semua orang secara politik oleh kelompok-kelompok
memandang bahwa tindakan pemerintah yang kepentingan dan berusaha mencoba
dijalankan melalui mesin birokrasinya mempengaruhi pemerintah untuk mengambil
merupakan cara terbaik menciptakan otorisasi dan melaksanakan suatu kebijakan dan
dan menetapkan peraturan yang mengikat tindakan yang bisa mengangkat
semua pihak. Birokrasi pemerintah merupakan kepentingannya. Kelompok masyarakat itu
institusi yang bisa memberikan peran politik mempunyai kepentingan yang diperjuangkan
dalam memecahkan konflik politik yang timbul agar pemerintah terpengaruh. Birokrasi
di antara orang dan kelompok orang-orang. pemerintah langsung atapun tidak langsung
Contoh konflik yang terjadi pada perpecahan akan selalu berhubungan dengan
partai politik yang “disokong rezim berkuasa” kelompok-kelompok kepentingan dalam
untuk membuat instabilitas partai sehingga masyarakat.
kekuatan partai akan terbelah dan terpecah Tidak akan mungkin memisahkan
untuk mendukung dan menambah mulusnya birokrasi dari pengaruh politik atau sistem
langkah kebijakan pemerintah karena lemahnya perpolitikan dalam suatu negara. Netralitas
partai yang sedang berkonflik. akan teruji manakala ditopang oleh perubahan
budaya organisasi dan perilaku kerja yang
4. Kesimpulan memiliki ideologi dalam persepktif
Nasionalisme, Sosialisme, Justice dan
Birokrasi adalah institusi politik dan
92
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume V No. 2 / Desember 2015 JIPSi
Humanisme. Pendapat lain dikemukakan oleh Presiden atau eksekituf telah diamanden
Miftah Toha bahwa netralitas birokrasi pada melalui perubahan UUD 45.
hakikatnya adalah suatu sistem di mana
birokrasi tidak akan berubah dalam
memberikan pelayanan kepada masternya (dari DAFTAR PUSTAKA
parpol yang memerintah), biar pun masternya
B. Guy Peters, The Politics of Bureaucracy,
berganti dengan master yang lain. Ketika
2001, 5th Ed., London : Routledge.
terjadi pergantian penguasa di dalam
Dedy H, New Public Management dan Politik
pemerintahan, hal ini tidak akan mengganggu
Birokrasi dalam Reformasi Birokrasi di
kerja birokrasi yang memberikan pelayanan
Indonesia, Jurnal Administrasi Publik dan
kepada publik. Birokrasi akan bekerja secara
pembangunan, vol 4, No.2 Juli-Desember
profesional sesuai dengan kapasitas dan
2013.
otoritas yang dimilikinya.
Frederickson, H. Gorge and Kevin B Smith,
Pada kenyataannya karena manusia
2003, The Public Administration Theory
makhluk sosial politik dalam kondisi dan
Primer. United Kingdom: Wetsview
situasi apapun tidak akan pernah bisa terpisah
Press.
dari hasrat berkuasa atau terlibat pada
Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia,
kekuasaan. Penting dikendalikan hasrat
2010, Jakarta : Kencana Media Grup,
tersebut dalam birokrasi yaitu pada tataran
Mansyur Achmad, 2010, Teori-Teori Mutakhir
keterlibatan birokrasi dalam kesepahaman
Administrasi Publik, Yogjakarta :
politik pada masalah masalah kebangsaan
Rangkang Education.
keadilan dan kesejahteraan. Tidak terjebak pada
Mustopadidjaja AR, 2003, Pengendalian
politik praktis yang akan mendukung dan
Birokrasi dalam Politik Penyelenggaran
memenangkan salah satu partai politik.
Pemerintahan RI,
Ada dua aspek masalah birokrasi politik,
Sharma dan Sadana, 1960, Public
yaitu pertama adanya intervensi partai politik
Administration in Theory and Practice:
dalam manajemen publik seperti rekrutmen
New Delhi: Kitabmahal
pejabat, penganggaran. Kedua penggunaan aset
Thoha, Miftah, 2003. Birokrasi dan politik di
aset infrastruktur birokrasi untuk kepentingan
Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo
kelompok politik teruatama partai pengusung
Persada
pejabat politik.
Jadi dugaan saat ini dominasi politik lebih
kuat dan kental kepada birokrasi terutama
dalam pembuatan kebijakan penyusunan
anggaran belanja negara dan melakukan
tekanan-tekanan politik kepada eksekutif
terkadang membuat kegaduhan dalam eksekutif.
Kendati demikian politik birokrasi dapat
memainkan perannya sebagai aktor
implementasi kebijakan mampu melakukan
bargaining seperti halnya kasus konflik internal
partai. Lain hal nya masa rezim orde baru
birokrasi sangat kuat karena memiliki eksekutif
yang memiliki kewenangan penuh/full dalam
UUD 45. Berbeda pada era sekarang kekuasaan

93
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015

94

You might also like