Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Ilmu Politik
Jurnal Ilmu Politik
2 / Desember 2015
ddaniarsyah@yahoo.com
Abstract
As the dynamics of reform that has been rolling since 17 years and in the middle of the bustle of his practice of politics
that characterizes strong legislative role which polarized the pragmatic interests and not ideological polarization, as
well as actor legislators were constrained by the authority which has, of course, to find a way to maintain and develop
the strength that is by cooperating with the bureaucracy. Because the bureaucracy an institution that became the
personification of the state in implementing public policy with another meaning has political aspects of bureaucracy.
then the question arises in such a situation or era, which is more politically dominant influence performance of the
bureaucracy or the bureaucracy of political influence in making policy. And can the bureaucratic positions in political
neutrality. Stronger political domination and condensed to the bureaucracy, especially in policy-making and the
preparation of the state budget do political pressures to executives sometimes make noise in the executive. Nevertheless
bureaucratic politics can play a role as an actor capable of performing bargaining policy implementation as well as the
internal party conflicts. Her other things the Orde Baru regime bureaucracy is very strong because it has executive
authority that has full in the Constitution 45. Different in the present era of President or executive power through the
change of the Constitution has been amended constitution 1945.
Abstrak
Seiring dinamika reformasi yang telah bergulir sejak 17 tahun lamanya dan di tengah hiruk pikuk-nya praktek
perpolitikan yang mewarnai kuatnya peran legislatif yang terpolarisasi kepada kepentingan pragmatis dan bukan
polarisasi ideologis, serta aktor legislator yang terbatasi dengan otoritas yang dimilikinya, tentunya mencari jalan untuk
mempertahankan dan mengembangankan kekuatan yaitu dengan menggandeng birokrasi. Karena biroksasi merupakan
institusi yang menjadi personifikasi negara dalam melaksanakan kebijakan publik dengan makna lain memiliki aspek
politik birokrasi. maka muncul pertanyaan dalam situasi atau era seperti ini, manakah yang lebih dominan politik
mempengaruhi kinerja birokrasi atau birokrasi yang mempengaruhi politik dalam membuat kebijakan. Dan dapatkah
birokrasi memposisikan dalam netralitas politik. Dominasi politik lebih kuat dan kental kepada birokrasi terutama
dalam pembuatan kebijakan penyusunan anggaran belanja negara dan melakukan tekanan-tekanan politik kepada
eksekutif terkadang membuat kegaduhan dalam eksekutif. Kendati demikian politik birokrasi dapat memainkan
perannya sebagai aktor implementasi kebijakan mampu melakukan bargaining seperti halnya kasus konflik internal
partai. Lain hal nya masa rezim orde baru birokrasi sangat kuat karena memiliki eksekutif yang memiliki kewenangan
penuh/full dalam UUD 45. Berbeda pada era sekarang kekuasaan Presiden atau eksekutif telah diamandemen melalui
perubahan UUD 45.
85
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015
1. Pendahuluan
2. Kajian Pustaka
Pasca era rejecting paradigma dikotomi
politik dan administrasi,beberapa para ahli 2.1. Kajian Teori Politik Birokrasi
administrasi publik salah satunya adalah Nigro Kajian paradigma politik birokrasi dalam
and Nigro dalam Sharma dan Sadana (1960:80) pandangan Graham Allison yang diulas oleh
menjelaskan fakta pejabat publik bertunangan Frederickson dalam bukunya The Public
(engaged) dalam politik. Seperti halnya dalam Administration Theory Primer mengemukakan
pelaksanaan kekuasaan diskresi, pembuatan secara umum teori politik birokrasi adalah teori
pilihan nilai merupakan karakteristik dan yang menjelaskan peran administrasi dan
penambahan fungsi bagi administrator pada birokrasi dalam proses pembuatan kebijakan
birokrasi. Sehingga itulah alasan penting bagi publik sekaligus menolak pandangan dikotomi
mereka bertunangan/berkerjasama dalam administrasi dan politik. Kemunculan politik
politik. Banyaknya partisipasi keterlibatan birokrasi berasumsi dari fakta empiris peran
dalam perumusan kebijakan publik yang sarat dan perilaku politik dalam birokrasi. Teori ini
dengan tindakan politik diasumsikan sebagai dikembangkan dengan suatu sikap sepaham
ruang lingkup aktivitas politik secara luas. dengan pandangan bahwa administrasi tidak
Tidak dipungkiri memang dalam hanya teknis dan aktivitas bebas nilai dan
prakteknya di Indonesia, era reformasi memang terpisah dari politik, dengan makna lain sejalan
merubah pola interaksi kekuasaan dimana dengan pandangan D. Waldo yang mengatakan
dominasi eksekutif rezim orde baru selama 32 bahwa administration is politic.
tahun terhenti dengan menguatnya lembaga Paradigma politik birokrasi menjelaskan
legislatif dan ruang perlawanan publik, seperti bahwa tindakan-tindakan pemerintah
demo warga atau buruh, menguatnya kekuatan merupakan hasil bargaining tawar menawar dan
civil society yang berbasis organisasi kompromi diantara berbagai elemen organisasi
masyarakat atau komunitas tertentu. dalam pemerintah. Hal ini bisa dimaknai bahwa
Seiring dinamika reformasi yang telah birokrasi mempunyai kekuasaan politik. Posisi
bergulir sejak 17 tahun lamanya dan di tengah birokrasi kuat secara politik karena memiliki
hiruk pikuk-nya praktek perpolitikan yang sumber-sumber kekuasaan yang lengkap.
mewarnai kuatnya peran legislatif yang Menurut Guys Peters diungkap ada empat
terpolarisasi kepada kepentingan pragmatis dan sumber kekuasaan penting yang dimiliki
bukan polarisasi ideologis, serta aktor legislator birokrasi yaitu personifikasi negara,
yang terbatasi dengan otoritas yang dimilikinya, penguasaan informasi dan keahlian, decesion
tentunya mencari jalan untuk mempertahankan making, dukungan politik, status sosial yang
dan mengembangankan kekuatan yaitu dengan tinggi dan kelembagaan permanen dan stabil.
menggandeng birokrasi. Karena biroksasi Paradigma politik Allison ini merupakan
merupakan institusi yang menjadi personifikasi model III, dua model sebelumnya menjelaskan
negara dalam melaksanakan kebijakan publik keputusan merupakan produk aktor tunggal dan
dengan makna lain memiliki aspek politik model kedua aktor berproses dalam pembuatan
birokrasi. kebijakan melalui Standard Operating System
Dari fakta tersebut di atas, maka muncul (SOP). Politik birokrasi Allison dibangun
pertanyaan dalam situasi atau era seperti ini, melalui empat proposisi, yaitu: (1)
manakah yang lebih dominan politik pemerintah/eksekutif terdiri atas sejumlah
mempengaruhi kinerja birokrasi atau birokrasi organisasi dan individu yang divergen memiliki
yang mempengaruhi politik dalam membuat tujuan dan agenda masing masing (2) tidak ada
kebijakan. Dan dapatkah birokrasi aktor pemerintah yang dominan dan mampu
memposisikan dalam netralitas politik. bertindak sendiri/dapat bertindak unilateral (3)
86
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume V No. 2 / Desember 2015 JIPSi
Keputusan final adalah sebuah hasil produk dalam yurisdiksinya semua bergabung
atau political resultant atau hasil bergaining untuk menentukan pengaruh politik relatif
dan kompromi dari proses politik (4) terdapat berbagai aktor politik.
perbedaan antara pembuatan kebijakan dan
pelaksanaanya atau penerima keputusan. Penjelasan untuk perilaku politik
Birokrasi publik dalam paradigma ini birokrasi dan birokrat memiliki akar yang kuat
dikategorikan sebagi salah satu aktor yang dalam literatur teori organisasi. Misalnya :
memiliki posisi, memiliki pengaruh, dan 1. Robert Merton (1957) menyatakan bahwa
memiliki cara bermain di dalam proses politik lembaga disusun sebagai birokrasi klasik
formulasi kebijakan. Watak birokrasi politik membentuk kepribadian orang-orang yang
tetap eksis, kenyataan yang bisa diungkap bekerja untuk mereka. Sebuah lingkungan
adalah pada domain formulasi kebijakan birokrasi. Merton berpendapat, orang
dimana birokrasi menjadi kekuatan bergaining ditekan agar sesuai dengan pola-pola
dengan legislatif, misalnya kompromi dan lobi perilaku yang diharapkan untuk mengikuti
anggaran. aturan, menjadi metodis dan rinci.
Salah satu implikasi dari politik 2. William Whyte, Jr, menggemakan tema
birokrasi seperti pada pendapat Allison Model yang sama dalam bukunya Organisasi kerja
III adalah terlalu terbatas dalam cakupan dari Thr. Mach (1956). Penelitian dalam
pada terlalu ambisius. Secara khusus, kerangka perusahaan-perusahaan AS mengadopsi
Allison meninggalkan isu-isu organisasi yang tujuan dari organisasi yang mereka kerjakan
penting,seperti sebagian besar dari studi sebagai milik mereka, untuk
kerangka yang berusaha mensintesis, hampir menggolongkan kepribadian mereka ke
secara eksklusif berfokus pada merek yang dalam lingkungan organisasi yang lebih
eksekutif. besar .
Ada dua dimensi organisasi kunci teori
politik birokrasi : Wilson mengajukan sebuah pertanyaan
1. Berhubungan dengan perilaku. Tujuan yang sama dengan Allison, meskipun itu lebih
utama di sini adalah untuk menjelaskan fokus ke masalah administrasi. Bertanya
mengapa birokrat dan birokrasi melakukan mengapa pemerintah melakukan apa yang
apa yang mereka lakukan. Anggapan umum mereka lakukan, Wilson bertanya mengapa
adalah bahwa birokrasi mengejar misi birokrasi melakukan apa yang mereka lakukan.
publik yang penting dan membuat Wilson berpendapat bahwa birokrat memiliki
kebijakan banyak , namun hanya memiliki kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan
pedoman jelas dari undang-undang. Jika mereka, dan faktor bagaimana kebijakan yang
lembaga-lembaga resmi yang bertanggung dilakukan. Sebelum kontribusi Wilson , banyak
jawab untuk tujuan lembaga-lembaga sarjana telah menegaskan bahwa kebijaksanaan
publik, hanya sebagian menjelaskan apa dalam pengambilan keputusan, pada dasarnya,
yang birokrasi lakukan dan mengapa membuat birokrat menjadi pembuat kebijakan,
mereka melakukannya. dan birokrasi menjadi aktor politik.
2. Berkaitan dengan struktur kelembagaan dan Wilson menyimpulkan bahwa birokrasi
distribusi kekuasaan. Tujuan utama di sini yang sukses adalah di mana eksekutif telah
adalah untuk memahami bagaimana jalur menjalankan misi dengan baik,
resmi birokrasi kewenangannya mengidentifikasi tugas-tugas yang harus
berhubungan ke lembaga lain, dan dicapai untuk memenuhi misi, wewenang
program-program kebijakan ditempatkan didistribusikan dalam organisasi sesuai dengan
87
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015
88
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume V No. 2 / Desember 2015 JIPSi
Dalam hubungan “interaksi dengan publik - George Frederickson : Politik dan
utamanya dalam pelayanan publik” itulah bisa administrasi merupakan distribusi nilai
berkembang pada kedua pihak, dalam dan antar (aplikasi moral) dalam perumusan
birokrasi, dunia usaha, dan masyarakat. kebijakan birokrasi.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara - Mustopadidjaja : Lemahnya moralitas
persepektif Frederickson dan Mustopadijaja. penyelenggara kebijakan dapat
Persamannya antara lain: menghambat tercapainya pemerintahan
1. Menekankan bahwa politik bagian dari yang baik.
kebijakan birokrasi Dari kedua pendekatan atau pendapat
2. Politik dan birokrasi seiring dan sejalan diatas, ada sebuah kesepahaman bahwa dalam
dalam menentukan keberhasilan birokrasi, politik cenderung dominan
penyelenggara pemerintahan. mempengaruhi sebuah keputusan birokrasi.
3. Dikotomi politikpemerintahan Oleh karena itu politik dan kontrol birokrasi
adalahkebutuhan dasar dari pelaku birokrasi dapat dipadukan dalam konsep bernegara. Ada
pemerintahan. kekuatan yang mengikat antara realisasi
kebijakan dengan tindakan politik yang diambil
Sedangkan Perbedaanya antara lain: oleh birokrat di dalam pemerintahan.
Pertama, Politik sebagai kontrol birokrasi
- George Frederickson: Fokus pada politik hendaknya dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai
untuk birokrasi (seharusnya), artinya politik moral dalam cara pandang negarawan sehingga
birokrasi dipraktekan dalam proses perilaku penyelenggara Negara tidak
perumusan kebijakan pemerintah dan tidak mementingkan kepentingan pribadi atau
sampai pada tahap pelaksanaan kebijakan. golongan masyarakat tertentu. Birokrasi yang
- Mustopadidjaja: Fokus pada birokrasi yang kuat adalah birokrasi yang mampu
didominasi oleh politik (kepentingan menempatkan politik sebagai kekuatan utama
tertentu) artinya proses politik birokrasi mensejahtrakan masyarakat, sehingga politik
terjadi lebih luas tidak hanya pada proses dalam kontrol birokrasi bukan sebuah upaya
perumusan kebijakan namun lebih kepentingan pribadi atau golongan tertentu,
ditekankan pada proses mengedepankan kepentingan umum daripada
implementasi/pelaksanaan kebiijakan. kepentingan pribadi/kelompok secara nyata dan
bertangung jawab. Bersama tetapi tidak bersatu,
Kedua, berantara tetapi tidak berpisah.
- George Frederickson: Kekuasaan birokrasi
dalam pembuatan kebijakan, atau dengan 2.2. Rejim dan Kebijakan terhadap
kata laincara, yaitu tidak adanya kontrol Birokrasi
politik dalam birokrasi (dengan kata lain ia
menekankan bahwa, kekuasaan politik Evaluasi terhadap peran dan kedudukan
harus lebih kuat dalam mengontrol birokrasi masa orde lama menginspirasi rejim
perumusan kebijakan dalam birokrasi). orde baru untuk menposisikan birokrasi pada
- Mustopadidjaja: Kekuasaan politik dalam kedudukan yang netral. Adapun peran birokrasi
pembuatan kebijakan saat ini lebih masa orde lama antara lain terjebaknya
menonjolpada tahap penyelenggaraan birokrasi pada pengotak-ngotakan dukungan
pemerintahan (di birokrasi). politik. Ketika itu para pegawai negeri diberi
kebebasan untuk menjadi anggota dan aktif di
Ketiga, dalam partai politik. Kebijakan demikian
didasari oleh pertimbangan, bahwa
89
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015
sebagaimana warga negara yang lain pegawai Rejim orde baru pada akhirnya sama
negeripun memiliki hak-hak politik yang harus seperti rejim orde lama tidak mampu
dijamin. Tetapi konsekuensinya, birokrasi tidak memposisikan netralitas birokrasi sebagai
lepas dari kepentingan partai-partai politik. Hal pelayan bagi kepentingan publik, bahkan orde
demikian memiliki implikasi terhadap kinerja baru memperparah kondisi birokrasi dalam
birokrasi yang bekerja tidak efesien dan tidak demokrasi yang semu. Birokrasi dijadikan
efektif dan juga sarat dengan kepentingan sebagai alat oleh pengguasa untuk menggalang
partai-partai politik ketika birokrasi terlibat di baik dukungan politik maupun biaya atau dana
dalam proses pembuatan dan implementasi politik dari anggaran belanja negara yang
keputusan-keputusan publik. Misalnya,
disisihkan untuk dialirkan kepada Golkar
Departemen Dalam Negeri dan Departemen
dalam rangka mempertahankan kekuasaan
Penerangan di dominasi oleh pendukung PNI.
melalui pemilu.
Sementara itu Departemen Agama diisi oleh
pendukung Partai Masyumi dan NU. Orde baru tumbang lahir orde reformasi,
Rejim orde baru berpandangan bahwa salah satu agenda penting yang dilakukan
aparat birokrasi itu harus netral secara politik. adalah mencegah birokrasi menjadi partisan
Para penguasa orde baru berpikiran, agar bisa politik, menghindarkan dari penyalahgunaan
bekerja lebih baik, lembaga ini harus kekuasaan (a buse of power). Derajat
dihindarkan dari keanggotaan dalam pelarangan pegawai dilarang terlibat dalam
mendukung salah satu partai politik. Pandangan kampanye dan aktif mendukung partai politik
ini diwujudkan melalui dua kebijakan politik dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor
mengenai birokrasi, yaitu: 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok
1. Kepmendagri Nomor 12 Tahun 1969 Kepegawaian. Bahkan kepada TNI-Polri
tentang pelarang pegawai dalam negeri dari dilarang menggunakan hak pilihnya dimulai
Pusat sampai daerah terlibat aktif dalam pada pemilu 1999.
partai politik
2. PP Nomor 6 Tahun 1970 tentang kewajiban 2.3. Rawannya Birokrasi dalam pusaran
Pegawai Negeri memiliki monoloyalitas Kekuasan/Politik
kepada Pemerintah. Birokrasi itu sesungguhnya memegang dan
Pada kenyataannya kebijakan yang menggunakan kekuasaan politik. Dengan
ditetapkan oleh rejim orde baru bertolak begitu, mereka yang berupaya untuk
belakang dengan keinginan untuk memahami lembaga-lembaga publik tidak bisa
menempatkan birokrasi di wilayah yang netral. hanya mengukir administrasi dari politik dan
Hal ini dibuktikan dengan keharusan pegawai kemudian meninggalkan kompleksitas dari
menjadi anggota Golongan Karya (Golkar) dan teori politik. Jika birokrasi membantu untuk
Golkar menjadi organisasi politik penopang menentukan kehendak negara, maka tidak bisa
rejim orde baru. Walaupun berargumentasi dipungkiri bahwa mereka merupakan lembaga
bahwa golkar adalah sebuah organisasi politik juga.
kekaryaan yang pada saat kelahirannya
Tiga hal kerawanan ketika birokrasi
didirikan oleh militer dan organisasi kekaryaan.
terlibat dalam politik.
Akan tetapi, pada prakteknya ikut terlibat
1. Munculnya intervensi politik dalam
dalam konstruksi perpolitikan saat itu dan
penempatan jabatan-jabatan Birokrasi.
berpartisipasi dalam pemilu serta menjalankan Masuknya intervensi politik bisa merusak
fungsi fungsi partai politik untuk sistem karier dan rekrutmen karena didasari
mempertahankan kekuasaan melalui pemilu. relasi politik. Seharusnya didasari dengan
90
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume V No. 2 / Desember 2015 JIPSi
sistem merit dan impersonal. merupakan powerless apparatus (aparat
2. Ketika birokrat berpolitik, dikhawatirkan berdaya) dan devoid of self-interst or power
adanya penyalahgunaan wewenang atas (Tanpa interest diri atau kekuasaan).
sumber-sumber keuangan dan fasilitas Senada dengan teori Rigss, Guy Peters
publik yang digunakan oleh birokrat untuk dan John Pierre (2004) mengemukakan
mendukung afiliasi politiknya. teorinya tentang politization of the civil service.
3. Keterlibatan birokrasi di dalam politik juga Dalam pengertian yang sangat dasar kedua
dikhawatirkan membuat terjadinya orang itu memaknai politization of the civil
pemihakan-pemihakan kepada kelompok service sebagai the substitution of political
tertentu, yaitu kelompok-kelompok yang creteria for merit-based criteria in the selection,
sealiran politik dengan para birokrat itu. retention, promotion, rewards, and disciplining
Hal ini, tidak lepas dari fakta bahwa of members of the public service. Pemahaman
birokrasi itu memiliki otoritas dalam yang sama dikemukakan oleh Peters dan Pierre
mengalokasikan dan mendistribusikan memahami fenomena birokrasi dengan a
sumber-sumber yang dimilikinya. Apabila political creation dan tidak lepas dari masalah
hal ini terjadi, bisa mereduksi posisi politik. Dan tidak lepas dari struktur birokrasi
birokrasi sebagai lembaga publik menjadi yang diperuntukkan sebagai pelayanan publik.
lembaga yang lebih menguntungkan Di sini birokrasi memegang peran yang sangat
sebagian kelompok masyarakat. penting untuk menentukan who gets what dari
sektor publik yang ada, karena otoritas atas
3. Pembahasan sumber sumber, baik yang berbentuk barang
3.1. Realitas Birokrasi Tidak Netral maupun jasa publik, yang dialokasikan dan
Terdapat kasus yang dapat dijadikan didistribusikan kepada publik.
beberapa contoh pada prakteknya sering
ditemukan pegawai atau birokrasi yang tidak 3.2. Praktek Dominasi Politik terhadap
netral. Seperti pergantian pejabat eselon I dan Birokrasi dan Birokrasi terhadap
II yang memiliki afiliasi atau mencari afiliasi politik di Indonesia
politik kepada Menteri. Dalam penganggaran
disisipkan kegiatan yang membawa misi dari Menurut Miftah Toha (2003)
parpol dimana Menteri tersebut bernaung. Di mengemukakan Birokrasi di Indonesia dalam
daerah lebih kentara lagi dimana pegawai yang hal ini Pemerintah yang acapkali disebut
sudah lama bekerja dengan incumbent berusaha sebagai kerajaan pejabat (officialdom) pada
mendukug walaupun tidak terang-terangan hakekatnya memamerkan kekuasaan yang
kepada pejabat incumbent agar bisa disusun secara hierarki, artinya tidak ada lagi
mendapatkan jabatan. organisasi lainnya yang menandingi kekuasaan
Etzioni,(1985;Peters,1992;Riggs,1991)me yang tumbuh dan berkembang pada pemerintah.
nyampaikan titik tolak dari pandangan bahwa Tumbuh kembangnya birokrasi dipengaruhi
birokrasi tidak bisa lepas dari politik adalah oleh kondisi perpolitikan nasional. Politik dan
bahwa dalam memahami pemerintahan kita birokrasi pemerintah keduanya berbeda akan
tidak bisa memisahkan masalah politik dari tetapi tidak bisa dipisahkan. Kehadiran politik
masalah administrasi. Riggs memperkuat dalam birokrasi tidak bisa dihindari. Oleh
dengan argumentasi bahwa orang yang karena itu perlu kelembagaan politik dalam
berpikiran bahwa birokrasi itu netral secara birokrasi. Dalam birokrasi pemerintah tidak
politik sama saja berpandangan bahwa mungkin hanya didominasi oleh para birokrat
orang-orang yang ada di dalam birokrasi itu tanpa memberikan kesempatan hadirnya
institusi politik. Dalam perkembangannya
91
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015
93
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015
94