You are on page 1of 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/341151115

HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DI INDONESIA

Conference Paper · November 2019

CITATIONS READS
0 19,893

1 author:

Khairul Rahman
Universitas Islam Riau
5 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Khairul Rahman on 05 May 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


THE NATIONAL CONFERENCE ON LOCAL GOVERNMENT AND DEVELOPMENT 2019 (NCLGD2019),
25-26 NOVEMBER 2019, UNIVERSITI UTARA MALAYSIA

PROCEEDINGS OF
THE NATIONAL CONFERENCE ON LOCAL
GOVERNMENT AND DEVELOPMENT 2019
(NCLGD2019)

25 – 26 NOVEMBER 2019

VENUE: CONVENTION
CENTRE UNIVERSITI UTARA
MALAYSIA SINTOK, KEDAH,
MALAYSIA

ORGANIZED BY:
INSTITUTE OF LOCAL GOVERNMENT STUDIES (ILGS)
SCHOOL OF GOVERNMENT
COLLEGE OF LAW, GOVERNMENT AND INTERNATIONAL STUDIES
UNIVERSITI UTARA MALAYSIA
MALAYSIA
THE NATIONAL CONFERENCE ON LOCAL GOVERNMENT AND DEVELOPMENT 2019 (NCLGD2019),
25-26 NOVEMBER 2019, UNIVERSITI UTARA MALAYSIA

edited and
coordinated
by:

saadon awang
low kah choon
sharifuzah osman
siti syuhadah mohamad
siti noor shamilah misnan
noor faizzah dollah nor suzylah sohaimi
zalinah ahmad
halimah abdul manaf

2
THE NATIONAL CONFERENCE ON LOCAL GOVERNMENT AND DEVELOPMENT 2019 (NCLGD2019),
25-26 NOVEMBER 2019, UNIVERSITI UTARA MALAYSIA

COPYRIGHT © 2019 by the School of Government,


Universiti Utara Malaysia, 06010 Sintok, Kedah
(http://sog.uum.edu.my/)

All Rights Reserved. No part of the material protected


by this copyright may be reproduced or utilized, in any
form, electronics or mechanical, including photocopying
or recording, or by any information storage and retrieval
system, without written permission from the copyright
owner.

2019. Published by the School of Government,


Universiti Utara Malaysia

iii
THE NATIONAL CONFERENCE ON LOCAL GOVERNMENT AND DEVELOPMENT 2019 (NCLGD2019),
25-26 NOVEMBER 2019, UNIVERSITI UTARA MALAYSIA

CP022

HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DI INDONESIA

Khairul Rahman
Department of Government Science
Universitas Islam Riau
Pekanbaru, Indonesia
khairul.ip@soc.uir.ac.id

ABSTRAK
Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk republik, dimana pemerintah
pusat memegang kekuasaan pemerintahan. Semua organisasi pemerintahan berada
dalam kendali pemerintah pusat berdasarkan pada Undang Undang Dasar. Negara
kesatuan yang ada di Indonesia dibagi atas daerah-daerah yang tiap-tiap daerah itu
memiliki pemerintahan daerah yang berhak mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Jika
dalam negara federal terdapat negara bagian, maka pada negara kesatuan terdapat
pemerintahan daerah. Keberadaan daerah merupakan bagian dari negara yang bersifat
otonom. Pemerintah daerah sebagai bagian dari pemerintah nasional tetap merupakan
tangung jawab dari pemerintah pusat. Presiden memegang tanggung jawab akhir atas
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan
Daerah. Adanya unit pemerintah daerah memunculkan hubungan antara pemerintah
pusat dan daerah. Urgensi Hubungan pusat dan daerah adalah salah satu instrument
dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu dalam konteks
hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah di Indonesia perlu membangun
kesamaan persepsi berkaitan dengan bidang hubungan kewenangan, keuangan,
sumber daya manusia, dan pembinaan dan pengawasan.
Keywords: Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Indonesia

A. PENDAHULUAN
Pemerintah daerah dalam konteks negara kesatuan bersifat dependent dan
subordinate terhadap pemerintah psuat, artinya dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah tidak bisa dilepaskan dari pemerintah pusat. Dibentuknya pemerintaan daerah di
Indonesia dengan pertimbangan sejarah, situasi dan kondisi wilayah, keterbatasan
pemerintah, politik, psikologis, dan tujuan pembangunan.
Pemerintah Pusat atau bisa disebut pemerintah adalah sebutan umum untuk
pemerintah suatu negara kesatuan yang mengendalikan jalannya pemerintahan.
Pemerintah Pusat dalam studi ini adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden
dan Menteri. Sedangkan pemerintah daerah merupakan entitas yang dibentuk untuk

102
THE NATIONAL CONFERENCE ON LOCAL GOVERNMENT AND DEVELOPMENT 2019 (NCLGD2019),
25-26 NOVEMBER 2019, UNIVERSITI UTARA MALAYSIA

menjelankan pemerintah di daerah. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai


unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemerintah Pusat yang mengatur hubungan antara Pusat dan Daerah yang
dituangkan dalam peraturan perundangan yang bersifat mengikat kedua belah pihak.
Namun dalam pengaturan hubungan tersebut haruslah memperhatikan aspirasi daerah
sehingga tercipta sinergi antara kepentingan pusat dan daerah.
Hubungan pemerintah pusat dan daerah dalam konteks Indonesia merupakan
instrumen atau jalan untuk mencapai tujuan negara dan menjaga keutuhan negara
kesatuan republic Indonesia. Tercapainya tujuan negara yang mampu mensejahterakan
kehidupan masyarakat tentunya dibutuhkan jalainan yang sinergis dan harmonis antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Secara historis hubungan pemerintah pusat dan daerah di Indonesia tidak lepas dari
ketegangan dan konflik. Ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat memunculkan
gejolak di beberapa daerah di Indonesia, seperi seperti Sumatra Barat, Sulawesi, Aceh,
Papua, dan Riau yang berdampak pada stabilitas pembangunan nasional. Historis
perjalanan hubungan pemerintah pusat dan daerah di Indonesia semakin memperkuat
studi ini bahwa hubungan pemerintah pemerintah pusat dan daerah perlu dikelola
dengan serius dengan sama-sama memangun kesamaan persepsi dalam beberapa
bidang hubungan kewenangan, keuangan, sumber daya manusia, pengawasan dan
pembinaan. Dalam teori kesisteman dikenal bahwa perpaduan yang baik diantara dua
komponen dapat memberi kekuatan yang lebih besar dari sekadar penjumlahan dua
unsur yang berdiri sendiri. Teori sistem ini, dalam pandangan hidup orang Melayu
dikenal dengan ikatan sepuluh lidi lebih sulit dipatahkan daripada dua puluh lidi yang
terpisah-pisah.
Dalam konteks hubungan pemerintah pusat dan daerah, ada beberapa faktor yang
dapat menganggu dan merusak keserasian hubungan pusat-daerah yakni; Pertama,
masih terdapatnya kesenjangan dan perbedaan antara sistem hubungan pusat-daerah
yang telah digariskan secara formal dengan kenyataan di dalam pelaksanaannya.
Kedua, beberapa daerah masih merasakan adanya perlakukan yang tidak adil dari
pemerintah pusat. Ketiga, makin rendahnya tingkat kemampuan pusat utk memberikan
subsidi kepada daerah (Colin Mas Andrew dalam Djaenuri, 2015:55).

B. SUBTANSI PERMASALAHAN
Hubungan pemerintah pusat dan daerah dalam prakteknya masih menyisakan
permasalahan terkait dengan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan, kesejahteraan
masarakat, kemandirian daerah, inovasi dan kualitas pelayanan publik, tata kelola
pemerintahan, kearifan lokal, dan daya saing daerah. Permasalahan tersebut pada
akhirnya memunculkan hubungan disharmonis atau konflik di tingkat daerah. Beberapa
permasalahan yang terjadi ditingkat daerah tersebut diidentifkkasi dikarenakan belum
adanya kesamaan persepsi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah berkaitan
dengan bidang kewenangan, keuangan, sumber daya manusia, pembinaan dan
pengawasan. Berdasarkan hal tersebut perlu membangun kesamaan persepsi tentang

103
THE NATIONAL CONFERENCE ON LOCAL GOVERNMENT AND DEVELOPMENT 2019 (NCLGD2019),
25-26 NOVEMBER 2019, UNIVERSITI UTARA MALAYSIA

bagiamana hubungan kewenangan, keuangan, sumber daya manusia, pembinaan dan


pengawasan.
.
C. METODE
Dalam studi ini, menggunakan metode berfikir kritis terkait dengan hubungan
pemerintah pusat dan daerah di Indonesia. Efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan
pemerintahan daerah dalam mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, peran serta masyarakat, dan
peningkatan daya saing daerah perlu memperhatikan hubungan antara pemerintah
pusat dan daerah. Studi ini melihat tercapainya tujuan pembangunan nasional yang
efektif dan efisien ditentukan oleh aspek hubungan pemerintah pusat dan daerah.
Hubungan pemerintah pusat dan daerah perlu membangun kesamaan dalam bidang
kewenangan, keuangan, sumber daya manusia, pengawasan dan pembinaan.

D. PENDEKATAN KEPUSTAKAAN
Bentuk Negara
Ada dua bentuk negara yang penting untuk dipahami sebagai awal dalam
memahami hibungan pemerintah pusat dan daerah. Dua bentuk negara itu adalah
negara serikat atau federasi dan negara kesatuan. Bentuk negara kesatuan yang dianut
Indonesia merupakan prinsip dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Negara kesatuan ialah negara yang merdeka dan berdaulat, di seluruh negara yang
berkuasa hanya ada satu pemerintah pusat yang mengatur seluruh daerah (Kansil dan
Christine S.T Kansil, 2003:3). Negara kesatuan ialah bentuk negara dimama wewenang
legislative tertinggi dipusatkan pada satu badan legislatif nasional pusat. Azas yang
mendasari negara kesatuan adalah azas unitarisme (C.F Strong 1960:61, Kaho 2012:5).
Negara kesatuan adalah negara yang paling kokoh jika dibandingkan dengan
negara federal atau konfederasi. Dimana dalam negara kesatuan terdapat baik
persatuan maupun kesatuan (Kaho, 2012:5). Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UUD 1945
negara Indonesai adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Indonesia sebagai
suatu negara kesatuan saat ini memilih system desentralisasi dalam penyelenggaraan
pemerintaan daerah. Desentralisasi ditetapkan dikarenakan pertimbangan situasi dan
kondisi wilayah, politik, psikoliogis dan keterbatasan pemerintah pusat. Indonesia tidak
terdapat negara bagian yang memiliki kedaulatan sebagaimana Amerika, Malaysia,
Australisa, Jerman dan negara-negara lainnya yang berbentuk federal.
Pemerintah daerah dalam negara kesatuan republik Indonesia mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemerintah daerah melaksanakan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang undang ditentukan sebagai urusan pemerintahan
pusat.

Desentralisasi
Dalam negara kesatuan dikenal dua macam sistem yg bisa diterapkan yaitu: 1)
Sistem Sentralisasi, dimana pemerintah pusat mengendalikan seluruh kekuasaan

104
THE NATIONAL CONFERENCE ON LOCAL GOVERNMENT AND DEVELOPMENT 2019 (NCLGD2019),
25-26 NOVEMBER 2019, UNIVERSITI UTARA MALAYSIA

pemerintah. 2) Sistem desentralisasi, dimana pemerintah pusat mendelegasikan


sebahagian kekuasaannya kepada daerah-daerah tertentu yg mencakup dalam wilayah
negara yang bersangkutan dengan maksud agar daerah tersebut mampu mengurus
rumah tangganya sendiri (otonomi daerah) yang dinamakan daerah otonom (Kansil dan
Christine S.T Kansil 2003:3)
Asas desentralisasi dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia adalah
penyerahan wewenang pemerintah kepada daeah otonom untuk menjadi urusan rumah
tangga daerah otonomo (Djaenuri, 2012:4). Di dalam beberapa suber literatur
disebutkan ada dua bentuk desentralisasi, yakni:
1. Desentralisasi jabatan (ambtelijke decentralisate), yaitu penyerahan kekuasaan dari
atasan kepada bawahan sehubungan dengan kepegawaian atau jabatan dengan
maksud untuk meningkatkan kelancaran kerja. Desentralisasi seperti ini disebut
juga dekonsentrasi. Apa yang disebut dekonsentrasi adalah tidak lain dari pada
salah satu jenis desentralisasi. Dekonsentrasi adalah desentralisasi, namun
desentralisasi tidak selalu berarti dekonsentralisasi.
2. Desentralisasi kenegaraan (staatkundige decentralisate), yaitu penyerahan
kekuasaan untuk mengatur daerah dalam lingkungannya sebagai usaha untuk
mewujudkan asas musyawarah mufakat dalam pemerintahan negara. Di dalam
desentralisasi ini, rakyat secara langsung mempunyai kesempatan untuk turut serta
(participation) dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerahnya.
Lebih lanjut C.V. Van Der Pot (1950) menyebutkan desentralisasi ketatanegaraan
dapat dibagi kedalam dua macam: a) Desentralisasi territorial (territorial decentralisate),
yaitu pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah
masing-masing. Desentralisasi territorial memiliki bentuk otonomi dan medebwind atau
zelfbestuur. b) desentralisasi fungsional (functionale decentralisate) yaitu pelimpahan
kekuasaan untuk mengatur dan mengurus sesuatu atau beberapa kepentingan tertentu
(fungsi tertentu). Batas pengaturan tersebut pada jenis dan fungsi seperti, pendidikan,
pengairan, dan sebagainya (dalam Arenawati 2016:4, Djaenuri 2012:4)
Berkaitan dengan desentraliasai yang menjadi titik tekan dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah di Indonesia, megutip pendapat Turner dan Hulme (1997:152)
bahwa desentralisasi memberikan keuntungan pada: 1) locally specific plans; 2) inter
organizational coordination; 3) experimentation and innovation; 4) motivation of field
level personnel, and 5) workload reduction.
Menurut Bagir Manan (1994:161-170) hubungan pusat dan daerah dalam kerangka
desentralisasi berdasarkan hal-hal berikut:
1. Permusyawaratan dalam system pemerintahan negara. Penyelenggaraan
pemerintahan harus berdasarkan prinsip kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
2. Pemeliharaan dan pengembangan prinsip-prinsip pemerintahan asli.
Penyeleggaraan pemerintah pusat dan daerah tidak boleh membogkar susunan
dan struktur asli pemerintahan masyarakat bangsa Indonesia tapi harus
memelihara dan mengembangkannya.
3. Kebhinekaan. Penyelengaraan pemerintahan pusat dan daerah harus
berdasarkan pada kebihinekaan sesuai dengan semboyan “Bhiineka Tunggal
Ika”. Wujud bangunan bangsa Indonesia adalah keragaman dalam persatuan
dan kesatuan dari perbedaan.

105
THE NATIONAL CONFERENCE ON LOCAL GOVERNMENT AND DEVELOPMENT 2019 (NCLGD2019),
25-26 NOVEMBER 2019, UNIVERSITI UTARA MALAYSIA

4. Negara hukum. Dalam penjelasan UUD 1945 Republik Indonesia disebutkan


bahwa Indonesia berdasar atas hukum tidak berdasar atas kekuasaan belaka.
Maka penyelenggaraan pemerintahan daerah harus berdasarkan pada prinsip-
prinsip permusyawaratan dalam mencapai tujuan.

Indikator hubungan pemerintah pusat dan daerah


Menurut Rosidin (2010:147) hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dalam penyelenggaraan otonomi daerah menckup hubungan dalam bidang
kewenangan, keuangan, pembinaan dan pengawasan.
Sementara itu Kaho (2012:18) menyimpulkan dengan dianutnya desentralisasi di
Indonesia maka terjadilah hubugan kekuasaan/kewenangan, hubungan keuangan dan
pengawasan antara pemerintah pusat dan daerah-daerah otonom yang merupakan
bagian dari Negara.
Berdasarkan penjelasan diatas, dalam studi ini penulis menetapkan ada beberapa
indikator melihat hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah di
Indonesia yakni: 1) Hubungan kewenangan, 2) Hubungan keuangan, 3) Hubungan
sumber daya manusia, 4) Hubungan pengawasan dan pembinaan. Indikator hubungan
pemerintah pusat dan daerah tersebut dalam studi ini merupakan bidang-bidang yang
perlu mendapatkan perhatian dalam membangun kesamaan persepsi antara pemerintah
pusat dan daerah.

E. PEMBAHASAN
Dalam perjalanan historinya, hubungan pusat dan daerah di Indonesia pernah
berada pada kutub sentralisasi, kemudian bergeser pada kutub desentralisasi, namun
juga pernah mengalami stagnasi akibat dari kevakuman kekuasaan (Mariana 2008:131).
Desentralisasi yang dimaksudkan sebagai penyerahan urusan atau kewenangan dari
pemerintah pusat kepada daerah dalam ragka penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Penyerahan bidang urusan pemerintahan tertentu kepada pemerintah daerah oleh
pemerintah pusat telah menciptakan hubungan kewenangan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah. untuk melaksanakan bidang urusan yang telah diserahkan
kepada daerah membuthkan biaya dalam pelaksanaanya, sehingga menciptakan
hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. terlaksannya bidang urusan
yang diserahkan kepada daerah membutuhkan sumber daya manusia dalam
pelaksanaanya, sehingga terciptalah hubungan sumber daya manusia (kepegawaian)
antara pemerintah pusat dan daerah. agar urusan yang diserahkan dapat berjalan
sesuai yang ditetapkan maka memerlukan pengawasan dan pembinaan oleh
pemerintah pusat terhadap daerah-daerah otonom. Pengawasan dan pembinaan
sebagai bentuk penegasan bahwa Indonesia berada pada negara kesatuan dimana
tanggung jawab akhir atas segenap urusan pemerintahan ada pada pemerintah pusat.
Pertama, Hubungan Kewenangan. Ada empat hal yang penting yang menjadi
landasan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah; pendelegasian kewenangan,
keleluasaan dalam pengambilan keputusan, pelayanan, dan wilayah tertentu (Djaenuri,
2012:13) pendelegasian kewenangan merupakan satu landasan penting dalam
pelaksanaan asas desentralisasi utamanya dalam pembentukan daerah otonom. Yang
dimaksud dengan kewenangan daerah otonom dalam studi ini adalah hak dan kewajiban
untuk mengambil keputusan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

106
THE NATIONAL CONFERENCE ON LOCAL GOVERNMENT AND DEVELOPMENT 2019 (NCLGD2019),
25-26 NOVEMBER 2019, UNIVERSITI UTARA MALAYSIA

Kewenangan daerah memungkinkan fungsi manajemen dapat dijalankan ditingkat


daerah.
Tidak ada negara yang secara utuh menerapkan sentralisasi atau desentralisasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Keduanya merupakan instrumen yang
dibutuhkan dalam mencapai tujuan dan diperlukan kebijaksanaan dalam penentuan
system tersebut. Di Indoensia beberapa urusan ada yang menggunakan system
sentralisasi dan ada juga yang menggunakan system desentralisasi, namun penekanan
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih berada pada kutub desentralisasi.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
menyebutkan urusan pemerintahan terdiri dari:
a. Urusan pemerintahan absolut, yakni urusan pemerintahan yang sepenuhnya
menjadi kewenangan pemerintah pusat
b. Urusan pemerintahan konkuren, dalah urusan pemerintahan yang dibagi antara
pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. Urusan
pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanaan
otonomi daerah
c. Urusan Pemerintahan Umum. Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan
Presiden sebagai kepala pemerintahan
Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan absolut pemerintah pusat
melaksanakan sendiri atau melimpahkan wewenang kepada instansi vertical yang ada
di daerah atau gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melaksanakan asas
dekonsentrasi.
Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah terdiri atas
Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan. Urusan Pemerintahan
Wajib terdiri atas Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan
Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Dapat dilihat pada
table berikut:
Tabel 1.1: Urusan Pemerintahan konkuren di Indonesia
Urusan Pemerintahan Wajib
Urusan Pemerintahan Pilihan
Pelayanan Dasar No Basic Services
a. Pendidikan a. Tenaga kerja a. Kelautan dan perikanan
b. Kesehatan b. Pemberdayaan perempuan b. Pariwisata
c. Pekerjaan dan pelindungan anak c. Pertanian
c. Pangan d. Kehutanan
umum dan
d. Pertanahan e. Energi dan sumber daya
penataan ruang e. Lingkungan hidup mineral
d. Perumahan f. Administrasi kependudukan f. Perdagangan
rakyat dan dan pencatatan sipil g. Perindustrian, dan
kawasan g. Pemberdayaan masyarakat h. transmigrasi.
permukiman dan Desa
e. Ketenteraman, h. Pengendalian penduduk
dan keluarga berencana
ketertiban
i. Perhubungan; komunikasi
umum, dan dan informatika
pelindungan j. Koperasi, usaha kecil, dan
masyarakat, menengah
dan k. Penanaman modal
f. Sosial. l. Kepemudaan dan olah raga

107
THE NATIONAL CONFERENCE ON LOCAL GOVERNMENT AND DEVELOPMENT 2019 (NCLGD2019),
25-26 NOVEMBER 2019, UNIVERSITI UTARA MALAYSIA

m. Statistic
n. Persandian
o. Kebudayaan
p. perpustakaan; dan
q. kearsipan.
Sumber: Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah


provinsi serta Daerah kabupaten/kota di Indonesia didasarkan pada prinsip
akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional.
Urusan pemerintahan umum adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan. Urusan pemerintahan umum
meliputi:
a. Pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional dalam rangka
memantapkan pengamalan Pancasila, pelaksanaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pelestarian Bhinneka Tunggal Ika serta
pemertahanan dan pemeliharaan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat beragama, ras, dan
golongan lainnya guna mewujudkan stabilitas kemanan lokal, regional, dan
nasional;
d. Penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada di wilayah
Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota untuk menyelesaikan
permasalahan yang timbul dengan memperhatikan prinsip demokrasi, hak asasi
manusia, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan, potensi serta
keanekaragaman daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
f. Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila; dan
g. Pelaksanaan semua urusan pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan
daerah dan tidak dilaksanakan oleh instansi vertikal.
Kedua, Hubungan Keuangan. Pemerintah Pusat memiliki hubungan keuangan
dengan Daerah untuk membiayai penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang
diserahkan dan/atau ditugaskan kepada Daerah. Menurut Rosidin (2010:156) hubungan
keuangan antara pemerintah ousat dan daerah sangat menentukan kemandirian
otonomi. Akan tetapi yang menjadi persoalan adalah terbatasnya jumlah uang yang
dimiliki daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah.
Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah suatu sistem
pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung
jawab. Hubungan keuangan dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang
diserahkan kepada Daerah di Indonesia meliputi:
a. Pemberian sumber penerimaan Daerah berupa pajak daerah dan retribusi
daerah;
b. Pemberian dana bersumber dari perimbangan keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah;

108
THE NATIONAL CONFERENCE ON LOCAL GOVERNMENT AND DEVELOPMENT 2019 (NCLGD2019),
25-26 NOVEMBER 2019, UNIVERSITI UTARA MALAYSIA

c. Pemberian dana penyelenggaraan otonomi khusus untuk Pemerintahan Daerah


tertentu yang ditetapkan dalam undang-undang; dan
d. pemberian pinjaman dan/atau hibah, dana darurat,dan insentif (fiskal).
Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan daerah agar lebih responsive dalam mendukung
penyelenggaraan pemerintahan daerah. System hubungan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah dalam konteks Indonesia perlu memperhatikan
keseimbangan, keadilan, dan transparansi sehingga menciptakan stabilitas dan
harmonisasi dalam penyelenggaraan pemeritahan daerah.
Berkaitan dengan hubungan keuangan dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang ditugaskan kepada Daerah disertai dengan pendanaan sesuai
dengan urusan pemerintahan yang ditugaskan sebagai pelaksanaan dari tugas
pembantuan. Dalam penyeleggaraan pemerintahan daerah dan desentralisasi fiscal,
pemerintah daerah diberikan kewajinan dan keleluasaan untuk mengelolan dan
memanfaatkan keuangan daerah guna kemajuan pembangunan daerah.
Ketiga, Hubungan Sumber Daya Manusia. Salah satu faktor dalam pelaksanaan
otonomi daerah adalah adanya dukungan sumber daya manusia sebgai penyusun dan
pelaksana setiap program pembangunan. Sumber daya manusia pada pemerintah
daerah disebut dengan pegawai pemerintah daerah. System pengelolaan sumber daya
manusi pemerintah daerah dilakukan dengan bentuk integrasi system kepegawaian
nasional maupun daerah. Berkaitan dengan kepegawaian daerah dikenal dengan istilah
Aparatur Sipil Negara. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah
profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
bekerja pada instansi pemerintah. ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelanan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa.
ASN diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam satu
jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya. Maka seluruh pegawai
pemerintah daerah adalah ASN. Kebijakan dan manajemen kepegawaian di Indonesia
menggunakan sistem merit. System merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan
tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis
kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.
Penggajian dan tunjagan PNS yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sedangkan Gaji PNS yang
bekerja pada pemerintahan daerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
Keempat, Hubungan Pembinaan dan Pengawasan. Dalam konteks hubungan
pemerintah pusat dan daerah di Indonesia, dimana pemerintah pusat melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh
Daerah. Hubungan pembinaan dan pengawasan antara pemerintah pusat dan daerah
dalam konteks Indonesia adalah pemerintah pusat dalam hal ini Presiden merupakan
pemegang tanggung jawab akhir atas penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah. Selain itu pembinaan dan pengawasan
yang dilakukan pemeirntah pusat dimaksudkan untuk memastikan sumber daya yang
ada didaerah mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara merata dan optimal.
Hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah ditentukan oleh
system pengawasannya. Berdasarkan system pengawasan inilah terbentuk hubungan

109
THE NATIONAL CONFERENCE ON LOCAL GOVERNMENT AND DEVELOPMENT 2019 (NCLGD2019),
25-26 NOVEMBER 2019, UNIVERSITI UTARA MALAYSIA

pemerintahan dalam suatu negara (Humes, 1991:4-7). Pengawasan dan pembinaan


dalam konteks hubungan pemerintah pusat dan daerah merupakan bagian yang tak
terpisahkan. Pembinaan dan pengawasan merupakan bentuk usaha dan proses yang
dilakukan oleh pemerintah pusat secara terencana, teratur dan terarah untuk
meningkatkan keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah sehingga sesuai dengan
tuntutan dan perkembangan masyarakat secara berkelanjutan.
Kaedah yang digunakan dalam pembinaan dan pengawasan oleh pemerintah pusat
terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah dilaksanakan secara
bertingkat dimulai dari menteri untuk daerah provinsi dan gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat membina dan mengawasi daerah kabupaten/kota. Secara nasional
pembinaan dan pengawasan dikoordinasikan oleh Menteri.
Dalam konteks pengawasan yang merupakan bagian dari usaha pembinaan dapat
dilakukan melali dua bentuk yakni pengawasan represif dan pengawasan preventif.
Pengawasan represif adalah pengawasan pusat untuk menangguhkan, menunda, dan
atau membatalkan peraturan perundang-undangan yang dibuat daerah jika
diidentifikasikan bertentangan dengan ketentuan yang lebih tinggi dan atau kepentingan
umum. Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah
pusat bersifat pencegahan agar peraturan daerah yang dibuat tidak menyimpang dari
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Menurut Kaho (2012:315) di Indonesia pengawasan dilakukan dengan tujuan-tujuan
sebagai berikut: 1) Mengetahui apakah pelaksanaan telah sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan ataukah tidak. 2) Mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dijumpai oleh
para pelaksana sehingga dengan demikian dapat diambil langkah-langkah perbaikan di
kemudian hari. 3) Mempermudah atau memperingan tugas-tugas pelaksana, karena
para pelaksana tidak mungkin dapat melihat kemungkinan-kemungkinan kesalahan
yang dibuatnya karena kesibukan-kesibukan sehari-hari. 4) Pengawasan bukanlah
untuk mencari kesalahan, akan tetapi untuk memperbaiki kesalahan.

F. KESIMPULAN
Hubungan pemerintah pusat dan daerah di Indonesia menjadi instrument penting
dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat tersebut dikembangkan prinsip musyawarah, pemerataan, keadilan, dan
memperhatikan kekhasan suatu daerah, sehingga system desentralisasi menjadi salah
satu bagian penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Tercapainya tujuan pembangunan yang efektif dan efisien dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah diperlukan hubungan yang serasi dan harmonis antara pemerintah
pusat dan daerah, yang dikembangkan atas dasar kepentingan strategis nasional dan
keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia. Hubungan harmonis antara pemerintah
pusat dan daerah dapat dilakukan dengan membangun kesamaan persepsi dalam
indikator kewenangan, keuangan, sumber daya manusia dan pembinaan dan
pengawasan.

110
THE NATIONAL CONFERENCE ON LOCAL GOVERNMENT AND DEVELOPMENT 2019 (NCLGD2019),
25-26 NOVEMBER 2019, UNIVERSITI UTARA MALAYSIA

G. DAFTAR PUSTAKA
Djaenuri, Aries. 2012. Hubungan Keuangan Pusat Daerah, Elemen-elemen Penting
Hubungan Keuangan Pusat Daerah. Bogor: Ghalia Indonesia
Erenawati. 2016. Administrasi Pemerintahan Daerah (edisi 2). Yogyakarta: Graha Ilmu
Humes IV, Samuel. 1991. Local Governance and National Power. London: IULA
Kaho, Josef Riwu. 2012. Analisis Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia.
Yogyakarta: PolGov UGM
Turner, Mark and David Hulme. 1997. Governance, Administration and Development:
Making the State Work. London: Macmillan Press Ltd
Manan Bagir. 1994. Hubungan Antar Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan
Mariana, Dede. 2008. Dinamika Demokrasi dan Perpolitikan Lokal di Indonesia.
Bandung: AIPI
Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta:
Grasindo
Rosidin, Utang. 2010. Otonomi Daerah dan Desentralisasi. Bandung: Pustaka Setia
Kansil. 2003. Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Peraturan Perundang-Undangan:
Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

111

View publication stats

You might also like