Professional Documents
Culture Documents
78 Aji Widiatmaja, Ulul Albab: Indonesia di Era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo: ...
kerjasama internasional maka tidak lepas dari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
kebijakan luar negeri suatu negara. Maka, (SBY) dan Joko Widodo dalam mengelola
melihat kebijakan luar negeri suatu negara, hubungan internasional guna menciptakan
dalam hal ini Indonesia, merupakan sesuatu stabilitas kawasan regional. Kemudian,
yang penting untuk melihat kesesuaiannya tulisan ini bertujuan memberikan suatu
dengan perkembangan lingkungan strategis perspektif kebijakan luar negeri Indonesia di
saat ini. Bagi Indonesia, menjaga stabilitas dan masa mendatang dengan memperhitungkan
keamanan kawasan menjadi salah satu alat faktor lingkungan strategis global, regional,
untuk mencapai kepentingan nasional. dan nasional. Penulis berpendapat bahwa
Sepuluh tahun pemerintahan Susilo kebijakan suatu negara di era shrinking world
Bambang Yudhoyono (SBY) menerapkan seperti saat ini haruslah bersifat inward dan
kebijakan luar negeri yang proaktif. Dengan outward looking. Secara lebih sederhana,
menggunakan jargon seribu kawan dan nol keaktifan dalam forum-forum internasional
musuh (thousand friends zero enemy), Indonesia dapat berkontribusi terhadap kepentingan
pada pemerintahan SBY aktif dalam percaturan nasional suatu negara.
hubungan internasional (outward looking).
SBY mengedepankan citra positif Indonesia Perkembangan Lingkungan Strategis
dengan keaktifannya pada forum-forum Global & Regional (ASEAN)
internasional.5 Di sisi lain, Joko Widodo lebih Hubungan internasional terus terjalin
fokus pada kebijakan dalam negeri (inward dan mempunyai beragam corak yang berasal
looking) terutama penguatan dalam bidang dari kepentingan nasional masing – masing
ekonomi dan infrastruktur.6 Kedua model negara. Hubungan internasional tersebut
kebijakan tersebut memiliki kelebihan masing- dapat berbentuk kerjasama perdagangan,
masing. Namun tentu saja, kedua model keamanan, pertahanan, ekonomi, pendidikan,
kebijakan tersebut juga memiliki kekurangan. hingga konflik yang semua itu didasari
Penulis berpendapat jika kebijakan dalam oleh kepentingan nasional. Kepentingan
dan luar negeri suatu negera harus dilakukan nasional merupakan tujuan, pencapaian,
secara berimbang dan terukur. Hal ini karena ataupun preferensi kebijakan yang disebarkan
terdapat linkage antara kebijakan dalam negeri melalui pelaksanaan kebijakan luar negeri
dan luar negeri yang saling mempengaruhi. yang bertujuan akhir untuk keuntungan
Linkage tersebut semakin menguat saat ini masyarakat negaranya sendiri.8 Hal ini dapat
dengan didorong oleh derasnya arus globalisasi. diartikan bahwa terdapat bermacam-macam
Giddens berpendapat bahwa globalisasi telah bentuk dalam hubungan internasional untuk
mendorong terjadinya intensifikasi hubungan mencapai kepentingan nasional. Perbedaan
internasional sehingga fenomena yang terjadi ini bisa dilihat dalam pemanfaatan sumber
di lingkup global dapat mempengaruhi daya manusia, sumber daya alam, hingga
kawasan regional, nasional, maupun lokal.7 sejarah sebuah negara. Perbedaan dalam
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis sumber daya dan bentuk interaksi hubungan
corak kebijakan luar negeri Indonesia pada internasional inilah yang terus menggerakkan
5 Ade M Wirasenjaya, “Indonesia’s Foreign Policy and roda politik internasional. Perpolitikan
Multi-Track Regionalism,” Advances in Social Science,
Education and Humanities Research, Volume 8 (2017): internasional di era teknologi informasi
176. saat ini tidak hanya menyangkut elit politik
6 Situmorang, “Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri
Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK”, 69. semata namun juga semua kalangan dan tidak
7 Anthony Giddens, The Consequence of Modernity, 8 Andrey Heywood, Global Politics, (New York: Palgrave
(Stanford: Stanford University Press, 1990), 64 Macmillan, 2011), 57
80 Aji Widiatmaja, Ulul Albab: Indonesia di Era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo: ...
bersikap unilateralis demi mepertahankan pragmatisme Indonesia yang sedang gencar
kepentingan nasionalnya.11 Hal ini dapat membangun infrastruktur dan membutuhkan
dilihat dari sengketa di Laut China Selatan investor dana yang besar. Di bawah Presiden
(LCS). Beberapa negara ASEAN, termasuk Joko Widodo, kebijakan Indonesia di Laut
Indonesia, mempunyai sikap yang berbeda dan Cina Selatan telah berubah dari active player
cenderung meninggalkan mekanisme ASEAN dalam membangun solusi damai menjadi lebih
yang mengedepankan dialog dan konsensus. pragmatis untuk melindungi kepentingan
Hal ini dapat berakibat melemahnya nasionalnya. Pembangunan pangkalan militer
regionalitas ASEAN dalam menjaga kawasan Indonesia di Natuna menunjukkan sikap
tersebut tetap stabil dan aman. Pembangunan Indonesia terhadap kedaulatannya, namun di
pangkalan militer China di LCS yang sisi lain Indonesia tidak bisa terlalu antagonis
kemudian diikuti oleh Indonesia di wilayah terhadap China. Hal ini karena China
Natuna, dan masuknya intervensi Amerika merupakan investor potensial bagi proyek-
Serikat secara langsung maupun tidak langsung proyek infrastruktur di Indonesia.12
di LCS menandakan mekanisme ASEAN Fakta-fakta di atas menunjukkan
tidak berjalan. Hal ini mengakibatkan pada pragmatisme negara-negara di ASEAN dalam
terjadinya ketidakpastian dan ketidakstabilan menjamin kepentingan nasionalnya. Namun,
di kawasan regional ASEAN. hal tersebut akan berakibat buruk bagi
Rivalitas Sino-AS di Laut China Selatan keberlangsungan budaya konsensus ASEAN
(LCS) mendorong kedekatan Vietnam, yang sebagai mekanisme dalam pengambilan
merupakan claimant state di isu tersebut, keputusan. Tentu saja pragmatisme negara-
kepada Amerika Serikat. Hal ini cukup negara ASEAN, yang sekaligus meninggalkan
menarik mengingat Vietnam merupakan “budaya ASEAN” yang mengedepankan
negara komunis yang serupa dengan China. konsensus dan dialog, dapat mengurangi
Namun keterbukaan ekonomi Vietnam kemungkinan terjadinya collective action negara-
dan dukungan Amerika Serikat di Laut negara ASEAN sehingga dapat berakibat
China Selatan membawa hubungan yang pada instabilitas kawasan. ASEAN yang telah
lebih dekat pada kedua negara. Di sisi yang berdiri sejak tahun 1967, saat ini sedang
lain, Filipina yang selama bertahun-tahun menghadapi ujian besar untuk memilih antara
dekat dengan Amerika Serikat saat ini lebih kepentingan nasional atau keberlangsungan
mendekat kepada China. Hal ini dibuktikan kebersamaan regional. Penulis berpendapat
dengan berbagai kesempatan dalam bidang kedua hal tersebut harus dilaksanakan secara
perekonomian yang terbuka lebar terlebih berimbang dan tidak berat sebelah. Indonesia
dengan adanya pemberhentiaan bantuan dana sebagai big brother bagi negara-negara anggota
dari Amerika Serikat. Pemberhentian bantuan ASEAN saat ini perlu meningkatkan peran dan
ini dikarenakan kebijakan Presiden Duterte kepemimpinan di ASEAN guna memperkuat
yang memerangi narkoba dianggap telah stabilitas keamanan dan kerja sama
melanggar hak asasi manusia (HAM). Tak internasional di wilayah Asia Tenggara. Hal ini
ketinggalan Indonesia turut mempertahankan penting dikarenakan wilayah Asia Tenggara
kepentingan nasionalnya di tengah turbulensi merupakan wilayah yang rentan terhadap
regional ASEAN. Hal ini dapat dilihat dari aksi-aksi kejahatan seperti perompakan, illegal
fishing, dan terorisme.
11 A.M. Murphy, “Great Power Rivalries, Domestic
Politics and Southeast Asian Foreign Policy: Exploring 12 Aaron L. Connelly, “Indonesia in the South China
the Linkages,” Asian Security 13, no. 3 (Agustus 2017): Sea: Going it alone,” Lowy Institute for International
165-182 Policy, (Desember 2016): 1
82 Aji Widiatmaja, Ulul Albab: Indonesia di Era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo: ...
tenggara. Kemudian cara-cara dan profil Pompeo menghasilkan kesepakatan tidak akan
perekrutan yang biasanya berputar di ruang berdiam diri jika terdapat code of conduct (COC)
lingkup para grup radikal mulai berubah yang akan merugikan kepentingan pihak ketiga
kepada mereka yang tidak punya keterlibatan atau hak dari semua negara dibawah hukum
langsung atau disebut sebagai lone wolf terrorist, internasional. Hal ini dapat diartikan jika
yaitu pelaku teror secara individu tanpa adanya AS dan Australia akan selalu mengupayakan
keterikatan dengan grup teroris. Perilaku lone adanya kesepakatan yang menguntungkan
wolf terrorist dapat terjadi karena pengaruh yang mereka.15 Sengketa perbatasan di wilayah LCS
disebarkan melalui internet dan media sosial.14 telah berubah menjadi arena pertarungan
Upaya dalam memerangi kasus terorisme yang kepentingan banyak pihak baik negara-negara
bersifat lintas negara di kawasan Asia Tenggara ASEAN maupun negara-negara di luar ASEAN.
telah dilakukan dengan berbagai upaya. Upaya Diperlukan suatu kepemimpinan strategis
tersebut seperti kerjasama antar negara seperti dan komitmen negara-negara ASEAN untuk
Our Eyes Initiatives (OEI) yang beranggotakan menjaga kawasan regional tersebut tetap stabil
6 Negara Asia Tenggara untuk saling bertukar dan aman. Maka sentralitas ASEAN dalam me-
informasi intelijen dan pembentukan Trilateral manage konflik harus ditegakkan. Hal ini semata-
Patrol antara Indonesia-Malaysia-Filipina di mata guna melindungi kepentingan nasional
wilayah Laut Sulu. Kepentingan nasional yang masing-masing negara ASEAN, yang dalam hal
sama memunculkan inisitatif untuk bekerja ini termasuk Indonesia. Di era kepemimpinan
sama. Namun kerja sama tersebut memerlukan Joko Widodo, sentralitas Indonesia di ASEAN
kesungguhan dan komitmen yang semaksimal cenderung mengalami penurunan dibandingkan
mungkin dari negara. Hal ini penting dalam di era kepemimpinan SBY.
rangka untuk menjalin beragam inisiatif
kerjasama di kawasan dalam memerangi Citra Positif Kebijakan Luar Negeri
terorisme, radikalisme, dan ekstrimisme garis Indonesia di Era SBY
keras. Indonesia di bawah pemerintahan Susilo
Selain terorisme, permasalahan yang cukup Bambang Yudhoyono (SBY) menampilkan
mendapat perhatian adalah sengketa perbatasan kebijakan luar negeri yang pro aktif dan high
(territorial disputes) di Laut China Selatan (LCS) profile. Hal ini ditandai dengan safari politik
yang menjadi suatu potensi konflik besar. internasional yang dilakukan oleh SBY dalam
Tentu permasalahan di LCS membutuhkan rangka meningkatkan citra positif Indonesia di
kesabaran dalam kerja sama dan dialog dengan kancah internasional. Dengan menggunakan
sekaligus menahan ego nasionalisme masing- jargon “thousand friends zero enemy” SBY ingin
masing negara. Terkait sengketa tersebut menunjukkan posisi penting Indonesia di
telah dilakukan berbagai pertemuan bilateral dunia internasional. Pada tahun-tahun awal
dan multilateral dalam penyelesaiannya yang pemerintahanya, SBY telah mengunjungi
terbukti sampai sekarang tidak ada eskalasi Malaysia dan Singapura yang merupakan
konflik. Namun, pembangunan pangkalan tetangga dekat Indonesia. Hal ini penting
militer China dan Indonesia di kawasan sebagai tanda “perkenalan” sebagai langkah
serta masuknya intervensi Amerika Serikat awal upaya diplomasi di masa yang akan
telah membuat wilayah LCS menjadi sedikit 15 Emanuele Scimia, “South China Sea progress between
memanas. Ditambah lagi adanya pertemuan China and Asean will run into choppy waters with the
US”, South China Morning Post, 29 Februari 2018, diakses
antara AS – Australia yang dikatakan oleh 21 Februari 2019, https://www.scmp.com/comment/
14 J.C. Liow, “Shifting Sands of Terrorism in Southeast insight-opinion/united-states/article/2158455/south-
Asia,” RSIS Commentary, 15 Februari 2018, no. 25: 1-5. china-sea-progress-between-china-and
84 Aji Widiatmaja, Ulul Albab: Indonesia di Era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo: ...
of Civilitations (UNAOC) di Bali tahun 2014 negara-negara lain dalam menjalin kerja sama
silam.21 yang konstruktif dengan Indonesia. Selama
Terpilihnya SBY memberikan harapan beberapa tahun Indonesia di bawah SBY telah
baru bagi terciptanya pemerintahan Indonesia banyak membangun diplomasi internasional
yang lebih baik dan berperan dalam kancah sebagai fokus utama politik luar negeri.
perpolitikan internasional. Hal ini diawali Membangun kedekatan dengan negara mitra
oleh SBY dengan menawarkan kerja sama New kunci yang merupakan negara maju maupun
Asian-African Strategic Partnership (NAASP) negara berkembang diwujudkan dalam bingkai
DI Konferensi Asia–Afrika ke-50 pada April strategic partnership ataupun comprehensive
tahun 2005.22 Rizal Sukma mengatakan jika partnership. Kedua bentuk kemitraan tersebut
terdapat tiga strategi utama dalam politik merupakan suatu cara untuk menyusun struktur
luar negeri SBY. Yang pertama adalah hubungan, persetujuan yang didasarkan
fokus Indonesia dalam memprioritaskan pada prioritas, serta langkah-langkah yang
pembentukan komunitas regional dengan disusun guna mencapai target yang telah
menekankan pada multilateralisme. Hal ini disepakati bersama. Hal ini dapat membuat
ditunjukan dengan keaktifan Indonesia pada kerja sama tersebut menjadi lebih terstruktur
forum-forum multilateral seperti ASEAN, dan terurkur.24 Prinsip “thousand friends zero
APEC, ASEAN + 3, ASEAN Regional Forum enemy” merupakan suatu proyeksi kekuatan
(ARF), dan East Asia Summit (EAS). Fokus soft power Indonesia guna meningkatkan
kedua politik luar negeri Indonesia di bawah kepercayaan dunia internasional sehingga dapat
SBY adalah turut memberikan perhatian pada membangun kerja sama yang konstruktif25
hubungan-hubungan bilateral dengan negara dalam menciptakan stabilitas dan keamanan
major dan regional power yang meliputi Cina, kawasan.
Korea Selatan, Australia, Jepang, dan Amerika
Serikat. Kemudian yang ketiga adalah fokus Pragmatisme Kebijakan Luar Negeri
politik Indonesia dalam upaya untuk aktif dan Indonesia di bawah Joko Widodo
berkontribusi dalam masalah-masalah global Di era Presiden Joko Widodo dapat
seperti perubahan iklim, keamanan energi, dikatakan kebijakan luar negeri Indonesia,
ekonomi, dan pangan.23 jika tidak berbanding berbalik, memiliki
Hal tersebut di atas dilakukan oleh SBY perbedaan yang signifikan dengan SBY.
dalam rangka untuk menciptakan citra positif Banyak kalangan menilai jika Presiden
Indonesia di mata dunia. Efek dari penguatan Joko Widodo memiliki pandangan yang
citra positif dapat meningkatkan kepercayaan inward looking atau lebih memfokuskan pada
21 Sandro Gatra, “Presiden SBY dan Sekjen OKI Bahas
dinamika dalam negeri. Perbedaan latar
Perkembangan ISIS dan Boko Haram”, Kompas.com - belakang dengan SBY menjadi salah satu
29/08/2014, 10:22 WIB, diakses 16 April 2019, https:// faktor yang menentukan gaya kepemimpinan
nasional.kompas.com/read/2014/08/29/10220191/
Presiden.SBY.dan.Sekjen.OKI.Bahas.Perkembangan. Joko Widodo. SBY yang berlatar belakang
ISIS.dan.Boko.Haram militer dan memiliki pengalaman politik
22 Andhik Beni Saputra, “Politik Luar Negeri Indonesia
di bawah Susilo Bambang Yudhoyono tahun nasional dan internasional berbeda dengan
2009-2011,” Repository UNRI, (2012), diakses 27
Februari 2019, https://repository.unri.ac.id/xmlui/ 24 Andhik Beni Saputra, “Politik Luar Negeri Indonesia
bitstream/handle/123456789/1066/PLN%20 di bawah Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2009-
RI%20Era%20Presiden%20SBY%202009-2011. 2011,” 6
pdf?sequence=1&isAllowed=y 25 Tonny Dian Effendi, “Memahami Politik Luar Negeri
23 Andhik Beni Saputra, “Politik Luar Negeri Indonesia Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara
di bawah Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2009- Komprehensif: Resensi Buku,” Indonesian Perspective,
2011, 5 Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81
86 Aji Widiatmaja, Ulul Albab: Indonesia di Era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo: ...
Terdapat empat komponen penanda yang dalam hal ini Presiden Joko Widodo, harus
mengkonstruksi kebijakan inward looking Joko menguasai permasalahan bangsa baik internal
Widodo. Yang pertama terkait dengan prinsip maupun eksternal sebagai modal analisis
dan tujuan politik luar negeri Indonesia. dalam mengambil kebijakan.30 Latar belakang
Prinsip ini tetap berpegang pada konsep bebas- Presiden Joko Widodo yang belum memiliki
aktif yang selama ini dianut pada kebijakan cukup pengalaman perpolitikan internasional,
luar negeri Indoensia. Implementasi dari sangat mempengaruhi warna kebijakan luar
prinsip ini dapat dibaca pada visi-misi Joko negeri Indonesia yang saat ini cenderung
Widodo-Jusuf Kalla yang menginginkan inward looking.
Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan Namun demikian, terdapat pula penanda
berkepribadian gotong royong. Kemudian, bahwa Indonesia di bawah Joko Widodo
Joko Widodo juga memberikan prioritas juga menampilkan kebijakan yang bersifat
pada empat elemen yang berfokus pada outward looking. Akan tetapi, corak outward
rakyat yaitu perlindungan WNI/TKI di luar looking tersebut berbeda dengan SBY yang
negeri, perlindungan sumber daya alam dan mengedepankan citra positif. Indonesia di
perdagangan, produktivitas perekonomian, era Joko Widodo menekankan pada orientasi
dan pertahanan dan keamanan nasional. dan strategi yang berpegang pada kepentingan
Komponen kedua sebagai penanda kebijakan nasional. Upaya penenggelaman kapal asing
inward looking Joko Widodo adalah konstelasi yang mencuri ikan di perairan Indonesia
politik internasional dan regional. Dalam hal dan keaktifan di forum-forum internasional
perkembangan lingkungan strategis global seperti APEC, G20, dan IORA menjadi
dan regional, pemerintah Indonesia cukup penanda outward looking Joko Widodo. Namun
merespons dengan baik terutama dalam isu orientasi kebijakan luar negeri tersebut tetap
keamanan dan ekonomi.29 didasarkan pada pragmatisme “no profit no
Komponen ketiga adalah dinamika politik deal”. Hamzah menyatakan jika Joko Widodo
dalam negeri yang cukup menyita perhatian merupakan pribadi yang berorientasi hasil
Presiden Joko Widodo. Dalam fenomena nyata. Joko Widodo memang tidak selalu
konsolidasi demokrasi paska reformasi, masih nyaman dengan lingkungan internasional di
terdapat beberapa permasalahan yang menjadi tengah-tengah kekuatan politik global.31 Jika
perhatian pemerintah. Permasalahan tersebut di analisis menggunakan Rational Action Model
meliputi penegakan hukum dan HAM, (RAM), maka corak kepemimpinan Joko
pemberantasan korupsi, reformasi birokrasi, Widodo sangat ditentukan oleh pengalaman
dan penguatan lembaga-lemabaga demokrasi. pribadinya yang berbeda dengan SBY. Hal
Penguatan pada elemen-elemen tersebut inilah yang menjadi corak bagi Joko Widodo
sejatinya dapat menjadi elemen positif dalam menjalankan kebijakan luar negeri
bagi citra Indonesia di mata internasional Indonesia di bawah kepemimpinannya.
sebagai salah satu negara demokrasi terbesar Indonesia di bawah Presiden Joko Widodo
di dunia. Komponen keempat adalah gaya pada kenyataannya memiliki cukup prestasi
kepemimpinan Joko Widodo yang didasarkan di dalam kebijakan luar negerinya. Selain
pada konsep Rational Action Model (RAM). bersemangat menggerakkan forum-forum
RAM mengandaikan jika para pembuat 30 Mangadar Situmorang, “Orientasi Kebijakan Politik
kebijakan dan pengambil keputusan politik, Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-
JK,” 76.
29 Mangadar Situmorang, “Orientasi Kebijakan Politik 31 B.A. Hamzah, “Sinking the Ships: Indonesia’s Foreign
Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi- Policy under Jokowi,” RSIS Commentary. No. 16, (20
JK,” 74. Januari 2015): 2
88 Aji Widiatmaja, Ulul Albab: Indonesia di Era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo: ...
oleh pemerintahan SBY. Pada dasarnya, kancah regional berakibat pada menurunnya
Joko Widodo mempunyai sikap skeptis pada peran ASEAN dalam mengelola konflik dan
forum-forum multilateral yang Ia anggap takes ancaman keamanan di wilayah regional. Hal
time dan melelahkan tanpa hasil yang jelas. ini cenderung dapat menarik kekuatan asing
Hal tersebut membuat Presiden Joko Widodo untuk turut campur dan melakukan intervensi
tidak terlalu menggemari forum-forum baik secara langsung maupun tidak langsung.
multilateral kecuali yang dapat memberikan Kegagalan ASEAN untuk meredam infiltrasi
efek langsung bagi Indonesia. China di Asia Tenggara (klaim sepihak LCS dan
Connelly menyatakan jika Joko Widodo pembangunan fasilitas militer) telah membuat
menekankan pada hasil yang nyata dalam Amerika Serikat dan Australia turut bereaksi
bidang ekonomi dan sikap skeptis terhadap dengan membangun pangkalan militer di Papua
forum-forum multilateral membuat diplomasi Nugini. Tentu hal ini dapat meningkatkan
luar negeri Indonesia cenderung turun tensi di kawasan regional yang nantinya juga
dibandingkan di era SBY. Fakta Menunjukkan akan berimplikasi pada instabilitas kawasan.
jika peran Indonesia di ASEAN turut menurun Fakta tersebut seharusnya juga menjadi
yang berakibat pada terganggunya proses pertimbangan Presiden Joko Widodo untuk
pembentukan norma-norma ASEAN dan lebih aktif di forum internasional dan regional
konsensus pada setiap pertemuan di level dan tidak semata-mata menghitung sekedar
ASEAN.35 Kepemimpinan Joko Widodo, untung-rugi. Keaktifan di forum-forum
menurut Rosyidin, cenderung tidak tertarik internasional juga menjadi keharusan karena
pada forum regional. Hal ini dapat dilihat tahun ini Indonesia terpilih menjadi anggota
dari keengganan Joko Widodo dalam tidak tetap Dewan Keamanan (DK) PBB. Hal
menggunakan mekanisme ASEAN untuk ini membuat Indonesia harus aktif dalam setiap
menghadapi sengketa di Laut China Selatan usaha untuk menciptakan perdamaian dunia.
(LCS). Bahkan Indonesia turut “terprovokasi” Indonesia telah lama menjadi “pemimpin” di
untuk mendirikan pangkalan militer di ASEAN yang dapat menjaga stabilitas kawasan
Natuna guna menandingi Cina yang sudah dan mengelola konflik dengan baik. Peran
melakukan hal serupa sebelumnya. Menurut tersebut saat ini seolah-olah hilang karena
Rosydin, kebijakan luar negeri Indonesia sikap pragmatisme dan terlalu fokus pada
di era Joko Widodo bersifat nasionalistis, kepentingan domestik. Penulis berpendapat
unilateralis, berorientasi domestik, dan enggan jika fokus kebijakan suatu pemerintahan
menggunakan mekanisme ASEAN yang seharusnya berfokus inward dan outward
melalui proses panjang.36 Pragmatisme Joko looking sehingga tercipta suatu “equilibrium”
Widodo turut disampaikan oleh Rizal Sukma, atau keseimbangan. Di satu sisi Indonesia
penasehat kebijakan luar negeri Joko Widodo. Ia tetap menjalankan peran dalam forum-forum
menyatakan jika Indonesia akan lebih berfokus internasional dengan tidak meninggalkan
kepada pengembangan diplomasi secara kepentingan nasional. Terciptanya ASEAN
bilateral. Hal ini dikarenakan Joko Widodo sebagai zone of peace, freedom and neutrality
tidak ingin membuang waktu dalam hubungan (ZOPFAN) dapat meminimalisir intervensi
diplomatik yang tidak menguntungkan kekuatan asing sehingga kepentingan nasional
Indonesia.37 Menurunnya peran Indonesia di Indonesia juga tidak terganggu.
35 Ibid, 9.
36 Rosyidin, “The Indonesian Quarterly: Reflection on
ASEAN at its 50th Anniversary,” 225. 18, diakses 16 April 2019, https://thediplomat.
37 P. Prameswaran, “Is Indonesia Turning Away From com/2014/12/is-indonesia-turning-away-from-asean-
ASEAN Under Jokowi?”, The Diplomat, 2014, Desember under-jokowi/
90 Aji Widiatmaja, Ulul Albab: Indonesia di Era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo: ...
akan berjalan lebih maksimal jika stabilitas DAFTAR PUSTAKA
keamanan kawasan dapat terpelihara seperti
sebelumnya. Jika Joko Widodo mampu Alvia, Rizky Alif., Putri, Ganesh Cintika, &
mempertahankan eksistensinya seperti yang Ardhani, Irfan. “Haluan Baru Politik
dilakukan oleh SBY di kancah internasional, Luar Negeri Indonesia: Perbandingan
dan dengan tetap fokus pada penguatan Diplomasi ‘Middle Power’ Susilo Bambang
sektor domestik, maka Joko Widodo akan Yudhoyono dan Joko Widodo”. Jurnal
menciptakan suatu keseimbangan (equilibrium) Hubungan Internasional, Vol. 6, No. 2
dalam kebijakan luar negerinya. Dengan (Oktober 2017-Maret 2018): 152
menggabungkan corak kebijakan luar negeri Buzan, Barry and Waever, Ole. Regions and
tersebut justru akan menghasilkan suatu Powers: The structure of International Security.
kebijakan yang komprehensif, holistik, dan USA: Cambridge University Press, 2003.
menghasilkan keuntungan jangka panjang.
Hal inilah yang akan menjadi kelebihan Rosyidin, Muhammad. “The Indonesian
Joko Widodo dibandingkan dengan SBY. Quarterly: Reflection on ASEAN at its
Keaktifan di forum-forum internasional 50th Anniversary.” Centre for Strategic and
akan menciptakan rasa saling percaya (trust). International Studies (CSIS) Third Quarter
Kepercayaan tersebut akan melahirkan 2017 Vol 45 No. 3 (2017): 225
legitimasi dan citra positif pada suatu negara. Canrong, J. “How America's relationship with
Kemudian legitimasi dan citra positif tersebut China changed under Obama”, World
akan memudahkan suatu negara untuk Economic Forum, 14 Desember 2016.
mencapai kepentingan nasionalnya baik di Diakses 20 Januari 2019. https://www.
kancah domestik maupun internasional. weforum.org/agenda/2016/12/america-
Kerja sama internasional juga merupakan cara china-relationship
terbaik dalam merespons ancaman keamanan, Chandran, N. “Family Terrorism is Southeast
pertahanan, dan instabilitas kawasan. Hal ini Asia's Newest Threat, Defense Officials
dikarenakan tidak ada satu negara pun yang Warn”, CNBC Asia Pacific News, 3 Juni
mampu menghadapi ancaman tanpa bantuan 2018. Diakses 21 Februari 2019, https://
negara lain. Untuk itu, sikap pragmatis dan www.cnbc.com/2018/06/03/family-
unilateralis perlu dihindari oleh negara dalam terrorism-is-southeast-asias-newest-threat-
pergaulan internasional. defense-officials-warn.html
Connelly, Aaron L. “Indonesia in the South
China Sea: Going it alone”, Lowy Institute
for International Policy. (December, 2016): 1
Effendi, Tonny Dian. “Memahami Politik
Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang
Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi
Buku”. Indonesian Perspective Vol. 2, No. 1
(Januari-Juni 2017): 77-81
Fanani, A. F. SBY and the Place of Islam in
Indonesian Foreign Policy. Adelaide: Flinder
University, 2012.
92 Aji Widiatmaja, Ulul Albab: Indonesia di Era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo: ...
Tumanggor, Fetra. “Melihat Politik Luar Negeri
Jokowi”, Tagar News, 25 Oktober 2017.
Diakses 27 Februari 2019, https://www.
tagar.id/melihat-politik-luar-negeri-jokowi
Wirasenjaya, Ade M. “Indonesia’s Foreign Policy
and Multi-Track Regionalism”. Advances
in Social Science, Education and Humanities
Research, volume 8 (2017): 176.