Professional Documents
Culture Documents
1 PB
1 PB
70
Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia…..| 71
sehingga aturan hukumnya pun belum banyak dibahas. dasar.2 Fatwa adalah pendapat ulama yang merupakan
Sedangkan jual beli seperti ini sudah banyak dilakukan di respons terhadap pertanyaan atau situasi yang ada pada
masyarakat. zamannya yang muncul karena perubahan yang dialami
Melihat fenomena di atas tentunya menjadi hal yang oleh masyarakatnya karena perubahan pola hidup atau
baru di bidang muamalah. Jual beli mata uang rupiah karena perkembangan teknologi.3
merupakan bentuk perkembangan dari kemajuan Dewan Syariah Nasiopnal (DSN)
kehidupan manusia, sehingga aturan hukumnya pun belum Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah lembaga yang
banyak dibahas. Sedangkan jual beli seperti ini sudah dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang secara
banyak dilakukan di masyarakat. Pertukaran mata uang struktural berada dibawah MUI. Tugas Dewan Syariah
rupiah yang sudah lusuh dengan mata uang rupiah yang Nasional (DSN) adalah menjalankan tugas Majelis Ulama
bagus sangatlah berbeda nominalnya. Sedangkan dalam Indonesia (MUI) dalam masalah0masalah yang
Islam, persamaan jenis pertukaran dapat mengindikasikan berhubungan dengan ekonomi syariah, baik yang
riba jika nominalnya berbeda dan tidak tunai, dan hal ini berhubungan dengan aktivitas lembaga keuangan syariah
menyebabkan tidak sahnya transaksi jual beli tersebut. ataupun lainnya. Pada prinsipnya, pembentukan Dewan
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di Syarah Nasional (DSN) dimaksudkan oleh Majelis Ulama
atas peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam lagi Indonesia (MUI) sebagai usaha untuk efisiensi dan
mengenai bagaimana praktik jasa penukaran uang di koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang
bandung berdasarkan hukum Islam dan fatwa DSN-MUI, berhubungan dengan masalah ekonomi dan keuangan.
oleh karena itu sudah sesuaikah pratik penukaran uang Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
dibandung apabila ditinjau dari Hukum Islam dan Fatwa (DSN-MUI) sebagai lembaga yang mempunyai otoritas
DSN-MUI dengan judul: “Analisis Fatwa Dewan Syariah dalam pembuatan fatwa di bidang ekonomi syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 28/DSN- mempunyai beberapa tugas dan wewenang. Dalam
MUI/III/2002 Tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf) Pedoman Dasar DSN-MUI yang termuat dalam Bab IV
Terhadap Jasa Penukaran Uang Di Jalan Merdeka Keputusan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Bandung”. Indonesia Nomor 01 Tahun 2000, Tugas dan Wewenang
Selanjutnya Selanjutnya tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai Berikut: 1.Mengeluarkan fatwa yang
diuraikan sebagai berikut: mengikat Dewan Pengawas Syariah di masing-masing
1. Untuk mengetahui pengelolaan wakaf uang lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan
menurut fikih wakaf dan UU No. 41 tahun 2004 hukum pihak terkait. 2.Mengeluarkan fatwa yang menjadi
tentang wakaf. landasan bagi ketentuan atau peraturan yang dikeluarkan
2. Untuk mengetahui praktik pengelolaan wakaf oleh instansi yang berwenang, seperti (kementerian
uang Tenda Visi Indonesia. keuangan) dan Bank Indonesia. 3.Memberikan
3. Untuk mengetahui tinjauan fikih wakaf dan UU rekomendasi dan/atau mencabut rekomendasi nama-nama
No. 41 tahun 2004 tentang wakaf terhadap yang akan duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah pada
pengelolaan wakaf uang oleh Yayasan Tenda Visi suatu Lembaga Keuangan Syariah. 4.Mengundang para
Indonesia. ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan
dalam pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas
II. LANDASAN TEORI moneter/lembaga keuangan dalam maupun luar negeri.
5.Memberikan peringatan kepada Lembaga Keuangan
A. Fatwa Syariah untuk menghentikan penyimpangan dari fatwa
Fatwa ( )ﺍﻟﻔﺘﻮﻯmenurut bahasa berarti jawaban yang telah dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.
mengenai suatu kejadian (peristiwa), yang merupakan 6.Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk
bentukan sebagaimana dikatakan Zamakhsyarin dalam al- mengambil tindakan apabila peringatan tidak diindahkan.
kasysyaf dari kata ( ﺍﻟﻔﺘﻲal-fataa/pemuda) dalam usianya, B. Jual Beli Uang (Al-Sharf)
dan sebagai kata kiasan (metafora) atau (isti’arah).
Sedangkan pengertian fatwa menurut syara’ adalah Al-sharf secara bahasa berarti al-ziyadah (tambahan),
menerangkan hukum syara’ dalam suatu persoalan sebagai al-adl (seimbang), al-hilah (memalingkan), penukaran,
4
jawaban dari suatu pertanyaan, baik si penanya itu jelas atau transaksi jual-beli. . Al-sharf kadang kadang dipahami
identitasnya maupun tidak, baik perseorangan maupun berasal dari kata shorofa yang berarti membayar dengan
kolektif.1
Fatwa merupakan jawaban resmi terhadap pertanyaan
dan persoalan yang menyangkut masalah hukum. Fatwa
bukanlah sebuah keputusan hukum yang dibuat dengan
gampang, atau yang disebut dengan membuat hukum tanpa
1
Yusuf Qardhawi, Fatwa Antara Ketelitian dan .
Kecerobohan, Jakarta: Gema Insani Press, 1997, hlm. 5. .
Fatwa merupakan jawaban resmi terhadap pertanyaan usaha pasti ada imbalannya. Sedangkan jasa atau upah
dan persoalan yang menyangkut masalah hukum. Fatwa yang didapat oleh penyedia jasa penukaran uang
bukanlah sebuah keputusan hukum yang dibuat dengan diperbolehkan sepanjang itu setimpal dengan jerih payah
mudah, atau yang disebut dengan membuat hukum tanpa yang dilakukan dalam mencapai target pendapatan. Seperti
dasar. Fatwa adalah pendapat ulama yang merupakan yang telah dikemukakan oleh Sayyid Sabiq, persoalan
respons terhadap pertanyaan atau situasi yang ada pada upah ini merupakan ketentuan yang disyari’atkan baik
zamannya yang muncul karena perubahan yang dialami dalam Alqur’an dan al-Sunnah. Untuk itu pula, Sayyid
oleh masyarakatnya karena perubahan pola hidup atau Sabiq mengatakan bahwa upah yang akan diberikan itu
karena perkembangan teknologi. Oleh karena itu, fatwa harus diketahui oleh yang bersangkutan. Karena itu, orang
merupakan pendapat ulama dalam rangka turut serta yang mendapatkan upah tidak berarti ia kehilangan pahala
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh atas kerjanya. Karena bekerja mencari nafkah untuk
masyarakat. Oleh karena itu, fatwa bersifat domestik, memenuhi kebutuhan hidup juga menjadi suatu kewajiban.
situasional, dan temporal.
C. Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Fatwa tidak boleh dikeluarkan oleh sembarangan
Ulama Indonesia Nomor 28/DSN-MUI/III/2002
pihak, namun fatwa harus dikeluarkan oleh pihak atau
Tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf) Terhadap
lembaga yang mempunyai kompetensi untuk itu. Jika
Jasa Penukaran Uang di Jalan Merdeka Bandung
fatwa dikeluarkan secara sembarangan akan melahirkan
tindakan tahakkum (perbuatan membuat-buat hukum) dan Pada dasarnya, etika bisnis Islam merupakan hal yang
tasyarru (membuat-buat syariah baru), keduanya dilarang menjadi acuan bagi manusia dalam menjalankan bisnis,
agama. karena bisnis adalah suatu kegiatan individu yang
menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna
B. Praktik Jasa Penukaran Uang di Jalan Merdeka
mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan
Bandung
masyarakat. Oleh karena itu dalam menjalankan bisnis
Tingginya permintaan masyarakat terhadap penukaran hendaknya pelaku bisnis bertumpu pada prinsip-prinsip
uang pecahan dan kurangnya pelayanan yang disediakan etika bisnis Islam yang menyangkut baik dan buruknya,
membuat sebagian masyarakat berfikir untuk menjalankan apa yang diperbolehkan dan dilarang, halal dan haram
bisnis penukaran uang tersebut. yang dilakukan dalam berbisnis.
Tukar-menukar atau jual beli uang dalam Islam Jual beli dalam konsep Islam sangat melarang adanya
disebut juga Al-Sharf. Sebagaimana yang telah dijelaskan aspek zalim. Maksudnya, dalam jual beli tersebut umat
pada bab 2 bahwa yang dimaksud dengan sharf adalah Islam sangat dilarang melakukan hal-hal yang dapat
perdagangan valuta asing, baik dilakukan atas valuta asing merugikan orang lain demi keuntungan yang ingin
sejenis maupun beda jenis dan dilakukan secara tunai. diperolehnya.
Pada dasarnya Islam memandangauangahanyaasebagai alat Seiring kemajuan zaman permasalahan jual beli
tukar, bukan sebagai barang dagangan (komoditas). semakin berkembang dan banyak hal-hal baru yang
Pada dasarnya Islam memandang uang hanya sebagai muncul. Seperti halnya pelaksanaan jasa penukaran uang
alat tukar, bukan sebagai barang dagangan (komoditas). baru menjelang hari raya idul fitri.
Oleh karena itu motif permintaan akan uang adalah untuk Melihat bagaimana praktik jasa penukaran uang
memenuhi kebutuhan transaksi (money demand for dengan pencantuman harga uang pada jasa layanan
transaction), bukan untuk spekulasi. Islam juga sangat penukaran uang di Jalan Merdeka Bandung yang sudah
menganjurkan penggunaan uang dalam pertukaran karena dijelaskan sebelumnya terdapat selisih nominal yang
Rasulullah telah menyadari kelemahan dari salah satu berbeda dari nominal yang ditukarkan. Terkait adanya
bentuk pertukaran di zaman dahulu yaitu barter (bai' al perbedaan nominal tersebut maka hal tersebut menjadi
muqayadah), di mana barang saling dipertukarkan. sebuah pertentangan di tengah masyarakat umum terkait
Ketika menjelang bulan Ramadhan pengurangannya adanya perbedaan nominal tersebut. Namun pada kasus ini
menajdi 10%, sedangkan menjelang hari raya tambahannya pihak penyedia jasa penukaran uang mengkonfirmasi
dapat mencapai 15% pengurangan tersebut dipatokkan terkait adanya perbedaan nominal yang telah ditetapkan
sesuai dengan tingkat kesulitan dalam mendapatkan uang sesuai dengan besaran jasa yang dilakukan. Jika melihat
pecahan, jadi ketika hari biasa menjelang bulan Ramadhan praktik tersebut apabila ditinjau dari prisip-prinsip hukum
untuk mendapatkan uang pecahan lebih mudah, karena Islam dan Fatwa Dewan Syariah Nasional yang sudah
tidak banyak masyarakat yang pergi menukarkan uang ke ditetapkan baik dalam Alquran dan Hadis serta fatwa yang
bank . Beda halnya dengan bulan Ramadhan (hari telah ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis
menjelang lebaran), banyak orang yang membutuhkan Ulama Indonesia.
uang pecahan, sehingga tingkat kesulitan atau jerih payah Menjelang Hari Raya biasanya penyedia jasa
yang dialami oleh para penyedia jasa dalam mendapatkan menawarkan jasa penukaran uang di sekitaran jalan
uang pecahan berbeda yakni dua kali lipat lebih sulit Merdeka Bandung, dengan alasan tempat tersebut sebagai
dibandingkan dengan hari biasa. pusat kota dan juga dekat dengan pusat pertokoan. Uang
Alqur’an menjelaskan bahwa Allah menegaskan setiap yang dapat ditukarkan bervariasi. Mulai dari Rp 100.000
dengan pecahan mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 20.000. atau penambahan maka tidak diperbolehkan
Untuk penukaran uang Rp 100.000 dapat ditukar dengan karena terdapat riba.
pecahan Rp 2.000 sebanyak 40 lembar atau Rp 5.000
B. Saran
sebanyak 16 lembar. Nilai penguranganya tergantung
kapan konsumen menukarkan uang, tambahan 10% Berdasarkan simpulan di atas mengenai Jasa
sebagai jasanya pada hari-hari biasa seperti ini, pada awal Penukaran Uang , Penulis akan memberikan saran sebagai
Ramadhan pengurangannya 10%, sedangkan saat berikut:
menjelang lebaran nilai pengurangannya sebesar 15% 1. Fatwa DSN-MUI No 28/DSN-MUI/III/2002
hingga 20% sebagai jasanya. Tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf)
kegiatan jual beli mata uang yang dilakukan di jalan seharusnya memiliki sanksi hukum yang mengikat
Merdeka Bandung terhadap Fatwa DSN-MUI bertentangan kepada lembaga maupun perorangan dengan cara
karena menurut Fatwa DSN-MUI pada point tiga tentang materi Fatwa DSN-MUI diadopsi ke dalam bentuk
ketentuan umum transaksi jual beli mata uang dijelaskan peraturan berupa undang-undang ataupun
bahwa apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang peraturan daerah sehingga tidak ada lagi lembaga
sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (at- maupun perorangan yang tidak sesuai dengan
taqabudh) dan apabila nilainya berbeda maka hukumnya ketentuan Fatwa DSN.
riba. Menurut Panji Adam dalam bukunya riba fadhl 2. Bagi penyedia jasa penukaran uang, hendaknya
merupakan pertukaran antar barang sejenis dengan kadar akad yang digunakan harus jelas yaitu akad ijarah,
atau takaran yang berbeda, sedangkan barang yang sehingga tidak terjebak dalam akad jual beli uang.
dipertukarkan itu termasuk kedalam jenis barang ribawi. 3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini
dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dan
acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
IV. SIMPULAN
A. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa penulis,
maka simpulan dari penelitian ini adalah sebagai Sumber Buku:
[1] A. Hassan, 1999, Terjemah Bulughul Maram Ibnu Hajar Al-
berikut : ‘Asqalani, Bandung: Diponegoro.
1. Dewan Syariah Nasional memendang perlu [2] A.Djazuli, 2002 Yadi Janwari (ed.), Lembaga-lembaga
menetapkan fatwa tentang Al-sharf untuk perekonomian Umat Sebuah Pengenalan, Jakarta: Raja Grafindo
dijadikan pedoman dalam transaksi jual beli mata Persada.
uang dengan ketentuan : (a) Tidak untuk spekulasi [3] Ahmad Ahsan, 2005, Mata Uang Islam Telaah Komprehensif
Sistem Keuangan Islam terjemahan dari buku Al-Auraq Al-
(untung-untungan) (b) Ada kebutuhan transaksi Naqdiyah fi Al-Iqtishad Al-Islamy ,Qimatuha wa Ahkamuha oleh
atau untuk berjaga-jaga (simpanan) (c)Apabila saifurrahman Barito dan Zulfakar Ali, Jakarta: PT. Raja Grafindo
transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis Persada,
maka nilainya harus sama dan secara tunai (d) [4] Ahyar A. Gayo, 2011 Kedudukan Fatwa MUI Dalam Upaya
Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan Mendorong Pelaksanaan Ekonomi Syariah, Penelitian Hukum
Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementrian Hukum dan
dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat HAM RI.
transaksi dilakukan dan secara tunai.
[5] Departemen Agama RI, 2005, Al Qur`an dan Terjemahnya ,
2. Penukaran uang di Jalan Merdeka Bandung Bandung: Diponegoro.
bervariasi mulai dari uang pecahan Rp 1000 [6] Fatwa Dewan Syariah Nasiaonal No: 28/DSN-MUI/III/2002
hingga Rp 20.000. Untuk penukaran uang Rp Tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf)
100.000 dapat ditukar dengan pecahan Rp 2.000 [7] Harun Nasution, 1975 Pembaharuan Dalam Islam: Sdejarah
sebanyak 45 lembar. Nilai penguranganya Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang.
tergantung kapan konsumen menukarkan uang, [8] Murtadho Muthahari, 1995 Ar-Riba Wa At-Ta'min, Terj. Irwan
jika pada awal Ramadhan pengurangannya 10%, Kurniawan "Asuransi dan Riba", Pustaka Hidayah, Bandung.
sedangkan saat menjelang lebaran nilai [9] Panji Adam, 2017 Fikih Muamalah Maliyah, PT.Refika Aditama,
Bandung.
tambahannya sebesar 15% hingga 20% sebagai
jasanya. [10] Wahbah Al-Zuhaili, 1985, Al Fiqh Al-Islam Wa Adillatuh
Damsyik: DarAl-Fikr,
3. Kegiatan jual beli uang yang dilakukan di jalan
[11] Yusuf Qardhawi, 1997 Fatwa Antara Ketelitian dan Kecerobohan,
Merdeka Bandung bertentangan dengan Fatwa Jakarta: Gema Insani Press.
DSN-MUI Nomor 28 tentang jual beli uang (Al-
Sumber Wawancara:
Sharf) pada point tiga tentang ketentuan umum
[12] Teti, (24 Mei 2019) Jasa penukaran uang di Jalan Merdeka
transaksi jual beli mata uang dijelaskan bahwa Bandung
apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang
[13] Agus, (29 Mei 2019) Pengguna Jasa penukaran uang di Jalan
sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai Merdeka Bandung.
(at-taqabudh). Jika nilainya terdapat pengurangan 0