You are on page 1of 5

Prosiding Hukum Ekonomi Syariah ISSN 2460-2159

Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis


Ulama Indonesia Nomor 28/Dsn-Mui/Iii/2002 tentang
Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf) terhadap Jasa
Penukaran Uang
Muhammad Shaleh Avif, Amrullah Hayatudin, Panji Adam
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah, Universitas Islam Bandung
Jl. Tamansari No. 140116
sholehafif36@gmail.com, amrullahhayatudin@gmail.com, panjiadam06@gmail.com

data sekunder berupa buku, jurnal dan literatur lainnya.


Abstarct—Exchange of money in muamalah fiqh is called Teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara.
Al-Sharf which is a sale and purchase agreement. This is as
happened in Jalan Merdeka, Bandung City, a business that Dewan Syariah Nasional memendang perlu menetapkan
exchanges money that is rife before Idul Fitri. The Indonesian fatwa tentang Al-sharf untuk dijadikan pedoman dalam
Ulema Council regulates the sale and purchase of currencies transaksi jual beli mata uang. Pada praktinya penukaran uang
(Al-Sharf) in Fatwa Number 28 / DSN-MUI / III / 2002 Rp 100.000 dapat ditukar dengan pecahan Rp 2.000 sebanyak
concerning Currency Trading (Al-Sharf). In this case the 45 lembar. Kegiatan jual beli mata uang yang dilakukan di
authors formulate a problem with the aim of knowing the Jalan Merdeka Bandung bertentangan dengan Fatwa DSN-
practice of money exchange services on Jalan Merdeka MUI pada point tiga, yaitu jika nilainya berbeda maka
Bandung and also to find out the Fatwa Analysis of the National hukumnya riba.
Sharia Council of the Indonesian Ulema Council No 28 / DSN-
MUI / III / 2002 Concerning Currency Trading (Al-Sharf) Kata Kunci—Fatwa DSN-MUI, Akad, Al-Sharf
Against Money Exchange Services on Jalan Merdeka Bandung.
I. PENDAHULUAN
The method in this study is a qualitative method with a
descriptive analysis approach. The object of this study is the A. Latar Belakang Masalah
primary data source in the form of interviews and secondary
data sources in the form of books, journals and other literature. Istilah jual beli adalah salah satu kegiatan ekonomi
Data collection techniques in the form of observation and yang mendapat tempat khusus dalam Islam. Islam
interviews. memberikan kebebasan individu umatnya untuk
The National Sharia Council has kicked the need to
menjadikan jual beli sebagai mata pencaharian, Islam
establish a fatwa on Al-sharf to be used as a guideline in memberikan kebebasan melakukan kegiatan ekonomi
currency trading transactions. In practice, the exchange of Rp selama tidak dilarang oleh nash. Seiring kemajuan zaman
100,000 can be exchanged with Rp. 2,000 denominations. permasalahan jual beli semakin berkembang dan banyak
Currency trading activities carried out on Jalan Merdeka hal-hal baru yang muncul. Seperti halnya pelaksanaan jasa
Bandung are in conflict with the DSN-MUI Fatwa on point penukaran uang yang masih bagus menjelang hari raya idul
three, that is, if the value is different then the law is usury. fitri.
Keywords—DSN-MUI Fatwa, Contract, Al-Sharf Perdagangan mata uang dalam fiqih muamalah
dinamakan Al-Sharf yang merupakan sebuah nama
Abstrak—Tukar-menukar uang dalam fiqih muamalah
dinamakan Al-Sharf yang merupakan akad jual beli uang. Hal transaksi atau penjualan nilai harga (Semua jenis nilai
ini sebagaimana terjadi di Jalan Merdeka Kota Bandung, bisnis harga) satu dengan yang lain. Kata Al-Sharf menurut
penukaran uang yang marak terjadi menjelang Idul Fitri. Wahbah Al-Zuhaili adalah jual beli satu mata uang dengan
Majelis Ulama Indonesia mengatur jual beli mata uang (Al- mata uang lainnya baik sejenis maupun lain jenis, seperti
Sharf) dalam Fatwa Nomor 28/DSN-MUI/III/2002 Tentang Jual jual beli emas dangan emas, perak dengan perak, atau emas
Beli Mata Uang (Al-Sharf). Dalam hal ini penulis merumuskan dengan perak baik berupa perhiasan maupun mata uang
masalah dengan tujuan Untuk mengetahui Praktik Jasa MUI melalui fatwanya No: 28/DSN-MUI/III/2002
Penukaran Uang di Jalan Merdeka Bandung dan juga untuk mengatur bahwa transaksi jual beli mata uang boleh
mengetahui Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
dengan ketentuan sebagai berikut: Tidak untuk spekulasi
Ulama Indonesia No 28/DSN-MUI/III/2002 Tentang Jual Beli
Mata Uang (Al-Sharf) Terhadap Jasa Penukaran Uang di Jalan
(Untung-untungan), ada kebutuhan transaksi atau untuk
Merdeka Bandung. berjaga-jaga (simpanan), apabila transaksi dilakukan
terhadap mata uang sejenis nilainya harus sama dan secara
Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif tunai .fenomena ini tentunya menjadi hal yang baru di
dengan pendekatan deskriptif analisis. Objek penelitian ini bidang muamalah. Jual beli mata uang rupiah merupakan
adalah sumber data primer berupa wawancara dan sumber
bentuk perkembangan dari kemajuan kehidupan manusia,

70
Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia…..| 71

sehingga aturan hukumnya pun belum banyak dibahas. dasar.2 Fatwa adalah pendapat ulama yang merupakan
Sedangkan jual beli seperti ini sudah banyak dilakukan di respons terhadap pertanyaan atau situasi yang ada pada
masyarakat. zamannya yang muncul karena perubahan yang dialami
Melihat fenomena di atas tentunya menjadi hal yang oleh masyarakatnya karena perubahan pola hidup atau
baru di bidang muamalah. Jual beli mata uang rupiah karena perkembangan teknologi.3
merupakan bentuk perkembangan dari kemajuan Dewan Syariah Nasiopnal (DSN)
kehidupan manusia, sehingga aturan hukumnya pun belum Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah lembaga yang
banyak dibahas. Sedangkan jual beli seperti ini sudah dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang secara
banyak dilakukan di masyarakat. Pertukaran mata uang struktural berada dibawah MUI. Tugas Dewan Syariah
rupiah yang sudah lusuh dengan mata uang rupiah yang Nasional (DSN) adalah menjalankan tugas Majelis Ulama
bagus sangatlah berbeda nominalnya. Sedangkan dalam Indonesia (MUI) dalam masalah0masalah yang
Islam, persamaan jenis pertukaran dapat mengindikasikan berhubungan dengan ekonomi syariah, baik yang
riba jika nominalnya berbeda dan tidak tunai, dan hal ini berhubungan dengan aktivitas lembaga keuangan syariah
menyebabkan tidak sahnya transaksi jual beli tersebut. ataupun lainnya. Pada prinsipnya, pembentukan Dewan
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di Syarah Nasional (DSN) dimaksudkan oleh Majelis Ulama
atas peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam lagi Indonesia (MUI) sebagai usaha untuk efisiensi dan
mengenai bagaimana praktik jasa penukaran uang di koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang
bandung berdasarkan hukum Islam dan fatwa DSN-MUI, berhubungan dengan masalah ekonomi dan keuangan.
oleh karena itu sudah sesuaikah pratik penukaran uang Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
dibandung apabila ditinjau dari Hukum Islam dan Fatwa (DSN-MUI) sebagai lembaga yang mempunyai otoritas
DSN-MUI dengan judul: “Analisis Fatwa Dewan Syariah dalam pembuatan fatwa di bidang ekonomi syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 28/DSN- mempunyai beberapa tugas dan wewenang. Dalam
MUI/III/2002 Tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf) Pedoman Dasar DSN-MUI yang termuat dalam Bab IV
Terhadap Jasa Penukaran Uang Di Jalan Merdeka Keputusan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Bandung”. Indonesia Nomor 01 Tahun 2000, Tugas dan Wewenang
Selanjutnya Selanjutnya tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai Berikut: 1.Mengeluarkan fatwa yang
diuraikan sebagai berikut: mengikat Dewan Pengawas Syariah di masing-masing
1. Untuk mengetahui pengelolaan wakaf uang lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan
menurut fikih wakaf dan UU No. 41 tahun 2004 hukum pihak terkait. 2.Mengeluarkan fatwa yang menjadi
tentang wakaf. landasan bagi ketentuan atau peraturan yang dikeluarkan
2. Untuk mengetahui praktik pengelolaan wakaf oleh instansi yang berwenang, seperti (kementerian
uang Tenda Visi Indonesia. keuangan) dan Bank Indonesia. 3.Memberikan
3. Untuk mengetahui tinjauan fikih wakaf dan UU rekomendasi dan/atau mencabut rekomendasi nama-nama
No. 41 tahun 2004 tentang wakaf terhadap yang akan duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah pada
pengelolaan wakaf uang oleh Yayasan Tenda Visi suatu Lembaga Keuangan Syariah. 4.Mengundang para
Indonesia. ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan
dalam pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas
II. LANDASAN TEORI moneter/lembaga keuangan dalam maupun luar negeri.
5.Memberikan peringatan kepada Lembaga Keuangan
A. Fatwa Syariah untuk menghentikan penyimpangan dari fatwa
Fatwa (‫ )ﺍﻟﻔﺘﻮﻯ‬menurut bahasa berarti jawaban yang telah dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.
mengenai suatu kejadian (peristiwa), yang merupakan 6.Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk
bentukan sebagaimana dikatakan Zamakhsyarin dalam al- mengambil tindakan apabila peringatan tidak diindahkan.
kasysyaf dari kata ‫( ﺍﻟﻔﺘﻲ‬al-fataa/pemuda) dalam usianya, B. Jual Beli Uang (Al-Sharf)
dan sebagai kata kiasan (metafora) atau (isti’arah).
Sedangkan pengertian fatwa menurut syara’ adalah Al-sharf secara bahasa berarti al-ziyadah (tambahan),
menerangkan hukum syara’ dalam suatu persoalan sebagai al-adl (seimbang), al-hilah (memalingkan), penukaran,
4
jawaban dari suatu pertanyaan, baik si penanya itu jelas atau transaksi jual-beli. . Al-sharf kadang kadang dipahami
identitasnya maupun tidak, baik perseorangan maupun berasal dari kata shorofa yang berarti membayar dengan
kolektif.1
Fatwa merupakan jawaban resmi terhadap pertanyaan
dan persoalan yang menyangkut masalah hukum. Fatwa
bukanlah sebuah keputusan hukum yang dibuat dengan
gampang, atau yang disebut dengan membuat hukum tanpa

1
Yusuf Qardhawi, Fatwa Antara Ketelitian dan .
Kecerobohan, Jakarta: Gema Insani Press, 1997, hlm. 5. .

Hukum Ekonomi Syariah


72 | Muhammad Shaleh Avif, et al.
5 Qur'ân dan agama-agama samawi lainnya adalah sebuah
penambahan . Dalam kamus istilah fiqh, disebutkan bahwa
ba’i sharf adalah menjual mata uang dengan mata uang aturan dalam perilaku ekonomi. Ini sesuai dengan pendapat
(emas dengan emas). Adapun pengertian al-sharf secara para filosof yang mengatakan bahwa uang tidak bisa
istilah, para fuqaha menyampaikan definisi yang berbeda- menghasilkan uang. Para ahli ekonomi menetapkan
beda, antara lain: 1.Menurut madzhab Hanafi, sharf adalah beberapa cara menghasilkan uang Pinjaman berbunga
sebuah nama untuk jual beli tsaman mutlak, apakah tsaman selamanya tidak akan merugi, bahkan selalu menghasilkan.
tersebut sama jenisnya atau beda jenisnya. 2.Menurut Bunga adalah hasil nilai pinjaman. Kalau sebab
madzhab Maliki, sharf adalah jual beli uang dengan jenis penghasilannya pinjaman, maka berarti usahanya melalui
berbeda, seperti emas dan perak atau sebaliknya, atau jual perantaraan orang lain yang tentunya tidak akan rugi.
beli keduanya (emas dan perak) dengan fulus 3.Menurut Banyaknya praktek riba juga menyebabkan dominasi
madzhab Syafi‟i, sharf adalah jual beli uang dengan uang, modal di suatu bidang usaha. Dengan begitu, akan mudah
sejenis atau beda jenis. Dilihat dari dzahir definisi, yang terjadi kekosongan dan pengangguran yang menyebabkan
dimaksud sharf. kehancuran dan kemalasan.
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan para Selain itu, kebolehan akad sharf ini didasarkan pada
ulama di atas dapat dipahami kesimpulan bahwa yang hadis Rasulullah Saw. antara lain:
dimaksud dengan sharf adalah perdagangan valuta asing, ‫ض َة‬َّ ‫ َو ْﺍﻟ ِﻔ‬, ‫ب‬ ِ ‫َب ِباﻟذَّ َه‬ ُ ‫س ْﻮ ُل هللا ص (ﺍَﻟذَّه‬ ُ ‫ َقالَ َر‬: َ‫ت َقال‬ ِ ِ‫ع َبادَ ِة ِب ْن ﺍﻟصَّام‬ ُ ‫ع ْن‬َ
baik dilakukan atas valuta asing sejenis maupun beda jenis ‫ال‬ً ‫ مِ ْث‬, ‫ح‬ ِ ْ
‫ل‬ ِ‫م‬ ْ
‫اﻟ‬ ‫ب‬
ِ ‫ح‬
ُ ْ
‫ل‬ ِ‫م‬ ْ
‫ﺍﻟ‬ ‫و‬ َ ِ ِ, ‫ر‬ ‫م‬
ْ َّ ‫ﺘ‬‫اﻟ‬ ‫ب‬ ‫ر‬
ُ ‫م‬ْ َّ ‫ﺘ‬‫ﺍﻟ‬ ‫و‬
َ ِ , ‫ْر‬‫ي‬ ‫ع‬ ِ َّ
‫ش‬ ‫اﻟ‬ ‫ب‬
ِ ‫ْر‬ُ ‫ي‬ ‫ع‬ِ َّ
‫ش‬ ‫ﺍﻟ‬‫و‬ َ ِ ِ ‫ض ِة َو ْﺍﻟ‬
, ‫ُر‬ ‫ب‬ ْ
‫اﻟ‬ ‫ب‬ ‫ُر‬ُّ ‫ب‬ َّ ‫ِب ْاﻟ ِﻔ‬
dan dilakukan secara tunai. ‫ْف شِ ئْﺘ ُ ْم ِﺍ َذﺍ‬ َ ‫ي‬ َ
‫ك‬ ‫ﺍ‬ ‫ﻮ‬
ْ ُ ‫ع‬ ‫ي‬
ْ ‫ب‬
ِ َ ‫ف‬ ‫َاف‬
ُ ‫ن‬ ‫ص‬
ْ َ
‫ل‬ ْ ‫ﺍ‬ ‫ه‬ ِ ‫ذ‬ِ ‫ه‬
َ ْ
‫َت‬ ‫ﻔ‬ َ ‫ل‬َ ‫ﺘ‬ ْ
‫ﺍخ‬ ‫ﺍ‬ َ ‫ذ‬ ِ
‫ا‬ َ ‫ف‬ ,ٍ ‫د‬ ‫ي‬
َ ‫ب‬
ِ ‫ًﺍ‬ ‫د‬ ‫ي‬
َ , ٍ‫ﺍء‬ ‫ﻮ‬
َ ‫س‬
َ ‫ب‬
ِ ‫ء‬
ً ‫ﺍ‬‫ﻮ‬َ ,‫بِمِثْ ٍل‬
‫س‬
َ
8‫َكانَ َيدًﺍ ِبيَدٍ) َر َوﺍهُ ُم ْسلِم‬
C. Dasar Hukum Tukar Menukar Uang “Dari Ubadan bin Shamit, ia berkata: Telah bersabda
Para ulama berpendapat, bahwa transaksi sharf rasulullah Saw.: (Boleh jual) emas dengan emas, dan
diperbolehkan dalam Islam. Keabsahan akad sharf perang dengan perak, dan bur dengan bur, dan sya’ir
didasarkan pada Alquran, Al-Sunah, dan Ijma’. Alquran dengan sya’ir, dan tamar dengan tamar, dan garam dengan
yang menjadi dasar bagi keabsahan akad sharf terdapat garam, mitsil dengan mitsil, sama dengan sama, tunai
dalam surah Al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi:6 dengan tunai, tetapi apabila berlainan macamnya bolehlah
kamu jual sebagai mana kamu kehendaki jika ada ia
         tunai”(HR. Muslim)
Hadis tersebut menjesalkan, bahwa syarat tukar
        ‫ش‬  menukar mata uang jenis, misalnya dinar mesir dengan
dinar persia harus dilakukan secara tunai, kualitas dan
            kuantitsanya harus sama atau seimbang. Begitu juga
dengan pertukaran rupiah dengan dolar harus dilakukan
            secara tunai dan seimbang.9

7        


III. HASIL DAN PEMBAHASAN
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang A. Fatwa Dewan Syariah Nasional Mengatur Tentang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Jual Beli Uang
keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu bahwa Fatwa mempunyai kedudukan yang tinggi dalam
sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual agama Islam. Fatwa dipandang sebagai salah satu alternatif
beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah yang bisa memecahkan kebekuan dalam perkembangan
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus hukum Islam dan ekonomi Islam. Fatwa juga merupakan
berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang salah satu alternatif untuk menjawab perkembangan zaman
Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan yang tidak ter-cover dengan nash-nash keagamaan (An-
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali Nushuh Asy-Syar’iyah). Nash-nash keagamaan telah
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni- berhenti secara kuantitasnya, akan tetapi permasalahan dan
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al- kasusnya semakin berkembang pesat seiring dengan
Baqarah [2]:275) perkembangan zaman. Dalam kondisi seperti inilah fatwa
Ayat diatas menjelaskan, Pengharaman riba dalam al- menjadi salah satu alternatif jalan keluar mengurangi
permasalahan dan peristiwa yang muncul.
5
Murtadho Muthahari, Ar-Riba Wa At-Ta'min, Terj.
Irwan Kurniawan "Asuransi dan Riba", Pustaka Hidayah,
8
Bandung, 1995, hlm. 219. A. Hassan. Terjemah Bulughul Maram Ibnu Hajar Al-
8 ‘Asqalani, Bandung: Diponegoro, 1999, hlm. 365.
9
. Panji Adam, Fikih Muamalah Maliyah..., hlm. 87

Volume 6, No. 1, Tahun 2020


Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia…..| 73

Fatwa merupakan jawaban resmi terhadap pertanyaan usaha pasti ada imbalannya. Sedangkan jasa atau upah
dan persoalan yang menyangkut masalah hukum. Fatwa yang didapat oleh penyedia jasa penukaran uang
bukanlah sebuah keputusan hukum yang dibuat dengan diperbolehkan sepanjang itu setimpal dengan jerih payah
mudah, atau yang disebut dengan membuat hukum tanpa yang dilakukan dalam mencapai target pendapatan. Seperti
dasar. Fatwa adalah pendapat ulama yang merupakan yang telah dikemukakan oleh Sayyid Sabiq, persoalan
respons terhadap pertanyaan atau situasi yang ada pada upah ini merupakan ketentuan yang disyari’atkan baik
zamannya yang muncul karena perubahan yang dialami dalam Alqur’an dan al-Sunnah. Untuk itu pula, Sayyid
oleh masyarakatnya karena perubahan pola hidup atau Sabiq mengatakan bahwa upah yang akan diberikan itu
karena perkembangan teknologi. Oleh karena itu, fatwa harus diketahui oleh yang bersangkutan. Karena itu, orang
merupakan pendapat ulama dalam rangka turut serta yang mendapatkan upah tidak berarti ia kehilangan pahala
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh atas kerjanya. Karena bekerja mencari nafkah untuk
masyarakat. Oleh karena itu, fatwa bersifat domestik, memenuhi kebutuhan hidup juga menjadi suatu kewajiban.
situasional, dan temporal.
C. Analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Fatwa tidak boleh dikeluarkan oleh sembarangan
Ulama Indonesia Nomor 28/DSN-MUI/III/2002
pihak, namun fatwa harus dikeluarkan oleh pihak atau
Tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf) Terhadap
lembaga yang mempunyai kompetensi untuk itu. Jika
Jasa Penukaran Uang di Jalan Merdeka Bandung
fatwa dikeluarkan secara sembarangan akan melahirkan
tindakan tahakkum (perbuatan membuat-buat hukum) dan Pada dasarnya, etika bisnis Islam merupakan hal yang
tasyarru (membuat-buat syariah baru), keduanya dilarang menjadi acuan bagi manusia dalam menjalankan bisnis,
agama. karena bisnis adalah suatu kegiatan individu yang
menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna
B. Praktik Jasa Penukaran Uang di Jalan Merdeka
mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan
Bandung
masyarakat. Oleh karena itu dalam menjalankan bisnis
Tingginya permintaan masyarakat terhadap penukaran hendaknya pelaku bisnis bertumpu pada prinsip-prinsip
uang pecahan dan kurangnya pelayanan yang disediakan etika bisnis Islam yang menyangkut baik dan buruknya,
membuat sebagian masyarakat berfikir untuk menjalankan apa yang diperbolehkan dan dilarang, halal dan haram
bisnis penukaran uang tersebut. yang dilakukan dalam berbisnis.
Tukar-menukar atau jual beli uang dalam Islam Jual beli dalam konsep Islam sangat melarang adanya
disebut juga Al-Sharf. Sebagaimana yang telah dijelaskan aspek zalim. Maksudnya, dalam jual beli tersebut umat
pada bab 2 bahwa yang dimaksud dengan sharf adalah Islam sangat dilarang melakukan hal-hal yang dapat
perdagangan valuta asing, baik dilakukan atas valuta asing merugikan orang lain demi keuntungan yang ingin
sejenis maupun beda jenis dan dilakukan secara tunai. diperolehnya.
Pada dasarnya Islam memandangauangahanyaasebagai alat Seiring kemajuan zaman permasalahan jual beli
tukar, bukan sebagai barang dagangan (komoditas). semakin berkembang dan banyak hal-hal baru yang
Pada dasarnya Islam memandang uang hanya sebagai muncul. Seperti halnya pelaksanaan jasa penukaran uang
alat tukar, bukan sebagai barang dagangan (komoditas). baru menjelang hari raya idul fitri.
Oleh karena itu motif permintaan akan uang adalah untuk Melihat bagaimana praktik jasa penukaran uang
memenuhi kebutuhan transaksi (money demand for dengan pencantuman harga uang pada jasa layanan
transaction), bukan untuk spekulasi. Islam juga sangat penukaran uang di Jalan Merdeka Bandung yang sudah
menganjurkan penggunaan uang dalam pertukaran karena dijelaskan sebelumnya terdapat selisih nominal yang
Rasulullah telah menyadari kelemahan dari salah satu berbeda dari nominal yang ditukarkan. Terkait adanya
bentuk pertukaran di zaman dahulu yaitu barter (bai' al perbedaan nominal tersebut maka hal tersebut menjadi
muqayadah), di mana barang saling dipertukarkan. sebuah pertentangan di tengah masyarakat umum terkait
Ketika menjelang bulan Ramadhan pengurangannya adanya perbedaan nominal tersebut. Namun pada kasus ini
menajdi 10%, sedangkan menjelang hari raya tambahannya pihak penyedia jasa penukaran uang mengkonfirmasi
dapat mencapai 15% pengurangan tersebut dipatokkan terkait adanya perbedaan nominal yang telah ditetapkan
sesuai dengan tingkat kesulitan dalam mendapatkan uang sesuai dengan besaran jasa yang dilakukan. Jika melihat
pecahan, jadi ketika hari biasa menjelang bulan Ramadhan praktik tersebut apabila ditinjau dari prisip-prinsip hukum
untuk mendapatkan uang pecahan lebih mudah, karena Islam dan Fatwa Dewan Syariah Nasional yang sudah
tidak banyak masyarakat yang pergi menukarkan uang ke ditetapkan baik dalam Alquran dan Hadis serta fatwa yang
bank . Beda halnya dengan bulan Ramadhan (hari telah ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis
menjelang lebaran), banyak orang yang membutuhkan Ulama Indonesia.
uang pecahan, sehingga tingkat kesulitan atau jerih payah Menjelang Hari Raya biasanya penyedia jasa
yang dialami oleh para penyedia jasa dalam mendapatkan menawarkan jasa penukaran uang di sekitaran jalan
uang pecahan berbeda yakni dua kali lipat lebih sulit Merdeka Bandung, dengan alasan tempat tersebut sebagai
dibandingkan dengan hari biasa. pusat kota dan juga dekat dengan pusat pertokoan. Uang
Alqur’an menjelaskan bahwa Allah menegaskan setiap yang dapat ditukarkan bervariasi. Mulai dari Rp 100.000

Hukum Ekonomi Syariah


74 | Muhammad Shaleh Avif, et al.

dengan pecahan mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 20.000. atau penambahan maka tidak diperbolehkan
Untuk penukaran uang Rp 100.000 dapat ditukar dengan karena terdapat riba.
pecahan Rp 2.000 sebanyak 40 lembar atau Rp 5.000
B. Saran
sebanyak 16 lembar. Nilai penguranganya tergantung
kapan konsumen menukarkan uang, tambahan 10% Berdasarkan simpulan di atas mengenai Jasa
sebagai jasanya pada hari-hari biasa seperti ini, pada awal Penukaran Uang , Penulis akan memberikan saran sebagai
Ramadhan pengurangannya 10%, sedangkan saat berikut:
menjelang lebaran nilai pengurangannya sebesar 15% 1. Fatwa DSN-MUI No 28/DSN-MUI/III/2002
hingga 20% sebagai jasanya. Tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf)
kegiatan jual beli mata uang yang dilakukan di jalan seharusnya memiliki sanksi hukum yang mengikat
Merdeka Bandung terhadap Fatwa DSN-MUI bertentangan kepada lembaga maupun perorangan dengan cara
karena menurut Fatwa DSN-MUI pada point tiga tentang materi Fatwa DSN-MUI diadopsi ke dalam bentuk
ketentuan umum transaksi jual beli mata uang dijelaskan peraturan berupa undang-undang ataupun
bahwa apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang peraturan daerah sehingga tidak ada lagi lembaga
sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (at- maupun perorangan yang tidak sesuai dengan
taqabudh) dan apabila nilainya berbeda maka hukumnya ketentuan Fatwa DSN.
riba. Menurut Panji Adam dalam bukunya riba fadhl 2. Bagi penyedia jasa penukaran uang, hendaknya
merupakan pertukaran antar barang sejenis dengan kadar akad yang digunakan harus jelas yaitu akad ijarah,
atau takaran yang berbeda, sedangkan barang yang sehingga tidak terjebak dalam akad jual beli uang.
dipertukarkan itu termasuk kedalam jenis barang ribawi. 3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini
dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dan
acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
IV. SIMPULAN
A. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa penulis,
maka simpulan dari penelitian ini adalah sebagai Sumber Buku:
[1] A. Hassan, 1999, Terjemah Bulughul Maram Ibnu Hajar Al-
berikut : ‘Asqalani, Bandung: Diponegoro.
1. Dewan Syariah Nasional memendang perlu [2] A.Djazuli, 2002 Yadi Janwari (ed.), Lembaga-lembaga
menetapkan fatwa tentang Al-sharf untuk perekonomian Umat Sebuah Pengenalan, Jakarta: Raja Grafindo
dijadikan pedoman dalam transaksi jual beli mata Persada.
uang dengan ketentuan : (a) Tidak untuk spekulasi [3] Ahmad Ahsan, 2005, Mata Uang Islam Telaah Komprehensif
Sistem Keuangan Islam terjemahan dari buku Al-Auraq Al-
(untung-untungan) (b) Ada kebutuhan transaksi Naqdiyah fi Al-Iqtishad Al-Islamy ,Qimatuha wa Ahkamuha oleh
atau untuk berjaga-jaga (simpanan) (c)Apabila saifurrahman Barito dan Zulfakar Ali, Jakarta: PT. Raja Grafindo
transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis Persada,
maka nilainya harus sama dan secara tunai (d) [4] Ahyar A. Gayo, 2011 Kedudukan Fatwa MUI Dalam Upaya
Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan Mendorong Pelaksanaan Ekonomi Syariah, Penelitian Hukum
Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementrian Hukum dan
dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat HAM RI.
transaksi dilakukan dan secara tunai.
[5] Departemen Agama RI, 2005, Al Qur`an dan Terjemahnya ,
2. Penukaran uang di Jalan Merdeka Bandung Bandung: Diponegoro.
bervariasi mulai dari uang pecahan Rp 1000 [6] Fatwa Dewan Syariah Nasiaonal No: 28/DSN-MUI/III/2002
hingga Rp 20.000. Untuk penukaran uang Rp Tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf)
100.000 dapat ditukar dengan pecahan Rp 2.000 [7] Harun Nasution, 1975 Pembaharuan Dalam Islam: Sdejarah
sebanyak 45 lembar. Nilai penguranganya Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang.
tergantung kapan konsumen menukarkan uang, [8] Murtadho Muthahari, 1995 Ar-Riba Wa At-Ta'min, Terj. Irwan
jika pada awal Ramadhan pengurangannya 10%, Kurniawan "Asuransi dan Riba", Pustaka Hidayah, Bandung.
sedangkan saat menjelang lebaran nilai [9] Panji Adam, 2017 Fikih Muamalah Maliyah, PT.Refika Aditama,
Bandung.
tambahannya sebesar 15% hingga 20% sebagai
jasanya. [10] Wahbah Al-Zuhaili, 1985, Al Fiqh Al-Islam Wa Adillatuh
Damsyik: DarAl-Fikr,
3. Kegiatan jual beli uang yang dilakukan di jalan
[11] Yusuf Qardhawi, 1997 Fatwa Antara Ketelitian dan Kecerobohan,
Merdeka Bandung bertentangan dengan Fatwa Jakarta: Gema Insani Press.
DSN-MUI Nomor 28 tentang jual beli uang (Al-
Sumber Wawancara:
Sharf) pada point tiga tentang ketentuan umum
[12] Teti, (24 Mei 2019) Jasa penukaran uang di Jalan Merdeka
transaksi jual beli mata uang dijelaskan bahwa Bandung
apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang
[13] Agus, (29 Mei 2019) Pengguna Jasa penukaran uang di Jalan
sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai Merdeka Bandung.
(at-taqabudh). Jika nilainya terdapat pengurangan 0

Volume 6, No. 1, Tahun 2020

You might also like