Professional Documents
Culture Documents
php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021
Perbandingan Konsep Riba Dan Bunga Bank Menurut Yusuf Qaradhawi Dan
Muhammad Sayyid Thantawi Serta Implikasinya Terhadap Perbankan Syariah
ABSTRACT
Banks exist to be the power of human economy. Problems arise related to the banking system which has narrowed
to interest, it has become a controversial topic of discussion. This led to differences of opinion among contemporary
scholars such as Yusuf Qaradhâwi and Muhammad Sayyid Thantawi. This difference in opinion regarding the status
of interest can affect public interest in conducting transactions with banks. The purpose of this study is to analyze the
legal status of bank interest according to Yusuf Qaradhâwi and Muhammad Sayyid Thantawi and to find out its
impact on the market share of Islamic banking in Indonesia. The research method used is a qualitative method with
literature study. Based on the research results, the law of interest according to Muhammad Syyid Thantawi is not a
prohibited riba. The istinbâth ahkam method used by Thantawi in determining the status of bank interest is Al-
Qur'an, hadith, qiyas, and mashlahah mursalah. According to Yusuf Qaradhâwi, the law of interest is the same as
usury. The istinbâth ahkam method used by Yusuf Qaradhâwi in determining the status of interest is Al-Qur'an,
hadith, Ijma 'ulama, qiyas, and fiqh rules. Thantawi's thinking has implications for the paradigm of public thinking
that the Islamic financial industry still tends to be conventional. Qradhawi's Opinion This needs to be supported
considering the large number of Muslims in Indonesia, this is expected to change the paradigm of thinking of the
public to conduct transactions with Islamic banks, as to increase the market share of Islamic banking in Indonesia.
Keywords : Riba, Interst, Yusuf Yusuf Qaradhâwi, Muhammad Sayyid Thantawi and
Market Share.
yang berbeda-beda mengenai penafsiran ayat al- bank bukan termasuk riba. Pendapat tersebut
Qur’an surah al-Baqarah [2] : 279 mengenai riba. merupakan bentuk ijtihad dari seorang ulama yang
ٍ فَإ ِ ْن لَ ْم ت َ ْف َعلُوا فَأْذَنُوا ِب َح ْر
ب ِمنَ اللَّ ِه memiliki kapabilitas keilmuan sebagai Grand Syaikh
Al-Azhar sehingga harus dihormati meski berbeda
ََ وس أ َ ْم َوا ِل ُك ْم
ُ سو ِل ِه َو ِإ ْن ت ُ ْبت ُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُء
ُ َو َر pendapat dengan ulama lainnya. Pastinya, tiap-tiap
َظلَ ُمون ْ ُ ظ ِل ُمونَ َو ََ ت ْ َت ulama yang berbeda pendapat itu memiliki sandaran
dalil naqli dan dasar pemikiran yang menjadi
“Maka jika kamu tidak mengerjakan pegangan masing-masing.
(meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, Pastinya, tiap-tiap ulama yang berbeda
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan pendapat itu memiliki sandaran dalil naqli dan dasar
memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pemikiran yang menjadi pegangan masing-masing.
pengambilan riba), maka bagimu pokok Oleh karena itu, perlu melakukan suatu analisis
hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak perbandingan melalui metode istinbâth ahkam yang
(pula) dianiaya. “ menurut hemat penulis layak dijadikan sebagai
objek penelitian atas dasar kemapanan mereka
Penjelasan ayat di atas meneragkan bahwa dalam hal memahami nash dalam setiap pijakan
di era modern ini bank hadir menjadi pusat untuk menetapkan suatu produk hukum, juga
penggerak perekonomian manusia secara global. merupakan tokoh yang berpengaruh di kalangan
Banyak sekali persoalan muncul terkait sistem bank intelektual muslim. Dalam hal ini penulis
syariah dan mengerucut terhadap bunga bank dalam mengangkat duatokoh terkemuka yang banyak
Islam. Di dalam al-Qur’an ada beberapa ayat yang mempengaruhi pemikiran khalayak umum, dimana
membahas dan menjelaskan perbuatan riba, halal kedua tokoh itulah yang nantinya akan digali terkait
atau tidaknya dijelaskan pula di dalam al-Qur’an. hal ihwal penggunaan metode istinbâth ahkam
Namun, di dalam dunia Islam penafsiran didalam upaya ijtihad masing-masing tokoh
ayat-ayat al-Qur’an mengenai larangan riba dan mengenai hukum, beserta konsep-konsep apakah ada
bunga bank menjadi pembahasan yang persamaan dan perbedaan yang sangat mendasar
kontroversial. Sebagian para ahli hukum ataupun mengenai bunga bank tersebut.
ulama memberikan pendapat dan kesimpulan Mengenai bunga bank ini, masing-masing
mengenai hukum bungan bank apakah termasuk riba ulama seperti Yusuf Qardhawi dan Muhammad
atau tidak. Bank merupakan kajian fikih muamalah Sayyid Thantawi memiliki dukungan dengan para
kontemporer, hal ini disebabkan karena kajian bank ulama yang sependapat dengannya, namun hal ini
tidak termaktub dalam al-Qur’an dan hadits, bahkan menimbulkan pemikian masyarakat yang dualisme,
tidak ada dalam kajian kitab-kitab klasik para ulama yang menganggap bahwa pilihan untuk melakukan
abad ke-13. Sebagai hal baru yang dimana ulama transaksi di bank konvensional pun tidak menjadi
tidak pernah mengkaji sebelumnya, maka masalah karena hal ini masih menajadi ikhtilaf di
pembahasan mengenai bunga bank ini menjadi kalangan para cendikiawan muslim. Padahal
polemik dan titik perbedaan pendapat. Pertama, sebagai solusi perbankan syariah memiliki
mereka yang menganggap bunga bank itu riba karakteristik keunggulan dibandingkan dengan bank
sehingga mereka mengharamkannya. Mereka lebih konvensional. Keunggulan tersebut dapat menjadi
cenderung mengharamkan dan kemudian melarang kekuatan yang mampu menggerakkan perbankan
umat Islam untuk bermuamalah dengan bank Syariah di Indonesia untuk berkembang ke arah
konvensional. Kedua, mereka yang menganggap yang lebih baik dalam rangka memperluas market
bahwa bahwa bunga bank itu bukan riba, sehingga share perbankan syariah itu sendiri. Pada intinya
mereka tidak mengharamkan bunga bank dan boleh pemikiran kedua tokoh dapat berimplikasi pada
bermuamalah dengan bank konvensional. market share perbankan syariah melalui pengaruh
Karena bunga bank merupakan kajian dikih pemikiran kedua tokoh tersebut terhadap stigma
muamalah kontemporer yang tidak termaktub secara masyarakat Indonesia. Mengingat market share
tekstual dalam al-Qur’an dan hadits, maka hal ini perbankan syariah di Indonesia yang masih rendah.
menjadi polemik dan titik perbedaan pendapat di Pemikiran ini diharapkan dapat membantu
kalangan cendikiawan muslim kontemporer seperti meningkatkan market share perbankan syariah di
dalam hal ini contohnya Yusuf Qardhawi dengan Indonesia.
tegas memfatwakan bunga bank termasuk riba dan
haram. Baginya, riba adalah semua tambahan yang
disyaratkan atas harta pokok adalah bagain dari riba
dan Sayyid Tahnthawi menjelaskan bahwa bunga
،ُع ُكلُّه
prinsip syariah. Hasil kesepakatan inilah yang
ٌ ضو ُ َم ْو melatarbelakangi didirikannya Bank
“Sesungguhnya riba jahiliyah telah Pembangunan Islam (IDB).
dilarang dan riba yang pertama kali b. Mufti Negara Mesir. Keputusan Kantor Mufti
kuhapus adalah dira yang dipraktikan oleh Negara Mesir terhadap hukum bunga bank
pamanku, Abbas.” senantiasa tetap dan konsisten. Tercatat
Bentuk pinjaman (kredit) dengan bunga sekurang-kurangnya sejak tahun 1900 hingga
yang telah ditetapkan sebelumnya. Sistem inilah 1989 Mufti Negara Mesir Republik Arab Mesir
yang disebut dengan “riba” juga termasuk dalam memutuskan bahwa bunga bank termasuk salah
jenis ini adalah praktik riba yang dilakukan oleh satu bentuk riba yang diharamkan.
Abbas bin Abdul Muthalib, paman kandung c. Konsul Kajian Islam Dunia. Ulama-ulama besar
Rasulullah shallalu alaihi wa sallam., yang pernah dunia yang terhimpun dalam Konsul Kajian
beliau maklumatkan pada momentum Haji Wada’ Islam Dunia (KKID) telah memutuskan hukum
(terakhir) bahwa riba tersebut telah dilarang secara yang tegas terhadap bunga bank. Dalam
resmi, sebagaimana hadits di atas. konferensi II KKID yang diselenggarakan di
Universitas al-Azhar Kairo Mesir pada bulan yaitu Muhammad Rawas Qa’ajih ketika memberikan
Muharram 1385 H/Mei 1965, di tetapkan definisi riba yaitu:
bahwa tidak ada sedikit pun keraguan atas ًط ٍة فِي ْال َع ْق ِد َخا ِليَة
َ ُك ُّل ِزيَادَةٍ َم ْش ُر ْو
keharaman praktik pembungaan uang seperti
yang dilakukan bank-bank konvensional.
Selain lembaga di atas, ada penambahan
ٍض َم ْش ُر ْوع ٍ َع ْن ِع َو
“Setiap penambahan yang disyaratkan pada
ketetapan akan keharaman bunga bank oleh tiga akad yang tak terkait dengan ganti yang
forum ulama internasional, yaitu: disyariatkan”.
a. Majma’ul Buhuts al-Islamiyyah di Al-
Azhar Mesir pada Mei 1965.
Dengan demikian, bagi al-Qaradhâwî
b. Majma al-Fiqh al-Islamy di negara-
berdasarkan metode qiyâs (analogi) konsep bunga
negara OKI, Jeddah 22-28 Desember
bank adalah sama dengan riba yang diharamkan oleh
1985.
syariah, karena keduanya memiliki kesamaan dalam
c. Majma’ Fiqh Rabithah Rabithah al-
illat yaitu adanya tambahan yang disyaratkan yang
‘Alam al-Islamy keputusan ke 6 sidang
diperjanjian pada akad hutang-piutang atau adnaya
ke-9, Mekkah 12-19 Rajab 1406 H.
tambahan tanpa adanya kompensasi (iwadh).
d. Keputusna Dar al-Ifta kerajaan Saudi
Arabia, 1979.
e. Keputusan Supreme Shariah Court
5. Kaidah Fiqh
Pakistan, 22 Desember 1999. Metode penetapan hukum terakhir yang
Di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia digunakan oleh Yûsûf al-Qaradhâwî dalam
(MUI) telah mengeluarkan fatwa tentang bunga memtuskan status keharaman bunga bank adalah
yaitu Fatwa Nomor 1 Tahun 2004 tentang Bunga terdasarkan kaidah tentang niat dan tujuan. Hal
(Interest/Fa’idah). Keluarnya fatwa MUI tersebut ini didasarkan pada kaidah asasiyah yang
tidak semata-mata inisitaif dari para pengurus MUI berbunyi:
ِ َا َ ْل ُ ُم ْو ُر ِب َمق
اص ِد َها
sendiri, namun juga hasil desakan para pelaku
lembaga keuangan syariah dan jawaban atas
berbagai pertanyaan umat Islam. Memang, harus “Segala sesuatu itu bertangung pada tujuannya
diakui memunculkan kontroversi yang luas di (maksudnya).
kalangan umat Islam, termasuk dari ormas Islam Maksud kaidah ini adalah bahwa
terbesar NU dan Muhammadiyah (waktu itu). hukum-hukum syariat Islam dalam semua
4. Qiyâs (Analogi) urusan manusia dan muamalah didasarkan
Metode penetapan hukum bunga bank yang kepada maksud dan niat ketika melakukannya.
dilakukan oleh Yûsûf al-Qaradhâwî adalah Oleh karena itu, adakalanya seseorang
berdasarkan qiyâs (analogi). Secara bahasa, melakukan suatu amal perbuatan untuk
qiyâs berarti ( التقدير والتسويةmenduga dan maksud tertentu sehingga berdampak pad
mempersamakan). Secara istilah bahwa qiyâs ahukum tertentu pula. Berkiatan kaidah niat
iadalah Menyamakan hukum sesuatu (yang tidak dan tujuan, Yûsûf al-Qaradhâwî membuat
ditentukan dalam nash) dengan sesuatu yang lain
kaidah senada dengan kaidah di atas, yaitu
(yang hukumnya sudah ditentukan dalam nash) atas
dasar illat hukum. Dalam kajian metodi istinbâh kaidah yang berbunyi:
hukum qiyâs memiliki empat rukun yaitu asal ََ ت
ِ س ِميَا
َ اص ِد َوال ُمِ َا َ ْل ِعب َْرة ُ ِب ْال َمق
ِ َِباََ ْلف
hukum objek (ashl), cabang (furu’), illat , dan
hukum. ِ اظ َوالت َ ْس ِم َيا
ت
Berdasarkan metode qiyâs (analogi) Yûsûf “Yang menjadi patokan adalah maksud
al-Qaradhâwî berpendapat bahwa dalam hal ini dan substansim bukan redaksi ataupun
praktik riba sebagai ashl (pokok) dan bunga bank penemaannya”.
sebagai furu’ (cabang) dan hukumnya adalah haram. Menurut al-Qaradhâwî, kaidah ini dpaat
Keduanya, disatukan dalam ‘illat (rasio legis) yang dipahami bahwa saat transaksi dilangsungkan,
sama, yaitu adamya tambahan atau bunga yang menjadi patokan bukanlah redaksi yang
(kelebihan/manfaat) tanpa disertai dengan imbalan
digunakan kedua pihak yang melangsungkan
(‘iwadh). Konsep analogi demikian sesuai dengan
terminologi riba menurut pakar fikih kontemporer transaksi, melainkan maksud hakiki mereka dari
kata-kata yang diucapkan dalam transaksi
tersebut. sebab, maksud hakikinya adalah
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(02), 2021, 1185
pengertian, bukan redaksi yang digunakan. Lagi kebangkitan Islam pada ke-19. Munculnya gerakan
pula, redaksi hanyalah balok-balok yang ini sebagai akibat adanya gelombang sekularisme
menyusun pengertian. Kendati demikian, yang melanda Islam. Mereka memandang bahwa
selama penyatuan antara redkasi dan pengertian kebudayaan Barat telah meracuni moral dan gaya
yang dimaksud tidak mustahil, redaksinya tidak hidup umat Muslim. Gerakan ini memfokuskan pada
beberapa permasalahan penting umat Islam
boleh dihapuskan. Menurutnya, jika suatu khususnya westernisasi yang melanda umat Islam
transaksi memiliki redaksi yang berbeda dengan dan berusaha membentengi diri dengan menjadikan
riba namun di dalamnya terdapat hillah Islam sebagai way of life dan menolak menafsirkan
ribawiyah maka transaksi tersebut batal dan nash-nash. Adapun ciri-ciri kelompok revivalime
diharamkan. Menurut al-Qaradhâwȋ bahwa riba yaitu:
tidak diharamkan hanya lantasan bentuk dan 1. Mengedepankan Al-Qur’an dan Sunnah
redaksinya saja, melainkan diharamkan lantaran secara sempurna (kaffah) untuk mengatur
hakikat dan pengertiannya. segala kehidupan tanpa harus dicampuri
oleh penafsiran baru dengan
3.3 Bunga Bank Menurut Yusuf Qaradhâwi mempertimbangkan keadaan dan
Belajar dari kesuksesan al-Qaradhawi, dalam kemashlahatan.
berkiprah di dataran dakwah baik secara terorganisir 2. Fungsi Ijtihad hanya dilakukan terhadap
di lingkungan Ikhwanul Muslimin,maupun secara permasalahan yang sangat eksplisit yang
individual memengaruhi pemikirannya terhadap tidak disebutkan dalam nash.
ekosistem ekonomi. Bahwasannya pemikiran 3. Tidak ada satupun ayat al-Qur’an
ekonomi al-Qaradhawi dipengaruhi oleh gerakan maupun sunnah yang harus ditafsirkan
dakwah yang sama dengan para gurunya yakni ulang dan dimodifikasi kembali.
Hassan al-Banna, al-Ghazali dan Syyid Sabiq yakni Berawal dari gerakan ini, pandangan para
yang lebih dikenal dengan Ikhwanul Muslimin. kaum neo-Revivalisme seperti Maududi, Sayyid
Gerakan Ikhwanul Muslimin merupakan gerakan Quttub dan Yusuf Qaradhawi tentang bunga juga
yang mengajak kembalinya umat Muslim kepada tidak bisa dilepaskan dari ciri-ciri tersebut. Dalam
ajaran al-Qur’an dan Sunnah. Semangat (ghirah) memandang riba mereka menekankan pada aspek
berdakwah melalui organisasi Ikhwanul Muslimin legal formal yang berarti memandang semua bentuk
ini mendorong al-Qaradhawai untuk merubah pola bunga bank adalah riba yang diharamkan. Meski
pikir umat muslim khususnya di bidang ekonomi, mereka membahas lebih dalam soal ketidakadilan
untuk kembali pada al-Qur’an dan Sunnah. dalam riba, maka secara umum ketidakadilan
Menurtnya, bahwa tidak dapat dipisahkan antara tersebut dijadikan alasan sebagai pelarangan bunga
ekonomi dengan akhlak, karenanya akhlak bank. Alasan yang menjadi dasar kemompok neo-
merupakan urat nadi kehidpuan Islam. Karena Revivalisme ini adalah:
risalah Islam adalah risalah akhlak. Karena itu, tidak 1) Pernyataan Al-Quran harus diambil makna
dapat dipisahkan antara kehidupan dunia dengan harfiahnya saja, tanpa memerhatikan apa yang
kehidupan agama, agar tidak munculnya kaum ada di masa pra-Islam.
liberal maupun kapitalis. 2) Al-Qur’an menyatakan bahwa hanya uang
Perbincangan mengenai status bunga bank pokoknya saja yang diambil, tidak ada pilihan
memang tidak akan pernah selesai. Sehingga lain. 147
memunculkan perbedaan pandangan ulama Pandangan kaum neo-Revivalisme
mengenai bunga bank, yaitu kelompok Neo- menganai bunga yang termasuk riba di dasarkan
revivalisme dan modernis. Nero-Revivalisme pada ayat al-Qur’an “wa in tubtum fa lakum ru’su
merupakan suatu gerakan yang ingin amwalikum”. Istilah “ru’su amwalikum” diartikan
merelevansikan ajaran Islam dengan kehidupan saat sebagai pokok pinjaman. Oleh karenanya, mereka
ini, hingga ingin menunjukkan dan membuktikan menganggap bahwa tambahan yang melebihi pokok
kekuatan Islam di mata dunia, khususnya dunia pinjaman adalah riba.
Barat. Gerakan Neo-revivalisme ini dianggap Haramnya bunga bank telah banyak di bahas
sebagai gerakan yang memiliki pemahaman secara dam merupakan kesimpulan pendapat dari berbagai
tekstual karena cenderung memahami riba dari segi konferensi, seminar ilmiah, dan keputusan lembaga
harfiahnya saja. riset di berbagai dunia Islam dan non-Islam.
Gerakan ini muncul pada abad ke ke-20 Sejatinya, menurut al-Qaradhâwi bunga yang
yang merupakan kelanjutan dari gerakan diambil oleh penabung di bank adalah riba yang
diharamkan, karena riba adalah semua tambahan
yang disaratkan atas harta pokok. Artinya, apa yang untuk menghafalkan al-Qur’an, setelah ia hafal,
diambi seseorang tanpa melalui usaha perdagangan kemudian ia meneruskan pendidikannya ke fakultas
dan tanpa berpayah-payah sebagai tambahan atas ushuluddin di Universitas Al-Azhar pada tahun 1958.
pokok hartanya, maka yang demikian itu termask Pada saat tahun 1966, ia menamatkan pendidikannya
riba. Dalam hal ini Allah berfirman: di fakultas yang sama dengan mengambil konstretasi
َ َياأَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا اللَّهَ َوذَ ُروا َما َب ِق
ي hadist dan tafsir. Pada tanggal 5 september 1966 M, ia
berhasil meraih gelar Doktor dalam bidang Tafsir
) فَإ ِ ْن لَ ْم872( َالربَا إِ ْن ُك ْنت ُ ْم ُمؤْ ِمنِين ِ َِمن Hadis. Gelar ini diraihnya dengan predikat Cumlaude
Muhammad Saw atas semua yang telah Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S
disampaikannya dari Tuhan-Nya. Menurut an-Nisâ [4] : 29).
Muhammad Sayyid Thanthawi, dua sumber Bersandar pada dalil di atas , bahwasannya
utama hukum Islam yang sudah disepakati oleh menurut Thantawi bahwa pemberian kelebihan atas
semua kaum Muslimin adalah Al-Qur’an dan harta pokok pada hutang piutang hukumnya adalah
halal, setiap transaksi , selama ada ucapan, serah
Sunnah. Adapun sumber ketiga dan keempat, terima, ridha (antaradhin minkum) dan kebebasan
yaitu ijmak dan qiyâs, hanya disepakati oleh memilih serta transaksi tersebut tidak engandung
mayoritas ulama. Dan adapun metode istibâth unsur eksploitasu, kedzalima, riba, maka hukumnya
hukum Sayyid Thantawi dalam menetapkan halal.
status hukum bank.
1) Al-Qur’an 2) Hadits
Penetapan hukum bunga bank yang Selain dari al-Qur’an, dasar pemikiran
dilakukan oleh Muhammad Sayyid Thantawi Sayyid Thantawi terdapat pada hadits Rasulullah
yaitu merujuk pada Al-Qur’an surah an-Nisâ [4] : shallalhu’alaihi wa sallam, bahwa Rasulullah Saw.
86. Telah memberikan lebihan dari pokok utang kepada
سنَ ِم ْن َها أ َ ْوَ َو ِإذَا ُح ِييت ُ ْم ِبت َ ِحيَّ ٍة فَ َحيُّوا ِبأ َ ْح kreditur (orang yang meminjami) karena didorong
oleh ungkapan terimakasih dan pengharagaan.
ش ْيءٍ َحسِيبًا َ ُردُّوهَا ِإ َّن اللَّهَ َكانَ َعلَى ُك ِل Sebagaimana hadi yang diriwayatkan dari Jabir bin
Abdullah radiyallahu’ anhu, ia berkata.
)28( ُصلَّى الله َ سو َل الل ِه ُ أ َ َّن َر،ٍَع ْن أ َ ِبي َرافِع
“Apabila kamu dihormati dengan suatu
penghormatan, maka balaslah ،ف ِم ْن َر ُج ٍل بَ ْك ًرا َ َسلَّ َم ا ْست َ ْسل
َ َعلَ ْي ِه َو
penghormatan itu dengan yang lebih baik,
atau balaslah (dengan yang serupa). فَأ َ َم َر،صدَقَ ِة َّ ت َعلَ ْي ِه ِإ ِب ٌل ِم ْن إِبِ ِل ال ْ فَقَ ِد َم
Sesungguhnya Allah memperhitungkan
segala sesuatu.” (Q.S an-Nisâ [4] : 86).
فَ َر َج َع،ُالر ُج َل َب ْك َره َّ ي َ ض ِ أ َ َبا َرا ِفعٍ أ َ ْن َي ْق
Berdasarkan ayat di atas, menurut ََّ ِ لَ ْم أ َ ِج ْد فِي َها إ: فَقَا َل،ٍإِلَ ْي ِه أَبُو َرافِع
Muhammad Sayyid Thantawi bahwa kelebihan إِ َّن،ُْط ِه إِيَّاهِ «أَع: فَقَا َل،ارا َربَا ِعيًا ً َِخي
َ اس أ َ ْح
yang diberikan seseorang apabila meminjam
uang ataupun barang kepada seseorang ،»ضا ًء َ َسنُ ُه ْم ق ِ َّار الن َ َِخي
bukanlah terbasuk riba. Sayyid Muhammad “ Dari Abi Rafi’i Rasulullah
Thantawi berpendapat bahwa tidak dapat shallahu’alaihi wa Sallam meminjaman
dikatakan bahwa setiap tambahan harta pokok dari seorang laki-laki seokor unta, maka
(pada akad hutang-piutang, penj) dianggap sorang lai-laki tersebut memberikan unta
yang besar dari unta sodakoh, kemudian
sebagai riba yang diharamkan syariat, karena
Nabi memerintahkan Abu Rafi’i untuk
beberapa ayat Al-Quran dan hadis Nabi Saw membayarkan pinjaman unta kepada laki-
tidak mengatakan hal itu, bahkan menguatkan laki tersebut, kemudian Abu Rafi’i kembali
seruan untuk menanamkan ruh kemurahan hati kepada Nabi Saw. seraya berkata, “ Aku
dan membalas kebaikan dengan kebaikan yang tidak mendapati adanya unta kecuali yang
lebih baik. Adapun dalil pendukung terhadap lebih baik, maka Rasul Saw. bersabda :
Q.S an-Nisâ [4] : 86. “berikanlah unta yang baik itu kepada
يَاأَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََ تَأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم laki-laki tersebut, karena sebaik-baiknya
orang yang berutang adalah yang terbaik
اض ٍ ارة ً َع ْن ت َ َر َ اط ِل ِإ ََّ أ َ ْن ت َ ُكونَ تِ َج ِ ِب ْال َب dalam membayar hutangnya.”
س ُك ْم ِإ َّن اللَّهَ َكانَ ِب ُك ْم َ ُِم ْن ُك ْم َو ََ ت َ ْقتُلُوا أ َ ْنف Dari hadits itu, Sayyid Thantawi
)82( َر ِحي ًما menjabarkan bahwa penambahan dan lebihan
pokok utang, dalam bentuk uang benda maupun
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu hewan baik dalam timbangan maupun ukuran
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
tidak mengapa diberikan, selagi penambahan
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
seperti itu muncul dari hati yang tulus, tanpa
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
disertai syarat dan tidak disertai sesuatu yang
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
haram, maka itulah yang dibolehkan, sebab 2) Adanya perbedaan pinjaan konsumtif
memang tidak ada larangan. Kemudian menurut dengan pinjaman konsumtif.
Sayyid Thantawi bahwasannya Allah Swt tidak 3) Adanya perbedaan antara riba (usury)
menharamkan kepada manusia sesuatu yang dengan bunga bank (interst).
justru membawa manfaat, sebalinya, Allah 4) Adanya inflationary economic dalam
mengharamkan sesuatu yang mengakibatnya mekanisme perekonomian sehingga naiknya
bahaya, kerugian atau mengandung usnur suku bunga akan mengoreksi kerugian yang
kezaliman kepada seseorang bukan justru diderita kreditur oleh adanya inflasi.
berbahaya adalah menutup pintu kerja sama. Berangkat dari gerakan moderanis
3) Qiyâs (Analogi) Muhammad Sayyid Thantawi menganggap bahwa
Sayyid Muhammad Thanthawi dalam bunga bank bukan bagian dari riba yang
menentukan hukum bunga bank yang beriakitan diharamkan. Menurut Thantawi seperti diketahui,
dengan bunga dalam investasi berdasarkan pada bahwa bank tidak menentukan bunga di muka,
qiyâs, yaitu menganalogikan atau menyamakan kecuali setelah melakukan analisis dan kajian
dengan akad mudhârabah. Selain dengan mmendetail dan teliti terhadap pangsa pasar
menggunakan metode qiyâs (analogi) dalam internasional maupun nasional. Demikian pula,
menetapkan investasi berbasis bunga bank dengan penentuan bunga juga harus mengacu pada kondisi
akad mudhârabah, Sayyid Muhammad Thantawi perekonomian yang sedang berlangsung dan kondisi
berargumen dengan menggunakan asas konsensual ragam transaksi, kualitas, Bungan dan seterusnya.
atau prinsip an tarâdhin (saling sepakat). Akan tetapi, hak yang utama adalah pihak bank juga
Menurtnya, kami tidak memandang adanya suatu harus mengikuti aturan dan kebijakan bank sentral
larangan menetapkan keuntungan dimuka dalam sebagai hak yang berposisi sebagai pihak yang
invetasi berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. memfasilitasi bank dan sekaligus sebagai pihak yang
4) Mashlahah Mursalah bertransaksi dengan bank yang bersangkutan.
Kemudian metode penetapan hukum yang Penentuan bunga bank di muka pada zaman
dugunakan oleh Sayyid Muhammad Thanthawi sekarang, ini membawa manfaat bagi pihak investor
berkaitan dengan hukum bunga bank, dalam hal ini maupun pihak bank. Dari sisi investor, manfaatnya
bunga dalam investasi yang dipersyaratkan dapat dilihat bahwa ia mengetahui beberapa haknya
keuntungannya di awal, bahwa menurut Thantawi yang akan diperoleh. Menurut Thantawi bahwa
penentuan keuntungan diawal dalam investasi penentuan keuntungan di awal (bunga) bukan
perbankan demi memelihara mashlahah. Menurut termasuk riba karena hal ini bukan berkenaan
Thantawi, bahwa penentuan laba di muka dalam dengan masalah akidah dan ibadah, penentuan bank
transaksi perbankan dan jaminan terhadap modal di muka sama dengan syirkah mudharabah, bank
yang diberikan oleh bank termasuk dalam bab tidak memntukan bunga kecuali sudah menganalisi
mashlahah mursalah. Bahkan, kami sampaikan perekonomian pada saat itu, dan penentuan bunga di
sekali lahi bahwa tidak ada nash yang melarang muka tidak ada nash yang melarangnya.
pemerintah menetapkan kebijakan seperti ini.
3.7 Implikasi Status Bunga Bank Menurut Yusuf
3.6 Bunga Bank Menurut Muhammad Sayyid Qaradhawi dan Muhammad Sayyid Thantawi
Thantawi terhadap Perkembangan Perbankan Syariah
Selain kelompok neo-Revivalisme adapun Perbincangan mengenai status bunga bank
kelompok modernis seperti Fazlur Rahman, Said an- memang tidak akan pernah selesai. Seperti halnya
Najar, Muahammad Asad termasuk Muhammad menurut Muhammad Syyid Thantawi yang enggan
Sayyid Thantawi yang lebih menekankan aspek menyebut “bunga bank” , namun ia lebih memilih
moral dalam memahami bunga bank dengan untuk meyebutnya sebagai transaksi bank.
mengesampingkan aspek legal formal. Berdasarkan Bahwasannya ia tidak bisa mengatakan semua
penjelasan, nampaknya penyebab dilarangnya riba transaksi di bank adalah halal atau haram. Thantawi
menurut kaum modernais adalah bila mengandung mengatakan bahwa bilamana bertransaksi di bank
unsur eksploitasi, kekerasan terhadap kaum fakir konvensional dalam bentuk investasi dan
miskin, bukan faktor bunganya. . Berikut alasan mendapatkan bunga dalam bentuk keuntungan yang
kaum moderanis memandang bunga bank bukan riba diberikan bank konvensional maka hukumnya halal
adalah sebagai berikut. dengan syarat saling ridha di antara nasabah dengan
1) Adanya hajat atau darurat dalam kehidupan pihak bank. Menurutnya, jika bank memberikan
perekonomian . keuntungan dalam bentuk bunga, itu merupakan
bagian dari hak sebagai nasabah. Dan bank
memberikan batasan keuntungan dalam bentuk hatinya untuk meninggalkan riba sekecil apapun
bunga, menurutnya sudah sesuai dengan syariat termasuk bunga bank.
Islam dan menurutnya setiap transaksi selama ada Mengingat perkembangan market share
serah terima, ridha dan kebebasan memilih , dan (pangsa pasar) perbankan syariah di Indonesia
transaksi ini tidak ada eksploitasi, dzalim, maka Dalam perkembangan sejarah, perekonomian
hukumnya halal. Pendapat Thantawi tentunya syariah yang bersih dan bebas bunga di Indonesia
memiliki dasar atau dalil dalam menetapkan status telah memasuki tahap pengembangan yang syarat
hukum bunga bank meng-qiyas-kan dengan akan tantangan. Pendapat Yusuf Qaradhâwi
investasi mudharabah. Kemudian menurutnya mengenai haramnya bunga bank dapat berimplikasi
keuntungan dalam bentuk bunga akan terhadap perkembangan perbankan syariah ditandai
mendatangkan kemashlatan bagi kedua belah pihak dengan munculnya bank-bank syariah, khususnya di
yang bertransaksi dengan bank, sehingga metode Indonesia telah muncul bank syariah seperti bank
penetapan hukum menggunakan maslahah Muamalat, Bank BNI Syariah, Bank BRI Syariah.
mursalah. Dalam keadaan ini maka tranasaksi Serta munculnya lembaga keuangan syariah lainnya,
dengan bank konvensional hukumnya halal, agar dapat menegakkan ajaran agama Islam sesuai
Thantawi berargumen apabila transaksi haram tentu Qur’an dan Sunnah. Untuk itu, dalam
ketika ada eksploitasi, pemerasan. Pendapat pengembangan bank syariah sendiri perlu adanya
Thantawi dapat membawa pengaruh kepada usaha untuk mengenalkan lebih luas kepada
masyarakat Indonesia dintandai dengan para masyarakat mengenai disiplin ilmu ekonomi syariah
pengikut Thantawi seperti M.Quraish Shihab, dan perbankan syariah serta sistem operasionalnya.
ditandai dengan munculnya artikel-artikel, Baik melalui karya-karya ilmiah berupa jurnal dan
buku yang membahas “haramnya bunga bank” dan
jurnal dan buku mengenai “kehalalan bunga
“perbankan syariah di Indonesia”, serta dukungan
bank” yang menganggap bahwa bunga bank dari pihak pemerintah atau lembaga fatwa yang
tidak sama dengan riba dan juga regulasi mendukung “keharaman bunga bank” , sehingga
mengenai keharaman bunga bank yang hanya lembaga fatwa seperti MUI tidak hanya
“bertaring” tetapi tidak dapat “menggigit”. mengeluarkan fatwa tetapi melakukan operasi
Kurangnya sosialisasi tentang pemahaman terhadap lembaga keuangan yang tidak sesuai
haramnya bunga bank dapat menjadi pemicu dengan syariah. Sehingga fatwa MUI mengenai
bahwa pendapat Thantawi mengenai ke-halalan keharaman bunga bank bukan sekadar wacana
bunga bank dapat diterapkan di Indonesia. Yang melainkan adanya aplikasi yang nyata. semangat
akhirnya masyarakat memiliki stigma pemikiran keislaman yang tengah meningkat dari masyarakat
bahwa bertransaksi di bank konvensional sama Indonesia harus dimanfaatkan untuk melakukan
upaya perubahan paradigma berpikir masyarakat
saja dengan bank syariah.
luas, sehingga dapat menerima niali dan praktik
Berbanding terbalik dengan pendapat Yusuf
syariah dengan lebih baik. Peneriamaan pada nilai
Qaradhâwi yang berpendapat bahwa Islam tegas
dan praktik syariah akan membuat industri keuangan
telah mengharamkan riba dan secara keras
syariah berkembang dalam bentuk yang ideal. Salah
melarangnya. Pengharaman dan pelarangan ini
satunya dengan cara menanamkan pemahaman
berdasarkan hukum nash-nash yang jelas dan pasti
tentang keharaman bunga bank, seperti yang telah
(qath’i) dalam al-Qur’an dan hadits, yang tidak
dijelaskan panjang oleh Yusuf Qaradhâwi.
mungkin diubah ataupun ditafsirkan sembarangan,
Perkembangan kegiatan perbankan
meskipun berdaih ijtihad atau pembaruan hukum.
Karena dalam pakem fikih dinyatakan bahwa tidak syariah ini cukup menggembirakan dan
ada peluang ijtihad mengenai masalah-masalah yang diperlukan upaya-upaya pengembangan lebih
sudah pasti (qath’itsubut wa dalalah) sebagaimana lanjut, melalui berbagai kebajukan dan strategi
secara konsensus pakem ini dianut kalangan umat untuk mengejar ketinggalan pengembangan
Islam, ulama salaf (generasi terdahulu) dan ulama bank syariah di Indonesia. Berkaitan dengan
khalaf (generasi akan datang). Karena pemikirannya perbankan syariah di Indonesia dalam
dipengaruhi oleh organisasi gerakan ikhwanul menyongsong Era Ekonomi Syariah yang
muslimin, yang mana ghirah menegakkan Qur’an berkeadilan dan bebas bunga, maka strategi
dan Sunnah sangat dikedepankan. Bagi seorang pengembangan perbankan syariah diarahkan
Muslim, cukup dengan membaca ayat terakhir surah untuk meningkatkan kompetensi usaha yang
al-Baqarah, niscaya kita semua akan tergerak
sejajar dengan sistem perbankan konvensional.
Strategi ini dilakukan secara komprehensif ditangkap sedini mungkin. Di samping itu,
dengan mengacu kepada analisis kekuatan dan besarnya semangat (ghirah) yang dibarengi
kelemahan perbankan syariah saat ini, demi dengan tumbunya kelas menengah muslim,
meningkatkan market share perbankan syariah. menjadi kian sejalan untuk meningkatkan
Posisi pangsa pasar (market share) pertumbuhan bank syariah. Semakin tinggi
perbankan syariah dapat ditingkatkan sebanyak kelas sosial ekonomi semakin tinggi pula
25% saat bulan Juli 2020 sebesar 9,80%. Moch. pendidikan, sehingga kesadaran untuk bergaya
Ihsanuddin selaku Deputi Industri Keuangan hidup halal semakin tinggi. Dengan semakin
Non Bank Syariah (IKNB) II OJK mengatakan berkembangnya bisnis syariah, maka keuangan
bahwa Indonesia dengan 87% penduduk syariah pun akan tumbuh cepat.
Muslim terbesar di dunia memiliki potensi besar Perkembangan sistem kelembagaan
dalam mengembangkan ekonomi syariah. keuangan syariah khususnya perbankan syariah,
Namun, sinergi yang terjadi antara para maka sangat dibutuhkan partisipasi aktif dan
pemangku ekonomi dan inklusivitas ekonomi dukungan luas dari masyarakat Muslim itu
syariah menjadi kendala dalam mendorong porsi sendiri untuk menjadi tonggak perekonomian
market share. syariah yang berkeadilan dan bebas bunga untuk
menjadi harapan dan oase di tengahh gurun
Berdasarkan data yang diperoleh dari krisis bagi perbaikan perekonomian nasional
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pangsa pasar dewasa ini. Sebagai titik tolak dari semua ini
(market share) perbankan syariah per 2020 tentunya harus berangkat dari kesadaran dan
hanya sebesar 9,9% dibandingkan dengan komitmen pada doktrin bunga bank dalam Islam
keuangan konvensional sebesar 90,1%, yang disemangati oleh ruh keadilan ekonomi
dibandinglan dengan presentase pangsa pasar dan spirit ke Islam-an.
(market share) di tahun 2019 yang hanya
6,01%. Pangsa pasar yang rendah di tahun 2019 4. KESIMPULAN
disebabkan oleh rendahnya nasabah bank Menurut Muhammad Sayyid Thantawi bahwa
syariah, mengingat jumlah populasi Muslim di status hukum bunga bank yang ada pada saat ini di
Indonesia mencapai sekitar 227 juta jiwa. Ini bank konvensional adalah halal dan bukan termasuk
manjadikan tantangan yang sanagat besar yang riba yang diharamkan. Metode penetapan hukum
harus dihadapi bank syariah, mengingat bank atau istinbath al-ahkam istinbath al-ahkam yang
digunakan oleh Muhammad Sayyid Thantawi dalam
syariah lahir pada tahun 1992, jauh
menetapkan status bunga bank, yaitu berdasarkan
dibandingkan denagan bank konvensional yang mashlahah, qiyas, dan asas konsensual atau prinsip
telah ada terlebih dahulu. Hal ini disebebkan antaradhin, sedangkan menurut Yusuf al-Qaradhawi
adanya beberapa kendala yang dialami oleh bahwa bunga bank hukumnya haram. Metode
lembaga keuangan syariah. Para praktisi penetapan hukum atau istinbath al-ahkam istinbath
maupun akademisi perlu memerhatikan al-ahkam yang digunakan oleh Yusuf al-Qaradhawi
berbagai tantangan maupun hambatan yang dalam menetapkan status hukum bunga, yaitu
dialami oleh lembaga keuangan syariah. Dengan berdasarkan Al-Qur’an, hadits, Ijma’atau konsensus,
adanya penguatan terhadap mindset msayarakat qiyas atau analogi dan kaidah fikih khususnya
terhadap status hukum bunga bank itu haram, kaidah yang berkaitan dengan niat. Muhammad
maka ada upaya yang dapat dilakukan untuk Syyid Thantawi berpendapat bahwa status bunga
bank tidak sama dengan riba, hal ini dapat
memperluas pangsa pasar (market share) bank
berimplikasi pada rendahnya market share (pangsa
syariah yaitu dengan adanya konversi bank pasar) bank syariah yang ditandai dengan
konvensional menjadi bank syariah. munculnya pengikut Thantawi seperti M. Quraish
Besarnya semangat (ghirah) keislaman Shihab yang beranggapan bahwa bunga bank tidak
umat muslim di Indonesia, dapat menjadi sama dengan riba serta munculnya jurnal, artikel
kesadaran untuk mempergunakan produk halal maupun buku mengenai “kehalalan bunga bank”,
semakin besar, termasuk dalam bidang kemudian kurangnya sosialisasi pemahaman
keuangan dan perbankan. Kondisi ini menjadi mengenai perbankan syariah yang bebas bunga
peluang bagi bank syariah, sehingga perlu kepada masyarakat, hal ini dapat memunculkan
stigma masyarakat menjadi kurang terhadap Dianggap Biasa. Solo: PQS Publishing,
pemahaman terhadap bank syariah dan masih 2019.
cenderung pada konvensional. Berbeda dengan Al-Subki, Taj al-Din Abd al-Wahab Ibn Taqi al-
Yusuf Qaradhâwi yang berpendapat bahwa bunga Din. Al-Asybâh Wa Al-Nadzâir. Beirut:
bank sama dengan riba yang diharamkan. Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1991.
Pemahaman Yusuf Qaradhâwi dapat berimplikasi
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah
terhadap perkembangan peningkatan market share
(pangsa pasar) bank syariah. hal ini ditunjukkan Wacana Ulama Dan Cendekiawan.
dengan munculnya bank syariah di Indonesia seperti Jakarta: BI dan Takzia Institute, 1994.
Bank BNI Syariah, Bank Muamalat, Bank Mandiri Arfan, Abbas. 99 Kaidah Fiqh Muamalah
Syariah, Bank Bri Syariah dan sebagainya serta Kulliyah: Tipopogi Dan Penerapannya
ditunjukkan dengan para tokoh yang mendukung Dalam Ekonomi Islam Dan Perbankan
pemahaman Yusuf Qaradhâdawi melalui jurnal, Syariah. Malang: UIN Maliki Press, 2013.
artikel, dan buku mengenai “keharaman bunga Arif, M. Nur Rianto Al. Lembaga Keuangan
bank” . Jika pemahaman Yusuf Qaradhâwi dapat Keuangan Syariah. Bandung: Pustaka
dipahami masyarakat muslim Indonesia, membantu Setia, 2017.
masyarakat Muslim Indonesia untuk meninggalkan Djakfar, Muhammad. “Kiprah Yusuf Al-
stigma untuk bertransaksi dengan bunga bank, maka
Qaradhawi Dalam Dakwah Dan Gerakan
hal ini dapat meningkatkan market share (pangsa
pasar) perbankan syariah di Indonesia. Islam Serta Pemikirannya Tentang Etika
Ekonomi.” Jurnal Ulul Albab 6, no. 1
5. UCAPAN TERIMAKASIH (2005): 129–131.
Habibi, Nuril. “Persamaan Hak Antara Laki-
Ucapan terimkasih ini penulis sampaikan Laki Dan Perempuan Menurut
kepada Dr. Neneng Nurhasanah, Dra., M.Hum Muhammmad Sayyid Hanthawi(Kajian
sebagai Ketua Prodi magister Ekonomi Syariah Tentang Penciptaan Manusia, Menuntut
Universitas Islam Bandung dan Dr. Nandang Ilmu, Dan Pembagian Waris).” Al-‘Adalah:
Ihwanudin, S.Ag., M.E. Sy yang telah memberikan Jurnal Syariah dan Hukum Islam 2, no.
bimbingan dan arahannya pada penulis dalam 291 (2017).
melakukan penelitian ini. Kepada Panji Adam
Hafidudin, Didin. Mutiara Dakwah. Jakarta:
Agus Putra, S.Sy., MH yang telah banyak Kuwais, 2006.
memberikan ilmunya dan selalu sabar dalam KNKS, Insight Buletin Ekonomi Syariah. “Tren
mendidik serta memberikan banyak dukungan Konversi Ke Bank Syariah:Tingkatkan
moril maupun materiil kepada penulis. Penulis Efisiensi Dan Produktivitas Bisnis.”
berharap semoga Tesis ini dapat menjadi ilmu Jakarta, 2020.
yang bermanfaat dan menjadi penambah Mahmasshani, Subhi. Falsafat Al-Tasyrî’ Al-
khazanah intelektual bagi dunia akademika serta Ismâmî. Beirut: Dar al-Ilm Li al-Malayyin,
dapat memberatkan mizan amal jariah penulis di 1961.
akhirat kelak. Misrawi, Zuhairi. Kepiawaian Berdialog Para
Nabi Dan Figur-Figur Terpilih. Jakarta:
REFERENSI
Azan, 2001.
Al-Nisaburi, Muslim bin Hajjaj Abu Al-Hassan Mufid, Mohammad. Ushul Fiqh Ekonomi Dan
Al-Qushayri. Shahih Muslim. Beirut: Dar Keuangan Kontemporer: Dari Teori Ke
Ihya al-Turats, n.d. Aplikasi. Jakarta: Kencana, 2016.
Al-Qaradhâwi, Yusuf. Fatwa-Fatwa Primus, Zooming With. “Menanti Bisnis
Kontemporer. Jakarta: Gema Insani, n.d. Syariah Merekah.” Jum’at 25 September.
Al-Qarâdhawi, Yusuf. Ibn Al-Qaryah Wa Al- Qal’aji, Muhammad Rawas. Mu’jam Lughat Al-
Kuttâb. Kairo: Dar al-Syuruq, 2001. Fuqahâ. Beirut: Dar Nafais, 1985.
Al-Qardhawi, Yusuf. Al-Qawâ’id Al-Hâkimah Qardhawi, Yusuf. Bunga Bank Haram. Jakarta:
Li Fiqh Al-Mu’âmalât. Kairo: Dar al- Akbar Media Eka Sarana, 2002.
Syurq, 2010. Rouf, Abdul. Bunga Bank Halal? Depok: Keira
Al-Qhanthani, Sa’id. 30 Dosa Riba Yang Publishing, 2019.
Sarwat, Ahmad. Hukum Bermuamalah Dengan Thanthawy, Muhammad Sayyid. “Baina Al-
Bank Konvensional. Jakarta: Rumah Fiqh Tafsir Wa Al-Ifta.” Majalah Al-Azhar.
Publishing, 2019. Kairo, 2001.
Talimah, Isham. Manhaj Fikih Yusuf Al- Yusuf Qardhawi. Bunga Bank Haram. Jakarta:
Qaradhawi. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, Akbar Media Eka Sarana, 2002.
2001. Zuhri, Muh. Riba Dalam Al-Qur’an Dan
Thantawi, Muhammad Sayyid. Bunga Bank Masalah Perbankan (Sebiah Tilikan
Halal? Depok: Keira Publishing, 2019. Antisipatif). Jakarta: RajaGrafindo Persada,
Thanthawi, Muhammad Sayyid. Bunga Bank 1997.
Halal? Depok: Keira Publishing, 2019.