Professional Documents
Culture Documents
Abstract
86
Abstrak
Gizi lebih adalah akumulasi simpanan lemak berlebih di dalam tubuh, yang nantinya dapat
menyebabkan kenaikan berat badan. Konsumsi ultra processed beverages, asupan energi dari
makanan dan minuman merupakan beberapa faktor yang menyebabkan masalah gizi lebih.
Kota Surabaya merupakan salah satu kota penyumbang masalah gizi lebih di Jawa Timur.
Surabaya menduduk posisi lima diantara sembilan kota lainnya, dengan prevalensi
overweight di atas prevalensi nasional. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, masih
ditemukan masalah gizi lebih pada remaja di SMAN 6 Surabaya. Tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui hubungan asupan gula ultra processed beverages dan asupan energi dari
makanan minuman dengan gizi lebih remaja di SMA Negeri 6 Surabaya. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional. Pengambilan sampel
dengan teknik propotional random sampling. Jumlah responden 80 remaja dari kelas X dan
XI pada Juni 2020. Responden berumur 15-18 tahun. Asupan energi makanan minuman
diperoleh dari kuesioner recall 2x24 jam, asupan gula ultra processed beverages diperoleh
dari diary minuman selama tujuh hari. Analisis statistik menggunakan uji chi-square. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara asupan energi dari makanan dan
minuman dengan gizi lebih, nilai (p =< 0,001). Kesimpulan dari penelitian ini adalah asupan
energi makanan dan minuman berlebih berhubungan dengan terjadinya masalah gizi lebih
pada remaja, sehingga perlu adanya edukasi pedoman gizi seimbang serta pemantauan status
gizi rutin dari pihak sekolah kepada remaja.
Karakteristik Responden
Pada penelitian ini umur remaja
dikategorikan menjadi dua kategori yaitu
15-16 tahun dan 17-18 tahun. Umur
remaja yang mengalami gizi lebih
sebagian besar pada kelompok umur 15-16
tahun sebesar 28,57%. Dari kategori jenis
kelamin dapat dilihat bahwa sebagian
89
besar remaja mengalami gizi lebih berjenis PEMBAHASAN
kelamin perempuan sebesar 52 32,69%.
Dari tingkat kelas, ditunjukkan bahwa Tabel 2. Hubungan Antar Variabel
sebagian besar remaja yang mengalami Tidak
Gizi
gizi lebih pada kelas X sebanyak 12 Variabel Gizi p-value
Lebih
remaja (30,00%). Tabel 1 juga Lebih
menunjukkan distribusi deskriptif berat Asupan Gula
badan, tinggi badan dan z-score IMT/U UPB
responden. Rata-rata berat badan dan Cukup (≤ 50
55 (68,75) 23 (28,75) 1,000
tinggi badan remaja yang memiliki status gram)
gizi tidak lebih yaitu 53,29 kg dengan Lebih (> 50
2 (2,50) 0 (0,00)
tinggi badan 162,00 cm. Sedangkan rata- gram)
rata berat badan dan tinggi badan remaja Asupan
yang memiliki status gizi lebih yaitu 70,00 Energi UPB
kg dengan tinggi badan 163,00 cm. Rata – Cukup (≤ 10%
rata z-score IMT/U remaja yang memiliki kebutuhan 55 (68,75) 21 (26,25)
1,000
status gizi tidak lebih yakni 0,13 standar asupan)
deviasi (SD). Sedangkan rata-rata z-score Lebih (> 10%
IMT/U remaja yang memiliki status gizi kebutuhan 2 (2,50) 2 (2,50)
lebih yakni 1,49 standar deviasi (SD). asupan)
Asupan
Energi
Makanan
Cukup (>90%
43 (53,75) 4 (5,00)
kebutuhan) 0,690
Kurang (≤
90%
14 (17,50) 19 (23,75)
kebutuhan
asupan)
Asupan
Energi
Makanan dan
Minuman
Cukup (≥ 77%
kebutuhan 29 (36,25) 22 (27,50) <0,001
asupan)
Kurang (<
77%
28 (35,00) 1 (1,25)
kebutuhan
asupan))
Note: *UPB, Ultra Processed Beverages;
Signifikan p value: < 0,05.
90
et al., 2004) bahwa tidak terdapat
Asupan Gula dan Energi dari Ultra hubungan yang signifikan antara asupan
Processed Beverages gula ultra processed beverages dengan
Pada tabel 2 menunjukkan hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) [15].
antara variabel independen yang terdiri
dari asupan gula dan energi dari ultra Asupan Energi dari Makanan dan
processed beverages, asupan energi Minuman
makanan minuman dengan variabel Remaja dengan status gizi tidak
dependen yaitu gizi lebih remaja SMAN 6 lebih yang mengonsumsi asupan energi
Surabaya. Hasil analisis antar hubungan makanan tergolong cukup sebanyak
variabel, menunjukkan bahwa remaja 53,75% remaja. Sedangkan remaja dengan
berstatus gizi tidak lebih yang status gizi lebih yang mengonsumsi asupan
mengonsumsi gula dari ultra processed energi makanan tergolong cukup sebesar
beverages tergolong cukup, sebanyak 5%. Remaja berstatus gizi tidak lebih yang
68,75%. Sedangkan remaja berstatus gizi mengonsumsi asupan energi makanan dan
lebih yang mengonsumsi gula dari ultra minuman tergolong cukup sebanyak
processed beverages tergolong cukup 36,25%. Sedangkan remaja berstatus gizi
sebesar 23,75%. Remaja berstatus gizi lebih yang mengonsumsi asupan energi
tidak lebih mengonsumsi energi dari ultra makanan dan minuman tergolong cukup
processed beverages tergolong cukup sebeanyak 27,50%.
sebanyak 68,75%. Sedangkan remaja Pada tabel 2 ditunjukkan juga hasil
berstatus gizi lebih mengonsumsi energi uji hubungan asupan energi dari makanan
dari ultra processed beverages tergolong dan minuman dengan gizi lebih remaja
cukup sebesar 26,25% . SMA Negeri 6 Surabaya. Analisis statistik
Hasil uji hubungan asupan gula dan uji chi-square menunjukkan adanya
energi dari ultra processed beverages hubungan signifikan antara energi
dengan gizi lebih remaja SMA Negeri 6 makanan dan minuman dengan gizi lebih
Surabaya dapat dilihat pada tabel 2. nilai (p<0,001). Hasil penelitian sesuai
Analisis statistik uji chi-square dengan pendapat Almatsier (2009) jika
menunjukkan tidak ada hubungan antara mengonsumsi energi dari energi yang
asupan gula dan energi dari ultra dikeluarkan, kelebihan energi tersebut
processed beverages dengan gizi lebih akan diubah menjadi lemak tubuh dan bila
pada remaja dengan nilai (p=1,000). Hasil terjadi dalam jangka waktu panjang akan
penelitian ini sejalan dengan penelitian meningkatkan kejadian gizi lebih [16].
(Qoirinasari et al., 2018) dan (Mayesti et Asupan energi makanan dan minuman
al., 2016) tidak ada hubungan yang yang berlebih dari hasil metabolisme akan
signifikan antara asupan gula ultra disimpan di jaringan adiposa. Energi yang
processed beverages dengan status gizi melebihi kebutuhan akan disimpan sebagai
lebih [13][14]. Sumbangan gula ultra cadangan energi dalam bentuk lemak
processed beverages yang dapat beresiko tubuh [17].
mengalami obesitas sebanyak 87% dan
sumbangan gula yang beresiko obesitas KESIMPULAN
sebanyak 97%. Penelitian ini juga sesuai Berdasarkan penelitian dapat
dengan penelitian yang dilakukan (Newby disimpulkan bahwa ada hubungan yang
91
signifikan antara asupan energi dari 2017.
makanan dan minuman dengan gizi lebih. [8]. Miller-Brand JC, Barclay AW.
Sedangkan tidak ada hubungan yang Declining consumption of added
signifikan antara asupan gula ultra sugars and sugar-sweetened beverages
processed beverages dengan gizi lebih. in Australia: a challenge for obesity
Perlu dilakukan penelitian serupa dengan prevention. Am J Clin Nutr. Apr;
melihat faktor lain, yang memungkinkan 105(4):854–63. 2017.
dapat mempengaruhi status gizi lebih pada [9]. Pimienta-Sánchez TG, Batis C, Lutter
remaja, dengan sampel lebih besar. CK, Rivera JA. Sugar-sweetened
beverages are the main sources of
DAFTAR PUSTAKA added sugar intake in the Mexican
[1]. WHO. Obesity and Overweight. population. J Nutr;146(9): 1888S–
World Health Organization. 2018. 96S. 2016.
[2]. Kementrian Kesehatan Republik [10]. Peraturan Menteri Kesehatan RI
Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. nomor 25. Jakarta. 2013.
Jakarta. Badan Penelitian dan [11]. Bovi, Anna Pie Delli. Michele, Laura
Pengembangan Kesehatan, Di. Laino, Giuliana. Vajro, Pietro.
Kementrian Kesehtan Republik Obesity And Obesity Related
Indonesia. 2018. Disease,Sugar Consumption and Bad
[3]. Kementrian Kesehatan Republik Oral Health: A Fatal Epidemic
Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. Mixture The Pediatric And
Jakarta. Badan Penelitian dan Odontologist Point Of View.
Pengembangan Kesehatan, Translational Medicine. Volume 16
Kementrian Kesehtan Republik (2): 11-16. 2017.
Indonesia. 2013. [12]. Gibson, R. S. Principles of Nutritional
[4]. Damayanti, R. Obesitas Assesment, New York. Oxford.
pada Anak dan permasalahannya. University Press. 2005.
2005. [13]. Qoirinasari, Simanjuntak, Betty
[5]. Ramadhani, S. Hubungan Intensitas Yosephin, Kusdalinah.
Penggunaan Smarthphone, Aktivitas Berkontribusikah Konsumsi Minuman
Fisik, dan Asupan Energi Terhadap Manis Terhadap Berat Badan Berlebih
Kejadian Obesitas Pada Siswa SD Al Pada Remaja. Aceh Nutrition Journal.
Muslim Sidoarjo. Jurnal Amerta Vol. 3, No. 2, November 2018: 88-94.
Nutrition. 2018. 2018
[6]. FAO. Codex Alimentarius. Class and [14]. Mayesti, A. Fadhilah, E dan
Names and the International Kurniasari, F. Hubungan Konsumsi
Numbering System for Food Minuman Berpemanis dengan
Additives. 2017. Kejadian Kegemukan pada Remaja di
[7]. Putra, W. N. Hubungan Pola Makan, SMP Negeri 1 Bandung. Indonesia
Aktivitas Fisik dan Aktivitas Journal of Human Nutrition, 3(1):
Sedentari dengan Overweight di SMA p29-37. 2016
Negeri 5 Surabaya. Jurnal Berkala [15]. Malik, V.S. Schulze, M.B. Hu, F.B.
Epidemiologi. 5 (3), pp. 298-310. Intake of Sugar-Sweetened Beverages
92
and Weight Gain: A Systematic
Review. The American Journal of
Clinical Nutrition. 84(2): p274-8.
2018
[16]. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2009.
[17]. Wulandari, N.W.M. Muniroh, L.
Nindya, T.S. Asupan Energi dan
Aktivitas Fisik Berhubungan dengan
Z-Score IMT/U Anak Sekolah Dasar
di Daerah Pedesaan. Media Gizi
Indonesia. 10(1): p51-56. 2015.
93