You are on page 1of 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/333845485

Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap Karakteristik Kimia dan Aktivitas


Antioksidan Bubuk Kulit Buah Naga Merah

Conference Paper · November 2018


DOI: 10.25047/agropross.2018.66

CITATIONS READS

0 1,875

2 authors, including:

Agung Wahyono
Politeknik Negeri Jember
22 PUBLICATIONS   66 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Response Surface Optimization of Functional Substances of Yellow Pumpkin to Enhance the Quality of Bread View project

All content following this page was uploaded by Agung Wahyono on 26 June 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Proceedings:
Implementasi IPTEK dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional
Tempat: Gedung Pascasarjana, Politeknik Negeri Jember
Tanggal: 22-24 November 2018

Publisher:
AGROPROSS Agropross, National Conference Proceedings of Agriculture
National Conference Website. https://jpp.polije.ac.id/conference/index.php/agropross/2018
Proceedings of Agriculture DOI: 10.25047/agropross.2018.66

Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap Karakteristik Kimia dan


Aktivitas Antioksidan Bubuk Kulit Buah Naga Merah
Author(s): Ana Sarofatin(1); Agung Wahyono*(1)
(1)
Politeknik Negeri Jember, Indonesia
* Corresponding author: agung_wahyono@polije.ac.id

ABSTRACT Keyword:
Dragon fruit peel contains betasianin and has high antioxidant activity. In current study, the peel Antioxidant;
was dried in an oven at a temperature of 55-75oC. This study was done to determine the effect of
Drying;
drying temperature on the chemical characteristics and antioxidant activity of dragon fruit peel
powder. The design used in the study was Completely Randomized Design (CRD) with 3 Red Dragon
replications. The results showed that the drying temperature significantly affected (P<0,05) the ash Fruit peel
content, betasianin content, and antioxidant activity of red dragon fruit peel powder. However, the
drying temperature insignificantly affected the total phenol content of the powder. The optimal
drying temperature for producing red dragon fruit peel powder was 60oC. This drying temperature
produced ash content of 16.67%, betasianin content of 9.52 mg/g, antioxidant activity of 89.13%
and total phenol content of 18.16 mg GAE/g.

Kata Kunci: ABSTRAK


Antioksidan; Kulit buah naga merah mengandung betasianin dan aktivitas antioksidan yang tinggi. Pada
penelitian ini, kulit buah naga merah dikeringkan dengan oven pada suhu 55-75oC. Penelitian ini
Buah Naga
bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu pengeringan terhadap karakteristik kimia dan aktivitas
Merah; antioksidan bubuk kulit buah naga merah. Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pengeringan; suhu pengeringan memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kadar abu, kandungan betasianin,
dan aktivitas antioksidan bubuk kulit buah naga merah. Namun, suhu pengeringan tidak
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar total fenol bubuk kulit buah naga merah.
Suhu pengeringan yang optimal untuk menghasilkan bubuk kulit buah naga merah dengan
karakteristik kimia dan aktivitas antioksidan terbaik adalah pada suhu 60oC. Kondisi pengeringan
tersebut menghasilkan kadar abu sebesar 16,67%, kandungan betasianin sebesar 9,52 mg/g,
aktivitas antioksidan sebesar 89,13% dan kadar total fenol sebesar 18,16 mg GAE/g.

Managed by : Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember 64


Author(s): Ana Sarofatin; Agung Wahyono __________________________________________________

PENDAHULUAN bahan pangan yang digunakan (Zaki et


Buah naga (dragon fruit) al., 2007). Menurut Gaman dan
merupakan salah satu buah yang Sherrington (1992), suhu yang digunakan
memiliki warna merah menyala. Pada dalam proses pengeringan yang
bagian ujung dari kulit buah naga terpenting adalah tidak terlalu tinggi,
membentuk seperti sirip yang agak tajam karena pasti akan terjadi perubahan pada
dan berwarna hijau. Banyaknya wilayah sifat bahan. Bahan akan mengalami case
di Indonesia yang membudidayakan buah handening, dimana permukaan luar akan
naga ini disebabkan karena peningkatan keras dan keriput sedangkan air tidak
permintaan buah naga di beberapa kota dapat keluar dan masih terperangkap di
besar di Indonesia (Kristanto, 2014). bagian dalam. Suhu dan waktu yang
Kulit dari buah naga juga dapat digunakan dalam proses pengeringan
dijadikan sebagai bahan olahan tambahan memiliki pengaruh sangat nyata terhadap
suatu produk pangan. Kulit dari buah aktivitas antioksidan. Dalam kondisi ini
naga kaya akan antioksidan dan juga dapat disebabkan karena selama proses
mengandung betasianin yang tinggi. pengeringan menyebabkan zat aktif yang
Kulit buah naga yang mengandung terkandung didalam suatu bahan pangan
betasianin dapat dimanfaatkan sebagai menjadi rusak (Winarno, 2002). Suhu
pewarna alami dan sebagai bahan pengeringan untuk sayuran dan buah-
tambahan untuk meningkatkan nilai gizi buahan menggunakan metode oven
produk (Analianasari, 2016). Menurut menurut Apandi (1984) adalah 60-80oC
penelitian yang dilakukan oleh (Wu et al, dengan waktu pengeringan 6-16 jam. Bila
2005), kelebihan dari kulit buah naga suhu yang digunakan terlalu rendah akan
adalah mengandung polyphenol dan mempengaruhi waktu yang digunakan
antioksidan yang tinggi. Kulit buah naga untuk mengeringkan menjadi lama dan
merah lebih kuat sebagai inhibitor dalam jika suhu terlalu tinggi akan
pertumbuhan sel-sel kanker memengaruhi tekstur bahan yang menjadi
dibandingkan dengan dagingnya. Hal ini kurang baik (Rans, 2006).
ditunjukkan berdasarkan hasil studinya Sampai saat ini penelitian tentang
terhadap total phenolik konten, aktivitas pengaruh suhu pengeringan terhadap
antioksidan dan kegiatan antipoliferative. karakteristik kimia dan aktivitas
Kulit buah naga merah itu sendiri juga antioksidan pada bubuk kulit buah naga
tidak mengandung toksik. merah masih terbatas. Maka dari itu
Pengeringan adalah proses diperlukan penelitian tentang pengaruh
mengeluarkan atau menghilangkan suhu yang digunakan selama proses
sebagian air dari suatu bahan pangan pengeringan pada bubuk kulit buah naga
dengan cara menguapkan sebagian besar merah yang ditinjau dari karakteristik
kandungan airnya. Air yang dikeluarkan kimia dan aktivitas antioksidan.
sampai ambang batas dimana mikroba
tidak dapat tumbuh dan berkembang METODOLOGI
sehingga mengurangi rusaknya bahan Bahan Penelitian
pangan akibat aktivitas mikroba Bahan yang digunakan dalam
(Saptoningsih, 2012). Prinsip pembuatan bubuk kulit buah naga merah
pengeringan dengan metode oven yaitu adalah kulit buah naga merah jenis
dengan menguapkan air yang berasal dari Hylocereus polyrhizus. Bahan yang
bahan pangan (Sachin et al., 2010). digunakan dalam proses analisa adalah
Pengeringan dengan metode oven metanol (Merck kGaA by Germany),
memerlukan waktu yang lama dan DPPH (Alfa Aesar by United State),
menyebabkan penurunan kualitas pada aquadest, Folin (Merck kGaA by

Managed by : Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember 65


Author(s): Ana Sarofatin; Agung Wahyono __________________________________________________

Germany) dan Natrium Karbonat (Merck Thermoscientific M110), sentrifus


kGaA by Germany). (Hettich Zentrifugen ZBA 20 D-78532),
spektrofotometer (Ultrospec 2100 pro
Alat Penelitian UV/Visible Spectrophotometer
Alat yang digunakan dalam Amersham Biosciences), hotplate
proses pengolahan bubuk kulit buah naga (Wisestir MS-20D), timbangan analitik
merah adalah oven pengering (Automatic (Adventurer Ohaus ARC 120), oven
Thermo-Controller IL-70), timbangan (Memmer UN30), Shaker (Thermoshake
analitik (Camry EK 3651), termometer, Gerhardt Labshake), dan kulkas
ayakan 100 mesh, blender (Philips HR (Samsung Ice RS21HPUSL) dan
2116). Alat yang digunakan dalam proses beberapa alat untuk analisis kimia.
analisa adalah tanur (Heraeus Furnace

Cara Kerja
Pembuatan Bubuk Kulit Buah Naga Merah

Buah Pemisahan kulit dengan daging Pengecilan ukuran tidak


lebih dari 1 cm
Naga

Penggilingan atau Penghancuran Pengeringan (suhu 55oC, 60oC, 65oC, 70oC, 75oC) selama
(3menit) 10 jam. Setiap 30 menit dilakukan pengecekan suhu

Pengayakan 100 Bubuk Kulit Buah Naga Merah


mesh

Ekstraksi sampel Analisis Kimia


Ekstraksi sampel dilakukan Analisis kimia bubuk kulit buah
berdasarkan metode dari Que et al (2008) naga meliputi kadar air dengan
yang dimodifikasi. Dilakukan pembuatan menggunakan metode oven (AOAC,
ekstraksi sampel ini untuk pengujian 2005), kadar abu (AOAC, 2005), kadar
kandungan antioksidan dan total fenol. 10 betasianin menggunakan metode Tze et al
gram sampel dilarutkan dengan 25 ml (2012).
methanol kedalam erlenmeyer 100 ml.
Lalu dimasukkan kedalam inkubator Analisis Antioksidan dan Total Fenol
shaker selama 10 jam dengan Aktivitas antioksidan bubuk kulit
menggunakan kecepatan 100 rpm. buah naga dianalisis berdasarkan
Lakukan penyaringan menggunakan kapasitas reduksi DPPH berdasarkan
kertas saring dan filtrat yang didapatkan metode Shahidi et al (2006). Sedangkan
kemudian dimasukkan kedalam botol untuk kadar total fenol dianalisis
sampel lalu simpan didalam kulkas berdasarkan metode Singleton and Rossi
sampai sampel tersebut akan digunakan (1965).
untuk pengujian.

Managed by : Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember 66


Author(s): Ana Sarofatin; Agung Wahyono __________________________________________________

Analisis Statistik Kadar abu dari kulit buah naga


Rancangan yang digunakan dalam merah cukup tinggi, hal ini diperkuat oleh
penelitian ini yaitu menggunakan pernyataan Saneto (2012) yang
Rancangan non faktorial dengan menyatakan bahwa kadar abu kulit buah
menggunakan Rancangan Acak Lengkap naga berkisar antara 19,1-19,5% dan
(RAL). Masing-masing percobaan didukung oleh Daniel (2014) yang
diulang sebanyak 3 kali. Untuk menyatakan bahwa kulit buah naga
mengetahui perbedaan antar rerata memiliki kadar abu berkisar antara 16-
perlakuan dilakukan analisis varian yang 21%. Namun hasil penelitian yang telah
dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple dilakukan oleh Aiyuni et al (2017)
Range Test (DMRT) pada taraf 5%. menyatakan bahwa kulit buah naga
merah yang melalui proses pengeringan
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk dijadikan teh herbal dengan
Karakteristik Kimia penambahan jahe menghasilkan kadar
Suhu pengeringan berpengaruh abu sebesar 2,97 – 8,46%.
significan (P<0,05) terhadap kadar abu Berdasarkan hasil analisis varian
dan kadar betasianin bubuk kulit buah pada taraf 5% menunjukkan bahwa suhu
naga merah seperti disajikan pada Tabel pengeringan memberikan pengaruh
1. berbeda nyata terhadap kadar betasianin
Bubuk kulit buah naga merah yang bubuk kulit buah naga merah.
telah mengalami proses pengeringan Berdasarkan hasil analisa yang telah
beratnya menjadi berkurang. Hal ini dilakukan didapatkan hasil bahwa kadar
dikarenakan kandungan air yang terdapat betasianin pada bubuk kulit buah naga
didalam kandungan bubuk kulit buah merah berkisar 2,93% – 9,52%.
naga merah keluar selama proses Kadar betasianin paling rendah
pengeringan. Akan tetapi pengurangan pada bubuk kulit buah naga merah yang
berat tersebut tidak signifikan menggunakan suhu pengeringan 55oC
berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. sebesar 2,93 mg/g. Dan kadar betasianin
Berdasarkan hasil analisis varian paling tinggi pada bubuk kulit buah naga
pada taraf 5% menunjukkan bahwa suhu merah yang menggunakan suhu
pengeringan memberikan pengaruh pengeringan 60oC sebesar 9,52 mg/g.
berbeda nyata terhadap kadar abu bubuk Perbedaan suhu pengeringan
kulit buah naga merah. Hasil analisa mempengaruhi kadar betasianin dari
kadar abu bubuk kulit buah naga merah bubuk kulit buah naga merah. Namun
yang telah dilakukan memiliki kadar abu tidak berlaku pada suhu pengeringan
berkisar 13,55% – 16,67%. 55oC dan 75oC. Semakin tinggi suhu
Dalam penelitian ini, kadar abu pengeringan yang digunakan maka kadar
paling rendah terdapat pada bubuk kulit betasianin yang dihasilkan akan semakin
buah naga merah yang menggunakan berkurang. Hal ini diperkuat Hayati, et al
suhu pengeringan 65oC dan 70oC sebesar (2012) yang menyatakan bahwa semakin
13,55%. Dan kadar abu paling tinggi tinggi suhu pemanasan yang digunakan
terdapat pada bubuk kulit buah naga mengakibatkan glikosil yang terdapat
merah yang menggunakan suhu pada kadar betasianin akan menghilang
o
pengeringan 60 C sebesar 16,67%. Hal dengan cara hidrolisis ikatan glikosidik.
ini diduga kandungan air yang menguap Hal ini juga menyebabkan warna merah
selama proses pengeringan sangat banyak pada betasianin semakin menghilang dan
sehingga mengakibatkan makin aglikon pun menjadi tidak stabil.
banyaknya mineral-mineral yang Terjadi penurunan kadar betasianin
tertinggal (Darmajana, 2007). yang sangat drastis pada perlakuan P4

Managed by : Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember 67


Author(s): Ana Sarofatin; Agung Wahyono __________________________________________________

yaitu bubuk kulit buah naga merah yang digunakan. Hal ini diperkuat oleh
menggunakan suhu pengeringan 70oC. Wulandari et al (2013) bahwa sifat
Hal ini diduga adanya pengaruh senyawa betasianin yang sangat tidak
penggunaan suhu yang terlalu tinggi. stabil terhadap suhu dan relatif rentan
Suhu tinggi tidak hanya dari proses terhadap perlakuan panas sehingga
pengeringan pada pembuatan bubuk kulit dikhawatirkan akan mengurangi bahkan
buah naga merah saja, namun juga suhu menghilangkan senyawa tersebut.
tinggi dari proses ekstraksi yang

Tabel 1. Karakteristik kimia bubuk kulit buah naga merah yang dikeringkan dengan suhu
yang berbeda
Perlakuan** Kadar Air (%)* Kadar Abu (%)* Kadar betasianin (mg/g)*

P1 13,17 ± 2,75a 14,34 ± 0,20c 2,93 ± 0,30d


P2 8,83 ± 2,57a 16,67 ± 0,64a 9,52 ± 0,01a
P3 12,17 ± 5,53a 13,55 ± 0,20c 8,96 ± 0,15a
P4 13,67 ± 5,35a 13,55 ± 0,40c 4,55 ± 0,14c
P5 10,33 ± 3,81a 15,27 ± 0,80b 8,14 ± 0,58b

Keterangan : * Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan pengaruh
berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%
** P1 : suhu pengeringan 55oC, P2 : suhu pengeringan 60oC, P3 : suhu pengeringan 65oC, P4
: suhu pengeringan 70oC, P5 : suhu pengeringan 75oC.

Aktivitas Antioksidan dan Total Fenol antioksidan. Kondisi tersebut


Berdasarkan hasil analisis varian dikarenakan proses pengeringan
uji DMRT pada taraf 5% menunjukkan menyebabkan rusaknya zat aktif dalam
bahwa suhu pengeringan memberikan bahan pangan. Nurliyana et al (2010)
pengaruh berbeda nyata (P<0,05) menjelaskan bahwa disetiap 1 mg/ml
terhadap aktivitas antioksidan bubuk kulit kulit buah naga merah terdapat
buah naga merah. Pengaruh suhu 83,48±1,02% antioksidan yang dapat
pengeringan terhadap aktivitas menghambat radikal bebas. Akan tetapi,
antioksidan bubuk kulit buah naga merah aktivitas antioksidan pada daging dari
dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil analisa buah naga merah menghambat radikal
aktivitas antioksidan pada bubuk kulit bebas sangat kecil hanya sebesar
buah naga merah yang telah dilakukan 27,45±5,03%. Fajriani (2013) yang
memiliki aktivitas antioksidan berkisar menjelaskan bahwa kulit buah naga super
39,31% - 89,13%. merah memiliki persentase peredaman
Aktivitas antioksidan dari bubuk radikal bebas DPPH sebesar 79,24%.
kulit buah naga merah tergolong tinggi. Sebagian besar kandungan
Pengeringan pada suhu 55oC antioksidan pada bubuk kulit buah naga
menghasilkan aktivitas antioksidan merah mengalami penurunan. Menurut
terendah sebesar 39,31%. Sedangkan Patras et al. (2009) mengatakan bahwa
pada suhu pengeringan 60oC komponen antikosidan akan mudah
menghasilkan aktivitas antioksidan terdegradasi apabila terpapar panas.
tertinggi yaitu 89,13%. Hal ini sesuai Panas dapat mempercepat reaksi oksidasi
dengan penelitian yang dilakukan oleh senyawa tersebut. Proses degradasi dapat
Winarno (2002), yang mengatakan terjadi karena peningkatan laju reaksi
bahwa suhu dan lama pengeringan oksidasi oleh panas. Senyawa antioksidan
bepengaruh nyata terhadap aktivitas dari yang sudah teroksidasi akan menjadi

Managed by : Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember 68


Author(s): Ana Sarofatin; Agung Wahyono __________________________________________________

rusak dan kehilangan kemampuan tidak tahan panas. Sehingga ketika suatu
mendonorkan elektron unuk menetralkan sampel diekstrak dalam keadaan panas
senyawa-senyawa radikal. maka akan menurunkan nilai aktivitas
Terjadi penurunan kandungan antioksidan dan senyawa fenoliknya.
antioksidan yang sangat drastis pada Tinggi rendahnya aktivitas antioksidan
perlakuan P4 yaitu bubuk kulit buah naga tidak hanya dipengaruhi oleh senyawa
merah yang menggunakan suhu fenoliknya saja, tetapi dapat disebabkan
o
pengeringan 70 C. Hal ini diduga adanya adanya beberapa senyawa fitokimia
pengaruh penggunaan suhu yang terlalu seperti asam askorbat, tokoferol dan
tinggi. Suhu tinggi tidak hanya dari pigmen yang memberikan efek sinergis.
proses pengeringan pada pembuatan Berdasarkan hasil analisis varian
bubuk kulit buah naga merah saja, namun pada taraf 5% menunjukkan bahwa suhu
juga suhu tinggi dari proses ekstraksi pengeringan memberikan pengaruh tidak
yang digunakan. Hal ini diperkuat oleh berbeda nyata terhadap kandungan total
Husna (2013) bahwa komponen bioaktif fenol pada bubuk kulit buah naga merah
aktivitas antioksidan mempunyai sifat seperti ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik kimia bubuk kulit buah naga merah yang dikeringkan dengan suhu
yang berbeda
Perlakuan** Aktivitas Antioksidan (%)* Total Fenol (mg GAE/g)*
c
P1 39,31 ± 4,70 17,41 ± 0,49a
a
P2 89,13 ± 5,90 18,16 ± 0,48a
P3 70,62 ± 4,06b 15,55 ± 2,71a
c
P4 47,57 ± 2,54 18,14 ± 0,48a
b
P5 63,25 ± 9,78 16,47 ± 2,27a
Keterangan : * Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan pengaruh
berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%
** P1 : suhu pengeringan 55oC, P2 : suhu pengeringan 60oC, P3 : suhu pengeringan 65oC,
P4 : suhu pengeringan 70oC, P5 : suhu pengeringan 75oC.

Berdasarkan hasil analisis varian aktivitas antioksidan terbaik. Dengan


pada taraf 5% menunjukkan bahwa suhu pengeringan suhu 60oC menghasilkan
pengeringan memberikan pengaruh tidak kadar abu sebesar 16,67%, kandungan
berbeda nyata terhadap kandungan total betasianin sebesar 9,52 mg/g, aktivitas
fenol pada bubuk kulit buah naga merah. antioksidan sebesar 89,13% dan Total
Phenol Content (TPC) sebesar 18,16 mg
KESIMPULAN GAE/g.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa suhu pengeringan DAFTAR PUSTAKA
memberikan pengaruh berbeda nyata Aiyuni, R., H.P. Widayat, &amp; S.
terhadap kadar abu, kandungan Rohaya. 2017. Pemanfaatan
betasianin, dan aktivitas antioksidan Limbah Kulit Buah Naga
bubuk kulit buah naga merah. (Hylocereus costaricensis). Banda
Sebaliknya, suhu pengeringan Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
memberikan pengaruh yang tidak Pertanian Unsyiah Volume 2,
berbeda nyata terhadap Total Phenol Nomor 3, Agustus 2017
Content (TPC) bubuk kulit buah naga www.jim.unsyiah.ac.id/JFP dalam
merah. Suhu pengeringan 60oC Pembuatan Teh Herbal dengan
menghasilkan bubuk kulit buah naga Penambahan Jahe.
merah dengan karakteristik kimia dan

Managed by : Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember 69


Author(s): Ana Sarofatin; Agung Wahyono __________________________________________________

Analianasari & M. Zaini. 2016. Hayati, E.K., U.S. Budi & R. Hermawan.
Pemanfaatan Jagung Manis Dan 2012. Konsentrasi total senyawa
Kulit Buah Naga Untuk Olahan antosianin ekstrak kelopak bunga
Mie Kering Kaya Nutrisi. Bandar rosella (Hibiscus sabdariffa L.) :
Lampung: Jurnal Penelitian Pengaruh temperatur dan pH.
Pertanian Terapan Vol. 16 (2): 123- Jurnal Kimia (VI) 2 : 138-147.
131.
Husna, Nida El., Melly Novita., Syarifah
AOAC. 2005. Official Method of Rohaya. 2013. Kandungan
Analysis of The Association of Antosianin Dan Aktivitas
Official Analytical of Chemist. Antioksidan Ubi Jalar Ungu Segar
Arlington: The Association of Dan Produk Olahannya. Fakultas
Official Analytical of Chemist, Inc. Pertanian. UGM, Yogyakarta.

Apandi. 1984. Teknologi Buah dan Kristanto, D. 2014. Berkebun Buah Naga.
Sayur. Bandung: Alumni Bandung. Jakarta: Penebar Swadaya Group.

Daniel, R, S. Osfar & H.D. Irfan. 2014 Nurliyana, R., I. S. Zahir, K. M.


Kajian Kandungan Zat Makanan Suleiman, M. R. Aisyah, &amp; K.
dan Pigmen Antosianin Tiga Jenis K. Rahim. 2010. Antioxidant study
Kulit Buah Naga (Hylocereus sp) of pulps and peels of dragon fruits:
sebagai Bahan Pakan Ternak. a comparative study, International
Dalam Jurnal. Food Research Journal, 17 : 367-
365.
Darmajana, D.A., W. Agustina, &
Wartika. 2008. Pengaruh Patras, A., N.P. Brunton, C. Donnell,
Konsentrasi Enzim α-Amilase B.K. & Tiwari. 2009. Effect of
Terhadap Sifat Fisik dan Thermal Processing on
Organoleptik Filtrat Bubur Buah Anthocyanin Stability in Foods;
Pisang (Bahan Pembuatan Tepung Mechanisms and Kinetics of
Pisang Instan). Lampung: Degradation. Trends in Food
Prosiding Seminar Nasional Sains Science & Technology,
dan Teknologi-II. doi:10.1016/j.tifs.2009.07.004.

Fajriani, Q.H. 2013. Penentuan Aktivitas Que, F., L. Mao, X. Fang, &amp; T. Wu,.
Antioksidan Kulit Buah Naga 2008. Comparison of hot air-drying
Super merah (Hylocereus and freeze- drying on the
costaricensis) Dan Produk physicochemical properties and
Olahannya Berupa Permen Jelly. antioxidant activities of pumpkin
Bandung: Skripsi, Pendidikan (Cucurbita moschata Duch.) flours.
Kimia, Universitas Pendidikan International Journal of Food
Indonesia. Science and Technology,
43,1195e1201.
Gaman, P.M & K.B. Sherrington. 1992.
Ilmu Pangan, Nutrisi dan Rans. 2006. Pisang Sale.
Mikrobiologi. Gadja Mada http://warintek.progresio.or.id.
University Press. Diakses pada 17 Desember 2017
Pukul 07:01 WIB.

Managed by : Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember 70


Author(s): Ana Sarofatin; Agung Wahyono __________________________________________________

Sachin, V., C. L. Jangam, Low, & A.S. Pusat Studi Pangan dan Kesehatan
Mujumdar. 2010. Drying of food, Masyarakat LPPM UNISRI
vegetables, and fuits. Volume 1. Surakata.
ISBN:978-981-08-6759-1.
Zaki, N, I. Idayu Muhamad & L. Md.
Saneto, B. 2012. Karakteristik kulit buah Salleh. 2007. Drying
naga merah (Hylocereus characteristics of papaya (Carica
polyrhizus). Jurnal AgrikaII (2) papaya L.) During microwave-
:143-149. vacuum. Int. J. Eng. Tech.4(1):15-
Saptoningsih & A. Jatnika. 2012. 21.
Membuat Olahan Buah.
Agromedia.

Shahidi, F., C.M. Liyana-Pathirana,


&amp; D. S. Wall. 2006.
Antioxidant activity of white and
black sesame seeds and their hull
fractions. Food Chemistry, 99,
478–483.

Singleton, V. L., &amp; J. J. A. Rossi.


1965. Colorimetric of total
phenolics with phosphomolybdic–
phosphotungstic acid reagents.
American Journal of Enology and
Viticulture, 16, 144–158.

Tze N, C. Han, Y. Yusof, C. Ling, R.


Talib, F. Taip. 2012.
Physicochemical and Nutritional
Properties of Spray-Dried Pitaya
Fruit Powder as Natural Colorant.
Food Sci Biotechnol 21: 675–82.

Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan


Gizi. Jakarta: Gramedia.

Wu, L.C., H.W. Hsu, Y.C. Chen, C.C.


Chiu, Y.I. Lin & A. Ho . 2005.
Antioxidant And Antiproliferative
Activities Of Red.

Wulandari, W.Y. &amp; Suhartatik.


2013. Pengaruh Suhu Pemanasan
dan Ukuran Mesh dalam Ekstraksi
Senyawa Antosianin Kelopak
Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa
L.). Surakarta: Jurusan Teknologi
Pengolahan Hasil Pertanian 2 )

Managed by : Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember 71

View publication stats

You might also like