Professional Documents
Culture Documents
1
ISSN : 1978 – 0303 DOI : 10.21776/ub.jitek.2018.013.01.2
Optimization of Active Peptides Antioxidant Activity from Chicken Feet with Papain
Enzyme Hydrolysis
Edy Susanto1), Djalal Rosyidi 2), Lilik Eka Radiati 2)
1)
Program Studi Peternakan, Universitas Islam Lamongan, Jl. Veteran 53A Lamongan,Jawa Timur, Indonesia
2)
Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang, Jawa Timur, Indonesia.65145
Email : ahzasusanto@gmail.com
ABSTRACT
The objective of this study was to optimization antioxidant activity of active peptides of chicken
feet with papain hydrolysis. The research method was experimental design conducted using Factorial
Completely Randomized Design. Treatments included papain concentration (control (0%) , 1%, 2%
and 4%) and Incubation time (24 hours, 36 hours and 48 hours) were repeated four times. The
variables observed were proximate analysis,microstructure, dissolved protein concentration and
antioxidant activity. The results indicate that the treatment of papain concentration and incubation
time variations in chicken feet protein extraction gave a differenceinfluence (P <0.05) to the
concentration of solubility protein and antioxidant activity. The interaction of 3% papain
concentration and 36 hours incubation time resulted in the highest antioxidant activity amount 55.10
± 2.24 %. It could be concluded that chicken feet produced bioctive peptide compound that gave high
antioxidant activity optimized by hydrolysis of papain enzymes thereby increasing their functional
value.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi aktivitas antioksidan peptida aktif yang bersumber
dari ceker ayam melalui hidrolisis enzim papain. Metode penelitian adalah eksperimental dengan
Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Perlakuan meliputi faktor konsentrasi enzim papain (kontrol
(0%), 1%, 2% dan 3%) dan faktor lama pemeraman (24 jam, 36 jam dan 48 jam) masing-masing
diulang 4 kali. Variabel yang diamati meliputi analisis proksimat, mikrostruktur, konsentrasi protein
terlarut dan aktivitas antioksidan. Hasil penelitian ini menunjukkan perlakuan variasi konsentrasi
enzim papain dan lama pemeraman memberikan perbedaan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap
konsentrasi protein terlarut dan aktivitas antioksidan. Interaksi konsentrasi 3% enzim papain dan
lama pemeraman 36 jam menghasilkan aktivitas antioksidan tertinggi sebesar 55,10 ± 2,24 %.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah ceker ayam menghasilkan komponen peptida bioaktif yang
menghasilkan aktivitas antioksidan yang tinggi yang dioptimalkan melalui hidrolisis enzim papain
sehingga meningkatkan nilai fungsionalnya.
14
Edy Susanto dkk, 2018
15
Optimasi Aktivitas Antioksidan Peptida Aktif Dari Ceker Ayam
Pengujian proksimat dilakukan di Laboratorium 202, kisaran umur 34-36 hari dan bobot badan
Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan Fakultas 1,8-1,9 kg, dilayukan (aging) selama 8 jam pada
Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. suhu 16oC. Sortasi dan pengulitan dengan cara
Pengujian protein terlarut dan aktivitas pembersihan ceker ayam dari kuku, kulit
antioksidan dilakukan di Laboratorium terluarnya dan kotoran-kotoran yang menempel
Farmakologi Universitas Airlangga dan pada bagian ceker dengan tujuan mendapatkan
pengujian SEM dilakukan di Institut BioSains bahan baku yang bersih dan baik.
Universitas Brawijaya. Selanjutnya dilakukan pressure cooker
selama 5 menit. Selanjutnya dilakukan
Bahan penggilingan basah menggunakan blender
Ceker ayam diperoleh dari ayam broiler kering, sampel ceker ayam yang digiling dalam
jenis strain Lohman 202 produksi PT.Panca kondisi setengah basah. Pengeringan dilakukan
Patriot yang berasal dari peternakan UPT Agri dalam oven pada suhu 40°C selama 24 jam dan
Science Technopark Universitas Islam penggilingan kering dengan blender kering dan
Lamongan. (NH4)2CO3 (Merck), Ethanol 40% disaring agar diperoleh bubuk ceker yang
(Merck), petrolium ether (Merck), NaSO4 seragam (60 mes) dan bertekstur halus.
anhidrat (Merck), CuSO4 (Merck), H2SO4
(Merck), Zn (Merck), NaOH 40% (Merck),
HCL 0,1 N (Merck), indikator metyl red 15 Metode Hidrolisis dan Ekstraksi Peptida
(Merck), NaOH 0,1 N (Merck), Buffer Aktif
phosphate (0,2 mmol/L, pH 7,2) (Merck), Ekstraksi peptida aktif ceker ayam
akuades (Merck), reagen Bradford (Sigma), menggunakan kombinasi metode Susanto et al.
Bovine Serum Albumine (BSA) (Sigma),Asam (2018), Xing et al. (2016) danWidyaningsih
asetat glasial (Merck), dan larutan DPPH 0,1 dkk. (2015) yang dimodifikasi, yaitu : Sampel
mM (Sigma). Papain Dry Extract (Sigma). bubuk ceker ayam diambil sebanyak 20 gram,
ditambahkan 80 ml buffer phosphate (0,2
Alat mmol/L, pH 7,2), di homogenasi / vortex
Analitical balance (Mettler PM 200 dengan kecepatan 6.000 rpm selama 10 detik
Switzerland), Vortex (Janke 43480), sebanyak 3 kali ((Xing et al., 2016)). Proses
refrigerated (Panasonic), magnetic stirrer 3,5 hidrolisis dilakukan dengan penambahan enzim
cm (Labinco), centrifuge Refrigerated Mikro papain dengan konsentrasi 0%, 1%, 2% dan 3%
22 R (Hettich) , dan pH meter CG.818T (Schoot dengan lama pemeraman 24 jam, 36 jam dan 48
Gerate), Water bath digital tipe J.26, Shaker jam. Ditambahkan asam asetat (CH3COOH)
(Hettich), Blender (Panasonic), Oven (Hettich), hingga mencapai pH 4 ((Susanto et al., 2018)).
eppendorf, micropippet 10µl - 1000 µl Dilakukan pemanasan 500C selama 10 menit
(Hamilton syringe), beaker glass (Pyrex), blue dengan hot magnetic stirer ((Susanto et al.,
tip, yellow tip, micropippet 10µl - 1000 µl 2018)).
(Hamilton syringe), kuvet, spektrofotometer Selanjutnya dimaserasi menggunakan
UV-2100 (Unico), soxlet unit, Kjeldhal unit, shaker dengan kecepatan 100 rpm selama 24
seperangkat alat Scanning Electron Microscopic jam (Widyaningsih dkk., 2015). Pelarutan
(SEM) tipe JSM-6360LA. dilakukan menggunakan pelarut ammonium
bikarbonat 2M (NH4)2CO3 (1:4) dengan
Metode Preparasi Sampel Bubuk Ceker menggunakan metode maserasi (Widyaningsih
Ayam dkk., 2015). Selanjutnya dilakukan sentrifugasi
Preparasi dikerjakan berdasarkan metode pada 5000 x g pada suhu 4 oC selama 15 menit.
Susanto et al. (2018) dan Widyaningsih dkk. Supernatan hasil ekstraksi dikeringkan dengan
(2015) yaitu: Pengambilan sampel ceker ayam menggunakan freeze dryer(Widyaningsih dkk.,
yang seragam dari jenis ayam strain Lohman 2015).
16
Edy Susanto dkk, 2018
17
Optimasi Aktivitas Antioksidan Peptida Aktif Dari Ceker Ayam
Identifikasi kadar protein ceker ayam Selain karbohidrat dan lemak, kandungan
sangat penting untuk tahapan selanjutnya yaitu Abu atau mineral dalam bubuk ceker ayam juga
sebagai data awal dalam mengetahui kandungan cukup tinggi sebesar 11,29%. Mineral
protein terlarut dan ekstrak peptida yang merupakan salah satu komponen penting dalam
berfungsi sebagai antioksidan. ceker ayam. Mineral berinteraksi dengan protein
membentuk matriks dalam membangun tulang
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa
ceker ayam. Katti et al. (2008) menyebutkan
nilai kadar protein tertinggi dalam komposisi
bahwa mineral mempengaruhi pola pergerakan
kimiawi bubuk ceker ayam sebesar 42,68%,
protein melalui simulasi collagen-
diikuti dengan kandungan lemak, karbohidrat
hydroxyapatite dalam tulang. Sehingga
dan abu. Hal ini menunjukkan bahwa
keberadaan mineral harus bisa dipisahkan secara
kandungan protein ceker ayam broiler tidak
maksimal dalam proses ekstraksi protein ceker
berkurang akibat proses pengeringan dan
ayam.. Kadar air bubuk ceker ayam tercapai
penghalusan sampel. Kadar protein tersebut
cukup rendah sebesar 3,90% menunjukkan
juga sebanding dengan hasil penelitian
optimalnya proses pengeringan yang dilakukan.
Widyaningsih et al. (2015) dan Dhyantari et al.
Hal ini bertujuan agar sampel tetap terjaga
(2015) dengan kisaran nilai kadar protein
kualitas nya saat digunakan dalam jangka waktu
sebesar 42 - 47%. Berdasarkan tabel 1 juga
yang cukup lama. Hettiarachchy dan Navam
diketahui bahwa nilai komponen non protein
(2012) menjelaskan bahwa adanya air yang
seperti lemak, karbohidrat dan abu masih cukup
rendah dalam suatu bahan pangan akan
tinggi. hal ini akan mempengaruhi proses
menyebabkan struktur protein lebih tertutup
ekstraksi protein dalam ceker ayam tersebut.
sehingga potensi terdenaturasi dan hilangnya
Ikatan peptidoglican antara protein dan
peptida bioaktif akan semakin kecil. Struktur
karbohidrat dalam ceker ayam merupakan
tertutup yang dimaksud adalah terbentuknya
pertimbangan khusus dalam menentukan jenis
ikatan peptida yang satu dengan yang lain
pelarut beserta pH yang optimum dalam
sehingga menyebabkan potensi rantai samping
ekstraksi protein terlarut dan peptida aktif (Liu
hidrofobik lebih sedikit.
et al., 2001). Kandungan lemak sebesar 25,5%
menunjukkan bahwa ayam broiler menyimpan
energi dalam bentuk jaringan adiphose hingga Mikrostruktur Peptida Bioaktif Ceker Ayam
Perlakuan konsentrasi enzim papain dan
ke organ kaki yaitu dibagian ceker ayam. Saat
lama pemeraman pada peptida bioaktif ceker
proses ekstraksi protein, keberadaan lemak ini
ayam menghasilkan mikrostruktur seperti pada
juga harus bisa dihilangkan secara maksimal.
Gambar 1 berikut ini.
18
Edy Susanto dkk, 2018
(A) (B
)
(C) (D)
Gambar 1. Scanning Electron Microscopgraph Peptida Bioaktif Ceker Ayam pada perlakuan Konsentrasi Papain dan
Lama Pemeraman yang berbeda. A: ekstrak protein ceker ayam yang belum mendapat perlakuan enzim
papain; B: enzim papain 3% dengan lama pemeraman 36 jam; C: struktur ekstrak protein ceker ayam
yang belum diperlakukan enzim papain; D: struktur peptida ceker ayam yang diperoleh dari perlakuan
konsentrasi enzim papain 3% dengan lama pemeraman 36 jam
19
Optimasi Aktivitas Antioksidan Peptida Aktif Dari Ceker Ayam
triple-α-heliks secara fisik membentuk jaringan (P<0,05) faktor konsentrasi papain dan faktor
yang keras dan padat serta sulit larut dalam air. lama pemeraman secara parsial terhadap
Enzim papain merupakan jenis eksoenzim yang konsentrasi protein terlarut.
mempunyai gugus sulfhidril mampu berfungsi
sebagai proteolitik struktur triple-α-heliks Demikian pula dengan interaksi faktor
menjadi peptida sederhana secara irreversible konsentrasi papain dengan faktor lama
yang menjadikan protein dapat larut dalam air pemeraman juga memberikan pengaruh yang
(Han et al., 2016). Peptida yang lebih sederhana nyata (P<0,05) terhadap konsenstrasi protein
dapat berpotensi mengerahkan fungsi terlarut. Hal ini membuktikan bahwa enzim
antioksidan secara baik (Chandrasekaran et al., papain mampu menghidrolisis protein ceker
2016). ayam untuk menghasilkan protein terlarut yang
lebih banyak. Lafarga, et al. (2016) menyatakan
Konsentrasi Protein Terlarut bahwa penggunaan enzim papain dengan
aktifitas > 3 U/mg dan konsentrasi serta lama
Penelitian tahap selanjutnya adalah pemeraman yang cukup akan mampu memutus
hidrolisis protein ceker ayam dengan enzim ikatan hidrogen maupun kovalen suatu protein
papain yang hasilnya disajikan pada Tabel 2. yang sulit terlarut. Ditambahkan oleh Kezwoń et
Berdasarkan analisis sidik ragam diketahui al. (2016) bahwa hidrolisis tidak hanya
bahwa baik pada sampel larutan yang diambil di bergantung pada konsentrasi enzim, tetapi juga
bagian atas (A) maupun bagian bawah (B) sangat dipengaruhi oleh lama inkubasi protein
terdapat perbedaan pengaruh yang nyata dengan enzim tersebut.
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai protein yang mempunyau ukuran dan berat
konsentrasi protein terlarut yang diperoleh dari partikel lebih rendah dan seragam akan berada
sampel larutan bagian atas (A) lebih tinggi dari di atas begitu juga sebaliknya. Hal ini berarti
pada sampel larutan bagian bawah (B) dengan konsentrasi protein optimal diperoleh di larutan
kisaran masing-masing 1,31 – 1,62 mg/ml bagian atas. Hal ini sesuai dengan pendapat
dibanding 0,74 – 0,76 mg/ml. Nilai tersebut Griffith (2010) dan Mäkeläinen dan Heikkinen
sesuai dengan prinsip umum sentrifugasi bahwa (2016) bahwa tingkat sedimentasi sangat
20
Edy Susanto dkk, 2018
dipengaruhi oleh viskositas, densitas, kecepatan dipengaruhi oleh adanya keseimbangan antara
sentrifugasi dan ukuran partikel di dalam suatu keberadaan enzim dan keberadaan substrat.
larutan. Substrat yang dimaksud adalah protein ceker
Pola pengaruh konsentrasi dan lama ayam. Pada konsentrasi 3%, keberadaan enzim
pemeraman enzim papain terhadap protein terlalu tinggi dibandingkan dengan proteinnya
terlarut yang diperoleh dapat dilihat pada sehingga hidrolisis tidak maksimal dan terjadi
Gambar 2. penurunan konsentrasi protein terlarut. Ojha et
Secara umum Gambar 2 memperlihatkan al. (2016) menjelaskan bahwa kemampuan
bahwa kenaikan konsentrasi protein terlarut proteolitic enzim protease akan menurun saat
sebanding dengan peningkatan konsentrasi dan rasio antara enzim dan substrat tidak seimbang.
lama pemeraman enzim papain. Namun terlihat Ditambahkan oleh Selvakumar et al. (2012)
pada tingkat tertentu terjadi penurunan. Gambar bahwa keberadaan enzim papain pada
2 (A) memperlihatkan bahwa konsentrasi konsentrasi yang tepat mampu memutus ikatan
protein terlarut tertinggi (1,51 mg/ml) diperoleh polipeptida khususnya lokasi asam amino Pro-
dari penambahan 2% konsentrasi enzim papain HyP-Pro sehingga didapat recovery kolagen
namun menurun pada konsentrasi 3%. Hal ini terlarut dan peptida bioaktif yang tinggi dan
menunjukkan bahwa optimasi hidrolisis protein mempunyai aktifitas antioksidan.
(A)
Konsentrasi Protein Terlarut
1,55
1,5
1,45
1,4 Konsentrasi Protein
(mg/ml)
1,35
1,3 Terlarut (mg/ml)
0% 1% 2% 3%
Konsentrasi Enzim Papain (w/w)
(B)
Konsentrasi Protein
1,5
Terlarut (mg/ml)
1,4
Konsentrasi Protein
1,3 Terlarut (mg/ml)
24 jam 36 jam 48 jam
Lama Pemeraman
Gambar 2. Grafik Pengaruh Konsentrasi (A) dan Lama Pemeraman (B) Enzim Papain terhadap Konsentrasi Protein
Terlarut
yang mempengaruhi aktifitas enzim protease
Berdasarkan gambar 2 (B) juga diketahui
adalah pH, suhu, konsentrasi dan lama inkubasi
bahwa peningkatan konsentrasi protein terlarut
atau pemeraman (Zarei et al., 2014) yang oleh
sebanding dengan lama pemeraman, namun
Mcbroom dan Oliver-hoyo (2007) dijelaskan
terjadi penurunan pada tingkat tertentu.
bahwa terjadi pola kurva terbalik hubungan
Konsentrasi protein terlarut yang tertinggi (1,49
antara lama inkubasi dengan aktifitas enzim
mg/ml) diperoleh dari perlakuan lama
dalam menghidrolisis protein. Pola tersebut
pemeraman 36 jam dan menurun lagi pada lama
disebabkan adanya perilaku kinetik enzim
pemeraman 48 jam. Hal ini disebabkan
terhadap substratnya sehingga pada waktu
perbedaan aktifitas proteolitic enzim papain
pada selang waktu tersebut. Beberapa faktor tertentu akan terjadi aktifitas yang antiklimaks.
21
Optimasi Aktivitas Antioksidan Peptida Aktif Dari Ceker Ayam
Aktifitas Antioksidan Peptida aktif Ceker didapat, dimana pada larutan bagian atas
Ayam konsentrasi protein yang didapat lebih tinggi
dari pada larutan bagian bawah. Hal ini sesuai
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan dengan pendapat Bamdad et al. (2011) bahwa
bahwa pada sampel larutan fraksi atas (A) hidrolisis enzim mampu meningkatkan nilai
terdapat perbedaan pengaruh yang nyata protein terlarut yang sebanding dengan
(P<0,05) konsentrasi enzim papain dan lama peningkatan aktivitas antioksidan. Damgaard et
pemeraman yang berbeda terhadap aktifitas al. (2015) juga menyatakan perubahan nilai
antioksidan peptida ceker ayam. Namun aktifitas antioksidan pada by product
demikian, hal tersebut tidak terjadi pada sampel peternakan dapat terjadi akibat proses hidrolisis
larutan fraksi bawah (B). Nilai aktifitas enzimatis yang menghasilkan respon asam
antioksidan sampel larutan bagian atas berada amino dan distribusi ukuran peptida yang
di kisaran 33,51 % - 55,10 % lebih tinggi dari berbeda.
nilai aktifitas antioksidan yang diperoleh pada
sampel larutan bagian bawah yang berkisar Rerata aktifitas antioksidan hasil
6,60 % - 6,90 %. Nilai tersebut sebanding perlakuan variasi konsentrasi enzim papain dan
dengan konsentrasi protein terlarut yang lama pemeraman disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rerata pengaruh konsentrasi papain dan lama waktu pemeraman terhadap Aktifitas Antioksidan
Keterangan: b Superskrip menunjukkan nilai tertinggi dengan signifikansi yang nyata (P<0,05)
(A) : Larutan fraksi atas, (B) : Larutan fraksi bawah
22
Edy Susanto dkk, 2018
komposisi asam amino hidrofobik dan yang tinggi. Pola aktifitas antioksidan hasil
ditambahkan oleh Alpay dan Aktas (2015) perlakuan konsentrasi enzim papain dan lama
bahwa distribusi ukuran berat molekul peptida 3 pemeraman yang berbeda ditunjukkan dengan
KDa – 20 KDa hasil hidrolisis enzim juga grafik pada Gambar 3.
berpotensi menghasilkan aktifitas antioksidan
Aktifitas Antioksidan (%) Aktifitas Antioksidan (%)
Larutan Fraksi Bawah Larutan Fraksi Atas
(A) (B)
Gambar 3. Grafik Pengaruh Papain terhadap % Aktifitas Antioksidan Larutan Fraksi Atas (A) dan Fraksi Bawah (B)
23
Optimasi Aktivitas Antioksidan Peptida Aktif Dari Ceker Ayam
Alpay, P., & Aktas, D. (2015). Journal of Escudero, E., Mora, L., Fraser, P. D., Aristoy,
Molecular Catalysis B : Enzymatic Usage M.-C., & Toldrá, F. (2013). Identification
of immobilized papain for enzymatic of novel antioxidant peptides generated in
hydrolysis of proteins. J Molecular Spanish dry-cured ham. Food Chemistry,
Catalysisi B; Enzimatic, 111, 56–63. 138(2–3), 1282–8.
https://doi.org/10.1016/j.molcatb.2014.11.001 https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2012.10.133
24
Edy Susanto dkk, 2018
Katti, D. R., Ghosh, P., & Katti, K. S. (2008). Mäkeläinen, I., & Heikkinen, J. (2016).
Mineral and protein-bound water & Centrifugation Downstream processing
latching action control mechanical assignment. Aalto University The
behavior at protein-mineral interfaces in University of the Chemical Technology.
biological nanocomposites. Journal of
Nanomaterials, 2008(1). Marelli, C. A., & Simons, E. L. R. (2014).
https://doi.org/10.1155/2008/582973 Microstructure & cross-sectional shape of
limb bones in great horned owls & red-
Kezwoń, A., Chromińska, I., Frączyk, T., & tailed hawks : how do these features relate
Wojciechowski, K. (2016). Effect of to differences in flight & hunting
enzymatic hydrolysis on surface activity & behavior ? J Pone, 9(8).
surface rheology of type I collagen. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0106094
Colloids and Surfaces. B, Biointerfaces,
137,60–9. Mcbroom, R., & Oliver-hoyo, M. T. (2007).
https://doi.org/10.1016/j.colsurfb.2015.05.017 Food Enzyme (2nd ed.). University of
Georgia: Aspen Publishers.
Kusumadjaja, A. P., & Dewi, R. P. (2005).
Determination of optimum condition of Molyneux, P. (2004). The use of the stable free
papain enzyme from papaya var java ( radical diphenylpicrylhydrazyl (dpph) for
carica papaya ) penentuan kondisi optimum estimating antioxidant activity.
enzim papain dari pepaya burung varietas Songklanakarin J. Sci. Tech., 26(2), 211–219.
jawa. Indo J. Chem, 5(2), 147–151.
Ojha, K. S., Alvarez, C., Kumar, P., O’Donnell,
C. P., & Tiwari, B. K. (2016). Effect of
Lafarga, T., Aluko, E.R., Rai, D.K., O’Connor,
enzymatic hydrolysis on the production of
P., & Hayes, M. (2016). Identification of
free amino acids from boarfish (Capros
bioactive peptides from a papain
aper) using second order polynomial
hydrolysate of bovine serum albumin &
regression models. LWT - Food Science
assessment of an . J. Food Research
and Technology, 68, 470–476.
International, 81(January), 91–
https://doi.org/10.1016/j.lwt.2015.11.040
99.https://doi.org/10.1016/j.foodres.2016.01.007
Rahmawati, N., Kimia, J., Matematika, F., Ilmu,
Lin, Y. J., Le, G. W., Wang, J. Y., Li, Y. X., D. A. N., Alam, P., & Jember, U. (2013).
Shi, Y. H., & Sun, J. (2010). Antioxidative Kandungan Protein Terlarut Daging Ikan
peptides derived from enzyme hydrolysis Patin ( Pangasius Djambal ) Akibat Variasi
of bone collagen after microwave assisted Pakan Kandungan Protein Terlarut Daging
acid pre-treatment and nitrogen protection. Ikan Patin ( Pangasius djambal ) akibat
International Journal of Molecular variasi pakan.
Sciences, 11(11), 4297–4308.
https://doi.org/10.3390/ijms11114297 Selvakumar, P., Ling, T. C., Covington, A. D.,
& Lyddiatt, A. (2012). Enzymatic
Liu, D. C., Lin, Y. K., & Chen, M. T. (2001). hydrolysis of bovine hide and recovery of
Optimum Condition of Extracting Collagen collagen hydrolysate in aqueous two-phase
from Chicken Feet & its Characetristics. systems. Separation & Purification
Asian-Australasian Journal of Animal Technology, 89, 282–287.
Sciences.https://doi.org/10.5713/ajas.2001.1638 https://doi.org/10.1016/j.seppur.2012.01.046
25
Optimasi Aktivitas Antioksidan Peptida Aktif Dari Ceker Ayam
Siow, H.-L., & Gan, C.-Y. (2013). Extraction of Widyaningsih, T. D., Handayani, D., Wijayanti,
antioxidative & antihypertensive bioactive N., Dita, S., & Milala, C. (2015). Ekstraksi
peptides from Parkia speciosa seeds. Food glukosamin dari ceker ayam, (September),
Chemistry, 141(4), 3435–3442. 2–3.
https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2013.06.030
Xing, L.-J., Hu, Y.-Y., Hu, H.-Y., Ge, Q.-F.,
Zhou, G.-H., & Zhang, W.-G. (2016).
Subali, B. (2010). Analisis statistika Purification & identification of
menggunakan program SPSS aplikasinya antioxidative peptides from dry-cured
dalam rancangan percobaan. jurusan Xuanwei ham. Food Chemistry, 194, 951–
pendidikan biologi, Fakultas MIPA, 8.
Universitas Negeri Yogyakarta. https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2015.08.101
Yogyakarta.
Zarei, M., Ebrahimpour, A., Abdul-hamid, A.,
Susanto, E., Rosyidi, D., Radiati, L. E., & Anwar, F., Abu, F., Philip, R., & Saari, N.
Subandi. (2018). Optimization of chicken (2014). Identi fi cation & characterization
feet protein degradation with variation of of papain-generated antioxidant peptides
ph and temperature on characteristics & from palm kernel cake proteins. J Food
antioxidant activity. Submit The Journal of Research International, 62, 726–734.
Poultry Science, 1–19. https://doi.org/10.1016/j.foodres.2014.04.041
Wang, X., Yu, H., Xing, R., Chen, X., Liu, S.,
& Li, P. (2017). Optimization of the
Extraction & Stability of Antioxidative
Peptides from Mackerel ( Pneumatophorus
japonicus ) Protein. J BioMed Research
International, 2017(2), 1–14.
https://doi.org/https:/doi.org/10.1155/2017/6837285
26